• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA KOMUNIKASI SUPORTER SEPAKBOLA AC MILAN INDONESIA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Milanisti Sezione Tangerang) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA KOMUNIKASI SUPORTER SEPAKBOLA AC MILAN INDONESIA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Milanisti Sezione Tangerang) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

v

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

Dosta Taruli Gabe

NIM. 6662121840

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku.”

(Filipi 4 : 13)

“Pencobaan

-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang

tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan

membiarkan kamu dicobai melampaui kekuataan. Pada waktu kamu dicobai Ia

akan memberikan kep

adamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

(1 Korintus 10 : 13)

Syukur Kepada Allah…

Skripsi ini ku persembahkan untuk

Papa & Mama tercinta dan kedua kakakku

tersayang yang telah membesarkanku, mendidikku, menyayangiku,

serta memberikan aku dukungan dan semangat sehingga aku bisa berjuang hingga

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur hanya bagi Tuhan yang Maha Esa, oleh karena anugerahNya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul : “POLA

KOMUNIKASI SUPORTER SEPAKBOLA AC MILAN INDONESIA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Milanisti Sezione Tangerang).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada.Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua (S.Lumban Gaol dan S.R.R.Siregar) yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, cinta, doa, perhatian, dukungan moral dan materil yang telah diberikan selama ini.Terima kasih telah meluangkan segenap waktunya untuk mengasuh, mendidik, membimbing, dan mengiringi perjalanan hidup penulis dengan dibarengi alunan doa yang tiada henti agar penulis sukses dalam menggapai cita-cita. Buat kakak-kakak dan abangku terkasih Novida Riama dan Yandhi Saudara, terima kasih sudah menggandeng tangan saya dalam doa. Khusus untuk abangku Yandhi,Thank you for helping me in everything that I need in the process of making this thesis.

(7)

vii

1. Bapak Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, M.Pd. Sebagai Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa Periode 2017-2018.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si. Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ketua Jurusan Komunikasi, Dr.Rahmi Winangsih., M.Si dan Sekertaris

Jurusan Ilmu Komuniakasi, Darwis Sagita., M.Ikom. Terima kasih atas

segala kenyamanan, dan pemahaman terbaik dalam pengambilan

keputusan-keputusan yang sangat berarti banyak bagi kami mahasiswa ilmu komunikasi

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Kepada seluruh staff beserta dosen-dosen pengajar, Terima kasih atas

transfer ilmu pengetahuannya, semoga berguna dan dapat diimplementasikan

oleh saya dalam menghadapi tantangan dunia setelah dunia perkuliahan.

5. Bapak Ikhsan Ahmad, S.Ip., M.S.i sebagai dosen pembimbing 1 dalam

proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan masukannya.

Maaf atas segala tingkah laku atau ucapan yang kurang berkenan dari penulis

sebagai mahasiswa yang dibimbing.

6. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE., M.S.i sebagai dosen pembimbing 2 dalam

proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan, bimbingan dan

masukan yang diberikan kepada penulis. Maaf atas segala tingkah laku atau

ucapan yang kurang berkenan dari penulis sebagai mahasiswa yang

(8)

viii

7. Humas C 2012, Teman angkatan, teman berproses, empat tahun bersahabat bukan waktu yang singkat, pernah kita lalui cinta, amarah, air mata, tawa, bukan sebuah lakon drama tapi alur nyata, saya percaya ini sudah takdir Tuhan menempatkan kita sebagai sekumpulan teman atau menempatkan kita untuk saling mewaraskan hahahaha.

8. My ex-beloved partner, Romi. Thanks for everytime, everywhere, you always beside me. Always give me spirit. Moreover, at the last you leave me alone before my thesis finished.

9. My Best Partner in Spirit, Dewi Mariana Siahaan, Monalisa Sihombing, Maya, Dania Pratiwi dan Putri Wulandari yang telah menjadi teman yang luar biasa sejak maba. Penulis mengucapkan terima kasih untuk doa, perhatian, semangat, bantuan, nasihat, dan persahabatan yang manis ini.. 10.Segenap keluarga besar Milanisti Indonesia Sezione Tangerang Periode

2016, Terimakasih atas bantuannya selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan masukan yang membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan menggunakannya.

Serang, 06 Maret 2017

(9)

ix

ABSTRAK

Dosta Taruli Gabe. NIM 6662121840. Pola Komunikasi Suporter Sepakbola AC Milan Indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Milanisti Sezione Tangerang). Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pola komunikasi kelompok suporter sepakbola. Peneliti memfokuskan pengurus dan anggota Kelompok Suporter Milanisti (AC Milan Indonesia Suporter) Sezione Tangerang dikarenakan kelompok tersebut merupakan cabang resmi yang berada di kota Tangerang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi deskriptif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi partisipan. Studi diskriptif yang diteliti tertuju pada komunikasi antara pengurus dan anggota Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang. Penelitian ini menjelaskan tentang pola komunikasi Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang. Pola komunikasi proses komunikasi internal Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang terdapat dua macam komunikasi yaitu komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal. Hampir seluruh proses komunikasi yang terjadi bersifat non-formal. Komunikasi internal antara pengurus dan anggota Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang dilakukan melalui komunikasi langsung yaitu tatap muka (face–to–face) seperti Rapat Rutin, Nobar (Nonton Bareng), Kopdar (Kopi Darat), Futsal, dan Gathering. Sedangkan dalam proses komunikasi eksternal hanya merupakan komunikasi kelompok. Komunikasi yang bersifat formal dan langsung (tatap muka) hanya terjadi pada saat kegiatan Charity yang berhubungan dengan masyarakat banyak serta pada kegiatan FORKAS (Forum Komunikasi Antar Suporter) saja.

Selain kegiatan tersebut baik komunikasi internal pengurus dan anggota kelompok serta komunikasi eksternal kelompok. Milanisti Sezione Tangerang juga berkomunikasi melalui media (mediated). Kelompok ini menggunakan media sosial berbasis internet seperti Email, Blog, Facebook, Twitter, dan instant message

(pesan singkat) seperti BBM (Blackberry Messanger) dan WhatsApp.

Dari kesimpulan yang telah didapat, saran yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah agar Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangernag lebih meningkatkan kegiatannya lagi, khususnya kegiatan eksternal. Kegiatan – kegitan tersebut bermaksud untuk menambah keakraban dan rasa persaudaraan antar anggota. Selain itu, adanya kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan penilaian positif.

