• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA HUBUNGAN PENDIDIK DENGAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ETIKA HUBUNGAN PENDIDIK DENGAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 26 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh

VISCA DAVITA NPM: 1311010342

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Hj. Siti Zulaikhah, M.Ag Pembimbing II : Dr. H. Ainal Gani, M.Ag

FAKULTAS TABIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

ii Oleh VISCA DAVITA

Proses pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik merupakan salah satu komponen pembelajaran dan juga sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Pendidik tidak hanya bertugas sebagai pendidik saja, tetapi juga berperan dalam usaha pembentukan watak, tabiat, maupun pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh peserta didiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang etika hubungan pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta faktor pendukung dan faktor penghambatnya.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 26 Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi data yaitu membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara dan dengan dokumentasi.

Hasil penelitian etika hubungan pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung sangat baik, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada bulan Juli-Agustus 2017, bahwa pendidik Pendidikan Agama Islam membina etika peserta didik salah satunya adalah dengan berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan sesuai syariat Islam, menghindari ketidak ikhlasan dan tidak hanya sebatas mengejar keduniawian saja, menggunakan metode yang sudah dipahami oleh para peserta didik, membangkitkan semangat peserta didik dengan memberikan motivasi, memberikan latihan-latihan yang bersifat membantu peserta didiknya, selalu memperhatikan kemampuan peserta didiknya, menanamkan sifat terbuka dan lapang dada, membantu memecahkan masalah dan kesulitan yang terjadi pada peserta didiknya, menerapkan sifat arif dan tawadhu’ kepada peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Faktor pendukung dari etika hubungan pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama di SMP Negeri 26 Bandar Lampung adalah fasilitas belajar, faktor kurikulum, faktor metode dan strategi, sistem manajemen sekolah dan sistem evaluasi.

Proses pembelajaran sangat baik, etika pendidik dengan peserta didik sangat harmonis, etika hubungan peserta didik dengan pendidiknya pun sudah baik, semua pihak sekolah membantu kelancaran belajar. Pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan pendidik saling mendukung untuk berfikir kreatif dan kritis. Faktor penghambatnya adalah pergaulan peserta didik dengan teman bermainnya yang memiliki etika tercela serta belum adanya kerjasama sekolah dengan para orang tua peserta didik.

(3)
(4)
(5)

v





Artinya:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. As-Shaffat: 102)1

1

(6)

vi

1. Kedua orang tua ku tercinta, Papahku tersayang Syahkinal Syahadirsih (Alm) dan Mamahku tercinta Suriyah, S.Pd yang selama ini selalu memberikan segala bentuk dukungan dan semangat yang tak pernah padam telah membangunku menjadi pribadi yang patut bersyukur, tegar dan prihatin dengan kehidupan. Serta

do’amu yang tulus telah mengajarkanku arti ketulusan dan keikhlasan. Syukur

terima kasih atas segala bentuk pengorbananmu sepanjang masa yang tak akan tergantikan olehku.

2. Abangku tercinta Desta Helmansyah yang selalu memberi dukungan dan motivasi agar semangat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana di UIN Raden Intan Lampung.

3. Sahabatku kelas D yang dari awal masuk selalu bersama-sama berjuang, angkatan 2013 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Almamater tercinta jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah memberikan banyak pengalaman berharga dalam proses menambah ilmu.

Bandar Lampung, 11 Agustus 2017 Yang Membuat,

(7)

vii

Nama lengkap penulis Visca Davita, lahir di Serang pada tanggal 23 September 1996. Nama ayah penulis adalah Syahkinal Syahadirsihi (Alm) dan ibunya bernama Suriyah. Penulis merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, yang mana 1 saudara tersebut laki-laki.

(8)

viii

Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik walau didalamnya terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.

Sholawat serta salam semoga senantiasa kita limpahkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Agama Islam.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung jurusan Pendidikan Agama Islam.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali hambatan, masalah, atau kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dapat dilewati dengan baik.

Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M. Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Imam Syafe’i, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

(9)

ix terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Dr. H. Ainal Ghani, M. Ag selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu serta meluangkan waktu dalam membimbing, membina, mengarahkan, memotivasi dan memberikan ilmu serta masukan yang sangat bermanfaat sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Wasiat. S. Pd, MM.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 26 Bandar Lampung yang telah membantu dan memberi kesempatan untuk melakukan penelitian, Ibu Zul Asmah, S. Pd selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah memberi masukkan dan seluruh guru atau staff yang membantu memberikan data dan informasi.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen UIN Raden Intan Lampung yang telah mengajar dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Kepala perpustakaan pusat dan perpustakaan Tarbiyah yang telah memberikan fasilitas buku-buku yang menjadi referensi yang penulis gunakan selama penyusunan skripsi.

8. Kepada semua sahabat-sahabat

Semoga usaha-usaha dan jasa baik dari Bapak, Ibu, dan saudara/i sekalian menjadi amal ibadah serta diridhoi oleh Allah SWT dan mudah-mudahan Allah SWT

(10)

x

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 3

C. Latar Belakang Masalah ... 4

D. Identifikasi Masalah ... 11

E. Batasan Masalah... 11

F. Rumusan Masalah ... 12

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidik ... 14

B. Peserta Didik ... 20

C. Etika ... 26

D. Hubungan Pendidik Dengan Peserta Didik ... 31

E. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 35

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP ... 35

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 38

3. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Agama Islam di SMP ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Sifat dan Jenis Penelitian ... 51

D. Sumber Data ... 51

E. Alat Pengumpulan Data ... 52

F. Analisis data ... 54

(11)

xi

B. Etika Hubungan Pendidik dengan Peserta Didik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ... 76 C. Faktor-faktor Pendukung Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ... 86 D. Faktor-faktor Penghambat Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam ... 88 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 91 B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii 2

