• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI CAMAT UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DALAM IMPLEMENTASI - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI CAMAT UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DALAM IMPLEMENTASI - Repository IPDN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI

OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI

CAMAT

CAMAT

UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH

BAHAN PENATARAN UNTUK CAMAT

DI SELURUH INDONESIA

(2)

Biodata Narasumber

Nama

: Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

Lahir

: Jambi, 4 Maret 1977

NIP

: 19770304 1995 11 1 001

Jabatan

: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat

: Pembina TK. I (IV/b)

Instansi

: Kampus IPDN Jatinangor

Alamat

: Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

(3)

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

#

#

Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semula

Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semula

Sebagai “Promotor Pembangunan” berubah menjadi

Sebagai “Promotor Pembangunan” berubah menjadi

Pelayan Masyarakat”

Pelayan Masyarakat”

Perlu mendayagunakan secara optimal unit-unit

Perlu mendayagunakan secara optimal unit-unit

Pemerintahan yang langsung berhubungan dengan

Pemerintahan yang langsung berhubungan dengan

masyarakat, seperti :

masyarakat, seperti :

Dinas Daerah

Dinas Daerah

Kecamatan

Kecamatan

& Kelurahan

& Kelurahan

#

#

Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi

Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi

Pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja,

Pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja,

dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagai

dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagai

Kepala Wilayah Administrasi, melainkan sebagai

Kepala Wilayah Administrasi, melainkan sebagai

Perangkat Daerah.

(4)

Per

Per

ubah

ubah

an Paradigma

an Paradigma

Camat & Kecamatan

Camat & Kecamatan

Unsur Perbandingan

UU No. 5/1974

UU No. 22/1999

Kedudukan

Kecamatan

Wilayah Administrasi

Pemerintahan

Lingkungan Kerja

Perangkat Daerah

Kedudukan Camat

Kepala Wilayah

Perangkat Daerah

Kewenangan Camat

Bersifat Atributif

(Psl 80 & 81)

Bersifat

Delegatif

(Psl 66 (4))

a. Delegasinya dari pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat (Camat);

b. Delegasi dari pejabat kepada pejabat tidak dapat didelegasikan lagi kepada

pejabat lainnya tanpa seijin pejabat pemberi delegasi;

c. Delegasi dari institusi kepada institusi dapat dilaksanakan oleh pejabat/unit

yg ada di dalam institusi ybs sesuai dengan tata laksana bagi organisasi

besangkutan.

a. Delegasinya dari pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat (Camat);

b. Delegasi dari pejabat kepada pejabat tidak dapat didelegasikan lagi kepada

pejabat lainnya tanpa seijin pejabat pemberi delegasi;

(5)

Unsur Perbandingan

UU No. 22/1999

UU No. 32/2004

Kedudukan

Kecamatan

Lingkungan Kerja

Perangkat Daerah

Lingkungan Kerja

Perangkat Daerah

Kedudukan Camat

Perangkat Daerah

Perangkat Daerah

Kewenangan Camat

Bersifat

Delegatif

(Psl 66 (4))

Bersifat Atributif

(pasal 126 ayat 3) dan

Delegatif

(6)

TUGAS DAN WEWENANG CAMAT

Tugas adalah suatu pekerjaan yang berkaitan dengan status, yang harus ditunaikan.

Kewenangan adalah kekuasaan yang sah (

legitimate power

) atau kekuasaan yang

terlembagakan

(institutionalized power).

Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan

agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil baik.

(Ensiklopedi Administrasi, 1977 : 28).

Kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Antara tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat

erat.

(7)

Nilai 4E yang dimaksimumkan dalam pendelegasian sebagian

kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada Camat :

1) Efektivitas;

2) Efisiensi;

3) Equity/Adil/kesetaraan;

4) Ekonomik.

Tujuan Pendelegasian Kewenangan dari Bupati/Walikota kepada

Camat :

1) utk mempercepat pengambilan keputusan berkaitan

dgn kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat;

2) utk mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada

masyarakat;

3) utk mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota

kepada Kepala Desa/Lurah;

(8)

POLA PENDELEGASIAN WEWENANG

POLA PENDELEGASIAN WEWENANG

POLA PENDELEGASIAN WEWENANG

POLA PENDELEGASIAN WEWENANG

Pola I

Pola I

:

:

Seragam untuk semua Kecamatan

Seragam untuk semua Kecamatan

Pola II

Pola II

:

:

Beraneka ragam

Beraneka ragam

Seragam utk kewenangan tertentu yg

Seragam utk kewenangan tertentu yg

bersifat umum

bersifat umum

(

(

KEWENANGAN GENERIK),

KEWENANGAN GENERIK),

ditambah kewenangan

ditambah kewenangan

spesifik sesuai

spesifik sesuai

karakteristik wilayah &

karakteristik wilayah &

penduduk

penduduk

(KEWENANGAN KONDISIONAL).

(KEWENANGAN KONDISIONAL).

Menjadikan Kecamatan sbg PUSAT

Menjadikan Kecamatan sbg PUSAT

PELA-

YANAN MASYARAKAT UTK PELAYANAN

YANAN MASYARAKAT UTK PELAYANAN

YG SEDERHANA, MURAH & CEPAT.

YG SEDERHANA, MURAH & CEPAT.

KECAMATAN SEBAGAI PUSAT PELAYANAN

KECAMATAN SEBAGAI PUSAT PELAYANAN

(9)

Keunggulan Pola Seragam

Keunggulan Pola Seragam

1.

1.

Mudah dalam pembuatannya;

Mudah dalam pembuatannya;

2.

2.

Mudah dalam pengaturan dan pengendaliannya;

Mudah dalam pengaturan dan pengendaliannya;

3.

3.

Mudah dalam pembinaan personil, anggaran & logistik.

Mudah dalam pembinaan personil, anggaran & logistik.

Kelemahan Pola Seragam

Kelemahan Pola Seragam

1.

1.

Tidak responsif dgn kebutuhan masyarakat;

Tidak responsif dgn kebutuhan masyarakat;

2.

2.

Penyediaan personil, anggaran & logistik tdk sesuai

Penyediaan personil, anggaran & logistik tdk sesuai

dgn kebutuhan nyata shg sulit untuk mencapai efektivitas

dgn kebutuhan nyata shg sulit untuk mencapai efektivitas

dan efisiensi;

dan efisiensi;

3.

(10)

Keunggulan Pola Beraneka Ragam

Keunggulan Pola Beraneka Ragam

1.

1.

Lebih responsif thd kebutuhan pelayanan masyarakat;

Lebih responsif thd kebutuhan pelayanan masyarakat;

2.

2.

Kebutuhan personil, anggaran & logistik dpt dihitung

Kebutuhan personil, anggaran & logistik dpt dihitung

scr obyektif & rasional;

scr obyektif & rasional;

3.

3.

Memudahkan dalam pengukuran kinerja

Memudahkan dalam pengukuran kinerja

Kelemahan Pola Beraneka Ragam

Kelemahan Pola Beraneka Ragam

1.

1.

Memerlukan waktu & tenaga utk menyusunnya;

Memerlukan waktu & tenaga utk menyusunnya;

2.

2.

Agak sulit dlm pengendalian & pengawasannya;

Agak sulit dlm pengendalian & pengawasannya;

3.

3.

Memerlukan personil yg memiliki kualifikasi sesuai

Memerlukan personil yg memiliki kualifikasi sesuai

dgn kebutuhan pelayanan masyarakat

(11)

Tipologi Kecamatan

Tipologi Kecamatan

A

A

.

.

Di atas

Di atas

Rata – rata

Rata – rata

3 Tipologi

3 Tipologi

b. Rata – rata

b. Rata – rata

c.

c.

Di bawah

Di bawah

Rata – rata

Rata – rata

Rumus :

Rumus :

TK = f (LK, JP, KW, KT, JD)

TK = f (LK, JP, KW, KT, JD)

TK = f (LK, JP, KW, KT, JD)

TK = f (LK, JP, KW, KT, JD)

Ket. :

Ket. :

TK : Tipologi Kecamatan

TK : Tipologi Kecamatan

LK

: Luas/banyaknya Kewenangan

JP : Jumlah Penduduk

KW

: Karakteristik Wilayah

(12)

CONTOH PERHITUNGAN SKOR PEMBENTUKAN TIPOLOGI

KECAMATAN

No.

Faktor Penentu

Bobot*)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Banyaknya kewenangan

Jumlah Penduduk

Karakteristik Wilayah

Kualitas transportasi & komunikasi

Jumlah Desa/Kelurahan

……….

10%

30%

30%

20%

10%

*)

Bobot ditentukan sendiri oleh masing-masing

(13)

*

*

Faktor

Faktor

Penting Dalam Menentukan

Penting Dalam Menentukan

P

P

endelegasian

endelegasian

Kewenangan

Kewenangan

Jenis-jenis

Jenis-jenis

kewenangan yang Dapat didelegasikan oleh

kewenangan yang Dapat didelegasikan oleh

Bupati/Walikota kepada Camat :

Bupati/Walikota kepada Camat :

1. Kewenangan Perijinan,

1. Kewenangan Perijinan,

2. Kewenangan Rekomendasi

2. Kewenangan Rekomendasi

3. Kewenangan Koordinasi

3. Kewenangan Koordinasi

4. Kewenangan Pembinaan

4. Kewenangan Pembinaan

5. Kewenangan Pengawasan

5. Kewenangan Pengawasan

6. Kewenangan Fasilitasi

6. Kewenangan Fasilitasi

7. Kewenangan Penetapan

7. Kewenangan Penetapan

8. Kewenangan Pengumpulan & Penyampaian Informasi

8. Kewenangan Pengumpulan & Penyampaian Informasi

9. Kewenangan penyelenggaraan

9. Kewenangan penyelenggaraan

1.

1.

Karakteristik geografis

Karakteristik geografis

(Daratan atau kepulauan, dataran atau pegunungan, dsb)

(Daratan atau kepulauan, dataran atau pegunungan, dsb)

2.

2.

Karakteristik penduduk dilihat dari jenis pendidikan,

Karakteristik penduduk dilihat dari jenis pendidikan,

mata pencaharian, dsb;

mata pencaharian, dsb;

3.

3.

Karakteristik wilayah

Karakteristik wilayah

(Perkotaan, pedesaan, perkebunan, kehutanan,

(Perkotaan, pedesaan, perkebunan, kehutanan,

perindus-trian, perumahan, dsb)

(14)

Matriks Identifikasi Kewenangan yg Mungkin

Dilimpahkan dari Bupati/Walikota kpd Camat

Bidang

Jenis

Kewenangan

Pem.

Umum

Pertanian

Pekerjaan

Umum

-

- - dst

s/d 21 bid

Perijinan

Rekomendasi

Koordinasi

Pembinaan

Pengawasan

Fasilitasi

Penetapan

Pengumpulan

&Penyampaian

Informasi

(15)

Prasyarat Pendelegasian Kewenangan Bupati/Walikota

Prasyarat Pendelegasian Kewenangan Bupati/Walikota

Kepada Camat

Kepada Camat

:

:

1.

1.

Adanya keinginan politik dari Bupati/Walikota

Adanya keinginan politik dari Bupati/Walikota

2.

2.

Adanya kemauan politik dari Pemerintahan Daerah

Adanya kemauan politik dari Pemerintahan Daerah

(Kepala Daerah & DPRD) utk menjadikan kecamatan

(Kepala Daerah & DPRD) utk menjadikan kecamatan

s

s

e

e

b

b

a

a

g

g

ai

ai

P

P

usat Pelayanan Masyarakat;

usat Pelayanan Masyarakat;

3.

3.

Adanya kelegawaan dari

Adanya kelegawaan dari

D

D

inas dan/

inas dan/

atau

atau

Lemtekda

Lemtekda

untuk

untuk

melimpahkan sebagian kewenangan teknis yg

melimpahkan sebagian kewenangan teknis yg

dapat

dapat

dijalankan oleh kecamatan

dijalankan oleh kecamatan

, melalui Keputusan

, melalui Keputusan

KDH.

KDH.

4. Adanya dukungan anggaran dan personil untuk

4. Adanya dukungan anggaran dan personil untuk

menjalankan kewenangan yang telah didelegasikan.

(16)

Langkah

Langkah

2

2

Teknis Yg Perlu Dilakukan Utk

Teknis Yg Perlu Dilakukan Utk

Mengimplementasikan Pendelegasian

Mengimplementasikan Pendelegasian

1.

1.

Melakukan inventarisasi bagian2 kewenangan dari Dinas

Melakukan inventarisasi bagian2 kewenangan dari Dinas

dan/Lemtekda yg dpt didelegasikan kpd Camat mll

dan/Lemtekda yg dpt didelegasikan kpd Camat mll

pengisian daftar isian;

pengisian daftar isian;

2

2

.

.

Mengadakan rapat teknis antara dinas daerah dan

Mengadakan rapat teknis antara dinas daerah dan

Lemtekda beserta para Camat utk mencocokan bagian

Lemtekda beserta para Camat utk mencocokan bagian

2

2

kewenangan yg dpt didelegasikan dan yg mampu

kewenangan yg dpt didelegasikan dan yg mampu

dilaksanakan oleh Camat;

dilaksanakan oleh Camat;

3.

