• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL SIMULASI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V MIS NU III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL SIMULASI SOSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V MIS NU III"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL SIMULASI SOSIAL TERHADAP

HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

MIS NU III

Sarah, Tahmid Sabri, Nurhadi Program Studi Pendidikan Dasar FKIP Untan

Email : [email protected]

Abstrack: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran simulasi sosial dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat. Bentuk penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian nonequivalent control group design. Seluruh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat tahun ajaran 2013/2014 menjadi sampel dalam penelitian ini yang terdiri dari dua kelas yaitu, kelas VA dan VB yang berjumlah 56 siswa. Alat pengumpulan data berupa tes hasil belajar siswa yang berbentuk pilihan ganda berjumlah dua puluh delapan soal. Berdasarkan perhitungan statistik dari rata-rata hasil pretest kelas kontrol 41,20 dan rata-rata pretest kelas Eksperimen 39,92 sedangkan untuk hasil post-test kelas kontrol 64,29 dan rata-rata post-test kelas eksperimen 71,94. Dari perhitungan effect size(ES), diperoleh 0,63 (kriteria sedang). Hal ini berarti model pembelajaran simulasi sosial memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci: model pembelajaran, Simulasi Sosial, hasil belajar

Abstract:This study aims to describe how much influence the use of simulation models of social learning in improving student learning outcomes Civics class V West Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak. This is a form of quasi-experimental research with this study design is nonequivalent control group design. All students in grade V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak west academic year 2013/2014 be sampled in this study which consists of two classes is VA and VB, amounting to 56 students. Data collection tools such as tests of student learning outcomes in the form of multiple choice questions numbered twenty eight. Based on statistical calculations of the experiment results of the pretest control class 41,20 and pretest experiment of 39.92 while the experiment class for post-test results of the control class experiment of 64.29 and post-test experimental class 71.94. From the calculation of effect size (ES), obtained 0.63 (criterion being). This means that social learning model simulating an impact on student learning outcomes.

(2)

endidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan pendidikan yang lebih baik seseorang akan dapat menentukan masa depannya. Oleh karena itu, untuk menunjang pendidikan, pemerintah membentuk suatu lembaga pendidikan yaitu sekolah sebagai lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan secara berencana, terorganisir, terarah dan sistematis. Namun sejauh mana efektip dalam mewujudkan masa depan, sangatlah ditentukan oleh komponen-komponen yang terlibat dalam pendidikan yang salah satu diantaranya adalah guru.

Guru adalah perantara dalam menyampaikan pesan antara materi atau bahan belajar dengan siswa. Sebagai proses, guru yang mengatur dan menciptakan kondisi belajar yang menyangkut pemberian materi yang melibatkan perencanaan pengajaran dan model pengajaran yang mengenai cara penyampaian materi yang akan mendukung proses belajar itu sendiri, sedangkan sebagai evaluator, guru akan melakukan tes, pengukuran dan penilaian dan pengajaran yang telah dilaksanakan yang secara umum dapat dilihat dari tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Pentingnya peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran maka dengan melalui Pkn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi (Udin, S. Winataputra, 2008). Selain itu, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sekolah seyogianya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi siswa. Kualitas pribadi ini sangat penting karena akan menjadi bekal untuk berperan sebagai warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, dengan sikap dan prilakunya dilandasi oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , akhlak mulia, kesehatan, ilmu, kecakapan, kreatifitas, dan kemandirian.

Melalui pengamatan dilapangan pada tanggal 20 November 2013, khususnya pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat, menunjukkan masih banyak hambatan – hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Proses pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang monoton, guru kurang memotivasi siswa dalam proses pembelajaran, dalam mengajar guru sering menggunakan metode konvensional, guru sering menyuruh siswa mencatat, penggunaan media dalam mengajar kurang bervariasi, dalam kegiatan pembelajaran guru jarang memberikan bimbingan dan permainan yang membangkitkan aktivitas belajar siswa serta kurangnya peran aktif siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran. Guru harus pandai memilih dan menggunakan teknik mengajar yang dianggap sesuai dengan tujuan, bahan dan keadaan siswa.

(3)

Selama ini metode yang digunakan guru dalam mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas berupa soal latihan. Dalam melakukan tanya jawab dengan siswa, guru kurang bervariasi dalam memberikan pertanyaan, sehingga siswa yang menjawab hanya beberapa orang saja, sedangkan sebagian besar siswa lain tidak mendapatkan kesempatan untuk menjawab akibatnya banyak siswa menjadi terbebas dari pertanyaan guru. Kemudian dalam memberikan soal latihan kepada siswa dan guru juga tidak memberikan penghargaan kepada siswa yang sudah mengerjakan soal latihan dengan benar sehingga masih banyak siswa yang tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Kondisi seperti yang telah dipaparkan disebut dengan pembelajaran konvensional.

