• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Massa dan Ruang Luar

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tahun 2016 (Halaman 51-62)

Dalam urban design, tatanan massa dan elemen ruang luar secara bersama membentuk ruang tiga dimensi yang kehadirannya bisa dirasakan secara inderawi.

a. Massa bangunan (solid) menggambarkan tatanan wujud bangunan secara tiga

dimensi melalui perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bangunan, yang secara bersama-sama membentuk pelingkupan (enclosure) dalam wujud ruang luar. Massa

LAPORAN AKHIR 1 - 44 bangunan di wilayah perencanaan terdiri dari deretan bangunan dengan berbagai ketinggian dan pemunduran yang berbeda.

b. Ruang luar (void) yang dibentuk oleh pelingkupan massa bangunan, pada tatanan

tapak dibagi menjadi ruang luar yang bersifat publik dan bersifat privat. Ruang luar publik adalah ruang luar yang digunakan untuk kepentingan umum, seperti jalan raya, lapangan olah-raga, taman kota, median, dan sejenisnya. Ruang luar privat adalah ruang luar yang terletak di dalam kaveling atau di dalam halaman.

 Ruang luar publik di koridor perencanaan terdiri dari jalan, trotoar, taman dan

waduk.

 Ruang luar privat terdiri dari tanah kosong dan halaman di dalam kaveling atau

kompleks.

Penataan massa dan ruang luar di koridor perencanaan bertujuan untuk mempertegas identitas, jatidiri atau citra lingkungan dan menciptakan suasana ruang yang akrab dan dinamis.

1. Masalah

a. Persimpangan jalan :

Tatanan massa dan ruang luar di koridor perencanaan, terutama di persimpangan jalan sulit membentuk pola pelingkupan yang jelas. Pada umumnya berpola linier mengikuti perkembangan dan pembangunan jalan. Pola seperti banyak ditemui di bagian kota lainnya. Bisa dikatakan polanya tunggal rupa dengan wilayah lain. b. Koridor jalan :

Tatanan massa dan ruang luar koridor terkesan monoton. 2. Kondisi Faktual

Ruang terbuka di koridor perencanaan terdiri dari ruang terbuka publik dan ruang terbuka privat. Dalam penyusunan RTBL ini penataan diarahkan pada ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik terdiri dari empat persimpangan jalan, yang dibentuk oleh unsur solid dan void berikut :

a. Persimpangan jalan :

 Persimpangan yang berupa perempatan jalan merupakan void yang dilingkupi

oleh bangunan-bangunan (solid) dengan ketinggian antara 1-3 lantai. b. Koridor jalan :

LAPORAN AKHIR 1 - 45 Ruang koridor berpola linier yang dibentuk oleh deretan dinding bangunan dengan ketinggian rata-rata 1-2 lantai dan tanaman pohon (dengan ketinggian setara bangunan 1-2 lantai) yang berjajar memanjang mengikuti bentuk koridor.

 Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala dilingkupi oleh

bangunan yang ketinggiannya tidak seragam, yaitu bervariasi antara 1-3 lantai, dan dominasi pemunduran bangunan 0 - 4 meter.

Di dalam ruang terbuka persimpangan jalan dan koridor jalan, terdapat jalan untuk sirkulasi kendaraan dan trotoar untuk pejalan kaki, yang masuk dalam ranah ruang terbuka publik.

3. Dasar Teori

Eksistensi ruang dibentuk oleh elemen-elemen pembentuk ruang yang terdiri dari elemen lantai, elemen dinding dan elemen atap. Elemen yang menonjol adalah elemen dinding yang bisa berupa dinding bangunan, pagar tembok, deretan pohon, deretan tiang bendera, dan sejenisnya. Ketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Persimpangan jalan :

 Pembentukan enclosure pada unsur-unsur lingkungan ditujukan untuk

mempertegas eksistensi ruang; bentuk dan skala ruang; fungsi ruang.

 Bentuk ruang ditentukan oleh pola pelingkupan elemen dinding; antara lain

linier, bujur sangkar, lingkaran, amorf, dan lainnya. Skala ruang menggambarkan perbandingan antara jarak pengamat dan tinggi bangunan. Menurut Ashihara (1968); ruang yang mempunyai perbandingan yang pas, adalah jika D/H = 2-3 dilihat dari posisi dimana pengamat berdiri.

 Ruang harus mempunyai fungsi yang jelas, karena fungsi ruang akan

menentukan hirarki ruang dan perabot yang ada di dalamnya. b. Koridor jalan :

Ditinjau dari perbandingan antara jarak (D) dan tinggi bangunan (H) serta kesan yang ditimbulkannya, Ashihara mengelompokkan menjadi :

 Ruang yang berkesan menekan, dengan perbandingan D/H ≤1

 Ruang yang memberi kesan agak lapang dan pengamat merasa berada dalam

suasana ruang bersangkutan. Perbandingan D/H = 2.

 Ruang yang memberikan kesan lapang dan pengamat mulai merasa terlepas dari

LAPORAN AKHIR 1 - 46

 Ruang yang memberi kesan lepas dimana pengamat merasa tidak berada dalam suasana ruang bersangkutan. Perbandingan D/H ≥ 4.

Ditinjau dari fungsinya, ruang linier yang dibentuk massa bangunan mempunyai fungsi sebagai pengarah.

4. Analisis

a. Persimpangan jalan

 Eksistensi ruang publik pada persimpangan jalan dibentuk oleh elemen lantai

dan elemen dinding. Elemen lantai adalah jalan dan elemen dinding adalah dinding bangunan, pagar dan deretan pepohonan di sekeliling persimpangan jalan.

 Bentuk ruang terbuka persimpangan jalan di koridor perencanaan lebih terasa

sebagai ruang linier yang mengarah pada sirkulasi berpola radial. Bentuk ruangnya sangat dipengaruhi oleh pola jalan dan posisi dinding bangunan yang mengikutinya. Perbandingan D/H pada persimpangan jalan tidak terlihat jelas karena enclosure dinding bangunan tidak membentuk kesan pelingkupan yang kuat.

 Fungsi ruang persimpangan jalan adalah sebagai ruang orientasi bagi pengguna

jalan untuk menuju ke arah yang dikehendaki. Untuk memperkuat fungsinya sebagai ruang orientasi, persimpangan jalan dilengkapi dengan pohon dan tanaman sebagai pengarah.

 Ada beberapa alternatif penataan massa-ruang luar, yaitu :

(1). Alternatif 1 : tetap seperti kondisi yang sudah ada saat ini.

(2). Alternatif2 : mempertegas bangunan sudut, yaitu bangunan berpasangan di kiri kanan mulut Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala. b. Koridor jalan; menggunakan perbandingan jarak dan tinggi bangunan.

Ketentuan yang dipakai adalah : tinggi bangunan satu lantai = 8 meter (tinggi dinding 4 meter ditambah tinggi atap 4 meter); tinggi bangunan dua lantai = 12 meter; tinggi bangunan 3 lantai = 16 meter. Tinggi bangunan 4 lantai = 20 meter.

 Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala : (Rumija

14,5 – 15,5 meter):

- Ketinggian bangunan 2 lantai; GSB nol meter; D/H = 0,68 (D/H < 1); yang

LAPORAN AKHIR 1 - 47

- Ketinggian 2 lantai; GSB = 3 meter, maka D/H = 1,06 (antara 1-2) yang

memberi kesan agak lapang.

- Ketinggian 3 lantai, GSB 0 meter, maka D/H = 0,46 (ruang koridor

berkesan memberi kesan mulai menyempit).

- Ketinggian 4 lantai; GSB 3 meter, maka D/H = 0,70 (ruang koridor

memberikan kesan sempit dan menekan).

Karena itu ketinggian bangunan di sepanjang koridor ini, direkomendasikan maksimum 4 lantai dengan GSB 3 meter untuk mendapatkan D/H = 1-4.

Simulasi jarak dan tinggi bangunan dapat dilihat pada Gambar 1.4.

b. Koridor jalan

 Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala :

Untuk mempertahankan agar perbandingan antara massa dan ruang luar atau D/H = 1-4 yang memberi kesan ruang yang agak lapang, maka ketinggian bangunan dui koridor ini direkomendasikan maksimum empat lantai (20 meter).

 Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala :

Perbandingan antara massa dan ruang luar dipertahankan dengan D/H = 0,8-1, atau dengan ketinggian 1-4 lantai. Walaupun terasa agak menekan, tetapi ini adalah perbandingan massa dan ruang luar yang optimal di koridor ini.