3.

Menyiapkan rancangan keputusan Kepala Daerah

Menyiapkan rancangan keputusan Kepala Daerah

utk dijadikan keputusan;

utk dijadikan keputusan;

4.

4.

Menata ulang organisasi kecamatan sesuai dgn besaran

Menata ulang organisasi kecamatan sesuai dgn besaran

dan luasnya kewenangan yg didelegasikan utk masing

dan luasnya kewenangan yg didelegasikan utk masing

2

2

kecamatan;

(17)

5.

5.

Mengisi organisasi dgn orang2 yg sesuai

Mengisi organisasi dgn orang2 yg sesuai

d

d

en

en

g

g

a

a

n

n

kebutuhan,

kebutuhan,

a

a

pa

pa

bila perlu dilakukan

bila perlu dilakukan

persiapan

persiapan

m

m

e

e

l

l

a

a

l

l

ui

ui

pendidikan teknis

pendidikan teknis

f

f

ungsional sesuai

ungsional sesuai

kebutuhan lapangan;

kebutuhan lapangan;

6.

6.

Menghitung perkiraan anggaran u

Menghitung perkiraan anggaran u

n

n

t

t

u

u

k

k

masing2

masing2

kecamatan

kecamatan

sesuai dgn beban

sesuai dgn beban

tugasnya d

tugasnya d

en

en

g

g

a

a

n

n

mempertimbangkan

mempertimbangkan

kemampuan keuangan

kemampuan keuangan

Pemerintah

Pemerintah

Daerah bersangkutan;

Daerah bersangkutan;

7

7

.

.

Menghitung perkiraan kebutuhan

Menghitung perkiraan kebutuhan

logistik u

logistik u

n

n

t

t

u

u

k

k

masing2

masing2

kecamatan;

kecamatan;

8.

8.

Menyiapkan tolok ukur kinerja

Menyiapkan tolok ukur kinerja

kecamatan

kecamatan

.

.

( Dapat menggunakan IKM (Indeks Kepuasan

( Dapat menggunakan IKM (Indeks Kepuasan

Masyarakat sebagaimana diatur di dalam Kep

Masyarakat sebagaimana diatur di dalam Kep

(18)

Seksi

Seksi

2

2

Yg Dpt Dibentuk

Yg Dpt Dibentuk

di Kecamatan dgn Tipologi A

di Kecamatan dgn Tipologi A

1

1

.

.

Seksi Pelayanan Masyarakat

Seksi Pelayanan Masyarakat

2.

2.

Seksi Pendidikan

Seksi Pendidikan

3.

3.

Seksi Kesehatan

Seksi Kesehatan

4.

4.

Seksi Ketentraman & Ketertiban

Seksi Ketentraman & Ketertiban

5.

5.

Seksi Pe

Seksi Pe

merintahan

merintahan

Seksi

Seksi

2

2

Yg Dpt Dibentuk

Yg Dpt Dibentuk

di Kecamatan dgn Tipologi B

di Kecamatan dgn Tipologi B

1.

1.

Seksi Pelayanan Masyarakat

Seksi Pelayanan Masyarakat

2.

2.

Seksi Pendidikan dan Kesehatan

Seksi Pendidikan dan Kesehatan

3.

3.

Seksi Seksi Ketentraman & Ketertiban

Seksi Seksi Ketentraman & Ketertiban

4.

(19)

Seksi

Seksi

2

2

Yg Dpt Dibentuk

Yg Dpt Dibentuk

di Kecamatan dgn Tipologi C

di Kecamatan dgn Tipologi C

1.

1.

Seksi Pelayanan Masyarakat

Seksi Pelayanan Masyarakat

2.

2.

Seksi Ketentraman & Ketertiban

Seksi Ketentraman & Ketertiban

3.

(20)

Alur Pikir Penataan

Alur Pikir Penataan

Kelembagaan Kecamatan

Kelembagaan Kecamatan

Bupati/

Walikota

Bupati/

Walikota

Delegasi

Kewenangan

Kpd Camat

Delegasi

Kewenangan

Kpd Camat

Susunan

Organisasi Yg

Sesuai dgn

Kewenangan

Susunan

Organisasi Yg

Sesuai dgn

Kewenangan

Pemberian

Pelayanan

Prima kepada

Masyarakat

Pemberian

Pelayanan

Prima kepada

Masyarakat

Kepuasan

Masyarakat

Kepuasan

Masyarakat

Dukungan politik

Dukungan politik

Dukungan dengan :

Dukungan dengan :

Anggaran

Anggaran

Personil

Personil

yang memadai

yang memadai

, sesuai kemampuan

Logistik

Logistik

keuangan Daerah

keuangan Daerah

Model :

(21)

Pola Hubungan Kerja Antara

Pola Hubungan Kerja Antara

Camat dgn Kepala Desa

Camat dgn Kepala Desa

Dari Pola

Hirarkhis

&

Subordinatif

Dari Pola

Hirarkhis

&

Subordinatif

Berubah

menjadi

1. Fasilitatif

2. Koordinatif

3. Kerjasama

4. Pembinaan & Pengawasan

a.

a.

Hubungan Kerja Fasilitatif

Hubungan Kerja Fasilitatif

Camat m

Camat m

en

en

j

j

a

a

d

d

i

i

penghubung antara Desa dgn kebijakan dari

penghubung antara Desa dgn kebijakan dari

Pemerintah Kabupaten;

Pemerintah Kabupaten;

b.

b.

Hubungan Kerja Koordinatif

Hubungan Kerja Koordinatif

Camat mengkoordinasikan kegiatan – baik rutin maupun

Camat mengkoordinasikan kegiatan – baik rutin maupun

pembangunan – bagi desa2 yg ada di wilayahnya agar

pembangunan – bagi desa2 yg ada di wilayahnya agar

memenuhi asas

memenuhi asas

SINKRONISASI & INTEGRASI

SINKRONISASI & INTEGRASI

.

.

Hasil koordinasi disampaikan kepada Bupati

(22)

c

c

.

.

Hubungan Kerjasama

Hubungan Kerjasama

Camat yg memimpin satuan unit pemerintahan

Camat yg memimpin satuan unit pemerintahan

bekerjasama

bekerjasama

dgn

dgn

K

K

epala

epala

D

D

esa yg memimpin satu

esa yg memimpin satu

unit pemerintahan d

unit pemerintahan d

a

a

l

l

a

a

m

m

k

k

edudukan setara utk

edudukan setara utk

mencapai tujuan bersama;

mencapai tujuan bersama;

d.

d.

Hubungan Pembinaan &

Hubungan Pembinaan &

Pengawasan

Pengawasan

Berdasarkan perintah UU Nomor 32 Tahun 2004,

Berdasarkan perintah UU Nomor 32 Tahun 2004,

Camat

Camat

melaksanakan fungsi pembinaan &

melaksanakan fungsi pembinaan &

pengawasan

pengawasan

jalannya pemerintahan desa,termasuk

jalannya pemerintahan desa,termasuk

mengatasi

(23)

Pola Pe

Pola Pe

limpahan Sebagian

limpahan Sebagian

Kewenangan dari

Kewenangan dari

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

kepada Camat & Lurah

kepada Camat & Lurah

m

m

e

e

n

n

u

u

r

r

ut

ut

UU 22/1999

UU 22/1999

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

Camat

Camat

Camat

Camat

Lurah

Lurah

Lurah

Lurah

(24)

Susunan Organisasi Kecamatan

Susunan Organisasi Kecamatan

Pola I

Pola I

Camat

Camat

Unsur Lini

Unsur Lini

Sekcam

Sekcam

(25)

Susunan Organisasi Kecamatan

Susunan Organisasi Kecamatan

Pola II

Pola II

Camat

Camat

Unsur Lini

Unsur Lini

Sekcam

Sekcam

Unsur Staf

Unsur Staf

UPTD

UPTD

DINAS

(26)

ORGANISASI KECAMATAN

(Sumber : Lampiran II Kep. Mendagri Nomor 158 Tahun 2004)

CAMAT

KELOMPOK SEKRETARIS

JAB.FUNG KECAMATAN

SEKSI SEKSI TRAM SEKSI SEKSI SEKSI

PEM. TIB

(27)

ESENSI MENGENAI

KECAMATAN, KELURAHAN DAN PEMERINTAH

DESA

MENURUT

UU NOMOR 32 TAHUN 2004

(28)

KECAMATAN

Kecamatan dibentuk di wilayah Kab/Kota.

Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya

memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota

untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

KEWENANGAN DELEGATIF (pasal 126 ayat 2).

Camat menyelenggarakan Tugas Umum Pemerintahan meliputi:

1.

mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

(29)

3. mengoordinasikan penerapan dan penegakan

peraturan perundang-undangan;

4.

mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

pelayanan umum;

5.

mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di

tingkat kecamatan;

6.

membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau

kelurahan;

7.

melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang

lingkup tugasnya dan/atau yg belum dapat dilaksanakan

pemerintahan desa atau kelurahan;

KEWENANGAN ATRIBUTIF

(30)

Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris

daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang

menguasai pengetahuan teknis pemerintahan.

Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh

perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada

Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota.

(31)

KELURAHAN

Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan

Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh

pelimpahan dari Bupati/Walikota.

KEWENANGAN DELEGATIF.

Lurah mempunyai tugas:

1.

pelaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan.

2.

pemberdayaan masyarakat.

3.

pelayanan masyarakat;

4.

penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan

5.

pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;

Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari PNS yang menguasai

pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. (Pasal 127 ayat 4).

Dalam melaksanakan tugas, Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota

melalui Camat.

(32)

Pe

Pe

limpahan

limpahan

Kewenangan & Tanggung jawab

Kewenangan & Tanggung jawab

Lurah Menurut Pasal 127 ayat 2 UU 32/2004

Lurah Menurut Pasal 127 ayat 2 UU 32/2004

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

Bupati/Walikota

Camat

Camat

Camat

Camat

Lurah

Lurah

Lurah

Lurah

: Arus pendelegasian kewenangan

(33)

ORGANISASI KELURAHAN

(Sumber : Lampiran III Kep. Mendagri Nomor 159 Tahun 2004)

LURAH

KELOMPOK SEKRETARIS

JAB.FUNG KELURAHAN

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

(34)

Pemerintah Desa

Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat

desa.

Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat

desa lainnya.

Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang

(35)

Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga

negara Republik Indonesia.

Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam

pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa.

Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui

keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat.

Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih

kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

Kepala desa terpilih dilantik oleh bupati/walikota selambat-lambatnya

(36)

Desa di Kabupaten/Kota secara bertahap dapat diubah

atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul

dan prakarsa pemerintah desa bersama Badan

Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Perda

(pasal 200 ayat 3).

Istilah Badan Perwakilan Desa (BPD) diubah menjadi

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan fungsi

menetapkan peraturan desa bersama kepala desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

(pasal 209).

Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan

(37)

Sumber pendapatan desa terdiri dari :

a. pendapatan asli desa;

b.

bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah

Kabupaten/kota.

c.

bagian

dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah

yang diterima oleh kabupaten/kota.

d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota.

e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Tidak ada pengaturan secara khusus mengenai pola

pertanggungjawaban kepala desa

akan diatur lebih lanjut di dalam

Perda berdasarkan PP (pasal 208).

Sistem pemilihan kepala desa diatur dengan perda berpedoman pada

(38)

Didasarkan pada : Surat Menteri Dalam Negeri Tanggal 22 Maret 2005 Nomor 140/640/SJ perihal

Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa;

A. Rumus Penentuan Besarnya ADD

1.

Rumus ADD dipergunakan untuk menghitung besarnya Alokasi Dana Desa untuk

setiap desa;

2.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung besarnya alokasi dana desa

adalah rumus tersebut sederhana, mudah diaplikasikan dan tersedia data;

3.

Rumus yang dipergunakan berdasarkan asas merata dan adil

a.

asas merata adalah besarnya bagian ADD yang sama untuk setiap desa, yang

selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM);

b.

asas adil adalah besarnya bagian ADD yang dibagi secara proporsional untyk

setiap desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus

dan variabel tertentu (misalnya Variabel kemiskinan, keterjangkauan,

pendidikan,

kesehatan dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa

Proporsional (ADDP);

4. Besarnya presentase perbandingan antara asas merata dan adil ditetapkan oleh

daerah, misal besarnya ADDM adalah 60% dari jumlah ADD dan besarnya ADDP

(dana proporsional) adalah 40% dari jumlah ADD.

5. Sebagai contoh menentukan besarnya Alokasi Dana Desa yang diterima desa

(39)

Perhitungan Alokasi Dana Desa untuk masing-masing Desa dilakukan

dengan menggunakan rumus yang mempertimbangkan faktor pemerataan

dan keadilan serta potensi desa dengan rumus-rumus sebagai berikut :

1. Rumus Alokasi Dana Desa (x) :

ADDx = ADDM + ADDPx

Keterangan :

ADDx = Alokasi Dana Desa untuk Desa x

ADDM = Alokasi Dana Desa Minimal yang diterima Desa

ADDPx = Alokasi Dana Desa Proporsional untuk Desa x

X = Desa

2.

Rumus untuk menentukan Pembagian Dana Proporsional :

ADDPx = BDx * (ADD-∑ADDM)

Keterangan :

ADDPx = Alokasi Dana Desa Proporsional untuk Desa x

BDx = Nilai Bobot Desa untuk Desa x

ADD = Total Alokasi Dana Desa

(40)

1.

Nilai Bobot Desa (BDx) adalah nilai desa yang ditentukan berdasarkan

beberapa varaibel independen;

2.

Variabel independen merupakan indikator yang mempengaruhi besarnya

Nilai Bobot setiap desa (BDx) yang dapat membedakan beban yang

ditanggung antara satu desa dengan desa yang lainnya;

3.

Variabel independen yang digunakan untuk menentukan Nilai Bobot Desa

(BDx) dibedakan atas variabel utama dan variabel tambahan yang

ditentukan oleh Kabupaten/Kota berdasarkan karakter, budaya dan

kesediaan data daerah;

4.

Variabel independen utama adalah variabel yang dinilai terpenting untuk

menentukan nilai bobot desa. Variable utama ditujukan untuk

mengurangi kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan dasar

umum antar desa secara bertahap dan mengatasi kemiskinan struktural

masyarakat di desa. Variabel independen utama adalah :

a. Kemiskinan

b. Pendidikan dasar

c. Kesehatan

(41)

5.

Variabel independen tambahan merupakan variabel yang dapat ditambahkan

oleh masing-masing daerah. Variabel independen tambahan meliputi :

a. Jumlah Penduduk;

b. Luas Wilayah;

c. Potensi Ekonomi;

d. Partisipasi Masyarakat

e. Jumlah Unit komunitas di Desa (Dusun,

Jorong, RW, dan RT);

6.

Angka yang dimasukkan ke dalam rumus adalah angka yang didasarkan oleh

data-data yang dimiliki oleh daerah;

(42)

Contoh:

Daerah menetapkan Variabel Independen utama dan varaibel tambahan

dengan pembototan sebagai berikut

No

Variabel

Bobot

Angka Bobot (a) = Bobot/Jml

Bobot

1.

Variabel Kemiskinan (a1)

4

0.30

2.

Variabel Pendidikan Dasar (a2)

3

0.21

3.

Variabel Kesehatan (a3)

3

0.21

4.

Variabel Keterjangkauan (a4)

1

0.07

5.

Variabel Jumlah Penduduk (a5)

1

0.07

6.

Variabel luas wilayah (a6)

1

0.07

7.

Variabel PBB desa (a7)

1

0.07

(43)

CONTOH ALOKASI DANA DESA SECARA MENYELURUH DI

KABUPATEN BANDUNG

TAHUN ANGGARAN 2006

Uraian

Pendapatan

Belanja Pegawai

Sisa

Jumlah ADD

Bagi Hasil Pajak

10%

52,000,000,000

5,200,000,000

Retribusi 10%

48,707,130,000

4,870,713,000

Dana Perimbangan

Pusat 10 %

968.755.733.000

553,837,644,000

414.918.089,000

41.491.808.900

Dana Perimbangan

Propinsi 10%

84,198,000,000

8,419,800,000

986,905,130,000

(44)

Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan

desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil dari

penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara

musyawarah dan mufakat.

Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari dan oleh

anggota Badan Permusyawaratan Desa.

Masa jabatan Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah 6

(45)

PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN

PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN

BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN KEDUDUKAN KELURAHAN

BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN KEDUDUKAN KELURAHAN

(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)

(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)

Bupati/ Walikota

Bupati/ Walikota

Camat

Lurah

Kelurahan

Lurah

Kelurahan

Lurah/

Keluraha

n

Lurah/

Keluraha

n

Kecamata

n

Kelurahan

dengan

konsep

baru

Kelurahan

dengan

konsep

baru

dihapus

1 Luasnya mencakup

beberapa kelurahan lama.

2 Isi kewenangan bersifat

operasional.

Melayani masyarakat

secara langusng

Proses

amalgamasi

Pendelegasian

kewenangan

(46)

PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN

PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN

BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA

BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA

(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)

(Proyeksi 20 tahun yang akan datang)

Bupati/

Walikota

Bupati/

Walikota

Cama

t

Desa

Desa

Desa

Desa

Otonom

(baru)

Kecamatan

Urusan2

Pemerintahan yg

dijalankan oleh desa

Proses amalgamasi

(Vide Tap MPR No. IV/2000

Rekomendasi no. 7)

Isi otonominya bersifat

pemberian dari Pemerintah

1

.Luas mencakup beberapa desa lama.

2

. Otonomi Rasional (DO Tk III)

Konsekuensi

dihapus

(47)

No Nama Kecamatan Belanja Langsung (Rp) Belanja Tidak Langsung (Rp) Total Belanja (Rp)

1 Jatinangor 1,082,989,978.00 641,425,125.00 1,724,415,103.00

2 Cimanggu 811,434,500.00 717,926,238.00 1,529,360,738.00

3 Tanjungsari 944,276,000.00 624,863,761.00 1,569,139,761.00

4 Rancakalong 789,292,000.00 624,284,176.00 1,413,576,176.00

5 Pamulihan 863,050,200.00 697,554,620.00 1,560,604,820.00

6 Sukasari 558,556,200.00 514,518,447.00 1,073,074,647.00

7 Sumedang Utara 968,482,383.00 671,825,642.00 1,640,308,025.00

8 Sumedang Selatan 942,242,721.00 513,114,573.00 1,455,357,294.00

9 Ganeas 530,999,589.00 494,804,358.00 1,025,803,947.00

10 Wado 872,493,270.00 478,243,534.00 1,350,736,804.00

11 Darmaraja 1,080,608,344.00 565,147,482.00 1,645,755,826.00

12 Situraja 1,032,629,500.00 601,778,586.00 1,634,408,086.00

13 Cisitu 741,353,738.00 523,124,785.00 1,264,478,523.00

14 Jatinunggal 721,966,804.00 439,725,281.00 1,161,692,085.00

15 Cibugel 504,632,684.00 344,148,190.00 848,780,874.00

16 Paseh 752,327,500.00 540,038,559.00 1,292,366,059.00

17 Congeang 885,586,000.00 586,446,108.00 1,472,032,108.00

18 Tomo 711,537,500.00 536,221,102.00 1,247,758,602.00

19 Jatigede 924,518,899.00 414,429,449.00 1,338,948,348.00

20 Ujungjaya 715,610,480.00 425,695,917.00 1,141,306,397.00

21 Tanjungkerta 784,190,290.00 504,829,127.00 1,289,019,417.00

22 Cimalaka 1,028,491,857.00 538,587,636.00 1,567,079,493.00

23 Buahdua 987,079,522.00 488,433,464.00 1,475,512,986.00

24 Tanjungmedar 644,559,000.00 415,246,854.00 1,059,805,854.00

25 Surian 403,638,198.00 372,998,325.00 776,636,523.00

26 Cisarua 533,000,400.00 482,993,613.00 1,015,994,013.00

Total 20,815,547,557.00 13,758,404,952.00 34,573,952,509.00

Perbandingan persentase

:

60,21% 39,79% 100 %
(48)

No Nama Kecamatan Total Belanja Kecamatan (Rp) Dana Perimbangan Desa (Rp) % Dana Perimbangan Desa dibanding Total Belanja Kecamatan (4:3)

1 2 3 4 5

1 Jatinangor 1,724,415,103.00 979,650,000.00 57%

2 Cimanggu 1,529,360,738.00 736,850,000.00 48%

3 Tanjungsari 1,569,139,761.00 854,640,000.00 54%

4 Rancakalong 1,413,576,176.00 711,830,000.00 50%

5 Pamulihan 1,560,604,820.00 785,510,000.00 50%

6 Sukasari 1,073,074,647.00 501,700,000.00 47%

7 Sumedang Utara 1,640,308,025.00 - 0%

8 Sumedang Selatan 1,455,357,294.00 - 0%

9 Ganeas 1,025,803,947.00 469,470,000.00 46%

10 Wado 1,350,736,804.00 788,710,000.00 58%

11 Darmaraja 1,645,755,826.00 988,480,000.00 60%

12 Situraja 1,634,408,086.00 934,510,000.00 57%

13 Cisitu 1,264,478,523.00 674,850,000.00 53%

14 Jatinunggal 1,161,692,085.00 652,480,000.00 56%

15 Cibugel 848,780,874.00 437,940,000.00 52%

16 Paseh 1,292,366,059.00 672,800,000.00 52%

17 Congeang 1,472,032,108.00 802,880,000.00 55%

18 Tomo 1,247,758,602.00 633,720,000.00 51%

19 Jatigede 1,338,948,348.00 847,760,000.00 63%

20 Ujungjaya 1,141,306,397.00 640,010,000.00 56%

21 Tanjungkerta 1,289,019,417.00 703,500,000.00 55%

22 Cimalaka 1,567,079,493.00 933,760,000.00 60%

23 Buahdua 1,475,512,986.00 905,950,000.00 61%

24 Tanjungmedar 1,059,805,854.00 577,820,000.00 55%

25 Surian 776,636,523.00 351,300,000.00 45%

26 Cisarua 1,015,994,013.00 470,600,000.00 46%

Rata-Rata 50 %

PERBANDINGAN ANGGARAN KEC. DENGAN DANA ALOKASI DES. DI KAB. SUMEDANG UNTUK THN. ANGGARAN 2006

(49)

Paradigma Baru Berpemerintahan

Paradigma Baru Berpemerintahan

1.

1.

Hubungan antara pemerintah dgn masyarakat bersifat sangat

dinamis, bergerak seperti pendulum antara kutub sangat berkuasa

ke kutub yang sangat lemah.

2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat.

3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan

‘menelan’ masyarakat (studi kasus sebelum abad 19 :

pemerintahan kolonialisme /monarkhi absolut).

4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan

untuk rakyat) pada awal abad 20, masyarakat menuntut hak

untuk lebih banyak memegang peran dalam pembuatan

kebijakan publik, walaupun banyak menemui hambatan.

5. Hambatan – hambatan pelaksanaan proses demokrasi :

Pimpinan politik & pemerintah yang dipilih rakyat seringkali

menyalahgunakan kepercayaan, sehingga menimbulkan

(50)

Beberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :

1. Peter F. Drucker (1968) dalam

‘The Age of Discontinuity’

Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.

2. Barzelay (1982) dalam

‘Breaking Through Bureaucracy’

M

asyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan

bekerja lamban.

3. Osborne & Gaebler (1992) dalam

‘Reinventing Government’ =>

Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan

manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah,

melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

.4. Osborne & Plastrik (1996) dalam

‘Banishing Bureucracy’ =>

agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the

least government is the best government’

(51)

Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis

multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya

salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama

pemerintah.

Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan,

mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan

evaluasi.

Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun

filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih

transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat

(stakeholder and shareholder).

(52)

Konsep Good Governance

Konsep Good Governance

*

*

Menurut World Bank,

Menurut World Bank,

Governance

Governance

diartikan sebagai

diartikan sebagai

‘the way

‘the way

state power is used in managing economic and social

state power is used in managing economic and social

resources for development society’.

resources for development society’.

Dengan demikian,

Dengan demikian,

governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan

governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan

negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi

negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi

dan sosial guna pembangunan masyarakat.

dan sosial guna pembangunan masyarakat.

*UNDP, mengartikan governance sebagai

*UNDP, mengartikan governance sebagai

‘the exercise of

‘the exercise of

political,economic, and administrative authority to manage a

political,economic, and administrative authority to manage a

nation’s affair at all levels

nation’s affair at all levels

’.

’.

Kata governance, diartikan sbg

Kata governance, diartikan sbg

penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan

penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan

politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola

politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola

masalah2 nasional pada semua tingkatan.

(53)

Governance memiliki tiga domain :

Governance memiliki tiga domain :

1. Negara/pemerintahan :

1. Negara/pemerintahan :

Sebagai pembuat kebijakan, pengendali &

Sebagai pembuat kebijakan, pengendali &

pengawas

pengawas

2. Swasta/Dunia usaha :

2. Swasta/Dunia usaha :

Sebagai penggerak aktivitas bidang ekonomi

Sebagai penggerak aktivitas bidang ekonomi

3. Masyarakat :

3. Masyarakat :

Sebagai subyek dan obyek dari sektor

Sebagai subyek dan obyek dari sektor

(54)

Posisi Tiga Domain (pemerintah, swasta, masyarakat)

dalam konsep good governance yang bersifat

heterarkhis

Sektor Sektor

Pemerintah. Swasta

(55)

Governance didukung oleh TIGA elemen :

Governance didukung oleh TIGA elemen :

1. Politik

1. Politik

Proses pembuatan keputusan utk formulasi kebijakan

Proses pembuatan keputusan utk formulasi kebijakan

publik, yang dilakukan oleh birokrasi & bersama dengan

publik, yang dilakukan oleh birokrasi & bersama dengan

politisi.

politisi.

2. Ekonomi

2. Ekonomi

Proses pembuatan keputusan utk memfasilitasi

Proses pembuatan keputusan utk memfasilitasi

aktivitas ekonomi di dalam negeri & interaksi diantara

aktivitas ekonomi di dalam negeri & interaksi diantara

penyelenggara ekonomi.

penyelenggara ekonomi.

3. Administrasi

3. Administrasi

Implementasi proses kebijakan yang telah diputuskan

Implementasi proses kebijakan yang telah diputuskan

oleh institusi politik.

(56)

ADMINISTRASI EKONOMI

POLITIK

(57)

Perbandingan Istilah

Government

dengan

Governance

NO

UNSUR PERBANDINGAN

GOVERNMENT

GOVERNANCE

1.

Pengertian

Dapat berarti badan/lembaga/ fungsi yg dijalankan oleh suatu organ tertinggi dlm suatu negara

Dapat berarti cara penggunaan atau pelaksanaan

2.

Sifat Hubungan

Hirarkhis, dlm arti yg memerintah berada di atas,sedangkan warga negara yg diperintah ada di bawah

Heterarkhis, dlm arti ada kesetaraan kedudukan dan hanya berbeda dlm fungsi

3.

Komponen Yang Terlibat

Sebagai subjek hanya ada satu yaitu institut

pemerintah Ada tiga komponen yg terlibat :1. Sektor publik 2. Sektor swasta

3. Sektor masyarakat

4.

Pemegang Peran Dominan

Sektor pemerintah Semua memegang peran sesuai dgn fungsinya

masing-masing

5

Efek Yang Diharapkan

Kepatuhan warga negara Partisipasi warga negara

6.

Hasil Akhir Yang Diharapkan

Pencapaian tujuan negara melalui kepatuhan
(58)

Ciri – ciri Tata Pemerintahan

Ciri – ciri Tata Pemerintahan

y

y

ang Baik

ang Baik

(UNDP

(UNDP

:

:

1.

1.

Mengikutsertakan semua

Mengikutsertakan semua

;

;

2.

2.

Transparan dan bertanggung jawab

Transparan dan bertanggung jawab

;

;

3.

3.

Efek

Efek

tif

tif

dan adil

dan adil

;

;

4.

4.

Menjamin adanya supremasi hukum

Menjamin adanya supremasi hukum

;

;

5.

5.

Menjamin bahwa prioritas2 politik, sosial dan

Menjamin bahwa prioritas2 politik, sosial dan

ekonomi

ekonomi

didasarkan pada konsensus masyarakat

didasarkan pada konsensus masyarakat

;

;

6.

6.

Memperhatikan kepentingan mereka yang paling

Memperhatikan kepentingan mereka yang paling

miskin &

miskin &

lemah dlm proses pengambilan keputusan

lemah dlm proses pengambilan keputusan

menyangkut alokasi

(59)

Karakteristik

Good Governance

menurut UNDP :

1.

1.

Partisipasi

Partisipasi

(Participation)

(Participation)

Syarat utama warga negara d

Syarat utama warga negara d

a

a

l

l

a

a

m berpartisipasi :

m berpartisipasi :

a. ada rasa kesukarelaan dan tanpa paksaaan

a. ada rasa kesukarelaan dan tanpa paksaaan

;

;

b. ada keterlibatan secara emosional

b. ada keterlibatan secara emosional

;

;

c. memperoleh manfaat, secara langsung dan t

c. memperoleh manfaat, secara langsung dan t

i

i

d

d

a

a

k

k

langsung

langsung

dari keterlibatannya.

dari keterlibatannya.

2.

2.

Penegakan Hukum

Penegakan Hukum

(Rule of Law);

(Rule of Law);

Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat

Membangun sistem hukum yang sehat, baik perangkat

lunaknya (

lunaknya (

software

software

),perangkat keras (

),perangkat keras (

hardware

hardware

) maupun

) maupun

sumber daya manusianya (

sumber daya manusianya (

humanware

humanware

)

)

3.

3.

Transparansi

Transparansi

(Transparancy);

(Transparancy);

Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang

Keterbukaan mencakup semua aspek aktivitas yang

menyangkut kepentingan publik, mulai dari proses

menyangkut kepentingan publik, mulai dari proses

pengambilan keputusan, penggunaan dana publik sampai

pengambilan keputusan, penggunaan dana publik sampai

pada tahapan evaluasi.

(60)

4.

4.

Daya Tanggap

Daya Tanggap

(Responsiveness);

(Responsiveness);

Sektor publik selama ini dianggap tertutup,arogan dan

Sektor publik selama ini dianggap tertutup,arogan dan

berorientasi pada kekuasaan.Untuk mengetahui kepuasan

berorientasi pada kekuasaan.Untuk mengetahui kepuasan

masyarakat sebagai konsumen, perlu dilakukan survey

masyarakat sebagai konsumen, perlu dilakukan survey

secara periodik.

secara periodik.

Lihat Kep. Menpan No. 25. M.Pan

Lihat Kep. Menpan No. 25. M.Pan

/2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).

/2004 tentang Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM).

5.

5.

Berorientasi pada konsensus

Berorientasi pada konsensus

(Consensus Orientation)

(Consensus Orientation)

;

;

Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan

Aktivitas politik berisi dua hal pokok yaitu konflik dan

konsensus. Dalam pengambilan keputusan lebih

konsensus. Dalam pengambilan keputusan lebih

menitikberatkan konsensus. Musyawarah merupakan

menitikberatkan konsensus. Musyawarah merupakan

proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.

proses, sedangkan mufakat merupakan hasil.

6.

6.

Keadilan/kesetaraan

Keadilan/kesetaraan

(Equity)

(Equity)

Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama

Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama

untuk memperoleh kesejahteraan, walaupun kemampuan

untuk memperoleh kesejahteraan, walaupun kemampuan

individu berlainan namun sektor publik harus berperan

individu berlainan namun sektor publik harus berperan

(61)

7.

7.

Keefektifan dan Efisiensi (

Keefektifan dan Efisiensi (

Effectiveness &

Effectiveness &

Efficiency

Efficiency

)

)

;

;

Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan

Perlunya kompetisi untuk menciptakan keefektifan dan

efisiensi pada sektor publik.

efisiensi pada sektor publik.

8.

8.

Akuntabilitas (

Akuntabilitas (

Accountability

Accountability

)

)

Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh

Pertanggungjawaban setiap aktivitas menyeluruh

kepada

kepada

publik/masyarakat luas, disamping kepada

publik/masyarakat luas, disamping kepada

atasan. Akuntabilitas meliputi :

atasan. Akuntabilitas meliputi :

a. Akuntabilitas organisasional/administratif

a. Akuntabilitas organisasional/administratif

b. Akuntabilitas legal

b. Akuntabilitas legal

c. Akuntabilitas politik

c. Akuntabilitas politik

d. Akuntabilitas profesional

d. Akuntabilitas profesional

e. Akuntabilitas moral

e. Akuntabilitas moral

9.

9.

Visi Strategis (

Visi Strategis (

Strategic Vision

Strategic Vision

)

)

Perlunya visi jangka pendek (

Perlunya visi jangka pendek (

short-term vision

short-term vision

) dan

) dan

(62)

IMPLEMENTASI PARADIGMA GOOD GOVERNANCE

DALAM OTONOMI DAERAH

Meskipun tidak secara resmi diumumkan penggunaan paradigma baru

berpemerintahan, yakni dengan paradigma good governance, namun

secara implisit paradigma tersebut nampak dalam berbagai peraturan

perundang-undangan baru yang terbit pada era reformasi. Termasuk

berbagai peraturan yang mengatur tentang otonomi Daerah. Hal ini tidak

terlepas dari tekanan negara dan lembaga donor yang memberikan

hutang maupun hibah ke Indonesia.

Dalam hal partisipasi, telah dicoba dibuka pintu yang lebih lebar untuk

melibatkan masyarakat dalam proses perumusan, implementasi serta

evaluasi kebijakan publik melalui berbagai peraturan

(63)

Penegakan hukum juga mulai lebih digiatkan antara lain dengan

memperkuat posisi Mahkamah Agung serta meletakkan jajaran

pengadilan di bawahnya, bukan lagi di bawah presiden.

Sudah mulai banyak pejabat publik, baik gubernur, bupati/ walikota

maupun anggota DPRD yang diperiksa maupun telah dijatuhi

hukuman karena didakwa korupsi. Di dalam UU Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah juga dimuat ketentuan

kemungkinan pemberhentian Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala

Daerah yang lebih tegas dan keras.

Telah dikembangkan transparansi di bidang keuangan daerah, antara

(64)

Telah mulai dikembangkan mekanisme untuk mengetahui

pandangan masyarakat terhadap kinerja pemberian pelayanan

publik oleh pemerintah daerah, melalui survey kepuasan

masyarakat. Contoh mengenai hal ini misalnya di Kota

Palangkaraya.

Pengembangan konsensus sebenarnya bukan hal yang baru,

karena sudah merupakan budaya nasional Indonesia sebagaimana

tercermin pada sila keempat dari Pancasila. Tetapi budaya

konsensus tersebut justru mulai ditinggalkan dan digantikan

dengan model pemungutan suara untuk setiap pengambilan

(65)

Pengembangan kesetaraan dalam bidang politik sudah

mulai dijalankan, tetapi kesetaraan dibidang ekonomi

masih tersendat- sendat karena birokrasi nampaknya

masih lebih banyak berpihak pada kelompok ekonomi

kuat dibandingkan pada kelompok ekonomi lemah. Hal

tersebut nampak dari pembuatan kebijakan publik

(66)

UU Nomor 32 Tahun 2004 telah menempatkan efektivitas

dan efisiensi sebagai nilai yang diutamakan, tetapi dalam

prakteknya masih sulit untuk dilaksanakan. Birokrasi tidak

siap untuk menjalankan prinsip ini, sehingga diperlukan

kepemimpinan visioner untuk melakukan perubahan

seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana dan

Kabupaten Tanah Datar.

Prinsip akuntabilitas secara bertahap sudah mulai

diterapkan dalam implementasi otonomi daerah di berbagai

tempat di Indonesia, meskipun tingkat kemajuannya relatif

terbatas. Killgaard mengingatkan bahwa :

(67)

Keharusan membuat visi instansi pemerintah diatur di dalam Inpres

Nomor 7 Tahun 1999 tentang AKIP. Sedangkan kewajiban calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memaparkan visi, misi dan

programnya dihadapan sidang paripurna DPRD diatur di dalam pasal

66 ayat (3) huruf (f) UU Nomor 32 Tahun 2004. Tetapi masih banyak

visi Daerah, visi Pemerintah Daerah serta visi Perangkat Daerah yang

disusun secara tidak benar dan tidak dilaksanakan secara konsisten

dan bersinambungan.

Kecamatan sebagai sebuah SKPD sudah seharusnya menyusun visi

sejalan dengan Visi Daerah yang tertuang dalam RPJP K/K dan visi

pemerintah daerah yang tertuang dalam RPJM K/K.

ONE VILLAGE – ONE PRODUCT -- ONE DISTRICT – ONE

VISION ( Model Jepang).

Keluarnya UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

(68)

Bagimu Negeri

Jiwa Raga Kami

Amiin.

Hatur Nuhun

Semoga Tuhan Selalu Memberi Yang Terbaik

(69)

TERIMAKASIH

TERIMAKASIH

Atas Perhatiannya

Atas Perhatiannya

Mohon Maaf Kalau

Mohon Maaf Kalau

Kurang

Kurang

Memuaskan!!!!

Referensi

Dokumen terkait

Al-Turabi sebagai seorang pemikir Islam telah banyak memberikan pengaruh terhadap legalisasi hukum Islam di Sudan, beliau memiliki pemikiran pembaruan terhadap

Asuransi ACE Jaya Proteksi Medan, mengindikasikan bahwa karyawan yang dipilih secara acak tersebut memiliki tingkat kecerdasan emosional dan spiritual yang baik.. Tetapi

yaitu dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor : 40 Tahun 2008 sampai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan AruNomor 64 Tahun 2008 tentang

4.2.2 Pelanggaran Prinsip Sopan Santun dan Jenis Humor yang ditimbulkan 4.2.2.1 Pelanggaran Maksim Kearifan Pada maksim kearifan, penulis menemukan 2 tuturan yang melanggar

Keberadaan anak jalanan menpunyai latar belakang masalah dan motivasi yang berbeda-beda, sebagian besar motivasi mereka menjadi anak jalanan tekanan kondisi sosial ekonomi

PLN (Persero) Area Manado sudah melakukan sesuai dengan indikator dari komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini yakni pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap,

Bagi item jasmani yang dibahagikan kepada tiga pecahan sebagaimana di dalam Rajah 1 dan 2 menunjukkan dapatan yang positif selepas program dilaksanakan di mana

Good Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban