BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Penelitian tentang “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan
Laba” membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 2.1.1 Teori Keagenan
Teori agensi (agency theory) merupakan pendakatan yang
digunakan dalam pembahasan konsep manajemen laba maupun
perataan laba. Teori ini menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik
(principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai
atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya
(Novian dan Yuyetta, 2011). Dalam teori keagenan yang disebut
principal adalah pemgang saham sementara agent adalah manajemen
yang mengelola perusahaan.Principal diasumsikan hanya tertarik pada
pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka pada
perusahaan. Sedangkan agent diasumsikan menerima kepuasan tidak
hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang
terlibat dalam hubungan keagenan.
Asumsi dalam teori agensi yaitu bahwa tiap-tiap individu
Konflik tersebut terjadi karena adanya asimetri informasi. Asimetri
informasi terjadi karena manajer memiliki informasi internal
perusahaan relatif lebih banyak dan mengeahui informasi tersebut
relatif lebih cepat dibandingkan dengan pihak eksternal. Asimetri antar
agent dan principal dapat memicu manajer melakukan disfuctional
behavior, yakni menggunakan informasi yang diketahui untuk
merekayasa laporan keuangan dalam usaha memaksimalkan
kemakmuran (Novian dan Yuyetta, 2011).
2.1.2 Laba
Laba merupakan salah satu elemen yang potensial yang terdapat
dalam laporan keuangan. Menurut Chariri dan Ghozali (2003) dalam
Dewi (2012) pengertian laba yang dianut struktur akuntansi sekarang
ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran
pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan
aktiva sangat tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan
biaya. Earning disebut juga sebagai konsep laba periode. Konsep laba
periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan.
Ukuran efisiensi umumnya dilakukan dengan membandingkan laba
periode berjalan dengan laba periode sebelumnya atau dengan laba
perusahaan lain pada industri yang sama. Yang termasuk elemen laba
pada konsep laba periode adalah peristiwa atau perubahan nilai yang
dapat dikendalikan manajemen dan berasal dari keputusan-keputusan
Pengukuran laba merupakan informasi tentang prestasi perusahaan
yang terdapat pada laporan keuangan. Pengukuran laba bukan saja
penting untuk menentukan prestasi perusahaan, tetapi juga penting
sebagai informasi bagi pembagian laba, penentuan investasi, dan
pembagian hasil. Laba yang dilaporkan pada laporan keuangan
merupakan laba yang dihasilkan dengan metode akrual. Laba akrual
merupakan ukuran yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas dari
operasi lain, karena laba akrual mempertimbangkan masalah waktu.
Informasi laba memiliki manfaat dalam menilai kinerja manajemen,
membantu mengestimasi kemampuan laba di masa yang akan datang,
dan menaksir risiko dalam investasi. Berhasil atau tidaknya suatu
perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen
dilihat dari kemungkinan atau kesempatan di masa yang akan datang.
Informasi akuntansi keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah informasi laba yang merupakan informasi akuntansi yang
terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
2.1.3 Perataan Laba
Perataan laba (income smoothing) adalah perlakuan manajer
melalui metode akuntansi maupun transaksi untuk mengurangi fluktuasi
laba yang akan dilaporkan agar sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut Assih dkk dalam Budiasih (2009), perataan laba merupakan
tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi variabiltas
perusahaan. Definisi tersebut hampir sama dengan definisi menurut Ball
dan Brown (1968) dalam Dewi (2011) adalah usaha untuk mengurangi
variabilitas laba, terutama menyangkut dengan perilaku yang ditujukan
untuk mengurangi adanya pertambahan abnormal dalam laba yang
dilaporkan perusahaan.
Foster (1986) dalam Suwito (2005), mengungkapkan tujuan
perataan laba adalah untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak
eksternal dan menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko
yang rendah. Di sampng itu, memberikan informasi yang relevan dalam
melakukan prediksi terhadap laba pada masa yang akan datang,
meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Motivasi manajemen untuk meratakan laba diantaranya yaitu untuk
mempengaruhi harga saham serta risiko, memanipulasi kompensasi
manajemen, keluar dari pembatasan perjanjian uatng, dan menghindari
biaya politis (Fern et al., 1994 dalam I Nyoman dan Gerianta).
