• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN M EMBACA BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN M EMBACA BAHASA INDONESIA SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN 2"

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

DALAM PEMBELAJARAN M EMBACA BAHASA INDONESIA

SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN

2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Maria Anna Yessu Widyaswari 081224038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

DALAM PEMBELAJARAN M EMBACA BAHASA INDONESIA

SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN

2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Maria Anna Yessu Widyaswari 081224038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada

Tuhan Yesus, Bunda Maria, bapak , ibu, kakakku, dan adikku

tercinta yang selalu memberikan doa dan semangat dalam

(6)

v

MOTTO

Ia seperti pohon, yang ditanan di tepi aliran air, yang menghasilkan

buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang

diperbuatnya berhasil

(Mazmur 1:3)

Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan

menyelesaikannya

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Widyaswari, Maria Anna Yessu. 2012. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Membaca Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Semester 1 dan 2. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana model pengembangan pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran membaca b ahasa Indonesia siswa SMP Kanisius Gayam Yogyakarta kelas VII semester 1 dan 2?” Penelitian ini bertujuan menghasilkan suatu produk berupa modul pembelajaran membaca bahasa Indonesia yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Produk yang dihasilkan ditujukan un tuk memenuhi kebutuhan siswa kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta berkenaan dengan keterampilan membaca dan nilai -nilai pendidikan karakter.

Penelitian diawali dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan yang digunakan berupa kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang digunakan peneliti adalah kuesioner persepsi siswa terhadap pendidikan karakter untuk mengetahui tingkat pemahaman tentang nilai -nilai karakter. Tujuan peneliti melakukan wawancara adalah untuk mengetahui kebutuhan siswa terutama mengenai nilai-nilai karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek membaca.

Model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan produk disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pedoman pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa di sekolah . Materi pembelajaran yang akan dicantumkan dalam modul disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tertera dalam KTSP.

Modul yang dihasilkan peneliti terdiri atas sepuluh unit . Setiap unit terdiri atas 1 atau 2 nilai karakter. Jumlah populasi pada saat penelitian adalah 32 orang siswa. Kompetensi dasar yang diuji coba adalah 3.1 menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca memindai . Berdasarkan hasil uji coba diperoleh kritik dan saran dari penilai baik siswa maupun guru terhadap kekurangan produk. Kritik dan saran digunakan peneliti untuk merevisi produk.

(10)

ix ABSTRACT

Widyaswari, Maria Anna Yessu. 2012. Integrated Character in Reading S kill of Indonesian Language of J unior High School Grade VII Semester 1 and 2. Thesis. Yogyakarta: Language Education Study Program, Indonesian and Local Letters, Faculty of Education and Teacher Training, SanataDharmaUniversityYogyakarta.

This is research development. The problem formulation in this research is “how is the developing model of the integrated character education in reading skill of Indonesian Language of Kanisius Gayam Ju nior High School students in grade VII semester 1 and 2?” This research aims to produce a product in the form of a module of reading subject of Indonesian language which is integrated to the character education. The product produced is to fulfill the needs of Kanisius Gayam Yogyakarta students in grade VII related to reading skill and character education values.

This research was started with doing the need analyses. The need analyses used were in the form of questionnaire and interview. The questionnaire used by the researcher was the questionnaire of students’ perception towards character education to figure out the level of understanding about the character values. The researcher’s aim to do the interview was to figure out the students’ needs mainly for the integrated character values in Indonesian language learning especially for reading.

The learning model which was used to develop the product was adjusted to School-Based Curriculum (KTSP) and the guidance of cultural education and national character development. The learning materials which will be attached in module are adjusted to Competence Standard and Basic Competence that exist in KTSP.

The module which was produced consists of 10 units. Every unit consists of 1 or 2 character value(s). The amou nt of the population when the researcher did the research was 32 students. The basic competence tested is 3.1 finding a current word in dictionary quickly and accurately in an intended context through scanning activity. Based on test result, it got the cri ticism and suggestions from the assessors (both the students and the teacher) towards the lack of the product. The criticism and suggestions are used for the researcher to revise the product.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Ya ng Maha Esa atas segala penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Membaca Bahasa Indonesia Siswa SMP Kelas VII Semester 1 dan 2” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi s alah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan nya dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini member ikan bantuan, bimbingan, nasihat, motivasi, doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu , penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSID yang telah memberikan

motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

(12)

xi

4. Kepala sekolah SMP Kanisius Gayam Yogyakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Bernadeth Widyaningrum, S.Pd., selaku guru mata pelajara n bahasa Indonesia kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi sebelum pelaksanaan penelitian dan membantu penulis dalam pengambilan data.

6. Seluruh dosen PBSID yang sudah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis selamastudydi PBSID.

7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku -buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.

8. Karyawan sekretariat PBSID yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian skripsi.

9. Siswa-siswi kelas VII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan baik selama penulis melakukan penelitian .

10. Orang tua saya tercinta St. Paeno dan M. Mariam, S.Pd., terima kasih atas doa dan dukungannya, baik secara spiritual maupun mater ial yang telah bapak dan ibu berikan.

11. Kakakku tercinta Richardus Naraswara dan adikku tercinta Oscar Megaswara, Restituta Endrasvera yang banyak memberikan motivasi. 12. Hendrikus Rigen Sinatrio yang selalu mengingatkan, mendampingi,

membantu, memotivasi, dan memberikan doa selama pengerjaan skripsi. 13. Teman-teman PBSID Angkatan 2008 yang banyak memberikan informasi

(13)
(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... .... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv

MOTTO... ... ... . v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vii

ABSTRAK... ... ... viii

ABSTRACT... ... ... ix

KATA PENGANTAR... ... ... x

DAFTAR ISI... ... ... xiii

DAFTAR TABEL... ... ... xvii

DAFTAR BAGAN... ... ... xix

DAFTAR LAMPIRAN... ... ... xx

BAB I PENDAHULUAN... ... .. 1

1.1 Latar Belakang ... ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... ... ... 5

(15)

xiv

1.5 Manfaat Penelitian ... ... ... 6

1.6 Batasan Istilah ... ... ... 6

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... ... 7

1.8 Sistematika Penyajian ... ... ... 7

BAB II LANDASAN TEORI... ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... ... ... 9

