• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU BELAJAR DENGAN KEJADIAN MIOPIA (RABUN JAUH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU BELAJAR DENGAN KEJADIAN MIOPIA (RABUN JAUH)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU BELAJAR DENGAN

KEJADIAN MIOPIA (RABUN JAUH)

Helena Lenawati* ; Eka Rudi W** *) Perawat RSUD Pare - Kediri *) Perawat RSUD Pare - Kediri

In youth generation or student, myopia is problem of eye’s health that are still often experienced until now. Beside the genetic factors, study behavior is often linked to the prevalence of myopia among students. The purpose of this research is to know whether there is any relation of study behavior with the incidence of myopia.

The research design used in this research is analytic cross sectional. Its population is all the first-level students of Pamenang Nursery Academic Pare, while the samples in this research were several students of the first student amount to 55 students. The data was collected use instrument of questionnaire and secondary data of eyes examination results. Data analysis was conducted by using test of Contingency Coefficient.

Research Results showed that there are at least 7 students (12.7%) who have study behavior that less good experiencing myopia.While the data analysis showed result of correlation 0.707 with ρ = 0.000 and α = 0.05 so found ρ < α then the H1 is accepted. And it can be concluded there is a positive relation between study behavior and the occurrence of myopia.

From these results researcher suggest students in order to pay attention and maintain the eyes’ health by implement good study behavior, so can reduce the risk to experience the events of myopia.

Keywords : Behavior, Study, Myopia Latar Belakang

Mata adalah cahaya kehidupan bagi manusia, tanpanya manusia tidak akan dapat melihat dan menikmati indahnya dunia, dan mata ataupun penglihatan tidak dapat digantikan dengan apapun. Selain itu kesehatan mata seseorang akan menentukan gaya hidup, kemampuan kerja, mengendarai kendaraan, membaca dan melakukan berbagai kehidupan sosial dan aktivitas lainnya. Dan mengabaikan masalah mata dan penglihatan akan dapat mengakibatkan kehilangan fungi mata. Karena itulah mata memerlukan perawatan yang baik dan menjaga kesehatan mata sangatlah penting (Ilyas, 2004). Namun penyakit mata sampai saat ini merupakan masalah kesehatan yang masih sering dialami masyarakat. Pada generasi muda atau kaum pelajar, masalah kesehatan mata terutama gangguan tajam penglihatan yang sekitar 90% merupakan

berpengaruh pada proses perkembangan mereka, mengingat 80% informasi dan pengalaman kehidupan diusia mereka didapatkan melalui indra penglihatan (Singgih, 2004). Sehingga masalah kesehatan mata terutama gangguan tajam penglihatan menjadi masalah kesehatan yang masih perlu mendapatkan perhatian di Indonesia.

Menurut hasil survei morbiditas mata dan kebutaan Departemen Kesehatan pada tahun 1982 menyatakan bahwa prevalensi untuk gangguan tajam penglihatan di Indonesia sebesar 25,3%. Sedangkan hasil penelitian lain oleh Hilman Taim tahun 1989 gangguan tajam penglihatan sebesar 36,6%. Pada bulan Februari 2006 telah dilakukan penelitian oleh mahasiswa pendidikan profesi dokter umum FKUI Jakarta mengenai prevalensi (kejadian miopia) pada siswa kelas V & VI di tiga SD yang berbeda di daerah Manggarai Jakarta Selatan. Dan data yang didapatkan

