• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 2009, Perpajakan Indonesia, Diadit Media, Jakarta.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2013, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Resmi Siti, 2008, Perpajakan: Teori Dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Suandy Erly, 2011, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Peraturan Perundang - Undangan

Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

(2)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM A. Definisi Pajak

a. Menurut Undang – Undang Nomor 16 tahun 2009

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutangoleh Orang Pribadi

atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak

mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H

Pajak ialah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang – Undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

B. Asas – Asas Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas – asas sebagai

berikut;

a. Equality

Pemungutan Pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak harus bersifat adil

dan merata, pajak yang dikenakan kepada Orang Pribadi atau Badan yang harus

(3)

b. Certainty

Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang

terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c. Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengat saat –

saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak.

d. Economy

Secara ekonomi bahwa pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak

bagi Wajib Pajak diharapkan seminim mungkin.

C. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:

a. Official Assessment System

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukanbesarnya pajak yang terutang.

b. Self Assessment System

Merupakan pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan,

tanggungjawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

(4)

c. Witholding System

Sistem Pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk

memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

(Waluyo, 2011:13-17)

D. Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai ketentuan

peraturan perundang – undangan perpajakan.

E. Definisi Penanggung Pajak

Definisi penanggung pajak pada Pasal 1 ayat 25 Undang – Undang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah orang pribadi atau badan yang

bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan

memenuhi kewajiban Wajib pajak menurut ketentuan peraturan perundang –

undangan perpajakan.

F. Pengertian Penagihan

Penagihan adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi

Utang Pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

(5)

mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,

menjual barang yang telah disita. (Mardiasmo, 2011:119)

G. Dasar Hukum Penagihan

Ialah;

a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksasebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang

Nomor 19 Tahun 2000

b. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang

Nomor 16 Tahun 2009

c. Peraturan Menteri Keuangan 24/PMK.03/2008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan

Sekaligus

d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 147/KMK.04/1998 TentangPenunjukan

Pejabat Untuk Penagihan Pajak Pusat, Tata Cara dan Jadwal Waktu

Pelaksanaan Penagihan Pajak.

e. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE – 13/PJ.75/1998 Tentang Jadwal Waktu

(6)

H. Bentuk Penagihan

Bentuk Penagihan ada 2, yaitu;

a. Penagihan Pasif

Penagihan dimana fiskus menagih utang Wajib Pajak dengan cara

mengeluarkan Ketetapan Pajak seperti: Surat Tgaihan Pajak, Surat Ketetapan

Pajak. Apabila setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak tetapi utang

pajak belum dilunasi maka langkah selanjutnya fiskus mengekuarkan Surat

Teguran.

b. Penagihan Aktif

Merupakan kelanjutan dari Penagihan Pasif. Dimana fiskus berperan aktif

dalam hal mengih utang pajak, tidak hanya menerbitkan surat, tetapi

melakukan penyitaan, penyanderaan dan pencegahan.

I. Daluwarsa Penagihan

Hak untuk melakukan penagihan termasuk sanksi administrasi berupa bunga,

denda, atau kenaikan dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah 5 tahun terhiung

sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang

menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.

(7)

a. Diterbitkan surat paksa

b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak

langsung

c. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan

d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. ( Mardiasmo,

2011:121)

J. Bunga Penagihan

Berdasarkan pasal 19 ayat 1 Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (KUP), apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan , serta Surat Ketetapan Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang

menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh

tempo pelunasan tidak atau kurang bayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa

bunga dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau

tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1

bulan.

K. Biaya Penagihan Pajak

Biaya penagihan pajak yang harus dibayar oleh Penanggung Pajak yaitu:

(8)

b. Setiap pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) Rp.

100.000

Tambahan biaya penagihan pajak yang harus dibayar penanggung pajak bila

barang yang telah disita dijual:

a. Secara lelang 1% pokok lelang

b. Tidak secara lelang 1% x hasil penjualan

Biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak merupakan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

L. Tindakan Penagihan Pajak

Berdasarkan pasal 1 ayat 9 Undang – Undang Penagihan Pajak dengan Surat

Paksa, tindakan penagihan pajak dapat berupa menegur, memperingatkan,

melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,

mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,

menjual barang yang disita.

Pasal 5 KMK 561/KMK.04/200, tindakan penagihan pajak dilakukan 7 (tujuh

hari) setelah jatuh tempo pembayaran SKP/SKT atau surat sejenis dan belum dibayar

lunas, dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang

(9)

M. Dasar Penagihan Seketika dan Sekaligus

Dasar hukum:

a. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang –

Undang Nomor 16 Tahun 2009

b. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang

Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

Penagihan Seketika dan Sekaligus (PSS) merupakan tindakan penagihan pajak

yang dilaksanakan jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal

jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,

masa pajak, dan tahun pajak.

Jurusita Pajak melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus tanpa

menunggu tanggal jatuh tempo pembayran berdasarkan Surat Perintah Penagihan

Seketika dan Sekaligus. Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang –

kurangnya memuat:

a. Nama Wajib Pajak, atau Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

b. Dasar Penagihan

(10)

d. Perintah untuk membayar

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan;

a. Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran

b. Tanpa didahului surat teguran

c. Sebelum jangka waktu 21 hari sejak surat teguran diterbitkan

d. Sebelum penerbitan Surat Paksa

N. Pejabat Penagihan Pajak

Kepala KPP adalah pejabat yang diberi wewenang dalam penagihan pajak.