(10)

x

ABSTRACT

Dosta Taruli Gabe. NIM 6662121840. Communication Pattern off Football Supporter (Qualitative Descriptive Study of Communication Patterns Milanisti Sezione Tangerang Indonesian). Essay. Department of Communication Studies. Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. 2017

The research have a purpose to discover about communication pattern of football supporter. Researcher focused on the organizer and the members of Milanisti (AC Milan Indonesia Supporter/Indonesian AC Milan Supporter) Sezione Tangerang because the group is the official branch that exist Tangerang. This reasearch is considered as qualitative research and use descriptive study method.

Data collection technique used is in-depth interview and partisipatory observation. Descriptive study that examined poited to the communication between the organisator and member of the Milanisti Sezione Tangerang. The research explains about the communication pattern of football supporter group Milanisti Sezione Tangerang. The internal communication pattern of Milanisti Sezione Tangerang consist of two kinds of communication, which are group and interpersonal communication. Almost every communication process happens in informal situation. Internal Communication between the organisators and members of Milanisti Sezione Tangerang done directly (face to face) like Routine Meeting, Nobar (Watch Together), Kopdar (Meet up), Futsal, and Gathering. Whilst in the external communication process, there’s only group communications. Formally and directly (face to face) communication only happens at Charity events that linked to the general society and at the FORKAS (Inter-Supporter Communication Forum). Besides those events, internal communication between organisators and members as well as the external group communications, Milanisti Sezione Tangerang also communicate through media (mediated). The group use internet based social meda like Email, Blog, Facebook, Twitter, and instant message like BBM (Blackberry Messanger) and WhatsApp.

From the conclusion, suggestion that the research can give Milanisti Sezione Tangerang are to increase its activity, esspecially external one. Those activities are meant to increase solidarity and fraternity between the members. Furthermore, the existance of Milanisti Sezione Tangerang can be more usefull for the society and give positive valuation.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Hal

COVER ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 11

1.2.Rumusan Masalah ... 11

1.3.Identifikasi Masalah... 11

1.4.Tujuan Penelitian ... 11

1.5.Manfaat Penelitian ... 12

1.5.1 Manfaat Akademis ... 12

(12)

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Komunikasi ... 13

2.1.1Unsur Komunikasi ... 13

2.2.1Karakteristik Komunikasi ... 17

2.3.1Level Komunikasi ... 18

2.4.1Proses Komunikasi ... 20

2.2.Pola Komunikasi ... 20

2.3.Komunikasi Kelompok ... 23

2.3.1. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Kelompok ... 24

2.3.2. Faktor Personal Karakteristik Anggota Kelompok... 31

2.3.3. Teori Prestasi Kelompok ... 32

2.4.Komunikasi Antar Pribadi ... 35

2.4.1. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ... 37

2.4.2. Tahap Hubungan Antarpribadi ... 38

2.5.Suporter ... 40

2.5.1. Dua Sisi Suporter Sepak Bola ... 42

2.6.Kerangka Berpikir ... 45

2.7.Definisi Konseptual ... 46

2.7.1. Pola Komunikasi ... 46

2.7.2. Kelompok ... 47

2.7.3. Suporter ... 47

2.8.Penelitian Terdahulu ... 48

(13)

xiii

3.2Fokus Penelitian ... 53

3.3Lokasi Penelitian ... 54

3.4Instrumen Penelitian ... 54

3.4.1 Teknik pengumpulan data ... 54

3.4.1.1Data Primer ... 54

3.4.1.2Data Sekunder ... 55

3.5Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 55

3.6Jadwal Penelitian ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 57

4.2 Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP 5.1 Saran ... 143

5.2 Kesimpulan ... 143

5.3 Keterbatasan penelitian ... 147

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN I (DOKUMENTASI)

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari oleh sebagian besar manusia di seluruh belahan dunia.Sepak bola digemari oleh semua lapisan masyarakat dari tingkat daerah, nasional, dan internasional. Dari usia anak, dewasa hingga orang tua, mereka senang memainkan sendiri atau sebagai penonton. Tidak hanya dalam segi kegemaran, sepak bola kini telah menjadi suatu bentuk fanatisme.Dimana dalam kaitannya fanatisme yang ada telah membentuk loyalitas dalam suporter-suporter sepak bola itu sendiri.Sepak bola dapat di ibaratkan sudah menjadi suatu kesatuan jiwa raga dalam masyarakat yang secara berangsur membentuk antusias dan loyalitas yang tak terbatas.

(15)

Suporter merupakan sebuah kelompok amnesia yang tergabung dalam sebuah pemikiran dan kesamaan pada sebuah hal. Menurut Chols, kata suporter, berasal dari kata kerja(verb) dalam bahasa Inggris to support dan akhiran(suffict)-er. To support artinya mendukung, sedangkan akhiran-er menunjukkan pelaku.Suporter dapat diartikan sebagai sebagian orang yang memberikan suporter atau dukungan.1

Suporter yang cerdas adalah suporter sportif tidak anarkis, tidak lugu, punya pengetahuan dan kepedulian terhadap timnya.Tingkah pola suporter pun bermacam-macam.Suporter yang baik adalah suporter yang selalu memberikan masukan sebagai bentuk perhatian. Suporter yang selalu memberikan apresiasi bila timnya bermain bagus.

(16)

Pada saat tim suporter Arema yang hendak pergi ke Sleman untuk mendukung timnya mengalami kejadian naas saat berhenti di salah satu

SPBU. Pasalnya, 4 truk yang diduga rombongan team Persebaya datang menghampiri dan menyerang bus tempat suporter Arema berada. Salah

satu suporter Arema yang bernama Eko Prasetyo ditarik keluar dan dipukul dengan batu berkali kali hingga tewas ditempat. Tidak hanya

memakan satu korban, tetapi korban lain adalah supir bus yang akan membawa suporter Arema ke Sleman, Slamet. Dia di hajar menggunakan bambu karena Slamet menggunakan kaos Arema.Slamet

meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.3

Contoh kasus kerusuhan seperti ini tidak hanya terjadi Indonesia, di dunia internasional pun hal ini kerap terjadi. Seperti yang dilangsir pada media massa online 4 telah terjadi kerusuhan antar suporter di Sao Paolo, Brasil.

