• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sirkulasi Pejalan Kaki a. Masalah :

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tahun 2016 (Halaman 29-35)

Berdasarkan observasi lapangan, ada beberapa kondisi yang menyebabkan trotoar kurang nyaman untuk dilewati pejalan kaki. Yaitu : sebagian badan trotoar diokupasi oleh kegiatan lain, seperti perluasan tempat berjualan, tempat parkir sepeda motor, tempat berjualan PKL; permukaan trotoar yang tidak rata; dan terhalang oleh pohon.

LAPORAN AKHIR 1 - 22 b. Kondisi faktual :

Di sepanjang kiri kanan koridor perencanaan sisi selatan sebagian kecil belum terdapat trotoar hanya di bagian. Untuk koridor utara hingga sebagian selatan sudah terdapat trotoar dengan variasi lebar 1-2 meter yang terbuat dari paving block dengan tinggi elevasi bervariasi antara 20 sampai 30 cm terhadap permukaan jalan. Di tengah trotoar terdapat kotak untuk pohon dengan ukuran 0,60x0,60 m. Paving block di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala berwarna abu-abu. c. Kriteria :

Trotoar dirancang untuk sirkulasi pejalan kaki yang aman dan nyaman, agar tidak menimbulkan friksi atau konflik dengan kendaraan bermotor. Penyediaan trotoar harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Akesebilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan, sebagai berikut :

 Penyediaan trotoar harus dikembalikan ke fungsinya sebagai jalur pejalan kaki

termasuk penderita cacat tubuh, yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna, dan lebarnya harus mencukupi. Minimal 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Menurut Standar Bina Marga untuk Jalan Perkotaan Tahun 1987, lebar trotoar untuk kawasan perdagangan, perkantoran dan sekolah, adalah 2 meter.

LAPORAN AKHIR 1 - 23

Gambar 1.3 Tipe Parkir

Sumber : Hasil Analisis 2016 PARKIR HALAMAN

PARKIR BAWAH BANGUNAN

A A

POTONGAN A-A

Parkir halaman :

 Parkir di bagian depan bangunan

(Gambar 1).

 Parkir di bagian samping bangunan (Gambar 2).

PELATARAN PARKIR BERSAMA Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Pelataran parkir bersama :  Parkir bersama pada

kumpulan kaveling yang diperlakukan sebagai blok (Gambar 3).

 Parkir bersama yang ditempatkan pada satu Parkir bawah bangunan :

Lantai dasar digunakan untuk parkir,

LAPORAN AKHIR 1 - 24

 Jalur pedestrian harus bisa dilewati penyandang cacat.

 Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda

pelengkap jalan yang menghalangi.

 Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.

Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm.

 Persyaratan lainnya adalah : jalur pedestrian harus ramah dan nyaman bagi

pengguna jalan; antara lain : terlindung oleh keteduhan tanaman atau kanopi bangunan dan estetis.

d. Analisis :

Analisis penyediaan trotoar di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel 1.5 dibawah ini :

e. Arahan :

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, maka diusulkan arahan penataan sebagai berikut:

Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala :

 Lebar trotoar :

- Koridor Jalan J.A. Suprapto trotoar tetap mengikuti kondisi eksisting

dikarenakan diameter jalan relatif sempit untuk arus kendaraan dua.

- Koridor Jalan Residen Pamuji dan - Jalan Empu Nala trotoar dilebarkan

menjadi 2,0 meter agar dapat digunakan untuk jalan dua arah

- Permukaan kotak pohon (ris) diratakan sama tingginya dengan permukaan

trotoar, agar tonjolan ris tidak mengganggu pejalan kaki.

 Elevasi :

Mengakomodasi kebutuhan sirkulasi bagi penyandang cacat (pengguna kurk, kursi roda, dan tuna netra); dengan menghindarkan gundukan pada permukaan trotoar, menandai jalur untuk tuna netra, membuat ramp pada pertemuan dengan jalan umum.

 Spot yang terhalang pohon atau tiang listrik :

Menempatkan tiang listrik atau pohon peremajaan di bagian tepi luar atau tepi dalam trotoar (pada saat pemasangan tiang listrik baru atau peremajaan pohon).

LAPORAN AKHIR 1 - 25 Melarang trotoar untuk kegiatan lain selain pejalan kaki, seperti : parkir sepeda motor, perluasan usaha dan PKL.

Tabel 1.5 Analisis Penyediaan Trotoar

No Kondisi Faktual Kriteria Evaluasi

a Lebar trotoar antara 1,00-2,00 m. Lebar kotak untuk pohon 0,60x0,60 m .

Lebar yang mencukupi :

 Min 1,20 m untuk jalan

searah; min. 1,60 m untuk jalur dua arah (Persyaratan Teknis Aksesbilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan).

 2,00 meter (Standar Bina

Marga untuk Jalan Perkotaan; 1987).

 Lebar masih memenuhi jika

hanya digunakan untuk jalan searah. Tetapi trotoar di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala digunakan untuk jalan dua arah, karena itu perlu diperlebar sampai 1,60 m untuk lebar yang kurang.

 Agar tidak mengganggu pejalan

kaki, permukaan kotak pohon (ris) diratakan sama tingginya dengan permukaan trotoar. b Elevasi trotoar tidak bisa

dilewati penyandang cacat.

Bisa dilewati penyandang cacat

Sulit dilewati penyandang cacat, karena elevasi tidak rata  trotoar perlu mengakomodasi penyandang cacat (pengguna kurk, kursi roda, dan tuna netra).

c Beberapa spot terhalang pohon dan tiang listrik.

Tidak terhalang tiang listrik, reklame, pohon.

Spot yang terhalang pohon atau tiang listrik :

Pada saat pemasangan tiang listrik baru atau peremajaan pohon, agar ditempatkan di bagian tepi luar atau tepi dalam trotoar.

d Beberapa spot digunakan untuk perluasan tempat usaha, parkir sepeda motor, PKL.

Tidak diokupasi kegiatan lain

Sebagian diokupasi parkir sepeda motor, perluasan usaha dan PKL. Pejalan kaki terpaksa menggunakan badan jalan untuk bersirkulasi. Trotoar harus dibebaskan dari kegiatan yang menghalangi pejalan

LAPORAN AKHIR 1 - 26

No Kondisi Faktual Kriteria Evaluasi

kaki. e Pada pertemuan dengan

pintu keluar kaveling, trotoar terpotong atau elevasinya diturunkan sehingga permukaannya menjadi bergelombang.

Elevasi trotoar rata dan nyaman dilewati (tidak ada gundukan > 1,25 cm).

Elevasi trotoar tidak rata dan tidak nyaman dilewati. Pada setiap pertemuan dengan jalan masuk ke kaveling terdapat perbedaan elevasi yang melebihi 1,25 cm. Elevasi troroar perlu ditata kembali agar lebih nyaman dilewati.

f Terdapat pohon pada setiap jarak 6-10 meter, yang daunnya memberi keteduhan pada saat tidak rontok.

Terlindung keteduhan pohon atau bangunan

Pada umumnya terlindung keteduhan pohon, kecuali pada bagian yang tanaman pohonnya sudah tua dan daunnya rontok.

g Trotoar dibuat dari paving blok berwarna abu-abu dengan corak sama.

Estetis; bercorak Monoton tunggal warna.(abu-abu), karena itu perlu penataan trotoar yang lebih bervariasi.

h Perbedaan tinggi

permukaan trotoar terhadap permukaan jalan dan permukaan halaman (kaveling) cukup tinggi. Perbedaan tinggi permukaan trotoar dengan jalan 20-30 cm

Penggunaan tangga dan

ramp harus

mempertimbangkan

keamanan dan kenyamanan pengguna.

 Penggunaan tangga :

Perbandingan antara injakan dan tanjakan tidak proporsional. Karena tanjakan dan injakan dibuat sama, maka sudut kemiringan tangga menjadi 45º.

Ini bisa membahayakan

keamanan dan menimbulkan ketidaknyamanan pengguna.

 Penggunaan ramp :

Kemiringan ramp untuk sirkulasi publik tidak boleh lebih dari 15º (dengan catatan : permukaan melintang trotoar tidak boleh dibuat ramp). Jika melebihi maka harus dibuat bordes, atau merubah ramp menjadi tangga.

LAPORAN AKHIR 1 - 27

 Perbedaan elevasi trotoar dan kaveling :

Pada setiap pertemuan dengan jalan masuk ke kaveling terdapat perbedaan elevasi yang melebihi 1,25 cm. Elevasi troroar perlu ditata kembali dengan cara : membuat ramp atau membuat tangga yang nyaman dilewati dengan memperhitungkan lebar tanjakan dan injakan pada tangga serta bordes.

 Penyediaan pohon :

Pohon yang sudah tua diganti dengan pohon peremajaan dari jenis yang berbeda. Dipilih jenis pohon yang berumur panjang, bermahkota lebar, daunnya tidak mudah rontok, perakarannya tidak merusak jalan.

 Corak trotoar :

Untuk menciptakan keindahan, kebersihan dan mengurangi kebosanan; diperlukan penataan trotoar menggunakan corak yang bervariasi; dan membuat rancangan estetis pada permukaan trotoar dengan pola-pola figuratif yang berwarna-warni.

 Perbedaan elevasi antara trotoar dan kaveling :

Menata kembali elevasi trotoar dengan mempertimbangkannya terhadap elevasi kaveling, elevasi jalan, elevasi antara ruas trotoar yang satu dengan ruas yang lain, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah :

- Penggunaan tangga :

Memperhitungkan perbandingan antara injakan dan tanjakan agar proporsional ditinjau dari keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengguna.

- Penggunaan ramp :

Kemiringan ramp untuk sirkulasi publik tidak boleh lebih dari 15º (dengan catatan : permukaan melintang trotoar tidak boleh dibuat ramp). Jika melebihi maka harus dibuat bordes, atau merubah ramp menjadi tangga.

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tahun 2016 (Halaman 29-35)