Prasarana lingkungan atau utilitas lingkungan yang diidentifikasikan terdiri dari: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran drainase, sistem pembuangan sampah, dan sistem penanggulangan kebakaran.
1. Jaringan Air Bersih
Koridor perencanaan mendapat pelayanan air bersih dari pipa distribusi yang melewati Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala.
Masalah :
Ditinjau dari sistem jaringannya, tidak terdapat masalah karena seluruh koridor perencanaan telah mendapatkan pelayanan air bersih.
Masalah jaringan pipa air bersih yang umumnya muncul pada lingkup urban design adalah penggalian tanah dan pengurugannya kembali pada saat dilakukan perbaikan atau perawatan pipa. Kondisi ini berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas, karena posisi pipa terletak di bagian tepi jalan.
Kondisi faktual :
Secara faktual jaringan pipa air bersih di koridor perencanaan terdapat di sepanjang tepi Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nalad. Lokasi pipa ditanam di dalam tanah sepanjang tepi jalan. Pada saat ini seluruh bangunan di sepanjang kanan kiri koridor telah mendapat pelayanan air bersih.
Rencana tata ruang :
RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan jaringan pipa sekunder.
Rencana ke depan :
Untuk mengamankan pipa dari kegiatan yang berpotensi merusak pipa, dan memudahkan perawatan dan perbaikan pipa jika terjadi kebocoran atau kerusakan,
LAPORAN AKHIR 1 - 33 idealnya saluran pipa air bersih menggunakan shaft tersendiri yang terpisah dengan jaringan utilitas lainnya.
Pembahasan :
Sebagai penjabaran dari rencana tata ruang yang lebih tinggi tingkatannya, jaringan air bersih di koridor perencanaan yang berlingkup RTBL, direncanakan sesuai arahan RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C. Terlihat bahwa arahan rencana tata ruang sesuai dengan jaringan air bersih yang terdapat di koridor perencanaan. Ini menunjukkan bahwa rencana RTBL juga sesuai dengan kondisi faktual jaringan air bersih yang sudah ada. Yang belum terlihat lebih detil adalah posisi pipa air bersih dan diameter pipa yang terdapat di koridor perencanaan. Untuk menuju kondisi masa depan yang ideal, secara bertahap jaringan pipa air bersih diusulkan menggunakan shaft atau gorong-gorong yang ditempatkan di bawah trotoar.
Arahan :
Dalam jangka pendek dan menengah (1-10 tahun) sistem jaringan yang ada tetap dipertahankan. Dalam jangka panjang (10-20 tahun), secara bertahap sistem jaringan air bersih diusulkan menggunakan shaft pipa air bersih yang ditempatkan di bawah trotoar.
2. Jaringan Listrik
Koridor perencanaan telah mendapat pelayanan listrik melalui sistem jaringan kabel udara yang melewati Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala.
Masalah :
Ditinjau dari sistem jaringannya, tidak ada masalah karena seluruh koridor perencanaan telah mendapat pelayanan listrik.
Masalah yang muncul adalah penggunaan penghantar udara (rentangan kabel yang tidak rapih dan tiang listrik yang miring) yang mengganggu keindahan dan kerapihan kota.
Kondisi faktual :
Di Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, posisi kabel berada di sebelah Utara jalan. Di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala, posisi kabel berada di sisi Barat jalan. Jaringan kabel menggunakan satu tiang bersama; kabel SUTM 20 KV ditempatkan di bagian atas
LAPORAN AKHIR 1 - 34 dan kabel SUTR 220 V ditempatkan di bagian bawah. Pada beberapa tiang dilengkapi dengan transformator penurun tegangan. Semua bangunan di sepanjang koridor perencanaan telah mendapatkan pelayanan listrik.
Rencana tata ruang :
RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan jaringan listrik melewati Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala. Rencana jaringan listrik di koridor perencanaan tidak terlihat karena terlalu mikro.