B. Tanaman Penghijauan

Tanaman penghijauan terdiri dari tanaman pohon, tanaman perdu dan tanaman penutup tanah. Tanaman pohon adalah tanaman yang mempunyai ketinggian 10 meter ke atas; tanaman perdu adalah tanaman yang mempunyai ketinggian maksimum 3,50 meter; dan tanaman penutup tanah adalah tanaman yang tumbuh rapat di atas permukaan tanah. Penataan tanaman penghijauan di koridor perencanaan diawali dari masalah yang diamati di lapangan untuk mencari penyelesaian yang sesuai dengan kondisi setempat.

1. Masalah :

Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala telah ditanami dengan tanaman penghijauan baik. Tetapi masih terbatas tanaman pohon dan perdu. Masalah yang dijumpai adalah : pemilihan jenis tanaman pohon yang seragam. tanaman pohon yang sudah tua tetapi belum diremajakan, masih kurangnya tanaman perdu pada ruang terbuka publik. Tanaman penutup tanah belum dijumpai di koridor perencanaan.

LAPORAN AKHIR 1 - 48 Sementara itu koridor Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sangat minim tanaman penghijauan. Penghijauan hanya terdapat di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala mulai setelah rel kereta api hingga sebelah Selatan, sedangkan Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebelah Utara sangat kurang bahkan tidak ada tanaman penghijauannya karena perdagangan dan jasa dengan tipe deret.

Gambar 1.4 Bentuk Ketinggian Bangunan

Sumber : Hasil Analisa 2016

Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala

 Rumija 10.00 meter

 Ketinggian bangunan 4 lantai.  GSB nol meter.

D/H = 10.00 : 4.00 = 2.5 (D/H > 2)

Ruang koridor sangat sempit dan menekan.

 Rumija 13.00 meter.

 Ketinggian bangunan 3 lantai.  GSB nol meter.

D/H = 13.00 : 3.00 = 4.33 ( D/H > 2). Ruang koridor mulai menyempit.

 Rumija 14.00 – 16.00 meter.  Ketinggian bangunan 4 lantai.  GSB 3 meter.

D/H = 14.00 – 16.00 : 4 = 3.5 - 4 (D/H > 2) Ruang koridor sempit dan menekan.

 Rumija 14.50 – 15.50 meter  Ketinggian bangunan 3 lantai.  GSB 3 meter.

D/H = 14.50 – 15.50 : 3.00 = 4.83 – 5.16 (D/H antara > 2).

Ruang koridor lebih lapang.

Berdasarkan alternatif di bawah ini terlihat bahwa ruang koridor yang bisa menciptakan suasana ruang yang lapang (D/H : 1-4), yaitu : ruang yang dibentuk oleh bangunan dengan ketinggian 4 lantai dan GSB 3 meter.

1 2

LAPORAN AKHIR 1 - 49 2. Kondisi Faktual

Gambaran mengenai tanaman penghijauan di koridor perencanaan sebagai berikut : a. Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala

 Tanaman pohon :

Tanaman pohon yang paling banyak dijumpai adalah angsana (Pterocarpus indicus) yang ditanam pada setiap jarak 5-8 meter di sepanjang kiri kanan jalan. Jenis tanaman lainnya adalah palem (Revaogehaganii), tanjung (Varanus salvadorii), dan mangga (Mangivera indica) yang ditanam di sepanjang trotoar.

 Tanaman perdu :

Tanaman perdu ditanam pada beberapa spot di dalam kaveling. Jenisnya antara lain adalah : palem regu (Raphis exelsa), puring (Codeaum variegatum), pandan (Pandanus dubius), nusa indah (Musaena ahphillippica), soka (ixora strista).

 Tanaman penutup tanah tidak dijumpai di koridor perencanaan.

3. Kriteria

Penanaman tanaman penghijauan dipertimbangkan terhadap kriteria sebagai berikut:

a. Tanaman yang bervariasi

b. Jarak penanaman pohon besar kurang lebih 8 meter, dan pohon kecil kurang lebih 6 meter.

c. Tanaman mempunyai fungsi sebagai : peneduh, penyaring debu, mengurangi

kesilauan, menciptakan keindahan dan keasrian lingkungan.

d. Jenis tanaman (Gerakan Penghijauan Sejuta Pohon; 1992):

 Jalur jalan ditanami tanaman peneduh yang pertumbuhannya relatif

panjang, daun tidak mudah rontok dan akarnya tidak merusak pondasi jalan.

 Bisa menggunakan tanaman khas daerah setempat atau tanaman yang

dapat hidup dan tumbuh dengan baik di wilayah perencanaan.

e. Indikasi keberhasilan penanaman adalah: tanaman hidup, tumbuh dengan

baik, dan terawat (dalam hal penyiraman, pemupukan, pemangkasan, dan pengamanan).

4. Analisis

LAPORAN AKHIR 1 - 50 Tanaman pohon di koridor perencanaan jenisnya kurang bervariasi (didominasi angsana). Pohon angsana sudah mulai tua bahkan ada yang mati (di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala). Pohon angsana yang sudah tua dan mati perlu diremajakan dengan jenis tanaman lain yang berdaun rimbun, bermahkota indah, daun tidak mudah rontok, perakarannya tidak merusak jalan. Antara lain tanjung (Varanus salvadorii), kiara payung (Felicium decipiens). Tanaman perdu yang sudah ada tetap dipertahankan dan ditambah dengan tanaman lain yang bervariai.

b. Jarak penanaman tanaman pohon sudah mencukupi (antara 5-8 meter) walaupun ada beberapa spot yang jaraknya lebih dari 8 meter. Penanaman tanaman perdu kurang merata; hanya terdapat pada beberapa spot tertentu.

c. Fungsi tanaman :

Pepohonan di Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebagian besar sudah berfungsi sebagai peneduh, penyaring debu, dan mengurangi kesilauan; tetapi estetikanya masih monoton dan kurang beraneka warna.

f. Jenis tanaman : lihat Tabel 1.8.

Tabel 1.8 Analisis Tanaman Penghijauan

No Lokasi Kondisi faktual jenis

tanaman Kriteria Evaluasi

1 Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala Tepi jalan Dominasi tanaman

pohon angsana;

tanaman perdu : palem regu, bogenvil, puring, nusa indah, kamboja cina, pandan.

 Tanaman peneduh yang pertumbuhannya relatif panjang, daun tidak mudah rontok dan akarnya tidak merusak pondasi jalan.

 Membutuhkan

tanaman pembentuk identitas.

 Membutuhkan

tanaman perdu yang bervariasi,

pemeliharaannya

 Tanaman angsana cukup teduh, tetapi daun mudah rontok, dan akar berpotensi merusak pondasi.

Beberapa tanaman mulai tua, berdaun jarang, tidak lagi memberi keteduhan  perlu peremajaan.

Dipilih tanaman pengganti yang lebih memenuhi kriteria dan bervariasi. Diusulkan tanaman pohon tanjung.

LAPORAN AKHIR 1 - 51

No Lokasi Kondisi faktual jenis

tanaman Kriteria Evaluasi

mudah. ada dipertahankan, ditambah

dengan variasi lain. Antara lain : penitian, pangkas, teh-tehan.

Pekarangan Tanaman produktif (mangga, pisang, jambu air) dan tanaman perdu hias.

 Tanaman produktif atau tanaman yang berbunga indah.

 Tanaman produktif yang berumur panjang sangat bermanfaat; antara lain : mangga, jambu air, jambu klutuk.

Tanaman pisang tidak berumur panjang dan terkesan kotor  sebaiknya ditanam di halaman belakang.

 Perdu hias yang sudah ada

dipertahankan. Selain itu menambah variasi tanaman hias. Jenisnya antara lain : palem regu, puring, soka, bugenvil, nusa indah, teh-tehan, penitian, pangkas.

 Tanaman penutup tanah ditanam di halaman rumah atau kantor yang cukup luas (misalnya : rumput jepang, gajah mini, paitan).

 Tanaman toga dikembangkan

di kawasan perkampungan.

Sumber ; Analisis; 2016.