Seorang suporter Klub Brasil, Santos, dikabarkan meninggal usai

insiden perkelahian antara suporter di Sao Paolo. Berdasarkan laporan setidaknya dua penggemar Santos diserang setelah timnya bermain

imbang 0–0 dengan rival satu kota Paulista A1, Minggu 23 Februari 2014, Akibat kejadian itu, seorang suporter berusia 34 tahun meninggal dunia.5

Tak Hanya di Brasil dibeberapa negara benua Amerika dan Eropa pun sering terjadi kerusuhan, Namun dibalik itu semua negara-negara di benua Amerika dan Eropa banyak melahirkan para pemain dan tim Sepak bola profesional,

3

(http://www.orangdalam.com/kerusuhan-suporter-Sepakbola/4607.Diunduh 11/12/2016

4

Liputan6.com pada hari Minggu tanggal 23 Februari 2014. Diunduh 11/12/2016

5

(17)

serta menggelar acara pertandingan internasional yang melibatkan pemain kelas dunia untuk bermain di ajang bergengsi disaksikan oleh ribuan penonton pun kerap terjadi kerusuhan.

Dalam Liga Eropa sering terjadi kerusuhan dalam pertandingan, terutama di Inggris. Sejarah persepak-bolaan mencatat pada pertengahaan 1980 kerusuhan menjadi hal yang umum di Inggris. Banyaknya organisasi Hooligans yang dibentuk oleh para suporter, membuat kerusuhan menjadi hal yang rutin di setiap pertandingan. Hal tersebut semakin diperparah dengan banyaknya suporter yang berkumpul di pub sebelum pertandingan dan berangkat dalam keadaan mabuk.

Inggris mempunyai catatan sejarah terpanjang dengan kerusuhan yang pernah terjadi. Peristiwa yang paling dramatis yaitu di Stadion Heysel, Brussel, Belgia.Suporter Liverpool (Inggris) menyerang dengan menyeberangi pagar pembatas.Suporter Juventus (Italia) saat itu panik dan ingin segera meninggalkan tempat itu, tetapi terhalang oleh tembok besar.Tiba-tiba tembok besar itu roboh dan menghantam suporter Juventus, serta menewaskan 39 orang dari Italia.Suporter Juventus yang ingin membalas perilaku suporter Liverpool dihadang oleh aparat kepolisian Belgia, yang menyebabkan tawuran antara polisi dan suporter Juventus. Tragedi ini dikenal dengan nama Tragedi Heysel yang terjadi di Final liga champion. 29 Mei 1985.6

Tawuran suporter di Inggris juga sangat banyakdan tidak sedikitkorban yang ditimbulkannya. Suporter yang suka membuat keributan di Indonesia dikenal dengan istilah Bonek, sedangkan di Inggris lebih dikenal dengan istilah

6

(18)

Hooligans. Hooligans maupun Bonek merupakan kumpulan suporteryangtidak resmi dari beberapa suporter yang sering kali melakukan kericuhanatautawuran. Pertandingan sepak bola telah melibatkan emosi para suporternya dan tidak jarang melahirkan berbagai aksi agresivitas baik antar penonton maupunantarpemain, misalnya tawuran.Suporter yang tawuran seringkali menimbulkan banyak korban.

Para suporter yang terkumpul dalam fandom selalu memberikan dukungan yang maksimal terhadap idolanya. Fandom menurut Joli Jensen adalah sekumpulan fans yang bergabung menjadi satu.7 Fans atau suporter yang tergabung dalam suatu fandom ini rela melakukan banyak hal demi tim kesayangannya. Selain menyaksikan pertandingan, saat tim kesayangannya berkunjung ke suatu negara, fandom akan bergerak bersama para suporter mulai dari memberikan sambutan di bandara, hingga mengikuti setiap kegiatan idola di negaranya.

Selain itu mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan banyak uang untuk membeli segala macam pernak-pernik tentang tim kesayangannya. Mulai dari

jersey, syal, bendera, merchandise, bahkan produk dari merk-merk tertentu yang melakukan kerjasama dengan suatu tim.

Kelompok – kelompok suporter telah terbentuk di berbagai negara.Bahkan setiap klub di dunia pasti mereka mempunyai kelompok suporter sendiri.Salah satu klub dengan jumlah member kelompok yang besar adalah AC Milan yang menamakan kelompok suporternya dengan Milanisti. Dimana member atas

7

Dennis McQuail. 2002. McQuail’s Reader in Mass Communication Theory. London:

(19)

Milanisti se-Indonesia telah mencapai 7.000 ribu orang, minimal 200 orang di setiap sezione (kota) menjadi anggota resmi Milanisti.8 Dimulai dari milis, berlanjut ke kopi darat.Dari kopi darat, tercetuslah gagasan membentuk komunitas.Dari kesamaan menggilai AC Milan, maka lahirlah Milanisti Indonesia.Itulah gambaran singkat terbentuknya Milanisti Indonesia.9

Setelah lama berbagi informasi dan berdiskusi melalui milis, pada awal tahun 2003, bertemulah beberapa anggota milis untuk saling mengenal. Dari obrolan awal yang hanya dihadiri oleh 6 orang, ide membentuk komunitas fans Rossoneri kian kuat. Berawal dari hal tersebut maka diadakanlah pertemuan kedua yang dihadiri 10 orang pada 16 Maret 2003. Dibidani Jamzer, Ronald, Arif Ikram, Lena, Ajung, Toel Maldini, Harris Nasution, Toni, Decy dan Gugun, kesepuluh orang tersebut bersepakat pada hari itu juga mendirikan Milanisti Indonesia dan terpilihlah Arif Ikram sebagai presiden pertama Milanisti Indonesia.

Wadah terbentuk, kegiatan pun digelar."Standar" saja, acara kumpul-kumpul resmi pertama Milanisti Indonesia adalah nonton bareng alias Nobar. Bekerja sama dengan salah satu tabloid olahraga, Milanisti Indonesia berkumpul untuk menyaksikan bersama-sama duel semifinal Liga Champions 2003, yang kebetulan menghadirkan laga derby della Madonnina. Dari nobar tersebut, Milanisti Indonesia mulai dikenal lebih luas.

8

(www.membership.milanisti.or.id/. Di unduh pada tanggal 11 Desember 2016).