Kewenangan Pajak meliputi:

a. Mengangkat dan memberhentikan jurusita pajak

b. Menerbitkan:

1. Surat Teguran (ST), Surat Peringatan, atau surat lain sejenisnya

2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS)

3. Surat Paksa (SP)

4. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan(SPMP)

5. Surat Perintah Penyanderaan

6. Surat Pencabutan Sita

7. Pengumuman Lelang

8. Surat Penentuan Harga Limit

(11)

10.Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak

O. Jurusita Pajak

Dasar Hukum;

a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang

Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000 tentang Syarat –

syarat, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak

Berdasarkan pasal 1 ayat 6 Undang – Undang Penagihan Pajak dan pasal 1

ayat 1 Keputusan Menteri Keuangan, Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan

penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan

Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan.

Tugas Jurusita Pajak, meliputi:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus

b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan Penyitaan Barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan

(12)

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda pengenal

dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak. Dalam melaksanakan tugasnya

sebagai Jurusita Pajak, Jurusita Pajak mempunyai beberapa wewenang yaitu;

a. Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan

termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek

sita dtempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat tinggal Penanggung

Pajak, atau tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan

objek sita.

b. Jurusita bisa meminta bantuan kepolisian, kejaksaan, departemen yang

membidangi hukum dan perundang – undangan, pemda setempat, BPN, atau

pihak lain.

c. Jurusita pajak menjalankan tugas di wilayah kerja pejabat yang

mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau

Keputusan Kepala Daerah.

P. Tunggakan Pajak

Tunggakan pajak terjadi jika Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang

(13)

tempo pelunasan tidak atau kurang bayar,maka saat itulah pajak tertunggak.

(Prastowo,2011:221)

Q. Pengertian Utang Pajak

Utang Pajak dalam pasal 1 ayat 8 Undang – Undang Penagihan adalah pajak

yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau

kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya

berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan.

R. Timbulnya Utang Pajak

Saat timbulnya utang pajak sangat penting karena berkaitan dengan

pembayaran pajak, pemasuka Surat Keberatan, penentuan daluwarsa, penerbitan surat

ketetapan pajak dan penentuan besarnya denda.

Ada 2 ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak;

a. Ajaran Material

Utang pajak yang timbul pada saat diundangkannya Undang – Undang pajak

sepanjang apa yang diatur dalam Undang – Undang tersebut menimbulkan suatu

kewajiban bagi seseorang terutang pajak.

b. Ajaran Formal

Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak atau SKP oelh

(14)

S. Hapusnya Utang Pajak

Hal – hal yang dapat mengakibatkan hapusnya utang pajak adalah

a. Pembayaran

Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan dihapus karena pembayaran

pajak yang dilakukan ke kas negara.

b. Kompensasi

Kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan

pembayaran pajak.

c. Daluwarsa

Untuk melakukan penagihan pajak, daluwarsa telah lampau waktu lima tahun

terhitung sejak saat terutangnya pajak dan berakhirnya masa pajak. Hal ini untuk

memberikan kepastian hukum kapan utang pajak dapat diragih lagi.

d. Pembebasan

Pembebasan tidak diberikan kepada pokok pajaknya, tetapi pembebasan hanya

dilakukan terhadap sanksi administrasi.

e. Penghapusan

Penghapusan utang pajak ini sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi

diberikannya karena keadaan Wajib Pajak, misalnya: Perusahaan Wajib Pajak

(15)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Prosedur Pelaksanaan Penagihan

Penagihan Pajak merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau

memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan

Surat Paksa, mengusulkan pencegahan ke luar negeri, melaksanakan penyitaan,

melaksanakan penyanderaan, dan mejual barang sita (lelang).

Dasar tindakan penagihan pajak adalah apabila pajak yang terutang

sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan Peninjauan

Kembali yang menyebabkan pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang

bayar, setelah lewat jatuh tempo pembayaran pajak yang bersangkutan.

Adapun Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

(16)

jjja jatuh tempo 7 hari 21 hari

STP SKPKB SKPKBT SK Pembetulan

SK Keberatan 2x24 Jam

Put Banding

Put Peninjauan Kembali

14 hari 14 hari

Keterangan:

a. Diawali dengan penerbitan Surat Teguran setelah 7 hari jatuh tempo

pembayaran

b. Apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung Pajak setelah lewat 21 hari

sejak terbitnya Surat Teguran, diterbitkan Surat Paksa

c. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak

setelah lewat 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, maka diterbitkan

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

d. Apabila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak setelah lewat 14 haru sejak tanggal penyitaan,

(17)

e. Bila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh Wajib Pajak atau

Penanggung Pajak setelah lewat 14 hari terhitung sejak tanggal pengumuman

lelang, maka dilaksanakan pelelangan (penjualan barang sitaan Penanggung

Pajak) melalui kantor lelang.

1. Surat Teguran

Surat Teguran diterbitkan bila Penanggung Pajak tidak melunasi utang

pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Dasar hukum;

a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

b. Undang – Undang Nomor 16 tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang –

Undang Nomor 16 Tahun 2009

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang

Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 Undang – Undang penagihan, surat teguran adalah

surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan Penanggung

Pajak untuk melunasi utang pajaknya, yang diterbitkan 7 (tujuh) hari setelah tanggal

(18)

2. Surat Paksa

Surat Paksa ialah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak.