Aliran perataan laba yang alami atau laba rata secara natural secara
sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu
sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Tipe aliran laba
terjadi begitu saja secara alami tanpa intervensi pihak manapun.
Berbeda dengan perataan laba yang secara alami, perataan laba yang
disengaja atau perataan laba perataan laba oleh manajer mengandung
perataan laba rill dan perataan laba artifisial. Perataan laba rill
merupakan tindakan manajemen dalam pengendalian peristiwa
ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba perusahaan di masa
yang akan datang. Perataan laba artifisial merupakan usaha yang
dilakukan manajemen untuk meratakan laba dengan cara manipulasi
(Butar dan Sudarsi, 2012).
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan pengukuran yang menggunakan
skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total aktiva, dan
total modal. Semakin besar ukuran pendapatan, total aktiva, dan total
modal maka akan menggambarkan keadaan perusahaan yang semakin
kuat (Arfan dan Wahyuni, 2010).
Perusahaan dengan size besar mempunyai insentif yang besar
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang
terlalu drastis, sebab kenaikan laba akan menyebabkan bertambahnya
pajak dan sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan
image yang kurang baik (Arfan & Wahyuni, 2010). Semakin besar
perusahaan maka biaya yang dibebankan pemerintah terhadap
perusahaan tersebut akan semakin besar juga karena biaya tersebut
dianggap sesuai dengan kemampuan perusahaan. Oleh karena itu
penurunan maupun kenaikan laba yang cukup drastis. Laba yang rata
dari tahun ke tahun sangat disukai oleh manajemen dan investor karena
laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan
stabil (Atik, 2008) dalam (Novian dan Yuyetta, 2011).
Ukuran perusahaan merupakan besaran yang ditentukan dari
jumlah total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dalam hal ini ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakannatural logaritma total aktiva
yang dimiliki perusahaan.
Ukuran Perusahaan =LnTotal Aktiva
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profit) baik dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva, maupun
modal sendiri. Menurut Butar dan Sudarsi (2012) profitabilitas
merupakan ukuran penting yang seringkali dijadikan dasar investor
dalam menilai sehat tidaknya perusahaan, yang selanjutnya dapat
mempengaruhi keputusan untuk menjual atau membeli saham suatu
perusahaan. Sementara menurut Guna dan Herawaty (2010)
profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja manajemen dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang
dihasilkan perusahaan.
Tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan pada
investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Tingkat
mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Tingkat
profitabilitas yang stabil juga memberikan keyakinan pada investor atas
investasi yang dilakukan karena perusahaan dinilai baik dalam
menghasilkan laba (Kustono dan Sari, 2012). Menurut Murtini dan
Denny (2012) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba dan mengetahui efektifitas perusahaan dalam
mengelola aset yang dimiliki.
Profitabilitas diukur dengan Return on Asset (ROA). ROA
diperoleh dari laba bersih dibagi dengan total aktiva. Return on Asset
(ROA) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya
perusahaan, yang mempengaruhi investor dalam membuat keputusan.
Aktiva Total
Pajak Setelah Bersih
Laba
ROA
2.1.6 Leverage
Julyanti (2013) menyatakan leverage dapat didefinisikan sebagai
penggunaan aktiva perusahaan yang harus menutup biaya tetap atau
membayar beban tetap.
Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi mempunyai risiko
yang lebih tinggi pula maka laba perusahaan berfluktuasi dan
perusahaan cenderung untuk malakukan perataan laba supaya laba
fluktuasi laba pada suatu perusahaan. Dalam penelitian ini leverage
diukur dengan menggunakandebt to equity ratiodengan rumus:
= Total Utang Total Modal
2.1.7 Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio merupakan presentasi laba perusahaan yang
dibayar sebagai dividend kas kepada pemegang saham. Menurut
Christiana (2012) dalam Apriyanto (2014), dividend payout ratio
merupakan ratio besarnya dividend yang dibagikan kepada pemegang
saham. Rasio ini menunjukan presentasi laba yang dibayarkan kepada
pemegang saham dalam bentuk kas (Novian dan Yuyetta, 2011).
Pembagian dividend pada pemegang saham dilakukan pada saat
perusahaan mengalami laba dan besar kecilnya dividend tergantung
oleh besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan.
