PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA
MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF
TIPE TPS
(THINK-PAIR-SHARE)
DENGAN
PENAMBAHAN PERMAINAN
PUZZLE
PADA SISWA
KELAS 5 MI SRUWEN IV
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
LUQITA CAHYANI
11510076
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
MATERI ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA
MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF
TIPE TPS
(THINK-PAIR-SHARE)
DENGAN
PENAMBAHAN PERMAINAN
PUZZLE
PADA SISWA
KELAS 5 MI SRUWEN IV
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
LUQITA CAHYANI
11510076
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ketika hidup memberimu ratusan alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kau punya ribuan alasan untuk tersenyum.
Saya jauh lebih suka impian tentang masa depan daripada sejarah masa lalu (Thomas Jefferson)
Di saat-saat buruk, tumbuhlah menjadi kuat. Di saat-saat baik, nikmatilah dengan sepenuh hati. Di segala saat, bersyukurlah!
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tiada henti.
2. Kakakku Andin dan adikku Amung yang selalu menghiburku, memberikan semangat serta dukungan bagiku.
3. Sahabat-sahabatku, Ulfik, Nanda, Ika, Riski, Aufa, dan teman-teman PGMI 2010 yang telah menemaniku dan memberi motivasi padaku. 4. Bapak Sumarno Widjadipa yang membimbing dalam menyelesaikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku ketua STAIN Salatiga
2. Peni Susapti, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
3. Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf dan karyawan dilingkungan program tudi PGMI.
5. Bapak Muhammad Fattah Amin, M.Pd selaku kepala Madrasah Ibtidaiyah Sruwen IV yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
6. Bapak dan ibu guru di MI Sruwen IV yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Kakak serta adik tersayang yang selalu memberi dukungan dan penyemangat bagi penulis.
10. Teman seperjuangan, PGMI 2010 yang selama ini telah berjuang bersama dalam suka maupun duka.
11. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberi semangat dan motivasi bagi penulis dan sealu ada baik disaat senang maupun disaat duka.
12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lenih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya penulis berharapsemoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Januari 2015
Penulis
ABSTRAK
CAHYANI, LUQITA. 2015. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Alat-Alat Pencernaan Manusia Melalui Penerapan Metode Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Dengan Penambahan Permainan Puzzle Pada Siswa Kelas 5 MI Sruwen IV. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Sumarno Widjadipa, M.Pd.
Kata Kunci: Prestasi Belajar IPA, TPS, danPuzzle.
Penelitian ini merupakan upaya dalam menigkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI Sruwen IV pada mata pelajaran IPA materi alat-alat pencernaan manusia tahun pelajaran 2014/2015. Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi alat-alat pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 di MI Sruwen IV, dan apakah penerapan metode tersebut dapat memenuhi target pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan melalui tiga tahapan, yakni tiga kali siklus penelitian. Pada setiap siklus, terdapat rangkaian kegiatan yang terdiri dari: 1)Perencanaan, untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan pembelajaran, dan membuat instrument penelitian, 2)Pelaksanaan Tindakan, melaksanakan tindakan pembelajaran pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Alat-alat pencernaan manusia, 3) Observasi, pengambilan data dan hasil dari tes dan lembar pengamatan, 4) Refleksi, memproses data hasil pengamatan. Subyek dalam penelitian ini adala seluruh siswa kelas 5 MI Sruwen IV yang berjumlah 16 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki, dan 8 siswi perempuan. Penelitian ini menerapkan metode kooperatif tipe TPS dengan menambahkan permainan puzzle
pada saat pembelajaran IPA.
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR DIAGRAM... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Hipotesis Tindakan... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional... 7
G. Metode Penelitian... 8
H. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar... 16
1. Pengertian Prestasi Belajar... 16
B. Penggunaan metode kooperatif tipeThink-Pair-SharedanPuzzlepada
materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkanKKM ... 17
1. Pengertian Metode... 17
2. Kooperatif... 18
3. Model Belajar TPS ... 20
4. Permainan... 22
5. Puzzle... 23
6. Alat Pencernaan Manusia... 24
7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 29
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Situasi Umum MI Sruwen IV... 30
B. Deskripsi Siklus I ... 32
1. Tahap Perencanaan ... 33
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 33
3. Tahap Observasi ... 35
4. Tahap Refleksi ... 36
C. Deskripsi Siklus II... 37
1. Tahap Perencanaan ... 37
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 38
3. Tahap Observasi ... 39
4. Tahap Refleksi ... 40
D. Deskripsi Siklus III ... 41
1. Tahap Perencanaan ... 41
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Data Persiklus... 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49
1. Data Ketuntasan Prestasi Siswa... 47
a. Data Ketuntasan Siswa Siklus I... 47
b. Data Ketuntasan Prestasi Siswa Siklus II ... 48
c. Data Ketuntasan Prestasi Siswa Siklus III... 49
2. Data Peningkatan Prestasi Siswa... 50
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 55
B. Saran... 56
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran-Lampiran
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Daftar Guru MI Sruwen IV ... 30
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas V MI Sruwen IV ... 32
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 45
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III... 46
Tabel 4.4 Data Ketuntasan Siswa Siklus I ... 47
Tabel 4.5 Data Ketuntasan Siswa Siklus II... 48
Tabel 4.6 Data Ketuntasan Siswa Siklus III... 49
Daftar Gambar
1.1 Skema Siklus Penelitian... 13
4.1 Gambar soal berkelompok ... 34
Daftar Diagram
4.1 Diagram Prestasi Belajar berdasarkan KKM individu... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Materi Pelajaran
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Lampiran 6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 7 Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lampiran 9 Lembar Pengamatan Guru Siklus II
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Siklus III
Lampiran 11 Lembar Soal Berkelompok
Lampiran 12 Lembar Puzzle Alat-Alat Pencernaan Manusia
Lampiran 13 Dokumentasi
Lampiran 14 Nota Pembimbing
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 17 Surat Balasan Izin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar secara berkelompok lebih efektif dibandingkan dengan belajar
secara individu atau sendiri. Hal tersebut dikarenakan ada banyak kelebihan
yang dapat dilihat berdasarkan daripada tujuan belajar berkelompok, baik
untuk masing-masing individu anak, maupun bagi seluruh anggotannya.
Dilihat dari tujuan bagi masing-masing individu (siswa), belajar kelompok
membuat anak tidak tertekan dengan tugas yang harus ia kerjakan sendiri,
mengurangi rasa bosan anak yang biasa terkungkung dalam pembelajaran
yang monoton, dan membuat anak merasa percaya diri dengan apa yang
dilakukan bersama kelompoknya. Seperti yang dikemukakan Agus Suprijono,
bahwa tujuan intrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa
dalam kelompok perasaan menjadi senang (Suprijono, 2009: 57).
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai bersama, belajar kelompok
bertujuan untuk memecahkan berbagai persoalan (tugas sekolah) secara
bersama melalui tukar pikiran dan pendapat serta mengembangkan berbagai
sikap sosial antar individu dalam kelompoknya. Hal tersebut juga
dikemukakan oleh Usman dan Setiawati sebagai berikut.
yang dibebankan, serta membina kerjasama yang positif dan kreatif (Usman
dan Setiawati, 1993: 130).
Senada dengan Usman dan Setiawati, Suprijono juga mengemukakan bahwa
tujuan Ekstrinsik ialah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa untuk
mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan harus
dikerjakan secara bersama-sama (Suprijono, 2009: 57).
Alat pencernaan pada manusia merupakan materi yang di dalamnya
memerlukan pemahaman dari sisi konsep dan dari sisi pendalaman materi
terkait dengan membedakan komponen-komponen di dalam alat-alat
pencernaan pada manusia, sehingga siswa memerlukan metode yang tepat
untuk mempelajarinya. Namun berdasarkan fakta yang penulis temukan di
lapangan, di MI Sruwen IV penggunaan metode yang variatif masih belum
digunakan. Proses KBM di sekolah tersebut masih sangat monoton dan lekat
dengan papan tulis, ceramah, dan catatan siswa yang menjadikan salah satu
faktor belum tercapainya prestasi belajar yang maksimal. Sehingga perlu
adanya perbaikan dalam penggunaan metode belajar yang tergolong masih
kuno tersebut.
Dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif, siswa dapat
memahami materi alat-alat pencernaan pada manusia dari berbagai sudut
pandang, baik dari sudut pandang guru, dirinya sendiri, maupun dari sudut
pandang kelompoknya, sehingga siswa akan mampu memahami materi
berdasarkan pengetahuan yang ia bangun bersama orang lain. Karena tidak
materi berdasarkan apa yang mereka ketahui dalam angan-angan mereka saja
berdasarkan penjelasan lisan dan tulisan guru dan bukannya yang mereka
dapat dari pengalaman mereka sendiri, sehingga prestasi belajar yang mereka
dapatkan kurang maksimal. Hal tersebut juga dikarenakan anak kurang
mendapatkan kesempatan menyampaikan apa yang dipahaminya seputar
materi yang telah ia dapatkan, sehingga pengetahuan yang ia bangun secara
individu hanya dapat ia terima sendiri berdasarkan sudut pandangnya.
Menurut Vygotsky melalui teori konstruksivisme sosial yang dikemukakannya, bahwa pengetahuan dibangun dan dikontruksi secara mutual yang menempatkan peserta didik berada dalam konteks sosiohistoris. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik (Suprijono, 2009: 55).
Sehingga, mengajarkan materi alat pencernaan pada manusia melalui
sosialisasi dan interaksi dalam berbagai kegiatan belajar kelompok dapat
memberikan pengalaman langsung, berupa hasil kerja kelompok, baik yang
berupa kegagalan maupun keberhasilan, yang dapat mereka ingat sampai
kapan pun.
Metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) merupakan salah satu
metode kooperatif yang mengedepankan kegiatan kerjasama antar siswa,
walaupun untuk metode ini sendiri tidak hanya terdapat unsur kerja sama saja,
namun juga mengandalkan kegiatan berfikir (thinking) terkait materi yang
penambahan permainan ini, diharapkan peserta didik dapat belajar tentang
alat pencernaan pada manusia sekaligus belajar bersosialisasi dalam suasana
dan perasaan senang dengan adanya unsur permainan, sehingga didapatkan
hasil berupa pengalaman belajar yang menyenangkan bagi peserta didik, yang
dapat mereka pergunakan dalam menemukan dan memahami konsep, serta
menguatkan ingatan materi tentang alat pencernaan pada manusia. Tujuan dari
metode ini juga dikemukakan oleh Agus Suprijono, bahwa dalam kegiatan ini
(think-pair-share) diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat
menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya (Suprijono, 2009:
91).
Metode think-pair-share membutuhkan unsur kolaborasi dan kerja
sama yang besar antar anggota kelompok. Melihat hal tersebut, dalam
penerapannya dibutuhkan usaha berupa umpan dalam meningkatkan kerja
sama antar tim. Salah satu usaha yang menurut peneliti dapat diterapkan
dalam menguatkan kerja sama antar tim ialah memberikan kegiatan belajar
yang di dalamnya terdapat unsur permainan yang sifatnya kompetitif, agar
anak lebih aktif, serta dapat memotivasi anak untuk lebih cepat dan tekun
dalam penyelesaian tugas. Para siswa dinilai berdasarkan norma yang
ditetapkan yang menuntut mereka untuk bekerja lebih cepat dan akurat
daripada teman yang lain (Johnson dkk, 2010: 2).
Permainan yang peneliti terapkan bertujuan memacu timbulnnya kerja
bermain dalam belajar akan mengurangi rasa bosan dan menimbulkan
perasaan senang ketika belajar. Seperti yang dikemukakan Anggani Sudono,
bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
memperguanakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan
informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak
(Sudono, 2010: 1).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan
penelitian dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
ALAT-ALAT PENCERNAAN MANUSIA MELALUI PENERAPAN METODE
KOOPERATIF TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) DENGAN PENAMBAHAN
PERMAINAN PUZZLE PADA SISWA KELAS 5 MI SRUWEN IV”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. “Apakah penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share)
dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi
alat-alat pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas 5 di MI Sruwen IV?”
2. “Apakah penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share)
dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi
alat-alat pencernaan manusia dapat memenuhi target pencapaian Kriteria
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe TPS (
Think-Pair-Share) dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA
materi alat-alat pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa kelas 5 di Mi Sruwen IV.
2. Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe TPS (
Think-Pair-Share) dengan penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA
materi alat-alat pencernaan manusia dapat memenuhi target pencapaian
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan.
D. Hipotesis
Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian.
Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka di dalam penelitian perlu
dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini. Jawaban sementara dari
sustu penelitian ini biasanya disebut hipotesis (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:
72). Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis yaitu:
1. Penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan
penambahan permainan puzzle pada mata pelajaran IPA materi alat-alat
pencernaan manusia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 5 di
MI Sruwen IV.
2. Penerapan metode kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dengan
pencernaan manusia dapat memenuhi target pencapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan.
E. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan acuan untuk penelitian mengenai pengembangan metode
kooperatif.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam menyusun
strategi belajar untuk meningkatkan minat belajar siswa dan memperbaiki
pola belajar dikelas.
3. Sebagai penambah wawasan dan informasi tentang pentingnya diadakan
kegiatan bersosialisasi dan kerja sama tim dalam kegiatan belajar
khususnya mata pelajaran IPA.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan agar tidak ada kesalahpahaman dalam
menafsirkan setiap maksud penelitian dan memberikan interpretasi beberapa
istilah yang penulis gunakan dalam penelitian.
Adapun istilah-istilah tersebut, antara lain :
1. Metode Pembelajaran Kooperatif(cooperative learning)
Model pembelajaran kooperatif adalah (cooperative learning)
adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan
kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama di
2. TPS(Think-Pair-Share)
Pengertian TPS (Think-Pair-Share) menurut Ibrahim dkk
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa .TPS menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan
oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual.
3. Permainan
Pengertian permainan menurut Loy Mcpherson dan Kenyon ialah
berbagai bentuk kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh;
keterampilan fisik, strategi, atau kesempatan, yang dilakukan secara
perorangan atau gabungan. (M. Furqon Hidayatullah, Mendidik Anak
dengan Bermain, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan
UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)).
4. PUZZLE:
Puzzle, berdasarkan kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti teka-teki
atau bongkar pasang. Puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara
bongkar pasang.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan teknik-teknik yang penulis gunakan
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.
Berdasarkan hasil analisa data dan karakteristik penilaiannya, jenis
penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas (PTK). Hal tersebut dapat
ditinjau dari beberapa karakteristik PTK, antara lain:
a. Karakteristik yang unik dari PTK, yaitu adanya rencana
tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki praktik dan proses
pembelajaran di kelas.
b. Adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat (para
guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk
mengobservasi dan merumuskan persoalan mendasar yang perlu
diatasi (Penelitian Tindakan Kelas, Susilo, 2007: 17)
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian : MI Sruwen IV
b. Waktu Penelitian : 1) Pada tanggal 18 Oktober 2014, peneliti melakukan observasi pra siklus.
2) Pada tanggal 20 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus I
3) Pada tanggal 22 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus II, dan
4) Pada tanggal 24 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus III.
c. Subjek
1) Guru
3. Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan berbagai informasi dan data, penulis
menggunakan:
a. Pengumpulan data melalui tes pemberian soal uraian diakhir
pelajaran.
b. Pengumpulan data melalui observasi
Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan cara paling
efektif adalah dengan melengkapinya dengan format atau blanko
pengamataan sebagai instrument. Peneliti membuat
indikator-indikator yang dikembangkan dari permasalahan yang sedang digali.
4. Analisis Data
Analisis data sangat diperlukan guna mengetahui hasil dan atau
untuk menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan ditiap siklusnya.
a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes formatif digunakan penghitungan
dengan rumus:
M=∑
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
b. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar siswa, digunakan
rumus sebagai berikut:
P = × 100
Keterangan:
P = Jumlah nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah nilai keseluruhan (Djamarah, 2005: 264-265)
5. Indikator Pencapaian
Selain menentukan prosentase ketuntasan ketercapaian, peneliti
juga menetapkan indikator ketercapaian, yakni sebagai berikut:
a. Indikator untuk ketuntasan prestasi belajar individu
Indikator ketuntasan peningkatan pemahaman siswa pada materi
alat-alat pencernaan manusia apabila siswa tersebut mencapaiKKM ≥ 70.
b. Indikator untuk ketuntasan prestasi belajar secara nasional
Indikator ketuntasan peningkatan pemahaman siswa pada materi
alat-alat pencernaan manusia berdasarkan KKM nasional siswa dianggap
berhasil apabila siswa tersebut mencapai KKM≥ 75.
6. Siklus Penelitian
1) Persiapan berbagai instrument belajar mengajar, seperti: RPP,
alat/media belajar, dan sumber belajar (buku paket IPA kelas 5,
lembar kerja siswa, gambar alat pencernaan).
2) Menyusun alat evaluasi prestasi belajar.
3) Menyusun dan menyiapkan instrument observasi.
b. Tindakan
Tahap ini mencakup seluruh implementasi dari perencanaan yang
telah dibuat. Guru menjalankan kegiatan belajar berdasarkan RPP
yang telah dibuat, serta melaksanakan evaluasi pembelajaran.
c. Observasi
Pada tahap ini yang dilakukan ialah mengamati dan memberi
penilaian terhadap jalannya proses belajar mengajar.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, yang dilakukan ialah menganalisis data hasil
observasi, mengidentifikasi kekurangan selama proses belajar
Gambar 1.1 Siklus 1-3 adalah sebagai berikut:
Perancangan
Refleksi Tindakan
Pengamatan
Perancangan Perancangan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Tindakan Refleksi
Pengamatan
H. Sistematika Penulisan
Penulis beusaha menyusun kerangka skripsi secara sistematis agar
tujuan dari skripsi lebih terarah dan mudah dipahami. Adapun sistematika
penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Muka
Bagian muka dari proposal ini terdiri dari: sampul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto dan persembahankata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari:
BAB I Berisi pendahuluan yang mencakup Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan,
Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian,
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Dalam bab ini penulis menguraikan studi kepustakaan yaitu
tinjauan pustaka dan landasan teori yang penulis gunakan terkait
teori dan penerapan metode kooperatif model Think-Pair-Share
dengan penambahan permainan puzzle.
BAB III Dalam bab ini penulis berupaya mengurai tentang pelaksanaan
tindakan yang terdiri dari: gambaran umum MI Sruwen IV,
Subyek Penelitian, Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi
BAB IV Dalam bab ini penulis memaparkan hasil penelitian, antara lain
mencakup deskripsi per siklus yang membahas mengenai data
hasil pengamatan, refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi
pembahasan dan hipotesis.
BAB V Bab ini berisi penutup yang mencakup kesimpulan hasil
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor, baik
fisiologis, maupun psikologis. Mengenai fisiologis ialah bagaimana
kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Sedangkan yang
menyangkut psikologis adalah, minatnya, tingkat kecerdasannya, usia,
bakat, motivasinya, kemampuan kognitifnya, dan sebagainya. Selain itu,
masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
anak, antara lain:
a. Pemenuhan kebutuhan psikologis:
Secara umum diketahui bahwa dalam perkembangan anak perlu
sandang, dan perumahan serta kasih saying, perhatian, penghargaan
terhadap dirinya dan peluang pengaktualisian dirinya (Semiawan,
2008: 11).
b. Intelegensi dan motivasi.
Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor seperti intelegensi,
emosi, dan, motivasi. Inteligensi. Menurut Winkel (1986 : 153)
memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan mengatakan,
ineteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan
mendapatkan suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk
berhubungan dengan lingkungan disekitarnya secara memuaskan.
Selain itu, prestasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh emosi dan
motivasi individu. Seseorang butuh motivasi atau motor penggerak
dalam belajar, sehingga tujuan belajar dapat dicapai.
B. Penggunaan metode kooperatif tipe Think-Pair-Share dan puzzle pada
materi alat-alat pencernaan manusia untuk meningkatkan KKM
1. Pengertian Metode
Pengertian metode menurut Fathurrahman Pupuh (2007) secara
harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan
sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan
Penggunaan suatu metode tertentu dalam kegiatan belajar
mengajar sangat diperlukan sebagai upaya memperoleh prestasi belajar
yang maksimal bagi peserta didik. Sehingga keterampilan guru dalam
memilih metode untuk diterapkan dalam pembelajaran sangatlah
diperlukan. Pentingnya keterampilan seorang guru dalam memilih metode
tertentu dalam suatu pelajarn juga dikemukakan oleh Hamruni, bahwa
pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam
menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga
pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal (Hamruni, 2001:
7).
2. Kooperatif
Kooperatif menunjukkan kata sifat. Kooperatif sendiri berasal dari
kata kooperasi yang berarti bekerja bersama untuk mencapai tujuan
bersama. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah proses
belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil
yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di
dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan
pembelajaran satu sama lain (Johnson, 2010: 5). Sedangkan menurut
Hamruni, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa
belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan
tingkat kemampuan yang berbeda (Hamruni, 2012: 118).
Inti dari pembelajaran kooperatif adalah nilai kerjasama, baik
peserta didik dengan pendidik. Keberadaan pendidik dalam pembelajaran
menjadi sangat penting ketika guru bertindak menjadi fasilitator dalam
kelas, yakni memberi tugas, mengarahkan, dan memberi pengawasan
terhadap jalannya kegiatan belajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Agus Suprijono, bahwa secara umum pembelajaran kooperatif dianggap
lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud (Suprijono, 2009: 55).
Hasil yang diperoleh dari pembelajaran kooperatif bukan hanya
sekedar isu-isu yang sedang dibicarakan anak berdasarkan materi yang
diberikan guru saja. Namun juga prestasi belajar yang berkaitan dengan
perkembangan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai prestasi belajar
berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan
pengembangan keterampilan social (Suprijono, 2009: 61). Menurut Roger
David Johnson, hasil tersebut dapat dicapai secara maksimal apabila
memenuhi 5 unsur pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. Saling Ketergantungan Positif
Pembelajaran kooperatif menunjukkan ada dua pertnggungjwaban
kelompok. Pertama mempelajari bahan yang ditugaskan, dan yang
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Tanggung jawab peseorangan ialah kunci untuk menjamin semua
anggota yg diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah
mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat
menyelesaikan tugas yang sama.
c. Tatap Muka
Kegiatan interaksi akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi Antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada keediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka.
e. Pemrosesan Kelompok
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau
tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.
3. Model Belajar TPS (Think-Pair-Share)
Pengertian TPS (Think-Pair-Share) menurut Ibrahim dkk
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa .TPS menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan
Model belajar ini termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Istilah
Think-Pair-Share berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing artinya antara
lain:
a. Think: (kb)pikiran, (kk)berpikir (Echols dan Shadily, 2005: 587).
Think/thinking jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti berpikir.
Seperti namanya, “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru
mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik.Guru memberi kesempatan kepada
mereka untuk memikirkan jawabannya (Suprijono, 2009: 91).
b. Pair/pairing: (kb)sepasang, (kk)berpasangan. (Echols dan Shadily,
2005: 416) Pair/pairing berarti sepasang/berpasangan. “Pairing”,
pada tahap ini guru meminta peserta didikberpasang-pasangan itu
untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna
dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan
pasangan-pasangannya. (Suprijono, 2009: )
c. Share/Sharing: (kb)bagian, (kk)membagi. (Echols dan Shadily, 2005:
518). Share/sharing berarti bagian/membagi. Dalam kegiatan
“Sharing”, siswa membagikan hasil diskusinya kepada peserta yang
lain. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya
dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan
“Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang
4. Permainan
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak
(Anggani Sudono, 2010: 1). Sedangkan menurut M. Furqon Hidayatullah,
bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan
dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman
bermain. (Hidayatullah, 2008: 5).
Permainan, menutut Loy, Mcpherson, dan Kenyon adalah berbagai bentuk
kompetisi bermain penuh yang hasilnya ditentukan oleh :
a. Keterampilan fisik,
b. Strategi,
c. Atau kesempatan,
d. Yang dilakukan secara perseorangan atau gabungan. (M. Furqon
Hidayatullah, Mendidik Anak dengan Bermain, Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS (UNS Press)).
Hetherington dan Park (1979: 57) mengemukakan fungsi bermain, yaitu:
a. Mempermudah pengembangan kognitif anak. Bermain memberikan
kepada anak untuk mempelajari lingkungannya, belajar tentang objek,
b. Bermain mempercepat atau mempercepat pengembangan sosial anak;
terutama di dalam fantasi, bermain peran, anak belajar memahami
yang lain dan berlatih peran seakan-akan anak tambah dewasa; dan
c. Bermain memberikan kepada anak untuk memecahkan beberapa
problem emosionalnya, belajar mengatasi kecemasan dan konflik
dalam dirinya di dalam situasi yang tidak mengancam/atau
menghawatirkan (non threatening). (M. Furqon Hidayatullah,
Mendidik Anak dengan Bermain, Lembaga Pengembangan Pendidikan
(LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press)).
5. Puzzle
Puzzle berdasarkan kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti
teka-teki. Puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara bongkar pasang.
Permainan puzzle bukan lagi permainan yang asing bagi anak-anak.
Permainan puzzle memiliki banyak jenisnya. Menurut Rani Yulianti,
puzzle memberikan kesempatan belajar yang besar bagi anak, selain itu
puzzlejuga memiliki beberapa manfaat, antara lain:
a. Mengasah Otak. Permainan ini melatih sel-sel otak untuk memecahkan
masalah.
b. Melatih koordinasi mata dan tangan. Hal itu dikarenakan anak harus
mencocokkan keeping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu
gambar utuh.
d. Melatih nalar. Bermain puzzle dalam bentuk manusia akan melatih
nalar, karena anak akan menyimpulkan dimana letak kepala, tangan,
kaki, dan lain-lain sesuai logika.
e. Melatih kesabaran. Dengan bermain puzzle, kesabaran akan terlatih
karena saat bermain puzzle akan dibutuhkan kesabaran dalam
menyelesaikan permasalahan.
f. Pengetahuan. Dengan belajar puzzle, anak-anak akan mengenal warna
dan bentuk. Anak juga akan belajar konsep dasar binatang, alam
sekitar, jenis-jenis benda, anatomi tubuh manusia, dan lain-lain.(Rani
Yulianti I, Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak, Laskar
Aksara, Jakarta).
6. Alat Pencernaan Manusia
Pengertian alat pencernaan adalah alat yang berfungsi untuk
menghancurkan makanan (Azmiyawati. dkk, 2008: 14). Alat pencernaan
pada manusia terdiri dari: (Ahmad Abtokhi, Sains untuk PGMI/PGSD,
UIN Malang Press, Malang, 2008)
a. Mulut/rongga mulut
Makanan akan melalui proses pencernaan yang pertama kali
yaitu di dalam mulut. Di dalam mulut terdapat gigi, lidah, dan kelenjar
pencernaan yaitu kelenjar air liur. Di dalam mulut terjadi proses
pencernaan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis merupakan
pencernaan makanan yang dilakukan oleh gigi dibantu dengan lidah.
1) Gigi
Gigi berfungsi menghancurkan makanan yang masuk
kedalam mulut. Berdasarkan fungsinya, gigi dibedakan menjadi
tiga, yaitu gigi seri berfungsi memotong makanan, gigi taring
untuk mengoyak makanan, dan gigi geraham untuk mengunyah
makanan.
2) Lidah
Lidah mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
a. Mengatur letak makanan saat dikunyah.
b. Membantu menelan makanan.
c. Mengecap rasa makanan.
Lidah peka terhadap panas, dingin, dan adanya tekanan. Hal
tersebut dikarenakan pada permukaan lidah terdapat
bintil-bintil lidah yang terdapat saraf pengecap.
3) Air Liur
Air liur atau ludah dihasilkan oleh kelenjar ludah. Air liur
berfungsi untuk membasahi makanan, sehingga makanan menjadi
licin dan mudah ditelan. Ludah mengandung air, lendir, garam, dan
enzim ptialin/amilase. Enzim ptilin atau amylase ini berfungsi
untuk mencerna zat tepung (amilum) menjadi zat gula.
b. Kerongkongan
diameternya ±2 cm. Kerongkongan dapat melakukan gerakan melebar
dan menyempit, bergelombang dan meremas-remas untuk mendorong
makan masuk kedalam lambung, dan gerakan seperti ini disebut gerak
peristaltik. Gerak peristaltic dilakukan oleh otot-otot dinding
kerongkongan.
c. Lambung
Lambung adalah alat pencernaan berotot yang berbentuk
seperti kantong. Bagian dalam dinding lambung berlipat-lipat. Bagian
ini berfungsi untuk mengaduk makanan yang bersal dari
kerongkongan. Dinding lambung menghasilkan asam klorida yang
berguna untuk membunuh kuman yang masuk bersama makanan.
Selain itu, di dalam lambung terdapat enzim pepsin yang berguna
untuk mengubah protein menjadi asam amino dan enzim rennin yang
berguan untuk mengendapkan protein susu menjadi kasein.
d. Usus halus
Usus halus merupakan salurn pencernaan terpanjang yang
terdiri dari tiga bagian, yaitu usus 12 jari, usus kosong, dan usus
penyerapan.
e. Usus 12 jari
Bagian usus ini disebut 12 jari karena panjangnya sekitar 12
jari berjajar parallel. Di dalam dinding usus 12 jari terdapat muara
saluran bersama dari kantong empedu dan pankreas. Kantong empedu
hati berguna untuk mengemulsi lemak. Pankreas terletak dibawah
lambung dan menghasilkan getah pancreas. Getah pancreas
mengandung enzim amilase, tripsin, dan lipase. Enzim amylase
mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula. Enzim tripsin mengubah
protein menjadi peptide dan asam amino. Enzim lipase mengubah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
f. Usus Kosong
Panjang usus kosong antara 1,5 cm-1,75 cm . Di dalam usus
ini makana mengalami pencernaan mengalami pencernaan secara
kimiawi oleh enzim yang dihasilkan oleh dinding usus. Usus kosong
menghasilkan getah usus yang mengandung lender dan
bermacam-macam enzim. Enzim-enzim tersebut dapat memecah molekul
makanan menjadi lebih sederhana.
g. Usus penyerapan
Usus penyerapan panjangnya antara 0,75 cm-3,5 cm. Dalam
usus ini terjadi penyerapan sari-sari makanan. Permukaan dinding
ileum dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus atau uilli yang menyebabkan
permukaan ileum menjadi luas sehinga proses penyerapan sari
makanan dapat berjalan dengan baik. Peristiwa penyerapan sari-sari
makanan oleh usus halus disebut absorbi. Makanan yang mengalami
pencernaan secara kimiawi adalah karbohidrat, protein dan lemak.
gliserol. Vitamin dan mineral yang merupakan hasil akhir pencernaan
tidak mengalami proses pencernaan.
h. Usus besar
Usus besar atau kolon merupakan kelanjutan dari usus halus.
Fungsi utama usus besar adalah mengatur kadar air sisa makanan. Jika
kadar air terkandung sisa mkanan berlebihan, kelebihan air akan
diserap oleh usus besar. Sebaliknya, jika sisa makanan kekurangan air,
akan diberi tambahan air. Di dalam usus besar terdapat bakteri
pembusuk Escherichia colli yang membusukkan sisa makanan
menjadi kotoran. Dengan demikian, kotoran menjadi lunak dan mudah
dikeluarkan. Bakteri ini pada umumnya tidak menggangu kesehatan
manusia dan bakteru tesebut bahkan ada yang menghasilkan vitamin k
dan asam amino tetentu yang berguna bagi manusia. Lamanya sisa
makanan berada di usus besar tergantung keadaan feses dan jumlah air
yang diserap. Umumnya feses berada diusus besar berada di usus
besar selama 12-14 jam .
i. Anus
Bagian akhir usus besar disebut poros usus (rektum). Pada
saat sampai direktum, semua zat yang berguna telah diserap kedalam
darah. Sisannya berupa makanan yang tidak dapat dicerna, bakteri,
dan sel-sel mati dari saluran pencernaan. Campuran bahan-bahan
7. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria paling rendah
untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. Kriteria ketuntasan
minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah
guru mata pelajaran di satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang
hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukkan presentase tingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100. Angka
maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan
secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal dibawah target nasional
kemudian ditingkatkan secara bertahap (Peraturan Pemerintah Tentang
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Situasi Umum MI Sruwen IV
1. Lokasi Penelitian
MI Sruwen IV beralamat di Sruwen 03, Rt 11/03, desa/kelurahan
Tengaran, kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang, provinsi Jawa
Tengah.
MI Sruwen IV didirikan pada tahun 1976, dan diselenggarakan oleh
yayasan. MI Sruwen IV dikepalai oleh Bapak Muhamad Fattah Amin,
M.Pd.I. Memiliki 8 guru yang terbagi menjadi 6 wali kelas, dan 2 guru
mapel. Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Sruwen IV dapat
dilihat pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Data Guru MI Sruwen IV
NO Nama L/P Jabatan
1 2 3 4
1 M. Fattah Amin, M.Pd.I L Kepala Madrasah dan wali kelas V
2 Sumarna, S.Pd.I L Wakil Kepala Madrasah dan wali kelas II
3 Hanik Tazkiyah, S.Pd.I P Bendahara dan wali kelas VI
4 Titin Kurniyatin Suroya,
S.Pd.I P Wali kelas I (A) 6 Sumanto, A.Ma L Wali Kelas I (B)
1 2 3 4
5 Fajar Andy Saputra, S.Pd.I L Wali kelas IV
8 Ika Yunita, S.Pd.I P Guru Mapel
2. Waktu
Penelitian dilakukan selama kurang lebih 4 hari, dengan rincian sebagai
berikut:
a. Pada tanggal 18 Oktober 2014, peneliti melakukan observasi pra
siklus, pengambilan data madrasah, dan observasi lingkungan
madrasah.
b. Pada tanggal 20 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran Siklus I
c. Pada tanggal 22 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran Siklus II, dan
d. Pada tanggal 24 Oktober 2014, peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran Siklus III.
3. Mata Pelajaran
Pada penelitian ini, peneliti fokus terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), materi alat-alat pencernaan manusia.
4. Karakteristik Peserta Didik
Penelitian ini melibatkan seluruh siswa kelas V sejumlah 16 anak. Siswa
beda. Untuk lebih jelasnya mengenai data siswa MI Sruwen IV dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas 5 MI Sruwen IV
B. Deskripsi Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan inti pada siklus I, peneliti/guru
membuat perencanaan, antara lain guru merencanakan tanggal
pelaksanaan tindakan yakni pada hari Senin, 20 Oktober 2014. Peneliti
juga membuat RPP materi alat-alat pencernaan.
Peneliti juga menyiapkan alat pembelajaran yang akan digunakan
untuk membantu siswa ataupun guru dalam kegiatan belajar dan
No Responden L/P Usia
mengajar yaitu buku pembelajaran. Buku yang digunakan sebagai
sumber terdiri dari buku paket IPA kelas 5 dan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Sedangkan media pendukung lain yaitu, guru menyiapkan papan
puzzle(teka-teki) berbentuk alat-alat pencernaan manusia.
Ketika merencanakan evaluasi, peneliti menyiapkan lembar kerja
kelompok dan individu. Lembar kerja kelompok akan diselesaikan
bersama kelompok masing-masing, sedangkan lembar kerja individu
kan dikerjakan sendiri-sendiri dan menjadi bahan acuan penilaian
kuantitatif. Lembar soal kelompok berupa soal teka-teki, dan lembar
soal individu berisi butir-butir soal berjumlah 10, dan mencakup materi
yang akan diberikan pada hari itu.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Setelah peneliti matang dalam tahap perencanaan, tahapan
selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap ini guru berusaha
menciptakan suasana KBM yang sesuai dengan yang direncanakan.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I diawali dengan guru
membuka pelajaran dengan salam dan apersepsi, serta mennyampaikan
tujuan pembelajaran. Memasuki materi, guru membagikan lembar
pertanyaan dan memberikan penjelasan tentang alat-alat pencernaan
manusia.
Melalui penjelasan guru, maupun dengan membaca referensi,
pengetahuan yang mereka miliki, penjelasan guru, maupun berdasarkan
kegiatan membaca (thinking).
Kemudian guru membagi siswa dalam 4 kelompok, dan setiap
kelompok beranggotakan 4 orang siswa (pairing). Guru membagikan
tugas kelompok berupa puzzle teka-teki alat-alat pencernaan manusia
dan menjelaskan aturan atau cara bermain puzzle teka-teki. Selain itu,
pada kegiatan ini guru juga mengawasi dan membimbing siswa dalam
kelompok.
Adapun langkah bermainpuzzle:
1) Dalam satu kali permainan siswa akan mendapatkan dua lembar
kertas, sebagai berikut:
2) Siswa menjawab soal berdasarkan pilihan jawaban yang tersedia
pada lembar soal berkelompok.
3) Berdasarkan angka yang tertera di puzzle, siswa mencocokkan
dengan huruf dibelakang potongan gambar alat pencernaan manusia
berdasarkan jawaban yang mereka temukan dari soal yang telah
dikerjakan.
4) Siswa menempelkan potongan gambar alat pencernaan manusia
tersebut pada papanpuzzleyang kosong.
5) Apabila jawaban mereka tepat, maka potongan tersebut akan pas
pada gambar yang kosong.
Memasuki kegiatan berbagi (sharing), guru menginstruksikan
setiap wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas dan mengajak peserta didik dari kelompok lain untuk
memberikan evaluasi apabila hasil diskusi memerlukan pembenahan.
Memasuki kegiatan akhir, siswa diminta untuk kembali ke
tempat duduk semula untuk mengerjakan lembar kerja individu.
Sebelum menutup kegiatan belajar mengajar, guru mengulang secara
singkat materi yang baru saja diberikan guna penguatan bagi peserta
didik, kemudian guru menyampaikan ucapan terima kasih atas
partisipasi seluruh peserta didik, dan menutup pelajaran dengan salam.
3. Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Pengamatan difokuskan pada guru dan siswa. Observasi
terhadap siswa dilakukan oleh guru, sedangkan observasi terhadap guru
banyak siswa yang belum familiar terhadap metode TPS, dan masih
banyak siswa yang belum mengerti cara bermainpuzzle.
4. Tahap Refleksi
Hasil observasi pada siklus I, terdapat beberapa hal-hal yang
penghambat, dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran dan
memerlukan pembenahan untuk siklus selanjutnya.
a. Hal-hal yang menghambat, antara lain:
• Guru
1) Penggunaan waktu tidak sesuai dengan yang tercantum di
dalam RPP.
2) Guru mengulang-ulang materi, membuat siswa bingung.
3) Guru terlalu fokus pada beberapa kelompok saja.
4) Dan kurangnya penguasaan kelas.
• Siswa
1) Siswa kurang paham aturan penggunaan metode dan
permainan.
2) Beberapa anak yang merasa tidak cocok dengan kelompoknya,
sehingga kegiatan kelompok banyak menghabiskan waktu.
3) Siswa saling tunjuk untuk maju ke depan kelas.
b. Alternatif Pemecahan
Setelah mengetahui adanya beberapa faktor pendukung dan
penghambat dalam pembelajaran, perlu diadakan evaluasi dan
sehingga dapat memperkecil munculnya faktor penghambat.
Alternatif perbaikan untuk dilakukan pada siklus berikutnya antara
lain:
1) Membimbing siswa langkah demi langkah dalam mengerjakan
tugas kelompok.
2) Memperbaiki cara penyampaian materi, yakni penyampaiannya
lebih padat, tidak berbelit-belit, dan lebih runtut.
3) Menunjuk wakil setiap kelompok daria awal.
4) Meningkatkan penguasaan kelas, dan guru berkelililing saat
diskusi berlangsung.
5) Membuat media pendukung seperti poster alat pencernaan
manusia.
C. Deskripsi Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan inti pada Siklus kedua,
peneliti terlebih dahulu menentukan waktu pelaksanaan penelitian yakni
pada hari Rabu, 22 Oktober 2014 sesuai waktu yang telah disepakati
dengan pihak Madrasah. Berdasarkan waktu pelaksanaan yang telah
ditentukan, peneliti dapat memperkirakan pula batas waktu untuk
mempersiapkan tindakan inti siklus II,
Langkah selanjutnya yaitu peneliti membuat RPP tentang materi
komponen-peneliti juga menyiapkan alat dan media pembelajaran, antara lain:
buku paket IPA kelas 5, Lembar Kerja Siswa (LKS), poster alat
pencernaan manusia, serta papanpuzzle.
Langkah terakhir pada tahap perencanaan yaitu peneliti
menyusun lembar kerja siswa kelompok dan individu. Lembar kerja
kelompok berupa soal teka-teki dan lembar kerja individu berupa soal
berjumlah 10 butir.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, kegiatan awal yang
dilakukan didalam kelas yakni peneliti berkolaborasi dengan guru
menyiapkan media pembelajaran untuk memaksimalkan waktu belajar,
seperti menempelkan poster alat-alat pencernaan di depan kelas.
Memasuki kegiatan pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan
salam, melakukan apersepsi, serta menyampaikan tujuan pembelajaran.
Langkah selanjutnya, guru menuliskan soal teka-teki dipapan
tulis sebagai materi diskusi kelompok. Soal teka-teki ini diberikan
diawal pembelajaran agar siswa mendapat kesempatan untuk
memikirkan jawaban dari soal-soal tersebut berdasarkan penjelasan
guru dan nantinya jawaban yang mereka fikirkan think) didiskusikan
bersama kelompok mereka. Kemudian guru memberikan penjelasan
tentang alat-alat pencernaan manusia.
Selanjutnya, memasuki kegiatan (pairing) atau berpasangan,
beranggotakan 4 orang siswa. Rangkaian kegiatan didalam kelompok
ini anatar lain: guru membagikan tugas kelompok berupa teka-teki
puzzlealat-alat pencernaan manusia, sekaligus menjelaskan aturan dan
cara bermain puzzle teka-teki alat-alat pencernaan manusia. Dalam
kegiatan berkelompok ini, guru mengawasi dan membimbing siswa
dalam kelompok.
Memasuki kegiatan sharing, guru menginstruksikan setiap wakil
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, yakni dengan
menunjukkan puzzle yang telah disusun dan membacakan jawaban
masing-masing kelompok. Guru juga mengajak peserta didik yang lain,
untuk memberikan evaluasi apabila hasil diskusi memerlukan
pembenahan.
Diakhir kegiatan pembelajaran, guru menginstruksikan seluruh
peserta didik untuk kembali ke tempat duduk semula dan membagikan
lembar soal individu. Kemudian guru mengulang secara singkat materi
yang baru saja diberikan untuk penguatan. Sebelum menutup pelajaran,
guru menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi seluruh peserta
didik, dan diakhiri dengan salam.
3. Tahap Observasi
Observasi dilakukan sesuai format yang sudah disiapkan
sebelumnya. Berdasarkan pengamatan, hasil yang didapat antara lain
faktor pendukung lebih banyak terlihat dibandingkan faktor
penghambat (observasi tanggal 22 Oktober 2014).
4. Refleksi
Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan analisis,
ada beberapa hal yang perlu dibahas yaitu:
a. Hal-hal yang menghambat pada siklus II, yakni:
• Guru
1) Guru masih berbelit-belit dalam menyampaikan materi.
2) Pengondisian kelas masih kurang.
• Siswa
1) Masih ada beberapa siswa yang ramai.
2) Siswa kurang aktif saat dijelaskan.
3) Dalam diskusi kelompok, masih ada yang siswa yang pasif.
b. Alternatif Pemecahan
1) Guru meringkas materi, sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi.
2) Guru memberi kalimat-kalimat memancing saat menjelaskan
materi agar siswa lebih aktif.
3) Siswa yang pasif dalam kelompok, diberi tugas sebagai wakil
kelompok. Sehingga siswa lebih bertanggung jawab atas tugas
D. Deskripsi Siklus III
1. Perencanaan
Pada siklus ketiga, hal-hal yang direncanakan peneliti hampir
sama dengan tahap perencanaan pada siklus kedua, yakni
merencanakan waktu penelitian. Pelaksanaan penelitian siklus ketiga
pada hari Jumat, 24 Oktober 2014. Setelah merencanakan waktu
penelitian, peneliti membuat RPP materi alat-alat pencernaan secara
menyeluruh, artinya materi tentang alat-alat pencernaan yang dibagi
menjadi dua pada siklus I dan siklus II dijadikan satu pada siklus
terakhir.
Perencanaan selanjutnya, peneliti menyiapkan alat pembelajaran,
antara lain: buku paket IPA kelas 5 dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Sedangkan untuk media belajar peneliti menyiapkan poster alat
pencernaan manusia, papanpuzzle. Peneliti juga menyusun lembar kerja
kelompok atau soal teka-teki dan lembar kerja individu berupa soal-soal
sebanyak 10 butir.
Peneliti juga berencana untuk memberikan penghargaan berupa
hadiah makanan ringan seperti permen dan coklat bagi siswa yang
dianggap aktif.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus III, kolaborasi antara peneliti dengan seluruh pihak
tindakan dilakukan dengan diawali dengan persiapan sebelum memulai
kegiatan belajar mengajar, poster ditempelkan terlebih dahulu untuk
mempersingkat waktu, selain itu soal teka-teki juga tidak lagi ditulis
didepan kelas, namun dibagikan kepada siswa pada selembar kertas
agar siswa langsung dapat menuliskan jawabannya.
Memasuki kegiatan belajar mengajar, guru membuka pelajaran
dengan salam, dan melakukan apersepsi sekitar 5-7 menit, serta
menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu. Guru juga
memberikan umpan pada siswa agar aktif dalam kegiatan pada hari itu,
karena akan mendapat hadiah diakhir pembelajaran.
Pada kegiatan inti pembelajaran, observator membantu
membagikan lembar soal teka-teki sebagai bahan kerja kelompok,
sedangkan guru menjelaskan pada siswa agar mengisi lembar soal
tersebut berdasarkan penjelasan tentang alat-alat pencernaan, maupun
berdasarkan pengalaman yang mereka dapat sebelumnya. Kegiatan ini
termasuk dalam proses Thinking atau berfikir.
Guru kemudian membagi siswa dalam 4 kelompok, dan setiap
kelompok beranggotakan 4 orang siswa. Observator membantu untuk
membagi papan puzzle untuk masing-masing kelompok. Bersamaan
dengan itu, guru menjelaskan kembali cara bermain puzzle tersebut.
Guru dan observator mengawasi jalannya kegiatan. Dalan kegiatan ini,
telah diberikan guru dan sekaligus mendiskusikan jawaban mereka
(pairing).
Pada kegiatan akhir metode TPS, guru menginstruksikan setiap
wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, yakni
dengan menunjukkan puzzle yang telah disusun dan membacakan
jawaban masing-masing kelompok, kegiatan ini termasuk dalam
langkah Sharing atau membagikan hasil diskusi. Selain itu, pada siklus
terakhir ini guru lebih aktif mengajak peserta didik yang lain untuk
memberikan evaluasi dan menyatakan pendapat apabila hasil diskusi
memerlukan pembenahan. Guru mengajak peserta didik memberikan
penghargaan bagi masing-masing wakil kelompok berupa tepuk tangan.
Sebagai kegiatan refleksi, guru memberikan hadiah bagi
kelompok yang dianggap paling aktif menyatakan pendapatnya. Guru
menginstruksikan seluruh peserta didik untuk kembali ke tempat duduk
semula dan membagikan lembar soal individu.
Sebelum menutup pelajaran, guru mengulang secara singkat
materi yang baru saja diberikan. Kemudian guru menyampaikan ucapan
terima kasih atas partisipasi seluruh peserta didik dan menutup
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan Data Persiklus
1. Data Siklus I
Kegiatan pembelajaran Siklus I yang telah terlaksana pada
tanggal 20 Oktober 2014, pada siswa kelas V, di MI Sruwen IV,
dengan jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 16 anak.
Pelaksanaan siklus I didasarkan pada rencana pelaksanaan yang
telah dibuat yang berisi berbagai rincian kegiatan dan tindak lanjut
kegiatan yang ditentukan oleh prestasi belajar siswa, angket, dan
lembar pengamatan (guru dan siswa). Adapun penentuan
keberhasilan siswa berdasarkan hasil evaluasi belajar yang
dilaksanakan diakhir kegiatan dengan nilai patokan yaitu
Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) kelas V pada mata pelajaran
IPA.
a. Adapun perolehan data prestasi belajar siswa pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa Nilai Siswa Pada Evaluasi Siklus I
1 2 3
1 A 80
2 B 80
1 2 3
2. Data Siklus II
Kegiatan pembelajaran Siklus II telah dilaksanakan pada tanggal 20
Oktober 2014, pada siswa kelas V, di MI Sruwen IV, dengan
jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 16 anak.
a. Adapun perolehan data prestasi belajar siswa pada siklus II
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II
1 2 3
3. Data Siklus III
Kegiatan pembelajaran Siklus III telah dilaksanakan pada
tanggal 25 Oktober 2014, pada siswa kelas V, di MI Sruwen IV,
dengan jumlah siswa dalam satu kelas sebanyak 16 anak.
a. Adapun perolehan data prestasi belajar siswa pada siklus III
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Prestasi Belajar Siswa Siklus III
1 2 3
14 N 100
15 O 80
16 P 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah mendapatkan data berdasarkan hasil penelitian mulai
dari Siklus I, Siklus II, dan siklus III, maka diperoleh ketuntasan
prestasi belajar IPA materi alat-alat pencernaan manusia. Berikut ini
data hasil penelitian pada siklus I, II, dan III.
1. Data Ketuntasan Prestasi Siswa
a. Data Ketuntasan Siswa Siklus I
Tabel 4.4 Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus I
1 2 3 4 5
15 O 40 -
-16 P 30 -
-Jumlah 1100
Nilai Rata-rata 68,75
Jumlah siswa tuntas 11 9
Presentase
Ketuntasan 68,75% 56,25%
Refleksi Hasil Tindakan Siklus I
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada pelaksanaan
siklus I menunjukkan bahwa, jumlah siswa tuntas sebanyak 11 anak
berdasarkan KKM individual atau sebesar 68,75%, dan siswa tuntas
sebanyak 9 anak berdasarkan KKM nasional, atau sebesar 56,25%.
b. Data Prestasi Siklus II
Tabel 4.5 Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus II
1 2 3 4 5
Jumlah siswa tuntas 13 11 Presentase ketuntasan 81,25% 68,75%
Refleksi Hasil Tindakan Siklus II
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada pelaksanaan
siklus II menunjukkan bahwa, jumlah siswa tuntas sebanyak 14 anak
berdasarkan KKM individual atau sebesar 81,25%, dan siswa tuntas
sebanyak 11 anak berdasarkan KKM nasional, atau sebesar 68,75%.
c. Data Hasil Tindakan Siklus III
Tabel 4.6 Data Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa Siklus III
1 2 3 4 5
15 O 80 √ √
16 P 50 -
-Jumlah 1330
Nilai Rata-rata 83,12
Jumlah siswa tuntas 14 13 Presentase ketuntasan 87,5% 81,25
2. Data Peningkatan Prestasi Siswa
Setelah melaksanakan tindakan siklus 1 sampai siklus III,
didapatkan peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan. Hal
tersebut dapat dibuktikan berdasarkan tabel dan diagram ketuntasan
prestasi siswa berikut:
Tabel 4.7 Data Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Siklus I 11 anak atau 68,75% 9 anak atau 56,25% II 13 anak atau 81,25% 11 anak atau 68,75% III 14 anak atau 87,5% 13 anak atau 81,25%
Berdasarkan tabel 4.7 , dapat diketahui bahwa dari siklus I,
jumlah siswa yang tuntas berdasarkan KKM individu adalah
sebanyak 11 anak atau sebesar 68,75%. Kemudian mengalami
peningkatan pada siklus II, yakni sebanyak 13 anak atau sebesar
81,25% dinyatakan tuntas, dan meningkat lagi pada siklus III, yakni
Berdasarkan tabel 4.7,dapat dilihat pula peningkatan
prestasi berdasarkan KKM nasional dari siklus I sampai siklus III.
Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah sebanyak 9 anak atau
sebesar 56,25%, dan meningkat pada siklus II, yakni sebanyak 11
anak atau sebesar 68,75% dinyatakan tuntas, dan meningkat lagi
pada siklus III, yakni sebanyak 13 anak atau sebesar 81,25% telah
tuntas.
Adapun siswa yang tidak tuntas sampai di siklus III,
adalah sebagai berikut:
1. Siswa dengan inisial L, dengan perolehan nilai berturut-turut dari
siklus I sampai III yaitu; 50, 50, dan 60. Nilai tersebut belum
dapat mencapai KKM yang telah ditentukan, baik KKM individu
maupun KKM Nasional. Berdasarkan pengamatan penulis dan
berdasarkan Siswa ini memiliki kelemahan dalam membaca dan
menulis.
2. Siswa dengan inisial P, dengan perolehan nilai berturut-turut dari
siklus I sampai III yaitu; 30, 40, dan 50. Nilai tersebut belum
dapat mencapai KKM yang telah ditentukan, baik KKM individu
maupun KKM Nasional. Siswa ini juga memiliki kelemahan
serupa dengan siswa berinisial L, yaitu dalam membaca dan
menulis. Selain itu, siswa berinisial P ini adalah siswa yang