(2)

kurang lebih sama yaitu sekitar 44% - 49 % siswa menderita miopia. Dari hasil tersebut dapat menguatkan tingginya prevalensi miopia pada anak sekolah di Jakarta (Ferry Sahat, 2006). Sedangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa Akper Pamenang Pare tingkat III, di dapatkan 8 orang dari 71 mahasiswa (11,27%) telah menderita miopia, dan pada tingkat II penderita miopia berjumlah 6 orang dari 70 mahasiswa ( 8,57%) Miopia (rabun jauh) adalah merupakan kelainan mata dimana keadaan mata tidak dapat melihat objek dengan jelas dalam jarak jauh. Pada miopia mata mempunyai bentuk memanjang atau daya reaktif berlebihan dan memfokuskan cahaya dari benda jauh di depan retina, sehingga penderita miopia tidak dapat melihat benda jarak jauh dengan jelas. Pendeknya jarak pandang merupakan gejala yang jelas pada miopia (Brunner & Suddarth, 2002). Adapun faktor resiko penyebab miopia itu sendiri diantaranya adalah faktor keturunan, ras/etnis, dan perilaku. Pada faktor perilaku, hal ini yang sering dikaitkan sebagai penyebab miopia pada kalangan siswa atau pelajar. Perilaku yang dimaksudkan ini adalah berhubungan dengan perilaku perawatan penglihatan saat belajar yang tidak baik seperti membaca dengan jarak terlalu dekat, pencahayaan lampu belajar yang kurang baik, kebiasaan membaca sambil tiduran, dll. Dimana hal-hal ataupun kebiasaan tersebut apa bila sering dilakukan diyakini dapat menimbulkan atau menyebabkan otot-otot disekitar mata akan terkondisikan untuk mengalami kontraksi atau penegangan. Apabila kontraksi otot mata berlangsung terus-menerus, maka bola mata bisa semakin memanjang sehingga hal itu dapat beresiko menimbulkan masalah penglihatan miopia (Anonim, 2008).

Memperhatikan dampak dari miopia itu sendiri maka pemeriksaan sedini mungkin serta penggunaan kaca mata refraksi yang sesuai perlu di lakukan untuk mencegah memperparah miopia tersebut. Mangingat faktor perilaku belajar sering kali dikaitkan dan diyakini sebagai salah satu penyebab terjadinya miopia pada kaum pelajar. Maka dalam hal ini peneliti terdorong untuk mencoba melakukan penelitian dengan merumuskan judul: Hubungan Perilaku Belajar Dengan Kejadian Miopia.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut peneliti dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan: Adakah hubungan antara perilaku belajar dengan kejadian miopia pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pamenang Pare?

Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan antara perilaku belajar dengan kejadian miopia pada mahasiswa Akademi Keperawatan Pamenang Pare.

Metode

Desain penelitian ini adalah analitik Cross Sectional dimana variable penelitian yang diamati dalam penelitian ini masing-masing diobservasi dalam satu kali pada satu periode tertentu. Adapun variabel penelitian ini meliputi : Perilaku Belajar (variabel independen) dan variabel Ketajaman Penglihatan (sebagai variabel dependen).

Penelitian diselenggarakan di Akademi Keperawatan Pamenang pada bulan Mei 2010. Waktu penelitian berlangsung sekitar 1 bulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat I (angkatan 2009) sejumlah 67 mahasiswa. Sampel diambil dari sebagian populasi sejumlah 55 mahasiswa dan dipilih dengan menggunakan pendekatan simple random sampling.

Pengumpulan data tentang perilaku belajar dilakukan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan pengukuran ketajaman penglihatan dilakukan dengan menggunakan kartu snellen dan autorefraktometer. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif untuk presentasi data, dan analisis hubungan antara variabel dependen dan independen dilakukan dengan menggunakan uji koefisien kontingensi dengan α = 0.05.

(3)

Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin

62% 38%

Laki-laki Perempuan

Diagram 1 diatas menunjukkan bahwa dari 55 responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan sejumlah 34 responden (62%)

2. Karakteristik Responden Berdasar Umur

71% 11%

18%

< 20 th 20 th > 20 th

.

Diagram 2 menunjukkan bahwa dari 55 responden sebagian besar berumur kurang dari 20 tahun sejumlah 39 responden (71%)

3. Karakteristik Responden Berdasar Asal Sekolah

4% 7%

89%

SMA SMK MA

Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 55 responden sebagian besar memiliki asal sekolah SMA sejumlah 49 responden (89%)

4. Karakteristik Responden Berdasar Pengalaman Pemeriksakan Mata

49% 51%

YA TIDAK

Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 55 responden lebih dari setengahnya tidak pernah memeriksakan mata yaitu sejumlah 28 responden (51%).

5. Perilaku Belajar

Perilaku belajar responden, pada mahasiswa tingkat I angkatan tahun 2009 Akademi Keperawatan Pamenang Pare dapat dilihat pada diagram pie sebagai berikut:

72% 13%

15%

Baik Cukup Kurang

Berdasarkan diagram pie tersebut dapat diketahui bahwa responden yang memiliki perilaku belajar baik sejumlah 40 (72%), responden yang berperilaku cukup sejumlah 8 (15%), dan yang memiliki perilaku belajar kurang sejumlah 7 ( 13%).

(4)

6. Kejadian Miopia

Kejadian miopia pada mahasiswa tingkat I angkatan tahun 2009 Akademi Keperawatan Pamenang Pare dapat dilihat pada diagram pie sebagai berikut:

87%

13%

Ada Tidak Ada

Berdasarkan diagram pie diatas dapat diketahui bahwa responden yang tidak mengalami kejadian miopia sejumlah 48 (87%), sedangkan responden yang mengalami kejadian miopia sejumlah 7 (13%).

7. Hubungan Perilaku Belajar Dengan Kejadian Miopia

Hubungan perilaku belajar dengan kejadian miopia pada mahasiswa tingkat I angkatan tahun 2009 Akademi Keperawatan Pamenang Pare dapat dilihat pada tabel tabulasi silang berikut:

Kategori Perilaku belajar Kejadian Miopia Total Tidak ada Ada Baik 40 72.7% 0 .0% 40 72.7% Cukup 8 14.5% 0 .0% 8 14.5% Kurang 0 .0% 7 12.7% 7 12.7% Total 48 87.3% 7 12.7% 55 100.0%

Berdasarkan tabel tabulasi silang diatas dapat menunjukkan bahwa dari 55 responden terdapat 40

yang baik tidak mengalami kejadian miopia. Dan terdapat 8 (14,5%) mahasiswa yang memiliki perilaku belajar cukup, yang tidak mengalami kejadian miopia. Serta terdapat 7 (12,7%) mahasiswa yang memiliki perilaku belajar kurang baik mengalami kejadian miopia.

Pembahasan 1. Perilaku Belajar

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa perilaku belajar responden di Akademi Keperawatan Pamenang Pare yang terbanyak adalah kategori perilaku belajar baik, yaitu sebesar 72%. Sedangkan yang mempunyai perilaku belajar kategori cukup baik yaitu sebesar 15%. Sisanya sebesar 13% mempunyai perilaku belajar kategori kurang.

Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif dengan stimulus lingkungan yang menghasilkan suatu hasil belajar yang dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. (Soemanto, 2000)

Menurut Russefendi, semakin banyak indera yang dipakai dalam belajar akan semakin efisien anak belajar. Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, dan dapat mencatat dengan baik. Dan belajar memang tidak lepas dari kegiatan membaca, dan kesulitan seseorang dalam belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Dalam hal ini tentunya indera penglihatan atau mata memiliki peran penting. Dan hal pertama kali yang harus diperhatikan saat belajar adalah mempertahankan jarak mata dengan buku atau tulisan yang dibaca jangan terlalu dekat. (Ridwan,2008).

Selain memperhatikan jarak mata saat membaca, ada beberapa hal atau perilaku yang harus diperhatikan untuk menjaga tajam penglihatan agar tetap baik antara lain yaitu dengan menyediakan waktu untuk membuat mata istirahat setelah membaca lama dengan melihat jauh,. Menggunakan penerangan yang baik saat belajar , menghindari membaca dibawah penerangan langsung yang terlalu kuat, dll. (Ilyas, 2004).

(5)

yaitu faktor predisposisi ( presdisposing factor), faktor pendukung (enabling factor), dan faktor Pendorong (reinforcing factor). (Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa perilaku belajar responden di Akademi Keperawatan Pamenang Pare rata – rata dalam kategori baik yaitu sebesar 72%. Tentunya hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku tersebut. Dimana dalam hal ini faktor predisposisi yang mungkin menjadi faktor terbentuknya perilku belajar yang baik pada responden di Akademi Keperawatan Pamenang Pare yaitu karena adanya pengetahuan, keyakinan dan nilai–nilai yang baik yang dimiliki mahasiswa sehingga terbentuknya suatu perilaku belajar yang baik pada diri responden tersebut. Selain itu factor pendukung seperti tersedianya fasilitas atau sarana – sarana belajar yang memadai serta adanya factor pendorong yang terwujud dalam sikap atau perilaku serta dukungan dari lingkungan sosial responden seperti orang tua atau keluarga, teman, dosen dan lain sebagainya kemungkinan juga dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku belajar mahsiswa tingkat I angkatan tahun 2009 Akademi Keperawatan Pamenang Pare.

2. Kejadian Miopia

Berdasakan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kejadian miopia atau rabun jauh pada mahasiswa tingkat I angkatan tahun 2009 Akademi Keperawatan Pamenang Pare terdapat sedikitnya 13% responden positif menderita miopia atau rabun jauh. Dan sisanya sebesar 87% responden tidak menderita atau tidak mengalami kejadian miopia atau rabun jauh.

Miopia (rabun jauh) merupakan suatu kelainan refraksi akibat diameter antero posterior bola mata terlalu panjang atau karena adanya pembiasan media refaraksi terlalu kuat sehingga bayangan benda yang dilihat jauh di depan retina. (Sudoyo, 2009)

Gejala – gejala yang biasa dirasakan oleh penderita miopia yang belum mendapatkan koreksi refraksi biasanya akan mengalami keluhan yang

bentuk memanjang atau karena daya reaktif mata yang berlebihan sehingga focus cahaya dari benda berada jauh di depan retina. Selain itu penderita akan mengalami mata cepat lelah dan sering merasa pusing atau sakit kepala. (Ilyas, 2008)

Adapun factor – factor yang dapat mempengaruhi terjadinya myopia antara lain yaitu faktor keturunan / genetic, dimana seseorang yang lahir dari orang tua yang memiliki ukuran sumbu bola mata panjang atau menderita myopia maka sangat mungkin atau berisiko tinggi orang tersebut akan mengalami miopia. Kemudian yang kedua adalah factor ras / etnis dimana berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa orang dengan ras Asia memiliki kecenderungan mengalami myopia lebih besar dari pada orang dengan ras Amerika ataupun ras Eropa. Serta yang terakhir adalah factor perilaku, dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan adalah berkaitan dengan perilaku perawatan mata atau penglihatan yang tidak baik. (Optiknisna, 2008)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedikitnya terdapat 7 responden (13%) mengalami kejadian myopia. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden yang mengalami kejadian myopia memiliki perilaku belajar yang kurang baik seperti kebiasaan belajar atau mengerjakan tugas hingga larut malam. Sering menggunakan media komputer sampai berjam – jam hingga merasakan lelah pada mata. Dan kurang memperhatikan penggunaan penerangan yang baik saat belajar, dll. Perilaku tersebut apabila sering dilakukan dapat menyebabkan otot– otot disekitar mata akan terkondisikan untuk mengalami kontraksi atau penegangan sehingga lama – lama dapat menyebabkan bola mata semakin panjang dan kelengkungan lensa bertambah sehingga daya bias lensa terlalu kuat dan menyebabkan timbulnya myopia. Tentunya hal tersebut bukan menjadi satu – satunya factor penyebab timbulnya myopia pada mahasiswa tingkat I Akademi Keperawatan Pamenang Pare, karena ada kemungkinan factor lain yang juga berperan sebagai penyebab terjadinya myopia yaitu factor genetik.

(6)

3. Hubungan Perilaku Belajar Dengan Kejadian Miopia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Akademi Keperawatan Pamenang Pare tentang hubungan perilku belajar dengan kejadian myopia menunjukkan hasil bahwa dari 55 responden terdapat 40 (72,7%) mahasiswa memiliki perilaku belajar kategori baik tidak mengalami kejadian myopia, dan terdapat 8 (14,5%) mahasiswa yang memiliki kataegori perilaku belajar cukup baik tadak mengalami kejadian myopia. Serta terdapat 7 (12,7%) mahasiswa yang memiliki kategori perilaku belajar yang kurang baik mengalami kejadian myopia.

Pada generasi muda atau kaum pelajar, masalah kesehatan mata terutama gangguan tajam penglihatan yang sekitar 90 % merupakan myopia (rabun jauh) masih menjadi masalah kesehatan sampai saat ini. Hal tersebut tentunya akan berdampak atau berpengaruh pada proses perkembangan mereka, mengingat 80% informasi dan pengalaman kehidupan diusia mereka didapatkan melalui indra penglihatan. ( Singgih, 2004).

Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya myopia antara lain faktor keturunan / genetik, faktor ras / etnis, dan faktor perilaku. Diomna perilaku yang dimaksudkan ini adalah berkaitan dengan perilaku perawatan mata atau penglihatan yang tidak baik saat belajar, seperti kebiasan melihat atau membaca dengan jarak dekat terus menerus, kebiasaan belajar atau membaca dengan penerangan yang kurang memadai, dll. ( Optiknisna, 2009)

Dari hasil analisa data didapatkan hasil korelasi yaitu 0,707. Hal ini menunjukkan angka positif artinya hubungan antara perilaku belajar dengan kejadian miopia pada mahasiswa tingkat I angkata tahun 2009 Akademi Keperawatan Pamenang Pare adalah kuat. Dengan uji signifikansi (ρ) = 0,000 dengan taraf kesalahanα= 0,05 sehingga didapatkanρ< αmaka H1 diterima dan Ho ditolak, hal tersebut menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi yang positif artinya semakin baik perilaku belajar mahasiswa maka semakin kecil pula resiko untuk mengalami kejadian miopia.

Hasil tersebut manunjukkan bahwa faktor

berpengaruh terhadap kejadian miopia pada mahasiswa tingkat I angkatan tahun 2009 di Akademi Keperawatan Pamenang Pare. Dimana terdapat 7 mahasiswa (12,7%) yang memiliki perilaku belajar kurang baik dan mengalami kejadian miopia. Sebagian besar hal tersebut diduga disebabkan karena terdapat perilaku responden seperti kebiasaan belajar atau mengerjakan tugas hingga larut malam, sering menggunakan media komputer sampai berjam – jam hingga merasakan lelah pada mata. Dan kurang memperhatikan penggunaan penerangan yang baik saat belajar, dll. Tentunya perilaku responden tersebut dapat terbentuk karena dipengaruhi beberapa faktor antara lain faktor predisposisi yaitu yang terwujud dalam adanya pengetahuan, keyakinan dan nilai – nilai yang dimiliki mahasiswa sehingga terbentuknya suatu perilaku tersebut. Selain itu faktor pendukung seperti tersedianya fasilitas atau sarana – sarana belajar yang memadai serta adanya factor pendorong yang terwujud dalam sikap atau perilaku serta dukungan dari lingkungan sosial responden seperti orang tua atau keluarga, teman, dosen dan lain sebagainya kemungkinan juga dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku belajar tersebut. Namun data lain menunjukkan terdapat 8 mahasiswa (14,5%) yang memiliki perilaku belajar cukup baik tidak mengalami kejadian miopia. Hal itu menunjukkan bahwa selain faktor perilaku terdapat faktor lain yang berperan terhadap kejadian miopia yang diantaranya adalah faktor genetik atau keturunan

Kesimpulan

1. Dari 55 responden yang telah diteliti, sebagian besar responden mempunyai perilaku belajar dalam kategori baik yaitu sebesar 40 responden (72%)

2. Dari 55 responden yang telah diteliti, didapatkan hasil bahwa terdapat sedikitnya 7 responden (13%) positif mengalami kejadian miopia, sedangkan sebesar 48 responden (87%) tidak mengalami kejadian miopia.

3. Terdapat hubungan positif antara perilaku belajar dengan kejadian myopia (rabun jauh), dengan koefisien korelasi 0,707 dengan uji signifikasnsi (ρ) = 0,000 dan taraf kesalahan α = 0,05 sehingga

(7)

hubungan positif yang menunjukkan bahwa semakin baik perilaku belajar mahasiswa maka semakin kecil resiko untuk menderita atau mengalami kejadian myopia

Saran

1. Bagi Responden

Perlu bagi responden untuk selalu menjaga perilaku belajar yang baik untuk dapat mempertahankan dan menjaga kesehatan mata, sehingga dapat memperkecil resiko untuk mengalami kejadian miopia

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan informasi tentang adanya hubungan perilaku balajar dengan kejadian myopia. Sehingga dapat digunakan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa untuk memberikan informasi kepada masyarakat . 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Gangguan Penglihatan Miopia.

Optiknisna.info/myopia.html. (download, 7 September 2009)

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah

Vol 3. Jakarta : EGC

Ganong, William F.(2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Erlangga

Ilyas, Sidarta .(2004). Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: FKUI Ilyas, Sidarta. (2005). Ilmu Penyakit Mata. Jakarata: FKUI Ilyas, Sidarta, dkk.(2008). Sari Ilmu Penyakit Mata.

Jakarta: FKUI

James, Bruce.(2006). Lecture Notes Oftamologi. Jakarta: FKUI

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Imu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Ridwan. (2008). Kegiatan Belajar dan Prestasi.

Wordpress.com. (download, 23 November 2009). Sahat, Ferry. (2006). Miopia, Menurunnya Prestasi Belajar

Anak. Kompas.co.id (download, 7 September 2009)

Singgih, Rini Mahendrastari. (2004). Pemeriksaan Miopia. Nasrulbintang.wordpress.com (download, 23 November 2009).

Gambar

Diagram 1 diatas menunjukkan bahwa dari 55 responden  sebagian  besar    berjenis  kelamin perempuan sejumlah 34 responden (62%)

Referensi

Dokumen terkait

Arifin Noor Sugiarto, M.Sc.Ph.D Dr.Ir.. Arifin Noor Sugiarto,

[r]

Kode : 0090010 Kode : 0090010 Cabang : BANK BNI KANTOR PUSAT OPERASIONAL Cabang : BANK BNI KANTOR PUSAT

Dilihat dari hasil perhitungan berdasarkan indeks GRI ini kedua bank umum melakukan pengungkapan yang cukup baik walaupun ada beberapa indikator yang tidak

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,rahmat dan karunia kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

Brantas Teknik Unggul untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan : • Meningkatkan frekuensi pelatihan pada karyawan terkait pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008

mantemans cara mudah beralih facebook dari versi dasar ke versi reguler di gadget. Maksudnya apa facebook versi dasar dan facebook versi reguler? Sulit menjelaskan secara

Perubahan sosial masyarakat akibat alih guna hutan rawa gambut menjadi perkebunan kelapa sawit pada aspek kependudukan (demografi) menunjukan perubahan yaitu jumlah