Bagi investor dividend payout ratio salah satu yang dijadikan
pertimbangan investasinya. Pada umumnya investor lebih menyukai
kebijakan dividend payout ratio yang lebih tinggi, hal ini mendorong
perusahaan untuk menerapkan kebijakan dividend payout ratio yang
tinggi, padahal hal tersebut memiliki tingkat resiko yang besar apabila
terjadi fluktuasi dalam laba, sehingga perusahaan cenderung melakukan
tindakan perataan laba (Novian dan Yuyetta, 2011). Rasio dividend
payout ratiodapat diproksikan dengan rumus:
2.1.8 Net Profit Margin
Net Profit Margin (NPM) digunakan untuk menunjukan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah
dipotong pajak. Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba
bersih dengan penjualan. Semakin besarNPM, maka kinerja perusahaan
akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio
ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih
menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengoperasikan
perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu
sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan
modalnya untuk suatu risiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan
keuntungannettoper rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu
mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu
profitable atau tidak. Dalam penelitian ini NPM diukur
menggunganakan:
Penjualan Total
Pajak Setelah Bersih
Laba
2.1.9 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1 Astuti dan
(+) Semua variabel bebas berpengaruh positif positif terhadap perataan laba
(+) Ukuran perusahaan dan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba
NPM, Dividend payout ratio, Leverage dan Kepemilikan Publik
(+) Semua variabel bebas berpengaruh positif terhadap perataan laba 5 Suwito dan
Herawaty (2005)
Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan, ROA, Total debt to total asset, dan NPM
(-) Semua variabel bebas tidak mempengaruhi signifikan terhadap perataan laba positif terhadap perataan laba
2.2 Kerangka Pemikiran
Perataan laba adalah upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk
menormalkan income dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat
yang diinginkan. Tindakan pertaan laba diklasifikasikan menjadi dua yaitu
artificial smoothing dan real smoothing. Foster (1986) dalam Suwito
(2005), mengungkapkan tujuan perataan laba adalah untuk memperbaiki
citra perusahaan dimata pihak eksternal dan menunjukan bahwa perusahaan
memiliki resiko yang rendah. Di samping itu, memberikan informasi yang
relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba pada masa yang akan
datang, meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan
manajemen, dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dalam
penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dividend
payout ratio dan net profit margin. Ukuran perusahaan merupakan skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai
cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total aktiva dan total modal.
Perusahaan yang memiliki size besar memiliki kecenderungan untuk
melakukan perataan laba karena perusahaan yang besar lebih diperhatikan
oleh publik serta pemerintah. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan Ashari et al(1994, h. 300) dalam Widana dan Yasa (2013) yang
menyatakan bahwa perusahaan besar lebih memungkinkan untuk meratakan
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
baik dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva, maupun modal sendiri.
Tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan pada investor
bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Murtiny dan Deny (2012) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba.
Leverage merupakan perbandingan antara hutang dan aktiva yang
menunjukan bagian beberapa aktiva yang digunakan untuk menjamin
hutang. Rasio leverage menunjukan besarnya modal yang berasal dari
pinjman (modal asing). Oleh karena itu, semakin besar rasioleveragemaka
semakin besar pula resiko yang dihadapi perusahaan. Rasio ini juga
berpengaruh terhadap laba rugi karena leverage merupakan unsur dalam
menghitung laba rugi. Sehingga perusahaan cenderung melakukan praktik
perataan laba. Sesuai dengan penilitan yang dilakukan Munari dan Yasa
(2014) menyatakan bahwa leverage berpegaruh positif terhadap perataan
laba.
Dividend payout ratio merupakan presentasi laba perusahaan yang
dibayar sebagai dividend kas kepada pemegang saham. Aliran laba yang
stabil akan mendukung tingkat dividend yang lebih tinggi dibandingkan
aliran laba yang variatif Riahi dan Belkaoui (2007b: 194) dalam Widana dan
Yasa (2013). Hal inilah yang menyebabkan manajemen melakukan perataan
laba. Dalam penelitian yang dilakukan Budiasih juga menyatakan bahwa
Net profit margin merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan
total penjualan. Net profit margin berpengaruh terhadap tindakan perataan
laba karena margin ini terkait dengan objek perataan penghasilan Suwito
dan Herawaty (2005, h. 139). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
Widana dan Yasa (2013) menyatakan bahwanet profit margin berpengaruh
positif signifikan terhadap perataan laba.
Berdasarkan tinjauan pustaka dan serta beberapa penelitian terdahulu
diduga bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dividend payout
ratiodannet profit margin berpengaruh terhadap perataan laba. Dari uraian
di atas digambarkan suatu kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
H1 (+)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (+)
H5 (+)
UKURAN
PERUSAHAAN
DIVIDEND
PAYOUT RATIO
LEVERAGE
PERATAAN
LABA
PROFITABILITAS
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh ukuran perusahaan tehadap perataan laba
Ukuran perusahaan merupakan pengukuran menggunakan skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perussahaan menurut
berbagai cara anatara lain dengan ukuran pendapatan, total aset dan
total modal. Perusahaan yang memiliki size besar memiliki
kecenderungan untuk melakukan perataan laba karena perusahaan
yang besar lebih diperhatikan oleh publik serta pemerintah.
Penelitian yang dilakukan oleh Julyanti (2013) dan Budiasih
(2009) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap tindakan perataan laba, karena perusahaan yang memiliki
aktiva dalam jumlah yang besar akan lebih diperhatikan oleh publik
dan pemerintah oleh karena itu perusahaan yang besar akan
menghindari kenaikan laba secara drastis agar terhindar dari kenaikan
pembebanan oleh pemerintah seperti pajak. Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba.
2.3.2 Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva, maupun
keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja
yang baik.
Murtini dan Denny (2012) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap perataan laba. Probabilitas perusahaan
dengan tingkat profitabilitas tinggi lebih cenderung untuk melakukan
perataan laba. Perusahaan cenderung menurunkan laba saat
memperoleh laba yang tinggi. Dengan profitabilitas yang tinggi
manajemen dengan mudah dapat mengatur labanya tingkat
profitabilitas yang stabil memiliki keuntungan bagi manajemen, yaitu
mengamankan posisi atau jabatan dalam perusahaan. Manajemen
terlihat memiliki kinerja baik apabila dinilai dari tingkat laba yang
mampu dihasilkan. Tingkat profitabilitas yang stabil juga memberikan
keyakinan pada investor atas investasi yang dilakukan karena
perusahaan dinilai baik dalam menghasilkan laba. Konsisten dengan
penelitian Julyati (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap perataan laba. Berdasarkan uraian diatas
hipotesis yang ke dua adalah sebagai berikut:
H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba.
2.3.3 Pengaruhleverageterhadap perataan laba
Julyanti (2013) menyatakan leverage dapat didefinisikan sebagai
equity ratio. Rasio ini juga berpengaruh terhadap laba rugi karena
leverage merupakan unsur dalam menghitung laba rugi. Hal inilah
yang membuat perusahaan melakukan praktik perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Widyarti (2013)
menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan
laba. Konsisten dengan peneltian Prasetyo dan Rahardjo (2013) yang
menyatakan leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan
laba.. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang ke tiga adalah
sebagai berikut:
H3:Leverageberpengaruh positif terhadap perataan laba
2.3.4 Pengaruhdividend payout ratioterhadap perataan laba
Dividend payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen
dimana dividend per share dibagi dengan earnings per
share.Besarnya dividend ditentukan dari laba yang diperoleh.Suatu
aliran laba yang stabil dapat mendukung dividen dengan tingkat yang
lebih tinggi. Penelitan yang dilakukan oleh (Purwanto, 2005)
menyatakan bahwa dividend payout ratio bepengaruh postif terhadap
perataan laba. Konsisten dengan penelitian (Budiasih, 2009)
menyatakan hal yang sama yaitu dividend payout ratio berpengaruh
positif terhadap perataa laba. Berdasarkan uraian di atas maka
hipotesis yang ke empat adalah sebagai berikut:
2.3.5 Pengaruhnet profit marginterhadap perataan laba
Net profit margin merupakan perbandingan antara laba setelah
pajak dengan total penjualan. Diduga net profit margin berpengaruh
terhadap perataan laba karena margin ini terkait langsung dengan
objek perataan penghasilan (Suwito dan Herawaty, 2005, h.138).
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Widana dan Yasa (2013)
menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh positif signifikan
terhadap perataan laba. Dalam penelitian yang dilakukan Gerianta
(2013) juga menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh positif
terhadap perataan laba. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis ke
lima adalah sebagai berikut: