• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Tahun 2016"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahkmat dan karunia–Nya atas terselesaikannya buku Laporan Akhir dalam pekerjaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, Kota Mojokerto.

Dokuman Laporan Akhir ini merupakan dokumen terakhir dari rangkaian pelaporan pekerjaan, yang memuat program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancang, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana serta pembinaan pelaksanaan untuk Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala.

Laporan ini disusun dengan harapan akan dapat dimanfaatkan bagi pihak Pemberi Tugas serta pihak-pihak lain yang terkait dan dapat menjadi landasan bagi proses pelaporan selanjutnya . Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian pekerjaan ini, secara langsung maupun tak langsung membantu baik secara moril maupun materiil atas terselesaikannya laporan ini.

Kota Mojokerto, Juni 2016

(2)

LAPORAN AKHIR ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR PETA ... viii

BAB 1 PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

1.1.ANALISA PENGGUNAAN LAHAN MAKRO DAN PENGGUNAAN LAHAN MIKRO ... 1-1

1.1.1. Penggunaan Lahan Makro ... 1-1 1.1.2. Penggunaan Lahan Mikro ... 1-6 1.1.2.1. Identitas Lingkungan ... 1-11 1.1.2.2. Sirkulasi ... 1-17 1.1.2.3. Sarana dan Prasarana Lingkungan ... 1-31 1.1.2.4. Tata Lingkungan ... 1-43 1.1.2.5. Tata Bangunan ... 1-53

BAB 2 RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANG 2.1. ASPIRASI STAKEHOLDEER DALAM PENGEMBANGAN

KAWASAN ... 2-1 2.2. VISI DAN MISI PERANCANGAN ... 2-1 2.3. KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR TATA BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN ... 2-1 2.4. KONSEP PERANCANGAN STRUKTUR TATA BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN ... 2-2 2.4.1. Struktur Peruntukan Lahan ... 2-2 2.4.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan ... 2-4 2.4.2.1. Rencana Koefisien Dasar Bangunan ... 2-5

(3)

LAPORAN AKHIR iii 2.4.2.2. Rencana Koefisien Lantai Bangunan ... 2-5 2.4.2.3. Rencana Koefisien Dasar Hijau ... 2-6 2.4.3. Tata Bangunan ... 2-6 2.4.4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung ... 2-17 2.4.5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau ... 2-26 2.4.6. Tata Kualitas Lingkungan ... 2-34 2.4.7. Sarana dan Utilitas Lingkungan ... 2-46 2.4.8. Rencana Sistem Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan ... 2-48 2.4.9. Konsep Pelestarian Bangunan dan Lingkungan ... 2-69 2.5. KOMPONEN PERANCANGAN KAWASAN ... 2-69 2.5.1. Konsep Peruntukan Lahan Mikro ... 2-69 2.5.2 Persyaratan Pemanfaatan Lahan dengan Sistem Blok ... 2-70 2.5.3. Pendekatan Pengembangan Lahan ... 2-71 2.5.4. Skenario Perancangan Kawasan ... 2-72 2.5.5. Konsep Dasar Perencanaan ... 2-72 2.5.5.1. Konsep Sktuktur Tata Bangunan ... 2-72 2.5.5.2. Konsep Struktur Tata Lingkungan ... 2-72 2.6. PENETAPAN BLOK – BLOK PENGEMBANGAN KAWASAN DAN PROGRAM PENANGANAN ... 2-73

2.6.1. Pembagian Segmen Peruntukan ... 2-74 2.6.2. Program Penanganan Per Blok ... 2-75

BAB 3 RENCANA INVESTASI

3.1. SKENARIO STRATEGI RENCANA INVESTASI ... 3-1 3.1.1. Program Investasi Lintas Sektor ... 3-2 3.1.2. Pola – Pola Penggalangan Dana dan Tata Cara Penyepakatan

Dan Pembiayaan Investasi ... 3-16 3.1.3. Tata Cara Penyiapan dan Penyepakatan Investasi ... 3-16 3.1.4. Strategi Perencanaan Investasi dan Langkah – Langkahnya ... 3-17 3.2. POLA KERJASAMA OPERASIONAL INVESTASI ... 3-21 3.2.1. Bentuk Kerjasama Operasional (KSO) ... 3-21

(4)

LAPORAN AKHIR iv 3.2.2. Pertimbangan Pemilihan Jenis KSO ... 3-24

BAB 4 KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA

4.1. ASPEK – ASPEK PENGENDALIAN RENCANA ... 4-1 4.1.1. Aspek Pendendalian Administrasi ... 4-2 4.1.2. Arahan – Arahan Antisipatif Jika Terjadi Perubahan... 4-12 4.2. STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA ... 4-15

BAB 5 PEMBINAAN PELAKSANAAN

5.1. PEMERINTAH PUSAT ... 5-1 5.2. PEMERINTAH DAERAH ... 5-3

(5)

LAPORAN AKHIR v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Landmark Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan

Empu Nala ... 1-14 Gambar 1.2. Titik Lokasi Nodes Kawasan Koridor lan J.A. Suprapto –

Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala ... 1-15 Gambar 1.3. Tipe Parkir ... 1-23 Gambar 1.4. Bentuk Ketinggian Bangunan ... 1-48 Gambar 1.5. Bentuk Pengendalian Kumpulan Kavling Yang Diperlakukan

Sebagai Blok ... 1-56 Gambar 1.6. Analisis GSB di Koridor Perencanaan ... 1-59 Gambar 1.7 Simulasi Pemunduran Bangunan Ditinjau Dari Perbedaan Peil

Halaman dan Trotoar ... 1-60

Gambar 2.1. Rencana Penerapan Koefisien Dasar Bangunan ... 2-11 Gambar 2.2. Rencana KDB dan Ketinggian Bangunan ... 2-12 Gambar 2.3. Rencana Perpetakan Lahan ... 2-13 Gambar 2.4. Rencana Kesan Ruang pada Koridor Perencanaan ... 2-14 Gambar 2.5. Rencana Laras Varian pada Koridor Perencanaan ... 2-15 Gambar 2.6. Rencana Pengaturan Koridor Sirkulasi Dan Jalur Penghubung

di Wilayah Perencanaan ... 2-25 Gambar 2.7. Rencana Tanaman Peneduh ... 2-31 Gambar 2.8. Rencana Tanaman Penyerap Polusi Udara ... 2-31 Gambar 2.9. Rencana Tanaman Penyerap kebisingan ... 2-32 Gambar 2.10. Rencana Tanaman Pemecah Angin ... 2-33 Gambar 2.11. Rencana Tanaman Pembatas Pandang ... 2-33 Gambar 2.12. Rencana Penempatan Lampu Penerangan Jalan ... 2-36 Gambar 2.13. Peletakan Halte Di Ruas Jalan Di Belakang Trotoar ... 2-37 Gambar 2.14. Peletakan Halte Di Ruas Jalan Di Depan Trotoar ... 2-38 Gambar 2.15. Peletakan Tempat Sampah Di Trotoar ... 2-38

(6)

LAPORAN AKHIR vi Gambar 2.16. Bentuk Path Pada Masing-masing Koridor ... 2-39 Gambar 2.17. Bentuk Landmark di Wilayah Perencanaan ... 2-40 Gambar 2.18. Bentuk Node di Wilayah Perencanaan ... 2-41 Gambar 2.19. Rencana Rambu Pengarah ... 2-44 Gambar 2.20. Rencana Papan Reklame ... 2-45 Gambar 2.21. Rencana Pedestrian Di Jalan Utama ... 2-49 Gambar 2.22. Sistem Parkir Offstreet ... 2-50 Gambar 2.23. Sistem Parkir Offstreet dan Onstreet ... 2-52 Gambar 2.24. Tata Letak Parkir Onstreet dan Offstreet ... 2-53 Gambar 2.25. Pola-Pola Perparkiran Kendaraan Roda Empat ... 2-57

Gambar 4.1. Konsep Rencana Struktur Kelembagaan Pelaksanaan RTBL Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu

Nala Kota Mojokerto ... 4-3 Gambar 4.2. Mekanisme Pengendalian RTBL ... 4-8 Gambar 4.3. Struktur Organisasi Badan Pengelola Kawasan RTBL Jalan

(7)

LAPORAN AKHIR vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Analisis Penggunaan Lahan Makro ... 1-4 Tabel 1.2. Analisis Penggunaan Lahan Mikro ... 1-9 Tabel 1.3. Analisis Wujud Identitas Landmark ... 1-16 Tabel 1.4. Tipe Tempat Parkir ... 1-20 Tabel 1.5. Analisis Penyediaan Trotoar ... 1-25 Tabel 1.6. Analisis Penyediaan Lampu Jalan ... 1-29 Tabel 1.7. Analisis Perwadahan Sampah ... 1-39 Tabel 1.8. Analisis Tanaman Penghijauan ... 1-50 Tabel 1.9. Analisis Koefisien Dasar Bangunan ... 1-60 Tabel 1.10. Analisis Koefisien Lantai Bangunan ... 1-63

Tabel 2.1 Rencana Koefisien Dasar Bangunan ... 2-5 Tabel 2.2 Rencana Koefisien Lantai Bangunan ... 2-5 Tabel 2.3. Standar Desain Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki ... 2-48 Table 2.4. Kebutuhan SRP di kawasan Perdagangan dan Jasa ... 2-53 Tabel 2.5. Kebutuhan SRP di Tempat Rekreasi ... 2-54 Table 2.6. Kebutuhan SRP di Hotel/Penginapan ... 2-54 Tabel 2.7. Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir ... 2-54

Tabel 3.1. Program Investasi RTBL Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen

Pamuji – Jalan Empu Nala Kota Mojokerto Tahun 2016 - 2026 ... 3-30 Tabel 5.1 Pelaku dan Penanggungjawab Kegiatan Dalam Pembinaan

(8)

LAPORAN AKHIR viii

DAFTAR PETA

Peta 2.1. Rencana Identitas Lingkungan ... 2-42 Peta 2.2. Rencana Prasarana dan Utilitas Lingkungan ... 2-63 Peta 2.3. Rencana Pedestriasn ... 2-64 Peta 2.4. Rencana Jaringan Drainase ... 2-65 Peta 2.5. Rencana Jaringan Air Bersih ... 2-66 Peta 2.6. Rencana Jaringan Listrik ... 2-67 Peta 2.7. Rencana Jaringan Telekomunikasi ... 2-68 Peta 2.8. Pembagian Segmen ... 2-76 Peta 2.9. Pembagian Segmen I ... 2-77 Peta 2.10. Pembagian Segmen II ... 2-78 Peta 2.11. Pembagian Segmen III ... 2-79 Peta 2.12. Pola Ruang ... 2-80 Peta 2.13. Pola Ruang Lembar 1 ... 2-81 Peta 2.14. Pola Ruang Lembar 2 ... 2-82 Peta 2.15. Pola Ruang Lembar 3 ... 2-83 Peta 2.16. Pola Ruang Lembar 4 ... 2-84 Peta 2.17. Pola Ruang Lembar 5 ... 2-85 Peta 2.18. Pola Ruang Lembar 6 ... 2-86

(9)

LAPORAN AKHIR 1 - 1

BAB I

PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

1.1 ANALISA PENGGUNAAN LAHAN MAKRO DAN PENGGUNAAN

LAHAN MIKRO

Analisis penggunaan lahan makro dan mikro dilakukan dengan mengevaluasi penggunaan lahan faktual dan kecenderungan perkembangan di lapangan terhadap rencana tata ruang dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

1.1.1 Penggunaan Lahan Makro

Penggunaan lahan makro adalah jenis kegiatan atau penggunaan yang terdapat di koridor perencanaan. Jenis penggunaan lahan makro di koridor perencanaan terdiri dari : permukiman, perdagangan dan jasa, pertahanan keamanan, perkantoran pemerintahan dan swasta, kesehatan, pendidikan, industri dan pergudangan serta sarana pelayanan umum. 1. Permasalahan

Koridor perencanaan sedang mengalami proses perubahan intensif, dimana koridor beralih fungsi menjadi kegiatan yang produktif; yaitu kegiatan komersial perdagangan dan jasa dan industri pergudangan di koridor sebelah utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji). Sedangkan untuk koridor sebelah selatan (Jalan Empu Nala) mengalami proses perubahan menjadi kawasan permukiman. Jika tidak diantisipasi sejak awal, perkembangan koridor potensial menimbulkan friksi atau konflik penggunaan lahan. Misalnya bengkel (perdagangan dan jasa) yang bersebelahan dengan perumahan; toko bersebelahan dengan sekolah, yang menimbulkan masalah kebisingan yang bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Masalah lain adalah masalah banjir yang diakibatkan oleh penumpukan sampah di sungai sebelah selatan koridor perencanaan. Hal ini disebabkan karena sampah pembuangan limbah hasil kegiatan pasar di Tanjung Anyar Jalan Residen

(10)

LAPORAN AKHIR 1 - 2 Pamuji sebagian masyarakat membuang ke sungai, akibat arah aliran dari barat menuju timur, maka sampah tersebut menumpuk di sungai di Jalan Empu Nala bagian selatan. Sedangkan untuk perilaku masyarakat di Jalan Empu Nala sendiri, mayoritas sudah tertib dengan menempatkan bak sampah di tiap kavling rumah maupun kavling lain seperti pendidikan, perdagangan dan jasa, dll.

2. Kondisi Faktual

Berdasarkan survei lapangan, jenis penggunaan lahan faktual di koridor perencanaan terdiri dari : permukiman, perdagangan dan jasa, sarana pelayanan umum, perkantoran pemerintah dan swasta serta industri pergudangan.

Jenis penggunaan lahan pada koridor ini terdiri dari :

 Perumahan penduduk yang lokasinya terdapat di berbagai titik lokasi di koridor

khususnya koridor bagian selatan (Jalan Empu Nala) dan wilayah belakang koridor.

 Perdagangan dan jasa mulai dari jasa toko, warung, dll yang sebaran lokasinya

terdapat di bagian utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji)di Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala.

 Fasilitas umum, yang terdiri dari fasilitas peribadatan di beberapa titik lokasi di

koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala, Fasilitas Kesehatan seperti Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik. Kantor Pemerintah seperti : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya. Fasilitas peribadatan berupa Masjid, Mushola dan Klenteng. Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

 Industri Pergudangan seperti gudang penampungan.

3. Kecenderungan Perkembangan

Perkembangan pemanfaatan lahan di koridor perencanaan menunjukkan kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan berupa perumahan yang tepat berada pada koridor utara perencanaan menjadi perdagangan dan jasa, karena sesuai rencana pola ruang RTRW Kota Mojokerto Tahun 2012 – 2032. Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala ini memang diperuntukan untuk kegiatan komersial berupa

(11)

LAPORAN AKHIR 1 - 3 perdagangan dan jasa khususnya pada sebelah utara melalui tahapan penetrasi-invasi-intensif yang terjadi secara bertahap serta untuk permukiman penduduk. Permukiman penduduk terdapat di sebelah selatan koridor perencanaan. Sedangkan fasilitas umum tetap bertahan di beberapa lokasi yang sudah ada. Gambarannya adalah sebagai berikut:

a. Alih fungsi perumahan masyarakat menjadi kegiatan komersial perdagangan dan jasa terjadi di koridor bagian utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji) di Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala. Alih fungsi terjadi secara bertahap, mulai dari pemanfaatan sebagian rumah tinggal untuk kegiatan komersial (penetrasi), kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan beberapa rumah tinggal menjadi kegiatan semi komersial (invasi) di utara koridor. Koridor perencanaan bagian utara belum seluruhnya berubah menjadi kegiatan komersial sepenuhnya (intensif).

b. Eksistensi fasilitas umum menunjukkan bahwa penggunaan untuk fasilitas umum tetap bertahan. Antara lain : Fasiitas Kesehatan Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik. Kantor Pemerintah seperti : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya. Fasilitas peribadatan berupa Masjid, Mushola dan Klenteng. Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

4. Rencana Tata Ruang

RTRW Kota Mojokerto merencanakan penggunaan lahan di koridor perencanaan untuk kegiatan perdagangan dan jasa mulai dari perdagangan dan jasa serta industri pergudangan serta kawasan permukiman di sebelah selatan koridor (Jalan Empu Nala). 5. Analisis

a. Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala

 RTRW Kota Mojokerto merencanakan koridor untuk perdagangan dan jasa

permukiman. RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan koridor untuk perdagangan dan jasa, permukiman, serta industry dan pergudangan.

Ini menunjukkan bahwa arahan RTRW sudah menjangkau kondisi lapangan meskipun terlalu makro. Arahan RDTR untuk Koridor Jalan J.A. Suprapto –

(12)

LAPORAN AKHIR 1 - 4 Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala sesuai dengan kondisi dan kecenderungan perkembangan di lapangan. Fakta dan kecenderungan di lapangan menunjukkan bahwa koridor ini sedang mengalami proses alih fungsi perumahan menjadi perdagangan dan jasa bagian utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji)di Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala.

 RTRW dan RDTR tidak menyebutkan penggunaan untuk fasilitas umum.

Kondisi faktual dan kecenderungan menunjukkan di koridor ini terdapat fasilitas sarana pelayanan umum dan perkantoran yang tetap eksis (Fasiitas Kesehatan Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik. Kantor Pemerintah seperti : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya. Fasilitas peribadatan berupa Masjid, Mushola dan Klenteng). Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha. Terlihat bahwa arahan RTRW maupun RDTR belum menjangkau koridor yang lingkupnya mikro. RTBL ini mengusulkan keberadaan fasilitas umum tetap dipertahankan.

6. Arahan :

a. Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Merencanakan periferi koridor untuk kegiatan perdagangan dan jasa berskala

lingkungan serta untuk permukiman dan industry pergudangan.

 Mempertahankan perumahan di wilayah selatan Jalan Empu Nala sesuai RTRW

yang berlaku. Fasilitas peribadatan, fasilitas kesehatan dan kantor organisasi sosial keagamaan) di lokasi yang sudah ada.

Tabel 1.1 Analisis Penggunaan Lahan Makro

No Aspek yang

dibahas

Pembahasan

1 Masalah Koridor perencanaan sedang mengalami proses perubahan intensif yaitu kegiatan komersial perdagangan dan jasa bagian utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji) di Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu

(13)

LAPORAN AKHIR 1 - 5

No Aspek yang

dibahas

Pembahasan

Nala dan permukiman. Jika tidak diantisipasi sejak awal, perkembangan koridor potensial menimbulkan friksi atau konflik penggunaan lahan. Masalah lain adalah masalah banjir yang diakibatkan oleh penumpukan sampah di sungai sebelah selatan koridor perencanaan. Hal ini disebabkan karena sampah pembuangan limbah hasil kegiatan pasar di Tanjung Anyar Jalan Residen Pamuji sebagian masyarakat membuang ke sungai, akibat arah aliran dari barat menuju timur, maka sampah tersebut menumpuk di sungai di Jalan Empu Nala bagian selatan. Sedangkan untuk perilaku masyarakat di Jalan Empu Nala sendiri, mayoritas sudah tertib dengan menempatkan bak sampah di tiap kavling rumah maupun kavling lain seperti pendidikan, perdagangan dan jasa, dll..

2 Kondisi faktual Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Penggunaan lahan terdiri dari perdagangan dan jasa bagian utara

(seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji) di Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala, sarana pelayanan umum, permukiman bagian selatan Jalan Empu Nala, perkantoran pemerintah dan swasta serta industri pergudangan.

 Pada beberapa spot terdapat penggunaan untuk fasilitas umum,

seperti : fasilitas kesehatan, peribadatan dan kantor pemerintah dan swasta.

3 Kecenderungan perkembangan

Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Terjadi alih fungsi lahan perumahan menjadi perdagangan dan jasa

di utara koridor, kegiatan komersial dan permukiman di selatan Jalan Empu Nala.

 Fasilitas umum (kantor pemerintah, fasilitas kesehatan tempat

peribadatan, fasilitas pendidikan) bertahan di lokasi yang ada. 4 Rencana Tata Ruang

RTRW Kota

Mojokerto

Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala direncanakan untuk :

 Perdagangan dan Jasa skala lingkungan dan permukiman.  Industri dan Pergudangan.

(14)

LAPORAN AKHIR 1 - 6 No Aspek yang dibahas Pembahasan RDTR SPK A DAN SPK C

Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala direncanakan untuk:

 Perdagangan dan Jasa Tunggal dan Deret (Pusat Perbelanjaan dan

Toko Modern).

 Industri dan Pergudangan

5 Analisis Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Arahan RTRW Kota Mojokerto yang menetapkan penggunaan lahan

untuk Perdagangan dan Jasa skala lingkungan, permukiman dan Industri Sedang meskipun arahannya terlalu makro.

 Arahan RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C yang

menetapkan koridor untuk kegiatan perdagangan dan jasa, perumahan, industry pergudangan sesuai dengan kondisi dan kecenderungan perkembangan di lapangan.

 RTRW dan RDTR Secara faktual di lokasi ini terdapat penggunaan

fasilitas umum yang tetap eksis pada lokasinya.

6 Arahan Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Merencanakan periferi koridor untuk perdagangan dan jasa skala

lingkungan bagian utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji) di Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala.

 Mempertahankan perumahan di wilayah selatan koridor (Jalan

Empu Nala) dan belakang koridor.

 Mempertahankan spot fasilitas umum, yaitu : fasilitas kesehatan,

peribadatan, pendidikan dan kantor pemerintah dan swasta yang berorientasi layanan publik, pada lokasi yang sudah ada.

Sumber : Hasil Analisis 2016

1.1.2 Penggunaan Lahan Mikro

Penggunaan lahan mikro menggambarkan jenis penggunaan lahan yang lebih rinci di dalam blok atau kaveling, yang mencakup penggunaan ruang ke arah vertikal maupun horisontal; baik di dalam maupun di luar bangunan.

(15)

LAPORAN AKHIR 1 - 7 Pada lingkup mikro, potensi konflik penggunaan lahan akan terjadi antar jenis penggunaan pada blok, kaveling atau bangunan yang sama. Jika tidak diantisipasi, bisa muncul potensi konflik antara jenis penggunaan yang berbeda. Misalnya antara bengkel dan kantor jasa yang terletak pada blok, kaveling atau bangunan yang sama. 2. Kondisi Faktual

Jenis penggunaan pada masing-masing Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala Jenis penggunaannya terdiri dari : Permukiman, Perdagangan dan Jasa, industri dan pergudanga dan fasilitas umum.

3. Kecenderungan Perkembangan

Kecenderungan perkembangan penggunaan lahan mikro di koridor perencanaan dapat diidentifikasikan dari jenis kegiatan dan penggunaan lahan mikro yang ada hingga saat ini.

Seperti halnya penggunaan lahan makro, perkembangan penggunaan lahan mikro di koridor perencanaan menunjukkan kecenderungan terjadinya alih fungsi lahan menjadi kegiatan yang produktif; yaitu kegiatan komersial perdagangan dan jasa dan industri pergudangan di koridor sebelah utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji). melalui tahapan penetrasi-invasi-intensif yang terjadi secara bertahap. Gambarannya adalah sebagai berikut:

a. Alih fungsi perumahan menjadi perdagangan dan jasa, komersial serta industry pergudangan terjadi di seluruh koridor perencanaan sebelah utara (seluruh koridor) dan sebelah selatan (Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji). Sedangkan untuk koridor sebelah selatan (Jalan Empu Nala) mengalami proses perubahan menjadi kawasan permukiman. Alih fungsi terjadi secara bertahap, mulai dari pemanfaatan dan pengurukan sebagian perumahan menjadi semi perdagangan dan jasa komersial (penetrasi), kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan seluruh kawasan bekas perumahan menjadi kegiatan perdagangan dan jasa sepenuhnya komersial (invasi). Bentuk perkembangan yang mudah diamati adalah munculnya toko – toko ataupun ruko - ruko baru yang dibangun oleh perorangan. Untuk ruko umumnya Lantai dasar digunakan untuk kegiatan komersial dan lantai atas digunakan untuk tempat tinggal. Fenomena ini banyak terlihat di Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala .

b. Eksistensi fasilitas umum menunjukkan bahwa penggunaan untuk fasilitas umum tetap bertahan, antara lain fasilitas peribadatan di beberapa titik lokasi di koridor

(16)

LAPORAN AKHIR 1 - 8 Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala, Fasilitas Kesehatan seperti Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik. Kantor Pemerintah seperti : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya. Fasilitas peribadatan berupa Masjid, Mushola dan Klenteng. Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

c. RTH dibeberapa spot kawasan tetap dipertahankan sebagai tempat penampungan air hujan dan pengendali banjir di kawasan ini.

4. Analisis

a. Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala

 RTRW Kota Mojokerto merencanakan koridor perencanaan untuk berupa

permukiman, industri dan pergudangan, perdagangan dan jasa. RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan koridor perencanaan berupa permukiman di sebelah selatan koridor Jalan Empu Nala serta permukiman di lapis kedua koridor, industri dan pergudangan, perdagangan dan jasa, serta fasilitas perkantoran pemerintahan. Ini menunjukkan bahwa arahan RTRW dan Arahan RDTR untuk Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala bersesuaian dengan kecenderungan perkembangan di lapangan. Fakta dan kecenderungan di lapangan menunjukkan bahwa koridor ini sedang mengalami proses alih fungsi lahan perumahan menjadi kawasan semi komersil berupa rumah dan toko yang bercampur fungsinya. Kemudian menjadi kegiatan komersil sepenuhnya seperti gudang, perdagangan dan jasa, perkantoran pemerintah dan swasta. (proses penetrasi dan invasi, serta proses intensif).

5. Arahan :

a. Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Merencanakan penggunaan untuk perdagangan dan jasa skala lokal dan

regional berlokasi pada periferi koridor. Karakteristiknya adalah ruko individual (lantai dasar untuk toko, lantai atas untuk tempat tinggal), toko yang menjual kebutuhan sehari-hari (perancangan, palen, kelontong), bahan bangunan, bengkel sepeda motor dan mobil, warung, toko roti dan kue; jasa

(17)

LAPORAN AKHIR 1 - 9 pelayanan individual seperti wartel, foto kopi, warnet, laundry, cuci dan setrika pakaian. Toko bahan bangunan dibolehkan menjual barang yang tidak menimbulkan polusi dan gangguan sirkulasi terhadap lingkungan.

 Merencanakan penggunaan untuk rumah tinggal di wilayah selatan koridor

Jalan Empu Nala dan belakang koridor.

 Mempertahankan RTH sebagai pengendali banjir. Merencanakan penggunaan

untuk rumah tinggal di wilayah belakang koridor.

d. Mempertahankan eksistensi fasilitas umum menunjukkan bahwa penggunaan untuk fasilitas umum tetap bertahan, antara lain fasilitas peribadatan di beberapa titik lokasi di koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala, Fasilitas Kesehatan seperti Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik. Kantor Pemerintah seperti : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya. Fasilitas peribadatan berupa Masjid, Mushola dan Klenteng. Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

Tabel 1.2 Analisis Pengunaan Lahan Mikro

No Aspek yang

dibahas Pembahasan

1 Masalah Pada lingkup mikro, potensi konflik penggunaan lahan akan terjadi antar jenis penggunaan pada blok, kaveling atau bangunan yang sama. Jika tidak diantisipasi, bisa muncul potensi konflik antara jenis penggunaan yang berbeda. Misalnya antara bengkel dan kantor jasa yang terletak pada blok, kaveling atau bangunan yang sama.

2 Kondisi faktual Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala ; jenis penggunaan lahan mikronya terdiri dari :

 Permukiman

 Industri dan Pergudangan.  Perdagangan :

- Toko : mebel, bahan bangunan, voucher dan perlengkapan HP. - Kios, warung, warung kopi, dan rumah makan.

- Rumah toko; bagian bawah digunakan untuk toko, bagian atas digunakan untuk tempat tinggal.

(18)

LAPORAN AKHIR 1 - 10

No Aspek yang

dibahas Pembahasan

- Perbankan, Bengkel sepeda motor, bengkel AC mobil, tempat cuci sepeda motor, bengkel strom aki.

 Perkantoran Pemerintahan : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor

Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, dan kantor lainnya.

 Tempat Peribadatan : Masjid, Mushola dan Klenteng.

 Fasilitas Kesehatan : Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan

Poliklinik.

 Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN

Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

 Perumahan : rumah tinggal.  RTH

3 Kecenderungan  Alih fungsi perumahan menjadi semi komersil kemudian menjadi sepenuhnya komersial. Alih fungsi terjadi secara bertahap, mulai dari perubahan perumahan menjadi rumah dan toko semi komersial (penetrasi), kemudian dilanjutkan dengan pemanfaatan seluruh kawasan rumah dan toko menjadi kegiatan komersial sepenuhnya (invasi).

 Kecenderungan menunjukkan bahwa penggunaan untuk fasilitas

umum tetap bertahan. Antara lain Fasilitas umum, yang terdiri dari fasilitas peribadatan di beberapa titik lokasi di koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala, Fasilitas Kesehatan seperti Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik. Kantor Pemerintah seperti : Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya. Fasilitas peribadatan berupa Masjid, Mushola dan Klenteng. Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

 RTH tetap dipertahankan sebagai tempat penampungan air hujan

dan pengendali banjir di kawasan ini. 4 Rencana tata ruang

RTRW Kota

Mojokerto

RTRW Kota Mojokerto merencanakan penggunaan lahan di koridor perencanaan untuk perdagangan dan jasa

(19)

LAPORAN AKHIR 1 - 11

No Aspek yang

dibahas Pembahasan

RDTR SPK A DAN SPK C

RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan penggunaan lahan di Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala untuk perdagangan dan jasa, perkantoran pemerintah dan swasta, perkantoan dan industri.

5 Arahan Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala :

 Merencanakan penggunaan untuk perdagangan dan jasa berlokasi

pada periferi koridor. Karakteristiknya adalah kegiatan komersial berskala lokal dan regional tetapi luas bangunannya lebih kecil dibandingkan bangunan komersial di Koridor Jalan J.A. Suprapto – Jalan Residen Pamuji – Jalan Empu Nala .

 Mempertahankan penggunaan untuk fasilitas kesehatan di lokasi

yang sudah ada (Apotik, Rumah Sakit, Praktek Dokter, dan Poliklinik).

 Mempertahankan perkantoran pemerintah (Kantor Kecamatan

Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, dan kantor lainnya)

 Mempertahankan Fasilitas Pendidikan ; TK Bina Putra, SDN

Kedundung I, SDN Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.

 Mempertahankan RTH sebagai pengendali banjir.

 Merencanakan rumah tinggal berlokasi pada wilayah belakang

selatan koridor Jalan Empu Nala dan lapis kedua koridor perencanaan.

Sumber : Hasil Analisis 2016

1.1.2.1 Identitas Lingkungan

Identitas atau citra lingkungan merupakan karakteristik suatu lingkungan, kawasan, bagian kota atau kota, yang tidak dimiliki lokasi lain. Oleh sebab itu identitas lingkungan harus berbeda dengan lokasi lain, karena pada dasarnya tidak ada dua lokasi yang sama persis di dunia ini.

Identitas lingkungan mudah diidentifikasikan jika lokasi bersangkutan sudah memiliki karakter yang khas. Masalahnya identitas atau jatidiri koridor belum terbentuk dengan jelas. Lokasi yang belum memiliki identitas yang jelas, bisa dibentuk melalui penelusuran historis dan potensi lingkungan (metoda diakronik). Pembentukan identitas lingkungan dilakukan melalui tiga tahapan : pertama; penelusuran sejarah dan potensi

(20)

LAPORAN AKHIR 1 - 12 lingkungan; kedua, identifikasi unsur-unsur lingkungan yang potensial untuk mencitrakan lingkungan; dan ketiga, menciptakan wujud identitas yang bisa ditangkap secara inderawi dan mudah dikenali oleh masyarakat. Pembentukan identitas lingkungan di koridor perencanaan dijelaskan sebagai berikut :

1. Penelusuran Identitas

a. Penelusuran potensi lingkungan

Potensi lingkungan diidentifikasikan dari homogenitas kegiatan, karakter lokasi, atau penggunaan lahan yang khas. Potensi koridor bisa ditelusuri dari jenis kegiatan yang mencerminkan kespesifikan masing-masing koridor.

 Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala:

Berdasarkan kecenderungan penggunaannya, karakteristik yang menonjol adalah campuran perdagangan dan jasa serta industri pergudangan. Karakteristiknya yang lebih spesifik adalah kegiatan perdagangan retail barang-barang kebutuhan sekunder; dan jasa pelayanan perorangan.

2. Identifikasi Unsur-unsur Lingkungan

Unsur-unsur lingkungan di koridor perencanaan diidentifikasikan berdasarkan teori Lynch, yaitu memandang landmark, nodes, path, district dan edge sebagai satu kesatuan yang terintegrasi.

Menurut Lynch, image suatu lingkungan dapat dibaca identitasnya pada unsur-unsur nodes, landmark, edge, dan district. Di antara ke lima unsur Lynch, yang terdapat di koridor perencanaan dan potensial dikembangkan adalah landmark, nodes dan path.

 Landmark adalah struktur visual yang digunakan sebagai titik orientasi lingkungan,

karena skalanya yang mendominasi lingkungan sekitarnya, keunikan yang sudah dikenal baik oleh masyarakat, atau karena posisinya yang strategis terhadap lingkungannya.

 Nodes adalah simpul-simpul kegiatan lingkungan yang khas, yang dititikberatkan

pada rutinitas kegiatannya setiap hari, bukan oleh kegiatan yang bersifat sementara atau insidentil.

 Path adalah jaur sirkulasi yang digunakan oleh masyarakat untuk menuju atau

meninggalkan suatu tempat dengan menggunakan kendaraan maupun berjalan kaki. Sebagai pembentuk identitas lingkungan, unsur-unsur lingkungan tersebut harus memiliki ciri yang khas, mudah diingat dan dikenali, dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Ke-khas-an unsur lingkungan tersebut digali dari potensi setempat yang sudah ada atau dikenal warga. Evaluasi kondisi faktual wilayah perencanaan ditinjau dari kriteria Lynch dijelaskan sebagai berikut :

(21)

LAPORAN AKHIR 1 - 13

a. Landmark

Pada saat ini di koridor perencanaan belum terdapat unsur lingkungan yang dapat mencirikan landmark, yaitu struktur visual yang berfungsi sebagai tetenger dan orientasi lingkungan yang mempunyai ciri khas. Tetapi ada lokasi yang potensial untuk menempatkan landmark minor, yaitu : Gapura masuk ke Kota Mojokerto melalui Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebelah selatan dan Pulau Jalan dengan Tugu Perahu layar J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala di tengah koridor perencanaan.

b. Nodes

Nodes yang diidentifikasikan melalui penelusuran pemanfaatan ruang adalah:

 Kegiatan perdagangan jasa di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen

Pamuji - Jalan Empu Nala. Potensi yang dikembangkan adalah kegiatan dengan karakter tipe bangunan toko deret dari utara hingga sebelum rel kereta api dengan rutinitas untuk perdagangan dan jasa. Kemudian dari setelah rel kereta api hingga sekitaran pergudangan kecap dengan rutinitas yang sama namun lebih memiliki sempadan bangunan yang cukup luas.

c. Path

Unsur path pembentuk identitas lingkungan khas, yang diidentifikasikan di koridor perencanaan. Penataan trotoar di sepanjang Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala beserta fasilitas pendukungnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk menciptakan identitas jalan yang khas di koridor perencanaan.

3. Wujud Identitas a. Landmark

Landmark di pertigaan atau perempatan wujudnya bisa berupa gerbang, menara atau bangunan. Di antara ketiga alternatif tersebut yang realistis adalah bangunan dengan ketinggian dan tampilan yang berbeda dengan sekitarnya. Pilihan ini didasarkan pada pertimbangan : terbatasnya ruang luar yang tersedia yang tidak memungkinkan untuk membangun gerbang atau menara. Sedangkan bangunan bisa tetap berada di dalam kaveling.

(22)

LAPORAN AKHIR 1 - 14

(23)

LAPORAN AKHIR 1 - 15

(24)

LAPORAN AKHIR 1 - 16 Analisis landmark dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 1.3 Analisis Wujud Identitas Landmark

No. Aspek pertimbangan Pembahasan Alternatif 1 (Gapura tinggi setara 1 lantai) Alternatif 2 (sepasang menara di atas bangunan) Alternatif 3 (bangunan khas) 1 Jarak pengamatan

Dapat dilihat pada jarak yang terbatas, karena pandangan pengamat tertutup bangunan atau pohon yang tingginya setara bangunan satu lantai. Pandangan

pengamat lebih terbatas karena jalan sempit dan GSB rata-rata nol meter.

Hanya dapat dilihat dari jarak yang terbatas karena pandangan tertutup bangunan atau pohon, jalan sempit, dan GSB rata-rata nol meter.

Lebih mudah dilihat dibanding alternatif pertama, karena memanfaatkan bangunan di dalam kaveling yang sudah ada. Bangunan yang ada adalah gedung dengan ketinggian setara 3 lantai bisa diterapkan di ujung perempatan jalan

2 Penempatan Di tepi sebelah dalam trotoar (mengurangi lebar trotoar) atau di dalam kaveling (harus membebaskan lahan). Dan di tengah perempatan jalan Di atas bangunan pojok.

Bangunan gedung itu sendiri.

3 Sifat penggunaan

Bisa temporer atau permanen.

Permanen sesuai usia bangunan.

Permanen sesuai usia bangunan.

4 Pendanaan Lebih murah dibanding alternatif dua dan tiga.

Lebih murah dibanding alternatif tiga tetapi lebih mahal dibanding alternatif satu.

Lebih mahal dibanding alternatif satu dan dua.

5 Realitas pembangunan

Tidak membutuhkan waktu lama, dan bisa segera dilaksanakan karena strukturnya terpisah dari bangunan.

Membutuhkan waktu lebih lama dibanding alternatif pertama, karena harus menunggu sampai ada investor atau institusi yang berminat.

Untuk bangunan di

perempatan jalan, dilakukan dengan memanfaatkan bangunan yang sudah ada. Yaitu dengan cara

memperjelas corak dan tampilan bangunan; antara lain penonjolan bentuk, warna, corak dan kegiatan yang ada.

Untuk bangunan di pertigaan Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, pembangunannya relatif lama karena harus

(25)

LAPORAN AKHIR 1 - 17 No. Aspek pertimbangan Pembahasan Alternatif 1 (Gapura tinggi setara 1 lantai) Alternatif 2 (sepasang menara di atas bangunan) Alternatif 3 (bangunan khas) menunggu sampai ada yang berminat membangun gedung di sekitar perempatan jalan. 6 Pembentukan identitas Identitas kurang jelas, karena jarak pengamatan terbatas. Wujud identitas : gapura atau monumen .

Identitas cukup jelas, jika diamati pada jarak dekat. Wujud identitas : menara di atas bangunan dengan ketinggian 3 lantai.

Identitas sangat jelas, meskipun diamati dari jarak lebih jauh.

Wujud identitas :

 Bangunan kembar dengan

ketinggian setara dua lantai (Bentuk dasar balok.

 Dinding transparan pada

lantai dasar; massif pada lantai atas.

 Bentuk atap perisai;

Sumber : Hasil Analisis 2016

b. Nodes

 Kegiatan perdagangan jasa di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen

Pamuji - Jalan Empu Nala. Potensi yang dikembangkan adalah kegiatan dengan karakter tipe bangunan toko deret dari utara hingga sebelum rel kereta api dengan rutinitas untuk perdagangan dan jasa.

 Setelah rel kereta api hingga sekitaran pergudangan kecap dengan rutinitas yang

sama namun lebih memiliki sempadan bangunan yang cukup luas. c. Path

Path di Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, wujudnya berupa jalur pedestrian (trotoar) yang ramah dan nyaman bagi pejalan kaki; elevasi rata, lebar mencukupi, berada di bawah keteduhan, tidak terganggu aktivitas lain (PKL, parkir kendaraan, tiang listrik atau temepon, tiang reklame), dan estetis.

1.1.2.2 Sirkulasi

Pembahasan mengenai sirkulasi meliputi klasifikasi jaringan jalan, geometrik jalan, sirkulasi kendaraan, sirkulasi pejalan kaki, dan fasilitas penunjang jaringan jalan.

(26)

LAPORAN AKHIR 1 - 18

A. Klasifikasi Jaringan Jalan

Klasifikasi jaringan jalan pada lingkup RTBL merupakan penjabaran dari klasifikasi jaringan berdasarkan rencana tata ruang yang lebih tinggi tingkatannya, dalam hal ini adalah RTRW Kota Mojokerto dan RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C.

Berdasarkan arahan RTRW Kota Mojokerto, RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C, klasifikasi jalan di koridor perencanaan, yaitu: Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala adalah jalan Kolektor.

B. Geometrik Jalan

Penampang geometrik jalan di koridor perencanaan menggambarkan penampang jalan yang mencakup badan jalan, median, trotoar, saluran dan daerah sempadan bangunan. 1. Masalah

Masalah yang dihadapi adalah lebar penampang jalan yang tidak sama. Ruas Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji bagian barat koridor lebih sempit dibandingkan dengan sebelah timur di Jalan Empu Nala.

2. Kondisi faktual

 Koridor Jalan J.A. Suparpto : lebar Rumija 13 meter; terdiri dari badan jalan 10

meter, bahu jalan sisi utara 1 meter, bahu jalan sisi selatan 2 meter. Saluran drainase terbuka.

 Koridor Jalan Jalan Residen Pamuji: lebar Rumija 15 - 27 meter; terdiri dari badan

jalan 10 – 20 meter, trotoar sisi utara 1 – 2 meter, sisi selatan 4 - 6 meter. Saluran berada drainase di bawah trotoar.

 Koridor Jalan Empu Nala : lebar rumija 14,5 – 15,5 meter; terdiri dari badan jalan

11,5 meter, tortoar sebelah utara 1 – 2 meter, sisi selatan 1 – 2 meter. Saluran drainase bagian utara tertutup, sedangkan selatan terbuka.

C. Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi di koridor perencanaan terdiri dari sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Sirkulasi kendaraan terdiri dari sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal. Sirkulasi eksternal adalah sirkulasi di jalan raya, sirkulasi internal adalah sirkulasi di dalam kaveling atau sirkulasi menuju perkampungan di wilayah belakang koridor. Di koridor

(27)

LAPORAN AKHIR 1 - 19 perencanaan tidak dijumpai sirkulasi internal manuver kendaraan di dalam kaveling, karena bangunan-bangunan di koridor ini rata-rata hanya mempunyai GSB 2-8 meter. 1. Sirkulasi Eksternal dan Tempat Parkir Kendaraan

Sirkulasi eksternal terdiri dari :

a. Sirkulasi oleh pengguna jalan, dan kendaraan dari arah Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala; dengan menggunakan kendaraan.

 Masalah :

Untuk permasalahan sirkulasi kendaraan pada koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala hingga saat ini belum ada karena tingkat sirkulasi di koridor ini cukup lancer terutama di Jalan Empu Nala dan di Jalan J.A. Suprapto. Untuk koridor Jalan Residen Pamuji khususnya di depan Pasar Tanjung Anyar, jika aktivitas sedang padat, dapat terjadi kepadatan sirkulasi kendaraan, namun tetap dapat berjalan sehingga tidak terjadi kemacetan hingga kendaraan berhenti dengan waktu yang cukup lama.

 Kondisi faktual :

Sepanjang tepi Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebelah utara dan selatan digunakan untuk parkir tepi jalan dengan posisi sejajar jalan. Namun ada beberapa kavling bangunan yang sudah memiliki lahan parkir sendiri seperti Pasar Tanjung Anyar, Kantor Telkom, Rumah Sakit, Kantor Pemerintahan.

 Kriteria empiris :

Pada ruas jalan yang mengalami hambatan dan kemacetan lalu lintas akibat tingkat aktivitas perdagangan dan jasa yang tinggi, perlu diberlakukan pembatasan sampai larangan parkir tepi jalan (Pasar Tanjung Anyar – Jalan Residen Pamuji).

 Pembahasan :

Sesuai dengan kriteria empiris, ada dua alternatif untuk meminimalkan hambatan lalu lintas di koridor perencanaan khususnya di Pasar Tanjung Anyar

– Jalan Residen Pamuji, yaitu : - Alternatif 1 :

Memberlakukan pembatasan posisi parkir; parkir hanya diijinkan dengan sistem paralel pada salah satu sisi jalan; dan pembatasan waktu parkir (boleh parkir pada jam tertentu di luar peak hour). Ketentuan ini

(28)

LAPORAN AKHIR 1 - 20 diberlakukan untuk jalan yang kondisi geometriknya masih memungkinkan untuk parkir paralel pada satu sisi jalan.

- Alternatif 2 :

Memberlakukan larangan parkir tepi jalan, dan mewajibkan pemilik usaha yang berlokasi pada periferi koridor untuk menyediakan tempat parkir sendiri di dalam kavelingnya.

 Arahan :

- Dalam jangka pendek, pemecahan melalui pembatasan parkir dapat

diterapkan di koridor perencanaan. Yaitu parkir tepi jalan dengan sistem paralel di Pasar Tanjung Anyar Jalan Residen Pamuji. Selain itu bisa diberlakukan pembatasan waktu parkir pada jam sibuk.

- Dalam jangka panjang (sampai jangkauan perencanaan RTBL ini)

diberlakukan larangan parkir tepi jalan untuk mendorong pemilik kaveling di sepanjang koridor menyediakan tempat parkir sendiri di dalam tapaknya agar tidak membebani jalan utama. Tipe tempat parkir berupa : parkir halaman, pelataran parkir bersama. Lihat tabel dibawah ini :

Tabel 1.4 Tipe Tempat Parkir

No Tipe parkir Penempatan Cara Penyediaan Wujud

1 Parkir halaman

Daerah Sempadan

Bangunan (pada

bangunan yang memiliki pemunduran minimal 3 meter). ada 3 kaveling

yang mempunyai

penunduran > 3 meter.

Memanfaatkan lahan di dalam kaveling bagian depan.

Tempat parkir yang digunakan individu atau bersama (tetapi terbatas) di dalam kaveling.

2 Pelataran parkir bersama

Kaveling yang sengaja

digunakan untuk

pelataran parkir.

Sistem ini bisa diterapkan secara terbatas pada lahan yang terletak di dalam kavling.

Memanfaatkan lahan yang sudah ada

terutama pada

kawasan industri pergudangan yang sudah mempunyai lahan parkir sendiri

Pelataran parkir yang digunakan secara bersama.

(29)

LAPORAN AKHIR 1 - 21 b. Sirkulasi oleh pengguna jalan yang akan menuju kaveling di sepanjang kiri kanan

koridor (termasuk menuju perumahan kampung di wilayah belakang koridor) dengan menggunakan kendaraan pribadi.

 Konfdisi faktual :

Sirkulasi kendaraan yang masuk keluar kaveling hanya bisa dilakukan pada kaveling yang mempunyai pemunduran bangunan lebih dari 4 meter seperti kompleks ruko dan lokasi industry pergudangan.

 Kriteria empiris :

Manuver kendaraan yang masuk keluar kaveling tidak boleh mengganggu/ menghambat kendaraan yang melintas di jalan raya.

 Pembahasan :

- Kendaraan yang masuk keluar kaveling atau blok yang mempunyai pemunduran bangunan lebih dari 3 meter, tidak mengganggu atau menghambat kendaraan yang lewat di jalan raya, karena radius beloknya memungkinkan untuk langsung masuk ke dalam kaveling.

- Kendaraan yang menuju kaveling dengan pemunduran 0-3 meter, terpaksa parkir di tepi jalan. Kaveling yang sudah mengembangkan bangunannya menjadi dua lantai, bisa memanfaatkan lantai dasar untuk tempat parkir bawah bangunan. Manuver masuk keluar kaveling bisa dilakukan dengan syarat radius putar kendaraan memenuhi standar.

 Arahan :

- Pengguna jalan yang menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan industri, bisa langsung masuk ke masing-masing kaveling yang dituju. Pergerakannya akan mudah jika kaveling yang dituju mempunyai luasan yang mencukupi untuk menuver kendaraan di dalamnya (kaveling yang mempunyai GSB lebih dari 8 meter).

D. Sirkulasi Pejalan Kaki a. Masalah :

Berdasarkan observasi lapangan, ada beberapa kondisi yang menyebabkan trotoar kurang nyaman untuk dilewati pejalan kaki. Yaitu : sebagian badan trotoar diokupasi oleh kegiatan lain, seperti perluasan tempat berjualan, tempat parkir sepeda motor, tempat berjualan PKL; permukaan trotoar yang tidak rata; dan terhalang oleh pohon.

(30)

LAPORAN AKHIR 1 - 22 b. Kondisi faktual :

Di sepanjang kiri kanan koridor perencanaan sisi selatan sebagian kecil belum terdapat trotoar hanya di bagian. Untuk koridor utara hingga sebagian selatan sudah terdapat trotoar dengan variasi lebar 1-2 meter yang terbuat dari paving block dengan tinggi elevasi bervariasi antara 20 sampai 30 cm terhadap permukaan jalan. Di tengah trotoar terdapat kotak untuk pohon dengan ukuran 0,60x0,60 m. Paving block di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala berwarna abu-abu. c. Kriteria :

Trotoar dirancang untuk sirkulasi pejalan kaki yang aman dan nyaman, agar tidak menimbulkan friksi atau konflik dengan kendaraan bermotor. Penyediaan trotoar harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Akesebilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, sebagai berikut :

 Penyediaan trotoar harus dikembalikan ke fungsinya sebagai jalur pejalan kaki

termasuk penderita cacat tubuh, yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna, dan lebarnya harus mencukupi. Minimal 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Menurut Standar Bina Marga untuk Jalan Perkotaan Tahun 1987, lebar trotoar untuk kawasan perdagangan, perkantoran dan sekolah, adalah 2 meter.

(31)

LAPORAN AKHIR 1 - 23

Gambar 1.3 Tipe Parkir

Sumber : Hasil Analisis 2016 PARKIR HALAMAN

PARKIR BAWAH BANGUNAN

A A

POTONGAN A-A

Parkir halaman :

 Parkir di bagian depan bangunan

(Gambar 1).

 Parkir di bagian samping bangunan (Gambar 2).

PELATARAN PARKIR BERSAMA Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Pelataran parkir bersama :  Parkir bersama pada

kumpulan kaveling yang diperlakukan sebagai blok (Gambar 3).

 Parkir bersama yang ditempatkan pada satu Parkir bawah bangunan :

Lantai dasar digunakan untuk parkir,

(32)

LAPORAN AKHIR 1 - 24

 Jalur pedestrian harus bisa dilewati penyandang cacat.

 Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda

pelengkap jalan yang menghalangi.

 Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.

Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm.

 Persyaratan lainnya adalah : jalur pedestrian harus ramah dan nyaman bagi

pengguna jalan; antara lain : terlindung oleh keteduhan tanaman atau kanopi bangunan dan estetis.

d. Analisis :

Analisis penyediaan trotoar di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel 1.5 dibawah ini :

e. Arahan :

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, maka diusulkan arahan penataan sebagai berikut:

Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala :

 Lebar trotoar :

- Koridor Jalan J.A. Suprapto trotoar tetap mengikuti kondisi eksisting

dikarenakan diameter jalan relatif sempit untuk arus kendaraan dua.

- Koridor Jalan Residen Pamuji dan - Jalan Empu Nala trotoar dilebarkan

menjadi 2,0 meter agar dapat digunakan untuk jalan dua arah

- Permukaan kotak pohon (ris) diratakan sama tingginya dengan permukaan

trotoar, agar tonjolan ris tidak mengganggu pejalan kaki.

 Elevasi :

Mengakomodasi kebutuhan sirkulasi bagi penyandang cacat (pengguna kurk, kursi roda, dan tuna netra); dengan menghindarkan gundukan pada permukaan trotoar, menandai jalur untuk tuna netra, membuat ramp pada pertemuan dengan jalan umum.

 Spot yang terhalang pohon atau tiang listrik :

Menempatkan tiang listrik atau pohon peremajaan di bagian tepi luar atau tepi dalam trotoar (pada saat pemasangan tiang listrik baru atau peremajaan pohon).

(33)

LAPORAN AKHIR 1 - 25 Melarang trotoar untuk kegiatan lain selain pejalan kaki, seperti : parkir sepeda motor, perluasan usaha dan PKL.

Tabel 1.5 Analisis Penyediaan Trotoar

No Kondisi Faktual Kriteria Evaluasi

a Lebar trotoar antara 1,00-2,00 m. Lebar kotak untuk pohon 0,60x0,60 m .

Lebar yang mencukupi :

 Min 1,20 m untuk jalan

searah; min. 1,60 m untuk jalur dua arah (Persyaratan Teknis Aksesbilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan).

 2,00 meter (Standar Bina

Marga untuk Jalan Perkotaan; 1987).

 Lebar masih memenuhi jika

hanya digunakan untuk jalan searah. Tetapi trotoar di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala digunakan untuk jalan dua arah, karena itu perlu diperlebar sampai 1,60 m untuk lebar yang kurang.

 Agar tidak mengganggu pejalan

kaki, permukaan kotak pohon (ris) diratakan sama tingginya dengan permukaan trotoar. b Elevasi trotoar tidak bisa

dilewati penyandang cacat.

Bisa dilewati penyandang cacat

Sulit dilewati penyandang cacat, karena elevasi tidak rata  trotoar perlu mengakomodasi penyandang cacat (pengguna kurk, kursi roda, dan tuna netra).

c Beberapa spot terhalang pohon dan tiang listrik.

Tidak terhalang tiang listrik, reklame, pohon.

Spot yang terhalang pohon atau tiang listrik :

Pada saat pemasangan tiang listrik baru atau peremajaan pohon, agar ditempatkan di bagian tepi luar atau tepi dalam trotoar.

d Beberapa spot digunakan untuk perluasan tempat usaha, parkir sepeda motor, PKL.

Tidak diokupasi kegiatan lain

Sebagian diokupasi parkir sepeda motor, perluasan usaha dan PKL. Pejalan kaki terpaksa menggunakan badan jalan untuk bersirkulasi. Trotoar harus dibebaskan dari kegiatan yang menghalangi pejalan

(34)

LAPORAN AKHIR 1 - 26

No Kondisi Faktual Kriteria Evaluasi

kaki. e Pada pertemuan dengan

pintu keluar kaveling, trotoar terpotong atau elevasinya diturunkan sehingga permukaannya menjadi bergelombang.

Elevasi trotoar rata dan nyaman dilewati (tidak ada gundukan > 1,25 cm).

Elevasi trotoar tidak rata dan tidak nyaman dilewati. Pada setiap pertemuan dengan jalan masuk ke kaveling terdapat perbedaan elevasi yang melebihi 1,25 cm. Elevasi troroar perlu ditata kembali agar lebih nyaman dilewati.

f Terdapat pohon pada setiap jarak 6-10 meter, yang daunnya memberi keteduhan pada saat tidak rontok.

Terlindung keteduhan pohon atau bangunan

Pada umumnya terlindung keteduhan pohon, kecuali pada bagian yang tanaman pohonnya sudah tua dan daunnya rontok.

g Trotoar dibuat dari paving blok berwarna abu-abu dengan corak sama.

Estetis; bercorak Monoton tunggal warna.(abu-abu), karena itu perlu penataan trotoar yang lebih bervariasi.

h Perbedaan tinggi

permukaan trotoar terhadap permukaan jalan dan permukaan halaman (kaveling) cukup tinggi. Perbedaan tinggi permukaan trotoar dengan jalan 20-30 cm

Penggunaan tangga dan

ramp harus

mempertimbangkan

keamanan dan kenyamanan pengguna.

 Penggunaan tangga :

Perbandingan antara injakan dan tanjakan tidak proporsional. Karena tanjakan dan injakan dibuat sama, maka sudut kemiringan tangga menjadi 45º.

Ini bisa membahayakan

keamanan dan menimbulkan ketidaknyamanan pengguna.

 Penggunaan ramp :

Kemiringan ramp untuk sirkulasi publik tidak boleh lebih dari 15º (dengan catatan : permukaan melintang trotoar tidak boleh dibuat ramp). Jika melebihi maka harus dibuat bordes, atau merubah ramp menjadi tangga.

(35)

LAPORAN AKHIR 1 - 27

 Perbedaan elevasi trotoar dan kaveling :

Pada setiap pertemuan dengan jalan masuk ke kaveling terdapat perbedaan elevasi yang melebihi 1,25 cm. Elevasi troroar perlu ditata kembali dengan cara : membuat ramp atau membuat tangga yang nyaman dilewati dengan memperhitungkan lebar tanjakan dan injakan pada tangga serta bordes.

 Penyediaan pohon :

Pohon yang sudah tua diganti dengan pohon peremajaan dari jenis yang berbeda. Dipilih jenis pohon yang berumur panjang, bermahkota lebar, daunnya tidak mudah rontok, perakarannya tidak merusak jalan.

 Corak trotoar :

Untuk menciptakan keindahan, kebersihan dan mengurangi kebosanan; diperlukan penataan trotoar menggunakan corak yang bervariasi; dan membuat rancangan estetis pada permukaan trotoar dengan pola-pola figuratif yang berwarna-warni.

 Perbedaan elevasi antara trotoar dan kaveling :

Menata kembali elevasi trotoar dengan mempertimbangkannya terhadap elevasi kaveling, elevasi jalan, elevasi antara ruas trotoar yang satu dengan ruas yang lain, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :

- Penggunaan tangga :

Memperhitungkan perbandingan antara injakan dan tanjakan agar proporsional ditinjau dari keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengguna.

- Penggunaan ramp :

Kemiringan ramp untuk sirkulasi publik tidak boleh lebih dari 15º (dengan catatan : permukaan melintang trotoar tidak boleh dibuat ramp). Jika melebihi maka harus dibuat bordes, atau merubah ramp menjadi tangga.

E. Fasilitas Pelengkap Jalan

Fasilitas pelengkap jalan yang dipaparkan pada bagian ini terdiri dari zebra cross, lampu penerangan jalan dan tempat parkir.

1. Zebra cross

Zebra cross merupakan jalur pejalan kaki kelanjutan trotoar yang disediakan bagi para penyeberang jalan. Zebra cross ditempatkan pada jalur jalan yang padat lalu lintas, dan sekitar persimpangan jalan.

(36)

LAPORAN AKHIR 1 - 28 a. Masalah :

Sejauh ini tidak ada masalah dengan penyediaan zebra cross di koridor perencanaan, kecuali warnanya yang pudar.

b. Kondisi faktual :

Lokasi zebra cross di koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala terdapat pada beberapa spot persimpangan jalan. Lebar trotoar bervariasi antara 1,20 sampai 2,00 meter. Kondisi zebra cross mulai pudar.

c. Persyaratan :

Persyaratan utama zebra cross adalah fungsional, elevasi rata, lebar mencukupi (menurut Standar Bina Marga untuk Jalan Perkotaan Tahun 1987, lebar minimum zebra cross adalah 2,50 meter), warna tidak pudar, dilengkapi rambu tempat menyeberang, mudah dilihat pada siang maupun malam hari, aman bagi penyeberang.

d. Pembahasan :

Berdasarkan observasi lapangan, kondisi zebra cross di koridor perencanaan telah mulai pudar; jumlah zebra cross di persimpangan jalan masih kurang lengkap. Lebar zebra cross sudah memenuhi syarat fungsional.

 Zebra cross yang mulai pudar tidak terlihat jelas, dan berpotensi

membahayakan keselamatan pengendara kendaraan maupun pejalan kaki.

 Jumlah zebra cross di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji -

Jalan Empu Nala tersedia beberapa zebra cross di berbagai persimpangan. Untuk memenuhi persyaratan fungsional di persimpangan jalan, setiap ruas jalan di pertigaan harus dilengkapi satu zebra cross.

e. Arahan :

 Jumlah zebra cross di perempatan Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen

Pamuji - Jalan Empu Nala perlu ditambah.

 Jumlah dan lebar zebra cross perlu ditambah, yaitu di setiap persimpangan jalan

pada koridor perencanaan.

Perpindahan trotoar ke zebra cross perlu memperhitungkan perbedaan ketinggian peil agar tidak membahayakan pengguna jalan; perbedaan tinggi peil agar tidak melebihi 15 cm. Jika lebih dari 15 cm, maka perlu dibuatkan ramp dengan kemiringan maksimum 7° agar pengguna jalan tidak mudah tersandung.

(37)

LAPORAN AKHIR 1 - 29 2. Lampu Jalan

Lampu jalan umum ditujukan untuk menerangi permukaan jalan pada malam hari atau pada saat cuaca gelap. Idealnya seluruh permukaan jalan bisa diterangi cahaya lampu jalan dan tidak ada bagian yang terlewatkan. Lampu jalan perlu disediakan tersendiri dan tidak mengandalkan penerangan yang berasal dari bangunan di dalam kaveling. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar lampu jalan tetap menyala walaupun lampu di dalam kaveling mengalami pemadaman listrik.

a. Kondisi faktual :

Jenis lampu jalan di koridor perencanaan, adalah lampu penerangan berlengan tunggal, tiang terbuat dari besi berwarna silver yang bagian tengahnya dicat dengan warna jingga, tinggi tiang sekitar 6 meter, dipasang pada setiap jarak 25 meter. Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala telah dilengkapi lampu jalan.

b. Persyaratan :

Persyaratan penyediaan lampu jalan adalah :

 Ditempatkan pada jarak maksimum 40 meter (Peraturan Umum Instalasi Listrik

Indonesia; 1987).

 Tiang lampu dilarang untuk menempatkan reklame, selebaran, spanduk, yang

sifatnya merusak keindahan lampu dan lingkungan.

 Tidak ditempatkan berdekatan dengan pepohonan agar cahayanya tidak

terhalang oleh kerimbunan pohon.

 Sumber tenaga listrik lampu jalan dipisahkan dengan lampu persil.  Tinggi tiang lampu antara 6 sampai 7,5 meter.

 Jenis dan tinggi tiang, serta jenis lampu dan cahaya lampu, seragam.

c. Analisis :

Analisis lampu jalan di wilayah perencanaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.6 Analisis Penyediaan Lampu Jalan

No Kondisi Faktual Kriteria Evaluasi

a Jarak antar tiang lampu jalan sekitar 25-30 meter.

Jarak antar tiang lampu jalan pada jalan umum maksimum 40 meter

 Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan

Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebelah Selatan; jarak tiang sudah

(38)

LAPORAN AKHIR 1 - 30

No Kondisi Faktual Kriteria Evaluasi

memenuhi krietria. b Tidak ada reklame yang

menempel pada tiang lampu.

Tiang tidak digunakan untuk menempatkan reklame.

Kondisi yang ada sudah sesuai dengan kriteria.

c Ada beberapa tiang lampu yang berada di dalam kerimbunan pohon.

Cahaya lampu tidak tertutup kerimbunan pepohonan

 Sebagian besar cahaya lampu jalan

tidak terhalang kerimbunan pohon.

 Tetapi ada sebagain yang cahaya

lampunya terhalang kerimbunan pepohonan. Karena itu bagian pohon yang menghalangi cahaya lampu harus dipangkas.

d Sumber tenaga listrik lampu jalan tidak berasal dari lampu persil.

Sumber tenaga listrik lampu jalan terpisah dengan sumber tenaga listrik lampu persil.

Kondisi yang ada sudah sesuai dengan kriteria.

e Tinggi tiang lampu jalan 6 meter.

Tinggi tiang lampu listrik antara 6-7,50 meter.

Kondisi yang ada sudah sesuai dengan kriteria.

f Berwujud tiang

berlengan tunggal dan lampu berbentuk oval. Tiang terbuat dari besi dengan warna silver dan warna jingga di bagian tengah.

Keseragaman : jenis tiang dan lampu.

Bentuk tiang dan lampu pada semua koridor seragam. Ini Menunjukkan bahwa bentuk tiang dan lampu sudah sesuai dengan kriteria.

Sumber : Hasil Analisis 2016

Evaluasi pada tabel 1.6 diatas menunjukkan bahwa eksistensi lampu jalan yang sudah sesuai dengan kriteria adalah : tiang tidak digunakan untuk menempelkan reklame, sumber tenaga listrik terpisah dengan sumber tenaga yang berasal dari kaveling, bentuk tiang dan lampu seragam. Yang belum sesuai adalah masih ada yang belum dilengkapi lampu berlengan tunggal; masih adanya lampu jalan yang cahaya lampunya terhalang kerimbunan pohon.

(39)

LAPORAN AKHIR 1 - 31 e. Arahan :

 Lampu penerangan jalan yang ada di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan

Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, tetap digunakan.

 Untuk mengatasi masalah lampu jalan yang cahayanya terhalang kerimbunan

pohon dan menjaga agar lampu jalan dapat menerangi permukaan jalan dengan baik, maka bagian pohon yang menghalangi cahaya lampu harus dipangkas sedemikian rupa agar bentuk mahkota pohonnya masih indah.

 Faktor lain yang perlu diperhatikan : idealnya lampu jalan mampu menerangi

seluruh permukaan jalan, jangan sampai terdapat permukaan jalan yang tidak terjangkau penerangan lampu jalan.

1.1.2.3 Sarana dan Prasarana Lingkungan A. Sarana fasilitas umum atau sarana lingkungan

Analisis penyediaan sarana atau fasilitas umum dilakukan dengan mengevaluasi arahan RTRW Kota Mojokerto, RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C terhadap kondisi faktual di lapangan.

1. Masalah

Pada ranah urban design, arahan rencana tata ruang belum menyebutkan penempatan lokasi sarana lingkungan atau fasilitas umum secara spasial.

2. Analisis

 RTRW Kota Mojokerto, menyebutkan perlunya penyediaan fasilitas umum, tetapi

tidak menetapkan lokasinya secara spasial di koridor perencanaan.

 RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C, menyebutkan bahwa pusat

pelayanan sosial yang terdiri dari kesehatan; pendidikan dasar dan menengah, peribadatan, ruang terbuka hijau, olah raga, serta pelayanan umum; lokasinya disebar pada masing-masing Unit Lingkungan. Sedangkan RTH, lapangan olah raga dan makam dipertahankan di lokasi yang sudah ada.

Tetapi RDTR tidak menetapkan lokasi penempatan yang dapat diidentifikasikan secara spasial pada lingkup koridor perencanaan.

 Berkaitan dengan hal tersebut, RTBL ini mengusulkan eksistensi fasilitas umum

(40)

LAPORAN AKHIR 1 - 32 - Fasilitas pendidikan yang terdiri dari TK Bina Putra, SDN Kedundung I, SDN

Kedundung II dan III, SDN Balongsari V, VI, X, SMP Taman Siswa, SMK Paramitha.;

- Fasilitas kantor pemerintah yang terdiri dari Kantor Kecamatan Magersari, Kantor Kelurahan Kedundung, Kantor Koramil, Kantor Telkom, KUD, Kantor BPJS, Kantor Notaris, dan kantor lainnya.

- Fasilitas tempat peribadatan yang terdiri dari : Masjis, Mushola, dan Klenteng.

B. Prasarana Lingkungan

Prasarana lingkungan atau utilitas lingkungan yang diidentifikasikan terdiri dari: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran drainase, sistem pembuangan sampah, dan sistem penanggulangan kebakaran.

1. Jaringan Air Bersih

Koridor perencanaan mendapat pelayanan air bersih dari pipa distribusi yang melewati Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala.

 Masalah :

Ditinjau dari sistem jaringannya, tidak terdapat masalah karena seluruh koridor perencanaan telah mendapatkan pelayanan air bersih.

Masalah jaringan pipa air bersih yang umumnya muncul pada lingkup urban design adalah penggalian tanah dan pengurugannya kembali pada saat dilakukan perbaikan atau perawatan pipa. Kondisi ini berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas, karena posisi pipa terletak di bagian tepi jalan.

 Kondisi faktual :

Secara faktual jaringan pipa air bersih di koridor perencanaan terdapat di sepanjang tepi Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nalad. Lokasi pipa ditanam di dalam tanah sepanjang tepi jalan. Pada saat ini seluruh bangunan di sepanjang kanan kiri koridor telah mendapat pelayanan air bersih.

 Rencana tata ruang :

RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan jaringan pipa sekunder.

 Rencana ke depan :

Untuk mengamankan pipa dari kegiatan yang berpotensi merusak pipa, dan memudahkan perawatan dan perbaikan pipa jika terjadi kebocoran atau kerusakan,

Gambar

Tabel 1.2 Analisis Pengunaan Lahan Mikro  No  Aspek yang
Gambar 1.1. Landmark Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala
Gambar 1. 2 Titik lokasi Nodes Kawasan di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala
Tabel 1.4 Tipe Tempat Parkir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan juga harus dilengkapi dengan surat- surat bukti lainnya seperti akta nikah (jika yang diampu telah menikah), kartu keluarga, kartu tanda penduduk, dan

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak PB di atas dapat diketahui bahwa status kepemilikan adalah milik bersama, pembiayaan untuk pembelian rumah dan apapun

Penerapan pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMK Negeri 6 Yogyakarta adalah pembiasaan pagi yang rangkaian didalamnya meliputi menyanyikan lagu Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis burung di HP Dramaga Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor dan sebagai salah satu indikator dari kualitas

Dalam model vignette tidak boleh ada opsi Bukan Salah Satu Di atas (BSSD) karena opsi ini akan tidak sinkron dengan konteks, Misalnya apabila yang dimaksud dengan

Untuk menjadikan rumah sakit yang bersih maka harus memenuhi kriteria- kriteria dengan melakukan upaya penyelenggaraan kebersihan lingkungan rumah sakit, maka dibutuhkan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, proses metakognisi siswa dalam pemecahan masalah aljabar berdasarkan taksonomi SOLO,

Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi beljar siswa mengalami peningkatan dari