• Tidak ada hasil yang ditemukan

Soekarno dan Arsitektur Jurnal Arsitektur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Soekarno dan Arsitektur Jurnal Arsitektur"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 1

Biografi Ir. Soekarno ... 2

Mentalite Soekarno ... 9

Periode Murid sang Profesor ... 17

Periode Sang Padma Sang Arsitek ... 25

Periode Sang Arsitek Soekarno ... 31

Etik dan Estetik Karya Soekarno ... 41

Daftar Pustaka ... 42

ANGGOTA KELOMPOK

ADITA RONARIZKIA 145060501111034

APRILIA P. RISKI 145060501111002

FIKRAN HADINATA 145060507111021

JANITRA ERLANGGA 145060501111041

NADIRA NUSWANTORO 145060500111009

NURRAHMAN 145060500111001

TAHUN AKADEMIK

(3)

BIOGRAFI Ir. SOEKARNO

Ir. Soekarno adalah presiden pertama bangsa Indonesia pada periode (1945-1966). Ia memerankan peran penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Salah satunya memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 bersama Mohammad Hatta.

Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Koesno Sosrodiharjo pada 6 juni 1901 di Surabaya, sebagai putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunda Soekarno merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan Ayahnya merupakan keturunan bangsawan dari Jawa yaitu Raden Hardjokromo. Soekarno kecil tinggal bersama kakeknya Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur, kemudian pindah ke Mojokerto bersama ayahnya yang bekerja sebagai guru disana.

(4)

karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa". Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo.

Selepas menyelesaikan pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan jurusan teknik sipil, pada tahun 1926 Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, kemudian banyak merancang bangunan-bangunan. Selanjutnya, bersama Ir. Rooseno juga merancang rumah-rumah tinggal dan berbagai jenis bangunan lainnya. Sampai pada tahun 1938 tepatnya pada tanggal 14 februari, Ir. Soekarno dibuang ke Bengkulu oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ketika dibuang ke Bengkulu, Ir. Soekarno menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.

(5)

semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka. Perjalanan tersebut banyak mmenginspirasi Ir. Soekarno dalam mencetuskan ide-ide dalam pembangunan Indonesia.

Dalam “biografi Presiden Soekarno” yang ditulis oleh Cindy Adams, disebutkan jika Soekarno memang sangat fokus untuk membangun citra RI di mata dunia. Hal ini dibuktikan dengan gebrakan Ir.Soekarno dalam “Proyek Mercusuar” pada 1957, masa pemerintahan Soekarno.

Proyek Mercusuar adalah, proyek yang bertujuan mengembangkan identitas penanda serta menjadi kebanggaan bagi masyarakat yang terdapat di dalam suatu negara atau wilayah.

(6)

Berikut adalah beberapa bangunan yang termasuk dalam proyek mercusuar :

Gedung CONEFO

(7)

besar ini dibangun dalam jangka waktu 17 bulan, pembangunannya juga terhambat oleh karena berlangsungnya peristiwa G30S/PKI.

Gelora Bung Karno

Gelora Bung Karno atau yang dahulu disebut Gelora Senayan ini menjadi tempat dilaksanakannya GANEFO. Jika anda pikir bahwa Gelora Bung Karno ini bangunan yang besar, tentu anda juga pasti berpikir berapa lama waktu dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Pasti benar-benar lama. Tidak pada kenyataanya. Gelora Bung Karno

(8)

Hotel Indonesia

Hotel Indonesia dibangun sebagai tempat menginap tamu-tamu negara. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 5 Agustus 1962 untuk menyambut ajang GANEFO yang akan segera diadakan di Jakarta. Dirancang oleh Abel Sorensen dan Istrinya yang berasal dari Amerika Serikat. Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan memiliki slogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together".

Masjid Istiqlal

Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara yang dirancang oleh Arsitek asli Indonesia yaitu Friedrich Silaban.

