• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Peruntukan Lahan Mikro

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tahun 2016 (Halaman 76-81)

RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANG

B. Rencana Peruntukan Lahan Mikro

Rencana peruntukkan lahan mikro di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut: 1. Di dalam arahan peruntukkan lahan di masing-masing kawasan harus mengacu

pada kebijakan tata raung yang telah ada.

2. Peruntakan kawasan mikro mengacu kepada kecenderungan perkembangan kawasan yang ada.

3. Rencana peruntukan mikro mengacu kepada kebutuhan ruang yang ada.

4. Rencana peruntukan lahan mikro, harus mampu menjawab terhadap permasalahan tata ruang yang ada di Kota Mojokerto terutama pada Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala.

C. Manfaat

1. Meningkatkan keseimbangan kualitas kehidupan lingkungan dengan membentuk ruang-ruang kota/lingkungan yang hidup secara fisik (vibrant) dan ekonomi (viable), layak huni dan seimbang, serta meningkatkan kualitas hidup pengguna dan kualitas lingkungan.

2. Mengoptimalkan alokasi penggunaan dan penguasaan lahan baik secara makro maupun mikro.

3. Mengalokasikan fungsi/kegiatan pendukung bagi jenis peruntukan yang ada.

4. Menciptakan integrasi aktivitas ruang sosial (socio-spatial integration) antar penggunanya.

5. Menciptakan keragaman lingkungan (deversity) dan keseimbangan yang akan mendorong terciptanya kegiatan-kegiatan yang berbeda namun produktif.

LAPORAN AKHIR 2 - 4 6. Mengoptimalkan prediksi/projeksi kepadatan lingkungan dan interaksi sosial yang

direncanakan.

2.4.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan A.Pengertian

Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.

B. Manfaat

 Mencapai efisiensi dan efektivitas pemanfaatan lahan secara adil.

 Mendapatkan distribusi kepadatan kawasan yang selaras pada batas daerah yang

direncanakan berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah yang terkait.

 Mendapatkan distribusi berbagai elemen intensitas lahan pemanfaatan lahan

(Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Daerah Hijau, dan Koefisien Tapak Besmen) yang dapat mendukung berbagai karakter khas dari berbagai subarea yang direncanakan.

 Merangsang pertumbuhan kota dan berdampak langsung pada perekonomian

kawasan.

 Mencapai keseimbangan, kaitan dan keterpaduan dari berbagai elemen intensitas

pemanfaatan lahan dalam hal pencapaian kinerja fungsi, estetis dan sosial, antara kawasan perencanaan dan lahan di luarnya.

Secara umum Rencana intensitas pemanfaatan lahan yang dikembangkan adalah sesuai dengan yang diarahkan dalam RDTR Kota Mojokerto. Untuk intensitas pemanfaatan lahan di kawasan perencanaan adalah sebagai berikut:

 Sepanjang koridor dan jalan utama akan dikembangkan untuk kegiatan perdagangan

dan jasa serta industry dan pergudangan.

 Untuk pemanfaatan lahan bagi kegiatan permukiman dikembangkan menjadi

permukiman campuran.

 Kegiatan sosial masyarakat tetap diakomodasi di sepanjang koridor namun

LAPORAN AKHIR 2 - 5

2.4.2.1. Rencana Koefisien Dasar Bangunan

Perbandingan antara KLB dengan KDB akan menunjukkan ketinggian bangunan yang diarahkan.Koefisien dasar bangunan ini dimaksudkan untuk menyediakan lahan terbuka yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan lahan diisi dengan fisik bangunan, namun agar masih menyisakan lahan ruang terbuka untuk tata hijau sebagai bidang resapan air hujan, pengurangan suhu iklim mikro dan secara umum adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan binaan. Arahan rencana koefisien dasar bangunan di wilayah perencanaan sebagai berikut.

Tabel 2.1. Rencana Koefisien Dasar Bangunan

Kawasan Fungsi Bangunan KDB Eksisting Rencana

Jalan JA. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala

Perumahan

Perdagangan dan Jasa

Perkantoran Pemerintah

Pendidikan

50-80

80

50

 Rumah kepadatan tinggi 50-60%

 Rumah kepadatan sedang 40-50%

 Rumah kepadatan rendah 30-40%

 Perdagangan dan jasa 60-70%  Perkantoran 40-60%  Pendidikan SMP/SMA SD50-60%  Pendidikan SD 40-60%  Peribadatan 50-60%  Industri 40-50%

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2016

2.4.2.2. Rencana Koefisien Lantai Bangunan

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) merupakan angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai atau perbandingan antara total luas lantai pada bangunan dengan luas lahan pada setiap persil lahan.

Tabel 2.2. Rencana Koefisien Lantai Bangunan Kawasan Fungsi Bangunan

Kondisi Eksisting Rencana Tinggi

Bangunan KLB

Jalan JA. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala

Perumahan 4 -8 0,9 –

1,8

 Rumah kepadatan tinggi 0,6-1,8,

 Rumah kepadatan sedang 0,4 – 1,0

 Rumah kepadatan rendah 0,3 – 0,4

 Perdagangan dan jasa 0,6-2,1  Perkantoran 0,4-1,8 Perkantoran 8 1,8 Perdagangan 4 0,9 Pendidikan 4 -8 0,9 – 1,8

LAPORAN AKHIR 2 - 6 Kawasan Fungsi Bangunan

Kondisi Eksisting Rencana Tinggi Bangunan KLB  Pendidikan SMP/SMA 0,5-2,1  Pendidikan SD 0,4-0,6  Peribadatan 0,5-1,2  Industri 0,4-1

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2016

2.4.2.3. Rencana Koefisien Daerah Hijau

Koefisien daerah hijau dapat diartikan sebagai perbandingan antara area terbuka hijau dengan area terbangun. Dengan demikian, dalam skala tapak, koefisien daerah hijau ini berkaitan langsung dengan rencana koefisien dasar lantai (berbanding terbalik).

Koefisien dasar hijau dapat pula disebut dengan RTH pekarangan atau RTH private yang terdapat di dalam sebuah kavling. Rencana KDH atau RTH private disesuaikan dengan arahan RTH private perkotaan yakni 10 % dari luas lahan. Maka dari itu, setiap pembangunan harus mendahulukan penyediaan RTH private pada setiap kavling yang dibangun sebesar 10% sebagai Koefisien Dasar Hijau.

2.4.3. Tata Bangunan A. Pengertian

Tata Bangunan adalah produk dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan ruang, meliputi berbagai aspek termasuk pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besarn, dan konfigurasi dari elemen-elemen : blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang publik.

Tata Bangunan juga merupakan sistem perencanaan sebagai bagian dari penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya, termasuk sarana dan prasarananya pada suatu lingkungan binaan baik di perkotaan maupun di perdesaan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dengan aturan tata ruang yang berlaku dalam RTRW Kabupaten/Kota, dan rencana rincinya.

LAPORAN AKHIR 2 - 7

B. Manfaat

 Mewujudkan kawasan yang selaras dengan morfologi perkembangan area tersebut serta keserasian dan keterpaduan pengaturan konfigurasi blok, kaveling dan bangunan.

 Meningkatkan kualitas ruang kota yang aman, nyaman, sehat, menarik, dan berwawasan ekologis, serta akomodatif terhadap keragaman kegiatan.

 Mengoptimalkan keserasian antara ruang luar abngunan dan lingkugnan publik sehingga tercipta ruang-ruang antarbangunan yang interaktif.

 Menciptakan berbagai citra dan karakter khas dari berbagai subare yang direncanakan.

 Mencapai keseimbangan, kaitan dan keterpaduan dari berbagai elemen tata bangunan dalam hal pencapaian kinerja, fugnsi, estetis dan sosial, antara kawasan perencanaan dan lahan di luarnya.

 Mencapai lingkungan yang tanggap terhadap tuntutan kondisi ekonomi serta terciptanya integrasi sosial secara keruangan.

Sasaran: menetapkan bentuk, besaran dan massa yang dapat menciptakan serta mendefinisikan ruang (luar) yang akomodatif terhadap berbagai bentuk kegiatan yang mengambil tempat dalam kawasan. Penataan bangunan bertujuan untuk:

 Menentukan garis sempadan, ”setback” bangunan dan jarak bebas antar bangunan  Menentukan kepadatan (bulk) bangunan

 Menentukan besar sosok serta proporsi massa bangunan  Menentukan ketinggian bangunan

 Merekomendasikan ambang volume bangunan (building envelope)

 Merekomendasikan tata letak bangunan, dari segi orientasi, ekologi dan iklim

 Mengupayakan keterpaduan Rencana arsitektural yang selaras antara kinerja dan

fungsi.

Tata bangunan di Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala mencakup bentuk dan pengelompokan massa bangunan yang membantu terciptanya suatu lingkungan kota yang terpadu. Faktor utama dalam menentukan bentuk dan massa bangunan adalah kaidah-kaidah di balik wujud fisik kawasan tersebut. Bentuk dan massa bangunan menciptakan batas ruang yang membantu terwujudnya sistem ruang terbuka. Secara umum, tata bangunan dibentuk oleh suatu batas khayal ambang volume (building envelope) yang tercipta dari penggabungan ketinggian maksimum bangunan serta

LAPORAN AKHIR 2 - 8 batasan luas bangunan. Pendekatan ini dilakukan untuk menjamin terpeliharanya kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi dalam perancangan bangunan dengan tetap mengupayakan terpenuhinya peruntukan lahan, serta mengenali batasan dari intensitas pembangunan yang dapat ditampung dalam suatu sub-blok.

Sasaran dari perancangan arsitektur kota adalah untuk menciptakan citra dan identitas arsitektural pada Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, Sehingga terwujud suatu ”sense of place”. Hal tersebut dicapai dengan

mengupayakan keterpaduan Rencana arsitektur dan Rencana ruang luar dalam lingkungan kota, serta menyelaraskan kinerja arsitektural berdasarkan fungsi. Diharapkan suatu tingkat kinerja perancangan arsitektur tertentu dapat terwujud pada kawasan perencanaan.

Hal ini mencakup citra bangunan, bahan, warna, tekstur, pola tampak dan detail. Sebagian besar bangunan di Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala dirancang dalam gaya arsitektur modern yang kurang kontekstual dengan arsitektur setempat. Oleh karena itu bangunan-bangunan yang ada dalam kawasan sekitar pusat kota harus memiliki kualitas perancangan arsitektural yang jauh lebih baik dibandingkan bangunan-bangunan lain, namun tetap memperhatikan keterkaitannya secara arsitektural dengan lingkungan sekitar Koridor Jalan J.A. Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala.

A. Rencana Tata Ruang

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tahun 2016 (Halaman 76-81)