9

(20)

Dengan momentum AC Milan tampil sebagai juara Eropa 2003, pendaftaran member semakin bertambah hingga mencapai 200-an orang, termasuk yang berasal dari daerah-daerah di luar Jakarta.Sampai dengan akhir tahun 2003 Milanisti Indonesia mencatat 15% member yang berasal dari luar Jakarta.

Pada era kepemimpinan Arif Ikram, eksistensi Milanisti Indonesia ditanam, disebarluaskan, dan dikuatkan, antara lain dengan melakukan aktivitas gathering, maka titik berat pengurus baru lebih kepada pembenahan internal, dan juga meresmikan nama Milanisti Indonesia, dengan lebih menguatkan status hukumnya.

Setahun kemudian, tepatnya menjelang akhir 2004, tampuk kepemimpinan Milanisti Indonesia berpindah tangan.Karena kesibukan, Arif Ikram menyerahkan kepemimpinan kepada James Ricky Tampubolon (Jamzer).

Logo lama MI: Pada pertengahan 2006 diadakan pemilihan umum presiden Milanisti Indonesia yang pertama kali. Mungkin ini adalah proses demokrasi pertama di kalangan komunitas fans club yang ada di Indonesia. Pada saat itu ada tiga calon (Tommy, Filbert, dan Rival) yang dipilih oleh kurang lebih 600 anggota.Setelah diadakan pemungutan suara, akhirnya terpilih Filbert Barnabas sebagai PresidenMilanisti Indonesia periode 2006-2008.

(21)

Makassar, Palu, Manado, dan sezione-sezione lain yang terus berkembang setiap waktunya.

Sampai saat ini anggota Milanisti Indonesia masih didominasi oleh kaum adam.Tapi, bukan berarti kami melupakan kaum hawa. Terbukti sejak akhir tahun 2007 Milanisti Indonesia membentuk tim futsal wanita, yang diberi nama Milanisti Angel. Tercatat sudah beberapa kali Milanisti Angel tampil di ajang persahabatan.Saat ini Milanisti Angel melakukan latihan rutin tiap bulannya di IBM Hanggar Futsal, Pancoran, Jakarta Selatan, yang sekaligus sebagai homebase Milanisti Indonesia.

Prinsip Milanisti Indonesia sama dengan AC Milan, yaitu: kekeluargaan. Hal itulah yang coba kami tanamkan kepada para anggota. Masa lima tahun telah Milanisti Indonesia lalui. Banyak sekali rintangan yang telah kami hadapi. Mudah-mudahan di tahun-tahun yang akan datang Milanisti Indonesia akan tetap melewati semua rintangan yang menghadang, sehingga bisa terus eksis dan bahkan bisa diakui, bukan saja di Indonesia tapi juga di Italia.

Milanisti Sezione Tangerang merupakan kelompok suporter yang memiliki fanatisme tinggi bahkan berlebihan terhadap kesebelasan kesayangannya. Mereka semakin tahun menjadi sorotan eksis bagi publik.Mereka sudah menjadi fenomena sosial yang memiliki korelasi dengan aspek kehidupan lainnya.Ada semacam ambisi kemenangan yang ingin mereka ekspresikan lewat sepak bola.

(22)

seluruh supporter AC Milan khususnya. Judgement masyarakat atas perilaku negatif para suporter selanjutnya berusaha ditampik oleh Milanisti melalui banyak hal termasuk pada kegiatan sosial yang bertajuk Charity.

Milanisti Sezione Tangerang sebagai kelompok suporter dalam praktiknya juga dirasa banyak memiliki hal positif dalam eksternalnya, terlihat dari berbagai kegiatan yang sudah dilakukan untuk masyarakat, umumnya masyarakat. Kelompok suporter Milanisti Sezione Tangerang merupakan salah satu contoh kelompok suporter yang kreatif dan positif. Kegitan – kegiatan positif ini lahir karena dalam Milanisti Sezione Tangerang pola komunikasi organisasi yang di terapkan bersifat komunikasi horizontal (setara) dimana antara ketua dan anggota samatingkatannya.

Keberadaan suporter atau pendukung seperti Milanisti Sezione Tangerang merupakan salah satu pilar penting yang wajib ada dalam suatu pertandingan sepak bola agar tidak terasa hambar dan tanpa makna.Kelompok suporter merupakan fenomena lebih lanjut dari legalisasi komunitas pendukung suatu kesebelasan. Suporter merupakan orang yang memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif. Di lingkungan sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yangdilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim.10

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti suatu bentuk pola komunikasi dalam Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang, yang mana peneliti akan menggunakan metode penelitian studi deskriptif kualitatif dimana dengan menggunakan metode penelitian ini, peneliti dapat menerangkan dan menjelaskan fenomena-fenomena secara praktis, data, objek,

10

(23)

material yang dikumpulkan bukan berupa rangkaian angka melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui interpretasi yang tepat dansistematis.

Bogdan dan Taylor dalam pawito11 mengatakan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur-prosedur penelitian yang digunakan untuk menghasilkan data deskriptif. Yang dituliskan atau yang diucapkan orang dan perilaku perilaku yang diamati. Lebih spesifik dalam pengumpulan data penulis akan melakukan observasi dan wawancara secara langsung terhadap narasumber sebagai objek penelitian untuk dapat mengetahui dan memaparkan bagaimana pola komunikasi Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang. Dari hal tersebut selanjutnya peneliti merumuskan suatu judul penelitian “Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Milanisti Sezione Tangerang.”

11

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi. Aksara

(24)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola komunikasi Internal dan Eksternal Suporter Milanisti Sezione Tangerang?

2. Bagaimana pola komunikasi Interpersonal dan komunikasiKelompok suporter Milanisti Sezione Tangerang ?

1.3. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola komunikasi Internal dan Eksternal Suporter Milanisti Sezione Tangerang?

2. Bagaimana pola komunikasi Interpersonal dan komunikasi kelompok suporter Milanisti Sezione Tangerang ?

1.4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pola komunikasi Internal dan Eksternal Suporter Milanisti Sezione Tangerang.

(25)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1. Secara Teoritis

Peneliti dapat menerapkan ilmu komunikasi yang diterima peniliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap bentuk pola komunikasi kelompok.

1.5.2. Secara Akademis

Diharapkan dapat memperkaya wacana penelitian di bidang ilmu komunikasi, khususnya pola komunikasi kelompok dan perilaku kelompok khususnya dalam kelompok suporter.

1.5.3. Secara Praktis

(26)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan dengan komunikasi, interaksi, dan sosialiasi. Dengan melakukan komunikasi, manusia bisa saling bertukar informasi, gagasan, ide, dan pengalaman. Komunikasi memegang peranan penting dalam mendekatkan manusia dengan orang lain. Adanya komunikasi akan membentuk jaringan interkasi yang kompleks. “Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi

hubungan sosial (social relations).Masyarakat paling sedikit berhubungan dengan dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial (social interaction).Terjadi interaksi sosial disebabkan interkomunikasi (intercommunications).”12

2.1.1. Unsur Komunikasi

Komunikasi yang terjadi di masyarakat pada umumnya merupakan penyampaian informasi maupun pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) melalui media/saluran tertentu yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung yang memiliki dampak/effect bagi komunikan maupun komunikator itu sendiri.

12

Onong Uchyana Effendy. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya

(27)

Menurut Harold Lasswell (dalam Mulyana) , “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan/ informasi dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu yang menimbulkan efek, yang digambarkan dengan menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Unsur – unsur komunikasi merupakan komponen yang harus ada di dalam proses komunikasi agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan definisi Lasswell (dalam Mulyana)14, unsur – unsur komunikasi meliputi :

1) Komunikator (source), Sumber merupakan pihak yang memiliki inisiatif atau kebutuhan dalam berkomunikasi. Sumbernya bisa dari seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau Negara. komunikator. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan

13

Deddy Mulyana, 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

14

(28)

ini dapat diartikan sebagai simbol verbal dan atau nonverbal yang diaterima.

5) Umpan balik (effect) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya. Efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku.

Dapat diartikan bahwa Lasswell mengganggap terjadinya komunikasi akan menimbulkan efek-efek tertentu bagi penerimanya. Efek tersebut timbul akibat reaksi penerima atas penyampaian pesan dari komunikator melalui media tertentu.

Seperti yang dikatakan oleh Carl I. Hovland bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan komunikator menyampaikan rangsangan (lambang verbal non-verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya.

Pemahaman yang sama tentang pengertian komunikasi juga dijelaskan oleh Hovland, Janis, dan Kelly (dalam Rakhmat)15 yang sama – sama berprofesi sebagai psikolog bahwa :

communication is the process by which an individual (the

communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the

behaviour of other individuals (the audience)”. Dapat

disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses dimana

15

(29)

komunikator menyampaikan stimuli (biasanya berupa bahasa) untuk membentuk tingkah laku orang lain (audiens).

Definisi Hovland tersebut menunjukkan bahwa obyek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga membentuk pendapat umum (public opinion). Komunikasi juga dapat membentuk sikap publik yang dalam kehidupan sosial memainkan peranan yang amat penting. Bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses mengubah perilaku orang lain.16

Begitu pula dengan kelompok suporter, terdapat unsur-unsur yang memperlancar proses komunikasi. Dalam hal ini pengurus kelompok suporter sebagai komunikator yang menyampaikan beberapa informasi mengenai kegiatan kelompok. Pengurus yang mengatur kegiatan maupun peraturan yang ada di kelompok. Pengurus menggunakan media internet sebagai perantara proses komunikasi. Media internet yang dimaksud adalah web, media sosial dan instant message.

“Social networking sites, video-sharing sites, wikis, blogs,

among many others, have evolved as a result of Web 2.0 concepts and new media technologies. Millions of people around the globe,

through social networking (internal, external, or mobile), are recently building online local, regional, and global communities

16

(30)

to communicate their shared interests and activities, disseminate information, and interact through a variety of web-based tools.”17

Melalui media tersebut, anggota Kelompok Milanisti Sezione Tangerang dapat menerima informasi yang disampaikan dengan baik sehingga terjadi sebuah interaksi yang dapat membentuk pola komunikasi Kelompok Milanisti Sezione Tangerang yang peneliti ingin ketahui.

2.1.2. Karakteristik Komunikasi

Karakteristik komunikasi menurut Riswandi18 antara lain :

1) Komunikasi adalah suatu proses, komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secaraberurutan. 2) Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan punya tujuan

(dilakukan dalam keadaan sadar).

3) Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat. Aktifitas komunikasi akan berlangsung dengan baik, apabila pihak-pihak yang terlibat berkomunikasi. 4) Komunikasi bersifat simbolis, komunikasi pada dasarnya

merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.

17

Mahmoud Eid & Stephen J. A Ward. 2009. Editorial: Ethics, new media, and social networks.

Global Media Journal, University of Ottawa, Canada

18

(31)

5) Komunikasi bersifat transaksional, komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan memberi dan menerima.

6) Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.

2.1.3. Level Komunikasi

Kategori komunikasi berdasarkan tingkat (level), dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta komunikasi paling sedikit hingga melibatkan jumlah peserta komunikasi yang paling banyak (dalam Mulyana)19, yaitu:

1)Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication), adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak. Contohnya ketika kita berpikir.

2)Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), adalah komunikasi antara orang-orang yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

3)Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan

19

(32)

memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Contohnya keluarga, tetangga, dan teman-teman.

4)Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang atau khalayak, yang tidak bisa dikenali satu persatu. Sebagai contoh, pidato, ceramah, dankuliah.

5)Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.

6)Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen.

Berdasarkan jumlah dan karakter komunikasinya, penelitian ini menggunakan kajian komunikasi kelompok sebagai dasar pola komunikasi Milanisti Sezione Tangerang.

Baron dan Byrne20, menyatakan bahwa sekumpulan orang dikatakan kelompok jika para anggotanya memiliki ikatan dan tujuan yang sama dalam mempersatukan mereka dengan melibatkan interaksi antara yang satu dengan yang lain.

20

(33)

Sama halnya dengan Milanisti Sezione Tangerang yang merupakan kumpulan suporter yang memiliki tujuan yang sama. Maka, komunikasi kelompok berlangsung di dalam Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang.

2.1.4. Proses Komunikasi

Effendy21, menyatakan bahwa di dalam proses komunikasi dapat kita ketahui terjadinya interaksi dua belah pihak sebagai berikut: 1) Komunikasi langsung

Proses komunikasinya dilakukan secara langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh jarak.

2) Komunikasi tidak langsung

Proses komunikasinya dilaksanakan dengan batuan pihak ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.

