• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

SUGIYANTO SLAMET

051334083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

SUGIYANTO SLAMET

051334083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Sebuah karya kecil yang akan aku persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa

Kedua Orang Tuaku Bapak Mijan Esmiharja dan Ibu Mujiati

Keluarga Besar Andong

Adik-adikku Eva Maria dan Herjuno Darpito Wijoyo

Almamaterku Universitas Sanata Dharma - Yogyakarta

(6)

v

MOTTO

“Apapun yang kita lakukan, Tuhan Beserta kita”

“Jadilah seperti yang kamu inginkan, karna kamu hanya memiliki satu kehidupan

dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan”

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Januari 2011

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Sugiyanto Slamet

Nomor Mahasiswa : 051334083

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Januari 2011 Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN

(Studi Kasus Penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta)

Sugiyanto Slamet Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin; (2) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan; (3) perbedaan persepsi konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada penumpang Bus Trans Jogja. Populasi penelitian adalah seluruh penumpang Bus Trans Jogja, Yogyakarta. Sampel penelitian berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental dan purposive sampling. Teknik pengambilan data adalah wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji t dan

one way anova ( uji F ).

(10)

ix

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF CUSTOMERS ON ATTRIBUTEOF

TRANSPORTATION SERVICE PERCEIVED FROM SEX, INCOME AND EDUCATIONAL LEVEL

(A Case Study of the passengers Trans Jogja Bus Yogyakarta)

Sugiyanto Slamet Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

This research intends to find out the different perception of customers on attribute of transportation service perceived from: (1) sex; (2) income; (3) educational level.

This research is a case study on the passengers of Trans Jogja Bus. The population of this research was entire passengers of Trans Jogja Bus, Yogyakarta. The samples of this research were 100 passengers. The techniques of sample collection were Accidental method and Purposive sampling. The techniques of data collection were interview, questionnaire, and documentation. The techniques of data analysis were t-tes and One Way Anova (F-test).

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PERSEPSI KONSUMEN MENGENAI ATRIBUT JASA TRANSPORTASI

DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDAPATAN DAN

TINGKAT PENDIDIKAN”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan, dorongan serta petunjuk dari

berbagai pihak. Oleh karena itu kesempatan ini sudah selayaknya bagi penulis

menghaturkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang

telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

(12)

xi

5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan dan penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan dan penyempurnaan skripsi ini. 

7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga menjadi bekal dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Segenap karyawan di sekretariat pendidikan Akuntansi (Bu Aris dan Pak Wawik)

atas segala pelayanannya dan bantuannya selama penulis kuliah di Universitas

Sanata Dharma.

9. Bapak dan Ibu Pegawai Dinas Perhubungan, Karyawan Shelter dan penumpang

Bus Trans Jogja yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

10. Kedua Orangtuaku tercinta Bapak Mijan Esmiharja dan Ibu Mujiati, yang selalu

memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan baik material

maupun spiritual sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

11. Kedua adikku Eva Maria dan Herjuno Darpito Wijoyo, yang selalu memberikan

doa, dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Simbah Putri, Budhe Mami, Budhe Eni, Pakde Toto, ms Agus, ms Dwi, keluarga

Andong, keluarga Jogja dan keluarga lampung yang selalu memberikan

(13)

xii

13. Teman- temanku seperjuangan Asih, villa, mb Tia, mb Rina, Rina, Andri, Rita,

Boim, ms Eka, Febran, Tosu, Sinyo, Arnon, dan teman-temanku PAK angkatan

2005 yang tidak bisa saya sebut satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya

selama ini.

14. Teman-teman Kos gang Tutul 2/3: Jaelani cipapap, Iqbal, Jelodong, Petruk,

Andi, Mbah Lukman, Jeki, Edho, Mario dan yang lainnya yang selalu bisa buat

aku tersenyum, bahagia walaupun kadang menjengkelkan Thanks for all.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis

masih membuka diri terhadap saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini

dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis

(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………. vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

(15)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik ... 6

1. Persepsi Konsumen... 6

2. Jenis Kelamin... 10

3. Pengertian Pendapatan... 12

4. Pengertian Pendidikan ... 12

5. Konsep Pemasaran... 13

6. Perilaku Konsumen... 14

7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix). ... 21

8. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen... 26

B. Kajian Hasil Penelitian... 30

C. Kerangka Berfikir... 30

D. Hipotesis ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 34

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 35

1. Variabel... 35

(16)

xv

F. Teknik Pengumpulan Data... 38

G. Uji Coba Instrumen Penelitian... 39

1. Validitas ... 39

2. Reliabilitas ... 43

H. Teknik Analisis Data... 44

1. Uji Prasyarat Analisis... 44

2. Uji Hipotesis... 45

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Bus Trans Jogja………... 49

B. Tujuan dan Sasaran Transportasi Bus Trans Jogja... 53

C. Deskripsi Trayek Transportasi Bus Trans Jogja... 54

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 56

B. Pengujian Prasyarat Analisis... 64

1. Uji Normalitas... 64

2. Uji Homogenitas... 66

3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian... . 70

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 75

(17)

xvi

C. Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA... 78

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert... 37

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusunan Kuesioner... 38

Tabel 3.3 Data Validitas dan Reliabilitas………... 41

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Uji Validitas Kuesioner Produk... 42

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Validitas Kuesioner Tarif... 42

Tabel 4.1 Deskripsi Trayek... 54

Tabel 4.2 Jumlah Lokasi Tempat henti………... 55

Tabel 5.1 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... 57

Tabel 5.2 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 58

Tabel 5.3 Interpretasi Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Bus Trans Jogja ... 59

Tabel 5.4 Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Jasa Bus Trans Jogja Ditinjau dari Jenis Kelamin... 60

Tabel 5.5 Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Jasa Bus Trans Jogja Ditinjau dari Tingkat Pendapatan... 61

Tabel 5.6 Persepsi Konsumen Terhadap Produk dan Tarif Jasa Bus Trans Jogja Ditinjau dari Tingkat Pendidikan... 63

(19)

xviii

Tabel 5.8 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Berdasarkan Tingkat

Pendapatan... 65

Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Berdasarkan Tingkat

Pendidikan... 66

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian, Kategori Kecenderungan Variabel,

Interpolasi nilai t tabel dan F tabel,

Lampiran 2 : Validitas, Reliabilitas dan Normalitas,

Lampiran 3 : Uji Homogenitas, T-Test dan One Way anova

Lampiran 4 : Data Induk,

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada beberapa tahun yang lalu di Indonesia terjadi krisis yang membawa

dampak negatif bagi setiap sektor, baik sektor internal maupun sektor eksternal.

Sektor internal meliputi ketidakstabilan harga-harga kebutuhan pokok, sedangkan

pada sektor eksternal yaitu dengan naiknya harga minyak dunia. Salah satunya

terwujud dalam kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yang kemudian

menyebabkan kenaikan harga pada semua sektor. Salah satunya ialah kenaikan

tarif pada perusahaan yang bergerak di bidang transportasi.

Di samping memberikan kesempatan berusaha kepada pengusaha jasa

transportasi darat, pengembangan kepariwisataan juga telah meningkatkan suhu

persaingan diantara pengelola jasa transportasi tersebut. Keadaan ini tentu

menuntut kejelian manajemen dalam menentukan kebijakan-kebijakan untuk

memilih strategi pemasaran yang ditempuh.

Pada saat seperti ini persaingan di bidang usaha terutama di bidang jasa

semakin ketat. Hal ini diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang semakin pesat dan membawa pengaruh lingkungan yang cukup besar.

Perusahaan harus menempatkan orientasi kepada kepuasan konsumen sebagai

tujuan utama. Keadaan ini tampak dari banyaknya perusahaan yang menyertakan

komitmennya terhadap kepuasan konsumen dalam pernyataan misi, tujuan dan

(22)

iklan. Selain itu, banyaknya perusahaan yang menyadari bahwa kepuasan

konsumen merupakan suatu tuntutan dari komitmen sehingga perusahaan mau tak

mau harus memberikan atau mewujudkannya dengan berbagai macam strategi

agar dapat mempertahankan pelanggannya.

Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri jasa, kualitas pelayanan

sangat penting dikelola perusahaan dengan baik. Kualitas harus dimulai dari

kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 1994). Hal

ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan dilihat dari persepsi pihak

penyedia jasa, melainkan berdasar persepsi pelanggan. Persepsi konsumen

terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan

suatu jasa.

Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa harus mampu

melaksanakan kegiatan pemasaran secara aktif dalam menarik konsumen, yaitu

melalui pelayanan. Artinya, perusahaan tersebut harus memberikan pelayanan

yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Apabila keinginan konsumen sudah terpenuhi, pelayanan yang diberikan kepada

konsumen akan menjadi suatu usaha yang berhasil karena perusahaan telah

mempunyai keunggulan bersaing.

Dalam situasi persaingan yang ketat dan naiknya harga tarif, seorang

manajemen dituntut kejelian dalam mencari informasi tentang kebutuhan atau

(23)

yang mempengaruhi konsumen dalam membeli atau mengapa konsumen

menyukai suatu produk atau jasa tertentu.

Oleh karena itu setiap pengusaha transportasi darat wajib menguasai dan

memahami berbagai aspek jasa yang diusahakannya. Para pengusaha harus tahu

manfaat apa saja yang diharapkan konsumen dari jasa yang dikonsumsinya.

Untuk itu manajemen dituntut dapat menentukan kebijaksanaan dalam memilih

strategi yang tepat dan saling menguntungkan sehingga dapat menimbulkan

adanya repeat-costumer.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui dan meneliti

tentang pemasaran jasa transportasi darat, khususnya mengenai Persepsi

konsumen mengenai atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin,

tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan (Studi kasus Bus Way Trans

Jogja).

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian tentang persepsi

konsumen mengenai produk dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin,

tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan dalam hal ini konsumen yang diambil

adalah para penumpang Bus way Trans Jogja. Atribut tempat dan promosi tidak

penulis teliti karena pertimbangan bahwa atribut tempat tidak berkaitan langsung

dengan tujuan penelitian dan Bus Trans Jogja tidak melakukan banyak promosi

karena para penumpang telah mengetahui bahwa Bus tersebut merupakan adaptasi

(24)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada Perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa

transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

2. Apakah ada Perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa

transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

3. Apakah ada Perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa

transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk

dan tarif jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk

dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen mengenai produk

dan tarif jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendidikan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan Bus way

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam

mengetahui apakah ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan

(25)

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan bahan perpustakaan

dan informasi bagi mahasiswa lain yang tertarik dengan penelitian sejenis.

3. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperdalam pengetahuan yang

diperoleh melalui bangku kuliah dan memperoleh pengalaman dari hasil

penelitian terhadap praktik yang terjadi dalam dunia usaha.

4. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan sumber bacaan,

dan mahasiswa lain yang ingin mengambil topik yang sama khususnya

mengenai persepsi konsumen.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik

1. Persepsi Konsumen

a. Pengertian persepsi

Persepsi sering diartikan sebagai pengalaman tentang objek,

peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah sejumlah indra yang

disatukan dan dikoordinasikan dalam pusat syaraf yang lebih tinggi

sehingga manusia bisa mengenali dan menilai suatu objek (Rahman,

1986).

Selain pengertian di atas persepsi juga dapat diartikan sebagai proses

yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi,

dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi yang menciptakan

gambaran dunia yang memiliki arti (Kotler, 2002:198).

Selain dipengaruhi oleh rangsangan fisik, persepsi juga berhubungan

dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Pada

obyek yang sama beberapa orang dapat memiliki persepsi yang berbeda

pada obyek tersebut, hal ini dipengaruhi oleh perhatian selektif, distorsi

selektif dan ingatan selektif. Perhatian selektif merupakan kondisi

penyaringan terhadap rangsangan-rangsangan informasi yang diterima

seseorang.

(27)

Distorsi selektif merupakan kecenderungan seseorang untuk

mengubah rangsangan informasi yang telah diseleksi sedemikian rupa

bermakna baginya dan mendukung pra konsepsi mereka. Menurut Kotler

(2002:196) distorsi selektif ini merupakan kondisi yang tidak dapat

dimanipulasi oleh pemasar.

Ingatan selektif merupakan tindakan seorang individu untuk

mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinannya.

Dengan demikian, hal-hal yang baik tentang produk atau jasa akan selalu

diingat oleh konsumen, demikian pula dengan hal-hal yang disukai juga

akan selalu diingat oleh konsumen.

Menurut Salahudin berpendapat bahwa persepsi adalah mengenal

sesuatu melalui alat indra dengan secara global dan belum disertai

kesadaran sedangkan subjek dan objek belum terbedakan satu dengan

lainnya, baru ada proses memiliki tanggapan (Rusdiana, 2007: 12).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses

pemahaman dan menginterpretasikan rangsangan dari luar tentang apa

yang ditangkap oleh indranya.

b. Proses mempersepsi

Biasanya manusia menyadari proses yang menentukan persepsinya.

Apakah terjadi persepsi penglihatan, pendengaran ataupun rabaan, jarang

(28)

dasar intreprestasi yang berarti. Hal ini merupakan pendekatan manusia

yang memiliki bermacam-macam karakteristik yang berbeda-beda

terhadap setiap hal yang sudah dikenal yang ada dalam lingkungan sekitar.

Sebagaimana karakteristik tersebut menentukan bagaimana cara

mempersepsi situasi sekarang dan tidak bisa lepas dari adanya pengalaman

masa lalu kalau pengalaman itu sering muncul, maka reaksi manusia lalu

menjadi salah satu kebiasaan.

c. Persepsi konsumen mengenai produk

Menurut Bei dan Chiao (2001: 129) sebagian riset tentang

pemasaran jasa yang telah banyak dilakukan bertujuan untuk menemukan

konstruk dan dimensi dari kualitas jasa, atau hubungan kualitas jasa

dengan kepuasan dan loyalitas konsumen. Dalam kenyataannya, sebagian

besar industri jasa selain menawarkan intangible product juga menawakan

tangible product. Tangible product dari suatu jasa adalah lingkungan fisik

dan peralatan yang menyertai intangible product (Bei dan Chiao, 2001:

129). Produk fisik hanya merupakan bagian kecil dari kualitas fisik

keseluruhan dari suatu jasa.

Berdasarkan kajian terhadap 32 penelitian tentang industri jasa,

Cronin, Brandy, dan Hult (Bei dan Chiao, 2001: 129) mengemukakan

bahwa tangible quality dari suatu jasa dapat dicakup dalam model

(29)

Zeithaml, dan Naylor, persepsi terhadap kualitas tangible product

memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan pembelian.

d. Persepsi konsumen mengenai harga

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (Bei dan Chio, 2001: 126)

menyatakan bahwa kualitas jasa, kualitas produk, dan harga

mempengaruhi kepuasan konsumen. Anderson, Fornel, dan Lehman (Bei

dan Chiao, 2001: 129) menyatakan bahwa harga sebagai faktor penting

dalam kepuasan konsumen, karena ketika konsumen mengevaluasi nilai

dari jasa yang diterimanya, pada umumnya mereka berpikir tentang harga

untuk memperoleh nilai tersebut.

Zeithaml menyatakan bahwa dari konsep kognitif, harga adalah

sesuatu yang harus diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh produk

atau jasa tertentu (Bei dan Chiao, 2001: 129). Pengertian harga dari

pandangan konsumen adalah harga yang dipersepsikan konsumen, yaitu

persepsi terhadap harga bagi konsumen lebih penting dari pada harga

dalam moneter.

Pada umumnya, persepsi mengenai harga yang rendah diartikan

sebagai pengorbanan yang rendah atau kecil, yang selanjutnya dapat

menimbulkan kepuasan yang tinggi. Menimbulkan kepuasaan yang tinggi

dimaksudkan bahwa dengan harga yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat atau dengan kata lain harga yang telah dikeluarkan oleh

(30)

Sangat diharapkan dimaksudkan sebagai harga yang bisa mengerti akan

kondisi dari konsumen tersebut. Namun harga yang dikeluarkan oleh

perusahaan itu masih dalam kondisi yang sewajarnya.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin dibedakan dua macam yakni pria dan wanita, keduanya

memiliki perbedaan yang sangat mencolok baik dalam masalah fisik begitu

pula tentang penilaian suatu produk menurut persepsinya masing-masing.

Umumnya para wanita lebih condong melakukan penilaiannya terhadap suatu

produk dengan keadaan kenyamanan suatu produk yang ditawarkan oleh

perusahaan misalnya kenyamanan dalam hal fasilitas pelayanan, hal ini bisa

terlihat dengan adanya fisik wanita cenderung lemah bila dibandingkan

dengan fisik pria. Dalam hal persepsi konsumen khususnya wanita lebih

memilih produk yang baru. Hal ini juga bisa berbanding terbalik dengan

kondisi pria. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan karakteristik keduanya.

Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari pola pikirannya, pria mendekati

masalah terutama dari luar dengan memakai pikirannya. Pria cenderung

mendekati suatu masalah sebagai seorang pengamat yang bersifat objektif.

Sedangkan wanita mendekati masalah dari dalam dengan memakai hatinya.

Wanita ingin terlibat dengan persoalan, wanita menangani masalah dan

berfikir tentang suatu soal sampai hal yang sekecil-kecilnya. Ini bisa terlihat

dalam hal persepsinya mengenai suatu produk, misal barang yang akan dibeli

(31)

perasaan dapat dilihat pria yang lebih dominan dalam hal pemikiran yang

objektif, ia lebih berusaha memecahkan suatu masalah dengan tidak

melibatkan perasaan senang maupun tidak senang sedangkan wanita lebih

cenderung berusaha memecahkan masalah dengan melibatkan perasaan. Hal

ini bisa untuk lebih diperhatikan lagi tentang kegiatan pemasaran yang sesuai

dengan kondisi tersebut. Dengan demikian mengandung arti perbedaan jenis

kelamin antara laki-laki dan perempuan yang secara biologis serta memiliki

perbedaan dan ciri-ciri sendiri. Jenis kelamin berarti perbedaan laki-laki dan

perempuan sebagai makhluk yang secara kodrati memiliki fungsi-fungsi

organisme yang berbeda. Dalam arti perbedaan jenis kelamin pengertian pria

atau laki-laki dan perempuan terpisah secara biologis. Laki-laki memiliki fisik

yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara berat, memiliki penis,

testis, sperma, yang berfungsi untuk alat reproduksi dalam meneruskan

keturunan. Perempuan dan laki-laki memiliki ciri-ciri yang berbeda.

Perempuan memiliki hormon yang berbeda dengan laki-laki, sehingga terjadi

menstruasi, perasaan yang sensitif, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang

berbeda dengan laki-laki, seperti bentuk pinggul yang lebih besar dari pada

laki-laki.

Secara biologis alat-alat biologis melekat pada laki-laki dan

perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen

tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau keturunan Tuhan

(32)

yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya perempuan

dianggap lemah lembut, emosional, keibuan dan lain sebagainya.

3. Pengertian Pendapatan

Pengertian pendapatan sangat erat dengan penghasilan, bahkan banyak

orang yang menyamakan kedua pengertian tersebut ( San. S. Hutabarat, 1978:

92). Pendapatan dan penghasilan mempunyai pengertian yang sama yaitu

besarnya arus uang dan barang yang masuk dalam suatu usaha rumah tangga

dari sektor usaha baik sektor formal maupun sektor informal yang dinilai

dengan satuan uang (rupiah) yang meliputi gaji dan macam-macam tunjangan

antara lain: tunjangan asuransi kesehatan, tunjangan fungsional, tunjangan

beras, tunjangan perbaikan rumah dan pemberian balas jasa ( As’ ad, 2001:

16). Sedangkan pendapatan adalah suatu hasil yang diperoleh dalam jangka

waktu tertentu.

4. pengertian Pendidikan

Kamus Bahasa Indonesia (1991:232), Pendidikan berasal dari kata

"didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi

"mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan

memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai

akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

(33)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Raharja, 2010). Menurut UU nomor 9 tahun 2009, jenjang pendidikan

di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Yang dimaksud pendidikan dasar di Indonesia adalah wajib

belajar 9 tahun yaitu SD/ MI dan SMP/ MTs. Pendidikan menengah yaitu

SMA/ SMK. Pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi/ Akademi.

5. Konsep Pemasaran

Dalam melakukan kegiatan usahanya para pengusaha acap kali

mengalami berbagai macam kesulitan yang menyebabkan terjadinya

penyimpangan antara rencana dengan realisasi. Kenyataan ini memaksa

pengusaha untuk mengakui pentingnya peranan pemasaran, juga cara-cara

dan falsafah pemasaran. Cara dan falsafah pemasaran ini disebut konsep

pemasaran.

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi adalah meliputi penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran

(target market) dan pemberi keputusan yang diinginkan secara efektif dan

efisien dari yang dilakukan oleh pesaing ( Kotler dan Amstrong 1992: 15).

Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap

keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian kegiatan dalam

perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk

memenuhi tujuan tersebut, baik dari segi personalia, produksi, keuangan dan

(34)

6. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dapat didefinisikan menurut beberapa ahli dalam

buku mereka masing-masing. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai

kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses

pengambilan keputusan, persiapan, dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut

(Engel, Swasta, & Handoko). John C. Mowen dan Michael Minor

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai suatu studi tentang unit pembelian

(buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi,

dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (Saiful, 2008). Engel

dan kawan-kawan (1994) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan

suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului

dan menyusuli tindakan tersebut (Husein Umar, 2002:49). Sementara itu,

pendapat Nessim Hanna dan Richatd Wozniak adalah bahwa perilaku

konsumen merupakan suatu bagian dari aktivitas-aktivitas kehidupan

manusia, termasuk segala sesuatu yang teringat olehnya akan barang atau jasa

yang dapat diupayakan sehingga ia akhirnya menjadi konsumen (Saiful,

2008).

Dari beberapa contoh definisi perilaku konsumen di atas serta

contoh-contoh lain yang walaupun tidak disajikan, kiranya dapat disimpulkan bahwa

(35)

kumpulan individu, misalnya suatu organisasi yang dipengaruhi oleh aspek

eksternal dan internal yang mengarahkan mereka untuk memilih dan

mengkonsumsi barang atau jasa yang diinginkan.

Dalam hal memilih dan mengkonsumsi barang atau jasa yang

diinginkan setidaknya konsumen mempunyai kepercayaan, sikap, dan

perilaku. Konsep kepercayaan, sikap, dan perilaku adalah saling berhubungan

erat. Mowen dan Minor menyatakan bahwa keterhubungan itu didominasi

oleh atribut produk (Saiful, 2008). Atribut adalah fitur produk dimana

konsumen membentuk kepercayaan. Bagaimana atribut produk dan

faktor-faktor lainnya mempengaruhi pembentukan serta perubahan kepercayaan,

sikap dan perilaku konsumen. Atribut produk ini merupakan sebagian atau

serangkaian ide perilaku konsumen yang terpenting bagi manajer pemasaran.

Berikut ini uraian singkat tentang kepercayaan konsumen, sikap, dan

perilaku:

a. Konsep Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan sebagai suatu keadaan yang melibatkan ekspektasi

positif mengenai motif-motif dari pihak lain yang berhubungan dengan

diri seseorang dalam situasi yang berisiko (Boon dan Holmes, 1991;

Lau dan Lee, 1999; Tjahyadi, 2006). Dengan demikian dapat

disimpulkan kepercayan konsumen adalah semua pengetahuan yang

dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen

(36)

segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk,

sedangkan atribut ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari

aspek eksternal produk seperti nama, merk, dan label.

b. Sikap Konsumen

Sikap menurut Thurstone yang dikutip Mowen dan Minor

didefinisikan sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap suatu

rangsangan (Saiful, 2008). Dalam konteks perilaku konsumen, sikap

didefinisikan sebagai kecenderungan yang dipelajari dalam berprilaku

dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu

objek tertentu. Jadi, mengingat kepercayaan merupakan pengetahuan

kognitif tentang suatu objek, maka sikap merupakan tanggapan

perasaan atau afektif tentang sebuah objek.

c. Perilaku dan Keinginan untuk Berperilaku

Perilaku konsumen terdiri dari semua tindakan konsumen

untuk memperoleh, menggunakan dan membuang barang atau jasa.

Sebelum bertindak, seseorang sering kali mengembangkan keinginan

berperilaku berdasarkan keinginan tindakan yang akan dilakukan.

Keinginan berperilaku didefinisikan sebagai keinginan konsumen

untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki,

(37)

Pemahaman terhadap perilaku konsumen ini sangat penting untuk

keberhasilan dari sistem pemasaran suatu perusahaan. Ada berbagai macam

alasan yang mempengaruhi seseorang membeli suatu produk. Selain jenis

produk, faktor demografi dan faktor ekonomis, faktor psikologis juga turut

mempengaruhi pembelian seseorang. Faktor psikologis adalah sikap, minat,

motif serta kepribadian seseorang atau konsumen. Kegiatan pemasaran

dimaksudkan untuk mempengaruhi konsumen agar bersedia membeli barang

atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal yang penting bagi manajer

pemasaran adalah memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku

konsumen, sehingga perusahaan dapat mengembangkan strategi

pemasarannya.

Pada awalnya seorang konsumen menganggap bahwa dorongan untuk

melakukan tindakan pemilihan diantara berbagai jenis barang dan jasa serta

berbagai merek yang ada adalah karena konsumen berpendapat bahwa

kualitas dari barang dan jasa yang dipilihnya dianggap yang paling baik atau

yang paling murah harganya. Namun kenyataannya sering kali pertimbangan

yang dipakai tidak hanya mempertimbangkan kualitas atau harga saja, tetapi

ada faktor lain yang menimbulkan keputusan-keputusan dalam pembelian

suatu barang atau jasa. Misalnya rasa harga diri, ikut-ikutan, tidak mau kalah

dan sebagainya.

Umumnya konsumen melakukan pembelian suatu barang atau jasa

(38)

kebutuhan yang mendesak, kebutuhan agak mendesak dan kebutuhan tidak

terlalu mendesak. Berdasarkan hal ini kita harus tahu mengapa seseorang

membutuhkan suatu barang atau jasa tertentu. Tapi jika hanya mengetahui

kebutuhan-kebutuhan tertentu dari konsumen terhadap barang atau jasa,

perusahaan baru mampu mendorong seseorang untuk melakukan pembelian

terhadap barang atau jasa tanpa mengabaikan keputusannya sebagai tujuan.

Perilaku konsumen dalam pembelian tidak sederhana. Pemahaman akan

perilaku ini menjadi tugas yang penting bagi manajemen pemasaran. Pasar

konsumen terdiri dari semua individu dan rumah tangga yang membeli atau

memperoleh barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.

Menurut E. Catur Rismiati dan Ig. Bondan Suratno (2001: 66) dalam

bukunya mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen adalah sebagai berikut:

1). Kebudayaan

2). Kelas sosial

3). Kelompok reverensi kecil

4). Keluarga

5). Pengalaman

6). Kepribadian

7). Sikap dan kepercayaan

(39)

Berikut uraian singkat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen,

yaitu:

1) Kebudayaan

Kebudayaan menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan

merupakan faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku

seseorang. Dalam kenyataannya perilaku manusia ditentukan oleh

kebudayaan.

2) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif lama dan

bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah

urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki minat,

nilai dan tingkah laku yang sama. Pada pokoknya masyarakat

dikelompokkan menjadi tiga golongan. Golongan itu adalah:

a) Golongan atas, seperti pengusaha kaya, pejabat tinggi.

b) Golongan menengah, seperti karyawan instansi pemerintah dan

pengusaha menengah.

c) Golongan rendah, seperti buruh pabrik, tukang becak, pegawai

rendah atau kecil

Dalam hal ini tidak berarti bahwa kelas atas lebih bahagia dari

kelas lainnya. Diantara kelas-kelas tersebut juga terdapat perbedaan secara

psikologis. Ini akan nampak pada saat mereka memberikan tanggapan

(40)

3) Kelompok Referensi Kecil

Kelompok sering digunakan sebagai pedoman oleh konsumen

dalam bertingkah laku. Kelompok di sini misalnya serikat buruh,

perkumpulan agama serta lingkungan rumah tangga. Masing-masing

kelompok memiliki pelopor yang dapat mempengaruhi anggota

kelompoknya. Maka menjadi tugas manajer pemasaran yakni untuk

mencari tahu siapa pelopor dalam suatu kelompok referensi kecil tersebut.

4) Keluarga

Dalam suatu keluarga masing-masing anggota memiliki sikap

pembelian yang berbeda akibat dari perbedaan selera dan keinginan.

Dalam hal ini perlu ditelusuri siapa yang mempengaruhi dalam membuat

keputusan.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam

bertingkah laku, dari perbuatannya di masa lalu seseorang dapat

mempelajari sesuatu, sebab dengan belajar orang memperoleh

pengalaman.

6) Kepribadian.

Dapat diartikan sebagai pola sikap individu yang dapat

menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Kepribadian

(41)

7) Sikap dan Kepercayaan

Dua kepribadian ini saling mempengaruhi, yang paling menonjol

adalah perasaan emosional seseorang terhadap suatu barang, jasa atau

merk produk.

8) Konsep Diri

Konsep diri merupakan pandangan untuk melihat kemampuan

dirinya dalam hal melakukan suatu pembelian. Dengan begitu seseorang

akan mengetahui sejauh mana dirinya bisa menjadi konsumen yang bisa

dengan tepat memanfaatkan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

7. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Marketing mix adalah istilah yang dikembangkan dan digunakan secara

gabungan dalam menentukan empat masalah yang terpisah yaitu produk,

lokasi, promosi dan harga. Marketing mix merupakan inti dari sistem

pemasaran perusahaan, yang secara definitif dapat dinyatakan sebagai

kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti sistem pemasaran

perusahaan yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem

distribusi (Catur dan Bondan, 2001: 63). Menurut Kotler (1997: 48)

Marketing Mix adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat

dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk meghasilkan respon

yang diinginkan pasar sasaran.

Tujuan dari diciptakan dan dilaksanakannya marketing mix adalah untuk

(42)

Berikut ini uraian dari strategi Marketing mix, yaitu:

a. Produk

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

mendapatkan perhatian, untuk dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang

dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan, meliputi barang fisik, jasa,

kegiatan, orang, tempat, organisasi dan ide-ide (Kotler, 1997: 48).

Dalam situasi persaingan, perusahan harus saling merebut pangsa pasar

yang ada (konsumen) karena konsumen akan memilih produk yang ada di

pasar disesuaikan dengan keinginan dan kemampuannya. Dalam jasa

transportasi darat produk utamanya adalah penyediaan fasilitas alat angkut

atau kendaraan.

b. Harga

Menurut Basu Swastha, Harga dapat didefinisikan sebagai sejumlah

uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya

(Catur dan Bondan, 2001: 215). Harga merupakan jumlah uang yang

harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk/jasa.

Dalam perekonomian, untuk mengadakan pertukaran atau mengukur nilai

suatu barang digunakan uang dan istilah yang dipakai adalah harga.

Jumlah uang yang digunakan dalam pertukaran mencerminkan tingkat

harga diri suatu barang. Apabila harga suatu produk yang dibeli konsumen

(43)

perusahaan berada pada tingkat yang memuaskan bila diukur ke dalam

nilai rupiah.

c. Lokasi

Usaha jasa transprotasi adalah jasa memindahkan orang atau barang

dari suatu tempat tertentu ke tempat yang lain. Penentuan lokasi yang

tepat berarti telah mengatasi setidaknya satu masalah yaitu pendistribusian

produk.

d. Promosi

Promosi dan publikasi secara sederhana bertujuan untuk memberitahu

kepada orang lain bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual.

Suksesnya kegiatan promosi tergantung kepada produk yang akan dijual,

apakah produk yang dipropagandakan itu benar-benar memenuhi

keinginan masyarakat sehingga dapat memenuhi harapan-harapannya.

Promosi meliputi setiap bentuk yang dibayar dari presentasi non-personal

dan promosi gagasan, barang-barang atau jasa-jasa oleh suatu sponsor

yang diketahui jelaslah bahwa promosi dapat diklasifikasikan menjadi dua

tipe utama yaitu iklan produk dan iklan institusional yang dibuat untuk

menciptakan sikap yang baik terhadap suatu lembaga. Oleh karena itu,

perhatian utama kita adalah terhadap suatu pemakaian iklan sebagai alat

penjualan. Oleh karena itu perlu menilai kesempatan untuk memanfaatkan

iklan konsumen, untuk dapat memanfaatkan kesempatan dan merangsang

(44)

maka faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai

berikut:

Kondisi Pertama, iklan akan lebih efektif jika perusahaan

mengikuti tren permintaan primer. Produk yang diberikan harus sesuai

dengan kebutuhan agar para konsumen segera memakai dan

mempercayainya sebagai pelanggan setia perusahaan dan bukan

sebaliknya. Kondisi kedua yang menentukan kesempatan perusahaan

untuk dapat mempengaruhi permintaaan ialah adanya kesempatan luas

untuk diferensiasi produk. Jika produk cukup dapat didiferensiasi, maka

besar kemungkinan iklan itu akan efektif. Sebaliknya, iklan tidak banyak

manfaatnya jika terdapat kecenderungan berbagai produsen menghasilkan

produk yang sama. Kondisi yang ketiga adalah peranan relatif dari

kualitas yang tersembunyi dari produk tersebut dari konsumen. Kualitas

yang tersembunyi ini adalah lawan dari kualitas yang dapat dilihat dan

dinilai. Jika kualitas yang tersembunyi itu ada, maka konsumen akan

cenderung mempercayai merek itu, dan iklan dapat digunakan untuk

mengasosiasikan adanya kualitas tersebut dengan mereknya. Sebaliknya,

jika ciri-ciri suatu produk yang penting bagi konsumen dapat dinilai pada

waktu pembelian, maka merek itu cenderung kehilangan sebagian

maknanya, dan iklan tidak dibutuhkan untuk membangkitkan asosiasi

mental mengenai ciri-ciri ini. Kondisi yang keempat adalah motif

(45)

kepada konsumen. Sebaliknya, jika daya-tarik yang kuat itu tidak dapat

dipakai secara efektif, maka kesempatan iklan itu tidak begitu bermanfaat.

Kondisi kelima yang penting adalah apakah operasi perusahaan

memberikan banyak iklan dan promosi produk untuk mencapai pasar yang

hendak dijangkau. Iklan haruslah dilaksanakan dalam skala cukup besar

untuk membuat kesan efektif terhadap pasarnya.

Setelah menilai kesempatan untuk memanfaatkan iklan konsumen,

maka sekarang eksekutif dapat menentukan peranannya dalam perpaduan

penjualan. Walaupun iklan konsumen mungkin merupakan satu-satunya

metode promosi yang dipakai dalam kasus-kasus tertentu yang luar biasa,

namun lebih lazim unsur-unsur penjualan lain seperti kewiraniagaan dan

usaha-usaha promosi stand, juga dimasukkan ke dalam promosi tersebut.

Proses penentuan metode yang akan dipakai ini dimulai dengan

penaksiran yang seksama terhadap kesempatan yang dapat memberikan

sumbangan berguna bagi tercapainya tujuan yang dikehendaki. Iklan

konsumen sebaiknya diutamakan dalam keadaan berikut:

Pertama, jika penilaian menunjukkan bahwa kondisi sangat baik untuk

mempengaruhi penilaian konsumen dan untuk menciptakan tindakan

pembelian yang cepat melalui iklan konsumen itu. Kedua, jika analisa

membawa kepada kesimpulan kewiraniagaan tidak penting dalam

pemasaran yang menguntungkan produk ini. Ketiga, jika usaha promosi

(46)

ternyata kurang memberikan harapan dalam meningkatkan penjualan

daripada iklan konsumen.

8. Kepuasan dan Loyalitas Konsumen

a. Kepuasan Pelanggan

Terdapat beberapa pendapat mengenai kepuasan pelanggan yang

dikemukakan oleh beberapa ahli. Zeithamal (2004) merumuskan kepuasan

konsumen sebagai “costomer’s evaluation of a product or service in terms

of whether that product or service has met their needs and expectation”.

Dengan demikian kepuasan konsumen merupakan perilaku yang terbentuk

terhadap barang atau jasa sebagai pembelian produk tersebut. Kepuasan

konsumen ini sangat penting karena akan berdampak pada kelancaran

bisnis atau perusahaan. Pelanggan yang merasa puas akan jasa/produk

yang digunakannya akan kembali menggunakan jasa/produk yang

ditawarkan (Jatmiko, 2006: 28). Hal ini akan membangun kesetiaan

pelanggan. Menurut Triatmojo (2006) berpendapat bahwa Kepuasan

pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan

kebutuhan pelanggan dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila

pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam

menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif.

Namun, definisi yang banyak diacu adalah dari Oliver (1997) yang

(47)

purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja alternatif produk/jasa yang

dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila

persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan, maka yang

terjadi adalah ketidakpuasan.

Pemahaman mengenai ketidakpuasan lebih dominan dibandingkan

dengan kepuasan pelanggan. Dalam hal ketidakpuasan, riset banyak

diarahkan pada aspek disonasi dan perilaku komplain. Disonasi berkaitan

dengan keragu-raguan atas pilihan dan keputusan pembelian yang telah

dilakukan. Dalam hal ini konsumen bimbang apakah dia telah memilih

produk yang tepat atau tidak.

b. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Menurut Triatmojo (http://triatmojo.wordpress.com), ada enam konsep

umum yang dipakai untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu:

1). Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya, yaitu dengan menanyakan

pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan

serta menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan

pelanggan keseluruhan atas jasa yang mereka terima dari para pesaing.

2). Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah.

Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan

pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai jasa perusahaan

berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau

(48)

pelanggan menilai jasa pesaing melalui atau berdasarkan item-item

spesifikasi yang sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan

dimensi-dimensi yang menurut mereka ada dikelompok penting dalam

menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.

3). Konfirmasi harapan. Dalam hal ini, kepuasan tidak diukur langsung,

melainkan disimpulkan berdasarkan kesesuaian antar harapan

pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan.

4). Minat pembelian ulang. Kepuasaan pelanggan diukur berdasarkan

apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang

sama yang dia konsumsi.

5). Kesediaan untuk merekomendasi. Cara ini merupakan ukuran yang

penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama,

seperti jasa pendidikan tinggi.

6). Ketidakpuasan pelanggan. Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain,

biaya garasi, word of mouth yang negatif, serta defections.

c. Loyalitas pelanggan

Loyalitas pelanggan menurut Dick dan Basu didefinisikan sebagai

komitmen pelanggan terhadap suatu merek dan pemasok, berdasarkan

sikap yang sangat positif dan tercemin dalam pembelian ulang yang

konsisten (dalam Fandi, 2000). Definisi ini mencakup dua hal penting,

yaitu loyalitas sebagai sikap. Kombinasi kedua komponen akan

(49)

dan tingkat loyalitas menurut Schnaars (dalam Saiful, 2008) akan

dihasilkan empat alternatif situasi yaitu failures, forced loyality, defectors,

dan successes. Kondisi failures dicirikan dengan kondisi tidak puas dan

tidak loyal. Forced loyality dicirikan dengan kondisi tidak puas, namun

ada perasaan terikat pada program promosi yang dicanangkan perusahaan

sehingga tetap menjadi loyal. Sedangkan defectors dicirikan sebagai

tingkat kepuasan yang tinggi, tetapi merasa tidak harus terikat dengan

produk tersebut, dan successes dicirikan sebagai konsumen yang merasa

puas dan memberikan word of mouth yang positif.

Loyalitas pelanggan sering dihubungkan dengan loyalitas merek. Ada

dua perspektif, yaitu perspektif perilaku dengan perspektif sikap.

Penjelasannya sebagai berikut:

1). Perspektif perilaku. Dalam perspektif ini, loyalitas merek diartikan

sebagai pembelian ulang suatu merek secara konsisten oleh pelanggan.

Dalam kenyataannya, jarang dijumpai pelanggan yang setia 100%

hanya pada merek tertentu. Oleh karena itu, loyalitas merek dapat

diukur misalnya melalui proporsi dan rentetan pembeli.

2). Perspektif sikap.Menurut Robbins(2006:169) sikap adalah pernyataan-

pernyataan atau penilaian evaluatif berkaitan dengan objek, orang atau

suatu peristiwa. Pembelian ulang tidak dapat menjelaskan apakah

konsumen benar-benar lebih menyukai merek tertentu dibandingkan

(50)

aspek lain. Oleh karena itu, dalam pengukuran loyalitas merek, sikap

pelanggan terhadap merek juga harus diteliti. Bila sikap pelanggan

lebih positif terhadap merek tertentu dibandingkan dengan

merek-merek lain, maka ia dapat dikatakan loyal terhadap merek-merek

bersangkutan.

B. Kajian Hasil Penelitian

Dari penelitian sebelumnya oleh Saiful Anton Prasetyo, (2008) Studi Kasus:

P.O Bejeu Jepara. “persepsi konsumen mengenai produk, promosi dan harga”

bertujuan untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai produk, promosi dan

harga. Peneliti menyimpulkan bahwa penumpang telah setuju dengan apa yang

dikeluarkan oleh perusahaan dengan kata lain perusahaan telah mampu memenuhi

kebutuhan konsumen pengguna jasa transportasi tersebut.

Namun konsumen lebih perhatian terhadap harapannya mengenai produk

yang telah dikeluarkan oleh perusahaan, sedangkan untuk atribut promosi

maupun harga kurang mendapatkan perhatian lebih dari konsumen. Hal ini terjadi

karena sebagian besar konsumen merupakan pelanggan, sehingga mereka akrab

dengan apa yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

C. Kerangka Berpikir

1. Persepsi konsumen mengenai produk dan tarif yang ditawarkan perusahaan

ditinjau dari jenis kelamin.

Konsumen yang berjenis kelamin wanita diduga memiliki persepsi

(51)

yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan kebanyakan dari kaum

laki-laki lebih senang dengan kesederhanaan suatu yang ditawarkan oleh

perusahaan jasa, sedangkan sebaliknya bagi wanita lebih senang dengan

penjelasan yang lebih kompleks dari perusahaan yang menawarkan jasanya

tersebut.

2. Persepsi konsumen mengenai produk dan tarif yang ditawarkan perusahaan

ditinjau dari tingkat pendapatan.

Pendapatan atau penghasilan tercermin dalam tingkat kemampuan

seseorang untuk bersosialisasi dengan sesamanya yang nampak dalam

pergaulan sehari-hari maupun tingkat kemampuan seseorang untuk

menunjukkan identitasnya sebagai makhluk sosial atau setidaknya mendapat

pengakuan dari masyarakat. Faktor tingkat pendapatan atau penghasilan tidak

lepas dari status sosial ekonomi, misalnya Penghasilan seseorang sangat

mempengaruhi pengeluaran seseorang. Dengan penghasilan yang tinggi,

seseorang tersebut dapat dikatakan memiliki pengeluaran yang tinggi pula

demikian juga sebaliknya. Pendapatan yang dimiliki konsumen akan dapat

mempengaruhi tanggapannya mengenai produk dan tarif yang ditawarkan

(52)

3. Persepsi konsumen mengenai produk dan tarif yang ditawarkan perusahaan

ditinjau dari tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi konsumen dalam

menggunakan jasa transportasi. Pendidikan melandasi perilaku seseorang

dalam menentukan pilihannya. Misalnya, Orang dengan pendidikan yang

tinggi cenderung lebih bisa mengendalikan dirinya dalam setiap tindakan

yang dilakukan, cenderung lebih cepat, tepat dan hati-hati dalam mengambil

keputusan. Hal ini dikarenakan orang yang berpendidikan tinggi pada

umumnya melihat siapa yang berbicara bukan apa yang dikatakan oleh orang

itu. Sedangkan, Orang dengan pendidikan yang rendah cenderung mudah

terpengaruh orang lain, tanpa memandang baik dan buruknya terlebih dahulu,

karena orang yang berpendidikan rendah pada umumnya menangkap

informasi secara mentah-mentah. Sehingga tingkat pendidikan yang dimiliki

seseorang dapat memberikan tanggapan yang berbeda terhadap produk dan

tarif jasa trnsportasi.

D. Hipotesis

1. Ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa

transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

2. Ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa

transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

3. Ada perbedaan persepsi konsumen mengenai produk dan tarif jasa

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan cara

mengadakan survei untuk mendapatkan tanggapan dari konsumen yang dijadikan

responden. Metode penelitian ini pada hakikatnya merupakan langkah untuk

menemukan secara spesifik apa yang tengah terjadi di masyarakat, dalam hal ini

konsumen yang diteliti. Dengan demikian kesimpulan yang ditarik hanya berlaku

bagi konsumen yang diteliti tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perusahaan Bus Trans Jogja dan penelitian

dilaksanakan pada bulan Juli 2010.

Adapun alasan mengambil di lokasi tersebut adalah :

1. Perusahaan dipandang sebagai perusahaan yang baru berdiri sehingga

perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan pelayanan guna

mendapatkan tempat di hati konsumen.

2. Mempunyai fasilitas yang memadai untuk kegiatan sarana transportasi.

3. Lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti, jaraknya antara ±

1 Km.

4. Untuk memperoleh informasi-informasi perusahaan yang bermanfaat bagi

konsumen khususnya para penumpang yang baru menggunakan jasa

(54)

transportasi Bus Trans Jogja dan konsumen yang ingin mengetahui

kondisi perusahaan sehingga konsumen dapat menerima layanan maupun

fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh perusahaan tersebut.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang terlibat dalam penelitian. Dalam hal ini,

mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan

penelitian ini yaitu Pimpinan, karyawan dan para penumpang Bus Trans Jogja.

Sedangkan objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan

dalam penelitian ini. Dalam hal ini adalah persepsi konsumen mengenai produk

dan tarif jasa transportasi dilihat dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan

tingkat pendidikan.

D Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Iqbal Hasan, 2002:

58). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang Bus Trans Jogja.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Ada beberapa

rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel. Untuk

(55)

pengambilan sampel dilakukan pada saat penumpang berada dalam bus,

sepanjang perjalanan, hingga penumpang sampai pada tempat tujuan.

Penelitian ini menggunakan 100 orang responden sebagai sampel yang

dipilih dengan menggunakan Accidental method yaitu metode pengambilan

sampel dengan cara memilih responden yang ditemui saat penyebaran

kuesioner, teknik ini digunakan karena jumlah populasi tidak terbatas,

mengingat para penumpang Bus Trans Jogja tidak bisa diketahui jumlahnya

secara tepat. Purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek

didasarkan atas ciri-ciri dan sifat tertentu yang dipandang mempunyai

hubungan erat dengan penelitian ini. Dengan kata lain, penelitian sampel ini

dilakukan secara subjektif mengambil sampel dengan anggapan bahwa

sampel yang diambil representative bagi penelitiannya (Suharsimi Arikunto,

1987: 107).

E. Variabel Penelitian

1. Jenis Variabel penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek penelitian atau

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.

a. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab.

(56)

1. Jenis kelamin

2. Tingkat pendapatan

3. Tingkat pendidikan

b. Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi akibat atau variabel tak bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah :

1. Persepsi konsumen terhadap produk jasa transportasi.

2. Persepsi konsumen terhadap tarif jasa transportasi.

2. Pengukuran Variabel

a. Pendapatan Konsumen

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima konsumen setiap

bulan. Dalam hal ini tingkat pendapatan digolongkan menjadi:

1) Sangat Tinggi lebih dari Rp. 1.500.000,00 skor 5

2) Tinggi antara Rp. 1.000.000,00- Rp. 1.500.000,00 skor 4

3) Sedang antara Rp.750.000,00- Rp.1.000.000,00 skor 3

4) Rendah antara Rp. 500.000,00- Rp.750.000,00 skor 2

5) Sangat rendah di bawah Rp.500.000,00 skor 1

b. Tingkat Pendidikan Konsumen

Tingkat pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh konsumen.

(57)

1) Lulus SD skor 1

2) Lulus SLTP skor 2

3) Lulus SMA, D I skor 3

4) Lulus D II, D III skor 4

5) Lulus SI / S2 skor 5

c. Jenis Kelamin Konsumen

Jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu pria dan wanita yang

memiliki perbedaan persepsi mengenai produk dan tarif jasa transportasi.

d. Persepsi Konsumen

Untuk mengukur persepsi konsumen terhadap produk dan tarif

ditinjau dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan

maka digunakan skala Likert. Dalam skala Likert pemberian skor

menggunakan empat kategori yaitu:

Tabel 3.1

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Kriteria Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

(58)

Tabel 3.2

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengadakan tanya

jawab langsung dengan subjek penelitian yang dikerjakan secara teratur dan

sistematis. Wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari

dokumen dan kuesioner.

2. Kuesioner

Dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan kepada konsumen

yang dijadikan responden. Daftar pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh

(59)

Daftar pertanyaan dibagikan kepada responden sesaat setelah bus

meninggalkan terminal dan hendak berhenti di Halte berikutnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan,

kutipan atau dokumen yang telah ada di perusahaan yang berhubungan

dengan objek penelitian.

G. Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengungkapkan data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 1986:56). Untuk

menguji instrumen penelitian maka digunakan pengujian validitas. Uji

validitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu instrumen alat ukur telah

menjalankan fungsi ukurnya. Menurut Sekaran (2003) validitas menunjukkan

ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu

skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya

dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto

(2002:146) untuk menguji validitas setiap item dalam penelitian digunakan

teknik product moment, dengan rumus sebagai berikut :

N. ∑ X Y - ∑ X . ∑ Y

(60)

Keterangan :

N = Total Responden

X = Skor dari setiap item

Y = Skor total seluruh item

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan

tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya, harga

koefisien korelasi (r xy) ini dibandingkan dengan harga r tabel. Jika r hitung

lebih besar atau sama dengan r tabel, maka butir soal tersebut valid.

Sebaliknya, apabila harga r hitung lebih kecil dari r tabel, berarti butir soal

tersebut tidak valid.

Uji validitas dilakukan pada responden Pengguna jasa Bus Trans Jogja

sebanyak 30 orang diluar dari responden sampel penelitian. Pengujian

dilaksanakan dengan menggunakan program SPSS 12 for wondows. Dengan

taraf signifikan 5%, apabila rhitungsuatu item pertanyaan lebih besar dari pada

rtabel maka item kuesioner tersebut dianggap valid. Untuk menentukan nilai

rtabel dengan df sama dengan jumlah kasus dikurangi 2, dalam kasus ini df

30-2 = 30-28 dengan taraf signifikan 5% maka didapat nilai rtabel 0,239. Berikut ini

disajikan rangkuman hasil pengujian validitas butir-butir pertanyaan untuk

(61)
(62)

Tabel 3.4

Rangkuman pengujian validitas produk

No Item Validitas Keterangan r hitung r tabel

Rangkuman pengujian validitas Tarif

(63)

18 0,510 0,239 Valid 19 0,473 0,239 Valid 20 0,482 0,239 Valid 21 0,360 0,239 Valid 22 0,480 0,239 Valid

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji validitas setiap

pertanyaan adalah vailid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) berhubungan erat dengan taraf kepercayaan

suatu instrumen. Instrumen dikatakan andal atau mempunyai taraf

kepercayaan tinggi jika dapat mengetahui hasil yang sesuai serta stabil

(Suharsimi Arikunto, 1986 : 81). Untuk memperoleh koefisien reliabilitas

digunakan persamaan Alpha Cronbach (Husein,2002:125):

ri= ⎥

ri : Reabilitas Instrument k : Jumlah butir pertanyaan

2

Menurut Nunnaly (1969), jika hasil perhitungan Cronbach-alpha di

atas nilai 0,60 maka dikatakan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah

(64)

dengan jumlah 30 responden diperoleh dengan hasil koefisien alpha sebesar

0,796 untuk instrument persepsi konsumen terhadap produk dan 0,749 untuk

instrumen persepsi konsumen terhadap tarif. Dengan demikian instrumen

yang digunakan untuk mengukur persepsi konsumen terhadap produk dan

tarif jasa Bus Trans Jogja dinyatakan reliabel (handal).

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan

uji prasyarat, yaitu:

a. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji analisis data terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas data. Tujuan pengujian

normalitas ini untuk mengetahui apakah kondisi masing-masing

variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini

menggunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov dengan rumus

sebagai berikut:

D = Maksimum Fo (x)- Sn (x)

Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan

Fo = Distribusi kumulatif teoritis

(65)

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan program

SPSS 12 for windows. Kriteria pengujian normalitas yaitu jika harga

asmp.sig (2-tailed) lebih besar dari alpha (σ) 0,05 berarti distribusi

data tidak menyimpang dari distribusi normal (data berdistribusi

normal). Sedangkan jika asymp. sig (2-tailed) lebih kecil dari alpha

(σ) 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk memeriksa apakah data yang

diperoleh memenuhi syarat yaitu data masing-masing kelompok yang

diuji perbedaannya memiliki varians homogen. Adapun kriteria

pengujian homogenitas adalah jika taraf signifikansi lebih besar dari

0,05 maka datanya homogen. Sebaliknya jika taraf signifikansi lebih

kecil dari 0,05 maka datanya tidak homogen.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini, langkah-langah yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Persentase

Analisis ini digunakan untuk mengetahui karakteristik

konsumen dilihat dari jenis kelamin, tingkat pendapatan dan tingkat

pendidikan. Dengan membandingkan ukuran persentase jawaban

(66)

analisis dapat diperoleh berdasarkan persentase tertinggi. Adapun

rumus untuk melihat persentase dari Supramono dan Sugiarto (1992:

35) sebagai berikut:

A

A+B%= x 100 % A + B

Keterangan :

A = Jumlah responden yang diteliti

A+B = Total responden

A+B % = Nilai persentasi jawaban responden

b. Perumusan hipotesis

Ho1 = Tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen

terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

Ha1 = Ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap

atribut jasa transportasi ditinjau dari jenis kelamin.

Ho2 = Tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen

terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat

pendapatan.

Ha2 = Ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen terhadap

atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat pendapatan.

Ho3 = Tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi konsumen

terhadap atribut jasa transportasi ditinjau dari tingkat

Gambar

Tabel 5.9  Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Berdasarkan Tingkat Pendidikan................................................................................
Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 3.5 Rangkuman pengujian validitas Tarif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi orangtua, memberikan informasi mengenai perbedaan stres pada pengguna narkoba ditinjau dari jenis kelamin dan akibat yang akan diderita oleh pengguna narkoba,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan kecenderungan burnout perawat di rumah sakit Islam Surakarta yang ditinjau dari jenis kelamin. (2) Perbedaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas figural ditinjau.. dari jenis

judul “ Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin ”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan jasa kredit yang diberikan PD BPR BKK Kertek ditinjau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa (sig 0,722 > 0,05), (2) tidak ada

Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk melihat adanya perbedaan tingkat kelekatan mahasiswa yang ditinjau dari jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan serta