(9)

Patung Selamat Datang

Patung setinggi 7 meter ini berdiri menghadap timur atau arah Bandar Udara Kemayoran yang kini landasan pacunya adalah jalan raya untuk masuk ke Jakarta International Expo (J.I. Expo) tempat diadakannya Jakarta Fair. Tujuan dibangun patung ini adalah untuk menyambut tamu yang datang dari arah Bandar Udara Kemayoran, terutama tamu negara GANEFO.

Proyek ini sempat menimbulkan pro dan kontra sebab proyek besar ini membutuhkan biaya yang juga besar. Bahkan, proyek ini menghasilkan inflasi dalam jumlah yang sangat signifikan, 600%. Meskipun demikian, proyek Ir.Soekarno ini kini menjadi ciri dan kebanggan Indonesia yang bertahan hingga sekarang.

(10)

Mentalite Soekarno

Berbagai pengalaman masa muda Soekarno yang telah mengendap (bank data) berpotensi sebagai ‘sumber ilham’ yang mampu mendorongnya melakukan tindakan merancang.

Khasanah mentalite artistik Soekarno dibedakan menjadi lima kelompok yaitu :

1. Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda 2. Pengaruh Budaya Jawa

3. Budaya Multikultural 4. Jiwa Artis dan Perasaan

5. Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya.

1.

Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda

a. Timangan dari Orang Tua

Orang tua soekarno yang selalu memberi pujian dan harapan agar Soekarno menjadi pahlawan pembuka zaman kegelapan sehingga membentuk Soekarno memiliki sikap mental pemimpin, percaya diri dan berani tampil

menonjol.

Hal ini dirasakan di desain dari beberapa karya soekarno yang bermasa tunggal yang berskala monumental, seperti Tugu Proklamasi Jakarta, Tugu Muda Semarang, Tugu Alun-Alun Bunder Malang, Tugu Pahlawan Surabaya, dan Tugu Monas Jakarta. Makna yang tersirat adalah fungsinya sebagai pusat orientasi yang berperan ‘memimpin massa bangunan lain yang disekitarnya.

(11)

b. Kecintaan terhadap Unsur Air

Unsur air merupakan refleksi kenangan masa kanak-kanaknya yang sering bermain di sungai berantas, Surabaya. Di setiap Soekarno membangun bangunan rumah tinggal, beliau akan menentukan lokasi yang berdekatan dengan sungai. Apabila tidak diketemukan di dekat sungai, maka didalam ranvangannya selalu

ditemukan kolam.

Bangunan yang berada disekitar sungai antara lain Hing Puri Bima Sakti, Srihana-Srihani Bogor, Istana Tampak Siring, Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia Group. Sedangkan kolam air yang berisi teratai ditemukan di Istana

Yogyakarta, Istana Bogor, Wisma Yaso, Makam Pahlawan Kalibata, Air Mancur Bundaran Hotel Indonesia, dll. c. Menolak Nuansa Kolonialisme

Konsistensi Soekarno terhadap anti kolonialisme dan non-kooperatif juga tercermin pada rancangannya. Soekarno ‘menolak arsitektur bernuansa kolonial’ dengan

‘meniadakan’ desain tiang-tiang Yunani bergaya Ionia, Doria, dan Korintia. Dan juga ‘menolak’ gaya arsitektur

Amsterdam Style.

(12)

Wijayakusuma, semula bernama Wilhelmina park, pada tanggal 21 Mei 1961 telah dibongkar karena telah dipilih sebagai lokasi untuk membangun monumen baru, yaitu Masjid Istiqlal.

d. Romantisme terhadap Negara dan Bangsa Indonesia Kecintaan Soekarno terhadap Indonesia cenderung mengharapkan memberikan sesuatu yang lebih baik dengan cara mempermegah eksistensi Sang Merah Putih. Salah satu karya arsitektur yang mengekspresikan

romantisme terhadap bangsa Indonesia pada puncaknya adalah rancangan Tugu Monas. Awalnya rancangan tugu Nasional disayembarakan kepada para arsitek. Akan tetapi tidak diperoleh rancangan yang memuaskan Soekarno. Akhirnya, desain tugu Nasional dirancang sendiri oleh Soekarno dengan bantuan arsitek istana, R.M. Sudarsono. Puncak Tugu dirancang pada ketinggian 132 m sebagai simbol kemerdekaan bangsa Indonesia dan dirancang sebagai ‘tempat terhormat’ untuk menyimpan bendera Sang Saka Merah Putih.

