HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V
SD KANISIUS WIROBRAJAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Evivalen Arnis Kurnia
NIM: 07 1134 015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V
SD KANISIUS WIROBRAJAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Evivalen Arnis Kurnia
NIM: 07 1134 015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada:
Tuhan Yang Maha Esa
Bapakku Yulius Mujiman
Ibuku Emerentiana Sutirah
Adik, Kakak, Simbah, dan Teman-teman yang aku cintai
v
MOTTO
“Bagi hati yang berani, tidak ada yang tidak
mungkin. Tetapi, bagi hati yang penakut,
yang pasti pun akan diperlakukan sebagai
tidak mungkin.” (Mario Teguh)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Juli 2011
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Evivalen Arnis Kurnia
Nomor Mahasiswa : 07 1134 015
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 28 Juli 2011
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD KANISIUS WIROBRAJAN TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
Evivalen Arnis Kurnia Universitas Sanata Dharma
2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan; (2) mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan; (3) mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan; (4) mengetahui seberapa besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Wirobrajan, Yogyakarta pada tanggal 21 Mei 2011. Jumlah subyek penelitian sebanyak 67 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dokumentasi dari nilai rapor semester 1. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi serial dengan taraf signifikansi 1%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) motivasi belajar siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu motivasi belajar rendah ada 12 siswa (17,9%), motivasi belajar sedang ada 30 siswa (44,8%), dan motivasi belajar tinggi ada 25 siswa (37,3%) dengan skor motivasi belajar terendah adalah 69 dan skor tertingginya adalah 147; (2) prestasi belajar siswa terendah adalah 40 sedangkan prestasi belajar tertinggi adalah 90,2. Ada 6 siswa dengan prestasi belajar rendah (9%), siswa dengan prestasi belajar sedang ada 37 siswa (55,4%) dan ada 24 siswa dengan prestasi belajar tinggi (35,8%); (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,839 berada pada tingkat korelasi sangat kuat. Signifikan pada taraf signifikansi 1% dengan nilai korelasi rtb = 0,317; (4) sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
siswa sebesar 83,9%. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memberikan motivasi kepada siswanya guna meningkatkan prestasi belajar yang diraih siswa. Selain itu, semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti lain dalam melakukan penelitian yang lain.
ix ABSTRACT
THE CORRELATION OF LEARNING MOTIVATION AND THE LEARNING ACHIEVEMENT OF 5th GRADE STUDENTS OF SD KANISIUS WIROBRAJAN IN THE ACADEMIC YEAR 2010/2011
Evivalen Arnis Kurnia Sanata Dharma University
2011
This research was intended to: (1) find out the learning motivation of 5th grade students of SD Kanisius Wirobrajan; (2) find out the learning achievement of 5th grade students of SD Kanisius Wirobrajan; (3) find out whether there was correlation between the learning motivation and the learning achievement of 5th grade students of SD Kanisius Wirobrajan; (4) find out the contribution of the learning motivation to the learning achievement of 5th grade students of SD Kanisius Wirobrajan. This research was conducted at SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta, on May 21st, 2011. Sixty seven students from the 5th grade of SD Kanisius Wirobrajan were involved as the informants of the research. The research used questionnaire and the raport data of semester 1 as the research instruments. The data was analyzed using serial correlation analysis technique with significance level 1%.
The results of the research were: (1) students’ learning motivation was divided by three categories: low learning motivation, medium learning motivation, and high learning motivation. There were 12 students (17,9%) who fell into the category of having low learning motivation, 30 students (44,8%) with medium learning motivation, and 25 students (37,3%) with high learning motivation. The lowest score of learning motivation was 69, and the highest score of learning motivation was 147; (2) the lowest value of students’ learning achievement was 40 whereas the highest value of students’ learning achievement was 90,2. There were 6 students (9%) whoi fell into the category of low learning achievement, 37 students (55,2%) who fell into the category of medium learning achievement, and 24 students (35,8%) who had high learning achievement; (3) there was positive and significant correlation between the learning motivation and the learning achievement of 5th grade students of SD Kanisius Wirobrajan with coefficient correlation value was 0,839 in strong level. The correlation was significant in significance level 1% with rtb = 0,317; (4) the contribution of the
learning motivation to the learning achievement of 5th grade students of SD Kanisius Wirobrajan was 83,9%. By these result, it was expected that teachers
could help develop students’ learning motivation to increase their learning achievement. Besides, it was expected that this research could be used as a reference by other researchers to conduct another similar or related researches.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan
karuniaNYA sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Motivasi
Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Wirobrajan
Tahun Pelajaran 2010/2011” telah dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakulktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak lain baik berupa pengetahuan, bimbingan,
dorongan, dan kemudahan lainnya. Untuk itu, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan Dosen Pembimbing I
yang memberikan bantuan, dukungan, dan dorongan dalam penulisan
skripsi ini.
3. Drs. J. Sumedi selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberikan
dorongan, bantuan, dan bimbingan yang sangat berguna dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku dosen tamu penguji skripsi ini yang
telah menguji skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi semakin bermutu.
5. Hr. Klidiatmoko, S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Wirobrajan yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
6. Ibu Tri dan Ibu Niken selaku guru kelas V SD Kanisius Wirobrajan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan
penelitian.
7. Bapak Y. Maryono, selaku Kepala SD Kanisius Kotabaru yang telah
xi
8. Ibu Dewi Marlina, selaku guru kelas V SD Kanisius Kotabaru yang telah
memberikan kesempatan dalam melaksanakan uji coba angket penelitian.