2.2 Pembelajaran Bahasa ... ... ... 11

2.3 Teori Pembelajaran Membaca ... ... 13

2.3.1 Hakikat Membaca ... ... ... 13

2.3.2 Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ... 14

2.3.3 Tujuan Membaca ... ... ... 14

2.3.4 Jenis-jenis Membaca ... ... ... 15

2.4 Evaluasi Pembelajaran Membaca ... ... 16

2.4.1 Penekanan Tes Kompetensi Membaca ... ... 18

2.4.2 Bahan Tes Kompetensi Membaca ... ... 18

2.4.3 Pembuatan Tes Kompetensi Membaca ... ... 22

2.5 Kategori Keluaran Belajar Menurut Bloom ... .... 32

2.5.1 Ranah Kognitif ... ... ... 32

2.5.2 Ranah Afektif ... ... ... 32

2.5.3 Ranah Psikomotorik ... ... .... 33

2.6 Pendidikan Psikologi Kognitif dan Konstruktivisme ... 33

2.6.1 Perkembangan Kognitif Anak ... ... 33

(16)

xv

2.6.3 Implikasi Teori Konstruktivisme ... ... 38

2.7 Pembelajaran Membaca SMP Kelas VII Semester 1 dan 2 ... 39

2.8 Pendidikan Karakter ... ... ... 42

2.8.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... ... 42

2.8.2 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter ... ... 44

2.8.3 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... ... 46

2.9 Pengintegrasian Pendidikan Karakter ... ... 49

2.10 Pengembangan Materi ... ... ... 54

2.11 Kerangka Berpikir ... ... ... 61

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN... .. 63

3.1 Jenis Penelitian ... ... ... 63

3.2 Model Pengembangan ... ... ... 63

3.3 Prosedur Pengembangan ... ... 64

3.4 Uji Coba Produk ... ... ... 69

3.5 Desain Uji Coba ... ... ... 69

3.6 Subjek Uji Coba ... ... ... 69

3.7 Jenis Data ... ... ... 69

3.8 Instrumen Pengumpulan Data ... ... 70

3.9 Teknik Analisis Data ... ... ... 70

3.10 Output Penelitian ... ... ... 71

BAB IV HASIL ANALISIS DATA ... ... 72

4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... ... 72

(17)

xvi

4.3 Hasil Wawancara Guru dan Pemaknaannya ... ... 94

4.4 Wawancara Siswa dan Pemaknaannya ... ... 99

4.5 Pembahasan Persepsi Siswa ... ... 105

4.6 Pembahasan Hasil Wawancara dengan Guru ... ... 125

4.7 Pembahasan Hasil Wawancara deng an Siswa... .... 133

4.8 Pengembangan Produk ... ... ... 140

BAB V PENUTUP... ... ... 162

5.1 Kesimpulan ... ... ... 168

5.2 Saran... ... ... . 169

DAFTAR PUSTAKA... ... ... 172

LAMPIRAN... ... ... 175

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembelajaran Membaca dalam KTSP Semester 1 ... 41

Tabel 2.2 Pembelajaran Membaca dalam KTSP Semester 2 ... 42

Tabel 2.3 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... ... 48

Tabel 2.4 Pemetaan Subbab Buku ... ... 51

Tabel 4.1 Persepsi Siswa terhadap Nilai Religius ... ... 74

Tabel 4.2 Persepsi Siswa terhadap Nilai Religius ... ... 74

Tabel 4.3 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kejujuran ... ... 75

Tabel 4.4 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kejujuran ... ... 76

Tabel 4.5 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kejujuran ... ... 76

Tabel 4.6 Persepsi Siswa terhadap Nilai Toleransi ... .... 77

Tabel 4.7 Persepsi Siswa terhadap Nilai Toleransi ... .... 78

Tabel 4.8 Persepsi Siswa terhadap Nilai Disiplin ... ... 78

Tabel 4.9 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kerja Keras ... 79

Tabel 4.10 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kerja Keras ... 80

Tabel 4.11 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kreatif ... ... 81

Tabel 4.12 Persepsi Siswa terhadap Nilai Man diri... ... 81

Tabel 4.13 Persepsi Siswa terhadap Nilai Mandiri ... ... 82

Tabel 4.14 Persepsi Siswa terhadap Nilai Demokratis ... 83

Tabel 4.15 Persepsi Siswa terhadap Nilai Rasa Ingin Tahu ... 83

Tabel 4.16 Persepsi Siswa terhadap Nilai Semnagat Kebangsaan ... 84

(19)

xviii

Tabel 4.18 Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Tanah Air ... 85

Tabel 4.19 Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Tanah Air ... 86

Tabel 4.20 Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Tanah Air ... 86

Tabel 4.21 Persepsi Siswa terhadap Nilai Menghargai Prestasi ... 87

Tabel 4.22 Persepsi Siswa terhadap Nilai Menghargai Prestasi ... 88

Tabel 4.23 Persepsi Siswa terhadap Nilai Bersahabat/Komunikatif ... 89

Tabel 4.24 Persepsi Siswa terhadap Nilai Bersahabat/Komunikatif ... 89

Tabel 4.25 Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Damai ... 90

Tabel 4.26 Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Damai ... 91

Tabel 4.27 Persepsi Siswa terhadap Nilai Gemar Membaca ... 91

Tabel 4.28 Persepsi Siswa terhadap Nilai Peduli Sosial ... 92

Tabel 4.29 Persepsi Siswa terhadap Nilai Peduli Lingkungan ... 93

Tabel 4.30 Persepsi Siswa terhadap Nilai Tanggung Jawab ... 94

Tabel 4.31 Pemetaan Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Membaca ... ... ... 148

(20)

xix

DAFTAR BAGAN

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Persepsi Siswa ... ... 175

Lampiran 2 Kuesioner Wawancara dengan Guru ... .... 182

Lampiran 3 Kuesioner Wawancara dengan Siswa ... .. 183

Lampiran 4 Persepsi Guru dan Siswa terhadap Modul ... 184

Lampiran 5 Silabus Pembelajaran ... ... 186

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(23)

pelan-pelan makin hilang dan tampaknya kurang begitu mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan pendidik (Koesoema, 2007:118).

Tak dipungkiri pula, secara realita a da juga beberapa orang yang seharusnya dapat menjadi panutan, tetapi justru melak ukan kejahatan dan tindakan yang merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti terorisme, korupsi, dan diskriminasi etnis. Salah satu faktor penyebabnya adalah gagalnya pendidikan sejak jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Padahal sebenarnya di sekolah sudah ada mata pelajaran yang seharusnya menanamkan nilai-nilai kebajikan, seperti PKn, agama, dan juga bahasa Indonesia. Akan tetapi, pada kenyataannya di sekolah mata pelajaran tersebut hanya mengajarkan pengetahuan yang bersifat hafalan dan intelektualisasi. Sementara itu aspek afektif tidak mendapat porsi yang memadai. Keseimbangan domain afektif, kognitif, dan psikomotorik harus diperhatikan. Dengan keseimbangan ketiga hal tersebut, diharapkan k eluaran lembaga pendidikan akan jauh lebih baik.

Salah satu contoh misalnya yang terjadi di Yogyakarta, b erita yang dimuat oleh seputar-indonesia.com (SINDO) (23/01/12) cukup membuat terperanjat dengan judul tulisan Yogya Kota (Geng) Pelajar (tanpa tanda tanya). Pemberitaan tersebut menyebutkan terdapat 60 geng pelajar yang masih eksis .

Selain itu, terdapat indikasi -indikasi kesalahan yang terjadi di bangsa Indonesia (Kesuma, dkk., 2011:2 -3) sebagai berikut.

(24)

kalangan remaja, tawuran pelajar, peredaran foto, dan video porno pada kalangan pelajar, dan sebagainya. Data hasil survey mengenai seks bebas di kalangan remaja Indonesia menunjukkan 63% remaja Indonesia melakukan seksbebas (www.wahdah.or.id/wis/index2.php?option=com_content&do_pdf ). Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak -Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil survai oleh sebuah lembaga survai yang mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2008. Sedangkan remaja korban narkoba di Indonesia ada 1,1 juta orang atau 3,9% dari total jumlah korban (http://hizbut-tahrir.or.id/2009/12/01/jabar -masih-darurat-hivaids-dan-seksbebas/.).

2. Rusaknya moral bangsa dan menjadi akut (korupsi, asusila, kejahatan, tindakan kriminal pada semua sektor p embangunan, dll). Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2009 ini naik menjadi 2,8% dari 2,6% pada tahun 2008. Dengan skor ini, peringkat Indonesia terdongkrak cukup signifikan, yakni berada di urutan 111 dari 180 negara (naik 15 posisi dari tahun lalu) yang disurvai IPK -nya oleh Transparancey International (TI).

Berdasarkan kasus di atas, sangat disayangkan ternyata dunia pendidikan belum mampu mengatasi secara penuh tekanan yang ada. Penerapan nilai karakter melalui pendidikan merupaka n kebutuhan asasi dalam rangka membentuk watak anak didik yang bermartabat.

(25)

Selain keluarga, ada pihak lain yang juga bertanggungjawab untuk mengembangkan kemampuan, mencerdaskan anak, dan membentuk karakter anak yaitu adanya pendidikan formal. Pendidikan formal harus mampu membawa generasi muda bangsa menuju budaya moral yang lebih baik. Pendidikan formal yang dimaksud adalah sekolah.

Saat ini sekolah di Indonesia menggunakan sistem pendidikan KTSP 2006. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam KTSP adalah pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran pokok untuk semua jenis tingkatan pendidikan di Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia juga menuntut siswa untuk menguasai pengetahuan bahasa, keterampilan berbahasa, dan kesusastraan secara baik dan seimbang. Keterampilan berbahasa mencakup subaspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Penelitian ini akan dibatasi pada aspek membaca.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak d isampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Keterampilan membaca yang akan digunakan merupakan bagian dari proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di pendidikan formal.

(26)

kondisi, dan juga kebutuhan siswa maupun sekolah. Berdasarkan alasan ini, salah satu model yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan pendidikan ka rakter ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sebagai modelnya, pendidikan karakter akan diintegrasikan dengan pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa SMP kelas VII semester I dan II. Implementasi model pendidikan karakter dapat difokuskan pada pengembangan materi pelajaran yang didalamnya mengandung nilai -nilai karakter, seperti ketaatan melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya, mengamalkan ajaran agama ke dalam kehidupan sehari -hari dan sebagainya. Semua itu dapat dirancang secara sistematis dan terpadu mela lui pengembangan buku teks bahasa Indonesia.

Cara ini diharapkan dapat membantu untuk mencerdaskan seorang anak tidak hanya dari segi kognitif dan psikomotorik, tetapi seimbang dengan segi afektif. Generasi muda bangsa diharapkan dapat membentuk wataknya untuk memperkuat jati diri bangsa melalui pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dipecahkan sebagai berikut: Bagaimana model pengembangan pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran membaca Bahasa Indonesia siswa SMP

Kanisius Gayam Yogyakarta kelas VII semester 1 dan 2?

1.3 Tujuan Penelitian

(27)

SMP kelas VII semester I dan II.

1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam pen elitian ini adalah buku teks pembelajaran membaca bahasa Indonesia SMP kelas VII semester I dan II, yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.

1.5 Manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah:

1.5.1 Penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai salah satu model pengembangan materi pembelajaran membaca yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.

1.5.2 Penelitian pengembangan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan keilmuan terutama di bidang pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan juga sebagai dasar pijakan untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Definisi Istilah

Istilah pokok yang harus dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Pengembangan

(28)

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk memfasilitasi peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai -nilai karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah pada semua bidang urusan (Kemendiknas, 2011).

3. Keterampilan Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1984:7).

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini hanya terbatas pada pengembangan buku teks pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pembelajaran membaca bahasa Indonesia untuk siswa SMP kelas VII semester 1 dan 2.

1.8 Sistematika Penyajian

Bab I adalah pendahuluan. Pendahul uan berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) spesifikasi produk yang diharapkan, (5) manfaat penelitian, (6) definisi istilah, (7) ruang lingkup penelitian, dan (8) sistematika penyajian.

(29)

dalam menyusun penelitian pengembangan buku teks pendidikan k arakter yang terintegrasi dalam pembelajaran membaca bahasa Indonesia siswa SMP Kanisius Gayam Yogyakarta kelas VII semester 1 dan 2.

Bab III adalah metode pengembangan. Metode pengembangan berisi (1) jenis penelitian, (2) model pengembangan, (3) prosedur pengembangan, (4) uji coba produk, (5) desain uji coba, (6) subjek uji coba, (7) jenis data, (8) i nstrumen pengumpulan data, (9) teknik analisis data, dan (10) output penelitian .

Bab IV dipaparkan tentang laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian berisi tentang, (1) Persepsi siswa terhadap pendidikan karakter dan pemaknaannya, (2) Wawancara dengan Guru dan Pemaknaannya, (3) Wawancara dengan Siswa dan Pemaknaannya, (4) Pembahasan persepsi Siswa ter hadap pendidikan karakter, (5) Pembahasan hasil wawancara dengan guru, (6) Pembahasan hasil wawancara dengan siswa, (7) Dasar pengembangan buku teks, (8) Hasil uji coba produk, dan (9) Hasil buku teks pendidikan k arakter.

(30)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Bagian landasan teori dipaparkan teori -teori yang relevan dengan topik penelitian pengembangan.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan yang dilakukan penulis ada empat skripsi dari mahasiswa PBSI D Universitas Sanata Dharma. Keempat penelitian tersebut disusun oleh Nuring Wahyu Bayu Ratri (2002), Kalsum Muhammad Yusuf Kalubu (2004), Trivonia Merlin Rodriques (2005), dan Ervina Rollanda BW (2007).

Nuring Wahyu Bayu Ratri (2002) melakukan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

(31)

Ekonomi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuring Wahyu Bayu Ratri (2002), dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan materi pembelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian yang relevan untuk pengemba ngan materi pembelajaran membaca pernah dilakukan oleh Kalsum Muhamad Yusuf Lasubu (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Materi Pembelajaran Keterampilan

Membaca Dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas I SMU Tiga

Maret (GAMA) Yogyakarta Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Peneliti menggunakan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes uraian dan pilihan ganda. Instrumen non tes berupa kuesioner untuk siswa, guru b idang studi, dan dosen pembimbing. Peneliti menggunakan model pengembangan menurut Jerold Kemp. Produk yang akan dihasilkan berupa materi pembelajaran membaca berdasarkan kurikulum KBK versi 2002. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan materi pembelajaran membaca bahasa Indonesia.

Trivonia Merlin Rodriques (2005) melakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Membaca Mata Pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X Semester I di SMA St. Paulus Pajang

(32)

dengan indikator yang disesuaikan dengan kekhasan sekolah tempat penelitian. Data analisis kebutuhan diperoleh dari kuesioner dan wawancara. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan materi pembelajaran membaca bahasa Indonesia.

Penelitian relevan pernah dilakukan oleh Ervina Rollanda B.W (2007) dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Silabus & Materi Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Berdasar kan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Untuk Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Tarakan Kalimantan Timur” sebagai bukti jika sudah pernah ada penelitian pengembangan yang didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Penelitian ini merupakan penelitia n pengembangan berdasarkan kurikulum 2006 atau yang disebut juga dengan KTSP. Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya silabus dan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk sekolah menengah atas kelas X semester 2 berdasarkan kurikulum 2006 ata u KTSP di SMA Negeri I Tarakan Kalimantan Timur. Peneliti memperoleh data menggunakan kuesioner dan wawancara. Penelitian ini relevan karena menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mengembangkan materi pembelajaran bahasa Indonesia.

2.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia

(33)

pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku -buku, papan tulis, dan kapur, fot ografi, slide dan tum, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Menurut Dimyati (2002:159) pembelajaran berarti meningkatkan kemampuankemampuan kognitif, afektif dan keterampilan siswa. Kemampuan kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan perolehan pengalaman -pengalaman belajar sesuatu. Perolehan -pengalaman merupakan suatu pr oses yang berlaku secara deduktif atau induktif atau proses yang lain.

Proses pembelajaran menurut KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing -masing satuan pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruan g cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkemba ngan fisik serta psikologis peserta didik (Mulyasa, 2006: 245).

(34)

2.3 Teori Pembelajaran Membaca

2.3.1 Hakikat Membaca

Berdasarkan pembahasan yan g sudah dipaparkan di atas, pembelajaran yang dimaksudkan adalah pembelajaran membaca. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata -kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Menurut Sabarti Akhadiah dkk. (1993: 22) membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata -kata, menghubungkan bunyi serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

Anderson, dkk. dalam Sabarti Akhadiah (1993: 22) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Untuk dapat membac a suatu bacaan, seseorang harus dapat menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya.

(35)

2.3.2 Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Membaca Sebagai suatu keterampilan berbahasa merupakan suatu keterampilan yang kompleks, Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:

1) Pengenalan terhadap akasara s erta tanda-tanda baca

2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur -unsur linguistik yang formal.

3) Hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna / meaning (Broughton [et al]; 1978 : 90 melalui Tarigan ; 1983 : 10)

2.3.3 Tujuan Membaca

(36)

2.3.4 Jenis-Jenis Membaca

Membaca terdiri dari bebe rapa jenis. Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca proses membaca dibagi atas membaca nyaring dan membaca dalam hati (Tarigan, 1984:22).

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama -sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Membaca dalam hati adalah membaca dengan mempergunakan ingatan visual karena dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan; penglihatan) dan ingatan. Da lam garis besarnya membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan membaca intensif.

Berikut ini akan dijelaskan secara lebih terperinci. 1) Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca enkstensif meliputi pula:

a) Membaca survey (survey reading)

Membaca survey adalah membaca dengan memeriksa indeks, daftar kata, memeriksa judul-judul bab, meneliti bagan, skema, dan outlinebuku. b) Membaca sekilas

(37)

c) Membaca dangkal

Membaca dangkal atau superficial reading adalah membaca dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak bersifat mendalam dari suatu bahan bacaan.

2) Membaca Intensif

Membaca intensif atauintensive readingadalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.

Dalam penelitian ini akan difokuskan pada keterampilan membaca karena peneliti akan mengembangkan materi pembelajaran membaca terutama ya ng ada pada SK dan KD kelas VII Semester I dan II . Hal ini dikarenakan dalam membaca suatu cerita dibutuhkan ketelitian. Jika tidak, makna atau informasi yang terkandung dalam cerita tersebut tidak akan diterima dengan baik.

2.4 Evaluasi Pembelajaran Membaca

(38)

Tanpa adanya suatu penilaian, kita tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif.

Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Jika dalam kegiatan menyimak diperlukan pengetahuan tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dal am kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan. Kegiatan membaca merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat resptif kedua (pembaca) bersifat tidak langsung, yaitu melalui lambang tulisan.

Dalam dunia pendidikan aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar -tawar. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan peserta didik dan terlebih lagi mahasiswa didik melalui aktivitas membaca. Keberhasilan studi seseorang akan sang at ditentukan oleh kemampuan dan kemauanmembacanya.

(39)

2.4.1 Penekanan Tes Kompetensi Membaca

Pada kenyataannya ada banyak tujuan orang membaca, misalnya karen a ingin memeroleh dan menanggapi informasi, memerluas pengetahuan, memeroleh hiburan dan menyenangkan hati, dan lain -lain. Demikian juga ada sekian macam ragam bacaan yang biasa dibaca orang seperti membaca koran dan majalah, buku literatur, table, iklan, sastra (fiksi, puisi, drasma), dan lain -lain.

Tujuan pembelajaran membaca di sekolah juga bermacam -macam yang secara ringkas dapat dilakukan dengan jenis membaca yang diajarkan. Namun, tanpa bermaksud meremehkan pentingnya berbagai tujuan membaca di atas, membaca pemahaman tampaknya yang paling penting dan karenanya harus mendapat perhatian khusus. Kompetensi pemahaman terhadap berbagai ragam teks yang dibaca tidak akan dipe roleh secara cuma-cuma tanpa ada usaha untuk meraihnya. Untuk meraih kompetensi membaca yang baik, kemampuan dan kemauan membaca mesti baik pula.

2.4.2 Bahan Tes Kompetensi Membaca

(40)

a) Tingkat Kesulitan Wacana

Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekompleksan kosakata dan struktur serta kadar keabstrakan informasi yang dikandung. Secara umum orang mengatakan bahwa wacan a yang baik untuk bahan tes kompetensi membaca adalah wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Jumlah dan atau tingkat kesulitan kosakata pada umumnya dipergunakan untuk menentukan (meramalkan) tingkat kesulitan wacana. Prosedur memerkirakan tingkat kesulitan wacana yang dapat dilakukan guru sendiri adalah dengan teknik cloze. Wacana yang akan diketahui tingkat kesulitannya, diteskan dalam bentuk close test. Jika rata-rata jawaban betul peserta didik minimal 75%, wacana yang bersangkutan dinyatakan mudah. Sebaliknya, jika rata -rata betul kurang dari 20%, wacana itu dinyatakan sulit bagi peserta didik yang bersangkutan.

b) Isi Wacana

(41)

selektif menghindari bacaan -bacaan yang bersifat kontra d an kontroversial.

c) Panjang Pendek Wacana

Wacana yang diteskan untuk membaca pemaha man sebaiknya tidak terlalu panjang. Beberapa wacana yang pendek lebih baik daripada sebuah wacana yang panjang, sepuluh butir tes dari tiga atau empat wacana lebih baik daripada hanya dari sebuah wacana panjang.

Wacana pendek yang dimaksudkan di atas dap at berupa satu atau dua alinea, atau kira-kira sebanyak 50 sampai 100 kata. Wacana pendek bahkan dapat hanya terdiri dari satu atau dua kalimat, satu pernyataan, yang kemudian dibuat parafrasenya.

d) Jenis Wacana

Wacana yang dipergunakan sebagai bahan untuk tes kompetensi membaca dapat wacana yang berjenis prosa nonfiksi, dialog, teks kesusastraan, table, diagram, iklan, dan lain -lain. Pada umumnya wacana yang berbentuk prosa yang banyak dipergunakan orang, tetapi jika dimanfaatkan secara tepat, berbagai jeni s wacana tersebut dapat sama -sama efektif.

1) Wacana Prosa Nonfiksi

(42)

diambil buku literature, buku pelajaran, majalah, jurnal, surat kabar, dan sebagainya.

2) Wacana Dialog

Wacana bentuk dialog adalah wacana yang berisi percakapan. Percakapan tersebut dapat berupa percakapan dalam berbagai konteks termasuk telepon, namun sebaiknya dipilih percakapan formal atau setidaknya semiformal.

3) Wacana Kesusastraan

Jika soal tes kompetensi membaca terdiri dari sejumlah wacana, sebaiknya ada juga wacana kesusastraan baik yang berupa kutipan fiksi (cerpen, novel), puisi, maupu n teks drama. Wacana kesusastraan merupakan salah satu dari sekian ragam bahasa yang banyak dijumpai dan dibicarakan orang, maka kita harus mengapresiasi keadaan itu dengan mengambilnya sebagai salah bahan tes membaca.

4) Wacana Lisan: Surat, Tabel, Iklan

Wacana yang lain adalah berbagai wacana atau bentuk komunikasi yang dikemukakan selain dengan ketiga cara di atas. Jadi dapat berwujud surat, tabel, diagram, iklan, telegram, dan lain -lain bahkan mungkin sampai sms (short message service).

(43)

Demikian juga halnya dengan wacan iklan, pariwara, dan bentuk lain yang sejenis. Iklan memuat banyak informasi yang ditawarkan baik produk, jasa, maupun berbagai hal lain.

2.4.3 Pembuatan Tes Kompetensi Membaca

Tidak berbeda halnya dengan tes kompetensi menyimak, persoalan yang muncul dalam tes kompetensi membaca adalah bagaim ana mengukur kemampuan pemahaman isi pesan tersebut, yaitu apakah sekedar menuntut peserta didik memilih jawaban yang telah disediakan atau menanggapi dengan bahasa sendiri. Jika sebuah tes sekadar menuntut peserta didik mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang telah disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, tes itu merupakan tes tradisional. Sebaliknya jika tes pemahaman pesan tertulis itu sekaligus menuntut siswa untuk mengonstruksi jawaban sendiri, baik secara lisan, tertulis, maupun keduanya, tes itu menjadi tes otentik.

(44)

a. Tes Kompetensi Membaca dengan Merespon Jawaban

Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca peserta didik dengan cara memilih jawaban yang tel ah disediakan oleh pembuat soal. Soal ujian yang lazim dipilih adalah bentuk objektif pilihan ganda. Apapun jenis wacana yang diujikan dan bagaimanapun cara menyajikan ujian, kerja peserta didik menjawab soal adalah dengan memilih opsi jawaban.

Untuk membuat soal ujian, setelah melewati penentuan kompetensi dasar dan indikator serta melihat kisi -kisi, kita haruslah memilih wacana yang tepat yang dapat berasal dari berbagai sumber. Soal yang dibuat dapat bervariasi tingkat kesulitannya tergantung tingkat ke sulitan wacana dan kompleksitas soal yang bersangkutan.

1) Tes Pemahaman Wacana Prosa

(45)

a. Contoh wacana agak panjang yang diteskan

Dalam hal ini, satu wacana biasanya dibuat menjadi beberapa soal. Perintah yang diberikan kepada siswa juga harus jelas.

Wacana di bawah ini untuk menjawab pertanyaan soal nomor 1,

2, dan 3.

Fenomena alam yang anomali, musim kemarau sangat kering dan musim hujan menimbulkan banjir di mana -mana, berujung pada kacaunya budidaya pertanian. S ebagai bangsa dan negara agraris, yang mayoritas penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, kondisi alam yang kurang menguntungkan harus kita hadapi. Kuncinya adalah adanya kebijakan yang antisipatif. Penurunan produksi pertanian memunculkan g ejolak harga pangan. Walau keadaan itu sudah rutin terjadi, kita selalu saja tersentak menghadapi kenyataan itu. Era pangan murah khususnya beras memang sudah berakhir. Kita paham betul masyarakat Indonesia sangat bergantung pada beras sebagai pangan utama . Negara produsen beras cenderung untuk tidak mengekspor untuk mengantisipasi keamanan pangan rakyatnya. Itulah nasionalisme dan antisipasi yang cermat. Masuknya spekulan di pasar komoditas memberikan andil pada kekecauan harga.

1. Menurut wacana di atas, ha l-hal di bawah ini merupakan penyebab mahalnya beras, kecuali....

(46)

B. budidaya pertanian yang kacau karena anomali alam C. era pangan murah memang sudah berakhir (*) D. kebijakan pemerintah yang kurang antisipatif 2. Tema utama wacana di atas adalah....

A. fenomena alam tidak menentu B. kebijakan yang antisipatif (*) C. komoditas pangan mahal

D. masuknya spekulan merusak harga

3. Istilah “budidaya” pada “budidaya pertanian” di atas dapat pula dibenarkan penggunaannya pada kalimat berikut.

A. Tanah kosong di sekitar rumah dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman obat. (*)

B. Petani giat melakukan budidaya untuk mengairi sawah agar tidak kekeringan.

C. Pemberian modal cukup ditambah budidaya yang baik akan meningkatkan usaha.

D. Semua pekerjaan memerlukan budidaya yang sungguh-sungguh agar berhasil.

b. Contoh wacana singkat yang diteskan

(47)

Kita tidak usah khawatir bahwa kebudayaan asing yang sering menjanjikan kesenangan, tetapi bertentangan dengan adat ketimuran akan merusak kehidupan para pemuda jika mereka talah memiliki benteng mental dan kepribadian yang tangguh.

Pernyataan berikut yang sesuai dengan wacana di atas adalah... A. Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan akan begitu

saja merusak mental dan kepribadian pemuda.

B. Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh akan dapat merusak kebudayaan asing yang tidak se suai dengan adat ketimuran.

C. Pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh tidak akan begitu saja terpengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan adat ketimuran. (*)

D. Kebudayaan asing yang menjanjikan kesenangan yang tidak sesuai dengan adat ketimur an itu tidak dapat sama sekali memengaruhi pemuda yang bermental dan berkepribadian tangguh.

c. Contoh tes kemampuan pemahaman wacana berupa

kemampuan membedakan informasi dalam wacana berupa fakta

dan pendapat, atau membedakan informasi (penuturan) itu

berupalaporan,penyimpulan, ataupenilaian.

(48)

tertentu atau surat kabar. Tugas membedakan tersebut memerlukan daya kritis dan daya analisis yang perlu dilatih. Soal jenis ini agak sulit, maka lebih baik dilakukan untuk peserta didik kelas tinggi, misalnya SMA.

Seorang pejabat senior kabinet Italia hari Sabtu terluka karena diserang sekelompok orang bersenjata. Pengawal pribadinya yang merangkap sopir bertindak cepat, membalas menyerang dan menembak mati wanita penyerang. Pejabat itu, Antonio Empoli, disergap gerilya kota ketika berhenti sebentar di sebuah kios koran dalam perjalanan ke kantor. Ia selamat dari usaha pembunuhan akibat kesigapan pengawal sekaligus sopirnya.

Kalimat-kalimat dari wacana di atas memuat informasi yang berupa fakta,kecuali....

A. Seorang pejabat senior Italia diserang sekelompok orang bersenjata.

B. Pengawal pribadinya yang merangkap sopir bertindak cepat. C. Pejabat senior itu disergap gerilya kota ketika sedang berhenti di

sebuah kios.

D. Ia selamat dari usaha pembunuhan akibat kesigapan pengawal sekaligus sopirnya. (*)

(49)

Informasi yang berupa pendapat adalah.... A. Wajahnya cantik.

B. Perawakannya padat semampai. C. Pakaiannya serba semampai dan serasi

D. Kadang-kadang ia bersikap kurang ramah . (*)

Identifikasikanlah kalimat -kalimat wacana dari surat kabar di

atas. Silangilah huruf L jika kalimat itu berupa laporan, dan P

jika berupapenilaian!

1. Kalimat ke 1: L P 2. Kalimat ke 2: L P 3. Kalimat ke 3: L P 4. Dan seterusnya.

2) Tes Pemahaman Wacana Dialog

Wacana dialog banyak ditemukan dan diperlukan dalam fakta realitas kehidupan, misalnya dalam pembicaraan atau rekaman telepon dan berbagai bentuk dialog lain yang melibatkan berbagai orang dalam berbagai profesi, dan dalam berbagai konteks. Pengambilan wacana untuk bahan tes kemampuan membaca juga akan menjadikan tes menjadi bervariasi.

(50)

Wacana dialog di bawah ini untuk mengerjakan butir soal nomor 1,

2, dan 3.

TIN: Ton, selamat ya! Saya ikut berbangga atas keberhasilan ujianmu.

TON: Terima kasih Tin! Semua ini terjadi kare n adanya dorongan dari berbagai pihak. Dan kau, terlebih lagi.

TIN: Ah, kau ini, ada-ada saja. Apa rencanamu kini? Mau mendaftarkan kuliah di mana?

TON: Itulah masalahnya, Tin! Sebetulnya aku sangat berminat. Tapi, aku sadar keadaan orang tuaku. Lagi pula, apakah hanya dari bangku perkuliahan saja yang menjamin masa depan kita?

TIN: Tentu saja tidak, Ton! Tetapi, sayang kalau kau tak berkuliah. Bukankah nilaimu tertinggi di sekolahmu? TON: apa gunanya nilai tinggi, Tin, jika kita tak mampu

mengatasi masalah sendiri? Bukankah ada seribu jalan untuk sampai di Mekah?

1. Ton tidak dapat memenuhi keinginan untuk berkuliah sebab.... A. Ia menyadari keadaan orang tuanya yang tidak mampu. (*) B. Ia tahu ada banyak cara hidup dapat ditempuh selain

berkuliah.

(51)

D. Ingin menunjukkan bahwa ia dapat menyelesaikan persoalannya sendiri.

2. Bagaimanakah sikap Ton terhadap nilainya yang tertinggi? A. Tidak menyakini bahwa perkuliahan merupakan satu -satunya

jalan yang menjamin kehidupan masa depan.

B. Menunjukkan bahwa dia dapat menyelesaikan masalah sendiri dengan tidak usah selalu mendambakan berkuliah. (*) C. Nilai yang tinggi sudah tentu menjamin bahwa yang

bersangkutan dapat mengatasi permasalahan sendiri.

D. Menyadari betul bahwa ada banyak cara dan jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Kata-kata Ton yang membuktikan bahwa ia memandang tingginya prestasi lebih merupakan beban daripada kebanggaan ialah....

A. Sebetulnya aku sangat berminat. Tapi, aku sadar keadaan orang tuaku.

B. Apakah hanya dari bangku perkuliahan saja yang menjamin masa depan kita?

C. Apakah gunanya nilai tinggi, jika tak mampu mengatasi masalah sendiri? (*)

(52)

3) Tes Pemahaman Wacana Kesastraan

Berbagai teks genre sastra jug a lazim diambil sebagai bahan pembuatan tes kompetensi, baik yang berupa genre fiksi, puisi, maupun teks drama. Kecuali puisi, pengambilan bahan biasanya dengan mengutip sebagian teks yang secara singkat telah mengandung unsur tertentu yang layak untuk dit eskan. Dalam banyak hal bahan tes yang diambil dari teks-teks kesastraan tidak jauh berbeda dengan wacana yang bukan kesastraan. Keduanya sama -sama terkait dengan pemahaman pesan, makna tersirat dan tersurat, makna ungkapan, dan lain -lain. Hanya saja pada teks kesastraan sering dikaitkan dengan unsur -unsur intrinsik pembangun teks. Wacana prosa dan dialog pun juga dapat diperoleh dari teks kesastraan, yaitu teks fiksi dan drama.

4) Tes Pemahaman Wacana Lain: Surat, Tabel, dan Iklan

Surat, tabel, diagram, ikla n, slogan, telegram (yang kini digantikan oleh sms), dan lain-lain merupakan wacana penting yang dapat digunakan dalam tes. Wacana dengan bentuk di atas, khususnya surat, tabel, dan iklan sangat erat kaitannya dengan kebutuhan hidup. Dengan demikian, hal di atas perlu untuk diujikan kepada peserta didik untuk mengetahui capaian kompetensi mereka.

(53)

tes kompetensi menulis. Demikian juga dengan soal -soal yang berangkat dari wacana tabel dan iklan.

2.5 Kategori Keluaran Menurut Bloom

Bloom membedakan keluaran belajar ke dalam tiga kategori atau yang disebut dengan ranah. Tiga ranah terdiri dari ranag kognitif, afektif, dan psikomotor. Berikut penjabaran ketiga ranah (Nurgiantoro, 2010: 56).

2.5.1 Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual dan kompetensi berpikir seseorang. Ranah ini akan mengajak peserta didik ke dalam proses berpikir seperti mengingat, memahami, menganalisis, menghubungkan, mengonseptualisasikan, memecahkan masalah, dan sebagainya. Ranah kognitif terdiri dari enam jenjang berpikir yang hanya menuntut aktivitas intelektual seder hana ke yang menuntut keja intelektual tingkat tinggi. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah ingatan (knowledge, C1), pemahaman (comprehension, C2), penerapan (application, C3), analisis (analisis, C4), sintesis (sinthesis, C5), dan evaluasi (evaluation, C6). Jenjang ingatan sampai penerapan disebut jenjang berpikir sederhana, sedang jenjang analisis sampai evaluasi sebagai jenjang berpikir tingkat tinggi.

2.5.2 Ranah Afektif

(54)

halnya ranah kognitif, ranah afektif juga terdiri dari bagi an-bagian, yaitu penerimaaan, penanggapan, valuing, pengorganisasian, dan karakterisasi nilai-nilai. Keluaran belajar afketif antara lain menyangkut perubahan sikap, pandangan, dan perilaku.

2.5.3 Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berkaitan dengan kompetensi be runjuk kerja yang melibatkan gerakan-gerakan otot psikomotor. Sebagai petunjuk bahwa peserta didik telah memperoleh keterampilan (gerak otot), mereka dapat berunjuk kerja tertentu sesuai dengan kompetensi yang dibelajarkan. Seperti halnya ranah kognitif da n afektif, ranah psikomotorik juga dibedakan ke dalam sub-subaspek, yaitu kinerja menirukan, manipulasi, artikulasi, pengalamiahan.

2.6 Pendidikan Psikologi Kognitif dan Konstrukstivisme

2.6.1 Perkembangan Kognitif A nak

Untuk mencapai tujuan belajar, perkem bangan kognitif siswa sangat penting. Piaget (dalam Suparno, 2011: 24) mengelompokkan tahap -tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: tahap sensorimotor (0 – 2 tahun), tahap praoperasi (2 – 7 tahun), tahap operasi konkret (8–11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas).

(55)

ekuilibrium yang tinggi. Artinya, p ola dan cara berpikir anak menjadi lebih luwes, lebih maju, lebih efektif, dan efisien daripada periode sebelumnya. Suparno (2011: 89 – 99) merangkum ciri-ciri pemikiran remaja menurut Piaget, yaitu:

a. Pemikiran deduktif hipotesis

Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari sesuatu yang umum. Pada tahap ini, anak dapat mengambil keputusan mengenai sesuatu yang tidak dialami. I a dapat menarik kesimpulan yang penting dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesis). Ia dapat mengambil keputusan lepas dari kenyataan yang konkret.

b. Pemikiran induktif saintifik

Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini sering disebut dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat merencanakan suatu eksperimen, membuat eksperimen, dan menyimpulkan suatu eksperimen dengan baik.

c. Pemikiran abstraksi reflektif

(56)

reflektif karena pemikiran ini tidak dapat disimpulkan dari pengalaman, misalnya hubungan harimau dengan bulu, seperti manusia dengan rambut.

Menurut Piaget (Suparno, 201 1: 104 – 110), paling sedikit ada empat faktor yang memp engaruhi perkembangan kognitif anak. Pertama, perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf, karena berfungsinya suatu struktur organik atau jaringan tertentu dalam tubuh anak akan memperngaruhi bagaimana ia mengembangkan pemikirannya. Kedua, peran latihan dan pengalaman, karena banyaknya pengalaman anak dan seringnya anak latihan berpikir akan membantu anak itu untuk mengembangkan pemikiran atau intelegensinya. Ketiga, interaksi sosial dan transmisi, karena seorang anak dapat membandingkan pemikiran da n pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain, sehingga ia tertantang untuk semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Yang terakhir dan yang paling penting adalah ekuilibrasi. Ekulibrasi adalah adanya me kanisme internal, yaitu suatu pengaturan dalam diri anak ketika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar.

2.6.2 Implikasi Teori Psikologi Kognitif dan Konstruktivisme

terhadap Proses Belajar Mengajar

A. Tekanan pada Siswa

(57)

membedakan tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan fisis, matematis logis, dan sosial. Pengeta huan fisis dikonstruksi melalui tindakan siswa terhadap obyek fisis secara langsung. Pengetahuan matematis logis dibentuk dengan tindakan siswa terhadap obyek secara tidak langsung, yaitu dengan pemikiran operatif. Pengetahuan sosial dibentuk dengan pengal aman siswa terhadap orang lain atau lingkungan sosial. Oleh karena itu, kegiatan belajar harus memungkinkan siswa mengalami berbagai pengalaman itu dan bertindak terhadap pengalaman -pengalaman tersebut.

Teori pengetahuan Piaget (dalam Suparno, 2001: 143) menekankan pentingnya kegiatan seorang siswa yang aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa dapat menguasai sebuah bahan dengan cara aktif mengolah, bertanya, dan mencerna bahan secara kritis. Selain itu, untuk membangun pengetahuan siswa, siswa juga harus mengerjakan tugas secara pribadi, seperti mengerjakan soal, membuat kesimpulan, dan merumuskan suatu tujuan dengan kalimat sendiri.

B. Metode Belajar

(58)

fleksibel, bukan merupakan susunan bahan yang mati, melainkan lebih merupakan garis besar yang dapat dikembangkan oleh siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, evaluasi yang dilaksanakan harus kreatif, yaitu memungkinkan siswa berpikir dan mengungkapkan jalan pikirannya.

Sejalan dengan hal tersebut, Adisusilo (2012: 23) mengatakan bahwa kegiatan siswa secara pribadi dalam mengolah bahan, mengerjakan soal, membuat kesimpulan, dan merumuskan suatu rumusan dengan kata-kata sendiri merupakan kegiatan yang diperlukan siswa untuk membangun pengetahuannya. Dengan demikian, tugas guru hanya sebagai fasilitator dan mendorong siswa untuk terus aktif. C. Belajar Sendiri dan Bersama

Proses belajar diawali dengan kegiatan individual (Adisusilo, 2012: 23), yaitu masing-masing siswa membentuk penge tahuannya sendiri. Proses belajar selanjutnya adalah belajar bersama teman. Hal tersebut memungkin siswa dapat berpikir kritis dan saling menukarkan pendapat. Sikap kritis dan perbedaan pendapat siswa diharapkan memiliki kemauan untuk mengoreksi dan mengem bangkan penegtahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

D. Peranan Guru

(59)

siswa lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya. Agar siswa dapat aktif dalam pembelajaran, guru harus mengetahui kemampuan dan tahap kognitif siswa, sehingga mampu memilih bahan yang tepat. Cara mengajar yang berbentuk diskusi, tukar pendapat secara beba s, ketidaksetujuan dan konfrontasi gagasan sangat tepat untuk merangsang pemikiran siswa. Hal itu dikarenakan integrasi dengan teman juga sangat penting dalam proses belajar (Suparno, 2001: 145 –146).

2.6.3 Implikasi Teori Konstruktivisme terhadap Proses Belaja r

Mengajar

Beberapa hal yang relevan dengan pemikiran konstruktivisme personal sosial terhadap pembelajaran. Implikasi itu (Suparno, 1997), yaitu Proses belajar bisa terjadi apabila guru tidak secara langsung

memberikan informasi, siswa dihadapkan langsun g dengan objek tertentu, misalnya mengajukan pertanyaan sesuai dengan pengalaman siswa, memberikan pengalaman hidup konkret untuk dijadikan objek pemaknaan. Dengan demikian, siswa memperoleh pengetahuan melalui proses transformasi struktur kognitif te rsebut.

(60)

boleh terlalu jauh dari pengetahuan yang baru dan yang belum diketahuinya sama sekali.

Berdasarkan kedua hal di atas, materi pembelajaran harus kontekstual, relevan dan diambil dari sosio budaya setempat.

Proses pembelajaran har us memberi ruang kepada siswa untuk melakukan eksplorasi masalah dan pemecahan masalah secara individual maupun kolektif.

Proses pembelajaran harus mendorong terjadinya kegiatan kognitif tingkat tinggi.

Tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus mendoron g siswa untuk mencari pemecahan masalah secara individual dan kolektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.

Proses pembelajaran harus menyediakan ruang untuk berdialog antara sesama siswa dan antara guru dan siswa, sehingga semua pihak dapat memiliki tanggung jawab bersama dalam pembentukan pengetahuan.

2.7 Pembelajaran Membaca SMP Kelas VII Semester 1 dan 2 dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(61)

bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disingkat KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing -masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi oleh setiap kelompok atau satuan 17 pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut (BSNP, 2006a: 5).

1. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,

2. beragam dan terpadu,

3. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni , 4. relevan dengan kebutuhan kehidupan ,

5. menyeluruh dan berkesinambungan , 6. belajar sepanjang hayat,

7. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

(62)

Salah satu mata pelajaran yang dikembangkan dalam KTSP adalah b ahasa Indonesia. Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai -nilai kemanusiannya.

Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP mencakup aspek kemampuan berbahasa dan bersastra yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra. Penelitian ini mengambil kompetensi dasar untuk pembelajaran m embaca yang diajarkan pada kelas VII semester I dan II. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan penelitian ini sesuai dengan KTSP adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Kelas VII Semester 1

StasSStandar Kompetensi Kompetensi DasarDasar

Membaca

3. Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca.

3.1 Menemukan makna kata tertentu dalam kamus secara cepat dan tepat sesuai dengan konteks yang diinginkan melalui kegiatan membaca m emindai. 3.2 Menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat

200 kata per menit.

3.3 Membacakan berbagai teks perangkat upacara dengan intonasi yang tepat .

Membaca

7. Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca.

7.1 Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca. 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca .

Tabel 2.2

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Membaca Kelas VII Semester II

StandarStandar Kompetensi KKompetensi Dasar

Kompetensi Dasar

Membaca

(63)

11. Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif dan membaca memindai.

dari buku biografi yang dibaca secara intensif. 11.2 Menemukan gagasan utama dalam teks yang

dibaca.

11.3 Menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang dibaca.

Membaca

15. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak.

15.1 Membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinestik sesuai dengan isi puisi.

15.2 Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak baik asli maupun terjemahan.

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah dipaparkan di atas, penelitian ini akan mengembangkan materi pembelajaran membaca pada semester 1 dengan dua standar kompetensi dan lim a kompetensi dasar. Sedangkan pada semester dua terdapat dua standar kompetensi dan lima kompetensi dasar. Pengembangan materi pembelajaran membaca akan dikhususkan lagi dengan mengintegrasikan materi pembelajaran membaca dengan pendidikan karakter. Nilai -nilai pendidikan karakter akan diintegrasikan pada materi membaca kelas VII semester I dan II.

2.8 Pendidikan Karakter

2.8.1 Pengertian Pendidikan Karakter

(64)

Pembangunan Karakter Bangsa”. Dalam bukunya ini, beliau memaparkan

tentang (1) Pendidikan karakter bangsa, (2) Hakekat pendidikan fisika, (3) Relasi antara pendidikan fisika dan pendidikan moral, (4) Sumbangan pendidikan fisika pada pembangunan karakter bangsa, (5) Bagaimana kurikulum pendidikan fisika disusun, (6) Guru fisika macam apa yang perlu disiapkan, dan (7) Pendekatan refleksif dalam pendidikan fisika.

Pendidikan karakter (Fakry Gaffar, 2010:1 viaKesuma dkk, 2011:5) adalah “Sebuah proses transformasi nilai-nilai sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Menurut konteks kajian P3, pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan

dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.” Menurut Kemendiknas Direktorat

(65)

merupakan pengembangan mengenai perilaku dan tindakan individu. 2.8.2 Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah (Kesuma, 2011:9) sebagai berikut:

1) menguatkan dan mengembangkan nilai -nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai -nilai yang dikembangkan;

2) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

3) membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam pedoman sekolah “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

(Kemendiknas, 2010) adalah

1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai -nilai budaya dan karakter bangsa;

2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai -nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

(66)

4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Tujuan umum Pendidikan karakter di sekolah dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP (Kemendiknas, 2011) dimaksudkan untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir -butir Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas 23/2006) sehingga mereka menjadi insan yang berkepribadian mulia (cerdas dan kompetitif).

Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam pedoman sekolah “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Kemendiknas, 2010) adalah:

1) pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; 2) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung

jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan;

(67)

Berdasarkan tujuan dan fungsi dari diterapkannya pendidikan karakter, Pranowo dalam makalahnya yang berjudul “Pengembangan

Jiwa Kewirausahaan Sebagai Aspek Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” (2012) mengemukakan bahwa lunturnya nilai-nilai luhur bangsa disebabkan oleh melemahnya karakter bangsa. Tujuan dan fungsi pendidikan karakter belum tercapai secara utuh, sehingga Kemendiknas membentuk tim untuk merumuskan nilai-nilai karakter. Perumusan diambil dari berbagai sumber, yaitu kebudayaan, Pancasila, Undang -undang Sisdiknas, Peraturan Pemerintah, dan sebagainya. Hasilnya teridentifikasi sebanyak 18 butir nilai karakter yang harus diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran di sekolah dari PAUD hingga SMA/SMK bahkan Perguruan Tinggi.

2.8.3 Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber -sumber berikut ini.

(68)

2.Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip -prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang di sebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasalpasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai -nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi -nilai --nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi , kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupann ya sebagai warga negara.

3.Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai -nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

(69)

sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.

Tabel 2.3

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

NILAI DESKRIPSI

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh -sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantun g pada orang lain dalam menyelesaikan tugas -tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin

Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebihmendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat

Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkankepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah

Gambar

Tabel 2.4 Pemetaan Sub Bab Buku

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ EFEKTIVITAS PENCUCIAN DAN PENYEMPROTAN BEBERAPA CAIRAN PENCUCI TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH TOMAT

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen yaitu faktor determinan (mencuci tangan, higiene makanan dan minuman, penyediaan air

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembubaran koperasi oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur. koperasi harus

[r]

BAB II KONSEP DASAR BIMBINGAN BAGI PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA BERBASIS NILAI SOLAT.... Indikator Disiplin Siswa

Sistem kontrol kipas angin otomatis menggunakan sensor suhu LM35 merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mendeteksi suhu ruangan serta mentransmisikan data perubahan suhu

[r]

Aplikasi ini dapat memberikan informasi berupa laporan mengenai detil transaksi yang dilakukan oleh karyawan yang terlibat dalam kegiatan administrasi pembelian