• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa di setiap wilayah tidak sama, masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, tak terkecuali bahasa Prancis. Menjadi salah satu bahasa resmi internasional, bahasa Prancis mulai banyak diajarkan di sekolah-sekolah menengah terutama di Indonesia. Bahasa Prancis memiliki struktur yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, terdapat beberapa variabel dalam bahasa Prancis yang tidak ditemui dalam bahasa Indonesia, seperti sistem konjugasi, artikel, gender dan lain-lain.

Pada bahasa Prancis, sebuah nomina cenderung tidak dapat berdiri sendiri. Untuk mengawali suatu nomina atau kata benda diperlukan adanya determinan. Determinan adalah konstituen yang mendahului nomina. Penandaan ini bisa berupa artikel (article), milik (possesif), demonstratif (démonstrative), numeral

(numeral), interogatif (interrogatif), dan determinan indefinit (definitness)1 .

Dengan adanya determinan, dapat diidentifikasi status ketakrifan dari sebuah nomina. Apabila nomina tersebut memiliki identitas referensi yang jelas, maka ditandai dengan penanda nomina takrif yang meliputi; artikel definit; pronomina, nama diri; dan determinan (posesif, demonstratif, dan gabungan). Sebaliknya untuk menandai nomina tak takrif digunakan artikel indefinit, determinan

1

(2)

2

numeral, determinan indefinit, dan artikel partitif. Nomina tak takrif merupakan nomina yang belum disebutkan sebelumnya, sehingga identitas referensinya tidak atau belum diketahui. Perbedaan nomina takrif (definit) dan tak takrif (indefinit) ditentukan oleh ada tidaknya kesepahaman antara penutur dan mitra wicara atau dapat tidaknya mitra wicara menangkap/mengetahui identitas referen yang disampaikan secara unik dalam kontrak komunikasi (communication contract) (Givon, 1984: 399 via Sajarwa 2014: 65)

Sebagai salah satu penanda nomina tak takrif, penggunaan artikel un/une pada bahasa Prancis tak jauh berbeda dalam penggunaannya a/an pada bahasa Inggris. Selain itu, setiap penanda, baik itu determinan secara luas ataupun artikel secara khususnya, pada bahasa Prancis dibedakan tergantung dari jenis (feminin/maskulin) dan juga jumlah kata benda yang disebutkan (tunggal/jamak). Menurut Çvelyne dan Loiseau, gender dan jumlah memiliki perananan yang sangat penting dalam bahasa Prancis karena mengandung kaidah konkordansi yang dapat mempengaruhi bentuk dan makna suatu kata. Gender merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan jenis kelamin nomina (maskulin atau feminin), sementara jumlah merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan bentuk tunggal dan jamak. Bahasa Indonesia juga mengenal konsep jenis, bentuk tunggal dan jamak, tetapi tidak terdapat penyesuaian seperti dalam bahasa Prancis. Gender dan jumlah dalam bahasa Indonesia tidak tampak secara tertulis. Bentuk itu hanya ditandai dengan ciri-ciri semantik tertentu yang dapat menunjukkan jenis kelamin, bentuk tunggal, dan bentuk jamak (Tobing, 2012:222).

(3)

3

Bahasa Indonesia tidak mengenal istilah awalan atau penanda nomina. Pada bahasa Indonesia cenderung digunakan kata satuan untuk mengawali suatu nomina. Meskipun begitu, tidak semua nomina memiliki suatu awalan. Selain kata satuan, terdapat pula beberapa penanda lain sebagai adanya sebuah nomina. Namun, penanda tersebut tidak bersifat wajib ada, tidak seperti pada bahasa Prancis.

