• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP DASAR A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP DASAR A."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian

Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suriadi, 2006).

Thypus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005 ; Nursalam, 2005).

Tifus abdominalis merupakan infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhii (Hidayat, 2007).

Dari keterangan di atas penulis menyimpulkan bahwa, thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut di saluran pencernaan yang dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan dan gangguan yang dapat ditularkan karena makanan atau minuman masuk melalui mulut yang terkontaminasi oleh kuman salmonella typhii.

B. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut (oris), tenggorokan (faring), kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu: pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu 1) bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara

(2)

gusi, gigi, bibir dan pipi 2) bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis.

2. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.

3. Kerongkongan (Esofagus)

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya ±25cm.

4. Lambung

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang. Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi gatah lambung. Getah lambung dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.

5. Usus halus (usus kecil)

Usus halus merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan makanan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari, panjangnya ±25cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri.

(3)

Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

(Syaifuddin, 2006) 6. Usus besar

Panjang usus ±180 cm dan terdiri atas sekum, appendik, kolon, rektum dan anus. Bahan makanan masuk dalam sekum masih setengah cair, kemudian dalam kolon menjadi setengah padat. Jadi salah 1 fungsi usus besar adalah absorbsi cairan. Fungsi lain adalah mensekresi mukus atau lendir, yang berfungsi sebagai pelumas. Pelumasan ini menjadi lebih penting karena cairan diarbsorbsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjadi lebih kecil.

7. Apendiks

Apendiks adalah divertikulum kecil langsing dan buntu yang berasal dari sekum.

(Tambayong, 2001) 8. Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.

9. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar).

(4)

Gambar 1

Anatomi Sistem Pencernaan

( Patriani, 2008 ) C. Etiologi

Penyebab typhoid adalah salmonella typhii. Salmonella para typhii A, B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekskresi salmonella typhii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun, ini akan dapat menginfeksi orang lain.

Adapun beberapa macam dari salmonella typhii adalah sebagai berikut: 1. Salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar,

tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: a. Antigen O ( somatic, terdiri dari zat komplek liposakarida)

(5)

b. Antigen H ( flagella )

c. Antigen K (selaput) dan protein membran hialin. 2. Salmonella paratyphii A

3. Salmonella paratyphii B 4. Salmonella paratyphi C

(Juwono, 2000) D. Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer ), dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lainnya.

Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo melepaskan kuman ke peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk keberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menimbulkan pendarahan, bahkan sampai perforasi usus.

Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

(Suriadi, 2006)

Bakteri masuk melalui saluran cerna, dibutuhkan jumlah bakteri 105-109 untuk dapat menimbulkan infeksi. Sebagian besar bakteri mati oleh asam lambung. Bakteri yang tetap hidup akan masuk ke dalam ileum melalui mikrovili dan mancapai plak peyeri, selanjutnya masuk ke dalam pembuluh darah (disebut bakterimia primer). Pada tahap selanjutnya, salmonella typhii

(6)

menuju ke organ sistem retikuloendotelial yaitu hati, limpa, sumsum tulang, dan organ lain (disebut bakterimia sekunder). Kandung empedu merupakan organ yang sensitif terhadap infeksi salmonella typhii (Mansjoer, 2000).

E. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari typhoid abdominalis antara lain; 1. Nyeri kepala, lemah, lesu.

2. Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat. Dan pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan kembali normal.

3. Gangguan pada saluran pencernaan; bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), lambung yang membengkak karena terisi udara (meteorismus), mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, spenomegali yang disertai nyeri pada perabaan.

4. Gangguan kesadaran; penurunan kasadaran ( apatis, somnolen ). 5. Bintik-bintik kemerahan pada kulit akibat emboli dalam kapiler kulit. 6. Epistaksis.

(Suriadi, 2006) F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan kepada pasien typhoid adalah sebagai berikut; 1. Penatalaksanaan terapeutik.

a. Isolasi, desinfeksi.

b. Istirahat saat demam tinggi selama dua minggu.

c. Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat. d. Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi.

2. Penatalaksanaan keperawatan.

Penyakit thypus abdominalis adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari feses dan urin, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar dari kuman tersebut. Pasien tifoid harus dirawat di kamar

(7)

isolasi yang dilengkapi dengan peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit menular, seperti desinfektan untuk mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau urinal bekas pakai pasien. Yang melakukan perawatan pada pasien harus memakai celemek. Masalah pasien thypus abdominalis yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, risiko terjadi komplikasi, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

3. Penatalaksaan medik

Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut:

a. Perawatan yang baik untuk menghindari terjadinya komplikasi, mengingat proses sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain. b. Istirahat selama ±2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat

total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.

c. Diet. Makanan harus mangandung cukup cairan, tinggi kalori dan tinggi protein, tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

d. Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak serasi dapat diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg/hari (maksimum 2 gram per hari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan. Efek negatifnya adalah mungkin penbentukan zat anti kurang, karena basil terlalu cepat dimusnahkan.

(8)

e. Bila terjadi komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya.

( Ngastiyah, 2005; Suriadi, 2006 )

G. Komplikasi

Komplikasi pasien thypoid adalah sebagai berikut:

1. Pendarahan dan perforasi usus (terutama pada minggu ketiga). 2. Miokarditis

3. Neuropsikiatrik: psikosis

4. Hepatitis, pneumonia, pancreatitis.

5. Abses pada limpa (biasanya setelah pemulihan).

6. Keadaan karier kronik ( kultur urin/ tinja positif setelah 3 bulan ).

( Mandal, 2006 ) Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam:

1. Komplikasi intestinal a. Pendarahan usus b. Perforasi usus c. Ileus paralitik

2. Komplikasi ekstra-intestinal

a. Komplikasi kardiovaskuler: Kegagalan sirkulasi perifer (shock sepsis).

b. Komplikasi darah: trombositopenia (penurunan trombosit). c. Komplikasi paru: Pneumonia.

d. Komplikasi hepar : Hepatitis.

e. Komplikasi ginjal: Glomerulonefritis. f. Komplikasi tulang: Osteomielitis. g. Komplokasi neuropsikiatrik: Meningitis.

(9)

H. Tumbuh Kembang 1. Pengertian

Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Sejak lahir hingga usia kurang lebih dua tahun perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya. Perkembangan kemampuan, terutama motorik, sangat pesat. Perbedaannya sangat terlihat walau hanya dalam dua atau tiga bulan saja (Moersintowarti, 2002).

2. Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan

Menurut Moersintowarti (2002) tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:

a. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi menjadi 2 periode, antara lain:

1) Masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu. 2) Masa fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini

terdiri dari dua periode:

a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan trimester kedua kehidupan intra uterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.

b) Masa fetus lanjut, pada trimester akhir pertumbuhan berlangsung pesat dan adanya perkembangan fungsi-fungsi.Pada masa ini terjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta.

b. Masa postnatal atau masa setelah lahir. Masa ini terdiri dari lima periode, antara lain:

1) Masa neonatal (0-28 hari)Terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi

(10)

organ-organ tubuh lainnya.

2) Masa bayi, dibagi menjadi dua:

a) Masa bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang sangat pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontiyu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.

b) Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.

3) Masa prasekolah (2-6 tahun) Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.

4) Masa sekolah atau masa prapubertas (wanita: 6-10 tahun, laki-laki: 8-12 tahun). Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. 5) Masa adolesensi (masa remaja), (wanita: 10-18 tahun, laki-laki:

12-20 tahun). Anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesensi dibanding anak laki-laki. Masa ini merupakan transisi dari periode anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt. Pada masa ini juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin sekunder.

3. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan a. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain:

1) Perubahan ukuran

Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain.

(11)

2) Perubahan proporsi

Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan proporsi. Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik pusat terdapat kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi tubuh mulai usia kehamilan 2 bulan sampai dewasa.

3) Hilangnya ciri-ciri lama.

Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks primitif.

4) Timbulnya ciri-ciri baru.

Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsi- fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain-lain.

b. Ciri-ciri perkembangan, antara lain:

1) Perkembangan melibatkan perubahan.Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri- ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu. 2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya.

Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan

(12)

menentukan perkembangan selanjutnya.

3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang di daerah distal seperti jari- jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal.

4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan, dan lain-lain.

5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda- beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.

6) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

(13)

I. Pengkajian Fokus 1. Identitas

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nomor registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal masuk rumah sakit.

2. Keluhan Utama

Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Karena sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Typhoid. 4. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anoreksia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat, nyeri kepala/pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.

6. Riwayat Psikososial

Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.

b. Pola nutrisi dan metabolism

Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.

(14)

c. Pola aktifitas dan latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

d. Pola tidur dan aktifitas

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.

e. Pola eliminasi

Kebiasaan dalam buang air kecil akan terjadi retensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

f. Pola reproduksi dan seksual

Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.

g. Pola persepsi dan pengetahuan

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Terjadi perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

i. Pola penanggulangan stress.

Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

j. Pola hubungan interpersonal

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan.

Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

(15)

8. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, anoresia.

b. Kepala dan leher

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, muka tidak edema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

c. Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen tepatnya sebelah kanan atas ditemukan nyeri tekan.

d. Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

e. Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan denyut nadi meningkat saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

f. Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

g. Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare karena mal absorbsi nuutrien atau konstipasi karena efek dehidrasi dalam waktu lama, sehingga produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). h. Sistem muskuloskeletal

Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

(16)

i. Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

j. Sistem persyarafan

Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma pada penderita penyakit thypoid.

9. Pemeriksaan penunjang

a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit

b. Darah untuk kultur (biakan, empedu).

c. Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urine dan feces.

(Nursalam, 2005) d. Pemeriksaan widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri sallmonella typhii. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam typhoid akibat adanya infeksi salmonella typhii maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu: 1) Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh

bakteri.

2) Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagella bakteri.

3) Aglutinin Vi : karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakteri.

Dengan ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis. Demam Typhid semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Typhoid.

(17)
(18)

K. Fokus intervensi dan rasional

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan malabsorbsi nutrien.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi. a. Dorong tirah baring.

Rasional:menurunkan kebutuhan metabolisme untuk meningkatkan penurunan kalori dan simpanan kalori.

b. Anjurkan istirahat sebelum makan.

Rasional:meningkatkan peristaltik dan meningkatkan energi makan. c. Memberikan kebersihan oral.

Rasional: mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan.

d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik dan lingkungan yang menyenangkan.

Rasional: lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan.

e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.

Rasional: nutrisi yang adekuat akan membantu proses penyembuhan. f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi.

Rasional: program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal sementara memberikan nutrisi penting.

2. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus.

Tujuan: mendemonstrasikan suhu dalam batas normal. a. Pantau suhu klien.

Rasional: suhu 380C sampai 41,10C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut.

b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan indikasi.

Rasional: suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu mendekati normal.

(19)

c. Berikan kompres mandi hangat. Rasional: dapat mengurahi demam.

d. Kolaborasi pemberian antipiretik dan antibiotik.

Rasional: menurunkan suhu tubuh dan membunuh mikroorganisme penyebab.

3. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap muntah.

Tujuan: mempertahankan vo;ume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal

Intervensi:

a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat.

Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus yang merupakan pedoman untuk penggantian cairan.

b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler.

Rasional: menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi. c. Kaji tanda-tanda vital.

Rasional: dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan. d. Pertahankan tirah baring.

Rasional: Saat diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan cairan usus.

e. Timbang berat badan tiap hari.

Rasional: penurunanberat badan sebagai indikator dehidrasi. f. Kolaborasi untuk pemberian cairan parentral.

(20)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut.

Tujuan: melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktifitas.

a. Tingkatkan tirah baring.

Rasional: menyediakan energi yang digunakan untuk penyambuhan. b. Ciptakan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.

Rasional: menciptakan lingkungan yang mendukung untuk istirahat untuk pemulihan tenaga.

c. Ubah posisi dengan sering dan berikan perawatan kulit yang baik. Rasional: meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

d. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi.

Rasional: tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang mengganggu periode istirahat.

e. Berikan aktifitas hiburan yang tepat.

Rasional: meningkatkan relaksasi dan hambatan energi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ergonomi exercise terhadap tingkat resiko nyeri musculosceletal disorder (MSDs) pada karyawan di Pabrik Pembalut

Merancang alat untuk mengukur pH pada mesin pencuci film radiografi dengan sensor pH (E-201C) menggunakan mikrokontroler arduino uno.. 1.5

2) Untuk mengukur kinerja keuangan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio solvabilitas yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan akan dijadikan sebagai

Standar keagamaan pada hasil pengabdian kepada masyarakat merupakan kriteria minimal keagamaan Islam tentang hasil pengabdian kepada masyarakat pada PTKI dalam

c) Pemain secara bergiliran menempatkan atau menandai ruang dalam kotak berukuran 3 × 3 dengan simbol yang ditentukan. d) Pemain pertama dapat berupa simbol huruf X,

Berdasarkan penadapat diatas maka manfaat dari peneliti malakukan observasi antara lain adalah peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan

Pada tabel diatas dijelaskan pada pengujian sensor infrared hasil yang diharapkan ketika kereta melewati sensor maka outputnya adalah sebuah led, buzzer, motor dc maka

Dalam melakukan analisis pemeringkatan website PT Lion Air, PT Garuda Indonesia dan PT Sriwijaya Air, penulis menggunakan tools pemeringkatan web yaitu Alexa Rank untuk