5. Arahan

a. Variasi tanaman :

Untuk menambah variasi tanaman, tanaman pohon angsana yang tidak tumbuh baik, mulai mengering atau sudah tua, diganti dengan jenis tanaman baru yang

LAPORAN AKHIR 1 - 52 memenuhi kriteria : tanaman peneduh yang pertumbuhannya relatif panjang, daun tidak mudah rontok dan akarnya tidak merusak pondasi jalan. Antara lain adalah :

 Kawasan perdagangan diperkaya dengan kiara payung (Filicium decipiens).  Kawasan perkantoran diperkaya dengan tanjung (Mimusops elengi), kiara

payung (Filicium decipiens), sawo kecik (Manilkara kauki). b. Jarak tanaman :

Jarak penanaman pohon antara 5-8 meter. Untuk tanaman perdu, penanamannya perlu diperbanyak dan jenisnya lebih bervariasi terutama tanaman yang berbunga indah.

c. Fungsi pepohonan sebagai peneduh, penyaring debu dan mengurangi kesilauan, tetap dipertahankan dengan memilih pohon yang bermahkota lebar (antara lain angsana, kiara payung, tanjung). Fungsinya sebagai pembentuk keindahan dan keasrian lingkungan ditingkatkan dengan memilih jenis tanaman pohon maupun tanaman perdu hias yang lebih bervariasi dan berbunga indah.

d. Agar tanaman pohon dan tanaman perdu hias terawat dengan baik, perlu dilakukan pembagian kerja dengan melibatkan masyarakat dan pemilik kaveling yang lokasinya berdekatan; terutama dalam hal penyiraman dan pengamanannya.

e. Jenis tanaman

Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala :

 Tepi jalan :

- Tanaman pohon : diusulkan pohon tanjung (Varanus salvadorii).

- Tanaman perdu : diusulkan mempertahankan tanaman perdu yang sudah ada, ditambah dengan variasi lain, yaitu penitian, pangkas (Duranta variegata), teh-tehan (Malphigia coccigera), kembang sepatu (Hibiscus schizopetalus).

 Pekarangan :

- Tanaman pohon : tanaman produktif yang berumur panjang tetap

dipertahankan; antara lain : mangga (Mangivera indica), jambu air (Syzigium aqueum), jambu klutuk (Psidium guajava). Tanaman produktif yang berumur pendek pisang (Musa paradisiaca) dan papaya (Carica papaya) sebaiknya ditanam di halaman belakang.

- Tanaman hias : mempertahankan tanaman hias yang sudah ada. Selain itu

LAPORAN AKHIR 1 - 53 (Bougenvillea galbra), nusa indah, teh-tehan (Malphigia coccigera), penitian, pangkas (Duranta variegata).

- Tanaman penutup tanah ditanam di halaman rumah atau kantor yang cukup luas, misalnya : rumput jepang, gajah mini, paitan (Axonopus compressus).

- Tanaman toga dikembangkan di kawasan perkampungan.

Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala

 Tepi jalan :

- Tanaman pohon : diusulkan kiara payung (Felicium decipiens).

- Tanaman perdu hias : menambah variasi tanaman perdu hias; penanaman lebih merata tidak hanya di Koridor Jalan J.A. Suparpto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala sebelah Selatan tetapi juga sebelah Utara. Antara lain : teh-tehan (Malphigia coccigera), puring (Muchenbeckia platicada), nusa indah, bugenvil (Bougenvillea galbra), pangkas (Duranta variegata). - Tanaman penutup tanah : menanam rumput pada bahu jalan yang cukup

lebar.

 Pekarangan :

- Tanaman pohon : mempertahankan tanaman pruduktif yang berumur panjang; antara lain : mangga (Mangivera indica), jambu air (Syzigium aqueum), jambu klutuk (Psidium guajava). Tanaman pisang (Musa paradisiaca) dan papaya (Carica papaya) sebaiknya ditanam di halaman belakang.

- Tanaman hias : menambah variasi tanaman hias dengan tanaman berbunga indah, seperti : soka (Ixora strista), kembang mentega (Nerium oleander), bugenvil (Bougenvillea galbra), melati (Jasminum multiflorum), tapak dara (Catharanthus roseus).

- Tanaman penutup tanah : menanam tanaman penutup tanah jenis rumput, antara lain : rumput jepang, rumput paitan (Axonopus compressus), rumput gajah mini; di halaman rumah, rumah sakit, kantor atau kompleks sekolah yang cukup luas. Jangan semua halaman ditutup dengan perkerasan.

1.1.2.5 Tata Bangunan

Pembahasan mengenai tata bangunan terdiri dari perpetakan lahan, KDB, KLB, KDH, GSB, wajah bangunan, orientasi bangunan, elevasi dan material bangunan.

LAPORAN AKHIR 1 - 54

A. Perpetakan Lahan

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Tahun 2016 (Halaman 51-62)