2.2.Pola Komunikasi

Setiap orang dari tempat yang berbeda memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi. Karakter tersebut akhirnya memunculkan suatu pola komunikasi yang berbeda antara masyarakat sosial yang satu dengan masyarakat sosial yang lainnya. Pola menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk (struktur) yang tetap; sistem; cara kerja.

21

(34)

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.22

Pola komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang dicakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan logis.23

Menurut beberapa pemahaman mengenai pola komunikasi di atas, dapat proses penyampaian pesan antara para pelaku komunikasi yang memiliki kaidah atau norma tertentu secara berulang dan terus-menerus sehingga membentuk perilaku komunikasi yang khas. dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

b. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi.

22

Agoes Soejanto. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

23

Onong Uchyana Effendy. 2003. Dimensi-Dimensi Komunikasi.Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

24

(35)

Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama. Komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi tersebut, proses-nya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung.

c. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis.

Pola komunikasi yang terjadi di dalam Kelompok Milanisti Sezione Tangerang, dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok secara berulang dan terus menerus, sehingga membentuk suatu perilaku komunikasi yang tetap. Cara tersebut meliputi bagaimana mereka berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya, permasalahan atau hambatan yang ditemukan, serta penyelesaian hambatan yang digunakan.

Komunikasi efektif merupakan tujuan dari sebuah proses komunikasi. Komunikasi efektif itu sendiri bisa dicapai jika adanya kesamaan pengertian yang dimiliki oleh setiap anggota suporter.

(36)

2.3.Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.25 Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Sebagian besar teori komunikasi antarpribadi juga berlaku pada komunikasi kelompok. Hal ini dikarenakan komunikasi kelompok melibatkan komunikasi antarpribadi.

Komunikasi kelompok (group communication) merupakan komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.26

Robert F. Bales (dalam Effendy)27 melalui bukunya yang berjudul

“Interaction Process Analys” mendefinisikan kelompok kecil (small group)

sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat berhadapan wajah (face to face meeting), di mana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antar satu sama lainnya yang cukup ketara, sehingga dia – baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan.

25

Deddy Mulyana. 2005.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

26

Onong Uchyana Effendy. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

27

(37)

Menurut Shaw komunikasi kelompok merupakan suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.

Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Adapun sifat-sifat komunikasi kelompok antara lain:

1) Kelompok berkomunikasi melalui tatapmuka; 2) Kelompok memiliki sedikitpartisipan;

3) Kelompok bekerja di bawah arahan seseorangpemimpin; 4) Kelompok membagi tujuan atau sasaranbersama;

5) Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

2.3.1. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Kelompok

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini yang sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok. Charles Horton Cooley (dalam Rakhmat)29 mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerjasama.

28

Arni Muhhamad. 2011. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

29

(38)

Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Rakhmat30 membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

1) Kelompok Primer dan Sekunder Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana private saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangandancara berkomunikasi. Pada kelompok primer diungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi.

Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Dalam kelompok primer, yang terpenting ialah siapa dia, bukan apakah dia, sehingga mengkomunikasikan seluruh pribadi.

(39)

Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik dan isi komunikasi bukan merupakan hal yang sangat penting. Contoh: suami di luar negeri yang mengirim surat tiga kali dalam seminggu bisa jadi bukan karena ada informasi penting melainkan hanya untuk memenuhi kerinduannya. Isi tidak penting. Lain dengan isi surat yang disampaikan dalam lingkungan kantor. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif. Komunikasi kelompok primer cenderung informal.

Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas, nonpersonal, menekankan aspek isi dan cenderung instrumental, dan formal.

2) Tahap Pengembangan Kelompok

(40)

Tekanan yang muncul dalam cara yang dapat diperkirakan, bersamaan dengan berubahnya kelompok melalui tingkatan dan tahapan.31

Schutz (1958); Bales dan Strodbeck (1951) dalam buku Tubbs dan Sylvia Moss,32 menyatakan bahwa semua tahap kelompok terjadi dalam setiap pertemuan dan terus terjadi lagi sepanjang usia kelompok tersebut. Teori ini paling mungkin terjadi dan dianggap paling berharga dalam memberikan wawasan mengenai pengembangan kelompok.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan, yaitu melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral setiap anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok, disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).Sehingga, bila kelompok yang dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok.

31

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication. Bandung: Remaja Rosdakarya.

32

(41)

Rakhmat meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu faktor situasional karakteristik kelompok dan faktor personal kerakteristik anggota kelompok:

a) Faktor situasional karakteristik kelompok 1) Ukuran kelompok

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, setiap anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Semakin banyak anggota maka semakin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas.

33

(42)

Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti menghasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.

Tubbs & Moss34 berpendapat bahwa ukuran kelompok mempengaruhi kinerja dan kepuasan, misalnya kelompok yang lebih besar memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai keputusan, terutama bila memerlukan kebulatan suara. Bila ukuran kelompok bertambah besar akan terbentuk beberapa sub kelompok yang cenderung mempertentangkan dan mengalihkan para anggota dari persoallan yang sedang dihadapi.

Senanda dengan Tubbs & Moss dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat)35 menunjukkan bahwa semakin besar ukuran kelompok maka semakin berkurang kepuasan setiap anggotanya.

2) Jaringan komunikasi

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Pada jaringan komunikasi bintang, jaringan ini disebut juga jaringan komunikasi semua saluran atau all channel sehingga setiap anggota dapat berkomunikasi dan melakukan timbal balik dengan semua anggota kelompok yang lain. Hampir sama dengan skema lingkaran dalam artian semua anggota adalah sama dan

34

Stewart L. Tubbs, dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication. Bandung: Remaja Rosdakarya.

35

(43)

semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara umum.

3) Kohesi kelompok

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam Rakhmat)36 menyarankam bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhanpersonal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok.Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering.Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka semakin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian.

36

(44)

b) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. White dan Lippit (dalam Rakhmat)37 mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan lMilanisti Sezione Tangerangsez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan lMilanisti Sezione Tangerangsez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi pemimpin yangminimal.

2.3.2. Faktor Personal Karakteristik Anggota Kelompok

Rakhmat38 menyatakan bahwa terdapat dua dimensi interpersonal yang mempengaruhi keefektifan kelompok antara lain:

1) Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi anggota kelompok karena didorong

37

Jalaluddin Rakhmat. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

38

(45)

oleh tiga kebutuhan intepersonal sebagai berikut:

1) Ingin masuk menjadi bagian kelompok(inclusion).

2) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis(control).

3) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain (afeksi).

2) Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha menyampaikan atau menerima informasi (secara verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).

2.3.3. Teori Prestasi Kelompok

Teori Prestasi kelompok dikemukakan oleh Stogdill pada tahun 1959 (dalam Wirawan).39 Stogdill menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu.Maka dari itu, Stogdill mengajukan teori prestasi kelompok.Teori ini, menyertakan masukan (input), variabel media, dan prestasi (output) dari suatu kelompok.

39

(46)

Teori ini merupakan hasil pengembangan dari teori-teori sebelumnya yang tergolong dalam tiga orientasi yang berbeda, seperti: orientasi penguat (teori-teori belajar), orientasi lapangan (teori-teori tentang interaksi), dan orientasi kognitif (teori-teori tentang harapan).

Asumsi dasar dari teori ini adalah proses terjadinya dalam kelompok dimana dimulai dari masukan ke keluaran melalui variabel-variabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feed-back).

Berikut ini adalah penjabaran teori prestasi yang terbagi atas beberapa faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, yaitu :

1.Masukan dari anggota

(47)

2.Variabel media

Variabel media menjelaskan mengenai beroperasi dan berfungsinya suatu kelompok. Elemen-elemen yang ada di dalamnya, yaitu : struktur formal (struktur formal mencakup fungsi dan status dimana kelompok terdiri atas individu-individu yang masing-masing membawa harapan dan perbuatannya sendiri) dan struktur peran (struktur peran mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki posisi tertentu hampir tidak berpengaruh pada status dan fungsi posisi tersebut).

3.Prestasi kelompok

(48)

2.4.Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu komunikasi dua orang, dimana terjadi kontak dalam bentuk percakapan.Komunikasi ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui sebuah media, umpama-nya telepon.40

Menurut Effendy,41 pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Sehingga dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Dalam Pawito,42 dijelaskan bahwa komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara individu dan individu lain dimana lambang-lambang pesan efektif digunakan, terutama lambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan, dalam kenyataan kerap kali disertai dengan bahasa isyarat.Komunikasi antarpribadi pada umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face toface).

40

Onong Uchyana Effendy. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

41

Onong Uchyana Effendy. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

42

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara

(49)

Kathleen S. Verderber (dalam Muhammad) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses komunikasi melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Komunikasi antar pribadi merupakan sebuah proses rangkaian sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi dari waktu ke waktu atau berulangkali.

Komunikasi antarpribadi berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung.Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau non-verbal, seperti komunikasi pada umumnya komunikasi antarpribadi selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan bagaimana isi pesan dikatakan atau dilakukan secara verbal atau nonverbal. Dua unsur tersebut sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerimapesan.

Komunikasi antarpribadi merupakan kegiatan aktif bukan pasif sehingga komunikasi tidak hanya dari pengirim pada penerima pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi antarpribadi bukan sekedar serangkaian rangsangan- tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyerapan, dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.

43

(50)

2.4.1. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Menurut DeVito (dalam Liliweri)44 ada lima ciri komunikasi antarpribadi yang umum yaitu sebagai berikut :

1) Keterbukaan

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu.Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

2) Empati

Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang dikomunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komunikan mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang efektif.

3) Dukungan

Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan.

44

(51)

4) Rasa Positif

Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akanlebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi.

5) Kesamaan

Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi, dan lain sebagainya.

2.4.2. Tahap Hubungan Antarpribadi

Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal (dalam Rakhmat)45 yaitu:

1) Pembentukan Hubungan Interpersonal

Tahap ini sering disebut tahap perkenalan (acquitance process). Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”,

ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.

45

(52)

Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger, informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori yaitu informasi demografis, sikap dan pendapat (tentang orang atau objek), rencana yang akan datang, kepribadian, perilaku pada masa lalu, orang lain, serta hobi dan minat.

2) Peneguhan Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional yang tepat.

(53)

positif atau negatif, dan berhasil atau tidaknya.

Selain itu, komunikator juga dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

2.5.Suporter

Permainan Sepak bola tidak bisa terlepas dari dukungan suporter.Suporter Sepak bola jauh berdeda dengan suporter cabang olahraga lainnya. Seperti dikemukakan (dalam Handoko)46 bahwa ada beberapa hal yang membedakan antara suporter Sepak bola dengan suporter cabang olahraga lain. Misalnya dari segi jumlah dan penampilan. Dari segi jumlah, suporter Sepak bola jauh lebih banyak daripada suporter olahraga lain. Selain karena popularitasnya, juga karena kapasitas tempat (stadion) yang cenderung lebih besar daripada tempat olahraga lainnya. Dari segi penampilan, suporter Sepakbola dikenal lebih fanatik dan atraktif dalam mendukung suatu kesebelasan.

Jumlah yang cukup besar dan sikap yang fanatik dan atraktif merupakan salah satu ciri dari suporter Sepak bola.Akan tetapi terkadang sikap fanatik dan atraktif suporter Sepak bola diekspresikan dengan berlebihan, sehingga tidak jarang mereka dicap sebagai biang kerusuhan.Permasalahan inilah yang sering terjadi di dunia persepak-bolaan.

Ditinjau dari sejarahnya, kehadiran suporter Sepak bola sudah sama tuanya dengan kemunculan olahraga Sepak bola itu sendiri. Munculnya fenomena suporter terorganisir (komunitas suporter) dipelopori oleh suporter

46

(54)

negara di benua Eropa, yaitu suporter Italia yang biasa dikenal sebagai suporter Ultras, kemudian Denmark dengan sebutan Rolligan, dan di Skotlandia dikenal dengansebutan kelompok suporter Tartan Army. Sebenarnya komunitas- komunitas suporter telah terbentuk di berbagai Negara, bahkan hampir setiap klub sepak bola di dunia mempunyai kelompok suporter sendiri, seperti AC Milan (Milanisti), Liverpool (Liverpudlian), SS Lazio (Laziale) dan lain sebagainya. Sedangkan di Indonesia kita mengenal Slemania (PSS Sleman), Aremania (Arema Malang), The Jakmania (Persija), Brajamusti (PSIM), Pasoepati (Persis Solo) dan lainsebagainya.

Kelompok suporter tersebut muncul dengan berbagai aksi yang teatrikal, seperti kostum dan atribut yang mencolok, anggota tubuh yang dicat warna-warni, dan gaya dukungan berupa nyanyian dengan gerak tubuh. Keberadaan suporter sepak bola memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai penampil (performer) dan penonton (audience).Sebagai penampil (performer) yang ikut mempengaruhi jalannya pertandingan sepak bola, yang kemudian menetapkan identitas yang membedakannya dengan penonton biasa. Seperti dikemukakan (dalam Handoko)47bahwa, “Suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara, dan berkreasi di dalam stadion dibandingkan dengan penonton yang terkadang hanya ingin menikmati suguhan permainan yang cantik‟ dari kedua tim yang bertanding”. Suporter pada dasarnya berperan untuk memotivasi dan penghibur

yang biasanya membentuk kerumunan dan menempati area atau tribun tertentu di dalam stadion dengan melakukan berbagai aksi dan atraksi yang terkoordinir.

47

(55)

Keberadaan suporter merupakan salah satu pilar penting dan mempunyai peranan dalam suatu pertandingan Sepak bola.Tanpa adanya kehadiran suporter suasana stadion terasa hambar tanpa makna. Namun sebaliknya, kehadiran suporter dalam mendukung suatu kesebelasan sangat terasa efeknya dalam mengobarkan semangat bertanding dalam diri pemain. Atraksi yang ditampilkan suporter lewat lagu-lagu dan yel-yel merupakan tambahan semangat bagi pemain untuk memperoleh kemenangan demi kepuasan para pendukungnya

2.5.1. Dua Sisi Suporter Sepak Bola

Berbicara tentang suporter sepakbola, maka berbicara dua hal yang saling bersinggungan yaitu suporter yang atraktif dan anarkis. Atraktif yaitu menggambarkan suporter yang menghidupkan dan menggairahkan tribun-tribun stadion dengan atraksi berupa lagu-lagu atau yel-yel dalam mendukung tim sepakbola kesayangannya. Anarkis yaitu menggambarkan kerusuhan yang terjadi di stadion yang dilakukan oleh suporter yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan mereka.

(56)

Namun terkadang juga para suporter berbuat anarkis, berbuat kerusuhan, merusak berbagai macam fasilitas bahkan sampai terjadi korban jiwa. Para suporter berbuat anarkis tersebut disebabkan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan mereka.

Berdasarkan aktivitas yang dilakukan kelompok suporter saat melihat pertandingan sepakbola ada dua sisi di dalamnya yaitu sebagai hiburan dan sebagai biang kerusuhan.Hal ini seperti diungkapkan (Handoko, 2008:37) bahwa, “Suporter sepak bola dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi negatif (Hooliganisme) dan sisi positif (sebagai hiburan dan solidaritas sosial)”. Untuk lebih jelasnya sisi suporter sepakbola dijelaskan secara

singkat sebagai berikut :

1) Sisi Negatif(Hooliganisme)

(57)

kerusahan saat menyaksikan pertandingan Sepakbola.Dengan melakukan kerusuhan atau keonaran mereka mendapatkan kepuasan.Sisi negatif ini dengan sengaja ingin membuat situasi penonton menjadi tidak nyaman.

2) Sisi Positif Sepakbola (Hiburan danSolidaritas)

Sisi positif suporter sepakbola yaitu, suporter datang untuk menyaksikan pertandingan sepakbola untuk mendapatkan hiburan atau untuk mengalami event untuk ikut ambil bagian dalam suatu pertandingan yang dapat dijadikan pengalaman atau sejarah pada

event-event penting.Penonton dan suporter, khususnya di benua Eropa dating ke stadion tidak sekedar untuk menyaksikan sebuah pertandingan sepakbola semata, tetapi datang untuk mengalami

(58)

2.6.Kerangka Berpikir

Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang merupakan salah satu dari sekian banyak Kelompok Suporter yang ada di Indonesia.Kelompok suporter Milanisti Sezione Tangerang sebagai wadah suporter pecinta AC Milan di daerah Tangerang dan sekitarnya. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran secara akurat dan sistematis mengenai gejala komunikasi yang diteliti.

(59)

Data yang ada dalam penelitian ini merupakan data kualitatif berupa kata- kata, kalimat, gambar, dan angka. Berdasarkan kerangka berpikir diatas, dapat dijelaskan bahwa peneliti mengamati di dalam Kelompok Suporter Milanisti Sezione Tangerang terdapat Komunikasi internal dan Komunikasi eksternal. Dalam komunikasi Internal terdapat terdapat dua level komunikasi yaitu komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal sedangkan dalam komunikasi eksternal hanya terdapat komunikasi kelompok saja. Dari Proses penyampaian pesannya ke kedua level komunikasi tersebut menggunakan komunikasi langsung berupa tatap muka dan komunikasi melalui media. Kemudian membentuk sebuah Pola Komunikasi Suporter Milanisti Sezione Tangerang.

2.7.Definisi Konseptual

Definisi konsep ini adalah acuan bagi peneliti tentang penggunaan konsep- konsep dari definisi penting apa saja yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian.

2.7.1. Pola Komunikasi

Pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (dalam Soejanto).48

Pola komunikasi adalah suatu bentuk atau rangkaian proses penyampaian pesan antara para pelaku komunikasi yang memiliki kaidah atau norma tertentu secara berulang dan terus-menerus sehingga

48

Referensi

Dokumen terkait

Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan perilaku seseorang kearah pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengertian pengarahan dalam hal ini untuk menyebabkan

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan pelayanan prima administrasi kependudukan di Kecamatan Cinambo Kota Bandung (1) Ukuran dan tujuan

Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga

Dalam hal ini, sekelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani Ali Wafa telah membuktikan bahwa meskipun pemerintah absen dalam hambatan dan kendala

Hasil validitas aplikasi menunjukkan bahwa aplikasi yang dibangun telah sesuai dengan fungsionalitas yang diinginkan yaitu me- nunjukkan hasil analisis proses

l11eI11>«oldt harga yang ekivalen untuk waktu sekarang. Indeks harga saat ini. Harga alat saat 1m = x harga

2.3.3 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dewan direksi merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan corporate governance yang bertugas dan

(3) Mengetahui terdapat peningkatan atau tidak kemampuan penalaran matematika setelah diterapkannya pendekatan konstruktivisme pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Plered.