Sarana Fisik SMP Negeri 26 Bandar Lampung 65

3 Keadaan Guru dan Keadaan Pegawai 73

4

Keadaan Siswa/Rombel 74

5

Sarana Prasarana 75

(13)
(14)

xiv Pedoman Observasi

Pedoman Wawancara

1. Pedoman wawancara dengan pendidik 2. Pedoman wawancara dengan peserta didik Hasil Wawancara

(15)

A. Penegasan judul

Penegasan judul perlu diberikan guna menghindari kesalahan dalam memahami judul tersebut, dimana uraian pengertian tiap-tiap istilah dijelaskan sebagai berikut:

1. Etika

Etika berarti tata susila, yang menitik beratkan kepada baik atau buruknya suatu perbuatan manusia .1 Jadi etika yang dimaksud penulis adalah perbuatan manusia tentang baik buruknyahubungan pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

2. Hubungan

Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satudan yang lainnya.2 Jadi yang di maksud penulis hubungan disini adalah interaksi yangdilakukan oleh pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

1

Fauzi Nurdin,Pengantar Filsafat (Djogjakarta: Penta Rhei Books, 2014) h. 107

2

(16)

3. Pendidik

Pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sedangkan pendidik secara khusus dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun potensi psikomotoriksesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.3

4. Peserta Didik

Peserta Didik merupakan makhluk Allah yang mempunyai fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya.Dari segi rohaniah ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu di kembangkan.4

5. Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi komunikasi antara sumber belajar, pendidik, dan peserta didik. Interaksi komunikasi itu dilakukan baik secara langsung dalam kegiatan tatap muka maupun secara tidak

3

Al-Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta : Ciputat Press, 2005), h. 41

4

(17)

langsung menggunakan media dimana sebelumnya telah menentukan model pembelajaran yang akan di terapkan tentunya5

6. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islamadalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah di yakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.6

B. Alasan Memilih Judul

Untuk memperoleh hasil yang bersifat ilmiah didalam sebuah penelitian, penulis memilih judul Skripsi tersebut dengan alasan sebagai berikut:

1. Masih banyak terdapat bentuk interaksi belajar mengajar di SMP Negeri 26 Bandar Lampung yang berjalan searah saja.

2. Peserta didik di SMP Negeri 26 Bandar Lampung hanya mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh pendidik nya saja tanpa diberi kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya dikelas.

5

Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 239

6

(18)

3. Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh pendidik di SMP Negeri 26 Bandar Lampung hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujiannya saja, ulangan atau tugas-tugas yang diberikan saja.

4. Ingin mengetahui bagaimana hubungan etika pendidik dengan peserta didik di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

C. LatarBelakangMasalah

Manusia lahir didunia ini tanpa pengetahuan apapun, tetapi dalam kelahirannya manusia dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk menguasai berbagai pengetahuan.Dengan memfungsikan fitrah itu maka diharapkan manusia dapat belajar dari lingkungan dan masyarakat.7Diantara tanda fitrah itu adalah Allah menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dengan menganugerahkan berbagai potensi, baik potensi jasmani (Fisik), potensi spiritual (Qolbu), maupun potensi akal fikiran. Maka dari potensi yang dimiliki itu manusia diposisikan sebagai mahluk yang istimewa

dibandingkan dengan mahluk lainnya, Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an

surat At-Tin ayat 4:























Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”(Q.S At-Tin: 4)8

Seiring dengan perjalanan kehidupan manusia di dunia, tiga potensi yang

7

Hery Nur Aly dan Manzier S, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta : Friska Agung Insani, 2003), h. 1

(19)

dianugerahkan tersebut tidaklah mudah untuk dapat berkembang dengan sendirinya tanpa adanya proses interaksi dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya selalu mengadakan proses interaksi yang berlangsung disekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif jika interaksi itu dilakukan dengan sadar untuk meletakan tujuan agar manusia itu dapat merubah tingkah lakunya, pola fikir, dan perbuatannya. Interaksi yang bernilai edukatif disebut

dengan “Interaksi Edukatif”.9

Dari pola interaksi ini dapat diketahui bahwa proses interaksi pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk memobilisasi fitrah tiga potensi yang dimiliki oleh manusia agar menjadi optimal.

Proses pembelajaran agama Islam, pendidik merupakan salah satu komponen pembelajaran dan juga sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Pendidik tidak hanya bertugas sebagaipendidik saja, tetapi juga berperan dalam usaha pembentukan watak, tabiat maupun pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh anak didik. Untuk itu peran pendidik tidak hanya terbatas pada peran sebagai pengajar yang hanya transfer of knowledge

(memindahkan pengetahuan) dan transfer of skill (menyalurkan keterampilan) saja, tetapi peran keaktifannya diharapkan mampu mengarahkan, membentuk dan membina sikap peserta didik ke arah yang lebih baik, sehingga pada peran

9

(20)

yang ketiga ini pendidik diharapkan untuk dapat transfer of value (menanamkan nilai-nilai).10

Pendidik dengan peserta didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi, dimana ada pendidik disitu ada peserta didik yang ingin belajar dari pendidiknya. Sebaliknya, dimana ada peserta didik di sana ada pendidik yang ingin memberikan binaan apa yang di ingini oleh peserta didiknya. Tidak ada sedikitpun dalam benak pendidik terlintas pikiran negatif untuk tidak mendidik peserta didiknya, meskipun barangkali sejuta permasalahan sedang merongrong kehidupan pendidik tersebut.

Pada hakikatnya pendidik dengan peserta didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga.Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu ”Dwitunggal” yang kokoh bersatu.Kesatuan jiwa pendidik dan peserta didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang, jarak, dan waktu. Tidak pula dapat dicerai-beraikan oleh lautan, daratan dan udara. Pendidik tetaplah pendidik, peserta didik tetap peserta didik. Tidak ada istilah “bekas pendidik”

dan “bekas peserta didik” meskipun suatu waktu pendidik sudah pensiun dari

pengabdiannya atau peserta didiknya telah menamatkan pendidikannya.11

Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi memang memiliki makna yang berbeda.Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah

10

A. Qodri A. Azizy Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik anak

Sukses Masa Depan dan Bermanfaat), (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), h. 19.

11Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif(Jakarta: Rineka

(21)

laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.Permasalahan yang sering nampak di SMP Negeri 26 Bandar Lampung pada saat sekarang ini adalah masih banyak terdapat bentuk interaksi belajar-mengajar yang berjalan secara searah yang dilakukan oleh pendidik-pendidik di sekolah dan di kelas pada khususnya. Dalam hal ini fungsi dan peranan pendidik menjadi amat dominan. Di lain pihak peserta didik hanya mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan pendidiknya saja, tanpa diberikan kesempatan untuk bertanya, atau mengemukakan pendapatnya di kelas, ini menjadikan kondisi yang tidak proporsional. Pendidik sangat aktif, tetapi sebaliknya peserta didik menjadi pasif dan tidak kreatif. Bahkan kadang-kadang masih ada anggapan yang keliru, bahwa peserta didik dipandangnya sebagai objek, sehingga peserta didik kurang dapat mengembangkan potensi yangdimilikinya.

Kenyataan lain yang juga banyak berkembang diSMP Negeri 26 Bandar Lampung adalah bentuk mengajar pendidik yang lebih menekankan transfer of knowledge. Kebanyakanpendidik dan orang tua sudah merasa cukup puas dengan para peserta didiknya yang mendapatkan skor baik pada hasil ulanganya di sekolah.

(22)

pengetahuan yang telah diajarkan oleh pendidiknya.Yang penting adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental peserta didik jarang mendapatkan perhatian secara serius. Cara evaluasi yang dilakukan oleh pendidik pun juga hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujian, ulangan atau tugas-tugas yang diberikanya.Ini semua mendukung suatu pengertian bahwa mengajarhanya terbatas pada soal kognitif dan paling hanya ditambah keterampilan dan masih jarang yang sampai pada unsur afeksi dan psikomotorik.

Pandangan dan kegiatan interaksi belajar-mengajar semacam ini tidak benar. Sebab dalam konsep belajar mengajar, peserta didik adalah subjek belajar, bukan objek belajar, sebagai unsur manusia yang pokok dan sentral, bukan unsur pendukung atau tambahan yang penting dalam interaksi belajar-mengajar, pendidik sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Melalui kegiatan belajar diharapkan potensi peserta didiksedikit demi sedikit berkembang menjadi manusia- manusia yang aktif, kreatif dan berakhlakmulia.12

Dalam membina, membimbing dan memberikan motivasi kearah yang dicita-citakan, maka hubungan pendidik dan peserta didik harus bersifat edukatif. Interaksi edukatif ini adalah sebagai suatu proses hubungan timbal-balik antara pendidik dan peserta didik yang mempunyai tujuan tertentu, yakni untuk mendewasakan peserta didik agar nantinya dapat berdiri sendiri, dapat

12

(23)

menemukan jati dirinya secarautuh.13

Dalam hal ini, proses interaksi edukatif tersebut dilihat melalui bidang studi akidah akhlak.Akhlak dapat diartikan sebagai sifat dan tingkah laku yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Sifat yang tumbuh dari dalam jiwaitulah yang memancarkan sikap dan tingkah laku pebuatan seseorang. Sedangkan tujuan dari akhlak itu ialah mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan yang buruk, agar manusia dapat mengamalkan sifat-sifat baik dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang jahat sehingga terciptalah suasana dalam pergaulan di masyarakat, dimana tidak ada kebencian dan kejahatan.Oleh karena itu pelajaran akhlak bertujuan hendak mendudukan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta membedakanya dengan makhluk-makhluk lainya.Akhlak bertujuan menjadikan manusia sebagai orang yang berkelakuan baik terhadap Tuhan, manusia dan lingkunganya.14

Oleh karena itu dengan adanya interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik yang dilaksanakan diSMP Negeri 26 Bandar Lampung diharapkan dapat terbentuk akhlak yang mulia dalam diri peserta didik dan senantiasa tercermin dalam kehidupanya sehari-hari. Dengan demikian, melahirkan perbuatan yang seimbang antara kata dan perbuatan, penghayatan dan pengalaman, antara teori danpraktek.

Hal ini memang bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan

13

Ibid 14

(24)

usaha yang serius. Pendidik sebagai pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan peserta didik di atas kepentingan yang lain. Selain itu pendidik juga harus menjadi panutan yang dapat di dicontoh oleh peserta didiknya baik dalam perkataan, perbuatan dan pergaulannya dalam kehidupansehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Seperti: membiasakan diri dengan selalu mengucapkan salam, berjabat tangan, atau selalu berkata baik dan sopan dengan sesama, dan lain-lain. Sehingga pendidik dapat menjadi teladan yang baik oleh peserta didik, dengan begitu pendidik selain menjadi teladan juga dapat menjadi inspirasi bagi peserta didiknya.

Jika hubungan pendidik denganpeserta didik terwujud dengan baik, maka peserta didikakan bersikap terbuka dengan pendidik-pendidiknya. Sikap terbuka semacam ini akan memudahkan bagi seorang pendidik dalam mempengaruhi etika dan perilaku akhlak peserta didik, lebih mudah menasehati dan saran dari pendidiknya yang menimbulkan kesadaran peserta didiknya untuk bertingkah laku dan berakhlakul karimah.

Dari pembahasan di atas, penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam

sebuah penelitian dengan menguraikan “Etika Hubungan Pendidik dengan

Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26

(25)

D. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Masih banyak terdapat bentuk interaksi belajar mengajar di SMP Negeri 26 Bandar Lampung yang berjalan searah saja

2. Peserta didik hanya mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan pendidiknya saja tanpa diberi kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya di kelas.

3. Bentuk mengajar pendidik yang lebih menekankan transfer of knowledge.

4. Cara evaluasi yang dilakukan oleh pendidik hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujiannya saja, ulangan dan tugas-tugasnya saja.