Rencana ke depan :
Jaringan listrik yang terletak pada jalan lingkungan kota yang sudah terbangun, bisa tetap menggunakan sistem penghantar udara. Tetapi harus ditata dan diatur rapih untuk menciptakan citra kota yang indah.
Pembahasan :
Sebagai penjabaran dari rencana tata ruang yang hirarkinya lebih tinggi, jaringan listrik di koridor perencanaan yang berlingkup RTBL, direncanakan sesuai arahan RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C. Berdasarkan observasi lapangan, sistem jaringan listrik di koridor perencanaan sudah sesuai dengan rencana tata ruang.
Sistem jaringannya tetap menggunakan sistem penghantar udara, dengan pertimbangan : ketersediaan lahan di kiri kanan jalan untuk shaft listrik sangat terbatas, karena itu bisa tetap menggunakan jaringan penghantar udara yang sudah ada, tetapi diatur dan ditata rapih.
Arahan :
Jaringan listrik tetap menggunakan jaringan penghantar udara yang sudah ada, tetapi diatur dan ditata rapih.
3. Jaringan Telepon
Di koridor perencanaan terdapat dua jenis jaringan telekomunikasi, yaitu jaringan telepon seluler dan kabel. Jaringan telepon seluler menggunakan BTS yang dibahas tersendiri dalam Peraturan Zonasi. Jaringan yang dipaparkan pada bagian ini adalah telepon kabel sambungan rumah.
Masalah :
Ditinjau dari sistem jaringannya, tidak ada masalah dengan jaringan telepon karena seluruh koridor perencanaan telah mendapat sambungan telepon rumah.
LAPORAN AKHIR 1 - 35 Masalah yang muncul adalah penggunaan penghantar atau kabel udara yang mengganggu keindahan dan kerapihan kota (rentangan kabel tidak rapih dan tiang yang miring).
Kondisi faktual :
Koridor perencanaan telah mendapat sambungan telepon melalui sistem jaringan kabel udara di sepanjang Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala. Ini menunjukkan bahwa telepon sambungan rumah masih banyak digunakan oleh masyarakat, walaupun saat ini sudah banyak yang menggunakan telepon seluler.
Rencana tata ruang :
RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C tidak merencanakan pengembangan jaringan telepon. Ini mengindikasikan bahwa telepon yang menggunakan jaringan kabel tidak lagi dikembangkan.
Rencana ke depan :
Jaringan kabel telepon yang berada pada jalan lingkungan kota yang sudah terbangun, bisa tetap menggunakan kabel udara; tetapi harus ditata dan diatur rapih untuk menciptakan citra kota yang indah.
Pembahasan :
Walaupun saat ini masyarakat telah banyak menggunakan telepon seluler, namun telepon kabel masih dipakai, baik untuk sambungan rumah maupun telepon umum. PT. Telkom hingga sekarang masih melayani pemasangan baru telepon sambungan rumah. Oleh karena itu jaringan yang sudah ada tetap dipertahankan, tetapi tidak dikembangkan. Sistem jaringan tetap menggunakan kabel udara yang diatur dan ditata rapih. Pertimbangannya adalah : ketersediaan lahan di kiri kanan jalan untuk shaft telepon sangat terbatas, karena itu diusulkan tetap menggunakan jaringan kabel udara yang sudah ada.
Arahan :
Jaringan telepon kabel yang sudah ada tetap dipertahankan, tetapi tidak dikembangkan. Sistem jaringan kabel udara harus diatur dan ditata rapih.
4. Saluran Drainase dan Pembuangan Limbah Cair
Saluran drainase atau saluran pematusan adalah saluran yang digunakan untuk mengalirkan air hujan yang berasal dari atap, halaman gudang, rumah dan jalan umum. Sedangkan saluran pembuangan limbah digunakan untuk membuang limbah cair
LAPORAN AKHIR 1 - 36 rumah tangga yang berasal dari kamar mandi dan tempat cuci. Di koridor perencanaan, saluran drainase digabung dengan saluran pembuang limbah cair rumah tangga (air buangan yang berasal dari floor drain kamar mandi, tempat cuci, wastafel, dapur).
Masalah :
Saluran drainase yang digabung dengan pembuangan limbah cair rumah tangga berpotensi menimbulkan endapan karena bercampur dengan lemak, detergen, sampah hasil cucian, dan bahan lainnya, yang menyebabkan tersumbatnya saluran dan membutuhkan pemeliharaan yang intensif. Saluran yang tertutup plat permanen mempersulit upaya pemeliharaannya. Apalagi jika tidak dilengkapi dengan lubang pemeliharaan (hole).
Kondisi faktual :
Saluran drainase terdapat di sepanjang kiri kanan koridor perencanaan. Saluran di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebagian berupa saluran tertutup dan ada sebagian yang terbuka. Saluran di koridor perencanaan digunakan untuk pembuangan air hujan dan limbah cair rumah tangga dan industri.
- Air hujan yang dibuang ke saluran berasal dari atap bangunan, halaman rumah dan jalan; sedangkan limbah cair domestik berasal dari buangan air limbah bekas mandi, cuci, dapur dan washtafel.
- Limbah yang berasal dari WC dialirkan ke tangki septik dan selanjutnya disalurkan ke sumur resapan.
Rencana tata ruang :
RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan saluran drainase bercampur dengan saluran pembuangan limbah cair domestik. Sistem yang akan dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup dan jaringan drainase sistem terbuka yang dibuat di sebelah kiri dan atau kanan jalan, dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat. Jaringan drainase sistem tertutup sebagian besar dikembangkan di pusat pemerintahan dan perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri serta jalan-jalan utama tertentu, sedangkan jaringan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman dan disepanjang jaringan jalan.
Sementara itu pembuangan limbah cair dari WC dibuang ke tangki septik individu maupun tangka septik komunal.
LAPORAN AKHIR 1 - 37
Pembahasan
Ditinjau dari sistem jaringannya, sistem drainase dan pembuangan limbah cair rumah tangga di koridor perencanaan sudah sesuai dengan rencana tata ruang, yaitu menggabungkan pembuangan air hujan dan limbah cair rumah tangga; serta membuang limbah dari WC ke septik tank.
- Penggunaan saluran tertutup tetap dipertahankan, tetapi ukurannya perlu dinormalisasi dan dilengkapi dengan lubang-lubang pemeliharaan yang dibuat pada setiap jarak 5 meter (terutama saluran tertutup di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala). Saluran tertutup yang ditutup dengan plat beton dan diplester permanen sangat menyulitkan pemeliharaan rutin karena untuk membersihkan terpaksa harus membongkarnya.
- Penggunaan saluran terbuka yang masuk dan keluar bozem harus tetap dipertahankan, jangan sampai dirubah menjadi saluran tertutup karena pemeliharaannya lebih sulit. Saluran tersebut jangan sampai terganggu oleh kegiatan warga dan kiri kanannya harus cukup tersedia ruang terbuka untuk pemeliharaan dan perawatan saluran.
Arahan :
- Sistem drainase koridor perencanaan menggunakan gabungan sistem drainase dan pembuangan limbah cair rumah tangga sesuai RDTR.
- Saluran dengan sistem tertutup digunakan di seluruh koridor perencanaan. Saluran tertutup perlu dilengkapi lubang (hole) yang ditutup gril jeruji besi yang bisa dibuka, pada setiap jarak 5 meter, untuk memudahkan pemeliharaan.
- Saluran tertutup yang bagian atasnya tertutup perkerasan permanen perlu dinormalisasi.
5. Tempat Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan sampah terdiri dari pewadahan sampah, pengumpulan dan pemusnahan sampah. Sistem yang terdapat di koridor perencanaan adalah pewadahan dan pengumpulan sampah.
a. Masalah :
Ditinjau dari ketersediaan pewadahannya, tidak ada masalah dengan tempat
sampah rumah tangga atau perorangan karena semua kaveling bangunan di sepanjang koridor perencanaan telah menyediakan tempat sampah di tempatnya
LAPORAN AKHIR 1 - 38 masing-masing. Namun terdapat perilaku pedagang ataupun konsumen dari Pasar Tanjung Anyar di Jalan Residen Pamuji yang membuang sampah ke sungai.
Ditinjau dari penempatannya, tempat sampah perorangan pada kaveling kecil
yang ditempatkan di depan masing-masing bangunan berpotensi menimbulkan gangguan visual karena terletak di jalan protokol.
b. Kondisi faktual :
Pewadahan sampah yang terdapat di koridor perencanaan terdiri dari :
- Bak sampah perorangan berupa bak sampah tertutup terbuat dari karet berwarna hijau yang bisa dipindah-pindahkan, dan bak sampah permanen. Bak sampah yang bisa dipindah-pindahkan terdapat di bagian koridor yang mempunyai GSB terbatas, sedangkan bak sampah permanen terdapat di bagian koridor yang mempunyai halaman dengan GSB lebih dari 6 meter.
- Alat pengangkut sampah terdiri dari gerobak sampah dan truk pengangkut kontainer.
- Gerobak sampah berkapasitas 1 m3 digunakan untuk mengambil sampah dari bak sampah perorangan, untuk dibuang ke TPS. Gerobak sampah dikumpulkan di lokasi TPS Terate.
- Truk pengangkut kontainer sampah (arm roll truck) yang digunakan untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA.
c. Persyaratan :
Spesifikasi teknis pewadahan sampah berdasarkan Standar Depertemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut :
- Bin plastik tertutup : volumen 40-60 liter; penempatan di pekarangan; bisa dipindah-pindahkan; bahan dari plastik/fiberglass.
- Bin plastik tertutup dengan plat besi konstruksi permanen : volume 70 liter; penempatan jalan/tempat umum/pertokoan; bahan plastik/fiberglass; plat baja; beton.
- Bin plastik tertutup dengan roda : volume 120-240 liter; penempatan tepi jalan, pertokoan; bahan dari plastik atau fiberglass.
- Bin plat besi tertutup : volume 100 liter; penempatan jalan/tempat umum/pertokoan; bahan dari plat besi/drum bekas.
LAPORAN AKHIR 1 - 39 - Bak sampah permanen dari pasangan bata : ukuran bervariasi; penempatan di
dalam pekarangan atau pasar; bahan dari pasangan bata/beton.
- Kontainer : volume 6-10 m3; penempatan pinggir jalan besar; bahan dari besi. Spesifikasi teknis sarana pengumpul sampah :
- Gerobak sampah : volume 1 m3; penempatan di lingkungan permukiman; lebar jalan > 1 meter; kondisi jalan relatif datar; bahan konstruksi dari kayu dan besi. - Becak sampah : volumen menyesuaikan; penempatan di lingkungan
permukiman dengan jalan-jalan relatif datar; lebar jalan > 1 meter; bahan dari kayu dan besi.
- Gerobak sampah dengan bin : kapasitas 6 bin; penempatan di lingkungan permukiman dengan jalan-jalan yang relatif datar; lebar jalan > 1 meter; bahan dari konstruksi baja dan fiberglass.
Persyaratan lainnya adalah :
- Pewadahan sampah mampu menampilkan citra bersih, rapih dan estetis, terutama yang berlokasi di jalan protokol.
- Bin sampah umum ditempatkan pada setiap jarak 50 meter secara berselang-seling di sisi kiri dan kanan jalan.
d. Pembahasan :
Analisis pewadahan sampah ditunjukkan pada Tabel 1.7. Tabel 1.7 Analisis Perwadahan Sampah
No Kondisi Faktual Persyaratan Evaluasi
1 Bak sampah perorangan
Bak tertutup
berbentuk seperti guci berwarna hijau bahan fiberglass, bisa dipindah-pindah.
Bin plastik tertutup;
volume 40-60 liter; bahan dari plastik atau fiberglass; bisa dipindah-pindahkan.
Tipe, bahan dan volume bak sampah
yang ada sudah sesuai dengan persyaratan.
Bak sampah permanen
dari pasangan bata; ukuran sesuai kebutuhan.
Bak sampah pada beberapa kaveling
besar sudah sesuai dengan persyaratan.
LAPORAN AKHIR 1 - 40
No Kondisi Faktual Persyaratan Evaluasi
depan kaveling masig-masing.
pekarangan. ditempatkan di depan kaveling,
menurut persyaratan seharusnya ditempatkan di dalam pekarangan. Walaupun kurang sesuai dengan persyaratan, penempatan bak sampah di depan kaveling masih bisa dilakukan, dengan ketentuan hanya dikeluarkan pada jam pengambilan sampah saja. Di luar itu harus dimasukkan di dalam pekarangan. Pertimbangannya adalah faktor estetika dan kerapihan karena terletak di jalan protokol.
Kondisi faktual bak sampah
permanen sudah sesuai dengan persyaratan karena ditempatkan di dalam pekarangan.
2. Bak sampah umum/ pejalan kaki
Di koridor
perencanaan tidak terdapat bak sampah umum.
Bak sampah umum
dibutuhkan di lokasi yang banyak didatangi atau dilewati pengunjung.
Koridor perencanaan belum membutuhkan bak sampah umum, karena intensitas pejalan kaki yang lewat masih terbatas jumlahnya. Selain itu pejalan kaki yang lewat, sebagian besar adalah warga setempat.
3 Kontainer
Kontainer sampah berkapasitas 6 m3; bahan dari plat besi; berwarna kuning.
Kontainer : volume 6-10 m3; bahan dari besi.
Tipe, volume dan bahan kontainer di
koridor perencanaan sudah sesuai dengan persyaratan.
Ditempatkan di tepi jalan
Penempatan di lokasi yang mudah diakses truk pengangkut kontainer sampah.
Penempatan kontainer sudah sesuai
dengan persyaratan, karena mempunyai jalan akses yang bisa dilewati truk pengangkut kontainer.
LAPORAN AKHIR 1 - 41
No Kondisi Faktual Persyaratan Evaluasi
Namun demikian karena berpotensi mengganggu estetika lingkungan, spot TPS perlu ditata agar lebih bersih, rapih dan estetis.
Sumber : Hasil Analisis 2016 e. Arahan :
Pewadahan sampah :
Bak sampah perorangan :
- Bak sampah perorangan di koridor perencanaan berupa bak sampah tertutup berbentuk guci yang bisa dipindah-pindahkan. Sebaiknya bak sampah hanya dikeluarkan pada saat jam pengambilan sampah. Di luar itu bak sampah dimasukkan ke dalam pekarangan. Pertimbangannya adalah untuk menjaga citra bersih, rapih dan estetis. Bak sampah berpotensi menimbulkan kesan kotor jika tidak dirawat dengan baik.
- Bak sampah permanen di dalan kaveling tetap dipertahankan eksistensinya, dan volumenya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Bak sampah umum :
Koridor perencanaan belum membutuhkan bak sampah umum, karena intensitas pejalan kaki yang lewat masih terbatas jumlahnya. Pejalan kaki yang lewat sebagian besar adalah warga setempat, bukan orang-orang yang berjalan kaki sambil berbelanja di sepanjang periferi koridor.
Kontainer :
Arahannya adalah :
- Memanfaatkan kontainer yang sudah ada.
- Menata spot kontainer agar lebih bersih, kering, sehat dan estetis; dengan cara : menutupi TPS dengan tanaman perdu berdaun rapat; dan menggunakan TPS hanya sebagai tempat pemindahan sampah dari gerobak ke kontainer, bukan membuang sampah ke pelataran TPS.
Pengumpulan sampah :
Alat pengumpul sampah tetap menggunakan sistem yang sudah ada, yaitu gerobak sampah dan kontainer.
LAPORAN AKHIR 1 - 42 - Gerobak sampah yang digunakan adalah gerobak berkapasitas 1 m3 yang
mengambil sampah dari bak sampah perorangan pada jam-jam tertentu untuk dibuang ke TPS Terate.
- Kontainer yang digunakan adalah kontainer berkapasitas 6 m3 yang diangkut dengan arm roll truck untuk dibuang ke TPA.
6. Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran dapat dilakukan pada lingkup kota, lingkungan, tapak dan bangunan. Dalam penyusunan RTBL ini penanggulangan kebakaran akan dibahas pada lingkup lingkungan dan tapak.
a. Masalah :
Masalah utama yang dihadapi adalah; di koridor perencanaan belum tersedianya sarana penanggulangan kebakaran baik berupa hidran maupun sumur kebakaran. Masalah lainnya adalah kondisi lingkungan yang kurang mendukung upaya mobil PMK memadamkan api jika terjadi kebakaran. Antara lain rentangan kabel listrik dan telepon yang menggelantung dengan ketinggian 3 meter yang berpotensi terseret oleh snorkel mobil PMK; terbatasnya ketersediaan air untuk pemadaman api; dan perkampungan padat yang sulit diakses oleh mobil PMK.
b. Kondisi faktual :
Di koridor perencanaan belum tersedia sarana penanggulangan kebakaran pada lingkup lingkungan maupun tapak. Jika terjadi kebakaran, pemadaman dilakukan oleh mobil PMK.
c. Rencana tata ruang :
Untuk menanggulangi kebakaran, RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C merencanakan penyediaan hidran kebakaran sebagai berikut :
a. Hidran kebakaran minimum berjarak 100 meter untuk bangunan komersial dan berjarak 200 meter untuk permukiman. Lokasinya harus di tempat yang mudah terlihat dan dijangkau oleh unit pemadam kebakaran.
b. Hidran diletakkan pada jarak 60-80 cm dari tepi jalan, untuk menghindari gangguan lalu lintas kendaraan.
c. Hidran diletakkan 1 meter dari bangunan-bangunan permanen atau gerbang pintu keluar masuk dan jauh dari traffic light.
LAPORAN AKHIR 1 - 43 d. Hidran lebih efektif jika diletakkan di persimpangan jalan karena jangkauan
daerah akan lebih luas.
e. Sumber air yang digunakan oleh hidran kebakaran berasal dari air PDAM. d. Pembahasan
Ditinjau dari ketentuan rencana tata ruang, kondisi koridor perencanaan masih belum memenuhi ketentuan karena belum tersedia hidran kebakaran berskala lingkungan.
Ditinjau dari operasionalisasi mobil PMK, kondisi fisik koridor belum mendukung kemudahan operasi mobil PMK jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran; karena berpotensi mendapatkan hambatan dari rentangan kabel listrik dan kabel telepon yang melintang jalan, terbatasnya pasokan air dari mobil tangki PMK, jalan di perkampungan padat yang sulit diakses mobil PMK.
e. Arahan :
Pada lingkup lingkungan :
Di koridor perencanaan perlu disediakan hidran dan sumur kebakaran sesuai
arahan RDTR dan Zoning Regulation SPK A DAN SPK C, yaitu pada setiap jarak 200 meter yang ditempatkan di sekitar persimpangan jalan.
Untuk memudahkan operasi mobil PMK jika terjadi kebakaran, diusulkan :
- Rentangan kabel listrik maupun telepon yang melintang jalan, atau melintang di depan jalan masuk ke kawasan perkampungan; ditinggikan sampai sekurang-kurangnya 5 meter di atas permukaan tanah, sehingga mobil PMK bisa aman melewati bagian bawahnya.
1.1.2.4 Tata Lingkungan
Pembahasan mengenai tata lingkungan meliputi pola massa dan ruang luar serta penghijauan lingkungan.