• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PUBLIC RELATIONS - AKTIVITAS CUSTOMER RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PASIEN DI RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktivitas Customer Relations Dalam Menangani Keluhan Pasien di RS Panti Rapih Yogyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PUBLIC RELATIONS - AKTIVITAS CUSTOMER RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PASIEN DI RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Aktivitas Customer Relations Dalam Menangani Keluhan Pasien di RS Panti Rapih Yogyak"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

22 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1PUBLIC RELATIONS

2.1.1 Pengertian Public Relations

“As publicity is a tool of public relations, so public relations is a tool of

marketing”.1 Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa publisitas adalah alat dari Public Relations menjalin hubungan dengan masyarakat, begitu pula

seorang Public Relations juga sebagai alat dalam hal pemasaran.

Pengertian “public” adalah sekelompok orang yang menaruh perhatian

pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang

sama. Publik merupakan grup kecil, terdiri atas orang-orang dengan

jumlah sedikit, juga dapat merupakan sekelompok besar.2 Begitu juga

dengan pengertian “relations” yang berasal dari bahasa Inggris “hubungan”. Penggunaan relations dalam public relations mengandung

arti adanya hubungan yang timbal balik atau two-way-communications.

Pandangan yang dikemukakan dalam Course in Public Relations for Employess yang diterbitkan oleh New York Central Railroad Sistem

mengenai public relations dan dikutip oleh Otto Lerbinger dalam bukunya Informations, Influence & Communications, adalah sederhana

sekali. Atas pertanyaan: “Apakah Public Relations?” itu?

1

Albert E. Kudrle, Melvin Sandler. 1995. Public Relations for Hospitality Managers (Communicating for Greater Profits). John Wiley&Sons, Inc. USA.

2

(2)

23 Dijawabnya :

a.They are the contacts you make everyday-on the job, and with your neighbors and friends. They are the words you speak, the smile on

your face”

b. “the public relations of any instruction.”menurut orang ahli public relations adalah “the sum of all the impression people have regarding

the institutions”.3

Definisi menurut Mexican Statement on Public Relations Practice, 1979:

“PR is the art and social science of analyzing trends, predicting their

consequences, counseling organization leaders, and implemanting

planned programmes of action which will serve both the organization’s and the public interest.”4

2.1.2 Fungsi Public Relations

Keberadaan seorang PR dalam suatu perusahaan tentu saja mempunyai

fungsi utama yang harus dilakukan. Fungsi utama PR menurut Anne van

der Meiden dalam buku Public Relations een Kenismaking (1987) sebagai

berikut:5

a. Menumbuhkan, mengembangkan hubungan baik antara

organisasi/perusahaan dengan publiknya baik internal maupun

eksternal;

b. Menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan

meningkatkan partisipasi publik;

c. Menciptakan opini publik yang menguntungkan

organisasi/perusahaan dan publik.

Public Relations adalah fungsi manajemen yang unik yang

membantu membangun dan memelihara jalur komunikasi, memunculkan

3

Ibid, h. 4

4

John Tondowidjojo.1994. Arah dan Dasar “Public Relations”. Yayasan Sanggar Bina Tama. Surabaya h.5

5

(3)

24 pemahaman, kerjasama antara organisasi dan publiknya; melibatkan

manajemen permasalahan isu; membantu menejemen untuk terus

menginformasikan dan tanggap terhadap opini publik; mendefinisikan dan

menekankan tanggungjawab menejemen untuk melayani kepentingan

umum; membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memamfaatkan

perubahan secara efektif, melayani sebagai sistem peringatan dini untuk

membantu mencegah kecenderungan negatif; dan menggunakan penelitian

yang sehat dan etika komunikasi sebagai alat utamanya. (Harlow,

1976:36)6

Fungsi Public Relations menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya, Hubungan Masyarakat Suatu

Komunikologis (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1992) adalah sebagai

berikut:

1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

organisasi

2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik

internal dan publik eksternal.

3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan

informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan

opini publik kepada organisasi.

4. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi

kepentingan umum.

6

(4)

25 5. Operasional dan organisasi public relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan

publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis,

baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak

publiknya.7

2.1.3 Ruang Lingkup Public Relations

Ruang lingkup pekerjaan PR/humas dapat dibagi menjadi enam bidang

pekerjaan, yaitu:

1. Publisitas;

2. Pemasaran;

Pemasaran melahirkan kehususan yang disebut dengan marketing relations (disebut juga marketing communication) dan customer

relations yang khusus melayani khalayak konsumen dan pelanggan. Perusahaan lebih fokus kepada konsumen/pelanggan yaitu khalayak

yang langsung berhubungan dengan perusahaan untuk mendapatkan

barang atau jasa yang ditawarkan perusahaaan.8

3. Public Affairs;

4. Manajemen Isu;

5. Lobi dan;

6. Hubungan Investor

7 Rosady Ruslan. 1997. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada h.9 8

(5)

26 Kegiatan Public Relations/Humas dioperasionalisasi oleh sebuah perusahaan. Setiap perusahaan dalam pengoperasionalisasiannya memang

memiliki perbedaan namun hakikatnya mempunyai persamaan. Perbedaan

yang ada disebabkan oleh jenis organisasi yang berbeda-beda. Ruang

lingkup humas umumnya dibagi berdasarkan jenis organisasi yang pada

garis besarnya adalah humas pemerintah, humas perusahaan, dan humas

internasional.

1. Humas (PR) Pemerintah

Lembaga-lembaga pemerintah pusat sampai tingkat daerah

dilengkapi dengan bagian humas untuk mengelola informasi dan

opini publik. Informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah

disebar seluas-luasnya, dan opini publik dikaji dan diteliti

seefektif-efektifnya untuk keperluan pengambilan keputusan dan

penentuan kebijaksanaan berikutnya. Sam Black dalam bukunya,

“Practical Public Relations” mengklasifikasikan humas menjadi

humas pemerintah pusat (center goverment) dan humas pemerintahan daerah (local goverment).

a. Humas (PR) Pemerintah Pusat

b. Humas Pemerintah Daerah

2. Humas (PR) Perusahaan

Istilah perusahaan disini mengacu pada organisasi yang dengan

manajemennya yang berorientasi untuk memperoleh prfil

(6)

27 agency, dll. Oleh karena perusahaan merupakan organisasi yang

memiliki kekhasan dalam sifat, fungsi, dan tujuannya, maka humas

perusahaan mempunyai kekhasan pula, meskipun dalam

aspek-aspek tertentu terdapat persamaan dengan jenis-jenis humas

lainnya.

a. Hubungan dengan karyawan oleh humas (PR)

b. Hubungan dengan pemegang saham (stockholder relations)

c. Hubungan dengan pelanggan (customer relations)

d. Hubungan dengan komunitas khalayak sekitar (community

relations)

e. Hubungan dengan pemerintah (government relations)

f. Hubungan dengan pers (pers relations)

3. Humas International

Ahli humas berpendapat bahwa humas internaasional baru

tampak sebagai kegiatan yang terkonsepsikan disekitar tahun 1950.

Kegiatannya terutama bergerak sebagai sarana pemasaran

dinegara-negara dibenua Eropa yang baru bangkit dari perang, dan

di Amerika Latin serta negara-negara yang sedang berkembang.

Pada tahun 1950 itu Jhon W.Hill, seorang Amerika yang dianggap

pelopor dalam mengembangkan humas internasional, mengatakan

bahwa humas internasional akan berkembang pesat apabila

suasananya didukung oleh tiga unsur dominan, yakni:

(7)

28 b. Sistem ekonomi yang memungkinkan dikembangkan

perusahaan pribadi dan digalakkannya persaingan disegala

lapangan yang menuntut kerja keras.

c. Media yang besar dan merdeka, yang memperoleh

pengawasan pemerintah secara minimal

Dalam perkembangan humas internasional mengalami

pergeseran serta divesifikasi dalam peran, jika pada saat mulai

munculnya, yakni pada tahun 1950, humas internasional

bergerak dalam bidang ekonomi, khususnya pada aspek

pemasaran, maka mulai tahun 1960 merembet kebidang

lainnya, antara lain politik. Hal ini tidak lepas dari

perkembangan teknologi yang berpengaruh besar bagi kinerja

humas.9

2.2CUSTOMER (Pelanggan)

2.2.1 Definisi Customer (Pelanggan)

Para pelanggan merupakan salah satu asset perusahaan yang paling

berharga. Mereka merupakan sumber penjualan ulang, testimonial, dan

acuan; mereka merupakan sumber utama pelanggan baru.10 Pelanggan

adalah penting bagi suatu perusahaan, dimana pelanggan harus dipuaskan

dan dipertahankan. Ketika pelanggan mendapatkan kepuasan dan loyal

terhadap perusahaan maka pelanggan akan membagikan kisahnya terhadap

9

Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah. 2011. PUBLIC RELATIONS 2.0. Depok. Gramata Publishing. h.54-59.

10

(8)

29 oranglain dan mendorong oranglain untuk datang kesuatu perusahaan

tersebut menjadi seorang pelanggan baru.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan pelanggan adalah

seseorang/pasien RS Panti Rapih Yogyakarta. Pasien disini dikatakan

pelanggan bahwa seseorang yang telah yang telah terdaftar menjadi

anggota pasien dan mempercayakan RS Panti Rapih sebagai rumah sakit

pilihan dalam melakukan pengobatan ketika seseorang tersebut

membutuhkannya.

2.2.2 Jenis Customer /Pelanggan

Pelanggan yang merupakan aset terpenting didalam sebuah

perusahaan harus menjadi pioritas perusahaan untuk dipertahankan dan

diberi kepuasan. Pelanggan terdiri atas 2 jenis, yaitu :

1. Pelanggan Internal (Internal Customer)

Pelanggan Internal yaitu orang-orang yang terlibat dalam

proses penyediaan jasa atau proses produksi barang, sejak dari

perencanaan, penciptaan jasa atau pembuatan barang, sampai

dengan pemasaran dan penjualan dan pengadministrasiannya.

2. Pelanggan Eksternal (External Customer)

Pelanggan Eksternal yaitu semua orang yang berada diluar

(9)

30 menerima layanan penyerahan barang atau jasa dari organisasi

(perusahaan).11

Dalam persaingan perusahaan yang semakin kompetitif tentu

saja pihak perusahaan menyerahkan kepada divisi terkait dalam

menjalin dan menjaga keharmonisan hubungan antara pihak

perusahaan dengan pihak customer/pelanggan agar pelanggan tetap

setia kepada perusahaan dan perusahan akan dengan baik

memenuhi kebutuhan dari pelanggan ataupun menerima dan

menyelesaikan keluhan dari pelanggan agar terciptanya kepuasan

pelanggan.

2.3AKTIVITAS CUSTOMER RELATIONS 2.3.1 Aktivitas Customer Relations

Komunikasi adalah pertukaran informasi, ide, sikap, emosi,

pendapat, atau instruksi antar individu atau kelompok yag bertujuan untuk

menciptakan sesuatu, memahami dan mengkoordinasikan suatu

aktivitas.12Maka dalam suatu aktivitas customer relations, komunikasi adalah point terpenting dalam menjalin hubungan antara perusahaan

dengan pelanggannya.

Hubungan konsumen/ customer relations merupakan suatu

tanggungjawab setiap orang yang dipekerjakan oleh sebuah perusahaan

11

Atep, Barata. 2004. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. h.12-13

12

(10)

31 yang menghasilkan atau memasarkan barang atau jasa konsumen.13

Aktivitas customer relations adalah kegiatan menjalin, menjaga,

mempertahankan hubungan baik antara perusahaan dengan pelanggan.

Aktivitas customer relations ini merupakan salah satu tugas seorang

Public Relations dalam meningkatkan dan mempertahankan citra perusahaannya. Aktivitas customer relations ini dilakukan karena perusahaan dapat berjalan dan berkembang ketika perusahaan mempunyai

pelanggan dan mendapatkan kesetiaan dari pelanggannya.

Dalam membina hubungan baik dengan pelanggan adalah hal yang

harus diperhatikan oleh seorang Public Relations dalam menjalankan aktivitas customer relations salah satunya melaksanakan pelayanan prima (sevice of Excellence). Dengan adanya customer relations, maka perusahan

dapat melakukan perbandingan terhadap pelayanan yang diberikan

terhadap harapan pelanggan agar kepuasan pelanggan akan dapat

didapatkan.

2.3.2 Service Of Excellence

Service of Excellence merupakan bagian dari customer relations yang

lebih menitikberatkan pada kesan pertama dan good relations-ship. Hal tersebut karena kesan yang muncul pertama kali, sulit untuk dihilangkan.

Menurut Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (1985:41-50), dalam buku “A Conceptual Model of Service Quality and its Implication for Future

13

(11)

32 Research,” terdapat 10 faktor yang menentukan kualitas layanan jasa, yaitu sebagai berikut.

1. Realibility

Keandalan, mencakup kinerja (performance) dan kemampuan untuk

dipercaya (dependability), serta dapat memenuhi janji yang ditawarkan

dalam memberikan pelayanan.

2. Responsiveness

Kesigapan dalam merespon dan memberikan pelayanan jasa yang

dibutuhkan oleh para pelanggannya.

3. Competence

Memiliki keterlampilan dan pengetahuan yang baik tentang produk

jasa yang ditawarkan kepada pelanggan.

4. Access

Kemudahan untuk menghubungi dan dijumpai, seperti lkasi, fasilitas,

dan informasi produk layanan jasa mudah diakses pelanggan.

5. Courtesy

Memiliki sopan santun, respek, perhatian, keramahan dari pihak

pemberi jasa layanan dalam kontak personal, melalui operator telepon,

resepsionis, customer service dan customer relations.

6. Communication

Media komunikasi yang dipergunakan selain dapat memudahkan

(12)

33 perhatian untuk mendengar atau keluhan yang disampaikan oleh

pelanggannya.

7. Credibility

Kepercayaan yang dibangun itu berawal dari sifat jujur dan dapat

diterima, biasanya mencakup citra, nama dan reputasi yang baik dari

pihak perusahaan atau customer service dalam berinteraksi dengan para pelanggannya.

8. Security

Menciptakan rasa aman dan nyaman dari suatu resiko atau

keragu-raguan, yaitu berkaitan dengan keamanan secara fisik (physical safety),

keuangan (financial security), dan kerahasiaan terjamin (confidential).

9. Understanding or Knowing the Customer

Berupaya memahami kebutuhan atau keinginan para pelanggannya.

10.Tangibles

Wujud fisik yang ditampilkan, sosok gedung, ruangan, fasilitas, dan

sarana parkir serta peralatan penunjang lainnya untuk memberikan

pelayanan jasa yang memadai, aman, dan nyaman.14

14

(13)

34 Adapun tujuan dilaksanakannya Service of Excellence adalah sebagai

berikut:

1. Mendorong Customer Untuk Datang Kembali

Setiap interaksi dengan customer bertujuan untuk membuatnya

kembali lagi melalui keramah-tamahan, perhatian yang tulus,

mengesankan dan pelayanan yang memuaskan.

2. Menciptakan Hubungan Saling Terbuka

Menunjukkan pada customer bahwa kita mengerti apa yang mereka inginkan, mau menerima dan merasa terlibat dalam persoalan pihak

pelanggan sehingga tercipta suatu hubungan saling percaya (mutually

appreciation). Hal tersebut dapat diraih melalui cara dan sikap seperti

berikut.

a. Terbuka

Menciptakan suasana akrab, misalnya jabat tangan, menanyakan

sesuatu yang perlu dibantu, mohon maaf atas keterlambatan dan

sebagainya.

b. Thanks

Mengucapkan terimakasih atas kedatangannya.

c. Let Them Talk

(14)

35 d. Minta izin untuk mengajukan pertanyaan dan menjelaskan bahwa

dengan memahami akan masalah kebutuhannya, dan pihak

customer akan mendapatkan pelayanan serta solusi yang terbaik.15

2.3.3 Tujuan Customer Relations

Keberadaan customer relations yang dikelola oleh Public Relations

harus dilakukan dengan baik. Customer adalah aset berharga dalam suatu

perusahaan, inilah peran Public Relations dalam melakukan kegiatan customer relations sebagai bentuk menghargai keberadaan pelanggan

dalam perusahaannya. Adapun tujuan dari customer relations baik dalam perusahaan kecil maupun perusahaan yang besar, antara lain :

1. Menentukan apakah para konsumen memikirkan dan

membicarakan kebijaksanaan, tindakan, produk, atau

pelayanan perusahaan.

2. Memahami apakah semua pernyataan yang dibuat konsumen

mengenai harga, nilai, pelayanan, dan kualitas sesuai dengan

kenyataan, tidak dibuat-buat.

3. Meningkatkan pelayanan pelanggan dengan penanganan yang

lebih memuaskan atas dasar menganalisis keluhan untuk

mengetahui penyebabnya, dan memperbaiki kekurangan dalam

operasional, prosedural, atau kebijaksanaan untuk mencegah

timbulnya lagi keluhan-keluhan tersebut.

15

(15)

36 4. Memperoleh penerimaan tentang produk dan layanan suatu

perusahaan oleh publik pemakai/pelanggan.

5. Mendidik karyawan untuk memberikan pelayanan cepat, tepat,

sopan, pribadi, dan ramah kepada konsumen.

6. Menyebarluaskan informasi kepada pelanggan tentang produk

pelayanan kebijaksanaan, dan praktek perusahaan.

7. Menjawab pertanyaan-pertanyaan konsumen yang

berhubungan dengan perusahaan, produk, dan pelayanannya

serta manfaatnya.

8. Menghasilkan produk atau pelayanan yang lebih memuaskan

kepada para pelanggan melalui pemahaman produk.

9. Memberikan nama produk dengan istilah yang biasa dipahami

sehingga pelanggan dapat mengetahui mutu produk untuk

membantu pelanggan memilih dan memanfaatkan produk

tersebut.

10.Menetapkan harga serendah mungkin sesuai dengan mutu.

11.Bekerja sama dengan kelompok konsumen untuk memberikan

informasi dan mendidik para konsumen mengenai pengetahuan

mutu dan untuk memenuhi kebutuhannya.16

Customer relations dilakukan untuk mengukur seberapa baik keberadaan perusahaan dimata publik. Keberadaan customer relations diharapkan mampu mencari tahu dan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh

16

(16)

37 pelanggannya agar pelenaggan mendapat kenyamanan dan kepuasan

terhadap pelayanan yang pelanggan dapatkan di perusahaan tersebut.

Tanggapan pelanggan akan menjadi bahan evaluasi Public Relations dalam perbaikan maupun peningkatan kualitas pelayanan sehingga

perusahaan akan dengan cepat berkembang dan semakin maju. Dengan

berjalannya hubungan baik antara pelanggan dan pihak perusahaan, maka

hal ini akan menguntungkan kedua belah pihak antara pelanggan dan

perusahaan.

2.4KELUHAN/KOMPLAIN 2.4.1 Definisi Keluhan

Secara sederhana, komplain bisa diartikan sebagai ungkapan

ketidakpuasan atau kekecewaan. Organisasi bisa mengumpulkan komplain

pelanggan melalui sejumlah cara, antaranya kotak saran, formulir

komplain pelanggan, saluran telepon khusus, website, kartu komentar,

survei kepuasan pelanggan dan customer exit surveys.17 Keluhan/ komplain dari pelanggan inilah yang harus ditindaklanjuti oleh Public Relations dalam aktivitas customer relations. Terjadinya suatu keluhan

bukanlah tanpa sebuah alasan, ada beberapa hal yang menyebabkan

terjadinya keluhan/komplain yang terjadi, seperti:

a. Pelayanan yang diharapkan dari kita tidak seperti yang mereka

harapkan.

17

(17)

38 b. Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menungu tanpa

penjelasan

c. Tidak ada yang mau mendengarkan.

d. Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak membantu terhadap

mereka.

e. Tidak ada yang mau bertanggungjawab untuk satu kesalahan.

f. Ada kegagalan komunikasi, dan lain-lain.18

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh bagaimana pelayanan

perusahaan yang diberikan kepada pelanggan, maka dari itu perusahaan

harus lebih efektif dalam peningkatan kualitas mutu pelayanan. Jika terjadi

keluhan/komplain perusahan harus cepat mengambil tindakan (pemulihan

jasa).

2.4.2 Jenis Keluhan

Keluhan/komplain seringkali didapatkan oleh pihak perusahaan, keluhan

harus segera ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat agar permasalahan

tidak semakin besar dan juga sebagai evaluasi terhadap perusahaan untuk

lebih baik lagi. Berdasarkan riset psikologi konsumen, komplain bisa

dibedakan menjadi dua tipe: instrumental complaints, dan non-instrumental complaints. Instrumental complaints merupakan komplain

yang diungkapkan dengan tujua mengubah situasi atau keadaan yang tidak

diinginkan, sebaliknya non-instrumental complaints dilontarkan tanpa

18

(18)

39 ekspetasi khusus bahwa situasi yang tidak diinginkan tersebut akan

berubah. Tipe non-instrumental complaints ini mencakup pula

instrumental complaints yang disampaikan kepada pihak ketiga dan bukannya kepada pihak yang menimbulkan masalah.19

2.4.3 Perilaku Komplain

Dalam hal ketidakpuasan, paling tidak terdapat empat kemungkinan

respon pelanggan mengenai perilaku komplain, sebagai berikut:

1. Tidak melakukan apa-apa

Maksudnya, mereka tidak menyampaikan komplainnya kepada

siapapun. Namun, kebanyakan diantara mereka praktis sudah beralih

kepemasok atau penyedia jasa lain.

2. Berhenti membeli produk/jasa perusahaan yang bersangkutan Dalam hal ini, mereka berhenti membeli produk/jasa dari perusahaan

atau menyampaikan negative/bad word-of-mouth kepada keluarga,

rekan sejawat, maupun orang dekat lainnya (private actions). Informasi negatif semacam ini biasanya mengalir cepat dan berdampak

negatif pada citra perusahaan maupun sikap pelanggan terhadap

penyedia jasa dan produknya. Akibatnya, perusahaan bisa kehilangan

banyak pelanggan potensial maupun pelanggan saat ini yang beralih ke

pesaing.

19

(19)

40 3. Menyampaikan komplain secara langsung

Menyampaikan komplain secara langsung dan/atau meminta

kompensasi kepada perusahaan maupun penyalurnya. Bila ini yang

terjadi, sesungguhnya perusahaan menmperoleh “berkah tersembunyi”

(blessing in disguise). Paling tidak perusahaan mendapatkan umpan balik berharga dari berbagai komplain yang disampaikan dan ada

pelungan untuk mengatasi masalah sebelum menyebar luas (apalagi

sampai merusak citra dan reputasi perusahaan). Bila komplain berhasil

ditangani secara efektif dan memuaskan, konsumen yang semula tidak

puas bisa berubah menjadi puas dan tetap akan membeli produk/jasa

perusahaan. Ini sangat kontras dengan konsumen yang langsung

berhenti berhenti memakai jasa perusahaan tanpa menyampaikan

komplain. Perusahaan tidak akan bisa mengetahui penyebab

kekecewaan mereka dan melakukan perbaikan. Sayangnya, hasil riset

TARP menunjukan bahwa hanya 4% diantara pelanggan yang

memiliki masalah yang secara aktual menyampaikan komplain kepada

perusahaan (Albrecht&Zemke, 1985). Sisanya 96% tetap tidak puas

dan menyampaikan kepada sekitar sembilan hingga sepuluh orang lain

tentang ketidakpuasannya. Beberapa riset lainna menunjukan bahwa

sekitar 2/3 konsumen tidak pernah melaporkan ketidakpuasannya.

(20)

41 langsung beralih pemasok, melakukan gethok tular negatif atau bahkan

kedua-duanya (Stephens&Gwinner, 1998).20

4. Mengadu lewat media massa

Mengadu melalui media massa, mengadu kelembaga konsumen atau

instansi pemerintah terkait, dan/atau menuntut produsen/penyedia jasa

secara hukum. Ini merupakan bentuk komplain yang paling ditakuti

setiap perusahaan. Komunikasi pemasaran dan public relations

memegang vital dalam mengantisipasi dan menangani kemungkinan

terjadinya bentuk komplain ini.21

Gambar 2.1 Alternatif Reaksi Pelanggan Bila Terjadi Ketidakpuasan22

20

Ibid h.317-318

21

Ibid h.318

22

(21)

42 2.4.4 Pelanggan Komplain

Dalam kaitannya dengan komplain, Denham (1998) mengindentifikasi tiga

tipe pelanggan: active complainers, inactive complainers, dan hyperactive complainers.23

1. Active complainers, yakni mereka yang memahami haknya, asertif,

percaya diri, dan tahu persis cara menyampaikan komplain. Bila

ekspetasi mereka akan pelayanan dan nilai (value) tidak terpenuhi,

mereka akan menyampaikan komplainnya ke perusahaan yang

bersangkutan. Tipe pelanggan semacam ini sangat berharga bagi

perusahaan, karena mereka cenderung langsung menginformasikan

dan mencari solusi atas setiap komplain yang mereka rasakan.

Dengan demikian, perusahaan masih berpeluang untuk melakukan

perbaikan dan memuaskan mereka.

2. Inactive complainers, yakni mereka yang lebih suka

menyampaikan keluhan kepada orang lain (teman, keluarga, rekan

kerja) daripada langsung kepada perusahaan bersangkutan. Mereka

cenderung langsung berganti pemasok dan tidak pernah kembali

lagi ke perusahaan yang mengecewakan mereka. Dengan

demikian, peluang perbaikan bagi perusahaan praktis tidak ada.

Studi yang dilakukan A.C. Nielsen (dikutip dalam

McColl-Kenney,2003) melaporkan bahwa hanya dua persen dari pelanggan

yang tidak puas yang secara aktual menyampaikan komplain

23

(22)

43 kepada organisasi bersangkutan.24 Beberapa faktor berkontribusi

kepada rendahnya tingkat komplain seperti ini.

a. Pelanggan tidak yakin apabila perusahaan bakal melakukan

tindakan korektif untuk menyelesaikan masalah

b. Dibutuhkan waktu untuk menulis surat, menelepon atau

datang ke toko untuk menyampaikan komplain.

Kebanyakan pelanggan malas atau enggan untuk

melakukannya.

c. Sebagian konsumen tidak memahami bagaimana cara

menyampaian komplain, misalnya siapa yang harus

dikontak, kemana surat komplain ditujuan atau bagaimana

mendapatkan informasi lengkap tentang orang yang harus

dihubungi.

d. Sebagaian konsumen juga semakin enggan melakukan

komplain karena mengetahui pengalaman komplain

pelanggan lainnya dimasa lalu yang gagal.

3. Hyperactive complainers, yaitu mereka yang selalu komplain

terhadap apapun. Tipe ini bisa disebut pula chronic complainers yang kadangkala berlaku kasar dan agresif. Mereka ini hampir

tidak mungkin dipuaskan karena tujuan komplainnya lebih

dilatarbelakangi keingininan untuk mencari „untung‟.

24

(23)

44 Sejumlah faktor dikemukakan sebagai determinan apakah seseorang

konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak (Day

dalam Engel, et al., (1990):

1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan , yaitu menyangkut

tingkat kepentingan produk bagi pelanggan, harga, waktu yang

dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, dan social visibility.

2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian

sebelumnya, pemahaman mengenai produk, persepsi terhadap

kapabilitas sebagai konsumen, dan pengalaman komplain

sebelumnya.

3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi

jangka waktu penyelesaian masalah, gangguan terhadap

aktivitas rutin, dan biaya.

4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.25

Jadi, konsumen yang tidak puas belum tentu bersedia

menyampaikan keluhannya kepada perusahaan yang bersangkutan. Salah

besar bila penyedia jasa mengklaim bahwa mereka sukses memuaskan

para pelanggannya, hanya semata-mata karena tidak ada komplain.

25

(24)

45 2.5 PROSES PENANGANAN KELUHAN

2.5.1 Proses Penanganan Keluhan

Dalam suatu perusahaan tidak mungkin mendapatkan 100%

kepuasan pelanggan. Keluhan dari pelanggan bukan juga sebagai hal yang

ditakuti dan dihindari namun harus dihadapi. Keluhan tidak selalu

dipandang negatif, karena keluhan dapat dipandang sebagai sesuatu yang

positif. Keluhan yang datang harus dihadapi dengan cermat dan bijaksana,

mengambil sisi positif atas keluhan tersebut. Keluhan akan menjadi bahan

evaluasi suatu perusahaan.

Dengan adanya keluhan tentu saja perusahaan akan lebih dengan

sungguh-sungguh dalam memperbaiki, mempertahankan, dan

meningkatkan kualitas produk/jasa agar pelanggan merasa puas dan

loyalitas pelanggan akan terbentuk. Jika adanya keluhan, tentu perusahaan

harus mengambil tindakan dengan cepat dan tepat. Menyelesaikan keluhan

adalah kesempatan kedua perusahaan untuk memperbaiki hubungan antara

pelanggan dan perusahaan.

Perusahaan jasa harus merancang dan menerapkan secara efektif

berbagai strategi pemulihan jasa, seperti jaminan jasa tanpa syarat,

pemberdayaan karyawan, penyelesaian kegagalan jasa secara cepat, dan

strategi manajemen zero defections (Reichheld & Sasser, 1990). Secara garis besar, aktivitas yang diperlukan dalam rangka memulihkan layanan

(25)

46 1. Respon

Pengakuan bahwa terjadinya masalah atau kegagalan jasa;

permohonan maaf; empati; respon yang cepat; keterlibatan

manajemen.

2. Informasi

Penjelasan atas kegagalan yang terjadi; mendengarkan

pandangan pelanggan terhadap solusi yang diharapkan;

menyepakati solusi;menjamin bahwa masalah yang sama tidak

akan terulang lagi; permohonan maaf yang tertulis.

3. Tindakan

Koreksi atas kegagalan dan kesalahan;mengambil

langkah-langkah perbaikan, seperti mengubah prosedur untuk mencegah

terulangnya masalah dikemudian hari; melakukan tindak lanjut

untuk memeriksa dampak setelah pemulihan jasa.

4. Kompensasi

Token compensation, kompensasi ekuivalen atau pengembalian uang atau “big gesture” compensations.26

Aktivitas customer relations dalam pemulihan jasa dalam menangani keluhan pelanggan sangat diperlukan karena dengan adanya

pemulihan jasa maka pelanggan akan mendapatkan kepuasan. Kepuasan

terhadap pemulihan jasa berkontribusi pada minat pembelian ulang,

loyalitas, dan komitmen pelanggan, trust, komunikasi gethok tular positif,

26

(26)

47 dan presepsi pelanggan terhadap keadilan atau fairness

(Hoffman&Kelley,2000;Matilla, 2001).27 Adapun yang perlu diperhatikan

bahwa ada empat aspek dalam penanganan keluhan yaitu:

1. Empati terhadap yang marah

Dalam menghadapi pelanggan yang emosi atau marah, staf

layanan pelangan harus „berkepala dingin‟ dan bersikap empati.

Bila tidak, situasi bakal bertambah runyam. Untuk itu perlu

diluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan mereka dan

berusaha memahami situasi yang dirasakan oleh pelanggan

tersebut. dengan demikian permasalahan yang dihadapi dapat

menjadi jelas, sehingga pemecahan yang optimal dapat

diupayakan bersama.

2. Kecepatan dalam penanganan keluhan

Kecepatan merupakan hal yang sangat penting dalam

penanganan keluhan. Apabila keluhan pelanggan tidak segera

ditanggapi, maka rasa tidak puas terhadap perusahaan akan

menjadi permanen dan tidak dapat diubah lagi. Sedangkan

apabila keluhan tersebut ditanggapi dengan cepat, maka ada

kemungkinan pelanggan tersebut menjadi puas. Apabila

pelanggan puas dengan cara penanganan keluhannya, maka

besar kemungkinannya ia akan menjadi pelanggan perusahaan

kembali.

27

(27)

48 3. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan

permasalahan atau keluhan

Perusahaan harus memperhatikan aspek kewajaran dalam hal

biaya dan kinerja jangka panjang. Hasil yang diharapkan

tentunya adalah situasi „win-win‟ (fair, realistis, dan

proposional), dimana pelanggan dan perusahaan sama-sama

diuntungkan.

4. Kemudahan bagi pelanggan untuk menghubungi perusahaan

Hal ini sangat penting bagi pelanggan untuk menyampaikan

komentar, saran, kritik, pertanyaan maupun keluhan merupakan

faktor krusial yang harus dipertimbangkan secara cermat.

Disini sangat dibutuhkan adanya metode komunikasi yang

mudah dan relatif tidak mahal, dimana pelanggan dapat

menyampaikan keluh kesahnya. Bila perlu dan memungkinkan,

perusahaan dapat menyediakan saluran telepon bebas pulsa

(hot line service), website dan/blog untuk menampung keluhan

pelanggan.28

Dalam aktivitas customer relations dibutuhkan manajemen

penanganan komplain yang efektif yang prosedurnya jelas dan terstuktur

dengan baik agar dapat menyelesaikan masalah serta didukung oleh

sumber daya dan infrastruktur yang memadai agar kinerja kerja yang

28

(28)

49 diberikan kepada pelanggan dapat memuaskan. Karakteristik penilaian

manajemen komplain yang efektif menurut Tjiptono dan Anastasia (2003)

adalah sebagai berikut:

1. Komitmen

Pihak manajemen dan semua anggota memiliki komitmen yang

tinggi untuk mendengarkan dan menyelesaikan masalah

komplain dalam rangka peningkatan produk dan jasa.

2. Visible

Manajemen dapat menerikan informasi yang jelas dan akurat

kepada pelanggan tentang prosedur penyampaian komplain dan

pihak-pihak yang dapat dihubungi.

3. Accessible

Perusahaan menjamin bahwa pelanggan dapat menyampaikan

komplain secara bebas, mudah, dan murah.

4. Kesederhaan

Prosedur komplain sederhana dan mudah dipahami pelanggan.

5. Kecepatan

Komplain ditangani secepat mungkin. Rentang waktu

penyelesaian yang realistis diinformasikan kepada pelanggan.

setiap perkembangan atau kemajuan dalam penanganan

komplain yang sedang diselesaikan, dikomunikasikan kepada

(29)

50 6. Fairness

Setiap komplain mendapatkan perlakukan yang sama, adil,

tanpa membeda-bedakan.

7. Confidential

Menghargai dan menjaga keinginan dan privasi pelanggan.

8. Records

Data mengenai komplain disusun sedemiian rupa sehingga

memudahkan setiap upaya perbaikan yang berkesinambungan.

9. Sumber daya

Perusahaan mengalokasikan sumber daya dan infrastruktur

yang memadai untuk pengembangan dan penyepurnaan sistem

penanganan komplain termasuk pelatihan karyawan.

10.Remedy

Pemecahan dan penyelesaian yang tepat (seperti permohonan

maaf, hadiah, ganti rugi, refund) untuk komplain ditetapkan

dan diimplementasikan secara konsekuen.

Keluhan adalah alat bagi pelanggan untuk meraih kepuasan dari

perusahaan, sedangkan keluhan adalah sebuah pelajaran bagi staf

khususnya yang menangani keluhan pelanggan (Public Relations dalam

aktivitas Customer Relations) dalam mengasah kemampuan atau skill lebih

baik lagi untuk mengendalikan emosi pelanggan yang komplain menjadi

(30)

51 2.6PENELITIAN SEBELUMNYA

Dalam penelitian ini, peneliti mengawali dengan membaca, memahami

dan menelaah serta menggali informasi dari hasil penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Hal ini

dilakukan untuk memberikan pandangan kepada peneliti sebagai acuan dan

bahan pendukung serta perbandingan dalam hal kekurangan maupun

kelebihan yang telah ada sebelumnya, sehingga dalam penyusunan hasil

penelitian ini dengan harapan akan lebih memadai.

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti tidak hanya terpaku pada skripsi

sebelumnya saja namun peneliti juga mengambil beberapa referensi baik dari

buku maupun jurnal yang terkait dengan penelitian kali ini, agar data maupun

referensi dalam pengerjaan penelitian ini akan lebih lengkap dan mendapatkan

informasi serta pengetahuan yang baik. Penelitian sebelumnya yang peneliti

gunakan sebagai acuan yaitu, sebagai berikut:

1. Aktivitas Customer Relations PT. UNILAB PERDANA Dalam Membina

Hubungan Baik Dengan Pelanggan (Periode Juli 2008-Febuari 2009) Oleh

Candra Irawan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. Pada penelitiannya, hasil penelitian tersebut yaitu kegiatan customer

(31)

52 2. Kualitas Customer Relations PT. Perusahaan Listrik Negera (Persero) Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Nungky Hapsari Widyastuti. Fakultas

Ilmu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atmajaya Yogyakarta. Pada

penelitiannya, hasil penelitian tersebut yaitu mengenai kualitas customer

relations berdasarkan empat indikator outcomes relasi: control mutuality, trust, satisfaction, dan commitment.

3. Aktivitas Customer Relations Rumah Sakit ATMAJAYA Dalam Memberikan Kepuasan Kepada Pasien Periode 2007 oleh Indah Mariana

Fakutas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta. Pada

penelitiannya, hasil penelitian tersebut yaitu mengenai aktivitas customer relations dalam memberikan kepuasan kepada pasien yaitu seputar

pelayanan, hubungan pasien dengan dokter, kenyamanan yang terdapat

Gambar

Gambar 2.1 Alternatif Reaksi Pelanggan Bila Terjadi Ketidakpuasan22

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan historis memiliki makna sejarah, identitas, dan arsitektural yang kuat, sehingga secara keseluruhan dapat memancarkan citra kawasan yang kuat (Siagian,

[r]

1. Whidya Utami, MM. Selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.

Wahyu Supriyanto, Teknologi InformasiPerpustakaan (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h.13... untuk menulusur informasi. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk

Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa bagi subjek lansia pada kelompok neoplasma berisiko untuk lama rawat panjang (p<0,0008) dibandingkan dengan subjek dewasa

Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas tentang pemanfaatan alga sebagai bahan bakar alternatif, salah satunya adalah penelitian dari Jorge Alberto Vieira Costa

paradigma lama pengelolaan sampah masih berpikir untuk mengangkut.. II - 28 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rokan Hulu. semua sampah kota menuju ke TPA kota yang

Analisa probabilistik dilakukan untuk menentukan probabilitas kegagalan struktur sambungan tubular tipe T dan Y akibat kelelahan dengdn menggunakan format metode AFOSM