E. Batasan Masalah

Karena adanya keterbatasan, baik tenaga, dana, dan waktu, dan supaya hasil penelitian lebih terfokus, maka peneliti tidak akan melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan fokus.15Dalam penelitian ini, maka penulis akan memfokuskan penelitian seputar

“Etika Hubungan Pendidik dengan Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ”.

15

(26)

F. RumusanMasalah

Berangkat dari kerangka dan latar belakang masalah di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang menjadi acuan pembahasan yaitu:

a. Bagaimana etika hubungan pendidik denganpeserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung?

b. Apa saja yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat etika hubungan pendidik denganpeserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung?

G. Tujuan dan ManfaatPenelitian a. TujuanPenelitian

Berpijak dari rumusan masalah yang telah penulis tentukan maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui etika hubungan pendidik denganpeserta didik yang efektif di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang ada di dalam pelaksanaan etika pendidikdenganpeserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

b. KegunaanPenelitian

Apabilapenelitianyangdilakukanpenulissesuaiapayangdirencanakan, maka dapatbermanfaat:

(27)

BandarLampung dalam pelaksanaan etika hubungan pendidikdenganpeserta didik dalam pembelajaranPendidikan Agama Islam. 2. Untuk menambah wawasan pengetahuan maupun sikap bagi penulis

khususnya dan masyarakat padaumumnya.

3. Untuk memberikan kontribusi kepada SMP Negeri 26 Bandar Lampung sebagai cerminan beretika yang baik sehingga menumbuhkan hubungan yang baikantara pendidik denganpeserta didik dalam proses pembelajaranPendidikan Agama Islam.

(28)

A. Pendidik

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. 1sementara secara khusus pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembanganpeserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam.2Dalam Islam, pendidik dipandang sebagai sesuatu yang mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa Islam menempatkan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibandingkan dengan manusia lainnya.3Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan pisik peserta didiknya.4

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui, bahwa yang di maksud dengan pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, pengalaman, wawasan, dan keterampian peserta didiknya.5

1

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm, 42.

2Ibid

. h. 42.

3Ibid

. h. 43.

4

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Kencana, 2010), h. 115.

5

(29)

Oleh sebab itu haruslah pendidik berusaha menarik peserta didiknya ke jalan yang lurus, ke derajat yang yang tinggi dan ke arah kesempurnaan atau sekurang-kurangnya mendekati kesempurnaan. Rencana pengajaran yang baik, peraturan pendidikan yang bagus, sarana dan prasarana yang indah dan cukup, semuanya itu tidak lebih penting dari seorang pendidik. Bahkan pendidik lebih penting dari semuanya itu dalam pendidikan dan pengajaran.6

Tugas Pendidik dalam Islam adalah mendidik.Menurut D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta didik,menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses kependidikan,menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikiguna ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.7Tugas pendidik dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu:

a. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.

b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaankepribadian sempurna insan kamil, seiring dengan tujuan penciptaNya.

c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin mengendalikan diri(baik diri

6

Ibid. h. 16.

7

(30)

sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, atas dan partisipasi atas program yang dilakukan, membiasakan, memberi contoh yang baik, memberi pujian,dorongan, dan lain-lain yang diperkirakan menghasilkan pengaruh positif bagi pendewasaan anak.8

Menurut Ag. Soejono merincikan tugas pendidik adalah:

1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada peserta didik dengan berbagaicara seperti observasi, wawancara,melalui pergaulan, angket dan sebagainya.

2. Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang baikdan menekanperkembangan pembawaan yang buruk agar tidakberkembang. 3. Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara

mengenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar peserta didik memilihnya dengan tepat.

4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan peserta didik berjalan dengan baik.

5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemuikesulitan dalam mengembangkan potensinya.9

Menurut Zakiah Darajat, tugas sebagai pendidik adalah merupakan suatu tugas yang luhur dan berat. Dipundak para pendidik terletak nasib suatu

8Ibid

. h. 44.

9

(31)

bangsa.Maju atau mundurnya suatu negara dimasa mendatang banyak bergantung pada keberhasilan atau tidaknya barisan-barisan para pendidik dalam mengemban misinya.10

Syarat- syarat pendidik diantaranya sebagai berikut :

a. Takwa kepada Allah. Seorang pendidik tidak mungkin mendidik anak agar bertaqwa kepada Allahjika ia sendiri tidakbertaqwa kepada-Nya. b. Berilmu. Pendidik harus mempunyai ilmu pengetahuan dan keahlian

mengajar.

c. Sehat jasmani dan rohani. Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan. Bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi rohani, orang gila juga berbahaya bila ia mendidik.

d. Berkelakuan baik. Budi pekerti pendidiksangat penting dalam mendidik watak peserta didik. Peserta didik harus menjadi suri tauladan karena peserta didik bersifat suka meniru.11

Menurut Soejono, menyatakan syarat menjadi seorang pendidik adalah: 1. Tentang umur, harus sudah dewasa

2. Tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani 3. Tentang kemampuan mengajar, pendidik harus ahli 4. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.12

10

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm, 40

11Ibid

. h. 40.

12

(32)

Adapun karakteristik pendidik adalah pelengkap dari syarat menjadi seorangpendidik.Karakteristik / sifat dapat juga dikatakan syarat minimal yang harus dipenuhi oleh pendidik. Al-Abrasyi menyebutkan bahwa pendidik dalam Islam sebaiknya memiliki sifat sebagai berikut:

1. Zuhud: tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karna semata-mata mencari keridhaan Allah.

2. Bersih tubuhnya: penampilan lahiriahnya menyenangkan 3. Bersih jiwanya: tidak mempunyai dosa besar

4. Tidak ria: ria akan menghilangkan keikhlasan 5. Tidak memendam rasa iri dan dengki

6. Tidak menyenangi permusuhan 7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas 8. Sesuai perbuatan dengan perkataan 9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan 10.Bijaksana

11.Tegas dalam perkataan dan perbuatan tetapi tidak kasar 12.Rendah hati

13.Lemahlembut 14.Pemaaf

15.Sabar, tidak marah terhadap hal-hal kecil 16.Berkepribadian

17.Tidak merasa rendah diri

18.Bersifat ke bapakan(mampu meninti peserta didik seperti anak sendiri) 19.Mengetahui karakter peserta didik, mencangkup pembawaan, kebiasaan,

perasan dan pemikiran.13

Menurut Asama Hasan Fahmi, mengajukan beberapa sifat lain yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu:

1. Tenang

2. Tidak bermuka masam

3. Tidak berolok-olok dihadapan peserta didik

13

(33)

4. Sopan santun.14

Sementara itu, Mahmud Yunus menghendaki sifat-sifat pendidikMuslim sebagai berikut:

1. Menyayangi peserta didiknya dan memperlakukan mereka seperti menyayangi anaknya sendiri.

2. Hendaklah pendidik memberi nasihat terhadap peserta didiknya seperti melarang mereka menduduki suatu tingkat sebelum berhak mendudukinya. 3. Hendaklah pendidik memperingatkan peserta didiknya bahwa tujuan

menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridhanya Allah.

4. Hendaklah pendidik melarang peserta didiknya untuk melakukan hal yang tidak baik dan harus lemah lembut terhadap siapapun.

5. Tidak boleh pendidik merendahkan pelajaran lain yang tidak diajarkan nya. 6. Hendaklah pendidik mengajarkan apa yang sesuai dengan kemampuan

peserta didiknya.

7. Hendaklah pendidik mendidik peserta didik nya supaya berfikir dan berijtihad, bukan semata-mata menerima apa yang diajarkan pendidik. 8. Hendaklah pendidik mengamalkan ilmunya, jangan perkataan nya berbeda

dari perbuatan nya.

9. Hedaklah pendidik memberlakukan semua peserta didiknya dengan cara adil jangan membedakan peserta didik dengan dasar kekayaan.15

Karakteristik pendidik menurut An-Nahlawi yaitu:

a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya .

b. Bersifat ikhlas.

c. Bersifat sabar dan mengajarkan beberapa pengetahuan terhadap peserta didiknya.

d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahui. e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu

f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervriasi

g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan profesional.

h. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik. i. Berlaku adilterhadap peserta didik16

14Ibid.

h. 82.

15

Al-Rasyidin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Presss, 2005), h. 45.

16

(34)

B. Peserta Didik

Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tubuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. 17Peserta didik merupakan mahluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.18

Melalui paradigma diatas menjelaskan bahwa peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk memantau, mengarahkan, mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan.19potensi suatu kemampuan dasar yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik. Karenanya pemahaman yang lebih konkret tentang peserta didik sangat perlu diketahui oleh setiap pendidik. Hal ini sangat beralasan karena melalui pemahaman tersebut akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya melalui berbagai aktivitas kependidikan.20untuk itu, perlu terlebih

17

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 173.

18

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 47.

19

Ibid. h. 48.

20

(35)

dahulu diperjelas beberapa deskripsi tentanghakikat peserta didik serta implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:

a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap merekadalam proses pendidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang dewasa, baik dalam aspek metode mengajar, materi yang diajarkan, sumber bahan yang digunakan, dan lain sebagainya.

b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas pendidikan Islam disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya dilalui oleh peserta didik. Hal ini sangat beralasan, karena kadar kemampuan peserta didik ditentukan oleh faktor usiadan periode perkembangan atau pertumbuhan potensi yang dimilikinya.

(36)

d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada. Halini perlu dipahami karena menyangkut bagaimana pendekatan yang perlu dilakukan pendidik dalam menghadapi ragam sikap dan perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis, tanpa harus mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau kelompok.

e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya pisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur rohaniah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasah daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah. Konsep ini bermakna bahwa suatu proses pendidikan Islam hendaknya dilakukan dengan memandang peserta didik secara utuh. Singkatnya, pendidikan Islam tidak hanya tidak hanya mengutamakan pendidikan salah satu aspek saja, melainkan kedua aspek secara integral dan harmonis.

(37)

dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Disini tugas pendidik adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa melepas tugas kemanusiaannya21

Tugas Peserta Didik

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik adalah:

a. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia menuntut ilmu.

b. Hendaklah tujuan belajar ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan.

c. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.

d. Wajib menghormati pendidiknya.

e. Belajar dengan sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar. 22 Al-Abrasyi menambahkan bahwa tugaspeserta didikadalah: 1. Membersihkan sifat buruk sebelum belajar.

21

Ibid. h. 48.

22

(38)

2. Niat belajar hendaknya ditujukan untukmengisi jiwa dengan berbagaifadhilah.

3. Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk mencari ilmuke tempat yang jauh sekalipun.

4. Jangan suka menukar pendidik, kecuali dengan pertimbangan yang matang.

5. Wajib menghormati pendidik.

6. Jangan melakukan aktivitasi ketika belajar kecuali atas izin dan petunjuk pendidik.

7. Memaafkan pendidik jika ia bersalah, terutama dengan menggunakan lidahnya.

8. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan tekun dalam belajar. 9. Saling mengasihi antar sesama peserta didik.

10.Bergaul dengan baik dengan pendidik-pendidiknya.

11.Peserta didik hendaknya mengulang setiap pelajaran dan menyusun jadwal belajar dengan baik guna meningkatkan kedisiplinannya. 12.Menghargai ilmu dan bertekad untuk menuntut ilmu sampai akhir

hayat.Semua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus dijadikan pegangan dalam menuntut ilmu23

23

(39)

Sifat-sifat Ideal Peserta Didik. Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, baik langsung maupun tidak langsung. Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok sifat-sifat yang patut dimiliki peserta didik, yaitu sebagai berikut:

a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangkataqarrubkepada Allah SWT. b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibanding masalah ukhrowi.

c. Bersifat rendah hati dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya

d. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.

f. Belajar dengan bertahap dengan mulai pelajaran yang mudah.

g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya. h. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.

i. Memprioritaskan ilmudiniyahsebelum memasuki ilmu duniawi. j. Mengenal nilai-nilai pragmatifbagi suatu ilmu pengetahuan.

k. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik. Selain itu, peserta didik perlu merenungkan pemikiran Ali bin Abi Tholib dalam ungkapannya,

“Ingatlah, engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu keculi dengan enam

(40)

motivasi atau kemauan yang keras, sabar, alat (sarana), petunjuk guru, dan terus-menerus (kontinu) atau tidak cepat bosan dalam mencari ilmu.24

C. Etika

Etika berasal dari kata Ethic yang berarti tata susila. Sebagai cabang filsafat etika memusatkan pembahasan tentang kesusilaan yang menitikberatkan kepada baik atau buruknya suatu perbuatan manusia. 25

Pemikiran KH. Hasyim Asyari mengenai etika yang harus dipedomani oleh pendidik masih sangat relevan untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar agama Islam pada saat ini. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai manivestasi kompetensi yang ia miliki untuk menggapai derajat tertinggi baik dalam pandangan manusia maupun pandangan Allah.

a. Etika SeorangPendidik

Seorang pendidik dalam menyampaikan ilmu pada peserta didik harus memiliki etika sebagai berikut:

1) Selalu mendekatkan diri dan takut kepadaAllah 2) Senantiasa bersikap tenang danberhati-hati

3) Senantiasa tawadhu’, khusu’dan mengadukan segala persoalannya kepada AllahSWT.

4) Tidak menggunakan ilmunya untuk keduniawiansaja

24

Ibid. h. 52.

25

(41)

5) Tidak selalu memanjakan anak didik dan berlaku zuhud dalam kehidupandunia

6) Berusaha menghindari dalam hal-hal yang rendah dan tempat-tempat yang kotor ataumaksiat.

7) Mengamalkan sunnah Nabi dan istiqomahkan membacaAl-Qur’an. 8) Bersikap ramah, ceria, dan suka menebarkansalam.

9) Menumbuhkan semangat untuk mengembangkan dan menambah ilmupengetahuan.

10)Tidak menyalahgunakan ilmu dengan menyombongkannya 11)Membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.26 b. Etika Pendidik Dalam Mengajar

Seorang pendidik ketika mengajar hendaknya memperhatikan etika-etika berikut :

1) Mensucikan diri dari hadats atau kotoran dan berpakaian yang sopan dan rapi serta berusaha berbauwewangian.

2) Berniat beribadah ketika dalam mengajarkanilmu.

3) Menyampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah (walaupun hanya sedikit).

4) Membiasakan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan.

5) Memberikan salam ketika masuk kedalam kelas dan berdo’a sebelum

26

(42)

belajar.

6) Menghindarkan diri dari gurauan dan banyaktertawa.

7) Jangan sekali-kali mengajar dalam kondisi lapar, makan, marah,mengantuk, dan lainsebagainya.

8) Usahakan berpenampilan ramah, tegas, lugas dan tidaksombong.

9) Dalam mengajar hendaknya mendahulukan materi yang penting dan disesuaikan dengan profesionalisme yang dimiliki.

10)Jangan mengajarkan hal-hal yang bersifat subhat yang dapat menyesatkan. 11)Perhatikan masing-masing kemampuan peserta ddik dalam

memperhatikan dan jangan mengajar terlalulama. 12)Menciptakan ketengan dalambelajar.

13)Menegur dengan lemah lembut dan baik ketika terdapat peserta didik yang bandel.

14)Bersikap terbuka dengan berbagai persoalan yang ditemukan. 15)Berilah kesempatan pada peserta didik yang datang terlambat.

16)Dan apabila sudah selesai berilah kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.27

c. Etika Pendidik Bersama Peserta Didik

Pendidik dan peserta didik pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang berbeda, namun terkadang seorang pendidik dan peserta didik

27

(43)

mempunyai tanggung jawab yang sama, diantara etika tersebut adalah:

1) Berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta

menghidupkan Syari’at Islam.

2) Menghindari ketidak ikhlasan dan mengejar keduniawian. 3) Hendaknya selalu melakukan instropeksidiri.

4) Menggunakan metode yang sudah dipahami peserta didik.

5) Membangkitkan semangat peserta didik dengan memotivasinya, begitu peserta didik yang satu dengan yanglain.

6) Memberikan latihan-latihan yang bersifat membantu. 7) Selalu memperhatikan kemapuan peserta didik yanglain. 8) Bersikap terbuka dan lapangdada.

9) Membantu memecahkan masalah dan kesulitan pesertadidik.

10)Tunjukkan sikap yang arif dan tawadhu’ kepada peserta didik yang satu dengan yanglain.28

Adapun etika Peserta Didik Menurut Hasyim Asy’ari sebagai berikut:

a. Etika Peserta Didik yang harus diperhatikan dalambelajar

Dalam hal ini Hasyim Asy’ari mengungkapkan ada sepuluh etika yang

harus dipenuhi oleh peserta didik, yaitu :

1) Membersihkan niat atau hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniawian.

28

(44)

2) Tidak menunda-nunda kesempatanbelajar.

3) Bersabar dan qonaah terhadap segala macam pemberian dan cobaan. 4) Pandai mengaturwaktu.

5) Menyederhanakan makan danminum. 6) Bersikap hati-hati atauwara’.

7) Menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan.

8) Meninggalkan kurang faedah (hal-hal yang kurang berguna bagi perkembangan diri)29

b. Etika Seorang Perserta Didik Terhadap Pendidik

Etika seorang Perserta Didik kepada Pendidik sesuai yang dikatakan

oleh K.H. Hasyim Asy’ari hendaknya harus memperhatikan etika utama,

yaitu:

1) Hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan atau dijelaskan oleh seorang pendidik.

2) Memilih pendidik yang wara’ artinya orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak disamping profesionalisme.

3) Mengikuti jejak pendidik yang baik dan bersabar terhadap kekerasan pendidik

4) Berkunjung kepada pendidik dan meminta izin terlebih dahulu kalau harus memaksa keadaan pada bukan tempatnya.

29

(45)

5) Duduk yang rapih dan sopan ketika berhadapan dengan pendidik. 6) Berbicara dengan nada lemah lembut dan dengarkan segala fatwanya. 7) Jangan sekali-sekali menyela ketika sedang menjelaskan.

8) Gunakan anggota yang kanan bila menyerahkan sesuatu kepadanya.30 c. Etika Peserta Didik Terhadap Pelajaran

Dalam menuntut ilmu peserta didik hendaknya memperhatikan etika berikut:

1) Memperhatikan dan mempelajari ilmu yang bersifat Fardhu‘Ain untuk dipelajari.

2) Mendiskusikan atau menyetor apa yang telah dipelajari pada orang yangdipercayainya.

3) Senantiasa menganalisa, menyimak dan meneliti ilmu. 4) Tetapkan cita-cita yangtinggi.

5) Bergaulah dengan orang-orang berilmu lebih tinggi.

6) Pelajari pelajaran yang telah diajarkan secara terus menerus (Istiqomah). 7) Tanamkan rasa semangat belajar.31

D. Hubungan Pendidik dengan Peserta Didik

Hubungan pendidik dan peserta didik dalam prosesbelajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan,

30

Ibid. h. 158.

31

(46)

namun jika hubungan pendidik dan peserta didik merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan. 32

Dalam hubungan ini cara mengatasinya adalah melalui cotact-hours di dalam hubungan pendidik dan peserta didik. Contact-hours atau jam-jam bertemu antara pendidik dan peserta didik, pada hakikatnya merupakan kegitan di luar jam-jam persentasi di muka kelas seperti biasanya.Untuk tingkat perguruan tinggi peranan contact-hours ini sangat penting untuk membangun hubungan yang baik antara pendidik dan peserta didik. Perlu digarisbawahi bahwa kegitan belajar mengajar, tidak hanya melalui persentasi atau sistem kuliah di depan kelas. Bahkan sementara dikatakan bahwa metode dengan presetasi tidaklah dianggap sebagai satu-satunya proses belajar yang efesien bila ditinjau baik dari segi pengembangan sikap danpikiran intelektual yang kritis dan kreatif. 33

Faktor-Faktor Interaksi Pendidik dan Peserta Didik

Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks, karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar. Terdapat dua faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor pendidik sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran.34

32

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h. 147.

33Ibid

. h. 147.

34

(47)

Tanpa ada faktor pendidik dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik. Namun, pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media, infrastruktur sekolah, fasilitas belajar, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode dan strategi pembelajaran dan sebagainya. Kesemua faktor-faktor diluar faktor pendidik dan peserta didik tersebut berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar dikelas dan tempat belajar lainnya.35

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam interaksi edukatif diantaranya : a. Fasilitas Belajar. Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai

di suatu sekolah atau lembaga pendidikan memberikan sumbangan yang besar dalam menyukseskanproses belajar mengajar misalnya ruang kelas, meja, kursi, dsb. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di Sekolah, proses interaksi belajarmengajar antara pendidik dan peserta didik kurang berjalan secara maksimal dan optimal.

b. Faktor Kurikulum. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan orang tua peserta didik, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan pendidik dan pembelajaran dikelas akan mendukung pencapaian interaksi belajaryang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga

35

(48)

pendidikan akan lebih berkualitas.

c. Faktor Metode dan Strategi serta Pendekatan Pembelajaran. Metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh pendidik juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar dikelas. Pendidik menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individu peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan interaksi belajar mengajar dikelas. d. Sistem Manajemen Sekolah. Suatu sekolah yang menerapkan manajemen

terbuka dan transpan akan lebih berpeluang sukses dalam mengelola sistem pembelajaran secara profesional melalui interaksi belajar mengajar dikelas dari pada sekolah yang menerapkan manajemen tertutup. Pahkan Fattah menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah yang diterapkan oleh suatu sekolah merupakan strategi pemmberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan kemandirian sekolah.

(49)

pembelajaran.Kesemua faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya yang telah dikemukakan diatas harus di perhatikan para pendidik serta peserta didik. Pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya oleh para pendidik dan peserta didik dalam menjalankan interaksi belajar mengajar dikelas. Interaksi belajar mengajar yang sukses dikelas akan mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran dikelas secara mikro dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat lembaga pendidikan, serta kualitas pendidikan secara makro (regional dan nasional).36

E. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP

Sebelum membahas pengertian tentang pendidikan agama islam, baiknya terlebih dahulu membahas pengertian pendidikan secara umum. Kata pendidikan

berasal dari kata didik dan mendidik.Secara etimologi, mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, dan pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkanpendidikan, secara etimologi adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang melalui cara perbuatan mendidik.37

36Ibid.

h. 58.

37

Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam Rancang Bangun Konsep

(50)

Pendidikan dalam batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah). Kemudian pendidikan dalam arti luas terbatas adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan formal (sekolah) non-formal (masyarakat) dan in-formal (keluarga) dan dilaksanakan sepanjang hayat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar berperan dalam berbagai kehidupan. Sedangkan pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.38

Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.39

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku yang dilakukan dengan sengaja dan terencana melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan terhadap perkembangan jasmani dan ruhani demi terciptanya kepribadian yang utama serta berperan dalam berbagai kehidupan.

Pendidikan yang akan dibahas kali ini adalah tentang pendidikan agama islam. Adapun kata islam dalam istilah pendidikan islam menunjukkan warna

38

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 17–18.

39

(51)

pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan islam.40

Secara terminologis pendidikan Agama Islam sering sering diartikan dengan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Dalam pengertian lain dikatakan oleh Ramayulis bahwa pendidikan Agama Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, dan tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlak-nya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan maupun dengan tulisan.41

Menurut Zakiah Daradjat Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi fkeselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.42

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam adalah proses bimbingan dan asuhan yang berlandaskan ajaran islam yang

40

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 33.

41

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 201.

42

(52)

dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik secara maksimal, agar kelak menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai islami.

Pendidikan agama Islam yang dimaksud peniliti adalah pendidikan agama islam di SMP yaitu, salah satu mata pelajaran yang berlandaskan ajaran islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik secara maksimal, agar kelak menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai islami.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP a. Dasar Pendidikan Agama Islam di SMP

Dasar pendidikan agama islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, agar usaha-usaha yang dilakukan mempunyai sumber keteguhan maka harus memiliki dasar yang kuat. Dasar atau sumber Pendidikan Agama Islam meliputi:

1) Al-Quran

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang merupakan mukjizat melalui perantaraan malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai pedoman hidup sehingga umat manusia mendapat petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.43

Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan islam telah mengajarkan Al-Qur’an sebagai dasar

43

(53)

pendidikan islam disamping Sunnah Beliau sendiri. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dipahami dari ayat

Al-Qur’an itu sendiri.44

Firman Allah:



































Artinya: dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. al-Nahl : 64)

2) Hadits

Hadits atau as-sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Posisi dan fungsi hadits nabi sebagai sumber pendidikan Islam yang utama setelah Al-Qur’an adalah sebagai penjelas dan penguatan hukum-hukum quraniah yang ada,sekaligus sebagai petunjuk (pedoman) bagi kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspeknya. Hadits sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an dapat dilihat dari firman Allah sebagai berikut:45

44

Ramayulis, Op. Cit. h. 122.

45

(54)

























Artinya: Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (Q.S. An-Nisaa : 80)

3) Ijtihad

Ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh fuqaha’-fuqaha’ islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam

Al-Qur’an dan hadits dengan syarat-syarat tertentu.46

Dalam dunia pendidikan, sumbangan ijtihad ikut secara aktif dalam menata sistem pendidikan. Tujuan ijtihad dalam pendidikan adalah untuk dinamisasi, inovasi dan modernisasi pendidikan agar diperoleh masa depan pendidikan yang lebih berkualitas.

Adapun dasar-dasar Pendidikan Agama Islam di SMP adalah sebagai berikut:

1) Dasar Yuridis

Dasar yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu negara. Dasar yuridis formal tersebut terdiri atas tiga macam:47

46

Ramayulis, Op. Cit. h. 128.

47

(55)

a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UU Dasar 45, dalam bab

Xl pasal 29 ayat 1 yang berbunyi, “Negara berdasarkan ketuhanan

Yang Maha Esa,” dan pasal 2 yang berbunyi, “Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.”

c) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 12 ayat 1 poin a, yang mengatakan, “Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama

yang dianutnya oleh pendidik yang seagama.”

2) Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran islam. Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.48 Dasar ini bersumber pada Al-Qur’an, al-Hadits, dan Ijtihad.

3) Dasar Psikologis

Dasar Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupanbermasyarakat.Hal ini didasarkan bahwa dalam kehidupannya, manusia baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang

48

(56)

dan tidak tenteram akibat dari rasa frustasi (tekanan perasaan), konflik (adanya pertentangan batin), dan kecemasan sehingga memerlukan adanya pegangan hidup (agama). Kondisi manusia pada hakikatnya menuntut agar semua kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi dalam rangka mewujudkan hidup yang harmonis, dan bahagia termasuk juga kebutuhan rohani seseorang terhadap agama. Untuk membuat hati tenang dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ra’d ayat 28, yaitu:49



























Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar-Ra’d: 28)

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mengenai Agama Islam, sehingga menjadi manusia Muslim, berakhlak mulia dalam kehidupan baik secara pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan

49

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

(57)

menjadi insan yang beriman hingga mati dalam keadaan Islam (QS Ali Imran ayat 102).50





























Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (Q.S Ali Imran : 102).

Pendidikan agama Islam disekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.51

Pendidikan agama di Sekolah Menengah Pertama bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan agama sesuai dengan perkembangannya, baik tentang dasar-dasar atau hikmah-hikmah hukum islam, maupun tentang bacaan dan hafalan Al-Qur’an. Mempraktikkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk meningkatkan akidah dan pengetahuan agama agar menjauhkan diri dari berbagai kepercayaan yang salah, yang dapat merusak kemurnian agama. Terdapat dua tujuan Pendidikan

50

Rusmin tumanggor, et. al.Op. Cit. h. 12.

51

(58)

Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus:

1) Tujuan Umum

Pendidikan agama seperti pendidikan lainnya, harus berjalan sesuai dengan perkembangan zaman dan tingkat kemampuan masyarakat.Dorongan agama cukup besar pengaruhnya untuk mewujudkan akhlak yang baik dan moral yang tinggi.Maka itu, pendidikan agama sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang beriman kepada Allah, cinta tanah air dan masyarakatnya, dan juga merupakan dasar yang kuat untuk membina rasa tolong menolong serta demokrasi

Gambar

Gambar 1. Letak SMP Negeri 26 Bandar Lampung .................................................
Tabel 2.  Sarana fisik SMP Negeri 26 Bandar Lampung

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian respon siswa pada uji coba siswa yang dilakukan dengan kelompok kecil dan uji coba lapangan mendapatkan persentase penilaian 100% yang berarti bahwa media

pengukuran yang lebih akurat untuk mengukur asupan zat gizi,.. status gizi dan

Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati sebagai tempat penelitian, maka peneliti akan memperoleh banyak data yang berkaitan dengan implementasi model pembelajaran

Apabila lamaran Adipati Cakraningrat diterima, kami akan segera kembali menyampaikan berita gembira ini." Kata-kata Patih Gajah Seta membuat wajah Tumenggung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh pembelajaran micro teaching dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) terhadap minat menjadi guru mahasiswa

Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs NU Miftahul Falah Cendono Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017 ”.

Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk berkembang, misalnya kebutuhan, minat, tujuan, intelegensi, emosi, dan lain-lain. Tiap individu siswa mampu

Hal inilah yang membuat bahan ajar berbasis nilai-nilai karakter bangsa menjadi penting dan dibutuhkan, karena dengan adanya bahan ajar tersebut, diharapkan dapat