9. Siswa dan siswi kelas V SD Kanisius Kotabaru dan SD Kanisius Wirobrajan
yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
10. Seluruh dosen Prodi PGSD dan Sekretariat PGSD yang telah memberikan
dukungan dan bantuannya.
11. Pak Mujimin dan Bu Sutirah yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan, doa, dan perhatian yang begitu besar selama ini serta
mendambakan keberhasilan dan kesuksesanku.
12. Kakakku Irma dan Yanto,adikku Rina serta Mbah Karto yang senantiasa
memanjatkan doa demi tercapainya cita-citaku.
13. Seseorang yang telah menemani dan mendengarkan semua keluh kesahku
selama ini “Andri”. Terima kasih atas kasih sayangmu yang sangat tulus dan
telah membuat hari-hariku semakin indah.
14. Yani, Nuning, Master, Beatrice, Ririn, dan Didik yang telah banyak
membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas dukungan
dan persahabatan kalian. Persahabatan kita bagai kepompong. Jangan
biarkan hujan badai dan apapun juga memutuskan persahabatan kita ini.
Hehehe.
15. Teman-teman PGSD angkatan ’07 yang lain, semoga sukses untuk kita semua. Kalian teman-teman yang baik.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak membantuku selama penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan
secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, 28 Juli 2011
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
6. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa ... 31
7. Cara Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa ... 37
B. Prestasi Belajar ... 50
1. Pengertian Belajar ... 50
2. Pengertian Prestasi Belajar ... 51
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 53
C. Hubungan Antara Motivasi Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa ... 63
D. Hipotesis Penelitian ... 67
xiii
B. Variabel Penelitian ... 68
C. Definisi Operasional Variabel ... 69
D. Subyek Penelitian ... 70
E. Tempat Penelitian ... 70
F. Waktu Penelitian ... 70
G. Instrumen Penelitian / Alat Ukur ... 71
1. Teknik Pengumpul Data ... 71
a. Kuesioner ... 71
b. Dokumentasi ... 81
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 81
a. Uji Validitas ... 82
b. Uji Reliabilitas ... 87
H. Teknik Analisis Data ... 91
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 97
1. Motivasi Belajar Siswa ... 98
2. Prestasi Belajar Siswa ... 104
3. Hubungan Antara Motivasi Belajar Siswa Dengan Prestasi Belajar Siswa ... 109
4. Sumbangan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 120
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 122
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 129
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Subyek Penelitian Motivasi Belajar Siswa ... 70
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 71
Tabel 3.3 Penetapan Skor Untuk Pernyataan Positif dan Negatif ... 75
Tabel 3.4 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Motivasi Belajar ... 75
Tabel 3.5 Sebaran Item Motivasi Belajar ... 77
Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal untuk Mencari Validitas Item... 83
Tabel 3.7 Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 88
Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Taraf Reliabilitas Soal Uji Coba ... 90
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Taraf Reliabilitas Soal Penelitian ... 91
Tabel 3.10 Pembagian Kelompok (Kategori) Motivasi ... 92
Tabel 3.11 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 95
Tabel 4.1 Klasifikasi Skor Motivasi Belajar Siswa ... 99
Tabel 4.2 Data Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Wirobrajan ... 99
Tabel 4.3 Klasifikasi Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 104
Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Wirobrajan ... 104
Tabel 4.5 Skor Motivasi dan Prestasi belajar Siswa Kelas V SD Kanisius Wirobrajan ... 110
Tabel 4.6 Jumlah Skor Prestasi Belajar Tiap Kelompok ... 112
Tabel 4.7 Banyaknya Subyek Dalam Kelompok ... 113
Tabel 4.8 Nilai Ordinat ... 115
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema kaitan antara cita-cita/aspirasi siswa dengan
motivasi belajar dan perolehan belajar ... 32
Gambar 2.2 Skema kaitan antara kemampuan siswa dengan
motivasi belajar dan perolehan belajar ... 33
Gambar 2.3 Skema kaitan antara kondisi siswa dengan
motivasi belajar dan perolehan belajar ... 34
Gambar 2.4 Skema kaitan antara kondisi lingkungan belajar
dengan motivasi belajar dan perolehan belajar ... 35
Gambar 2.5 Skema kaitan antara unsur dinamis belajar/pembelajaran
dengan motivasi belajar dan perolehan belajar ... 36
Gambar 2.6 Skema kaitan antara upaya guru dalam mengajar
dengan motivasi belajar dan perolehan belajar ... 37
Gambar 2.7 Skema hubungan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar ... 66
Gambar 4.1 Diagram lingkaran pengelompokan siswa berdasarkan
skor motivasi belajar siswa ... 103
Gambar 4.2 Diagram lingkaran pengelompokan siswa berdasarkan
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Angket/kuesioner motivasi belajar (uji coba) ... 135
Lampiran 2: Tabel skorring (4, 3, 2, 1) uji coba angket motivasi
belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru ... 142
Lampiran 3: Tabel persiapan perhitungan koefisien validitas dan
reliabilitas soal angket motivasi belajar siswa kelas V
SD Kanisius Kotabaru tahun pelajaran 2010/2011 ... 148
Lampiran 4: Tabel validitas tiap indikator dan sebaran item
motivasi belajar siswa ... 155
Lampiran 5: Tabel revisi item soal kuesioner tiap indikator... 157
Lampiran 6: Hasil analisis uji validitas angket motivasi
belajar siswa ... 160
Lampiran 7: Hasil analisis uji reliabilitas soal uji coba angket motivasi
belajar siswa kelas V SD Kanisius Kotabaru ... 162
Lampiran 8: Revisi kisi-kisi penyusunan kuesioner
motivasi belajar siswa ... 164
Lampiran 9: Sebaran item revisi kuesioner motivasi belajar ... 165
Lampiran 10: Angket/kuesioner penelitian motivasi belajar ... 168
Lampiran 11: Tabel skorring (4, 3, 2, 1) uji coba angket penelitian
motivasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan
tahun pelajaran 2010/2011 ... 173
Lampiran 12: Tabel persiapan perhitungan koefisien reliabilitas soal
angket penelitian motivasi belajar siswa kelas V
SD Kanisius Wirobrajan tahun pelajaran 2010/2011 ... 181
Lampiran 13: Hasil analisis uji reliabilitas angket penelitian motivasi
belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan ... 189
Lampiran 14: Tabel nilai rapor siswa kelas V semester 1
SD Kanisius Wirobrajan tahun pelajaran 2010/2011 ... 191
xvii
siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan ... 195
Lampiran 16: Tabel ordinat pada kurva normal ... 197
Lampiran 17: Tabel nilai-nilai r Product Moment dari Pearson ... 199
Lampiran 18: Tabel hubungan antar kelompok motivasi belajar dengan antar kelompok prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan ... 200
Lampiran 19: Surat ijin uji coba angket ... 203
Lampiran 20: Surat ijin penelitian ... 204
Lampiran 21: Surat keterangan dari SD Kanisius Wirobrajan ... 205
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan
yang paling dasar kita kenal dengan sebutan Sekolah Dasar (SD). Siswa
memasuki jenjang SD pada usia 6 sampai 12 tahun. Pendidikan setelah SD
kita kenal dengan SMP (Sekolah Menengah Pertama), sedangkan
pendidikan setelah SMP kita kenal dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Anak usia Sekolah Dasar (SD) berada pada tahapan operasi konkret
(Trianto, 2010:31). Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan
perilaku belajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara
obyektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan
memandang unsur-unsur secara serentak, (2) mulai berpikir secara
operasional, (3) mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda, (4) membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan
mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) memahami konsep
substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Kegiatan belajar mengajar merupakan pokok kegiatan pendidikan
secara penuh. Kegiatan belajar mengajar melibatkan guru sebagai fasilitator
(penyampai pesan) dan siswa sebagai penerima pesan. Guru yang bertindak
kepada penerima pesan yaitu siswa. Oleh karena itu, guru menjadi pokok
penting dalam keberhasilan suatu proses belajar mengajar. Selain guru,
siswa juga menjadi pokok penting dalam keberhasilan proses belajar
mengajar. Siswa yang berperan sebagai penerima pesan merupakan subjek
belajar yang akan mendapatkan pengetahuan baru. Guru tanpa siswanya
adalah sesuatu yang mustahil. Begitu juga sebaliknya.
Menurut Surya (2004:7), pemahaman seorang guru terhadap
pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar.
“Pembelajaran ialah suatu proses yanag dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Surya, 2004:7). Berdasarkan pengertian pembelajaran
tersebut dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran terjadi interaksi antara
siswa dengan lingkungannya. Lingkungan di sini mencakup semua hal yang
berpengaruh dan bermakna bagi individu (Hamalik, 2009:6). Lingkungan
belajar dalam kelas meliputi unsur-unsur guru, fasilitas belajar, peralatan
dan perlengkapan, serta kelompok atau individu-individu siswa lainnya.
Adaya interaksi siswa dengan lingkungannya membuat siswa mendapatkan
pengetahuan dengan disertai adanya perubahan perilaku yang terjadi dalam
diri siswa sendiri.
Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar
harus didukung dengan kerjasama antara guru dan siswa dalam menciptakan
yang menarik bagi siswa sehingga siswa mampu termotivasi untuk
mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Dengan kerjasama itu,
pembelajaran akan berhasil. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat
ditandai dengan prestasi belajar siswa yang memuaskan. Prestasi belajar
yang baik ini pun dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam
(internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor dari dalam
misalnya kemampuan intelegensi siswa, kesehatan siswa, keadaan psikis
siswa, dan pengalaman dasar yang dimiliki siswa. Faktor yang berasal dari
luar misalnya yang berasal dari pendidik dan media/alat bantu mengajar
yang digunakan.
Kemampuan intelegensi siswa berperan penting dalam pencapaian
prestasi belajar siswa. Kemampuan intelegensi siswa berbeda-beda. Ada
siswa dengan kemampuan intelegensi tinggi, ada pula siswa yang
mempunyai kemampuan intelegensi rendah. Siswa yang mempunyai
kemampuan intelegensi tinggi umumnya dapat memperoleh prestasi belajar
yang tinggi pula, sedangkan siswa dengan kemampuan intelegensi rendah
juga akan memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Kemampuan
intelegensi ini yang akan melahirkan motivasi belajar yang ada pada diri
siswa. Siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi yang tinggi akan
termotivasi untuk mempertahankan prestasi yang telah diraihnya. Begitu
juga sebaliknya. Siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi rendah
ada pula siswa yang berkemampuan intelegensi rendah yang termotivasi
untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan.
Motivasi atau daya penggerak setiap siswa berbeda-beda. Ada yang
mempunyai motivasi tinggi, ada pula yang mempunyai motivasi rendah. Hal
ini karena motivasi belajar juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
bersal dari dalam siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar siswa
(eksternal). Siswa yang bermotivasi rendah cenderung menjadi anak yang
pemalas dan mudah putus asa bila menghadapi kesulitan dalam belajarnya.
Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan lebih bersemangat
dalam belajar dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan
belajar yang dialaminya. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
mempunyai dorongan yang besar untuk mendapatkan prestasi belajar yang
tinggi. Begitu halnya dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar
rendah, dorongan untuk mendapatkan prestasi belajar yang tingi pun rendah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis bermaksud
untuk menyelidiki bagaimana hubungan motivasi belajar siswa dengan
prestasi belajar siswa. Selanjutnya penelitian ini dituangkan dalam sebuah
penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana motivasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan?
3. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan?
4. Seberapa besar sumbangan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan?
C. Batasan Istilah
1. Motivasi belajar adalah daya dorongan atau daya penggerak yang ada
di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar yang
mengaktifkan, mengarahkan, menuntun, dan menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar sehingga tujuan belajar yang dikehendaki siswa
dapat tercapai.
2. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan atau hasil yang dicapai
siswa setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan belajar mengajar,
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pada mata
pelajaran tertentu, yang ditunjukan dengan nilai tes atau nilai yang
diberikan oleh guru pada setiap periode tertentu.
3. Korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat antara dua
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui motivasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan.
2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan.
3. Mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan.
4. Mengetahui seberapa besar sumbangan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar siswa kelas V SD Kanisius Wirobrajan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Secara teoritis hasil penelitian tersebut dapat menambah wawasan
tentang motivasi belajar dan hubungannya dengan prestasi belajar
siswa.
2. Secara praktis:
a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman berharga dalam
melakukan penelitian tentang hubungan motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa.
b. Bagi guru, dapat membantu guru dalam menciptakan
pembelajaran yang efisien dan kondusif setelah mengetahui
c. Bagi siswa, dapat lebih mengenal motivasi belajar
masing-masing khususnya dalam mata pelajaran Matematika, IPA, IPS,
Bahasa Indonesia, dan PKn.
d. Untuk perpustakaan sekolah, laporan penelitiannya dapat
menambah satu bacaan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan
warga sekolah lainnya sebagai salah satu inspirasi contoh
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti
dorongan, pengalasan dan motivasi (Imron, 1996:30). Kata kerjanya
adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan
merangsang. Motivate sendiri berarti alasan, sebab, dan daya
penggerak (Echols, 1984 dalam Imron, 1996:30). Dalam kata Latin,
motivum menunjuk pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak
(Djiwandono, 2002:329). Motif adalah keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
guna mencapai sesuatu tujuan (Suryabrata, 1984:72).
Para ahli mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke
waktu (Murphy & Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk, 2000;
Stipek, 2002 dalam Slavin, 2009:105). Slavin menambahkan bahwa
motivasi dalam bahasa sederhana adalah sesuatu yang menyebabkan
kita berjalan, membuat kita tetap berjalan, dan menentukan ke mana
kita berusaha berjalan (2009:106). Berbeda dengan Uno yang
mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang
berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan
sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.
“Motivation is the process whereby goal-direction activity is
instigated and sustained (Schunk, 2008:4)”. Motivasi adalah proses
dalam mencapai sebuah tujuan dengan melakukan aktivitas-aktivitas
yang terarah. “Motivation is something that energizes, directs, and
sustains behavior, its get study moving, points them in a particular
direction, and keeps them going (Ormrod, 2011:362)”. Motivasi
adalah sesuatu yang mendorong, mengarahkan, dan menopang
kegiatan-kegiatan kita dalam menentukan langkah guna mencapai
perubahan yang diinginkan. “Motivasi adalah kekuatan baik dari
dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Uno, 2007:1)”.
Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental/proses untuk
mencoba mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Motivasi melibatkan proses yang memberikan energi,
mengarahkan dan mempertahankan perilaku (Santrock, 2009:199).
Menurut Siagian (1984:138), motivasi adalah daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota berorganisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian dan
keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang
telah ditentukan sebelumnya. Motivasi dipandang sebagai dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989;
Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati dan
Mudjiono, 2006:80). Motivasi sangat erat kaitannya dengan
kebutuhan, karena memang motivasi timbul karena kebutuhan
(Sanjaya, 2008:251). Seseorang akan terdorong untuk bertindak bila
dalam dirinya ada kebutuhan. Kebutuhan ini yang menimbulkan
keadaan ketidakseimbangan (ketidakpuasan), yaitu
ketegangan-ketegangan, dan ketegangan itu akan hilang bila kebutuhan itu sudah
terpenuhi.
Dalam belajar juga dikenal motivasi belajar. Motivasi belajar
berarti daya yang mendorong atau memberi semangat kepada individu
yang melakukan kegiatan belajar, agar lebih giat belajar supaya
prestasinya meningkat menjadi lebih baik (Fudyartanto, 2002:258).
Menurut Winkel dalam Imron (1996:88), motivasi belajar merupakan
keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu
demi mencapai satu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan
ini yang memberi gairah, rasa senang, dan semangat kepada individu
sehingga siswa mempunyai keinginan atau motivasi yang tinggi dalam
belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi kelangsungan
belajarnya pun akan lebih dapat terjaga.
Uno (2007:23) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi
belajar itu adalah sebagai berikut.
(a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
(b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
(c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan
(d) Adanya penghargaan dalam belajar
(e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
(f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan
baik.
Selanjutnya, Monks (1999:190) juga mengatakan bahwa suatu
motif mempunyai tiga macam unsur yaitu sebagai berikut: (1) motif
mendorong terus, memberikan energi pada suatu tingkah laku
(merupakan dasar energetik), (2) motif menyeleksi tingkah laku,
motif mengatur tingkah laku, artinya bila sudah memilih salah satu
arah perbuatan maka arah itu akan tetap dipertahankan.