Dijelaskan bahwa “pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan metode yang sering dilakukan dalam proses pembelajaran sehari-hari seperti metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode ceramah, metode unjuk kerja dan lain-lain. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang penekanannya hanya pada penyelesaian tugas, keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan, dan pemantauan sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung (Trianto, 2007).

Dalam mengantisipasi rendahnya hasil belajar siswa, guru berperan dalam usaha pembelajaran siswa dengan mencari solusi bagaimana caranya atau model dan teknik apa yang harus digunakan agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Joni dalam (Soli Abimanyu, 2009) berpendapat “Teknik menunjuk kepada ragam khas penerapan sesuatu metode dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan peralatan, kesiapan siswa dan sebagainya”. Kondisi yang dimaksud sesuai dengan penegasan Gerlech dan Ely (dalam Hamzah, 2009) yang menyatakan teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Maka, Salah satu model pembelajaran yang cocok adalah model pembelajaran simulasi sosial, karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Dengan model pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu menumbuhkembangkan sikap berani mengemukakan pendapat, mau bekerjasama, rasa ingin tahu, cermat dalam mengerjakan tugas dan menghargai perbedaan pendapat.

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura, dengan demikian, simulasi dalam metode pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peran mengenai tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.

Menurut (Hamzah B. Uno 2007) simulasi sebagai model pembelajaran memiliki prinsip-prinsip yaitu: (1) penjelasan, untuk melakukan simulasi pemain harus benar-benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru/fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dengan sejelas-jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi-konsekuensinya. (2) mengawasi (refereeing), simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dengan aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu guru/fasilitator harus mengawasi jalannya simulasi sehingga berjalan sebagaimana seharusnya. (3) Melatih (coaching), dalam simuasi, pemain/peserta akan mengalami

(4)

kesalahan. Oleh karena itu guru/fasiitator harus memberikan saran, petunjuk atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. (4) Diskusi, dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan-kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagainya.

Berdasarkan uraian dan pendapat yang telah disebutkan, maka perlu untuk dilakukan penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Simulasi Sosial Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan bentuk penelitian quasi eksperimental design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design.

Seluruh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat tahun ajaran 2013/2014 menjadi sampel dalam penelitian ini yang terdiri dari dua kelas yaitu, kelas VA (kelas eksperimen) dan VB (kelas kontrol) yang dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 1

Daftar Jumlah Siswa Kelas V MIS NU III Pontianak Barat

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah

Kelas V A (Eksperimen) 13 Siswa 15 Siswa 28 Siswa

Kelas V B (kontrol) 17 Siswa 11 Siswa 28 siswa

Jumlah 56 siswa

Sebagai upaya preventif terhadap masalah dalam melakukan penelitian di lapangan, maka perlu disusun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang meliputi.

Tahap persiapan

1. Melakukan observasi ke sekolah mitra, yaitu MIS NU III Pontianak Barat.

2. Mengkaji kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam pembelajaran.

3. Menyiapkan instrument penilaian yang berupa soal pretest postest dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4. Melakukan validasi terhadap instrument penilaian tersebut 5. Melakukan revisi terhadap instrument penilaian.

6. Mengujicobakan soal tes untuk diuji realibilitasnya. Tahap Pelaksanaan

1. Menentukan jadwal penelitian yang disesuaikan dengan jadwal belajar Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah tempat penelitian.

2. Memberikan pre-test pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kondisi awal siswa.

(5)

3. Setelah memberikan pre-test, kemudian melakukan pembelajaran di kelas V B sebagai kelas kontrol dengan perlakuan sebanyak empat kali pertemuan.

4. Setelah mengajar di kelas V B, kemudian melaksanakan pembelajaran di kelas V A sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan atau tindakan dengan pembelajaran model simulasi sosial sebanyak empat kali pertemuan.

Tahap Analisis

1. Menskor hasil validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. 2. Menskor hasil tes.

3. Penarikan kesimpulan untuk menjawab masalah penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 28 soal, sedangkan Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian skor terhadap hasil belajar siswa pada pre-test dan post- test yang diberikan siswa. Validitas oleh dua orang dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan dan tiap soal dihitung validasinya menggunakan rumus korelasi Point Biserial. Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan di sekolah dasar negeri 15 Siantan diperoleh ketrangan bahwa tingkat reabilitas soal yang disusun tergolong tinggi dngan koefisien reliabilitas sebesar 0,89.

Analisis butir soal atau analisa item adalah pengkajian butir soal agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada dua jenis analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda.

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan rumus: TK = SA+SB

n maks

(Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 182) Daya pembeda ditentukan dengan rumus:

= −

( Budiyono, 2011: 32 )

Untuk menjawab masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar pengaruh model simulasi sosial terhadap hasil belajar Pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V MIS.NU III digunakan rumus Effect Sizesebagai berikut:

Es= Kriteria : ES < 0,2 = tergolong rendah 0,2 < ES , 0,8 = tergolong sedang ES > 0,8 = tergolong tinggi (Leo Sutrisno, 2008)

(6)

HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari penggunaan model pembelajaransimulasi sosial terhadap hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul Ulama III Pontianak Barat. Jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 56 siswa, yaitu 28 orang pada kelas kontrol dan 28 pada kelas eksperimen. Dari sampel tersebut diperoleh data skor pre- testdan post-testsiswa (lihat dilampiran E-1) yang meliputi.

Tabel 2

Hasil pengolahan data kelas pre-test dan post-test

Keterangan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Pre-test Post-test Pre-test Post-test

Rata-rata 41,20 64,29 39,92 71,94

Standar Deviasi 15,33 14,16 13,03 13,18

Uji Normalitas 7,2514 5,3664 5,1405 5,4967

Pembahasan

1) Rata-rata nilai pre-test dan post-test Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa:

 Rata-rata nilai pre-test siswa pada kelas kontrol sebesar 41,20 dan rata-rata nilai post-test siswa pada kelas kontrol yaitu 64,29.

 Rata-rata nilai pre-test siswa pada kelas eksperiment sebesar 39,92 dan nilai rata-rata post-test peserta didik pada kelas eksperimen adalah 71,94.

Berdasarkan data di atas dapat kita lihat bahwa, hasil belajar siswa pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran simulsi sosial lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional. Adapun secara umum, hasil belajar siswa baik yang ada di kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai pre-test maupun post-test.

2) Perhitungan Standar Deviasi (SD)

Perhitungan standar deviasi berguna untuk melihat penyebaran data kedua kelompok baik itu yang ada di kelas kontrol maupun kelas eksperimen dengan melihat standar deviasi pada hasil pre-test dan post-test. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut.

a. Nilai standar deviasi pre-test pada kelas eksperimen yaitu 13,03 dan pada kelas kontrol sebesar 15,33. Hal ini berarti skor pre-test pada kelas kontrol lebih tersebar secara merata bila dibandingkan dengan kelas eksperimen.

b. Nilai standar deviasi post-test pada kelas eksperimen yaitu 13,18 dan pada kelas kontrol sebesar 14,16. Hal ini berarti hasil post-test yang ada di kelas kontrol lebih menyebar secara merata bila dibandingkan dengan kelas eksperimen.

(7)

3) Analisis Data Pre-test Kelas Kontrol dan Eksperimen

Untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa baik yang ada di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka perlu dilakukan uji normalitas data, pengujian homogenitas varians, dan menentukan rumus t-test dengan langkah– langkah sebagai berikut.

 Uji normalitas dataBerdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data Pre-test kelas kontrol dan eksperimen (Lihat lampiran E-4 dan E-6 Hal 145 dan 151) diperolah harga Chi Kuadrat ( ) yaitu:

 Harga Chi Kuadrat ( ) kelas Kontrol =∑( )

= 7,2514

Dari nilai =7,2514 dibandingkan dengan (Lihat Lampiran F-4 Hal 174) pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = 3 diperoleh = 7,815. Ini menunjukkan bahwa < atau 7,2514<7,815 dapat dikatakan bahwa data Pre-test pada kelas kontrol berdistribusi normal.

 Harga Chi Kuadrat ( ) kelas Eksperimen =∑( )

= 5,1405

Dari nilai =5,1405dibandingkan dengan pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = 3 diperoleh = 7,815. Ini menunjukkan bahwa < atau 5,1405<7,815 dapat dikatakan bahwa data Pre-test pada kelas Eksperimen berdistribusi normal

 Uji homogenitas varians

 Dari perhitungan varians data pre-test pada kelas kontrol diperoleh. S2= . ,

= . , = 235,1176

 Dari perhitungan varians data pre-test pada kelas eksperimen diperoleh. S2= . ,

= . , = 169,8413 F= ,

, = 0,722

Dari harga Fhitung = 0,722 dibandingkan dengan dengan dk pembilang = (28-1) = 27

dan dk penyebut = (28-1) = 27 dengan taraf signifikansi ( )=5%, diperoleh harga Ftabel

= 1,88 ternyata harga Fhitung < Ftabel atau 0,72<1,88 dengan demikian dapat dikatakan

(8)

4) Post Test Kelas Kontrol dan Eksperimen  Uji normalitas data

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas data Post Test kelas kontrol dan eksperimen (Lihat lampiran E-8 dan E-10 Hal 157 dan 163) diperolah harga Chi Kuadrat ( ) yaitu :

 Harga Chi Kuadrat ( ) kelas Kontrol =∑( )

= 5,3664

Dari nilai =5,3664 dibandingkan dengan pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = 3 diperoleh = 7,815.Ini menunjukkan bahwa < atau 5,3664<7,815 dapat dikatakan bahwa data Post Test pada kelas kontrol berdistribusi normal

 Harga Chi Kuadrat ( ) kelas Eksperimen =( )

= 5,4967

Dari nilai =5,4967 dibandingkan dengan (Lihat Lampiran F-4 Hal 174) pada taraf signifikan (α) = 5% dan dk = 3 diperoleh = 7,815. Ini menunjukkan bahwa < atau 5,4967<7,815 dapat dikatakan bahwa data Post Test pada kelas Eksperimen berdistribusi normal

 Uji homogenitas varians

 Dari perhitungan varians data Post Test pada kelas kontrol diperoleh: S2= ,

= , = 235,1176

 Dari perhitungan varians data Post Test pada kelas eksperimen diperoleh: S2= ,

= , = 173,7179 F= ,

, = 0,867

Dari harga Fhitung = 0,867 dibandingkan dengan Ftabel (Lihat Lampiran F-5 Hal 175),

dengan dk pembilang = (28-1) = 27 dan dk penyebut = (28-1) = 27 dengan taraf signifikansi ( ) = 5%, diperoleh harga Ftabel = 1,88 ternyata harga Fhitung < Ftabel atau

0,867<1,88 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data Post Test pada kedua kelas penelitian adalah homogen.

5) Effect Size (ES)

Pengaruh dari penggunaan model simulasi sosial diperoleh dengan rumus Effect Size yaitu.

Xe= 71,94 – 39,92 = 32,02

Xc= 64,29 – 41,2 = 23,09

(9)

Es= Es= , , , = , , =0,63

Berdasarkan kriteria, harga ES=0,63 termasuk kategori sedang Analisis Pembelajaran di Kelas Kontrol

Dalam penelitian ini yang menjadi kelas kontrol adalah kelas VB Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul Ulama III Pontianak Barat pada tahun ajaran 2013/2014. Adapun jumlah siswa pada kelas kontrol yaitu 28 orang. Proses pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan selama empat kali pertemuan dimana setiap pertemuan berlangsung 2 x 35 menit dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, proses pembelajaran langsung dilakukan oleh peneliti dan Bapak Edy Khairani selaku observer atau pengamat.

Pada pertemuan pertama siswa masih mengalami kesulitan saat pembelajaran pedidikan kewarganegaraan berlangsung hal ini dikarenakan banyak siswa yang tidak memiliki buku pelajaran, sehingga untuk mengatasi hal tersebut peneliti memberi fotocopy materi kepada siswa pada pertemuan selanjutnya. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol lebih berpusat pada guru dimana pembelajaran dilakukan secara klasikal dan hanya memberikan sedikit sekali kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sebagian besar siswa mengikuti setiap langkah-langkah pembelajaran dengan tertib. Dari hasil yang telah diperoleh terdapat beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan hasil belajar, hal ini dikarenakan pada saat pembelajaran berlangsung siswa tersebut kurang memperhatikan guru, sering keluar masuk kelas dan tidak mencatat materi pembelajaran yang ada di papan tulis. Analisis Pembelajaran di Kelas Eksperimen

Adapun yang menjadi kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas V A Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul Ulama III Pontianak Barat tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 28 orang. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, setiap pertemuan berlangsung Selama 2x35 menit dengan menggunakan model pembelajaran simulasi sosial. Pembelajaran langsung dilakukan oleh peneliti dan Bapak Edy Khairani selaku observer atau pengamat.

Secara umum, pembelajaran dengan menggunakan model simulasi sosial berlangsung dengan baik, walaupun pada awal penelitian terdapat beberapa kendala yaitu peneliti kesulitan dalam pengkondisian kelas yang dikarenakan siswa masih belum terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan model simulasi sosial. Hal ini dapat terlihat pada pertemuan pertama dimana untuk menempatkan siswa duduk secara berkelompok memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi permsalahan di atas maka pada pertemuan selanjutnya peneliti telah menentukan terlebih dahulu tempat duduk masing-masing kelompok dan setiap kelompok diminta untuk mengingat kembali tempat duduknya pada pertemuan selanjutnya, sehingga pengkondisian kelas tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Pada saat pembagian kelompok peneliti tidak mengalami

(10)

kesulitan karena sebelumnya peneliti telah meminta bantuan kepada guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan V A untuk membagi siswa dengan tingkat kemampuan yang sama. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk mampu berkerjasama dalam kelompok sekaligus percaya diri terhadap kemampuannya sendiri. Pembelajaran yang berlangsung di kelas eksperimen berlangsung dengan baik dimana setiap kelompok bersungguh-sungguh dan aktif pada saat simulasi sosial berlangsung, walaupun terdapat beberapa siswa yang tidak tertib pada saat simulasi berlangsung.

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan selama penelitian ini berlangsung ada sebagai berikut: (1) Siswa pada kelas eksperimen belum pernah melakukan pembelajaran simulasi sosial sehingga peneliti mengalami kesulitan pada saat pembagian kelompok dan penguasaan kelas pada awal pembelajaran. (2) Pada saat pembelajaran berlangsung, terdapat beberapa siswa yang bukan bagian dari kelas kontrol atau kelas eksperimen ribut diluar kelas sehingga mengganggu jalannya pembelajaran di kelas. (3) Peneliti belum hafal nama dan karakter dari siswa baik yang ada di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hal ini berpengaruh pada penguasaan kelas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan data hasil belajar siswa baik yang ada di kelas kontrol maupun kelas eksperimen, dapat disimpulkan bahwa: (1) Rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di V B atau kelas kontrol dengan menggunakan pembelajan konvensional adalah 64,29 dengan skor total 1.800 dan standar deviasi sebesar 14,16. (2) Rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di V A atau kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran simulasi sosial adalah 71,94 dengan skor total 2.014,29 dan standar deviasi sebesar 13,18. (3) Dari hasil post-test kelas kontol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan skor rata-rata post-test siswa sebesar 7,65 berdasarkan hasil penguji hipotesis (uji-t) menggunakan t-test polled varian diperoleh thitung 2,667 dan ttabel ( )=5% dan

dk=54 diperoleh 2,007 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari penggunaan model pembelajaran simulasi sosial terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaaran siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat. (4) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran simulasi sosial memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama III Pontianak Barat dengan harga effect size sebesar 0,631.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat beberapa saran, adapun saran-saran tersebut adaalah sebagai berikut: (1) Penggunaan model pembelajaran simulasi sosial memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan hasil dan proses pembelajaran di sekolah dasar, untuk itu diharapkan kepada guru sekolah dasar untuk menggunakan model pembelajaran simulasi sosial ini sebagai alternatif dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar. (2) Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran

(11)

berlangsung efektif, Guru harus berperan sebagai fasilitator bagi setiap siswa. (2) Pada proses pembelajaran, guru harus mengelola waktu dengan tepat agar materi yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan baik. Jika waktu yang diberikan tidak cukup, sebaiknya materi pembelajaran disambung pada pertemuan selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Abimanyu, Soli. (2009). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Asep Jihad dan Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Budiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UPT Penerbitan.

Hamzah B. Uno (2007). Model-model Pembelajaran Sosial. Jakarta: Pustaka Setia. Sutrisno, Leo. Dkk (2008). Pengembangan IPS SD. Jakarta. Departemen Pendidikan

Nasional

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Udin S. Winataputra, dkk. (2008). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

“Penggunaan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Siswa Kelas V B SDN 1 Tri Tunggal Jaya

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial (PKPS) dengan menggunakan model problem

Jika skor hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran learning cycle “5e” digambarkan dalam poligon tampak bahwa kurve sebaran data

Setelah diadakanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode Card Sort di SDN 2 Kopang tahun pelajaran 2014/1015 dapat kita lihat ternyata

Pertama, melalui penggunaan model pembelajaran isu kontroversial terhadap hasil belajar siswa pada matapelajaran pendidikan kewarganegaraan diperoleh nilai rata-rata

Berdasarkan perolehan hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial menggunakan model

Selain itu guru dapat menerapkan penelitian ini dalam pembelajaran di kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model S nowball Throwing dalam pembelajaran Pendidikan