Perbedaan sistem antara bahasa Prancis (bP) dan bahasa Indonesia (bI) tersebut sedikit menyulitkan proses penerjemahan dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. Terdapat beberapa kasus dimana dalam penerjemahan sebuah artikel diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran, namun ada juga yang diterjemahkan tanpa adanya penanda. Seperti pada contoh :

(1) Quand un danger menaçait un troupeau, il se rassemblait –

généralement sur une colline ou un rocher- et toutes les bêtes du

premier rang baissaient la tête et opposaient à l’ennemi une barrière

de cornes infranchissable. (Vendredi Ou La Vie Sauvage : 117)

„Jika bahaya mengancam sekawanan kambing, kawanan itu berkumpul –biasanya di sebuah bukitatau bukit karang- dan semua binatang di baris pertama menundukkan kepala dan melawan musuh dengan barisan tanduk yang tak dapat ditembus.‟ (Kehidupan Liar : 111)

Pada kalimat diatas ditemukan beberapa kasus yang menarik perhatian, seperti pada kata ‘un danger’ yang hanya diterjemahkan „bahaya‟, sedangkan kata

‘une colline’ diterjemahkan dengan „sebuah bukit‟. Selain itu, kata „une barriere’

hanya diartikan „barisan‟, tanpa sebuah penanda nomina.

Penelitian ini akan mengungkap penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis (Bsu) ke bahasa Indonesia (Bsa), serta bagaimana pola yang

(4)

4

dapat ditemukan dalam proses penerjemahan tanpa penanda (ø). Untuk mengungkap perbedaan tersebut digunakan teori wacana dan juga teori terjemahan yang selanjutnya akan dibahas pada landasan teori. Sumber data didapatkan dari novel Vendredi ou la Vie Sauvage karya Michael Tournier yang diterbitkan oleh Gallimard tahun 1971. Novel terjemahannya adalah Kehidupan Liar yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya tahun 1992.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, muncul beberapa kasus masalah yang menarik untuk diteliti berkenaan dengan penerjemahan penanda nomina dari bP ke bI yang analisisnya meliputi analisis wacana dan terjemahan. Dari pemaparan tersebut, muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia ?

2. Bagaimana pola penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan penanda nomina tak takrif bahasa Prancis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, serta (2) menemukan pola yang dapat ditemukan dalam penerjemahan penanda nomina tak takrif pada bahasa Prancis ke bahasa Indonesia.

(5)

5 1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai sistem pemarkahan artikel sebelumnya pernah dilakukan oleh B.R Suryo Baskoro dalam tesisnya yang berjudul “Pemarkah Tanmaujud dalam Bahasa Indonesia” yang membahas mengenai penanda nomina pada bahasa Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan tesis tersebut terletak pada penggunaan teori terjemahan. Pada tesis tersebut tidak dijelaskan mengenai proses penerjemahan zero dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Hanya dijelaskan mengenai pemarkah tanpa wujud dalam bahasa Indonesia saja.

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sajarwa dalam artikelnya pada Jurnal Humaniora Volume XV, No.2 tahun 2003 yang berjudul “Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis”. Artikel tersebut menjelaskan mengenai takrif berpemarkah dan tak berpemarkah; ketakrifan dan status informasi; berbagai jenis takrif, taktakrif, dan penandanya. Berbeda dengan penelitian ini, yang lebih berfokus kepada terjemahan dan penanda artikel indefininya.

Praptomo Baryadi pada karya ilmiahnya yang berjudul “Pemakaian Kata Satuan dalam Bahasa Indonesia”. Karya Ilmiah yang diajukan pada tahun 1983 tersebut menjelaskan mengenai pemakaian kata satuan, inventarisasi kata satuan, serta pengklasifikasian kata satuan dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan penelitian terhadap novel Vendredi ou la Vie Sauvage sebelumnya pernah dilakukan oleh Eki Melina Widanti dalam skripsinya yang berjudul “Penataan Informasi dalam Wacana Bahasa Prancis”. Skripsi tersebut membahas mengenai pola informasi kalimat bahasa Prancis dan terjemahannya

(6)

6

dalam bahasa Indonesia yang berkaitan juga dengan penataan informasi dan urgensi kalimat. Meskipun novel yang dipakai sama dengan novel yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini, akan tetapi permasalahan yang diangkat berbeda. Pada skripsi ini mengangkat sistem informasi sebagai permasalahannya, sedangkan penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai perbedaan sistem pemarkah dari terjemahan bahasa Prancis ke bahasa Indonesia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai pemarkahan artikel indefini dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga, penelitian ini layak dilakukan.

1.5 Landasan Teori 1.5.1 Penanda Nomina

Pada bahasa Prancis, sebuah nomina cenderung tidak dapat berdiri sendiri. Untuk mengawali suatu nomina diperlukan adanya determinan. Determinan adalah konstituen yang mendahului nomina atau dapat juga disebut penanda nomina. Determinan meliputi pre-article, article,post-article,dan démonstratif.

D (PréArt) + (Dém) + Art + (PostArt)

Aturan tersebut diungkapkan oleh Jean Dubois dan Françoise Dubois-Charlier. Artikel merupakan konstituen yang wajib ada pada nomina, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib. Berikut beberapa contoh penggunaan determinan dalam suatu struktur kalimat.

(2) Tous les troisétudiants sont très gentils.

(7)

7

(3) On se rencontre dans la même condition.

„Kita bertemu pada kondisi yang sama.‟

(4) Tous ces filles sont jolies.

„Semua perempuan itu cantik.‟

Kata „tous‟ pada contoh (2) dan (4) berfungsi sebagai pré-article. Kata ‘les‟, „la’,

‘ces’ berturut-turut pada contoh (2) dan (3) berfungsi sebagai artikel, sedangkan

pada contoh (4) berfungsi sebagai artikel yang juga bersifat demonstratif. Selanjutnya, kata „trois’ dan „même’ pada contoh (2) dan (3) berfungsi sebagai

post-article. Konstituen tersebut digunakan sebagai awalan dari nomina. Nomina

pada ketiga contoh di atas berturut-turut „gentils’, ‘condition’, dan „filles‟. Untuk lebih luasnyapenandaan ini dijabarkan menjadi : artikel (article), milik (possesif), demonstratif (démonstrative), numeral (numeral), interogatif (interrogatif), dan determinan indefinit (definitness)2. Selain itu, pada bahasa Prancis nomina profesi

sebagai atribut tidak disertai adanya determinan. Seperti pada contoh di bawah ini.

(5) Elle est chanteuse

„Dia penyanyi‟

(6) Nous sommes est étudiants

„Kami adalah mahasiswa‟

Nomina profesi chanteuse dan étudiants pada kedua kalimat di atas merupakan contoh kalimat yang tidak memiliki determinan di dalamnya.

Dengan melihat determinan, kita dapat dengan mudah mengidentifikasi ketakrifan dari nomina tersebut. Ketakrifan dapat menentukan status referen nomina. Secara semantis sebuah Noun Phrase (yang mengacu pada nomina, frase nominal, dan pronomina) dibedakan menjadi 2, yaitu referensial (yang mengacu

2

(8)

8

pada sesuatu) dan non-referensial (yang tidak mengacu pada sesuatu). Sedangkan dari segi pandangan pragmatis wacana, sebuah NP dikatakan takrif jika dapat diidentifikasikan secara unik, dan sebaliknya jika tidak dapat diidentifikasikan secara unik maka disebut tak takrif.3

Ketakrifan suatu nomina erat hubungannya dengan status informasi kalimat tersebut. Status informasi adalah kedudukan tertentu dari konstituen-konstituen sebagai pembawa informasi dalam suatu tuturan. Konstituen-konstituen tersebut mengandung satuan informasi. Status informasi mencakup informasi lama dan informasi baru (Widanti, 2014 : 19). Menurut Givon (1984: 399), Nomina yang berciri taktakrif (indefinite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi baru, sedangkan nomina yang berciri takrif (definite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi lama. Seperti yang terlihat pada contoh :

(7) La sorcière qui était accroupie sur le sol se releva tout à coup, (VVS :

61)

IL IB

„Dukun mereka yang sedang tertelungkup di tanah mendadak bangkit ( KL : 58)

IL IB

Pada kalimat (5) terdapat dua status informasi, yaitu Informasi Lama yang berciri takrif, ditandai dengan penggunaan artikel definit la, dan Informasi Baru yang berciri tak takrif.

Dalam konsep ketakrifan bahasa Prancis terdapat nomina takrif yang berpemarkah dan tidak berpemarkah. Kehadiran artikel atau determinan itu

3

(9)

9

sebagai alat atau piranti untuk memarkahi apakah nomina yang bersangkutan takrif atau tak takrif (Baskoro, 1992: 16 via Sajarwa, 2003: 135). Penanda nomina takrif berpemarkah meliputi : artikel definit, determinan demonstratif, dan

determinan posesif.4 Sedangkan, nomina takrif yang tak berpemarkah (dapat berdiri sendiri tanpa adanya penanda) adalah nomina yang merupakan nama (diri, tempat, pekerjaan, dll) serta pronomina. Pronomina adalah kata yang menggantikan nomina, ajektiva, gagasan, atau klausa sebelum atau setelahnya. (Grevisse 1975 : 448). Contohnya : je, tu, il/elle, dll. Sebaliknya, untuk nomina tak takrif ditandai dengan adanya : artikel indefinit, determinan numeral, determinan indefinit, dan artikel partitif.

Selain itu, setiap penanda, baik itu determinan secara luas ataupun artikel secara khususnya, pada bahasa Prancis dibedakan tergantung dari jenis (feminin/maskulin) dan juga jumlah kata benda yang disebutkan (tunggal/jamak). Gender dan jumlah dalam bahasa Indonesia tidak tampak secara tertulis. Bentuk itu hanya ditandai dengan ciri-ciri semantik tertentu yang dapat menunjukkan jenis kelamin, bentuk tunggal, dan bentuk jamak (Tobing, 2012:222). Berikut merupakan skema mengenai sistem ketakrifan dalam bahasa Prancis.

Bagan 1. Sistem Ketakrifan Bahasa Prancis

Tak Takrif

Sistem Ketakrifan Berpemarkah

Takrif Tak berpemarkah

4

(10)

10

1.5.1.1 Penanda Nomina Tak Takrif

Nomina tak takrif adalah nomina yang identitas referesialnya belum atau tidak diketahui sebelumnya. Oleh sebab itu, dari segi informasi nomina tersebut mengandung informasi baru. Nomina tak takrif tersebut ditandai dengan adanya determinan yang berupa artikel indefinit, determinan numeral, determinan indefinit, dan artikel partitif.5

a. Artikel Indefinit

Penanda utama nomina tak takrif adalah Artikel Indefinit. Artikel ndefinit digunakan jika identitas nomina belum atau tidak jelas. Belum ada kesepahaman akan referen antara pelaku komunikasi. Nomina yang diawali dengan AI bersifat tak takrif. Perhatikan contoh di bawah ini.

(8) J’ai acheté une voiture de sport

„Saya membeli sebuah mobil sport‟

(9) Elle a des soeurs

„Dia punya beberapa saudara perempuan‟

Contoh (8) dan (9) menggunakan artikel indefinit karena identitas nomina tersebut belum jelas.

Seperti halnya pada bahasa Inggris, nomina indefinit ditandai dengan awalan a/an Perbedaannya dengan bP, pada bahasa Inggris kata a/an dapat mengawali segala macam nomina indefinit tidak melihat jumlah maupun jenis seperti pada bP.

5

(11)

11

Artikel indefinit dipengaruhi jumlah dan jenis dari nomina yang bersangkutan. Un digunakan untuk awalan nomina tunggal maskulin. Une digunakan untuk nomina tunggal feminin. sedangkan Des digunakan untuk nomina jamak, baik itu maskulin ataupun feminin. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut. Artikel indefinit un/une dapat juga berfungsi sebagai determinan numeral ordinal, yaitu determinan yang mengandung jumlah seberapa banyak nomina tersebut.

Tabel 1. Artikel Indefinit

Jumlah Jenis Maskulin Feminin Tunggal Un Une Jamak Des b. Determinan Numeral

Dubois mengemukakan bahwa bahasa Prancis mengenal tiga jenis numeral yaitu, ordinal (ordinal), kardinal (cardinal), dan kolektif (collectifs) (1973: 71-72). Numeral ordinal digunakan dengan angka-angka langsung, seperti 1,2,3,4, dst. Sedangkan untuk menjelaskan tahapan atau urutan menggunakan numeral kardinal, contohnya seperti, le premier „pertama‟, le deuxième „kedua‟, le

troisième „ketiga‟, dst. Dan, numeral kolektif untuk menjelaskan nomor-nomor

banyak seperti une douzaine „lusinan‟, une centaine „ratusan‟, dst.

Dari ketiga jenis numeral di atas dua di antaranya merupakan penanda nomina tak takrif, sedangkan salah satunya merupakan penanda nomina takrif, yaitu numeral kardinal.

(12)

12

Numeral ordinal fungsinya sama dengan artikel indefinit, yaitu untuk menyatakan jumlah. Perbedaannya artikel indefinit cenderung untuk menunjukkan jumlah tunggal. Sedangkan numeral ordinal dapat menyatakan jumlah berlanjut seperti misal deux „dua‟, cinq „lima‟, dix „sepuluh‟, dll. Seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.

(10) Ma soeur prend trois sacs.

„Kakak perempuanku membawa tiga tas.‟

(11) Jean est allé à Bordeaux pendant sept jours.

„Jean pergi ke Bordeaux selama tujuh hari.

Pada contoh kalimat (10) trois sacs „tiga tas‟ dan (11) sept jours „tujuh hari‟ bersifat tak takrif karena didahului dengan numeral ordinal.

Dan, di bawah ini merupakan contoh dari kalimat yang mengandung numeral kolektif

(12) Une dizaine de filles voient cet événement

„Puluhan gadis melihat kejadian itu.‟

Kata une douzaine „puluhan‟ pada contoh (12) bersifat tak takrif karena belum diketahui secara pasti jumlah dari nominanya, hanya disebutkan puluhan saja. Disebut numeral kolektif karena numeral tersebut mewakili jumlah kolektif atau banyak.

c. Determinan Indefinit

Seperti yang terdapat dalam namanya, determinan indefinit disini berfungsi untuk menunjukkan jumlah atau kuantitas pada nomina. Penggunaanya kurang lebih sama dengan numeral ordinal. Perbedaannya terletak pada kejelasan jumlah atau nomina yang dirujuk, numeral ordinal menyebutkan jumlah pasti dari

(13)

13

nomina bersangkutan, sedangkan determinan indefinit menyebutkan jumlah yang tidak pasti atau jelas. Oleh karena itu, disebut indefinit. Contoh penggunaannya adalah dengan kata aucun „tak sesuatu pun‟, quelque „apapun‟, plusieurs „beberapa‟, tous „semua (jamak)‟, tout „semua (tunggal)‟, autre „lain‟, même „sama‟, chaque „setiap‟, nul „ tak sesuatu pun‟, dll. Perhatikan contoh di bawah ini.

(13) Il n’y avait pas un bruit et aucun animal ne se montrait. (VVS: 14)

„Tak terdengar suara apapun dan tak seekor pun binatang yang menampakkan diri.‟ (KL: 12)

(14) Après plusieurs heures de marche laborieuse. (VVS: 14)

„Setelah beberapa jam menempuh perjalanan yang penuh tantangan. (KL: 13)

(15) Robinson se jeta à l’eau et nagea de toutes ses forces vers le navire.

(VVS: 27)

„Robinson terjun ke laut dan berenang dengan sekuat tenaga menuju kapal.‟ (KL: 26)

Contoh kalimat (13), (14), dan (15) di atas bersifat tak takrif. Karena pada setiap nominanya diawali dengan determinan indefinit, yaitu aucun, plusieurs,dan toutes.

Penggunaan beberapa determinan indefinit dipengaruhi oleh gender dan jumlah dari nominanya. Misalnya, determinan „plusieurs‟ dan „quelques‟ yang cenderung diakhiri huruf „s‟ yang menandakan nomina jamak. Sedangkan determinan „tout‟ yang akan berubah accordnya menjadi „toutes‟ apabila nomina yang bersangkutan merupakan nomina feminin dan jamak. Begitu pula beberapa determinan indefinit lainnya.

(14)

14 d. Artikel Partitif

Menurut Sajarwa, artikel partitif atau l’article de partitif berfungsi menyatakan makna sebagian dari makna yang dikenai tindakan. Lebih jelasnya bahwa artikel tersebut menandai adanya pengurangan baik jumlah maupun bentuk atau sebagian dari sebuah nomina. Aktivitas yang dapat mengurangi nomina tersebut, misalnya makan, minum, memotong, dll. Karena artikel partitif menyatakan kuantitas, maka bersifat indefinit. Perhatikan contoh di bawah ini.

(16) Je mange du pain.

„Saya makan roti.‟

(17) Il a pris de la salade.

„Dia telah mengambil salad.‟

Pada contoh (16) nomina pain „roti‟ menggunakan artikel partitif du karena merupakan nomina tunggal maskulin. Sedangkan, pada contoh (17) nomina salade „salad‟ menggunakan artikel partitif de la karena bersifat feminin. Berikut tabel penggunaan artikel partitif. Meskipun begitu dalam penerjemahannya cenderung tidak memiliki penanda. Hanya saja terkadang penerjemah menambahkan kata „sebagian‟ di depan nomina yang bersangkutan.

Tabel 2. Artikel Partitif

Jumlah

Jenis

Maskulin Feminin

Tunggal Du De la

(15)

15 1.5.2 Terjemahan

Definisi terjemahan secara umum adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Seperti yang diungkapkan Nida dan Taber (1964) :

Translating consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style.

„Penerjemahan adalah upaya untuk mereproduksi pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dengan padanan senatural mungkin. Pertama, dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.‟

Dari definisi di atas dijelaskan bahwa kunci utama dalam proses penerjemahan adalah kesepadanan dari Teks sumber (Tsu) ke Teks sasaran (Tsa), sehingga pembaca pada umumnya tidak menyadari bahwa sebuah karya merupakan suatu karya terjemahan. Akan tetapi, hal itu tidaklah mudah, jika mengingat bahwa suatu bahasa memiliki karakteristik tertentu yang belum tentu terdapat pada bahasa lainnya. Misalnya, pada bahasa Prancis terdapat sistem konjugasi, sedangkan bahasa Indonesia tidak mengenal sistem konjugasi. Sebaliknya, pada bI terdapat sistem afiksasi, prefiks, sufiks dan bP sama sekali tak mengenalnya. Oleh karena itu, pada proses terjemahan, penerjemah pada proses menerjemahkan harus menemukan padanan yang paling mendekati dari Bsu ke Bsa seperti yang diungkapkan oleh Catford (1965) :

Translation is the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL).

„Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan materi tekstual dalalm bahasa lain (bahasa sasaran).‟

Dari kedua teori tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur penting dalam terjemahan, yaitu :

(16)

16

1. Kegiatan memindahkan pesan 2. Pesan tersebut harus sama/ padan

3. Terdapat dua bahasa yang terlibat, Bahasa sumber (Bsu) dan Bahasa sasaran (Bsa).

1.5.2.1 Nil Equivalent dan Zero Equivalent

Proses penerjemahan merupakan pencarian equivalent atau padanan.

Equivalent menjadi yang utama dicari dalam penerjemahan karena equivalent

berhubungan langsung dengan kesamaan pesan. Pencarian padanan akan membawa penerjemah ke konsep keterjemahan (translatability) dan ketakterjemahan (untranslatability) (Nababan, 1999:93). Keterjemahan menyangkut ketersediaan padanan pada bahasa sasaran sebagai dampak dari keberagaman budaya dan ketakterjemahan berhubungan dengan ketaktersediaan padanan sebagai dampak dari keunikan budaya.

Padanan terjemahan merupakan fenomena empiris yang diperoleh dengan membandingkan teks bahasa sumber dengan teks bahasa sasaran. Catford mengemukakan bahwa padanan tekstual dapat dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi dan ditinjau dari berbagai sudut pandang. Salah satu klasifikasi adalah

nil equivalent dan zero equivalent. Dua istilah itu digunakan oleh Catford (1965:

29) sehubungan dengan ketaktersediaan padanan langsung dalam bahasa sasaran.

Nil equivalent mengacu pada kondisi dimana padanan terjemahan pada bahasa

sasaran tidak tersedia karena memang unsur tersebut tidak ada di dalam bahasa sasaran. Sedangkan Zero equivalent berkaitan dengan ketidakmunculan padanan karena tidak sesuai dengan konteks bahasa sasaran.

(17)

17 1.5.3 Wacana

Pada kamus bahasa Inggris disebutkan bahwa kata „discours‟ berasal dari bahasa latin „discursus‟ yang berarti „lari kian kemari‟. Dalam perkembangannya disebutkan bahwa wacana dapat juga berarti :

1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata 2. Komunikasi secara umum

3. Risalah lisan

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan pemakaian bahasa untuk komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.

Selanjutnya, Baryadi (2002: 3) menyatakan bahwa analisis wacana mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun eksternal. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagiannya. Dan, dari segi eksternal, wacana dikaji dari keterkaitan suatu wacana dengan pembicara/penulis, hal yang dibicarakan, dan lawan bicara/pembaca. Dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis wacana adalah untuk memberikan wacana dalam fungsinya sebagai alat komunikasi.6

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan penlitian, yaitu : tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:3).

6

I. Kusrianti, 2004, Analisis Wacana, Wacana Iklan Pigeon Two Way Cake Kajian Kohesi Tekstual dan Kontekstual, hal.5

(18)

18

1. Tahap Pengumpulan Data

Data diambil dengan cara mengumpulkan contoh artikel indefini pada novel Vendredi et la Vie Sauvage dengan menggunakan teknik catat. Selanjutnya, dibandingkan dengan novel terjemahan dari kedua novel tersebut.

2. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini, data yang telah didapat dan dikumpulkan dianalisis menggunakan metode agih dan padan, alat penentunya adalah bagian dari bahasa itu sendiri. Metode padan juga dipakai karena penelitian ini membandingkan penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. Menggunakan metode agih, data selanjutnya dianalisis menggunakan Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) untuk membagi kalimat menjadi beberapa bagian. Teknik selanjutnya yang dipakai adalah teknik baca markah, sehingga dapat diketahui satuan-satuan lingualnya.

3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data

Pada tahapan akhir ini, hasil analisis disajikan dalam bentuk data yang telah diurutkan dan selanjutnya dirangkum pada bab kesimpulan. Dalam penyajian data, metode yang dilakukan bersifat informal yakni metode penyajian data yang menggunakan perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145).

(19)

19 1.7 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan disajikan dalam 3 bab yang disusun secara sistematis dan berurutan. Yang terdiri dari :

Bab I berupa Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, serta Sistematika Penyajian

Bab II berupa Pembahasan yang berisi penjelasan mengenai penanda nomina tak takrif pada bahasa Prancis beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Bab III adalah bab penutup yang berisi Kesimpulan. Selanjutnya terdapat Daftar Pustaka yang berisi daftar judul buku, jurnal, dan sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar

Tabel 1.  Artikel Indefinit
Tabel 2. Artikel Partitif

Referensi

Dokumen terkait

Contoh penerapan modelling dalam bimbingan dan konseling yaitu pada studi yang dilakukan oleh Kris- phianti, Hidayah, & Irtadji (2016) yang membuktikan bahwa teknik storytelling

Didesain secara khusus untuk mengurangi biaya perawatan dengan kemudahan akses ke komponen penting, interval servis lebih lama, dan suku cadang yang mudah diperoleh, serta

yang tepat penggunaan insektisida abamektin untuk pengendalian lalat pengorok daun pada pertanaman kentang.. Aplikasi insektisida berbahan aktif abamektin dapat menekan

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan sampel sebanyak 91 responden.Data yang diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert) dan diolah menggunakan SPSS

Sedangkan mengenai kewajiban BANK Maluku, adalah Melakukan pembayaran biaya BPDNet Online kepada Artajasa, Menyetujui permintaan tertulis dari Artajasa unt uk

Penerimaan bersih atas biaya variabel (return above variabel cost = RAVC )Penerimaan bersih atas biaya variabel dapat dihutung dengan penyajian sebagai

Guru mengarahkan siswa untuk merangkum penyakit yang berhubungan Guru mengarahkan siswa untuk merangkum penyakit yang berhubungan dengan sistem peredaran darah pada manusia..

Analisis feminisme eksistensialis dalam novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy, menekankan pada kebebasan seseorang terutama perempuan dalam