Oleh
NIM. 070 500 146 TORRO MARDIANTO
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN
JURUSAN PENGOLAHAN HA SIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA 2010
Oleh:
NIM. 070 500 146 TORRO MARDIANTO
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERKEBUNAN
JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2010
Judul Karya Ilmiah : PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP KUALITAS TEPUNG PISANG KEPOK
Nama : Torro Mardianto
NIM : 070500146
Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
Jurusan : Pengolahan Hasil Hutan
Menyetujui,
Mengesahkan, Direktur,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
NIP. 19631028 198803 1 003 Ir. Wartomo, MP Pembimbing
Edy Wibowo Kurniawan, S. TP., Msc NIP. 19741118 200012 1 001
Penguji
Netty Maria Naibaho, S. TP. NIP. 19851002 200812 2001
berbeda terhadap kualitas tepung pisang kepok (di bawah bimbingan Edy Wibowo Kurniawan).
Penelitian ini dilatar belakangi oleh usaha-usaha ke arah peningkatan pemanfaatan pisang dalam bentuknya yang lain yang dapat meningkatkan nilai ekonomisnya yang masih perlu dirintis yakni tepung pisang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan asam sitrat terhadap kualitas tepung pisang.
Penelitaian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Agustus 2010 Bertempat di Laboratorium Pengolahan dan Laboratorium Kimia Analitik, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Perubusan pisang dengan suhu 900c selama 10 menit kemudian pengupasan pisang setelah itu pengirisan pisang dan dilakukan perendaman dengan penambahan asam sitrat selama 15 menit kemudian ditiriskan lalu di oven dengan suhu 70 selama 8 jam setelah itu pemblenderan lalu pengayakan dengan mesh 70.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penambahan asam sitrat dengan konsentrasi 3,5 gram / liter pada pembuatan tepung pisang tidak berpengaruh atau tidak berbeda nyata terhadap kadar air pada hasil pembuatan tepung pisang. Sedangkan dari uji vitamin C dan uji organoleptik pada ketiga perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda. Dengan penilaian panelis paling tinggi pada perlakuan P3 yaitu parameter warna (derajat putih) 3,683 dan pada parameter aroma 3,700.
TORRO MARDIANTO, lahir di Girimukti, Kalimantan Timur tanggal 30 maret 1989. Merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan Subagio dan Kosiah.
Tahun 1995 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri No.013 Penajam Paser Utara dan lulus pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri No.02 Penajam Paser Utara dan lulus pada tahun 2004, selanjutnya meneruskan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri No. 05 Penajam Paser Utara dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu melanjutkan pendidikan tingkat tinggi pada tahun 2007 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, Jurusan Pengolahan Hasil Hutan.
Pada tahun Akademik 2006-2009 mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (HIMA-TekBun) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sebagai koordinator Humas
Tahun 2010 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di UPTD. Teknologi Terapan Perkebunan, Samarinda Kalimantan Timur dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2010.
Sebagai syarat untuk memperoleh predikat Ahli Madya Diploma III Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, penulis mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP KUALITAS TEPUNG PISANG KEPOK.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Karya Ilmiah ini.
Adapun maksud penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi persyar
atan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A.Md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam
penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak, ibu serta kakak dan adik tercinta yang telah banyak memberikan Doa dan dukungan baik secara moril maupun materi sehingga bisa terselesaikannya
laporan karya ilmiah ini.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP., M.Sc, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan dan selaku dosen pembimbing yang
telah mencurahkan perhatian untuk membimbing, dan memberikan motivasi,
4. Ibu Netty Maria Naibaho, S.TP selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan nasehat dan motivasi serta kemudahan dalam menyelesaikan
laporan karya ilmiah ini.
5. Bapak Ibu dosen serta seluruh staf dan teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP).
6. Saudara-saudaraku, dan sahabat-sahabatku yang telah banyak membantu dari awal sampai terselesaikannya Laporan Karya Ilmiah ini.
Semoga amal baik dan keikhlasannya akan mendapatkan pahala dari ALLAH SWT. Amin. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis khususnya.
ABSTRAK ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3
C. Hasil Yang Diharapkan... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pisang... 4
B. Tinjauan Umum Tepung Pisang... 5
C. Tinjauan Umum Browning... 8
D. Tinjauan Umum Asam Sitrat... 9
III. METODOLOGI PRAKTIKUM A. Tempat dan Waktu Penelitian... 11
B. Alat dan Bahan... 11
C. Prosedur Kerja... 12
D. Analisis Data... 14
E. Parameter yang diamati... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air... 17
B. Vitamin C ... 19
C. Uji Organoleptik ... 22
1. Warna ... 22
2. Aroma ... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 26
B. Saran... 26
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 28
3. Sifat-sifat asam sitrat... 10
4. Perhitungan Kadar Air Tepung Pisang ... 17
5. Anilisa Sidik Ragam Kadar Air Tepung Pisang ... 18
6. Analisa Perhitungan Vitamin C ... 19
7. Anilisa Sidik Ragam Vitamin C Pada Tepung Pisang ... 20
8. Uji Organoleptik Warna Tepung Pisang ... 22
3. Rata-Rata Hasil Perhitungan Vitamin C Tepung Pisang ... 20 4. Rata-Rata Warna Tepung Pisang ... 22 5. Rata-Rata Aroma Tepung Pisang ... 24
2. Perhitungan Rata-rata dan Analisa Vitamin C Tepung Pisang... 32
3. Perhitumgan Rata-rata Organoleptik Tepung Pisang... 34
4. Gambar Proses Pengolahan Tepung Pisang... 38
a. Proses Perendaman... 38
b. Proses Pengirisan dan Perendaman... 38
c. Proses Penirisan... 39
d. Proses Perajangan... 39
e. Proses Pengovenan... 40
f. Proses Perhitungan... 40
g. Proses Pengujian...... 41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah-buahan merupakan bahan pangan yang sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Peranannya sangat banyak dalam meningkatkan pendapatan
petani dengan digalakannya ekspor non migas, seperti buah-buahaan, makanan dari tanaman pisang sehingga banyak diamati.