Berdasarkan uraian yang telah dituliskan di atas, penulis
mengambil kesimpulan tentang pengertian motivasi belajar yaitu daya
dorongan atau daya penggerak yang ada pada diri siswa yang dapat
berasal dari dalam dan dari luar, yang dapat menimbulkan kegiatan
belajar yang mengaktifkan, mengarahkan, menuntun, dan menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar sehingga tujuan belajar yang
dikehendaki siswa dapat tercapai.
2. Jenis-jenis Motivasi
Sardiman (2008:86) mengatakan bahwa macam atau jenis
motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu sebagai
berikut.
a) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang
dibawa sejak lahir. Motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai
contoh, misalnya dorongan untuk minum, dorongan untuk
makan, dan dorongan untuk beristirahat. Motif-motif ini
sering disebut motif-motif yang diisayaratkan secara
2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena
dipelajari. Sebagai contoh, dorongan untuk belajar suatu
cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu
di dalam masyarakat. Motif-motif ini sering disebut dengan
motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia
hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang
lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Dengan kemampuan
berhubungan itu dapat tercapailah suatu kepuasan diri. Siswa
perlu mengembangkan sifat-sfat ramah, kooperatif, membina
hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu
dalam usaha mencapai prestasi.
b) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan
Marquis
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya kebutuhan
untuk makan, minum bernapas, berbuat, dan kebutuhan
untuk beristirahat.
2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini
antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan
untuk membalas, dan dorongan untuk berusaha. Motivasi ini
3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan
untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan
untuk melakukan minat. Motif-motif ini muncul karena
dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
c) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu
menjadi dua yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.
Yang termasuk motivasi jasmaniah misalnya refleks, insting
otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termaksud dalam motivasi
rohaniah adalah kemauan.
d) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Uno menambahkan bahwa timbulnya motivasi intrinsik ini
karena sejalan dengan adanya kebutuhan seseorang
(2007:4). Sebagai contoh seseorang yang senang
mendorongnya, ia sudah rajin mencari-cari buku untuk
dibacanya.
Instrinsic motivation theorists offer another exsplanation. They claim that human beings are naturally disposed to develop skills adn engage in learning-related activities, external reinforcement is not necessary because learning is inherently reinforcing, individuals learn best when they see themselves as engaging in learning behavior for their intrinsic reasons, because they want to rather than because the have to (Stipek, 1988 : 59).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa
seseorang melakukan sesuatu itu dikarenakan kehendak
dirinya sendiri. Seseorang melakukan sesuatu dikarenakan
mereka mempunyai keinginan, keinginan itu yang akan
mereka capai/miliki. Stipek juga menambahkan bahwa
melakukan sesuatu didasari motivasi intrinsik itu lebih
nyaman, hasil yang dicapai dan proses yang dilakukan
lebih bersifat belajar daripada motivasi ekstrinsik. Hal ini
seperti yang ditulis demikian: “working on tasks for
intrinsic reason is more enjoyable, and result in more
learning, than working on tasks for exstrinsic reason”
(Stipek, 1988:59).
Bila dilihat dari segi tujuan kegiatannya, maka
motivasi intrinsik berarti ingin mencapai tujuan yang
terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.
motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.
Dorongan yang menggerakkan ini bersumber pada suatu
kebutuhan akan suatu keharusan, misalnya dorongan
untuk belajar dikarenakan adanya kebutuhan yang
berisikan keharusan untuk menjadi seorang yang terdidik
dan berpengetahuan.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Sebagai contoh, seseorang belajar karena tahu besok
paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai
yang baik, sehingga akan dipuji oleh temannya. Jadi yang
penting bukan belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi
ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan
pujian.
Motivasi ekstrinsik juga dapat dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar
yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang
pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan
pendidikan timbul karena melihat manfaatnya (Uno,
2007:4). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh
insentif eksternal seperti panghargaan dan hukuman
(Santrock, 2009:204).
Menurut Uno ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menimbulkan motivasi ekstrinsik
(2007:4) yaitu sebagai berikut.
(1) Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai
manusia yang berpribadi, menghargai
pendapatnya, pikirannya, perasaannya,
maupun keyakinannya.
(2) Pendidik menggunakan berbagai metode
dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
(3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan
dan juga pengarahan kepada anak didiknya
dan membantu apabila mengalami kesulitan
baik yang bersifat pribadi maupun akademis.
(4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang
luas dan penguasaan bidang studi atau materi
(5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat
pengabdian kepada profesinya sebagai
pendidik.
3. Peran dan Fungsi Motivasi
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang
sedang belajar (Uno, 2007:27). Uno juga menambahkan bahwa
setidaknya ada tiga peranan penting dari motivasi dalam belajar dan
pembelajaran (2007:27-29).
(1) Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar
apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu
masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat
dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah
dipelajarinya terlebih dahulu. Misalnya, bila ingin belajar
membaca diperlukan kemampuan untuk mengenal dan
membedakan huruf terlebih dahulu. Upaya untuk
mengenal dan dapat membedakan huruf itu merupakan
peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan
belajar. Untuk seorang guru perlu memahami ini agar
dapat membantu siswaya dalam memilih faktor-faktor atau
penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan
memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari,
melainkan yang lebih penting adalah mengkaitkan isi
pelajaran dengan perangkat apapun yang berada paling
dekat dengan siswa di lingkungannya.
(2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Siswa akan
tertarik untuk belajar sesuatu bila yang dipelajari itu
sedikitnya sudah dapat diketahui manfaatnya bagi siswa.
Sebagai contoh, anak akan termotivasi untuk belajar
elektronik itu dapat melahirkan kemampuan anak dalam
bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya anak
tersebut diminta untuk membetulkan sebuah radio yang
rusak. Berkat pengalamannya itu, anak akan menjadi lebih
termotivasi untuk belajar elektronik, karena sedikit demi
sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar
elektronik itu.
(3) Peran motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi belajar sesuatu
dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal
itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan
seseorang menjadi tekun belajar. Sebaliknya, apabila
seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk
belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah
tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan
belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap
ketahanan dan ketekunan belajar.
Menurut Sardiman (2008:85), ada tiga fungsi motivasi yaitu
sebagai berikut.
a) Mendorong manusia untuk berbuat, sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuata apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuata-perbuatan
yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus,
tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan
menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca
komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik (2003:161) adalah
sebagai berikut.
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan
seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya
mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang ingin
dicapai.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi
sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
4. Prinsip-prinsip Motivasi
Menurut Surya (2004:65), ada beberapa prinsip motivasi yang
dapat dijadikan acuan dalam mewujudkan berbagai upaya
a) Prinsip kompetisi
Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan
secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi atau self competition adalah kompetisi dalam diri pribadi
masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi
tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi adalah persaingan
antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan persaingan
secara sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara
lebih baik. Salah satu bentuk misalnya perlombaan karya tulis,
siswa teladan, dsb. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah
untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja
belajar yang baik.
b) Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi
apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi,
nasehat, amanat, peringatan, percontohan, dsb. Dalam hal ini motif
teratur untuk mendorong selalu melakukan berbagai tindakan dan
unjuk kerja yang sebaik mungkin. Hal ini dapat dilakukan melalui
konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara bendera,
c) Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan
motivasi untuk melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran
itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan ganjaran yag
memadai, cenderung akan meningkatkan motivasi. Misalnya
pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Demikian pula
dengan hukuman yang diberikan dapat menimbulkan motivasi
untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman
itu. Hal yang harus diingat adalah agar ganjaran dan hukuman itu
dapat diterapkan secara proporsional dan benar-benar dapat
memberikan motivasi.
d) Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat dengan suatu tujuan, maka akan
makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa
memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang
diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang
e) Pemahaman hasil
Dalam uraian di atas, telah dikemukakan bahwa hasil yang
dicapai seseorang merupakan balikan dari upaya yang telah
dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada
diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan
meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut. Pengetahuan tentang
balikan, mempunyai kaitan erat dengan tingkat kepuasan yang
dicapai. Dalam kaitan ini, para pangajar seyogyanya selalu
memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah
dilakukan oleh setiap siswanya. Misalnya mengembalikan
tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan
komentar-komentarnya. Umpan balik ini akan bermanfaat untuk mengukur
derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan
perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya
selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari
berkembangnya rasa gagal.
f) Pengembangan minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang
dalam menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa
bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan
tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan
jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa dalam
melakukan kegiatan belajarnya. Para pengajar diharapkan mampu
menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa dalam melakukan
kegiatan belajar. Dengan demikian, siswa akan memperoleh
kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada gilirannya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g) Lingkungan yang kondusif
Lingkungan belajar yang kondusif, baik lingkungan fisik,
sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan
mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
Untuk itu, dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin,
misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dsb. Demikian
pula lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi,
kehidupan kelompok, kepemimpinan, pengawasan, promosi,
bimbungan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan, dsb.
h) Keteladanan
Perilaku pengajar (guru) secara langsung atau tidak langsung,
mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa yang baik, yang
motivasi belajar para siswa, dan sebaliknya dapat menurunkan
motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan
agar perilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para
siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa
dapat lebih meningkatkan motivasi belajarnya dan pada gilirannya
dapat meningkatkan produktivitas belajar mereka.
5. Ciri-ciri Motivasi Belajar Tinggi
Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang
tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas,
seperti yang dikemukakan Brown (Imron, 1996:30) adalah sebagai
berikut.
a. Tertarik kepada guru
Tidak membenci dan bersikap acuh tak acuh.
b. Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan
Menunjukkan ketertarikannya dan kesukaannya pada setiap
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Ditandai dengan
keterlibatan siswa pada saat mengikuti pelajaran.
c. Memiliki antusiasme yang tinggi
Antusias yang juga dapat ditandai denga partisipasi aktif
siswa terhadap mata pelajaran atau kegiatan tertentu. Siswa
dengan semangat mengikuti setiap pelajaran dan kegiatan
d. Mengendalikan perhatiannya terutama kepada guru
Siswa berusaha berkonsentrasi kepada guru dan fokus pada
pelajaran yang sedang diajarkan.
e. Ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas
Siswa selalu bergairah untuk bekerja dalam kelompok.
f. Ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain
Siswa ingin semua orang mengetahui bahwa dirinya
merupakan anak yang bergairah dalam belajar. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil belajar yang tinggi.
g. Dapat mengontrol tindakan, kebiasaan, dam moralnya
Siswa dapat mengontrol diri dalam bersikap, dan melakukan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali
Siswa selalu mengingat pelajaran dan mau mempelajarinya
kembali di lain waktu.
i. Selalu terkontrol oleh lingkungannya
Siswa selalu belajar dengan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Selain yang dituliskan di atas, Sardiman (2008:83) juga
mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada pada diri anak adalah
1) Tekun dalam menghadapi tugas
Siswa rajin dan tekun dalam menghadapi dan mengerjakan
tugas. Semua tugas dikerjakan dengan serius dan tepat waktu.
2) Dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama
Siswa dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama
dan tidak pernah berhenti sebelum selesai.
3) Ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa
Pada waktu menghadapi kesulitan selalu berusaha mencari
penyelesaiannya dan tidak mudah putus asa mencari jalan
keluar untuk kesulitan yang dihadapi.
4) Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh
Tidak cepat puas dengan prestasi yang diperoleh dan selalu
berusaha mendapatkan yang lebih baik.
5) Menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam
masalah belajar
Selalu menunjukkan kesukaannya pada berbagai macam
kegiatan belajar dan masalah belajar.
6) Lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang
lain
Selalu berusaha bekerja sendiri dan menyelesaikan
kesulitan-kesulitan yang dialami tanpa bergantung pada bantuan orang
7) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin
Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan monoton yang
diterimanya. Hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang
begitu saja, sehingga kurang kreatif.
8) Dapat mempertahankan pendapatnya
Dapat mempertahankan pendapatnya dengan fakta-fakta yang
tepat dan gagasan-gagasan yang akurat.
9) Tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya
Selalu memegang teguh apa yang sudah diyakininya.
10) Senang mencari dan memecahkan masalah
Senang mencari dan memecahkan masalah dengan
melakukan uji coba pada setiap soal dan masalah.
Selanjutnya Sardiman (2008:84) juga menambahkan, apabila
seorang siswa memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti siswa tersebut
selalu memilki motivasi yang kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar akan berhasil baik bila siswa tekun mengerjakan
tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara
mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada
sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa harus mampu
mempertahankan pendapatnya, bila dia sudah yakin dan dipandangnya
responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana
memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami benar
oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat
memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
Selain itu, Makmun (2007:40) juga menuliskan
indikator-indikator yang dapat kita identifikasi dalam mengukur motivasi
sesesorang, yaitu sebagai berikut.
(1) Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan
waktunya untuk melakukan kegiatan).
(2) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan
dalam periode waktu tertentu).
(3) Persistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan
kegiatan.
(4) Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam
menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai
tujuan.
(5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga,
pikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya) untuk menvapai
tujuan.
(6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, target,
dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang
(7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output
yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai
atau tidak, memuaskan atau tidak).
(8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike,
positif atau negatif).
6. Unsur-unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa unsur.
Menurut Imron (1996:99), unsur-unsur tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Cita-cita/aspirasi siswa
Setiap manusia senantiasa mempunyai cita-cita atau
aspirasi tertentu di dalam hidupnya, termasuk siswa. Cita-cita
atau aspirasi itulah yang dikejar meskipun diperlukan
perjuangan yang tidak biasa. Oleh karena itu, cita-cita dan
aspirasi sangat mempengaruhi motivasi belajar sesorang.
Sesorang yang bercita-cita menjadi seorang guru berhitung
pasti akan menyukai mata pelajaran dan bacaan yang berkaitan
dengan berhitung/Matematika. Dia akan lebih termotivasi untuk
belajar mata pelajaran Matematika dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Namun bila bertentangan dengan cita-citanya,
seseorang tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran tertentu
belajar instrinsik maupun ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono,
2006:98). Dengan tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan
aktualisasi diri (Monks, 1989; Shein, 1991; Singgih Gunarsa,
1990 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:98). Oleh sebab itu,
cita-cita dan aspirasi perlu diperhitungkan dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa, dikarenakan
cita-cita/aspirasi dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang.
Di bawah ini merupakan skema tentang kaitan antara
cita-cita/aspirasi siswa dengan motivasi belajar dan perolehan
belajarnya.
Gambar 2.1 Skema kaitan antara cita-cita/aspirasi siswa
dengan motivasi belajar dan perolehan belajar
b. Kemampuan siswa
Kemampuan siswa yang satu dengan yang lainnya
tidaklah sama. Kemampuan siswa ini haruslah diperhatikan
dalam proses belajar mengajar. Kemampuan siswa erat
kaitannya dengan motivasi belajarnya. Kemampuan siswa yang
berbeda-beda ini juga mempengaruhi motivasi belajarnya.
Seorang siswa yang mempunyai kemampuan rendah pada mata CITA-CITA /
ASPIRASI SISWA
MOTIVASI BELAJAR SISWA
pelajaran tertentu juga akan memiliki motivasi yang rendah pada
mata pelajaran itu.
Di bawah ini disajikan skema tentang hubungan antara
kemampuan siswa dengan motivasi belajar dan perolehan
belajarnya.
Gambar 2.2 Skema kaitan antara kemampuan siswa
dengan motivasi belajar dan perolehan belajar
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa dapat dibedakan menjadi kondisi fisik dan
kondisi psikologisnya. Kedua kondisi ini saling mempengaruhi
satu sama lain. Bila kondisi psikologis seseorang tidak sehat,
dapat berpengaruh juga terhadap ketahanan dan kesehatan
fisiknya. Kondisi siswa ini sangat berpengaruh pada motivasi
belajarnya. Bila kondisi fisik siswa dalam keadaan lelah,
motivasi belajarnya akan menurun. Sebaliknya, bila kondisi
fisiknya dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar dapat
meningkat. Begitu juga dengan kondisi psikologis, bila kondisi
psikologis seseorang terganggu (misalkan stress), umumnya
juga tidak dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang dipelajarinya. KEMAMPUAN
SISWA
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
PEROLEHAN BELAJAR
Dengan tidak berkonsentrasi, gairah belajar akan menurun dan
membuat motivasi belajarnya pun rendah.
Bila diskemakan, kondisi siswa dalam kaitannya dengan
motivasi dan perolehan belajarnya adalah sebagai berikut.
Gmbar 2.3 Skema kaitan antara kondisi siswa dengan
motivasi belajar dan perolehan belajar
d. Kondisi lingkungan belajar
Lingkungan belajar menjadi salah satu unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar seorang siswa. Lingkungan
belajar ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah tempat di mana
siswa tersebut belajar. Tempat belajar berpengaruh terhadap
motivasi belajar seseorang. Tempat yang nyaman akan
memberikan ketenangan dan gairah untuk belajar yang tinggi.
Bila tempat belajarnya bising oleh suara, maka dapat
mengganggu belajar seseorang.
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial adalah suatu
lingkungan sesorang dalam kaitannya dengan orang lain.
Lingkungan sosial ini bisa berupa lingkungan sepermainan,
lingkungan sebaya, dan kelompok belajar. Lingkungan sosial ini KONDISI
SISWA
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
PEROLEHAN BELAJAR
dapat berpengaruh juga pada motivasi belajar seseorang.
Sebagai contoh, bila dalam lingkungan sosial seseorang tidak
terbiasa dengan aktivitas belajar, maka tidak akan ada aktivitas
belajar yang akan terjadi di lingkungan tersebut. Dalam
lingkungan yang kompetitif untuk belajar, seseorang yang
menghuni lingkungan tersebut akan terbawa serta untuk belajar
seperti orang lain. Jadi, jelas bahwa lingkungan sosial dan
lingkungan fisik berpengaruh terhadap motivasi belajar
seseorang.
Bila kaitan antara kondisi lingkungan belajar dengan
motivasi belajar ini diskemakan, maka dapat dilihat pada skema
di bawah ini.
Gambar 2.4 Skema kaitan antara kondisi lingkungan
belajar dengan motivasi belajar dan perolehan belajar
e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran
Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran turut
mempengaruhi motivasi belajar. Unsur-unsur dinamis
belajar/pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Motivasi dan upaya memotivasi siswa untuk belajar
(2) Bahan belajar dan upaya penyediaannya KONDISI
LINGKUNGAN BELAJAR
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
PEROLEHAN BELAJAR
(3) Alat bantu belajar dan upaya penyediaanya
(4) Suasana belajar dan upaya pengembangannya
(5) Kondisi subyek belajar dan upaya penyiapan dan
peneguhannya
Oleh karena itu, unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran
harus diperhatikan agar motivasi belajar dan pembelajaran
menjadi tinggi. Tingginya motivasi belajar berimplikasi bagi
maksimalnya perolehan belajar siswa. Hubungan antara
unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran dengan motivasi belajar dan
perolehan belajar siswa dapat dilihat pada skema di bawah ini.
Gambar 2.5 Skema kaitan antara unsur dinamis
belajar/pembelajaran dengan motivasi belajar dan perolehan belajar
f. Upaya guru dalam mengajar siswa
Upaya guru dalam mengajar siswa juga berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswanya. Guru yang tinggi gairahnya
dalam mengajar menjadikan siswa juga bersemangat dan
bergairah dalam belajar. Guru yang bersungguh-sungguh dan
berwibawa dalam mengajar menjadikan tingginya motivasi
belajar pada siswa. Bila guru mempersiapkan diri dengan UNSUR DINAMIS
BELAJAR / PEMBELAJARAN
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
PEROLEHAN BELAJAR
matang dan senantiasa memberikan yang terbaik bagi siswa,
maka tingkat aktualitasnya juga tinggi, dan membuat hal-hal
yang disajikan guru menjadi menarik di mata siswa.
Pembelajaran yang menarik ini dapat meningkatkan motivasi
belajar pada siswa.
Upaya guru untuk mengajar siswa sangat krusial dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Bila diskemakan,
hubungan antara upaya guru dalam mengajar dengan motivasi
belajar dan perolehan belajar siswa adalah sebagai berikut.
Gambar 2.6 Skema kaitan antara upaya guru dalam
mengajar dengan motivasi belajar dan perolehan belajar
7. Cara Memberikan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Sardiman (2008:92), ada beberapa bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai
kegiatan belajarnya. Bayak siswa belajar, yang utama
justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga UPAYA
GURU DALAM MENGAJAR
MOTIVASI BELAJAR
SISWA
PEROLEHAN BELAJAR
siswa biasaya yang dikejar adalah nilai ulangan atau
nilai-nilai pada rapor angkanya baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga,
banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang
dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan
siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun
demikian harus diingat oleh guru bahwa pencapaian
angka-angka seperti itu belum bisa merupakan hasil
belajar yang sejati, hasil belajarnya yang bermakna. Oleh
karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru
adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat
dikaitkan dengan values (nilai) yang terkandung di dalam
setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa
sehingga tidak sekadar kognitif tetapi juga keterampilan
dan afeksinya.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi
tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu
pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi siswa yang
tersebut. Sebagai contoh, hadiah yang diberikan untuk
gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi
siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
c. Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar belajar siswa.
Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan
kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di
dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat
baik digunakan dalam dunia pendidikan untuk
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang
cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap
tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga
harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah
siswa, si subyek belajar. Para siswa akan belajar dengan
keras bisa jadi karena harga dirinya.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar bila mengetahui
akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini
juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap
hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.
Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudanya bila
akan ulangan diberitahukan kepada siswanya.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi bila
terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar
meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk
terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
g. Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil