• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUTMBUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUTMBUH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

\ -31

I

tl

PERATURAN

DAERAH

KOTA

PAYAKUTMBUH

NOMOR

:

aq

TAHUN

2007

TENTANG

PERUBAHAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 01

TAHUN

2OO3

TENTANG

PENCEGAHAN, PENINDAKAN

DAN

PEMBERANTASAN PENYAKIT

MASYARAKAT

DAN

MAKSIAT

(2)

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR

:

0{

TAHUN 2006

TENTANG

PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAIIUN 2OO3 TENTANG PENCEGAHAN, PENINDAKAN DAN PEMBERANTASAN

PENYAKIT MASYARAKAT DAN MAKSIAT

uFtt$N

q,fi{wt

wtcst{,{qt{g

wra

s,sn

Menimbang

Mengingat

a.

bahwa sesuai dengan perkembangan kdndisi

saat

ini

dirasa perlu menyempurnakan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh

Nomor 01 Tahun 2005 tentang Pencegahan, Penindakan dan Pemberantasan Penyakit masyarakat dan haksiat;

b.

bahwa untuk menyempurnakan sebagaimana dimaksud point a diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

1

.

Undang-Undang Nomor

I

Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah

jo

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8

Tahun

1970 tentang

Pelaksanaan Pemerintah Kotamadya Solok dan Payakumbuh (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor

1e);

2.

Undang-Undang Nomor

73

Tahun 1958 tentang Menyatakan

berlakunya Undang-Undang

Nomor

1

Tahun

1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

Untuk

Seluruh

Wilayah

Republik

lndonesia dan Mengubah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(Lembaran

Negara

Tahun 1958

Nomor

12,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 1660);

3.

Undang-Undang Nomor

04

Tahun 2004 tentang Ketentuan' ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara

Tahun 2004 Nomor

8,

Tambahan Lembaran Negara Nomor

4358);

4.

Undang-Undang Nomor

8

Tahun 1981 tentang Kitap

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran ftlegara Tahun 1981

1

(3)

Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3a95);

5.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok

Kesehatan (Lembaran

Negara

Tahun 1992 Nomor

100,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

6.

Undang-Undang Nomor

5

Tahun 1997 tentang Psikotropika

(Lembaran

Negara

Tahun 1997

Nomor

10

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3671);

7.

Undang-undang Nomor

22

Tahun

1997 tentang

Narkotika

(Lembaran Negara Nomor

67,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3698);

8.

Undang-Undang

Nomor

28

Tahun

1999

tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara"Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 385);

9:

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara

Tahun

2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

10.Undang-Undang Nomor

32

Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

11.Undang-Undang nomor 33 Tahun 2OO4

tintang

Perimbangan

Keuangan

Antara

Pemerintah

Pusat dengan

Pemerintah

Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi

Kegiatan lnstansi Vertikal

di

Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 67);

13. Peraturan Daerah Nomor

02

Tahun

2003

tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat

DPRD

Kota

Payakumbuh (Lembaran

Daerah

Kota Payakumbuh Tahun 2003 Nomor 02);

14. Peraturan Daerah Nomor

03

Tahun

2003 tentang Struktur

Organisasi

dan

Tata

Kerja Dinas

dan

Lembaga

Teknis

Pemerintah

Kota

Payakumbuh

(Lembaran

Daerah

Kota Payakumbuh Tahun 2003 Nomor 03);

l5.Peraturan

Daerah Nomor

04

Tahun

2003 tentang Struktur

(4)

i

Organisasi

dan Tata

Kerja

Kecamatan

dan

Kelurahan

Pemerintah

Kota

Payakumbuh

(Lembaran

Daerah

Kota Payakumbuh Tahun 2003 Nomor 04);

Memperhatikan

1.

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Rl

Nomor

86/Men-Kes/PER/lV 177 tentang Minuman Keras.

2.

Keputusan Menteri Kehakiman

Rl

Nomor 04.PW-07-05 Tahun

1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

3.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M/DAG/PER/3/2006

tentang Pengawasan

dan

Pengendalian lmport, Pengedaran

dan Penjualan, dan Perizinan Minuman Berakohol.

4.

lnstruksi

Menten

Dalam Negeri

Rl

Nomor

4

Tahun

1997

tentang Larangan dan Pengawasan Penerbitan mengenai Judi, Pornografi, dan Minuman Keras atau Alkohol.

5.

Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

Nomor 153/B/Sl(1980 tentang Tatacara Perizinan Minuman

Keras.

6.

Pemyataan Sikap Pimpinan DPRD lGbupaten

dan

Kota se

Sumatera Barat tanggal 25 September 20A2.

7.

Pendapat dan Saran-saran dari Muspida dan berbagai Lapisan

Masyarakat (Ninik Mamak, Alim Ulama, Cerdik Pandai, Bundo

Kandung. LSM, Ormas,

dan

Generasi Muda) melalui Rapat

Dengar Pendapat, pengamatan langsung dan lain sebagainya,

"

tentang maraknya penyakit masyarakat

dan

maksiat

di

Kota Payakumbuh.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKII.AN RAKTAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dan WALIKOTA PAYAKUMBU H

MEMUTUSKAN

Menetapkan

PERATURAN

DAERAH

TENTANG PERUBAHAN

ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR

01

TAH

PENCEGAHAN, PENINDAKAN

DAN

PENYAKIT MASYARAKAT / MAKSIAT

i

U

N

2OO3 TENTANG

PEMBERANTASAN

(5)

Pasal I

Beberapa ketentuan

dalam

Peraturan

Daerah Nomor

01

Tahun 2003

teniang Pencegahan, Penindakan, dan Pemberantasan Penyakit MasyarakaUMaksiat (Lembaran

Daerah Kota payakumbuh Tahun 2OO3 Nomor 01) diubah dan ditukar sebagai berikut :

1.

Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasal

I

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan

I

,

1.

Daerah adalah Kota Payakumbuh;

2.

Pemerintahan

Daerah

adalah

Penyelenggaraan

urusan

pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah

dan

DPRD menurut azas otonomi

dan

tugas pembantuan

dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik lndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945;

3.

Pemerintah Daerah

adalah

Walikota

dan

Perangkat

Daerah sebagai

unsur

penyelenggara Pemerintahan

Daerah;,

4.

Walikota adalah Walikota Payakumbuh,

5.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Penrvakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh sebagai unsur Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

6.

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disebut PPNSD adalah

Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kota yang diberi

wewenang khusus

oleh

undang-undang

untuk

melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah;

7.

Pencegahan adalah tindakan awal merintangi, menolak atau melarang agar tidak

terjadinya

suatu

perbuatan

yang

berkaitan dengan Penyakit masyarakat dan

maksiat;

B.

Penindakan adalah suatu tindakan memproses pelaku perbuatan yang berkaitan

dehgan penyakit masyarakat dan maksiat;

9.

Pemberantasan

adalah tindakan

memerangi,

untuk

melenyapkan,

dan

atau membasmi perbuatan yang berkaitan dengan penyakit masyarakat dan maksiat;

10. Penyakit Masyarakat adalah perbuatan/tindak tanduk seseorang atau sekelompok

orang yang terjadi

ditengah-tengah masyarakat,

yang dapat

menimbulkan

keresahan masyarakat, tidak sesuai dengan tata krama kesopanan, agama, adat

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(6)

11.

Maksiat adalah setiap perbuatan

yang

merusak sendl-sendi kehidupan sosial

kemasyarakatan dan melanggar norma-norma agama dan adat istiadat baik yang

telah diatur oleh peraturan perundang-undangan atau belum;

12.

Backing (pelindung) adalah Seseorang

atau lebih yang

melakukan perbuatan

melindungi atau menjadi pengaman, sehingga dengan perlindungan/pengamanan

itu terjadi atau dapat terjadi penyakit masyarakat dan maksiat;

13.

Pezinaan adalah hubungan seksual yang dilakukan oten laki-laki dan perempuan diluar ikata pernikahan;

14.

Mengarah kepada pezinaan adalah perbuatan/kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berlawanan jenis kelamin yang tidak terikat dalam ikatan

pemikahan yang menurut norma agama dan/atau adat istiadat setempat perbuatan tersebut termasuk hal yang dilarang atau melanggar norma kesopanan;

15.

Pelacur adalah perempuan

atau lakilaki

yang

melakukan hubungan seksual

dengan lawan jenisnya atau sesama jenis dengan maksud untuk mendapatkan kepuasan daniatau materi;

16.

Pelacuran adalah suatu bentuk pekerjaan untuk melakukan hubungan seksual

diluar pernikahan atau kegiatan seksual lainnya untuk mendapatkan kepuasan

dan/atau materi,

17.

Vidio Game dan Play Station atau sejenisnya adalah permainan yang diprogram melalui layar kaca;

18.

Bilyard/Kerambol adalah suatu permainan

yang

menggunakan

bola kecil

atau sejenisnya yang mempergunakan tongkat panjang diatas meja persegi;

19.

Diskotik

dan

sejenisnya

adalah

ruangan

atau

gedung hiburan

tempat

mendengarkan music dan/atau berdansa mengikuti irama musik;

20.

Caf6 adalah tempat minum-minum yang pengunjungnya dihibur dengan musik;

2'l

.

Panti Pijat adalah suatu tempat yang memberikan pelayanan pemijatan untuk

tujuan kesehatan dan/atau pengobatan;

22.

Salon

kecantikan

adalah suatu tempat

untuk

memberikan pelayanan, untuk merawat dan/atau mempercantik diri;

23.

Minuman

keras

adalah Semua

jenis

minuman beralkohol

tetapi

bukan

obat

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Rl

Nomor

86/Men-KeslPerllYftT tentang Minuman Keras

atau

minuman yang diolah yang dapat

memabukkan,

24.

Minumam Berakohol

adalah

Mlnuman sebagaimana

yang

dimaksud

dalam

Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

15/M-DAG/PER/312006 tentang

(7)

Pengawasan dan Pengendalian lmport, Pengedaran dan Penjualan, dan Perizinan Minuman Berakohol.

2.

Diantara Pasal

6

dan

Pasal

7

ditambah '1 (satu) pasal baru yaitu Pasal

64

yang berbunyii sebagai berikut :

Pasal 6A

Setiap orang atau kelompok dilarang :

(1) Melakukan kegiatan atau perbuatan pelacuran, atau melakukan transaksi, atau

sebagai perantara kearah terjadinya perbuatan maksiat,

dan atau

memberi

kesempatan, tempat tinggalnya, atau tempat usahanya atau kendaraannya sebagai tempat terjadinya perbuatan maksiat.

(2) Meminum-minuman keras atau menyedrakan untuk orang lain atau memperjual belikannya kecuali yang telah diatur oleh ketentuan perundang-undangan;

(3)Membawa,

menyediakan, mengedarkan, menguasai, menerima, menyimpan, memperjual belikan minuman keras di daerah tanpa izin Pemerintah.

(4) Menjadi backing (pelindung) terhadap perbuatan yang diaturAyat (1), (2), (3) pasal

ini.

(5)

Izin

sebagaimana dimaksud

Ayat (3)

diatas diberikan dengan mempedomani ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3.

DiantaraPasal

l3danPasal l4ditambahkanl(satu)Pasal

baruyaituPasal

l34yang

berbunyi sebagai berikut :

Pasal 134

Dalam rangka penertiban berdasarkan masukan

dari

masyarakat atau pengamatan atau temuan di lapangan, Walikota atau pejabat yang ditunjuk berwenang :

(1)

Melakukan

tindakan Prefentif maupun tindakan

refresif sesuai

ketentuan

Perundang-undangan yang berlaku terhadap pelaku perbuatan maksiat.

(2)

Menutup atau menghentikan seluruh kegiatan rumah bilyard, diskotik, cafe, video

game, play station, panti pijat dan salon kecantikan.

(3)

Melakukan pembekuan

izin

sementara

tanpa

meminta persetujuan kepada

pemilik izin.

(8)

4.

Ketentuan dalam Pasal 15 diubah, sehingga keseluruhan Pasal 15 berbunyi :

Pasal 15

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana yang diatur Pasal

4,

Pasal 5,

Pasal

6

dan

Pasal

64

Peraturan Daerah

ini

diancam Pidana kurungan paling

lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta)

rupiah.

Bila Pidana tersebut pada ayat (1) pasal ini tidak dapat dijalankan maka kepada terpidana dikenakan Pidana pengganti berupa kerja sosial paling lama 100 jam;

Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal inl adalah pelanggaran;

Setiap barang bukti yang disita akibat pelanggaran Peraturan Daerah ini dapat

dimusnahkan.

(2)

(3) (4)

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah

ini

dilakukan

oleh

Pejabat

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNSD) tertentu di Lingkungan Pemerintah

Daerah

yang

pengangkatannya

ditetapkan

dengan

Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku;

(2) Dalam melakukan tugas penyidikan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNSD) sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berwenang :

a.

Menerima, mencari, mengumpulkan,

dan

meneliti keterangan

atau

laporan berkenan dengan tindak pidana, keterangan dan laporan tersebut menjadi lebih lengkap, dan jelas;

b.

Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pidana tersebut;

c.

Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau barang tentang

kebenaran perbuatan

yang

dilakukan sehubungan

dengan

tindak

pidana

tersebut;

d.

Memeriksa Buku-buku,

catatan-catatan

dan

dokumen-dokumen yang

e.

Meminta bantuan tenaga

ahli

dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

tindak pidana;

'7

5.

Ketentuan dalam Pasal 16 diubah, sehingga keseluruhan pasal 16 berbunyi :

(9)

f.

Menyuruh berhenti, melarang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat

pemerinksaan sedang berlangsung

dan

memeriksa identitas orang dan/atau

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada hurufe;

g.

Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;

h.

Memanggil

orang untuk

didengar

keterangannya

dan

diperiksa

sebagai

tersangka atau saksi;

i.

Menghentikan penyidikan;

j.

Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

' dibidang hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNSD), sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri sesuai daya

ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

Pasal ll

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan .

Agar

supaya setiap

orang

mengetahuinya, memerintahkan Penlundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota payakumbuh.

Ditetapkan di Payakumbuh Pada tanggal

1'

Z -

zcPl

WALIKOTA PAYAKUMBUH RIZAL ZAIN Diundangkan di Payakumbuh

padatanggal

8-z- zool

SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

MAMHUDA RIVA'I

LEMBARAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2006 NOMOR

Oi{ 5v..

e

- 4

(10)

,1,

.

PENJELASAN PERATURAN DAERAH

TENTANG

PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2OO3

TENTANG PENCEGAHAN, PENINDAKAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MASYARAKAT DAN MAKSIAT

UMUM

Sesuai dengan

perkembangan

dinamika

kehidupan masyarakat

maka

penyakit

masyarakat dan maksiat

juga

ikut meningkat. Untuk itu diperlukdn upaya secara terus

menerus

dan

berkesinambungan

untuk dapat

memberantasnya.

Guna

mewujudkan

tersebut perlu adanya kajian-kajian terhadap ketentuan-ketentuan yang terkait dengan

penyakit masyarakat dan maksiat tersebut.

PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Cukup jelas Pasal ll

Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengaku setulus- tulusnya, bahwa banyak pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan sumbang saran dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini yang

Hasil analisis performa perikanan melalui status indikator pada domain ini menunjukkan bahwa nilai skor domain teknik penangkapan ikan sebesar 12,5 pada skala skor 18, yang

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini tidak terlepas dari banyak pihak yang mendukung penulis dalam berbagai hal baik secara langsung maupun tidak

Rustam (2010) Analisis Parameter Fisik, Kimia, Biologi, dan Daya Dukung Lingkungan Perairan Pesisir untuk Pengembangan Usaha Budidaya Udang Windu di Kabupaten Barru

Jumlah fraksi amilosa dan amilopektin tersebut sangat berpengaruh pada profil gelatinisasi pati dan puding merupakan sejenis makanan terbuat dari pati yang diolah

Nilai rerata suhu udara ambien di Hutan Kota hampir sama dibandingkan di Taman Bekapai (Tabel 4), hanya selisih bahwa kemampuan penurunan suhu udara dari Hutan

Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala Kota Mojokerto untuk mendukung dan memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan rencana dan pembangunan, sehingga perlu

Berdasarkan hasil penelitian, terda- pat beberapa keterbatasan penelitian meli- puti: (1) kegiatan melakukan investigasi terhadap aktivitas manusia yang ada di