Tanaman pisang banyak terdapat dan tumbuh di daerah tropis maupun di daerah sub tropis. Di Indonesia tanaman pisang berada di mana-mana, baik sekitar
pekarangan rumah, sebagai tanaman sela, pelindung maupun tanaman budidaya.
Tanaman pisang merupakan tanaman serba guna mulai dari akar sampai daun dapat digunakan untuk berbagai keperluan, baik untuk konsumsi langsung,
industri pangan, pakan ternak maupun pupuk organik. Dalam lingkup teknologi
pengolahan pangan, bagian dari tanaman pisang yang biasa diolah masih seputar
pada buah pisang. Kemudian berkembang pada pengolahan jantung dan bonggol
pisang. Mengacu pada sifat fisik dari buah pisang, umur buah pisang cukup
pendek melewati waktu tujuh hari setelah buah pisang diperam bisa dipastikan
buah pisang tidak lagi mempunyai kondisi yang bagus. Kelemahan ini mendorong upaya-upaya untuk mengoptimalkan hasil samping dari tanaman agar di
Meskipun pun dimasyarakat dapat kita jumpai tersedianya bahan makanan yang terbuat dari pisang, boleh dikatakan bahwa penggunaan pisang masih
terbatas dalam bentuk asli/segar sebagai buah-buahaan. Dalam bentuk tersebut
jika tertunda penggunaannya atau tidak semua dapat dikonsumsikan menjadi lewat masak, rusak, dan tak dapat lagi dipergunakan sebagai bahan makanan. Ini
banyak terjadi di daerah-daerah penghasil pisang sehingga terpaksa banyak pisang yang dijual dengan harga yang sangat rendah.
Usaha-usaha ke arah peningkatan pemanfaatan pisang dalam bentuknya yang lain yang dapat memperkuat nilai ekonomisnya yang masih perlu dirintis.
Beberapa negara penghasil pisang Suriname dan Brazil telah sejak lama
melakukan pembuatan tepung pisang dari sebagian hasil pisangnya.
Tepung yang dihasilkan dari pisang mempunyai sifat mudah dicerna dan
cocok untuk dipergunakan sebagai bahan makanan anak-anak. Di Eropa umumnya
tepung pisang dipergunakan dalam bentuk campuran bubuk kakao sebagai bahan
puding. Tersedianya tepung pisang dalam jumlah yang cukup banyak dengan
kualitas yang baik dan tahan disimpan dalam jumlah yang cukup banyak dengan
kualitas yang baik dan tahan disimpan dapat membantu persediaan makanan dan
sumber kalori. Variasi pemilihan bahan-bahan sumber kalori/karbohidrat sesuai dengan anjuran empat sehat lima sempurna dengan adanya tepung pisang tersebut
jadi bertambah, dengan lain perkataan dapat membantu memperingan beban
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asam sitrat terhadap
kualitas tepung pisang dengan menambahkan asam sitrat pada proses perendaman,
dengan konsentrasi yang berbeda. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam sitrat yang tepat terhadap pengolahan tepung pisang.
C. H asil yang di Harapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi
tentang pengolahan tepung pisang kepok (Musa paradisiaca L) dan dapat diketahui pengaruh penambahan Asam sitrat pada perendaman terhadap warna dan
kenampakan tepung pisang.
Bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, data dan informasi tersebut dapat di gunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bagi teknologi
pengolahan hasil perkebunan, dan dapat memberikan kemajuan di Politeknik
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pisang (Musa paradisiaca. L.)
Menurut Anonim, (2005)pisang (Musa paradisiacaL.)merupakan tanaman buah tropis beriklim basah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun.
Tanaman ini cukup populer di kalangan masyarakat kita dan hampir setiap orang memakannya. Pisang yang tergolong tanaman buah tidak asing lagi bagi sebagian
besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat kingdom
hingga species berikut ini:
· Kingdom : Plantae · Division : Magnoliophyta · Class: Liliopsida · Order : Zingiberales · Family : Musaceae · Genus : Musa
· Species : Musa Paradisiaca, Linn.
Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa
pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke
Buah pisang mengandung vitamin A, yaitu sekitar 0,003-1,0 mg/100 gram. Pisang juga merupakan sumber vitamin C, kandungan vitamin C pada pisang
meja adalah sekitar 10 mg/100 gram sedangkan pisang olahan sekitar 20-25
mg/100 g. Sewaktu pisang masih mentah asam organik utamanya adalah asam oksalat, tetapi setelah tua dan matang asam organik yang utama adalah asam
malat. Sementara itu pH menurun dari 5,4 (mentah) menjadi 4,5 ketika pisang menjadi matang.
Kandungan mineral yang menonjol pada pisang adalah kalium. Sebuah pisang kira-kira dapat menyumbang kalium sebesar 440 mg. Kalium berfungsi
antara lain untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung,
menurunkan tekanan darah dan membantu pengiriman oksigen kedalam otak. Buah pisang cukup sesuai untuk di proses menjadi tepung mengingat bahwa
komponen utama penyusunnya adalah karbohidrat (17,2-38%).
B. Tinjauan Umum Tepung Pisang
Pada tahun 1933, di Indonesia pernah dianjurkan agar mananam pisang
terutama jenis pisang ambon khusus untuk menghasilkan tepung pisang.
Tepung pisang di pergunakan sebagai makanan yang baik untuk bayi,
anak-anak, dan orang-orang tua. Perbandingan komposisi kimiawi antara tepung pisang, tepung beras dan jagung berdasarkan standar internasional (SI), dapat
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Kimiawi Berdasarkan Standar Internasional
Tepung
Zat Pisang Beras Jagung
Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B Vitamin C Kalori 1,64 0,7. 87,7 4,- 9 2,-126 0,03 2 313 6,8 0,7 78,9 6,- 140,-0,8 -0,12 + 360 8,7 gr/100 gr bahan 4,5 gr/100 gr bahan 72,3 gr/100 gr bahan 9,- mgr/100 gr bahan 380,- mgr/100 gr bahan 4,6,- mgr/100 gr bahan 350,- s.i/100 gr bahan 0,27 mgr/100 gr bahan -/ mgr/100 gr bahan 361 kg/kalori/100 gr bahan Sumber: Direktorat Gizi Depkes 1995
Tepung pisang dibuat dari buah pisang yang tua tetapi belum masak, umur
pisang yang tua adalah 100-120 hari dihitung dari pohon pisang berbunga. Pada
dasarnya semua jenis pisang dapat diolah menjadi tepung pisang. Untuk
memperoleh tepung yang baik diperl ukan buah pisang yang cukup tua dan baik pula.
Ketergantungan terhadap salah satu pangan pokok khususnya terigu, menuntut masyarakat untuk menggali potensi pangan lokal yang ada disetiap
daerah. Pisang (Musa paradisiaca) sebagai salah satu tanaman buah-buahan
mempunyai potensi besar diolah menjadi tepung sebagai substitusi tepung terigu. Tepung pisang merupakan produk antara yang cukup prospektif dalam
pengembangan sumber pangan lokal.
Manfaat pengolahan pisang menjadi tepung antara lain :
- Lebih tahan disimpan
- Lebih praktis untuk diversifikasi produk olahan - Mampu memberikan nilai tambah buah pisang
- Meningkatkan nilai gizi buah melalaui proses fortifikasi selama pengolahan
- Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri pedesaan Tepung pisang banyak dimanfaatkan sebagai campuran pada pembuatan
roti, cake, kue kering, campuran tepung terigu, dan campuran makanan bayi. Pada dasarnya semua jenis buah pisang mentah dapat diolah menjadi tepung, tapi warna
tepung yang dihasilkan bervariasi, karena di pengaruhi oleh tingkat ketuaan buah, jenis buah dan cara pengolahan. Buah pisang kepok mempunyai warna tepung
Sumber : Badan Standarisasi Nasional 1995
Oleh sebab itu pemilihan buah pisang kepok sangat tepat dalam pembuatan tepung pisang. Selain itu juga diperkenalkan teknologi perendaman irisan buah
pisang dalam larutan asam sitrat sebelum pengeringan yang mampu mencegah
reaksi pencoklatan pada irisan buah, sehingga dapat memperbaiki warna tepung.
Tabel 2. SNI Tepung Pisang (SNI 01-3841-1995)
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Jenis A Jenis B
1 2 3 4 5
1. Keadaan :
1.1 Bau - Normal normal
1.2 Rasa - Normal normal
1.3 Warna - Normal normal
2. Benda Asing - tidak boleh ada Tidak boleh ada
3.
Serangga (dalam segala bentuk stadia dan potongan-potongannya)
- tidak boleh ada Tidak boleh ada
4. Jenis pati lain selain tepung
pisang - tidak boleh ada Tidak boleh ada
5. Kehalusan lolos ayakan 60
mesh % b/b Min. 95 min. 95
6. Air % b/b maks. 5 maks. 12
7. Bahan tambahan makanan - Sesuai dengan SNI 01-0222019887
8. Sulfit (SO2) mg/kg Negatif maks. 1,0
9. Cemaran logam : mg/kg
9.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0 maks. 1,0
9.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 10,0 maks. 10,0
9.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 maks. 40,0
9.4 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,05 maks. 0,05
10. Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 0,5 maks. 0,5 11. Cemaran mikroba :
11.1 Angka lempeng total koloni/g maks. 104 maks. 106
11.2 Bakteri bentuk coli APM/g 0 0
11.3 Escherinchin coli koloni/g 0 maks. 106
11.4 Kapang dan kamir - maks. 102 maks. 104
11.5 Salmonella/25 gram - Negatif
-C. Tinjauan Umum Browning
Pencoklatan (browning) pada bahan hasil pertanian merupakan problema
khusus dalam pengolahan. Pencoklatan tidak hanya disebabkan oleh reaksi kimia
( non-enzimatis) tetapi dapat pula terjadi secara enzimatis. Pencoklatan enzimatis sering terjadi pada bahan hasil pertanian yang mengandung senyawa fenolat.
Pencoklatan dapat mengakibatkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan karena menyebabkan penampilan yang tidak baik dan timbulnya cita rasa lain
pada bahan hasil pertanian sehingga dapat menurunkan mutu. (Susanto. T.,
Saneto. B, 1994)
Pencoklatan enzimatis banyak terjadi pada buah-buahan dan sayuran
seperti apel, pisang, pala, pear, salak dan kentang apabila bahan-bahan tersebut mengalami perlakuan makanis ( pengupasan, pemotongan, memar). Jaringan
bahan yang rusak akan cepat mengalami pencoklatan setelah berhubungan
dengan udara. Salah satu pencegahan proses pencoklatan enzimatis adalah
dengan pemanasan yaitu dengan menggunakan suhu tinggi selama waktu tertentu
dapat menginaktifkan fenolase dan semua enzim yang ada pada bahan hasil
pertanian, pemanasan yang biasa digunakan dalam proses ini adalah blanching.
Selain dengan pemanasan yaitu dengan penggunaan asam, asam-asam yang biasa digunakan dalam pencegahan pencoklatan enzimatis adalah asam sitrat, asam
D. Tinjauan umum Asam Sitrat
Asam sitrat adalah asam organik yang larut dalam air dengan citarasa yang
menyenangkan dan banyak digunakan dalam industri pangan. Asam sitrat
merupakan suatu asidulan yaitu senyawa kimia yang bersifat asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan dengan berbagai tujuan.
Penambahan asam dapat menurunkan pH makanan sehingga menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk. Penurunan pH juga berfungsi untuk
menghambat reaksi pencoklatan enzimatis yang optimal pada pH 6-7 dan
pencoklatan non enzimatis. Asam sitrat dapat dihasilkan melalui fermentasi
menggunakan mikroorganisme Aspergillus niger, yaitu jamur yang digunakan
secara komersial pertama kali pada tahun 1923. Guna memenuhi permintaan
yang terus meningkat, maka efisiensi proses ferementasi terus dipelajari. Pengukuran kesetimbangan massa dipelajari agar dapat ditentukan banyaknya
substrat yang digunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Asam sitrat
memiliki fungsi seperti dapat menstabilkan warna makanan, mengurangi kekeruhan, mengubah sifat mudah mencair atau meningkatkan pembentukan gel.
Asam sitrat termasuk zat pengikat logam yang merupakan bahan penstabil yang digunakan sebagai pengolahan bahan makanan. Asam sitrat mengikat logam
dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh
Tabel 3. Sifat-Sifat Asam Sitrat.
Karakteristik Asam Sitrat
Nama lain Asam 2 hidroksi -1,2,3-propan trikarboksilat
Rumus Kimia C6H8O7
Berat molekul 192
Densitas 1,665 x 103kg/m3
Pka 8,2 x 10-4
Batas penggunaan yang dianjurkan pada
bahan pangan 3 gr/liter
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Pengolahan hasil Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Pada bulan juli–Agustus 2010. Penelitian
ini meliputi berbagai tahapan yaitu pembuatan proposal judul penelitian, persiapan alat dan bahan, pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan hasil
penelitian.
B. Alat dan Bahan Alat-alat : 1. Pisau 2. Alat pengiris 3. Timbangan 4. Thermometer 5. Labu ukur 6. Erlemeyer 7. Pipet 8. Buret 9. Cawan
10. Alat pengering ( oven )
11. Blender 12. Panci 13. Ayakan 70 mesh Bahan-bahan : 1. Pisang kepok 2. Asam Sitrat 3. Kertas saring
4. Air dan aquades
5. Amilum 1%
C. Prosedur Penelitian 1. Cara Kerja
1. Pisang yang telah tua direbus selama 10 menit sebelum dikupas kulitnya,
dipisahkan daging buahnya.
2. Setelah direbus kulit pisang dikupas dipisahkan dari daging buahnya.
3. Kemudian dipotong tipis-tipis menggunakan alat pengiris sehingga berbentuk potongan dengan ukuran kurang lebih 1 X 0,5 Cm.
4. Kemudian pisang direndam dalam larutan asam sitrat, selama 15 menit, setelah itu ditiriskan. Kemudian dilakukan pengeringan, dengan
menggunakan oven dengan suhu 70°C , maka waktu yang diperlukan
adalah 8 jam. Setelah kering atau kadar air kurang lebih 14 %, irisan pisang dapat digiling/dihancurkan dengan menggunakan blender.
5. Hasil penghancuran kemudian diayak.
Pisang
Tepung Pisang
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Pisang Pengirisan tipis-tipis daging buah
Perendaman dalam larutan asam sitrat salama 15 menit
Penirisan dan pengeringan menggunakan oven
Pengilingan dengan blender
Pengayakan
Pengupasan kulit pisang pisahkan dari daging buah pisang Perebusan selama 10-15menit
2. Perlakuan-perlakuan
Pembuatan tepung pisang penambahan asam sitrat mengalami 3
perlakuan, yaitu penambahan asam sitrat dengan konsentrasi 2,5 gram, 3
gram, dan 3,5 gram pada 1 liter air perendaman dengan masing-masing perlakuan 3 kali ulangan.
D. analisa Data
Perlakuan dari penelitian ini menggunakan analisa data penelitian RAL
(rancangan acak lengkap). RAL digunakan untuk percobaan yang mempunyai media sama atauhomogen, karena media homogen, maka tempat percobaan tidak
memberikan pengaruh pada respon yang diamati.
Rumus RAL :
Yij = µ + Ti + €ij ; i = 1,2………t
j = 1,2………r
keterangan :
Yij : respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
µ : nilai tengah umum
Ti : pengaruh perlakuan ke-i.
E. Parameter Yang Diamati
Pada penelitian ini parameter yang diamati adalah kadar air pada tepung
pisang, vitamin C, dan tes organoleptik dengan penilaian fisik dari warna dan
aroma.
1. Untuk menghitung kadar air
a. Timbang cawan kosong, lalu timbang sampel sebanyak 3-5 gram masukan kedalam cawan yang sudah ditimbang dan diketahui beratnya.
b. Masukan kedalam oven pada suhu 1050c dengan waktu tiga jam, kemudian angkat.
c. Dinginkan kedalam desikator selama 30 menit, lalu timbang.
d. Lakukan hal yang sama sampai mendapatkan berat yang konstan untuk mengitung kadar air digunakan rumus sebagai berikut:
Kadar air (b/b)=
Sampel Berat
X W
x 100%
X = Berat awal sampel (gram)
W = Berat cawan + sampel yang sudah dioven sampai konstan (gram).
2. Untuk menghitung vitamin C digunakan rumus
Menurut Sudarmadji, dkk (1984) pengujian ini dilakukan untuk
menentukan kadar vitamin C yang terdapat pada tepung pisang yang
dihasilkan dengan cara menggunakan cara titrasi iodium dengan cara sebagai berikut:
a. Ditimbang 10-30 gr bahan masukkan kedalam labu takar 100 ml dan tambahkan aquades sampai tanda.
b. Diambil 5-25 ml filtrat dengan pipet dan masukan kedalam erlemeyer 125 ml dan ditambahkan 2 ml larutan amilium 1% dan tambahkan 20 ml
aquades kalau perlu.
c. Dititrasi dengan 0,01 N standard iodium
d. Perhitungan : 1 ml 0,01 N iodium = 0,88 mg asam askorbat.
3. Untuk uji organoleptik digunakan penilaian a. Warna
b. Aroma
Keterangan penilaian :
1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka 3. Suka
4. Sangat suka
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Air
Berdasarkan hasil analisa uji kadar air tepung pisang yang diperoleh pada P1 dengan konsentrasi 2,5 gram/liter adalah 9,520 %, sedangkan pada perlakuan P2
yaitu dengan konsentrasi 3 gram/liter diperoleh kadar air 9,342 %, dan pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 3,5 gram/liter adalah 9,223 %. Data tersebut
dapat dilihat dari Tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5.Perhitungan Kadar Air Tepung Pisang
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 9,367 9,943 9,250 28,560 9,520 P2 9,610 9,170 9,246 28,026 9,342 P3 9,487 9,113 9,250 27,669 9,223 Jumlah 28,464 28,226 27,565 84,255 9,361 Keterangan :
P1 : asam sitrat 2,5 gr/liter P2 : asam sitrat 3 gr/liter P3 : asam sitrat 3,5 gr/liter
Rata-rata dari hasil perhitungan kadar air pada perlakuan P3 lebih rendah
5 6 7 8 9 10 11 12 P1 P2 P3 Perlakuan Kadar air
Gambar 2.Rata-rata hasil perhitungan kadar air
Analisa rancangan percobaan analisis sidik ragam untuk kadar air adalah sebagai berikut :
Tabel 6.Anilisa Sidik Ragam Kadar Air Tepung Pisang
SK Db JK KT Fhitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 2 0,134 0,067 0,644tn 5,14 10,92 Galat 6 0,625 0,104 Total 8 0,04 Keterangan : (tn)
= tidak berbeda nyata
Dari analisa sidik ragam diketahui bahwa perbedaan perlakuan konsentrasi
asam sitrat tidak berbeda nyata terhadap kadar air tepung pisang yang dihasilkan.
Kadar air yang diperoleh dari setiap perlakuan tidak berbeda nyata, bila dilihat
yaitu 9,520 %, konsentrasi 3 gram/liter yaitu 9,342 %, dan konsentrasi 3,5 gram/liter yaitu 9,223 %, apabila dibandingkan dengan SNI tepung pisang, kadar
air yang diperoleh masih memenuhi standar persyaratan tepung pisang pada jenis
B yaitu 12 %, hal ini dikarenakan pada proses pembuatan atau pengolahan tepung pisang menggunakan suhu 700C dengan lama waktu pengeringan 8 jam dan
penirisan yang optimal yaitu 15 menit.
B. Vitamin C
Berdasarkan hasil analisa uji Vitamin C pada tepung pisang yang dihasilkan atau diperoleh kandungan Vitamin C pada perlakuan P1 dengan konsentrasi 2,5
gram/liter yaitu 1,124 mg/100gr, dan pada perlakuan P2 dengan konsentrasi 3
gram/liter adalah 1,271 mg/100gr, dan P3 dengan konsentrasi 3,5 gram/liter yaitu 1,359 mg/100gr.
Tabel 7.Analisa Perhitungan Vitamin C
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 1,173 1,085 1,115 3,373 1,124 P2 1,291 1,232 1,291 3,814 1,271 P3 1,378 1,349 1,349 4,076 1,359 Jumlah 3,842 3,666 3,755 11,263 1.251 Keterangan :
P1 : Asam sitrat 2,5 gram/liter P2 : Asam sitrat 3 gram/liter P3 : Asam sitrat 3,5 gram/liter
Dari perhitungan diatas dapat dilihat rata-rata dari setiap perlakuan bahwa P3 memiliki kandungan Vitamin C yang paling tinggi dengan perlakuan 3,5
gram/liter, yakni 1,359. Hal ini dapat terlihat dari Gambar 3 di bawah ini.
0 0.5 1 1.5 2 P1 P2 P3 Perlakuan Vitamin C
Gambar 3. Rata-rata hasil perhitungan Vitamin C tepung pisang
Dari hasil pengamatan diatas dapat lihat bahwa P1 lebih rendah kandungan
Vitamin C-nya dari pada perlakuan P2 dan P3,kemudian dilanjutkan dengan analisa
dengan menggunakan analisis sidik ragam, untuk kandungan Vitamin C sebagai berikut:
Tabel 8.Anilisa Sidik Ragam Vitamin C Pada Tepung Pisang
SK Db JK KT Fhitung F table 5 % 1% Perlakuan 2 0,084 0.042 42** 5,14 10,92 Galat 6 0,006 0.001 Total 8 Keterangan : **
Dari analisa sidik ragam diketahui bahwa perbedaan perlakuan konsentrasi asam sitrat berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap Vitamin C yang dihasilkan. Dari hasil pada taraf 5% pengaruh penambahan asam sitrat dengan konsentrasi 2,5 gr/liter (P1) berbeda nyata dengan pengaruh penambahan asam sitrat dengan
konsentrasi 3 gr/liter (P2), sedangkan pada konsentrasi 3,5 gr/liter (P3) juga
memiliki perbedaan yang nyata. Pada taraf 1% pengaruh penambahan asam sitrat dengan konsentrasi yang sama yakni 2,5 gr/liter (P1) berbeda nyata dengan
pengaruh penambahan asam sitrat dengan konsentrasi 3 gr/liter (P2), sedangkan pada konsentrasi 3,5 gr/liter (P3) memiliki perbedaan yang nyata. Pada perlakuan
(P3) yaitu 1,359 dan perlakuan (P2) yaitu 1,271, merupakan perlakuan optimum.
Dapat terlihat bahwa penambahan konsentrasi asam sitrat pada 2,5 gr/liter (P1) memperoleh kandungan Vitamin C paling sedikit (1,124).
Apabila dibandingkan dengan komposisi kimiawi berdasarkan Standar
Internasional (SI), Vitamin C yang didapatkan belum masuk dalam Standar
Internasional. Penambahn asam sitrat berpengaruh terhadap vitamin C yang dihasilkan hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh penambahan asam sitrat
dengan konsentrasi paling sedikit mempunyai kandungan vitamin paling sedikit (P1), mengingat pada masing-masing perlakuan pengolahan tepung pisang
dengan proses yang sama. Proses perendaman dalam pengolahan tepung pisang juga bisa menyebabkan hilangnya kandungan Vitamin C, mengingat Vitamin C
larut dalam air. Namun penurunan kandungan Vitamin C juga dapat dipengaruhi
oleh umur buah atau kriteria matang buah pisang yakni sebagai bahan dasar pengolahan tepung pisang karena mengingat pembuatan tepung pisang
menggunakan pisang yang tua namun belum matang sempurna yang jelas mempengaruhi kandungan vitamin di setiap buah pisang yang diolah selain itu
proses pemanasan sebelum pengupasan juga mempengaruhi hilangnya vitamin C.
(Susanto. T., Saneto. B, 1994 C. Uji Organoleptik
1. Warna (Derajat Putih)
Tabel 9.Uji Organoleptik warna (Derajat Putih) Tepung Pisang
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 3,50 3,40 3,45 10,35 3,450 P2 3,85 3,20 3,70 10,75 3,583 P3 3,90 3,75 3,40 11,05 3,683 Jumlah 11,25 10,35 10,55 32,00 3,555 Keterangan :
P1 : Asam sitrat 2,5 gram/liter P2 : Asam sitrat 3 gram/liter P3 : Asam sitrat 3,5 gram/liter
Dari hasil perhitungan uji organoleptik dapat terlihat rata-rata nilai dari
setiap perlakuan, perlakuan P1 memiliki rata-rata paling rendah bila dibandingkan P2 dan P3. Hal ini terlihat pada Gambar 4.
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 P1 P2 P3 Perlakuan Warna
Gambar 4. Rata-rata warna tepung pisang
Dari Gambar 4 terlihat nilai tertinggi warna pada uji organoleptik adalah
perlakuan P3 dengan jumlah 3,683 (suka), dengan konsentrasi asam sitrat 3,5 gram/liter
dan paling rendah P1 dengan nilai 3,450 (agak suka), dengan konsentrasi asam sitrat 2,5
gram/liter, ketiga perlakuan masih masuk dalam range penilaian disukai dan agak
disukai, mengingat hal-hal yang juga mempengaruhi warna adalah bahan dasar, dan
jumlah antara P1 dan P2 tidak memiliki angka yang jauh berbeda yakni 3,450 % (agak suka) dan 3,583% (suka). Penambahan asam sitrat mempengaruhi warna dari tepung
pisang, hal ini dapat dilihat pada hasil penilaian panelis pada penambahan asam sitrat dengan konsentrasi paling sedikit (P3) memperoleh rata-rata tingkat kesukaan panelis
2. Aroma
Tabel 10.Uji Organoleptik Aroma Tepung Pisang
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 3,30 3,50 3,30 10,10 3,366 P2 3,55 3,90 3,25 10,70 3,566 P3 4,10 3,05 3,95 11,10 3,700 jumlah 10,95 10,45 10,50 31,90 3,544 Keterangan :
P1 : Asam Sitrat 2,5 gram/liter P2 : Asam sitrat 3 gram/liter P3 : Asam sitrat 3,5 gram/liter Keterangan Range Penilaian Panelis : 1.01-1.49 : Sangat tidak suka
1.50-2.49 : Tidak suka 2.50-3.49 : Agak suka 3.50-4.49 : Suka
4.50-5.00 : Sangat suka
Dari hasil perhitungan uji organoleptik dapat terlihat rata-rata nilai dari setiap perlakuan, perlakuan P1 memiliki rata-rata paling rendah bila dibandingkan P2 dan P3. Hal ini terlihat pada Gambar 5.
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 P1 P2 P3 Perlakuan Aroma
Nilai tertinggi aroma yang diuji organoleptik adalah perlakuan P3 dengan nilai 3,700 (suka), dengan konsentrasi 3,5 gram/liter dan paling rendah P1dengan
nilai 3,366 (agak suka) dengan konsentrasi asam sitrat 2,5 gram/liter, tetapi pada
dasarnya ketiga perlakuan yang diberikan dalam pengolahan tepung pisang ini masih dalam skala penilaian yang hampir sama, yakni suka dan agak suka.
Penambahan asam sitrat dengan konsentrasi berbeda mempengaruhi terhadap aroma yang dihasilkan, hal ini terlihat jelas semakin tinggi konsentrasi asam sitrat
yang ditambahkan pada pembuatan tepung pisang semakin tinggi pula tingkat kesukaan panelis pada aroma yang dihasilkan. Warna dan aroma yang dihasilkan
tepung pisang diukur berdasarkan tingkat kesukaan panelis menggunakan uji
organoleptik terhadap tepung pisang.
Pengujian organoleptik ini menggunakan 20 panelis untuk menguji 3 jenis
perlakuan-perlakuan yang diberikan pada pembuatan tepung pisang. Bila nilai
tingkat kesukaan terhadap warna dan aroma kurang baik maka tepung pisang
tersebut tidak dapat dikatakan berkualitas baik karena tidak disukai konsumen dan
apabila semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kesukaan
terhadap tepung pisang yang dihasilkan dari jenis perlakuan tersebut juga semakin
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pengujian tepung pisang yang terdiri dari yaitu,
Vitamin C dan organoleptik yang meliputi warna dan tekstur tepung pisang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penambahan asam sitrat pada konsentrasi 3,5 gram/liter memiliki kadar air yang paling rendah yaitu 9,223%.
2. Penambahan asam sitrat pada konsentrasi 3,5 gram/liter memberikan hasil vitamin C paling tinggi yaitu 1,359 mg
3. Dari hasil uji organoleptik pada perlakuan P3 dengan konsentrasi 3,5
gram/liter, merupakan tepung pisang yang paling di sukai tersusun dengan hasil pada parameter warna (derajat putih) yakni 3,683 (suka), dan pada
parameter aroma 3,700 (suka).
B. Saran
1. Disarankan agar pada proses perendaman benar-benar memperhatikan tempat
perendaman, mengingat apabila proses perendaman pada bahan tidak merata
dapat menyebabkan hasil yang tidak baik.
2. Pada proses perebusan sebaiknya menggunakan suhu rendah (60oC), agar vitamin C pada bahan tidak banyak yang hilang akibat panas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Tentang Budidaya Tanaman Pisang. Http://pktb.ipb.ac.id./ipages/exsum /pisang.pdf. Senin 23 Agustus
Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3841-1995. tepung pisang. Departemen perindustrian. Jakarta.
Direktorat Gizi DepKes R.I. 1995. Kandungan gizi dalam Pangan. Jakarta Muliono.2005. Kamus Kimia. Bumi Aksara. Bandung
Mulyati, 2005. Aneka O lahan Pisang. Tribus Agrisarana, Jakarta
Sudarmadji, S,. Bambang H, dan Suhardi. 1984. analisa bahan makanan dan pertanian. Penerbit liberty. Yogyakarta.
Suyanti, supriyadi Ahmad.2005. Budi Daya Pisang dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susanto, S,. Saneto, B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Pt. Bina Ilmu. Surabaya
Lampiran 1. Perhitungan Rata-rata dan Analisa Kadar Air
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 9,367 9,943 9,250 28,560 9,520 P2 9,610 9,170 9,246 28,026 9,342 P3 9,487 9,113 9,069 27,669 9,223 Jumlah 28,464 28,226 27,565 84,255 9,361 Keterangan :
P1 : asam sitrat 2,5gram / liter P2 : asam sitrat 3 gram / liter P3 : asam sitrat 3,5 gram / liter
Kadar air = 100% sampel awal Berat dioven sesudah sampel Berat -dioven sebelum awal Berat 1. Kadar air P1U1 = 100% 3.95 37.46 -37.83 = 9.367 % P1U2 = 100% 3.52 60.92 -61.27 = 9.943 % P1U3 = 100% 3.10 50.06 -50.43 = 9.250 % 2. Kadar air P2U1 = 100% 3.85 33.38 -33.75 = 9.610 % P2U2 = 100% 4.58 36.31 -36.73 = 9.170 % P2U3 = 100% 4.11 55.40 -55.78 = 9.246 % 3. Kadar air P3U1 = 100% 3.90 34.55 -34.92 = 9.487 % P3U2 = 100% 4.06 37.46 -37.83 = 9.113 %
P3U3 = 100% 4.08 54.54 -54.91 = 9.069 %
Analisa Kadar Air
1. t x r Tij FK 2 3 3 255 . 84 2 x FK 9 905 . 7098 FK FK 788.767 2. FK t TK JKP 2 767 . 788 3 ) 669 . 27 026 . 28 560 . 28 ( 2 2 2 JKP 767 . 788 3 ) 573 . 765 457 . 785 674 . 815 ( JKP 767 . 788 3 703 . 2366 JKP 767 . 788 901 . 788 JKP =JKP 0,134 3. JKT T(Yij2) FK 767 . 788 392 . 789 JKT 625 . 0 JKT 4. JKG JKT JKP 0,625 0.134 0.491 5. dbperlakuan = r – 1 = 3 – 1 = 2 6. dbgalat = r (t-1) = 3 (3-1) = 3 x 2 = 6 7. 0,067 2 134 , 0 n dbperlakua JKP KTP 8. 0,104 6 625 , 0 dbgalat JKG KTG 9. Fhitung= 0.644 104 , 0 067 , 0 KTG KTP
SK db JK KT Fhitung F tabel
5 % 1%
Perlakuan 2 0,134 0,067 0.644tn 5,14 10,92
Galat 6 0,625 0,104
Total 8 0,04
a. Jika Fhitung> Ftabel 1% maka dinyatakan berbeda sangat nyata (**) b. Jika Fhitung> Ftabel 5% maka dinyatakan berbeda nyata (*)
c. Jika Fhitung tabel5% maka dinyatakan tidak berbeda nyata (tn)
10. 9.362 9 255 . 84 t x r Tij y 11. 3.4% 362 . 9 % 2 . 32 % 100 362 . 9 322 , 0 % 100 362 . 9 104 , 0 % 100 x x x y KTG KK
Lampiran 2. Perhitungan Rata-rata dan Analisa Vitamin C Tepung Pisang
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 1,173 1,085 1,115 3,373 1,124 P2 1,291 1,232 1,291 3,814 1,271 P3 1,378 1,349 1,349 4,076 1,359 Jumlah 3,842 3,666 3,755 11,263 1,251 Keterangan :
P1 : asam sitrat 2,5gram / liter P2 : asam sitrat 3 gram / liter P3 : asam sitrat 3,5 gram / liter
Analisa Vitamin C Tepung Pisang
1. t x r Tij FK 2 3 3 263 . 11 2 x FK 9 855 . 126 FK FK 14.095 2. FK t TK JKP 2
095 . 14 3 ) 076 . 4 814 . 3 373 . 3 ( 2 2 2 JKP 095 . 14 3 ) 614 . 16 547 . 14 377 . 11 ( JKP 095 . 14 3 538 . 42 JKP 095 . 14 179 . 14 JKP 084 . 0 JKP 3. JKT T(Yij2) FK 095 . 14 185 . 14 JKT =JKT 0.090 4. JKG JKT JKP 0.090 0.084 0.006 5. dbperlakuan = r – 1 = 3 – 1 = 2 6. dbgalat = r (t-1) = 3 (3-1) = 3 x 2 = 6 7. 0.042 2 084 . 0 n dbperlakua JKP KTP 8. 0,001 6 006 . 0 dbgalat JKG KTG 9. Fhitung= 42 001 . 0 042 . 0 KTG KTP SK db JK KT Fhitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 2 0,084 0,042 42** 5,14 10,92 Galat 6 0,006 0,001 Total 8 Keterangan :
a. Jika Fhitung> Ftabel 1% maka dinyatakan berbeda sangat nyata (**) b. Jika Fhitung> Ftabel 5% maka dinyatakan berbeda nyata (*)
c. Jika Fhitung tabel 5% maka dinyatakan tidak berbeda nyata (tn) 10. 1.251 9 263 . 11 t x r Tij y 11. 100% 0.25 100% 2.5% 251 . 1 001 . 0 % 100 x x x y KTG KK
Lampiran 3.Perhitungan Rata-Rata Uji Organoleptik Tepung Pisang
1. Warna (derajat putih) Tepung Pisang
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 3,50 3,40 3,45 10,35 3,450 P2 3,85 3,20 3,70 10,75 3,583 P3 3,90 3,75 3,40 11,05 3,683 Jumlah 11,25 10,35 10,55 32,00 3,555 Keterangan :
P1 : asam sitrat 2,5gram / liter P2 : asam sitrat 3 gram / liter P3 : asam sitrat 3,5 gram / liter
Analis Warna (derajat putih) Tepung Pisang
1. t x r Tij FK 2 3 3 322 x FK 9 024 , 1 FK FK 113,7778 2. FK t TK JKP 2 7778 , 113 3 ) 05 , 11 75 , 10 35 , 10 ( 2 2 2 JKP 7778 , 113 3 787 , 344 JKP 7778 , 113 929 , 114 JKP 1512 , 1 JKP
3. JKT T(Yij2) FK 7778 , 113 120 , 114 JKT =JKT 1,5197 4. JKG JKT JKP 1,5197 1,1512 0,3685 5. dbperlakuan = r – 1 = 3 – 1 = 2 6. dbgalat = r (t-1) = 3 (3-1) = 3 x 2 = 6 7. 0,5756 2 1512 , 1 n dbperlakua JKP KTP 8. 0,0614 6 3685 . 0 dbgalat JKG KTG 9. Fhitung= 9,3746 0614 , 0 5756 , 0 KTG KTP SK db JK KT Fhitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 2 1,1512 0,5756 930,426** 5,14 10,92 Galat 6 0,3685 0,0614 Total 8 Keterangan :
berbeda sangat nyata (**)
10. 3,555 9 00 , 32 t x r Tij y 11. 100% 0,130 100% 13% 555 , 3 4 061 , 0 % 100 x x x y KTG KK
2. Aroma Tepung Pisang
Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata
U1 U2 U3 P1 3,30 3,50 3,30 10,10 3,366 P2 3,55 3,90 3,25 10,70 3,566 P3 4,10 3,05 3,95 11,10 3,700 Jumlah 10,95 10,45 10,50 31,90 3,544 Keterangan :
P1 : asam sitrat 2,5gram / liter P2 : asam sitrat 3 gram / liter P3 : asam sitrat 3,5 gram / liter
Analis Aroma Tepung Pisang
1. t x r Tij FK 2 3 3 90 , 31 2 x FK 9 61 , 1017 FK FK 113,0678 2. FK t TK JKP 2 0678 , 113 3 ) 10 , 11 70 , 10 10 , 10 ( 2 2 2 JKP 0678 , 113 3 710 , 339 JKP 0678 , 113 236 , 113 JKP 1682 , 0 JKP 3. JKT T(Yij2) FK 0678 , 113 120 , 114 JKT =JKT 1,0522 4. JKG JKT JKP 1,0522 0,1682 0,884 5. dbperlakuan = r – 1 = 3 – 1 = 2 6. dbgalat = r (t-1) = 3 (3-1) = 3 x 2 = 6
7. 0,3364 2 1682 , 0 n dbperlakua JKP KTP 8. 0,1473 6 884 , 0 dbgalat JKG KTG 9. Fhitung= 2,2837 1473 , 0 3364 , 0 KTG KTP SK db JK KT Fhitung F tabel 5 % 1% Perlakuan 2 0,1682 0.3364 380,408** 5,14 10,92 Galat 6 0,884 0,1473 Total 8 Keterangan :
berbeda sangat nyata (**)
10. 3,544 9 90 , 31 t x r Tij y 11. 100% 0,202 100% 20,2% 544 , 3 147 , 0 % 100 x x x y KTG KK
Lampiran 4. Gambar Proses Pengolahan Tepung Pisang
a. Perebusan
c. Pengirisan dan perendaman
e. Proses Pengovenan
g. pengujian