Dasar hukum:

a. Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang –

Undang Nomor 16 Tahun 2009

b. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang

Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

d. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan

Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Surat Paksa diterbitkan apabila;

a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah

diterbitkan Surat Teguran atau surat lain yang sejenis

b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan

Sekaligus; atau

c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

(19)

Surat Paksa sekurang – kurangnya memuat:

a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak

b. Dasar Penagihan

c. Besarnya utang pajak; dan

d. Perintah untuk membayar

Pemberitahuan Surat Paksa dituangkan di dalam Berita Acara Penyampaian

Surat Paksa (BAPSP) yang sekurang – kurangnya memuat:

a. Hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa

b. Nama Jurusita Pajak

c. Nama yang menerima

d. Tempat pemberitahuan Surat Paksa

Surat Paksa terhadap Badan diberitahukan Jurusita Pajak kepada:

a. Pengurus, kantor perwakilan, kantor cabang, penanggung jawab, pemilik

modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal

mereka, maupun di tempat lain yang memungkinkan atau

b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang

bersangkutan bila jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang dari

pengurus, kantor perwakilan, kantor cabang, penanggung jawab, pemilik

(20)

3. Penyitaan

Dasar hukum;

a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 tentang

Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa

c. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan

Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggun

Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Penyitaan dilakukan apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung Pajakdalam

jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diterbitkan.

Penyitaan dilaksanakan dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang

saksi dengan syarat;

a. Telah dewasa

b. Penduduk Indonesia

c. Dikenal Jurusita Pajak

(21)

Dalam setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara

Pelaksanaan Sita (BAPS) yang ditandatangani Jurusita Pajak, Penanggung Pajak dan

saksi-saksi. BAPS sekurang-kurangnya memuat;

a. Hari, tanggal, nomor

b. Nama Jurusita Pajak, Penanggung Pajak, para saksi

c. Nama dan jenis barang yang disita

d. Tempat penyitaan

4. Lelang

Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran

harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon

pembeli.

Dasara hukum;

a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

b. Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penjualan

Barang Sitaan Yang Dikecualikan Dari Penjualan Secara Lelang Dalam

Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

(22)

1. Penjualan lelang dilakukan melalui Kantor Lelang dan dilaksanakan pelaing

cepat setelah jangka waktu 14 hari terhitung sejak pengumpulan lelang

2. Pengumuman lelang dilaksanakan paling cepat setelah jangka waktu 14 hari

terhitung sejak penyitaan

3. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan

permintaan lelang kepada Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan

4. Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk

menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang dan menandatangani

asli risalah lelang

5. Lelang tetap dapat dilaksanakan walaupun keberatan yang diajukan oelh

Wajib Pajak belum memperoleh keputusan keberatan

6. Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri Penanggung Pajak

7. Bila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya

penagihan dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang

yang akan dilelang masih ada

8. Pejabat dan Jurusita Pajak termasuk istri, kelaurga sedarah dan semenda

dalam keturunan garis lurus, dan anak angkatnya tidak diperbolehkan

membeli barang sitaan yang dilelang

9. Hak Penanggung Pajak atas barang yang telah dilelang berpindah kepada

pembeli dan kepadanya diberikan Risalah lelang yang merupakan bukti

(23)

Barang – barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang, yaitu;

1. Uang

2. Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan di Bank

3. Obligasi

4. Saham

5. Piutang

6. Penyertaan modal dan Surat Berharga lainnya

7. Barang yang mudah rusak atau cepat busuk

Bila penjualan barang secara lelang biaya penagihan pajak ditambah 1% dari

pokok lelang. Sisa barang dan kelebihan uang hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat

kepada Penanggung Pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang.

5. Pemblokiran

Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta Wajib Pajak/Penanggung Pajak

yang tersimpan di Bank dengan tujuan agar harta kekayaan dimaksud tidak terdapat

perubahan apapun, selain penambahan jumlah atau nilai.

Pimpinan Bank wajib memblokir setelah menerima permohonan pemblokiran

dari pejabat membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinannya

kepada Pejabat dan Penanggung Pajak. Setelah menerima Berita Acara Pemblokiran

dari Bank, memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberikan kuasa kepada Bank

(24)

Jurusita Pajak. Bila Penanggung Pajak menolak memberitahukan saldo kekayaanya

maka pejabat kemudian meminta Gubernur Bank Indonesia melalui Menteri

Keuangan untuk memerintahkan Bank memberitahukan saldo kekayaan Penanggung

Pajak.

Setelah saldo kekayaan Penanggung Pajak diketahui, Jurusita Pajak melakukan

penyitaan dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), menandatangani

bersama sanksi – sanksi dan pemimpin Bank. Bilamana Penanggung Pajak tidak

melunasi utang pajak dan biaya penagihan dalam jangka waktu 14 hari sejak

penyitaan, Pejabat segera meminta kepada Pemimpin Bank untuk memindahbukukan

harta kekayaan Penanggung Pajak ke kas negara sejumlah yang tercantum dalam

BAPS, tembusannya disampaikan kepada Penanggung Pajak.

6. Penyanderaan

Dasar hukum;

a. Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

b. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara

Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian

Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung

(25)

a. Penanggung Pajak mempunyai utang pajak sekurang- kurangnya Rp.

100.000.000

b. Penanggung Pajak diragukan itikad baik dalam melunasi utang pajak

c. Apabila telah lewat 14 hari dari penerbitan Surat Paksa

d. Telah mendapat izin Menteri Keuangan

Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah

Penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat atau atasannya setelah mendapat izin

Menteri Keuangan.

Surat Perintah Penyanderaan sekurang – kurangnya memuat:

1. Identitas Penanggung Pajak

2. Alasan Penyanderaan

3. Izin Penyanderaan

4. Lama Penyanderaan

5. Temapat Penyanderaan

Masa penyanderaan paling lama 6 bulan sejak Penanggung Pajak dimasukkan

pada tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6 bulan.

Tempat Penyanderaan Penanggung Pajak dibentuk Departemen Keuangan dengan

persyaratan:

1. Tertutup dan terasing dari masyarakat

(26)

3. Sistem pengawasan/pengamanan memadai

Sebelum ada tempat penyanderaan yang dibentuk Departemen Keuangan,

Penanggung Pajak dititipkan di rumah tahanan negara yang terpisah dengan tahanan

lain.

Penyanderaan dilaksanakan Jurusita Pajak dengan menyampaikan Surat

Perintah Penyanderaan kepada Penanggung Pajak dengan 2 orang saksi penduduk

Indonesia yang telah dewasa, dikenal dan dapat dipercaya oleh Jurusita Pajak. Salinan

Surat Perintah Penyanderaan disampaikan Jurusita Pajak kepada Kepala Rumah

Tahanan Negara.

Jurusita Pajak membuat Berita Acara Penyanderaan pada saat Penanggung

Pajak ditempatkan di Rumah Tahanan Negara dengan menandatanganinya bersama

Kepala Rumah Tahanan Negara dan saksi-saksi.

1. Berita Acara Penyanderaan sekurang-kurangnya memuat:

2. Nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan

3. Izin tertulis Menteri Keuangan

4. Identitas Jurusita Pajak, Identitas Penanggung Pajak, identitas para saksi

5. Tempat penyanderaan

(27)

Salinan Berita Acara Penyanderaan disampaikan ke;

1. Kepala Rumah Tahanan Negara

2. Penanggung Pajak yang dikenakan penyanderaan

3. Bupati/Walikota dimana Penanggung Pajak bertempat tinggal

Penanggung Pajak yang disandera, dilepas bila:

1. Utang pajak dan biaya penagihan dilunasi

2. Jangka waktu penyanderaan terpenuhi

3. Putusan pengadilan

4. Pertimbangan tertentu Menteri Keuangan atau Gubernur

Penanggung Pajak dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan penyanderaan

hanya kepada Pengadilan Negeri. Bila gugatan Penanggung Pajak dikabulkan dan

putusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, Penanggung Pajak dapat

meminta rehabilitas nama baik dan ganti rugi atas masa penyanderaan yang telah

dijalaninya.

B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Penagihan Pajak

Adapun kendala yang dihadapi oleh Jurusita Pajak dalam melaksanakan

penagihan tunggakan pajak terhadap Wajib Pajak Badan yaitu:

(28)

a. Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak ditemukan atau tidak diketahui

keberadaanya.

b. Wajib Pajak/Penanggung Pajak sudah pindah menurut informasi yang

diterima oleh Jurusita Pajak dari warga yang berada disekitar tempat

tinggal, atau tempat usaha Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

c. Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah meninggal dunia.

d. Perusahaan sudah bubar dan pailit.

e. Wajib Pajak/Penanggung Pajak menolak menerima Surat Paksa, yang

alasannya karena Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak merasa

mempunyai utang pajak.

f. Wajib Pajak/Penanggung Pajak merasa semua pajak sudah dibayar.

g. Wajib Pajak/Penanggung Pajak sudah tidak mempunyai kemampuan lagi

untuk membayar.

h. Wajib Pajak/Penanggung Pajak merasa Surat Ketetapan Pajak (SKP)

tidak seharusnya terbit.

i. Kurangnya kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak di bidang perpajakan,

sehingga tunggakan pajak yang timbul ialah sanksi Administrasi yang

tidak bisa diterima oleh Wajib Pajak.

j. Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak kooperatif dalam melunasi

tunggakan pajaknya. Terkadang terjadi dimana Wajib Pajak/Penanggung

Pajak mempunyai kemampuan bayar tetapi tidak mau membayar

(29)

k. Kurangnya Sumber Daya Manusia, khususnya Jurusita Pajak yang hanya

berjumlah 3 orang pada seksi penagihan, sehingga menghambat tindakan

penagihan.

2. Dalam hal Penyitaan

a. Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak mau disita.

Adakalanya ketika hendak dilakukan penyitaan, beberapa Wajib Pajak tidak

mau disita, alasannya kerena Waib Pajak merasa bahwa mereka tidak

mempunyai utang pajak dan tidak seharusnya dilaksanakan penyitaan.

b. Jurusita pajak tidak diperbolehkan masuk rumah

Pada saat dilakukan penyitaan, terkadang ada Wajib Pajak yang tidak

memperbolehkan Jurusita Pajak memasuki rumah, memasuki ruangan atau

tempat yang dianggap perlu untuk dilakukan penyitaan, sehingga tindakan

pun menjadi terhambat.

c. Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak mau menandatangani Berita Acara

Pelaksanaan Sita (BAPS)

Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dibuat dan ditandatangani oleh

Jurusita Pajak, 2 orang saksi, dan Wajib Pajak/Penanggung Pajak, sering

terjadi Wajib Pajak/Penanggung Pajaktidak mau menandatangani Berita

Acara Pelaksanaan Sita (BAPS), sehingga penyitaan barang Wajib Pajak

(30)

d. Pembuktian barang – barang yang bukan milik Wajib Pajak

Adakalanya barang – barang yang dibuktikan oleh Wajib Pajak adalah

barang – barang yang bukan miliknya.

e. Adakalanya pendapat dari Wajib Pajak bahwa mereka merasa akan sia-sia

membayar pajak karena menurut mereka pajak yang akan dilunasi nantinya

tidak akan masuk ke kas negara melainkan ke kantong para pejabat pajak.

C. Upaya Yang Dilakukan Oleh Jurusita Pajak Dalam Mengatasi Kendala

Upaya yang dilakukan oelh Jurusita Pajak dalam mengatasi kendala yang

dihadapi dalam melaksanakan tunggakan pajak yaitu:

1. Dalam hal penyampaian Surat Paksa

a. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan, maka

Jurusita Pajak mencari ke tempat alamat dimana Wajib Pajak/Penanggung

Pajak terdaftar, dengan meminta bantuan dan bekerjasama dengan

Pemerintah setempat (Kepling/Kelurahan).

b. Apabila Wajib Pajak meninggal dunia, Jurusita Pajak meminta Surat

Keterangan Meninggal dari Lurah setempat, kemudian menemui ahli

waris atau pelaksana wasiat yang mengurus harta peninggalan Wajib

Pajak apabila harta warisan belum dibagi dan ahli waris apabila harta

peninggalan wajib pajak telah dibagi untuk memberitahukan Surat Paksa

(31)

c. Apabila Perusahaan telah bubar, maka Jurusita Pajak memberitahukan

Surat Paksa kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan

pemberesan atau likuidasi.

d. Apabila Perusahaan pailit, maka Jurusita Pajak menyampaikan Surat

Paksa kepada kurator, hakim pengawas, balai harta peninggalan.

e. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak merasa semua pajaknya sudah

dibayar, maka Jurusita Pajak terlebih dahulu meminta bukti pembayaran

pajak seperti Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat membuktikan bahwa

Wajib Pajak/Penanggung Pajak sudah melunasi semua pajaknya.

f. Meyakinkan dan membantu Wajib Pajak dalam menyelesaikan

permasalahan Surat Ketetapan Pajaknya dengan cara menjembatani Wajib

Pajak untuk berkonsultasi dengan Account Representative (AR).

g. Terhadap Wajib Pajak yang menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai

kemampuan lagi untuk membayar atau tidak mempunyai harta lagi,

Jurusita Pajak melihat keadaan Wajib Pajak tersebut, apabila tidak sesuai

dengan apa yang dikatakan oleh Wajib Pajak bahwa dirinya tidak mampu

membayar maka Jurusita Pajak melakukan Pemblokiran terhadap

rekening Wajib Pajak. Pemblokiran dilakukan secara acak dengan

mengirimkan Surat Permohonan Pemblokiran yang berisi identitas Wajib

Pajak yang akan dilakukan pemblokiran ke seluruh Pimpinan Bank yang

(32)

Medan disertai dengan Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP).

h. Menjelaskan kepada Wajib Pajak bahwa jika melunasi pajak tepat pada

waktunya maka tidak akan dilakukan tindakan penagihan. Oleh karena itu

Wajib Pajak hendaknya melunasi utang pajaknya.

i. Apabila Jurusita Pajak tidak diperbolehkan masuk rumah oleh Wajib

Pajak ketika hendak dilaksanakan penyitaan dan memberi ancaman maka

Jurusita Pajak dapat melaporkan kepada polisi untuk membantu dalam hal

penyitaan.

j. Apabila Jurusita Pajak tidak diperbolehkan menyita barang Wajib Pajak

maka Jurusita Pajak memberikan penjelasan bahwa maksud dari

penyitaan tidak selalu berakhir dengan penjualan barang (lelang), tetapi

hanya sebagai jaminan agar Wajib Pajak dapat melunasi pajaknya.

k. Sebagian barang Wajib Pajak bukan miliknya, maka oleh karena itu

Wajib Pajak harus memberi bukti yang jelas bahwa barang tersebut

memang benar bukan milik Wajib Pajak.

Berdasarkan data yang saya peroleh sebanyak 276 Wajib Pajak Badan yang

menunggak pajak pada tahun 2013 dengan tunggakan sebesar Rp. 8.667.673.973, hal

ini membuktikan bahwa masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak Badan yang

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari analisis dan evaluasi tersebut tentang Prosedur Pelaksanaan Penagihan

Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota ternyata ada 6 tahap yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan

Kotadalam melaksanakan penagihan yaitu;

a. Surat Teguran

Tindakan pelaksanaan penagihan diawali dengan penerbitan Surat

Teguran atau Surat Peringatan setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo

pembayaran (satu bulan sejak ketetapan atau keputusan diberikan).

b. Surat Paksa

Surat Paksa diterbitkan apabilaWajib Pajak /Penanggung Pajak tidak

melunasi utang pajak sampai dengan jatuh tempo pembayaran dan

kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran. Maka Surat Paksa

diterbitkan dengan pernyataan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak

(34)

c. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

Apapbila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam sejak

tanggal jatuh tempo penerbitan Surat Paksa, maka dapat dilakukan

penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak oleh

Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan mengeluarkan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan. Tujuannya yaitu untuk memperoleh uang

jaminan pelunasan utang pajak dari Wajib Pajak/Penggung Pajak, baik

yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau

tempat lain sekalipun pengusahanya berada ditangan pihak lain.

d. Lelang

Jika telah melampaui 14 ahri sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Wajib Pajak/Penanggung Pajak juga

belum melunasi utang pajaknya maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak

mengajukan permintaan penetapan tanggal dan tempat pelelangan

Kepada Kantor Lelang Negara setempat. Setelah mendapat kepastian

tanggal dan tempat pelelangan maka Jurusita Pajak akan

memberitahukan hal tersebut kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak

secara tertulis dangan menyampaikan Surat Pemberitahuan akan

(35)

e. Pemblokiran

Pemblokiran adalah tindakan pengamanan harta Wajib

Pajak/Penanggung Pajak yang tersimpan di Bankdengan tujuan agar

harta kekayaan dimaksud tidak terdapat perubahan apapun, selain

penambahan jumlah atau nilai.

f. Penyanderaan

Penyanderaan adalah penegkangan sementara waktu kebebasan

penanggung pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu.

Penyanderaan dilakukan apabila:

1. Penanggung Pajak mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya

Rp. 100.000.000

2. Penanggung Pajak diragukan itikad baik dalam melunasi utang

pajak

3. Apabila telah lewat 14 hari dari penerbitan Surat Paksa

4. Telah mendapat izin Menteri Keuangan

Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak terdapat masalah dan kendala

yang dihadapi oleh aparat pajak khususnya Jurusita Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

(36)

1. Wajib Pajak tidak ditemukan karena Wajib Pajak sudah pindah alamat,

Wajib Pajak meninggal dunia, dan alamat ahli waris tidak diketahui,

Wajib Pajak sudah tidak mempunyai kegiatan dan tidak mempunyai

harta untuk melunasi utang pajaknya. Maka yang dilakukan Jurusita

Pajak adalah bekerjasama dengan pemerintah setempat seperti RT, RW,

Kelurahan untuk meminta keterangan domisili untuk melacak

keberadaan Wajib Pajak

2. Kurangnya tenaga Jurusita Pajak di KPP Pratama Medan Kota yang saat

ini hanya berjumlah 3 orang, maka penagihan sulit dilaksanakan.

3. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Waib Pajak dalam bidang

perpajakan, sehingga masih banyak Wajib Pajak yang menunggak

pembayaran pajak.

4. Tujuan akhir dari pelaksanaan penagihan bukan menyita atau melelang

tetapi pelunasan pajak yang terutang.

5. Dalam pelaksanaan penagihan masih banyak kendala – kendala dengan

tidak ditemukannya harta yang dihadapi Jurusita Pajak.

6. Dalam melaksanakan kegiatan penagihan terhadap perpajakan harus

mengikuti dasar hukum yang telah ditetapkan.

7. Selama Wajib Pajak membayar pajak tepat pada waktunya atau sebelum

(37)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan oleh penulis maka penulis

mencoba memberikan saran yang mungkin bermanfaat bagi Wajib Pajak dan Petugas

Perpajakan khususnya di Seksi Penagihan:

1. Pelaksanaan Prosedur penagihan secara konsisten sesuai dengan peraturan

perundang – undangan perpajakan sehingga tujuan akhir tunggakan pajak

dalam meningkatkan penerimaan pajak tercapai.

2. Melaksanakan pembinaan kepada Wajib Pajak yang masih awam tentang

perpajakan, seperti penyebaran informasi, sosialisasi, penyuluhan

perpajakan, pelayanan Administrasi Perpajakan yang diperlukan Wajib

Pajak sehingga Waib Pajak dapat mengerti akan hak dan kewaiban

perpajakannya.

3. Melaksanakan pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, agar dapat

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajakdalam melunasi pajaknya.

4. Diharapkan kepada fiskus agar dapat bekerjasama dengan baik dengan

instansi terkait, sehingga pelaksanaan penagihan dapat dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Hal ini bertujuan memperkecil kesempatan Wajib

Pajak dalam menghindari tunggakan pajaknya.

5. Dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya hendaknya Waijb Pajak

(38)

6. Perlunya peningkatan fungsi pengawasan terhadap penagihan pajak dan

koordinasi serta kerja sama dalam pelaksanaan tugas pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang bertujuan untuk

(39)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan

Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah

kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi

menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak

Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga

Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu

Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk

memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan

ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur

(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan

Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam

pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan

(40)

menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor

Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus

dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994

didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor

Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah

menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.

Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

(41)

Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi enam

wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

1. Kecamatan Medan timur

2. Kecamatan Medan Area

3. Kecamatan Medan Tembung

4. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi

wilayah:

1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Sunggal

3. Kecamatan Medan Petisah

4. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan kota

2. Kecamatan Medan Denai

3. Kecamatan Medan Johor

4. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia,dengan ruang lingkup meliputi

(42)

1. Kecamatan Medan Polonia

2. Kecamatan Medan Maimun

3. Kecamatan Medan Baru

4. Kecamatan Medan Tuntungan

5. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan,dengan ruang lingkup meliputi

wilayah:

1.Kecamatan Medan Belawan

2.Kecamatan Medan Marelan

3.Kecamatan Medan Labuhan

4.Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang

mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak

merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi

sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I lantai 3 di jalan Sukamulia Nomor. 17A

Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai

(43)

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor

Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah

Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota,

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah

(44)

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat

membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih

jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan

praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan

visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

VISI

“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi

perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integritas dan profesionalisme yang tinggi”

MISI

“Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu

menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang

(45)

C. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari

hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang

dan tanggung jawab dalam system kerjasama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala

Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa

seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu)

bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

3) Seksi Pelayanan

4) Seksi Penagihan

5) Seksi Pemeriksaan

6) Seksi Ekstensifikasi

(46)

8) Seksi Pengwasan dan Konsultasi II

9) Seksi Pengwasan dan Konsultasi III

10) Seksi Pengwasan dan Konsultasi IV

11)Kelompok Jabatan Fungsional

D. Deskripsi dan Aktivitas Tugas KPP Pratama Medan Kota

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan

Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi

Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak

Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan

Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan

Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan

perundang undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan

tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata

(47)

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak,

penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan,

pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn,

urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil

Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan,

pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan

penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan

penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas

perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,

penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan

sesuai ketentuan yang berlaku.

6. Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan

Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan

(48)

analisis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan

evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama

terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian

tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan

perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan

dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan

pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen

penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat

Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP

Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan

berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan

(49)
[image:49.612.113.527.206.405.2]

TABEL 2.1

DAFTAR BERDASARKAN JABATAN PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN KOTA

NO KETERANGAN JUMLAH

1 Kepala Kantor 1

2 Kasi/Kasubbag 10

3 Fungsional 12

4 Account Representative 27

5 Pelaksana 36

(50)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Demi mewujudkan kemandirian bangsa dan negara dalam pembiayaan

pembangunan, pemerintah perlu melakukan usaha - usaha yang cukup optimal, salah

satunya adalah menggali sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri. Pada

saat ini sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan yang ideal baik

itu penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Bila dilihat dari potensinya, sektor perpajakan dapat menjadi salah satu sektor

yang dapat memenuhi pembiayaan pembangunan yang dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara materil maupun

spiritual. Bisa berjalan secara baik atau tidak pemanfaatan sumber ini tak lepas dari

adanya kebijakan - kebijakan dari pemerintah dan peran serta masyarakat untuk

memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat

diharapkan, namun dalam kenyataannya masih banyak dijumpai adanya tunggakan

pajak sebagai akibat dari tidak dilunasinya utang pajak yang terutang. Selama ini

masyarakat masih menganggap pajak sebagai suatu beban. Tingkat pendapatan yang

rendah serta minimnya pengetahuan tentang pajak merupakan suatu faktor yang

menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk melunasi kewajiban

(51)

Sehubungan dengan hal itu, aparat pajak dalam melakukan tugasnya didukung

oleh berbagai faktor penunjang, salah satunya adalah penerapan langkah strategi

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, serta upaya yang dilakukan dalam rangka

pelunasan atau pencairan tunggakan pajak yang terutang sesuai dengan prosedur

penagihan sehingga tercapainya pelunasan tunggakan pajak yang semestinya untuk

meningkatkan penerimaan pajak.

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu ditingkatkan sehingga

pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan

prinsip kemandirian. Peningkatan keadaan masyarakat di bidang perpajakan harus

ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta

pemahaman akan hak dan kewajiban alam melaksanakan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan dengan hal - hal yang telah dijelaskan di atas, maka penulis

tertarik membahas tentang “Prosedur Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak

TerhadapWajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan

teori - teori yang diterima di bangku perkuliahan dan merupakan salah satu syarat

(52)

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sumatera Utara dapat mahasiswa

peroleh dengan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, kegiatan ini

memberikan tujuan dan manfaat yang sangat baik bagi mahasiswa.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

1.1 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan penagihan terhadap Wajib Pajak

Badan yang menunggak pembayaran pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota

1.2 Untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi dalam proses penagihan

dan upaya - upaya yang ditempuh dalam mengatasinya

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Sedangkan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri dapat diuraikan sebagai berikut :

2.1 Bagi Mahasiswa yaitu :

a. Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang penagihan

pajak

b. Mengetahui secara langsung praktik kerja yang sesungguhnya dan

penanganan masalah yang dihadapi

c. Memahami prosedur pelaksanaan penagihan pajak terhadap Wajib Pajak

(53)

d. Sebagai sarana latihan berpikir mahasiswa dalam menyusun suatu karya

ilmiah berdasarkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yaitu :

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dengan lembaga pendidikan

Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan untuk evaluasi

kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi

penyempurnaan kurikulum

c. Mempromosikan sumber daya manusia yang dimiliki Universitas Sumatera

Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2.3 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota :

a. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dalam menangani

administrasi perpajakan

b. Mendapatkan masukan berupa ide, saran, dan gagasan dari perguruan tinggi

menyangkut penanganan masalah perpajakan khususnya penagihan tunggakan

(54)

c. Mempererat hubungan antara Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I

khususnya dengan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

C. Uraian Teoritis

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang olehorang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang - undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan.

(Pasal 1 ayat 2 KUP)

Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi

utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,

melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa,

mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan

menjual barang yang disita. (Mardiasmo, 2013 : 119)

Penagihan pajak di atur dalam Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1993

(55)

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 18 sampai dengan

pasal 23. Pada Pasal 18 disebutkan bahwa yang menjadi dasar Penagihan Pajak

adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan

Banding serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah.

Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang

meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha

milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi koperasi, dana pensiun persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan

lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. (Mardiasmo,

2013 :21)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini, penulis akan melakukan PKLM mengenai penagihan pajak yang

dilakukan Fiskus terhadap Wajib Pajak Badan. Adapun ruang lingkup Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM) :

1. Mengetahui prosedur pelaksanaan penagihan pajak

(56)

3. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kendala pada penagihan

pajak.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri ini, penulis akan melakukan metode - metode terapan yang telah dibuat

sesuai dengan Ketentuan Program Studi Diploma III Administasi Perpajakan FISIP

USU.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari

mengajukan judul, penentuan judul, pembuatan proposal, seminar

proposal, perbaikan proposal, persetujuan proposal, penentuan dosen

pembimbing, bimbingan dan konsultasi, dan pembuatan surat izin

pelaksanaan PKLM kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Sumatera Utara I untuk disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota.

2. Studi Literatur

Penulis membaca beberapa literatur yang berkaitan dengan topik

praktik dalam mencari dan mempersiapkan sesuatu yang berhubungan

dan dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam menjalankan Praktik

(57)

3. Observasi Lapangan

Penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan

yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mencari data dan

informasi berhubungan dengan penagihan, serta mempelajari data -

data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas

yang nantinya akan dijadikan bukti dalam daftar dokumen penulis.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu

data primer dan data sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan data

yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM.

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari pihak - pihak yang

memahami dan menguasai objek kajian dalam Praktik Kerja

Lapangan Mandiri (PKLM)

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari referensi yang

mendukung laporan penyajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(PKLM)

5. Analisa dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan

menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian

(58)

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Wawancara (Interview)

Dalam hal ini, penulis akan mengajukan pertanyaan langsung kepada para

pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk mendapatkan

data yang diperlukan dan didokumentasikannya.

2. Pengamatan (Observasi)

Meninjau langsung ke lapangan untuk memperoleh informasi dan data yang

diperlukan.

3. Dokumentasi

Data yang berisikan dokumentasi yang didapat oleh penulis selama melakukan

Prakti Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi sistematika dalam PKLM adalah sebagai berikut;

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang

menjadi pemikiran dan pemilihan judul. Bab ini berisikan latar belakang

Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan, Manfaat, Uraian Teoritis,

Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan

(59)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Dalam bab ini, penulis akan menguraikan secara singkat mengenai

lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Struktur Organisasi, Uraian

tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai Kantor

Pelayanan Pajak Medan Kota.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Dalam bab ini akan dibahas prosedur pelaksanaan penagihan tunggakan

pajak terhadap Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Kota.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini, membahas analisa dan evaluasi masalah yang dihadapi

dalam melaksanakan penagihan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Kota.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran

(60)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

TENTANG

PROSEDUR PELAKSANAAN PENAGIHAN TUNGGAKAN PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK BADAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK

(KPP) PRATAMA MEDAN KOTA

O L E H

NAMA : CLARISSA MEDIANA PUTRI NIM : 112600008

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(61)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan

kesehatan dan kemampuan penulis untuk dapat meyelesaikan laporan tugas akhir

sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Laporan ini merupakan sebuah karya ilmiah yang disusun oleh penulis dalam

rangka memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi pada Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakan. Laporan ini disusun berdasarkan data - data

yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota selama

penulis menjalaniproses praktik kerja lapangan mandiri.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Program

Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Drs. Zakaria, MSP, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan kepada penulis selama melakukan praktik kerja

lapangan mandiri.

4. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan FISIP USU.

5. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

6. Bapak Usmada, sebagai Supervisor Lapangan.

7. Seluruh pegawai KPP Pratama Medan Kota khususnya bagian penagihan

(62)

8. Yang teristimewa kepada kedua orangtua penulis, Papa (Alm) Yoyok

Hascaryo dan Mama Yuniarti yang telah bersusah payah dengan segenap hati

dan penuh kasih sayang serta sabar dalam membesarkan, mendidik dan

mendorong penulis dalam menyelesaikan kuliah. Dan kepada 2 Saudari Saya,

Denish Pradita Putri dan Safira Esmeralda Putri terimakasih atas dukungan

kalian.

9. Buat Sahabat Saya semasa SMA sampai sekarang, Dina Indri Utami dan Putri

Nanda Sari, kalian berdua adalah sahabat yang baik yang Saya miliki. Terima

kasih atas dukungan dan semangat yang selalu kalian berikan.

10.Untuk para sahabat saksi hidup susah senang selama masa perkuliahan,

Nasriati, Ita, Fitrah, Loly, Elma, Enjel, Puspa, Maya, Wendy, Rivai, Ade dan

seluruh teman – teman Tax A dan B stambuk 2011 terima kasih telah

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Dan pada akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan,

mengingat terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan

laporan ini. Semoga apa yang penulis peroleh dari semua pihak yang telah membantu

dalam perkuliahan dan penyusunan laporan ini kiranya ALLAH SWT yang akan

membalasnya.

Medan, Juli 2014

(63)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 2

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup PKLM ... 6

E. Metode PKLM ... 7

F. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 9

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA ... 11

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 11

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota ... 16

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 17

D. Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Kota ... 18

BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 22

A. Definisi Pajak ... 22

B. Asas – asas Pemungutan Pajak ... 22

C. Sistem Pemungutan Pajak ... 23

D. Wajib Pajak ... 24

E. Definisi Penanggung Pajak... 24

(64)

G. Dasar Hukum Penagihan ... 25

H. Bentuk Penagihan ... 26

I. Daluwarsa Penagihan ... 26

J. Bunga Penagihan ... 27

K. Biaya Penagihan ... 27

L. Tindakan Penagihan Pajak ... 28

M. Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 29

N. Pejabat Penagihan Pajak ... 30

O. Jurusita Pajak ... 31

P. Tunggakan Pajak ... 32

Q. Pengertian Utang Pajak ... 33

R. Timbulnya Utang Pajak ... 33

S. Hapusnya Utang Pajak ... 34

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 35

A. Prosedur Pelaksanaan Penagihan ... 35

B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Penagihan Pajak ... 47

C. Upaya Yang dilakukan Oleh Jurusita Pajak Dalam Mengatasi Kendala ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 57

Gambar

TABEL 2.1 DAFTAR BERDASARKAN JABATAN PEGAWAI KPP PRATAMA

Referensi

Dokumen terkait

Kepatuhan Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan Tahun 2012-2014”.

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mengenai objek studi khususnya Tatacara Permohonan dan

“Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

1.1 Untuk mengetahui prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama medan polonia. 1.2 Untuk mengetahui masalah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mempunyai tugas.. melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak di

Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisahb. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak

Lapangan Mandiri dengan judul : “ Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ”.. Tujuan dan Manfaat Praktik

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan