• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) DENGAN PENAMBAHAN PERMAINAN PUZZLE PADA SISWA KELAS 5 MI SRUWEN IV - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) DENGAN PENAMBAHAN PERMAINAN PUZZLE PADA SISWA KELAS 5 MI SRUWEN IV - Test Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA

MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF

TIPE TPS

(THINK-PAIR-SHARE)

DENGAN

PENAMBAHAN PERMAINAN

PUZZLE

PADA SISWA

KELAS 5 MI SRUWEN IV

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

LUQITA CAHYANI

11510076

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)
(3)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA

MATERI ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA

MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF

TIPE TPS

(THINK-PAIR-SHARE)

DENGAN

PENAMBAHAN PERMAINAN

PUZZLE

PADA SISWA

KELAS 5 MI SRUWEN IV

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

LUQITA CAHYANI

11510076

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Ketika hidup memberimu ratusan alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kau punya ribuan alasan untuk tersenyum.

Saya jauh lebih suka impian tentang masa depan daripada sejarah masa lalu (Thomas Jefferson)

Di saat-saat buruk, tumbuhlah menjadi kuat. Di saat-saat baik, nikmatilah dengan sepenuh hati. Di segala saat, bersyukurlah!

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tiada henti.

2. Kakakku Andin dan adikku Amung yang selalu menghiburku, memberikan semangat serta dukungan bagiku.

3. Sahabat-sahabatku, Ulfik, Nanda, Ika, Riski, Aufa, dan teman-teman PGMI 2010 yang telah menemaniku dan memberi motivasi padaku. 4. Bapak Sumarno Widjadipa yang membimbing dalam menyelesaikan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku ketua STAIN Salatiga

2. Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.

3. Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan dilingkungan program tudi PGMI.

5. Bapak Muhammad Fattah Amin, M.Pd selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Sruwen IV yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.

6. Bapak dan ibu guru di MI Sruwen IV yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

(9)

9. Kakak serta adik tersayang yang selalu memberi dukungan dan penyemangat bagi penulis.

10. Teman seperjuangan, PGMI 2010 yang selama ini telah berjuang bersama dalam suka maupun duka.

11. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberi semangat dan motivasi bagi penulis dan sealu ada baik disaat senang maupun disaat duka.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lenih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharapsemoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 10 Januari 2015

Penulis

(10)

ABSTRAK

CAHYANI, LUQITA. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Alat-Alat Pencernaan Manusia Melalui Penerapan Metode Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Dengan Penambahan Permainan Puzzle Pada Siswa Kelas 5 MI Sruwen IV. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Sumarno Widjadipa, M.Pd.

Kata Kunci: Prestasi Belajar IPA, TPS, danPuzzle.

Penelitian ini merupakan upaya dalam menigkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI Sruwen IV pada mata pelajaran IPA materi alat-alat pencernaan manusia tahun pelajaran 2014/2015. Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi alat-alat pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 di MI Sruwen IV, dan apakah penerapan metode tersebut dapat memenuhi target pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?

Guna menjawab pertanyaan tersebut, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan melalui tiga tahapan, yakni tiga kali siklus penelitian. Pada setiap siklus, terdapat rangkaian kegiatan yang terdiri dari: 1)Perencanaan, untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan pembelajaran, dan membuat instrument penelitian, 2)Pelaksanaan Tindakan, melaksanakan tindakan pembelajaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Alat-alat pencernaan manusia, 3) Observasi, pengambilan data dan hasil dari tes dan lembar pengamatan, 4) Refleksi, memproses data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adala seluruh siswa kelas 5 MI Sruwen IV yang berjumlah 16 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki, dan 8 siswi perempuan. Penelitian ini menerapkan metode kooperatif tipe TPS dengan menambahkan permainan puzzle

pada saat pembelajaran IPA.

(11)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Hipotesis Tindakan... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 7

G. Metode Penelitian... 8

H. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar... 16

1. Pengertian Prestasi Belajar... 16

(12)

B. Penggunaan metode kooperatif tipeThink-Pair-SharedanPuzzlepada

materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkanKKM ... 17

1. Pengertian Metode... 17

2. Kooperatif... 18

3. Model Belajar TPS ... 20

4. Permainan... 22

5. Puzzle... 23

6. Alat Pencernaan Manusia... 24

7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 29

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Situasi Umum MI Sruwen IV... 30

B. Deskripsi Siklus I ... 32

1. Tahap Perencanaan ... 33

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 33

3. Tahap Observasi ... 35

4. Tahap Refleksi ... 36

C. Deskripsi Siklus II... 37

1. Tahap Perencanaan ... 37

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 38

3. Tahap Observasi ... 39

4. Tahap Refleksi ... 40

D. Deskripsi Siklus III ... 41

1. Tahap Perencanaan ... 41

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Data Persiklus... 44

(13)

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

1. Data Ketuntasan Prestasi Siswa... 47

a. Data Ketuntasan Siswa Siklus I... 47

b. Data Ketuntasan Prestasi Siswa Siklus II ... 48

c. Data Ketuntasan Prestasi Siswa Siklus III... 49

2. Data Peningkatan Prestasi Siswa... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 55

B. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-Lampiran

(14)

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Daftar Guru MI Sruwen IV ... 30

Tabel 3.2 Data Siswa Kelas V MI Sruwen IV ... 32

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44

Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 45

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III... 46

Tabel 4.4 Data Ketuntasan Siswa Siklus I ... 47

Tabel 4.5 Data Ketuntasan Siswa Siklus II... 48

Tabel 4.6 Data Ketuntasan Siswa Siklus III... 49

(15)

Daftar Gambar

1.1 Skema Siklus Penelitian... 13

4.1 Gambar soal berkelompok ... 34

(16)

Daftar Diagram

4.1 Diagram Prestasi Belajar berdasarkan KKM individu... 52

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Materi Pelajaran

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru Siklus I

Lampiran 6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Guru Siklus III

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus II

Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Siklus III

Lampiran 11 Lembar Soal Berkelompok

Lampiran 12 Lembar Puzzle Alat-Alat Pencernaan Manusia

Lampiran 13 Dokumentasi

Lampiran 14 Nota Pembimbing

Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 17 Surat Balasan Izin Penelitian

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar secara berkelompok lebih efektif dibandingkan dengan belajar

secara individu atau sendiri. Hal tersebut dikarenakan ada banyak kelebihan

yang dapat dilihat berdasarkan daripada tujuan belajar berkelompok, baik

untuk masing-masing individu anak, maupun bagi seluruh anggotannya.

Dilihat dari tujuan bagi masing-masing individu (siswa), belajar kelompok

membuat anak tidak tertekan dengan tugas yang harus ia kerjakan sendiri,

mengurangi rasa bosan anak yang biasa terkungkung dalam pembelajaran

yang monoton, dan membuat anak merasa percaya diri dengan apa yang

dilakukan bersama kelompoknya. Seperti yang dikemukakan Agus Suprijono,

bahwa tujuan intrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa

dalam kelompok perasaan menjadi senang (Suprijono, 2009: 57).

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai bersama, belajar kelompok

bertujuan untuk memecahkan berbagai persoalan (tugas sekolah) secara

bersama melalui tukar pikiran dan pendapat serta mengembangkan berbagai

sikap sosial antar individu dalam kelompoknya. Hal tersebut juga

dikemukakan oleh Usman dan Setiawati sebagai berikut.

(19)

yang dibebankan, serta membina kerjasama yang positif dan kreatif (Usman

dan Setiawati, 1993: 130).

Senada dengan Usman dan Setiawati, Suprijono juga mengemukakan bahwa

tujuan Ekstrinsik ialah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk

mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus

dikerjakan secara bersama-sama (Suprijono, 2009: 57).

Alat pencernaan pada manusia merupakan materi yang di dalamnya

memerlukan pemahaman dari sisi konsep dan dari sisi pendalaman materi

terkait dengan membedakan komponen-komponen di dalam alat-alat

pencernaan pada manusia, sehingga siswa memerlukan metode yang tepat

untuk mempelajarinya. Namun berdasarkan fakta yang penulis temukan di

lapangan, di MI Sruwen IV penggunaan metode yang variatif masih belum

digunakan. Proses KBM di sekolah tersebut masih sangat monoton dan lekat

dengan papan tulis, ceramah, dan catatan siswa yang menjadikan salah satu

faktor belum tercapainya prestasi belajar yang maksimal. Sehingga perlu

adanya perbaikan dalam penggunaan metode belajar yang tergolong masih

kuno tersebut.

Dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif, siswa dapat

memahami materi alat-alat pencernaan pada manusia dari berbagai sudut

pandang, baik dari sudut pandang guru, dirinya sendiri, maupun dari sudut

pandang kelompoknya, sehingga siswa akan mampu memahami materi

berdasarkan pengetahuan yang ia bangun bersama orang lain. Karena tidak

(20)

materi berdasarkan apa yang mereka ketahui dalam angan-angan mereka saja

berdasarkan penjelasan lisan dan tulisan guru dan bukannya yang mereka

dapat dari pengalaman mereka sendiri, sehingga prestasi belajar yang mereka

dapatkan kurang maksimal. Hal tersebut juga dikarenakan anak kurang

mendapatkan kesempatan menyampaikan apa yang dipahaminya seputar

materi yang telah ia dapatkan, sehingga pengetahuan yang ia bangun secara

individu hanya dapat ia terima sendiri berdasarkan sudut pandangnya.

Menurut Vygotsky melalui teori konstruksivisme sosial yang dikemukakannya, bahwa pengetahuan dibangun dan dikontruksi secara mutual yang menempatkan peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik (Suprijono, 2009: 55).

Sehingga, mengajarkan materi alat pencernaan pada manusia melalui

sosialisasi dan interaksi dalam berbagai kegiatan belajar kelompok dapat

memberikan pengalaman langsung, berupa hasil kerja kelompok, baik yang

berupa kegagalan maupun keberhasilan, yang dapat mereka ingat sampai

kapan pun.

Metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) merupakan salah satu

metode kooperatif yang mengedepankan kegiatan kerjasama antar siswa,

walaupun untuk metode ini sendiri tidak hanya terdapat unsur kerja sama saja,

namun juga mengandalkan kegiatan berfikir (thinking) terkait materi yang

(21)

penambahan permainan ini, diharapkan peserta didik dapat belajar tentang

alat pencernaan pada manusia sekaligus belajar bersosialisasi dalam suasana

dan perasaan senang dengan adanya unsur permainan, sehingga didapatkan

hasil berupa pengalaman belajar yang menyenangkan bagi peserta didik, yang

dapat mereka pergunakan dalam menemukan dan memahami konsep, serta

menguatkan ingatan materi tentang alat pencernaan pada manusia. Tujuan dari

metode ini juga dikemukakan oleh Agus Suprijono, bahwa dalam kegiatan ini

(think-pair-share) diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada

pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat

menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya (Suprijono, 2009:

91).

Metode think-pair-share membutuhkan unsur kolaborasi dan kerja

sama yang besar antar anggota kelompok. Melihat hal tersebut, dalam

penerapannya dibutuhkan usaha berupa umpan dalam meningkatkan kerja

sama antar tim. Salah satu usaha yang menurut peneliti dapat diterapkan

dalam menguatkan kerja sama antar tim ialah memberikan kegiatan belajar

yang di dalamnya terdapat unsur permainan yang sifatnya kompetitif, agar

anak lebih aktif, serta dapat memotivasi anak untuk lebih cepat dan tekun

dalam penyelesaian tugas. Para siswa dinilai berdasarkan norma yang

ditetapkan yang menuntut mereka untuk bekerja lebih cepat dan akurat

daripada teman yang lain (Johnson dkk, 2010: 2).

Permainan yang peneliti terapkan bertujuan memacu timbulnnya kerja

(22)

bermain dalam belajar akan mengurangi rasa bosan dan menimbulkan

perasaan senang ketika belajar. Seperti yang dikemukakan Anggani Sudono,

bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

memperguanakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan

informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak

(Sudono, 2010: 1).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI PENERAPAN METODE

KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) DENGAN PENAMBAHAN

PERMAINAN PUZZLE PADA SISWA KELAS 5 MI SRUWEN IV”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. “Apakah penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share)

dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi

alat-alat pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas 5 di MI Sruwen IV?”

2. “Apakah penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share)

dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi

alat-alat pencernaan manusia dapat memenuhi target pencapaian Kriteria

(23)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe TPS (

Think-Pair-Share) dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA

materi alat-alat pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa kelas 5 di Mi Sruwen IV.

2. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe TPS (

Think-Pair-Share) dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA

materi alat-alat pencernaan manusia dapat memenuhi target pencapaian

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan.

D. Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian.

Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka di dalam penelitian perlu

dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari

sustu penelitian ini biasanya disebut hipotesis (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:

72). Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis yaitu:

1. Penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan

penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi alat-alat

pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 di

MI Sruwen IV.

2. Penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan

(24)

pencernaan manusia dapat memenuhi target pencapaian Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan.

E. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan acuan untuk penelitian mengenai pengembangan metode

kooperatif.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam menyusun

strategi belajar untuk meningkatkan minat belajar siswa dan memperbaiki

pola belajar dikelas.

3. Sebagai penambah wawasan dan informasi tentang pentingnya diadakan

kegiatan bersosialisasi dan kerja sama tim dalam kegiatan belajar

khususnya mata pelajaran IPA.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan agar tidak ada kesalahpahaman dalam

menafsirkan setiap maksud penelitian dan memberikan interpretasi beberapa

istilah yang penulis gunakan dalam penelitian.

Adapun istilah-istilah tersebut, antara lain :

1. Metode Pembelajaran Kooperatif(cooperative learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah (cooperative learning)

adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan

kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama di

(25)

2. TPS(Think-Pair-Share)

Pengertian TPS (Think-Pair-Share) menurut Ibrahim dkk

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa .TPS menghendaki siswa bekerja

saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan

oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual.

3. Permainan

Pengertian permainan menurut Loy Mcpherson dan Kenyon ialah

berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh;

keterampilan fisik, strategi, atau kesempatan, yang dilakukan secara

perorangan atau gabungan. (M. Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak

dengan Bermain, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan

UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)).

4. PUZZLE:

Puzzle, berdasarkan kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti teka-teki

atau bongkar pasang. Puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara

bongkar pasang.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan teknik-teknik yang penulis gunakan

(26)

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.

Berdasarkan hasil analisa data dan karakteristik penilaiannya, jenis

penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas (PTK). Hal tersebut dapat

ditinjau dari beberapa karakteristik PTK, antara lain:

a. Karakteristik yang unik dari PTK, yaitu adanya rencana

tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki praktik dan proses

pembelajaran di kelas.

b. Adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat (para

guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk

mengobservasi dan merumuskan persoalan mendasar yang perlu

diatasi (Penelitian Tindakan Kelas, Susilo, 2007: 17)

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian : MI Sruwen IV

b. Waktu Penelitian : 1) Pada tanggal 18 Oktober 2014, peneliti melakukan observasi pra siklus.

2) Pada tanggal 20 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus I

3) Pada tanggal 22 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus II, dan

4) Pada tanggal 24 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus III.

c. Subjek

1) Guru

(27)

3. Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan berbagai informasi dan data, penulis

menggunakan:

a. Pengumpulan data melalui tes pemberian soal uraian diakhir

pelajaran.

b. Pengumpulan data melalui observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan cara paling

efektif adalah dengan melengkapinya dengan format atau blanko

pengamataan sebagai instrument. Peneliti membuat

indikator-indikator yang dikembangkan dari permasalahan yang sedang digali.

4. Analisis Data

Analisis data sangat diperlukan guna mengetahui hasil dan atau

untuk menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data-data yang telah

dikumpulkan ditiap siklusnya.

a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan penghitungan

dengan rumus:

M=∑

Keterangan:

M = Nilai rata-rata

∑X = Jumlah semua nilai siswa

(28)

b. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, digunakan

rumus sebagai berikut:

P = × 100

Keterangan:

P = Jumlah nilai dalam persen

F = Frekuensi

N = Jumlah nilai keseluruhan (Djamarah, 2005: 264-265)

5. Indikator Pencapaian

Selain menentukan prosentase ketuntasan ketercapaian, peneliti

juga menetapkan indikator ketercapaian, yakni sebagai berikut:

a. Indikator untuk ketuntasan prestasi belajar individu

Indikator ketuntasan peningkatan pemahaman siswa pada materi

alat-alat pencernaan manusia apabila siswa tersebut mencapaiKKM ≥ 70.

b. Indikator untuk ketuntasan prestasi belajar secara nasional

Indikator ketuntasan peningkatan pemahaman siswa pada materi

alat-alat pencernaan manusia berdasarkan KKM nasional siswa dianggap

berhasil apabila siswa tersebut mencapai KKM≥ 75.

6. Siklus Penelitian

(29)

1) Persiapan berbagai instrument belajar mengajar, seperti: RPP,

alat/media belajar, dan sumber belajar (buku paket IPA kelas 5,

lembar kerja siswa, gambar alat pencernaan).

2) Menyusun alat evaluasi prestasi belajar.

3) Menyusun dan menyiapkan instrument observasi.

b. Tindakan

Tahap ini mencakup seluruh implementasi dari perencanaan yang

telah dibuat. Guru menjalankan kegiatan belajar berdasarkan RPP

yang telah dibuat, serta melaksanakan evaluasi pembelajaran.

c. Observasi

Pada tahap ini yang dilakukan ialah mengamati dan memberi

penilaian terhadap jalannya proses belajar mengajar.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, yang dilakukan ialah menganalisis data hasil

observasi, mengidentifikasi kekurangan selama proses belajar

(30)

Gambar 1.1 Siklus 1-3 adalah sebagai berikut:

Perancangan

Refleksi Tindakan

Pengamatan

Perancangan Perancangan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi

Tindakan Refleksi

Pengamatan

(31)

H. Sistematika Penulisan

Penulis beusaha menyusun kerangka skripsi secara sistematis agar

tujuan dari skripsi lebih terarah dan mudah dipahami. Adapun sistematika

penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian Muka

Bagian muka dari proposal ini terdiri dari: sampul, lembar berlogo, judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian

tulisan, motto dan persembahankata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari:

BAB I Berisi pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan,

Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II Dalam bab ini penulis menguraikan studi kepustakaan yaitu

tinjauan pustaka dan landasan teori yang penulis gunakan terkait

teori dan penerapan metode kooperatif model Think-Pair-Share

dengan penambahan permainan puzzle.

BAB III Dalam bab ini penulis berupaya mengurai tentang pelaksanaan

tindakan yang terdiri dari: gambaran umum MI Sruwen IV,

Subyek Penelitian, Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi

(32)

BAB IV Dalam bab ini penulis memaparkan hasil penelitian, antara lain

mencakup deskripsi per siklus yang membahas mengenai data

hasil pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi

pembahasan dan hipotesis.

BAB V Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan hasil

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil

usaha.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan

nilai tes yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor, baik

fisiologis, maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana

kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang

menyangkut psikologis adalah, minatnya, tingkat kecerdasannya, usia,

bakat, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Selain itu,

masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar

anak, antara lain:

a. Pemenuhan kebutuhan psikologis:

Secara umum diketahui bahwa dalam perkembangan anak perlu

(34)

sandang, dan perumahan serta kasih saying, perhatian, penghargaan

terhadap dirinya dan peluang pengaktualisian dirinya (Semiawan,

2008: 11).

b. Intelegensi dan motivasi.

Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor seperti intelegensi,

emosi, dan, motivasi. Inteligensi. Menurut Winkel (1986 : 153)

memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan mengatakan,

ineteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan

mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk

berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan.

Selain itu, prestasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh emosi dan

motivasi individu. Seseorang butuh motivasi atau motor penggerak

dalam belajar, sehingga tujuan belajar dapat dicapai.

B. Penggunaan metode kooperatif tipe Think-Pair-Share dan puzzle pada

materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkan KKM

1. Pengertian Metode

Pengertian metode menurut Fathurrahman Pupuh (2007) secara

harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan

sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan

(35)

Penggunaan suatu metode tertentu dalam kegiatan belajar

mengajar sangat diperlukan sebagai upaya memperoleh prestasi belajar

yang maksimal bagi peserta didik. Sehingga keterampilan guru dalam

memilih metode untuk diterapkan dalam pembelajaran sangatlah

diperlukan. Pentingnya keterampilan seorang guru dalam memilih metode

tertentu dalam suatu pelajarn juga dikemukakan oleh Hamruni, bahwa

pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam

menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga

pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal (Hamruni, 2001:

7).

2. Kooperatif

Kooperatif menunjukkan kata sifat. Kooperatif sendiri berasal dari

kata kooperasi yang berarti bekerja bersama untuk mencapai tujuan

bersama. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah proses

belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil

yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di

dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan

pembelajaran satu sama lain (Johnson, 2010: 5). Sedangkan menurut

Hamruni, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa

belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan

tingkat kemampuan yang berbeda (Hamruni, 2012: 118).

Inti dari pembelajaran kooperatif adalah nilai kerjasama, baik

(36)

peserta didik dengan pendidik. Keberadaan pendidik dalam pembelajaran

menjadi sangat penting ketika guru bertindak menjadi fasilitator dalam

kelas, yakni memberi tugas, mengarahkan, dan memberi pengawasan

terhadap jalannya kegiatan belajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Agus Suprijono, bahwa secara umum pembelajaran kooperatif dianggap

lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud (Suprijono, 2009: 55).

Hasil yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif bukan hanya

sekedar isu-isu yang sedang dibicarakan anak berdasarkan materi yang

diberikan guru saja. Namun juga prestasi belajar yang berkaitan dengan

perkembangan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Model

pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai prestasi belajar

berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

pengembangan keterampilan social (Suprijono, 2009: 61). Menurut Roger

David Johnson, hasil tersebut dapat dicapai secara maksimal apabila

memenuhi 5 unsur pembelajaran kooperatif, antara lain:

a. Saling Ketergantungan Positif

Pembelajaran kooperatif menunjukkan ada dua pertnggungjwaban

kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan, dan yang

(37)

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Tanggung jawab peseorangan ialah kunci untuk menjamin semua

anggota yg diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah

mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat

menyelesaikan tugas yang sama.

c. Tatap Muka

Kegiatan interaksi akan memberikan para pembelajar untuk

membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

d. Komunikasi Antar Anggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada keediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

mengutarakan pendapat mereka.

e. Pemrosesan Kelompok

Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau

tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.

3. Model Belajar TPS (Think-Pair-Share)

Pengertian TPS (Think-Pair-Share) menurut Ibrahim dkk

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa .TPS menghendaki siswa bekerja

saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan

(38)

Model belajar ini termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Istilah

Think-Pair-Share berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing artinya antara

lain:

a. Think: (kb)pikiran, (kk)berpikir (Echols dan Shadily, 2005: 587).

Think/thinking jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti berpikir.

Seperti namanya, “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru

mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk

dipikirkan oleh peserta didik.Guru memberi kesempatan kepada

mereka untuk memikirkan jawabannya (Suprijono, 2009: 91).

b. Pair/pairing: (kb)sepasang, (kk)berpasangan. (Echols dan Shadily,

2005: 416) Pair/pairing berarti sepasang/berpasangan. “Pairing”,

pada tahap ini guru meminta peserta didikberpasang-pasangan itu

untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna

dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan

pasangan-pasangannya. (Suprijono, 2009: )

c. Share/Sharing: (kb)bagian, (kk)membagi. (Echols dan Shadily, 2005:

518). Share/sharing berarti bagian/membagi. Dalam kegiatan

“Sharing”, siswa membagikan hasil diskusinya kepada peserta yang

lain. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya

dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan

“Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang

(39)

4. Permainan

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau informasi,

memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak

(Anggani Sudono, 2010: 1). Sedangkan menurut M. Furqon Hidayatullah,

bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan

dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman

bermain. (Hidayatullah, 2008: 5).

Permainan, menutut Loy, Mcpherson, dan Kenyon adalah berbagai bentuk

kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh :

a. Keterampilan fisik,

b. Strategi,

c. Atau kesempatan,

d. Yang dilakukan secara perseorangan atau gabungan. (M. Furqon

Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain, Lembaga

Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan

Percetakan UNS (UNS Press)).

Hetherington dan Park (1979: 57) mengemukakan fungsi bermain, yaitu:

a. Mempermudah pengembangan kognitif anak. Bermain memberikan

kepada anak untuk mempelajari lingkungannya, belajar tentang objek,

(40)

b. Bermain mempercepat atau mempercepat pengembangan sosial anak;

terutama di dalam fantasi, bermain peran, anak belajar memahami

yang lain dan berlatih peran seakan-akan anak tambah dewasa; dan

c. Bermain memberikan kepada anak untuk memecahkan beberapa

problem emosionalnya, belajar mengatasi kecemasan dan konflik

dalam dirinya di dalam situasi yang tidak mengancam/atau

menghawatirkan (non threatening). (M. Furqon Hidayatullah,

Mendidik Anak dengan Bermain, Lembaga Pengembangan Pendidikan

(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)).

5. Puzzle

Puzzle berdasarkan kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti

teka-teki. Puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara bongkar pasang.

Permainan puzzle bukan lagi permainan yang asing bagi anak-anak.

Permainan puzzle memiliki banyak jenisnya. Menurut Rani Yulianti,

puzzle memberikan kesempatan belajar yang besar bagi anak, selain itu

puzzlejuga memiliki beberapa manfaat, antara lain:

a. Mengasah Otak. Permainan ini melatih sel-sel otak untuk memecahkan

masalah.

b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Hal itu dikarenakan anak harus

mencocokkan keeping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu

gambar utuh.

(41)

d. Melatih nalar. Bermain puzzle dalam bentuk manusia akan melatih

nalar, karena anak akan menyimpulkan dimana letak kepala, tangan,

kaki, dan lain-lain sesuai logika.

e. Melatih kesabaran. Dengan bermain puzzle, kesabaran akan terlatih

karena saat bermain puzzle akan dibutuhkan kesabaran dalam

menyelesaikan permasalahan.

f. Pengetahuan. Dengan belajar puzzle, anak-anak akan mengenal warna

dan bentuk. Anak juga akan belajar konsep dasar binatang, alam

sekitar, jenis-jenis benda, anatomi tubuh manusia, dan lain-lain.(Rani

Yulianti I, Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak, Laskar

Aksara, Jakarta).

6. Alat Pencernaan Manusia

Pengertian alat pencernaan adalah alat yang berfungsi untuk

menghancurkan makanan (Azmiyawati. dkk, 2008: 14). Alat pencernaan

pada manusia terdiri dari: (Ahmad Abtokhi, Sains untuk PGMI/PGSD,

UIN Malang Press, Malang, 2008)

a. Mulut/rongga mulut

Makanan akan melalui proses pencernaan yang pertama kali

yaitu di dalam mulut. Di dalam mulut terdapat gigi, lidah, dan kelenjar

pencernaan yaitu kelenjar air liur. Di dalam mulut terjadi proses

pencernaan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis merupakan

pencernaan makanan yang dilakukan oleh gigi dibantu dengan lidah.

(42)

1) Gigi

Gigi berfungsi menghancurkan makanan yang masuk

kedalam mulut. Berdasarkan fungsinya, gigi dibedakan menjadi

tiga, yaitu gigi seri berfungsi memotong makanan, gigi taring

untuk mengoyak makanan, dan gigi geraham untuk mengunyah

makanan.

2) Lidah

Lidah mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. Mengatur letak makanan saat dikunyah.

b. Membantu menelan makanan.

c. Mengecap rasa makanan.

Lidah peka terhadap panas, dingin, dan adanya tekanan. Hal

tersebut dikarenakan pada permukaan lidah terdapat

bintil-bintil lidah yang terdapat saraf pengecap.

3) Air Liur

Air liur atau ludah dihasilkan oleh kelenjar ludah. Air liur

berfungsi untuk membasahi makanan, sehingga makanan menjadi

licin dan mudah ditelan. Ludah mengandung air, lendir, garam, dan

enzim ptialin/amilase. Enzim ptilin atau amylase ini berfungsi

untuk mencerna zat tepung (amilum) menjadi zat gula.

b. Kerongkongan

(43)

diameternya ±2 cm. Kerongkongan dapat melakukan gerakan melebar

dan menyempit, bergelombang dan meremas-remas untuk mendorong

makan masuk kedalam lambung, dan gerakan seperti ini disebut gerak

peristaltik. Gerak peristaltic dilakukan oleh otot-otot dinding

kerongkongan.

c. Lambung

Lambung adalah alat pencernaan berotot yang berbentuk

seperti kantong. Bagian dalam dinding lambung berlipat-lipat. Bagian

ini berfungsi untuk mengaduk makanan yang bersal dari

kerongkongan. Dinding lambung menghasilkan asam klorida yang

berguna untuk membunuh kuman yang masuk bersama makanan.

Selain itu, di dalam lambung terdapat enzim pepsin yang berguna

untuk mengubah protein menjadi asam amino dan enzim rennin yang

berguan untuk mengendapkan protein susu menjadi kasein.

d. Usus halus

Usus halus merupakan salurn pencernaan terpanjang yang

terdiri dari tiga bagian, yaitu usus 12 jari, usus kosong, dan usus

penyerapan.

e. Usus 12 jari

Bagian usus ini disebut 12 jari karena panjangnya sekitar 12

jari berjajar parallel. Di dalam dinding usus 12 jari terdapat muara

saluran bersama dari kantong empedu dan pankreas. Kantong empedu

(44)

hati berguna untuk mengemulsi lemak. Pankreas terletak dibawah

lambung dan menghasilkan getah pancreas. Getah pancreas

mengandung enzim amilase, tripsin, dan lipase. Enzim amylase

mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula. Enzim tripsin mengubah

protein menjadi peptide dan asam amino. Enzim lipase mengubah

lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

f. Usus Kosong

Panjang usus kosong antara 1,5 cm-1,75 cm . Di dalam usus

ini makana mengalami pencernaan mengalami pencernaan secara

kimiawi oleh enzim yang dihasilkan oleh dinding usus. Usus kosong

menghasilkan getah usus yang mengandung lender dan

bermacam-macam enzim. Enzim-enzim tersebut dapat memecah molekul

makanan menjadi lebih sederhana.

g. Usus penyerapan

Usus penyerapan panjangnya antara 0,75 cm-3,5 cm. Dalam

usus ini terjadi penyerapan sari-sari makanan. Permukaan dinding

ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus atau uilli yang menyebabkan

permukaan ileum menjadi luas sehinga proses penyerapan sari

makanan dapat berjalan dengan baik. Peristiwa penyerapan sari-sari

makanan oleh usus halus disebut absorbi. Makanan yang mengalami

pencernaan secara kimiawi adalah karbohidrat, protein dan lemak.

(45)

gliserol. Vitamin dan mineral yang merupakan hasil akhir pencernaan

tidak mengalami proses pencernaan.

h. Usus besar

Usus besar atau kolon merupakan kelanjutan dari usus halus.

Fungsi utama usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan. Jika

kadar air terkandung sisa mkanan berlebihan, kelebihan air akan

diserap oleh usus besar. Sebaliknya, jika sisa makanan kekurangan air,

akan diberi tambahan air. Di dalam usus besar terdapat bakteri

pembusuk Escherichia colli yang membusukkan sisa makanan

menjadi kotoran. Dengan demikian, kotoran menjadi lunak dan mudah

dikeluarkan. Bakteri ini pada umumnya tidak menggangu kesehatan

manusia dan bakteru tesebut bahkan ada yang menghasilkan vitamin k

dan asam amino tetentu yang berguna bagi manusia. Lamanya sisa

makanan berada di usus besar tergantung keadaan feses dan jumlah air

yang diserap. Umumnya feses berada diusus besar berada di usus

besar selama 12-14 jam .

i. Anus

Bagian akhir usus besar disebut poros usus (rektum). Pada

saat sampai direktum, semua zat yang berguna telah diserap kedalam

darah. Sisannya berupa makanan yang tidak dapat dicerna, bakteri,

dan sel-sel mati dari saluran pencernaan. Campuran bahan-bahan

(46)

7. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah

untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. Kriteria ketuntasan

minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah

guru mata pelajaran di satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang

hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis

menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan presentase tingkat pencapaian

kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100. Angka

maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan

secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat

memulai dari kriteria ketuntasan minimal dibawah target nasional

kemudian ditingkatkan secara bertahap (Peraturan Pemerintah Tentang

(47)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Situasi Umum MI Sruwen IV

1. Lokasi Penelitian

MI Sruwen IV beralamat di Sruwen 03, Rt 11/03, desa/kelurahan

Tengaran, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang, provinsi Jawa

Tengah.

MI Sruwen IV didirikan pada tahun 1976, dan diselenggarakan oleh

yayasan. MI Sruwen IV dikepalai oleh Bapak Muhamad Fattah Amin,

M.Pd.I. Memiliki 8 guru yang terbagi menjadi 6 wali kelas, dan 2 guru

mapel. Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Sruwen IV dapat

dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Data Guru MI Sruwen IV

NO Nama L/P Jabatan

1 2 3 4

1 M. Fattah Amin, M.Pd.I L Kepala Madrasah dan wali kelas V

2 Sumarna, S.Pd.I L Wakil Kepala Madrasah dan wali kelas II

3 Hanik Tazkiyah, S.Pd.I P Bendahara dan wali kelas VI

4 Titin Kurniyatin Suroya,

S.Pd.I P Wali kelas I (A) 6 Sumanto, A.Ma L Wali Kelas I (B)

(48)

1 2 3 4

5 Fajar Andy Saputra, S.Pd.I L Wali kelas IV

8 Ika Yunita, S.Pd.I P Guru Mapel

2. Waktu

Penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 hari, dengan rincian sebagai

berikut:

a. Pada tanggal 18 Oktober 2014, peneliti melakukan observasi pra

siklus, pengambilan data madrasah, dan observasi lingkungan

madrasah.

b. Pada tanggal 20 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan

pembelajaran Siklus I

c. Pada tanggal 22 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan

pembelajaran Siklus II, dan

d. Pada tanggal 24 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan

pembelajaran Siklus III.

3. Mata Pelajaran

Pada penelitian ini, peneliti fokus terhadap mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), materi alat-alat pencernaan manusia.

4. Karakteristik Peserta Didik

Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas V sejumlah 16 anak. Siswa

(49)

beda. Untuk lebih jelasnya mengenai data siswa MI Sruwen IV dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Data Siswa Kelas 5 MI Sruwen IV

B. Deskripsi Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan inti pada siklus I, peneliti/guru

membuat perencanaan, antara lain guru merencanakan tanggal

pelaksanaan tindakan yakni pada hari Senin, 20 Oktober 2014. Peneliti

juga membuat RPP materi alat-alat pencernaan.

Peneliti juga menyiapkan alat pembelajaran yang akan digunakan

untuk membantu siswa ataupun guru dalam kegiatan belajar dan

No Responden L/P Usia

(50)

mengajar yaitu buku pembelajaran. Buku yang digunakan sebagai

sumber terdiri dari buku paket IPA kelas 5 dan Lembar Kerja Siswa

(LKS). Sedangkan media pendukung lain yaitu, guru menyiapkan papan

puzzle(teka-teki) berbentuk alat-alat pencernaan manusia.

Ketika merencanakan evaluasi, peneliti menyiapkan lembar kerja

kelompok dan individu. Lembar kerja kelompok akan diselesaikan

bersama kelompok masing-masing, sedangkan lembar kerja individu

kan dikerjakan sendiri-sendiri dan menjadi bahan acuan penilaian

kuantitatif. Lembar soal kelompok berupa soal teka-teki, dan lembar

soal individu berisi butir-butir soal berjumlah 10, dan mencakup materi

yang akan diberikan pada hari itu.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah peneliti matang dalam tahap perencanaan, tahapan

selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap ini guru berusaha

menciptakan suasana KBM yang sesuai dengan yang direncanakan.

Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I diawali dengan guru

membuka pelajaran dengan salam dan apersepsi, serta mennyampaikan

tujuan pembelajaran. Memasuki materi, guru membagikan lembar

pertanyaan dan memberikan penjelasan tentang alat-alat pencernaan

manusia.

Melalui penjelasan guru, maupun dengan membaca referensi,

(51)

pengetahuan yang mereka miliki, penjelasan guru, maupun berdasarkan

kegiatan membaca (thinking).

Kemudian guru membagi siswa dalam 4 kelompok, dan setiap

kelompok beranggotakan 4 orang siswa (pairing). Guru membagikan

tugas kelompok berupa puzzle teka-teki alat-alat pencernaan manusia

dan menjelaskan aturan atau cara bermain puzzle teka-teki. Selain itu,

pada kegiatan ini guru juga mengawasi dan membimbing siswa dalam

kelompok.

Adapun langkah bermainpuzzle:

1) Dalam satu kali permainan siswa akan mendapatkan dua lembar

kertas, sebagai berikut:

2) Siswa menjawab soal berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia

pada lembar soal berkelompok.

3) Berdasarkan angka yang tertera di puzzle, siswa mencocokkan

dengan huruf dibelakang potongan gambar alat pencernaan manusia

(52)

berdasarkan jawaban yang mereka temukan dari soal yang telah

dikerjakan.

4) Siswa menempelkan potongan gambar alat pencernaan manusia

tersebut pada papanpuzzleyang kosong.

5) Apabila jawaban mereka tepat, maka potongan tersebut akan pas

pada gambar yang kosong.

Memasuki kegiatan berbagi (sharing), guru menginstruksikan

setiap wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas dan mengajak peserta didik dari kelompok lain untuk

memberikan evaluasi apabila hasil diskusi memerlukan pembenahan.

Memasuki kegiatan akhir, siswa diminta untuk kembali ke

tempat duduk semula untuk mengerjakan lembar kerja individu.

Sebelum menutup kegiatan belajar mengajar, guru mengulang secara

singkat materi yang baru saja diberikan guna penguatan bagi peserta

didik, kemudian guru menyampaikan ucapan terima kasih atas

partisipasi seluruh peserta didik, dan menutup pelajaran dengan salam.

3. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

pembelajaran. Pengamatan difokuskan pada guru dan siswa. Observasi

terhadap siswa dilakukan oleh guru, sedangkan observasi terhadap guru

(53)

banyak siswa yang belum familiar terhadap metode TPS, dan masih

banyak siswa yang belum mengerti cara bermainpuzzle.

4. Tahap Refleksi

Hasil observasi pada siklus I, terdapat beberapa hal-hal yang

penghambat, dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dan

memerlukan pembenahan untuk siklus selanjutnya.

a. Hal-hal yang menghambat, antara lain:

• Guru

1) Penggunaan waktu tidak sesuai dengan yang tercantum di

dalam RPP.

2) Guru mengulang-ulang materi, membuat siswa bingung.

3) Guru terlalu fokus pada beberapa kelompok saja.

4) Dan kurangnya penguasaan kelas.

• Siswa

1) Siswa kurang paham aturan penggunaan metode dan

permainan.

2) Beberapa anak yang merasa tidak cocok dengan kelompoknya,

sehingga kegiatan kelompok banyak menghabiskan waktu.

3) Siswa saling tunjuk untuk maju ke depan kelas.

b. Alternatif Pemecahan

Setelah mengetahui adanya beberapa faktor pendukung dan

penghambat dalam pembelajaran, perlu diadakan evaluasi dan

(54)

sehingga dapat memperkecil munculnya faktor penghambat.

Alternatif perbaikan untuk dilakukan pada siklus berikutnya antara

lain:

1) Membimbing siswa langkah demi langkah dalam mengerjakan

tugas kelompok.

2) Memperbaiki cara penyampaian materi, yakni penyampaiannya

lebih padat, tidak berbelit-belit, dan lebih runtut.

3) Menunjuk wakil setiap kelompok daria awal.

4) Meningkatkan penguasaan kelas, dan guru berkelililing saat

diskusi berlangsung.

5) Membuat media pendukung seperti poster alat pencernaan

manusia.

C. Deskripsi Siklus II

1. Tahap Perencanaan

Sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan inti pada Siklus kedua,

peneliti terlebih dahulu menentukan waktu pelaksanaan penelitian yakni

pada hari Rabu, 22 Oktober 2014 sesuai waktu yang telah disepakati

dengan pihak Madrasah. Berdasarkan waktu pelaksanaan yang telah

ditentukan, peneliti dapat memperkirakan pula batas waktu untuk

mempersiapkan tindakan inti siklus II,

Langkah selanjutnya yaitu peneliti membuat RPP tentang materi

(55)

komponen-peneliti juga menyiapkan alat dan media pembelajaran, antara lain:

buku paket IPA kelas 5, Lembar Kerja Siswa (LKS), poster alat

pencernaan manusia, serta papanpuzzle.

Langkah terakhir pada tahap perencanaan yaitu peneliti

menyusun lembar kerja siswa kelompok dan individu. Lembar kerja

kelompok berupa soal teka-teki dan lembar kerja individu berupa soal

berjumlah 10 butir.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, kegiatan awal yang

dilakukan didalam kelas yakni peneliti berkolaborasi dengan guru

menyiapkan media pembelajaran untuk memaksimalkan waktu belajar,

seperti menempelkan poster alat-alat pencernaan di depan kelas.

Memasuki kegiatan pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan

salam, melakukan apersepsi, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.

Langkah selanjutnya, guru menuliskan soal teka-teki dipapan

tulis sebagai materi diskusi kelompok. Soal teka-teki ini diberikan

diawal pembelajaran agar siswa mendapat kesempatan untuk

memikirkan jawaban dari soal-soal tersebut berdasarkan penjelasan

guru dan nantinya jawaban yang mereka fikirkan think) didiskusikan

bersama kelompok mereka. Kemudian guru memberikan penjelasan

tentang alat-alat pencernaan manusia.

Selanjutnya, memasuki kegiatan (pairing) atau berpasangan,

(56)

beranggotakan 4 orang siswa. Rangkaian kegiatan didalam kelompok

ini anatar lain: guru membagikan tugas kelompok berupa teka-teki

puzzlealat-alat pencernaan manusia, sekaligus menjelaskan aturan dan

cara bermain puzzle teka-teki alat-alat pencernaan manusia. Dalam

kegiatan berkelompok ini, guru mengawasi dan membimbing siswa

dalam kelompok.

Memasuki kegiatan sharing, guru menginstruksikan setiap wakil

kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, yakni dengan

menunjukkan puzzle yang telah disusun dan membacakan jawaban

masing-masing kelompok. Guru juga mengajak peserta didik yang lain,

untuk memberikan evaluasi apabila hasil diskusi memerlukan

pembenahan.

Diakhir kegiatan pembelajaran, guru menginstruksikan seluruh

peserta didik untuk kembali ke tempat duduk semula dan membagikan

lembar soal individu. Kemudian guru mengulang secara singkat materi

yang baru saja diberikan untuk penguatan. Sebelum menutup pelajaran,

guru menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi seluruh peserta

didik, dan diakhiri dengan salam.

3. Tahap Observasi

Observasi dilakukan sesuai format yang sudah disiapkan

sebelumnya. Berdasarkan pengamatan, hasil yang didapat antara lain

(57)

faktor pendukung lebih banyak terlihat dibandingkan faktor

penghambat (observasi tanggal 22 Oktober 2014).

4. Refleksi

Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan analisis,

ada beberapa hal yang perlu dibahas yaitu:

a. Hal-hal yang menghambat pada siklus II, yakni:

• Guru

1) Guru masih berbelit-belit dalam menyampaikan materi.

2) Pengondisian kelas masih kurang.

• Siswa

1) Masih ada beberapa siswa yang ramai.

2) Siswa kurang aktif saat dijelaskan.

3) Dalam diskusi kelompok, masih ada yang siswa yang pasif.

b. Alternatif Pemecahan

1) Guru meringkas materi, sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi.

2) Guru memberi kalimat-kalimat memancing saat menjelaskan

materi agar siswa lebih aktif.

3) Siswa yang pasif dalam kelompok, diberi tugas sebagai wakil

kelompok. Sehingga siswa lebih bertanggung jawab atas tugas

(58)

D. Deskripsi Siklus III

1. Perencanaan

Pada siklus ketiga, hal-hal yang direncanakan peneliti hampir

sama dengan tahap perencanaan pada siklus kedua, yakni

merencanakan waktu penelitian. Pelaksanaan penelitian siklus ketiga

pada hari Jumat, 24 Oktober 2014. Setelah merencanakan waktu

penelitian, peneliti membuat RPP materi alat-alat pencernaan secara

menyeluruh, artinya materi tentang alat-alat pencernaan yang dibagi

menjadi dua pada siklus I dan siklus II dijadikan satu pada siklus

terakhir.

Perencanaan selanjutnya, peneliti menyiapkan alat pembelajaran,

antara lain: buku paket IPA kelas 5 dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Sedangkan untuk media belajar peneliti menyiapkan poster alat

pencernaan manusia, papanpuzzle. Peneliti juga menyusun lembar kerja

kelompok atau soal teka-teki dan lembar kerja individu berupa soal-soal

sebanyak 10 butir.

Peneliti juga berencana untuk memberikan penghargaan berupa

hadiah makanan ringan seperti permen dan coklat bagi siswa yang

dianggap aktif.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus III, kolaborasi antara peneliti dengan seluruh pihak

(59)

tindakan dilakukan dengan diawali dengan persiapan sebelum memulai

kegiatan belajar mengajar, poster ditempelkan terlebih dahulu untuk

mempersingkat waktu, selain itu soal teka-teki juga tidak lagi ditulis

didepan kelas, namun dibagikan kepada siswa pada selembar kertas

agar siswa langsung dapat menuliskan jawabannya.

Memasuki kegiatan belajar mengajar, guru membuka pelajaran

dengan salam, dan melakukan apersepsi sekitar 5-7 menit, serta

menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Guru juga

memberikan umpan pada siswa agar aktif dalam kegiatan pada hari itu,

karena akan mendapat hadiah diakhir pembelajaran.

Pada kegiatan inti pembelajaran, observator membantu

membagikan lembar soal teka-teki sebagai bahan kerja kelompok,

sedangkan guru menjelaskan pada siswa agar mengisi lembar soal

tersebut berdasarkan penjelasan tentang alat-alat pencernaan, maupun

berdasarkan pengalaman yang mereka dapat sebelumnya. Kegiatan ini

termasuk dalam proses Thinking atau berfikir.

Guru kemudian membagi siswa dalam 4 kelompok, dan setiap

kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Observator membantu untuk

membagi papan puzzle untuk masing-masing kelompok. Bersamaan

dengan itu, guru menjelaskan kembali cara bermain puzzle tersebut.

Guru dan observator mengawasi jalannya kegiatan. Dalan kegiatan ini,

(60)

telah diberikan guru dan sekaligus mendiskusikan jawaban mereka

(pairing).

Pada kegiatan akhir metode TPS, guru menginstruksikan setiap

wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, yakni

dengan menunjukkan puzzle yang telah disusun dan membacakan

jawaban masing-masing kelompok, kegiatan ini termasuk dalam

langkah Sharing atau membagikan hasil diskusi. Selain itu, pada siklus

terakhir ini guru lebih aktif mengajak peserta didik yang lain untuk

memberikan evaluasi dan menyatakan pendapat apabila hasil diskusi

memerlukan pembenahan. Guru mengajak peserta didik memberikan

penghargaan bagi masing-masing wakil kelompok berupa tepuk tangan.

Sebagai kegiatan refleksi, guru memberikan hadiah bagi

kelompok yang dianggap paling aktif menyatakan pendapatnya. Guru

menginstruksikan seluruh peserta didik untuk kembali ke tempat duduk

semula dan membagikan lembar soal individu.

Sebelum menutup pelajaran, guru mengulang secara singkat

materi yang baru saja diberikan. Kemudian guru menyampaikan ucapan

terima kasih atas partisipasi seluruh peserta didik dan menutup

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Data Persiklus

1. Data Siklus I

Kegiatan pembelajaran Siklus I yang telah terlaksana pada

tanggal 20 Oktober 2014, pada siswa kelas V, di MI Sruwen IV,

dengan jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 16 anak.

Pelaksanaan siklus I didasarkan pada rencana pelaksanaan yang

telah dibuat yang berisi berbagai rincian kegiatan dan tindak lanjut

kegiatan yang ditentukan oleh prestasi belajar siswa, angket, dan

lembar pengamatan (guru dan siswa). Adapun penentuan

keberhasilan siswa berdasarkan hasil evaluasi belajar yang

dilaksanakan diakhir kegiatan dengan nilai patokan yaitu

Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) kelas V pada mata pelajaran

IPA.

a. Adapun perolehan data prestasi belajar siswa pada siklus I

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I

No Nama Siswa Nilai Siswa Pada Evaluasi Siklus I

1 2 3

1 A 80

2 B 80

(62)

1 2 3

2. Data Siklus II

Kegiatan pembelajaran Siklus II telah dilaksanakan pada tanggal 20

Oktober 2014, pada siswa kelas V, di MI Sruwen IV, dengan

jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 16 anak.

a. Adapun perolehan data prestasi belajar siswa pada siklus II

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II

(63)

1 2 3

3. Data Siklus III

Kegiatan pembelajaran Siklus III telah dilaksanakan pada

tanggal 25 Oktober 2014, pada siswa kelas V, di MI Sruwen IV,

dengan jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 16 anak.

a. Adapun perolehan data prestasi belajar siswa pada siklus III

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus III

(64)

1 2 3

14 N 100

15 O 80

16 P 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah mendapatkan data berdasarkan hasil penelitian mulai

dari Siklus I, Siklus II, dan siklus III, maka diperoleh ketuntasan

prestasi belajar IPA materi alat-alat pencernaan manusia. Berikut ini

data hasil penelitian pada siklus I, II, dan III.

1. Data Ketuntasan Prestasi Siswa

a. Data Ketuntasan Siswa Siklus I

Tabel 4.4 Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I

(65)

1 2 3 4 5

15 O 40 -

-16 P 30 -

-Jumlah 1100

Nilai Rata-rata 68,75

Jumlah siswa tuntas 11 9

Presentase

Ketuntasan 68,75% 56,25%

Refleksi Hasil Tindakan Siklus I

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada pelaksanaan

siklus I menunjukkan bahwa, jumlah siswa tuntas sebanyak 11 anak

berdasarkan KKM individual atau sebesar 68,75%, dan siswa tuntas

sebanyak 9 anak berdasarkan KKM nasional, atau sebesar 56,25%.

b. Data Prestasi Siklus II

Tabel 4.5 Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus II

(66)

1 2 3 4 5

Jumlah siswa tuntas 13 11 Presentase ketuntasan 81,25% 68,75%

Refleksi Hasil Tindakan Siklus II

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada pelaksanaan

siklus II menunjukkan bahwa, jumlah siswa tuntas sebanyak 14 anak

berdasarkan KKM individual atau sebesar 81,25%, dan siswa tuntas

sebanyak 11 anak berdasarkan KKM nasional, atau sebesar 68,75%.

c. Data Hasil Tindakan Siklus III

Tabel 4.6 Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus III

(67)

1 2 3 4 5

15 O 80 √ √

16 P 50 -

-Jumlah 1330

Nilai Rata-rata 83,12

Jumlah siswa tuntas 14 13 Presentase ketuntasan 87,5% 81,25

2. Data Peningkatan Prestasi Siswa

Setelah melaksanakan tindakan siklus 1 sampai siklus III,

didapatkan peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan. Hal

tersebut dapat dibuktikan berdasarkan tabel dan diagram ketuntasan

prestasi siswa berikut:

Tabel 4.7 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Siklus I 11 anak atau 68,75% 9 anak atau 56,25% II 13 anak atau 81,25% 11 anak atau 68,75% III 14 anak atau 87,5% 13 anak atau 81,25%

Berdasarkan tabel 4.7 , dapat diketahui bahwa dari siklus I,

jumlah siswa yang tuntas berdasarkan KKM individu adalah

sebanyak 11 anak atau sebesar 68,75%. Kemudian mengalami

peningkatan pada siklus II, yakni sebanyak 13 anak atau sebesar

81,25% dinyatakan tuntas, dan meningkat lagi pada siklus III, yakni

(68)

Berdasarkan tabel 4.7,dapat dilihat pula peningkatan

prestasi berdasarkan KKM nasional dari siklus I sampai siklus III.

Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah sebanyak 9 anak atau

sebesar 56,25%, dan meningkat pada siklus II, yakni sebanyak 11

anak atau sebesar 68,75% dinyatakan tuntas, dan meningkat lagi

pada siklus III, yakni sebanyak 13 anak atau sebesar 81,25% telah

tuntas.

Adapun siswa yang tidak tuntas sampai di siklus III,

adalah sebagai berikut:

1. Siswa dengan inisial L, dengan perolehan nilai berturut-turut dari

siklus I sampai III yaitu; 50, 50, dan 60. Nilai tersebut belum

dapat mencapai KKM yang telah ditentukan, baik KKM individu

maupun KKM Nasional. Berdasarkan pengamatan penulis dan

berdasarkan Siswa ini memiliki kelemahan dalam membaca dan

menulis.

2. Siswa dengan inisial P, dengan perolehan nilai berturut-turut dari

siklus I sampai III yaitu; 30, 40, dan 50. Nilai tersebut belum

dapat mencapai KKM yang telah ditentukan, baik KKM individu

maupun KKM Nasional. Siswa ini juga memiliki kelemahan

serupa dengan siswa berinisial L, yaitu dalam membaca dan

menulis. Selain itu, siswa berinisial P ini adalah siswa yang

Gambar

Gambar 1.1 Siklus 1-3 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Guru MI Sruwen IV
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas 5 MI Sruwen IV
Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah: (1) rata- rata nilai kevalidan instrumen penilaian aspek psikomotorik adalah 1,00 dengan kriteria sangat tinggi, (2) kepraktisan instrumen penilaian

Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa. Melalui bahasa orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor 50e/BAHPL/Pj/BPAD/2014 tanggal 16 April 2014 dan Penetapan Penyedia Nomor 52f/PP/Pj/BPAD/2014 tanggal 17 April 2014 kami

Gagasan Middle Indonesia sendiri merupakan pengembangan riset Clifford Geertz (1963) tentang Religion of Java. Namun, yang ditekankan dalam tulisan ini bukan relasi triko-

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai tukar mata uang berpengaruh signifikan dan negatif terhadap harga saham karena apabila kurs asing me- ningkat secara

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

Besarnya tingkat kesediaan mahasiswa dihitung dari jumlah total koefisien penggunaan kendaraan dari setiap pemilik kendaraan yang bersedia memarkir di gedung

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.