e. Kemegahan Budaya Jawa Kuno

Warisan arsitektur Budaya Jawa berupa candi Budha-Hindu sangat mengesankan Soekarno. Monumen candi

(13)

menjadi yang terbesar di Asia Tenggara yang tahan 3000 tahun.

f. Pemuda-Pemudi sebagai Tunas Bangsa

Ketika Soekarno mengunjungi Soviet pada tahun 1956 dan menengok Istana Pionir yang menjadi sarana untuk mengembangkan bakat angkatan muda Soviet di kota Swerdlowsk, Moskow, ia menuliskan dalam Buku Kesan, bahwa ia ingin membangun istana seperti Istana

Swerdlowsk bagi anak-anak Indonesia. Di indonesia

kemudian dibangunnlah Istana Pramuka. Gedung itu ada di Jakarta dan dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, tetapi baru terealisasi ketika Soekarno wafat.

2.

Pengaruh Budaya Jawa

a. Budaya Mistik Jawa

Soekarno sangat terpengaruh pada hal-hal yang berkaitan dengan Mistik Jawa. Budaya Mistik Jawa mempercayai bahwa hidup di Dunia ini terkoordinir dengan kejadian-kejadian kosmis dan manusia hanyalah suatu bidak di tangan kekuatan-kekuatan kosmis itu. Kehidupan di dunia ini tak lain hanyalah bayangan cermin dari apa yang terjadi di alam aduniawi. Untuk memahaminya maka

dipergunakan primbon dan petungan. b. Kebiasaan Samadi

(14)

samadi Soekarno ternyata sudah berlangsung sejak Soekarno tinggal di Jl. Pegangsaan timur 56, Jakarta. Fatmawati menceritakan adanya sebuah ruang khusus untuk samadi atau tafakur/sembahyang. Demikian juga yang ditemukan di rumah pribadinya Hing Puri Bima Sakti, di rumah Hartini di Srihana-Srihani Bogor, serta di Wisma Yaso yang menjadi rumah Ratnasari Dewi di Jakarta. Bangunan yang dirancang khusus oleh Soekarno sebagai tempat samadi adalah pesanggrahan Tenjoresmi di Pelabuhan Ratu dan Gedung Bentoel di Istana Cipanas. Kedua tempat tersebut lazimnya dipergunakan samadi untuk menulis pidato menjelang hari kemerdekaan Indonesia.

c. Pengaruh Budaya Keraton

Poligami lazimnya dilakukan oleh para raja di Jawa denga tujuan mempertahankan keturunanya. Sekalipun penuh kontroversi pada masa itu, rupanya poligami juga

mengilhami diri Soekarno. Perkawinannya dengan dengan beberapa wanita sekaligus setelah pernikahannya dengan Oetari, Inggit, dan Fatmawati, lalu dengan Hartini,

Ratnasari Dewi seta Haryati. Kehadiran Isteri yang lebih dari satu orang, mendorong Soekarno merancang rumah tinggal bagi mereka, karena Soekarno sendiri tetap tinggal di Istana Merdeka dengan putera-puterinya. Soekarno berjanji untuk tidak menempatkan isteri-isterinya di Istana Jakarta. Rancangan rumah bagi isteri-isterinya memiliki desain ‘padu-padan’ gaya Soekarno.

3.

Budaya Multikultural

(15)

Sifat sportif tercermin dalam rancangan Gedung Pola yang bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat melihat secara langsung kegiatan rancang –bangun dari Program Nasional Semesta Berencana 8 Tahun Tahap I (1961-1969) yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1961. Ketika Soekarno menetapkan rumah di Jl.Pegangsaan Timur No. 56 sebagai lokasi Gedung. Pola dan hal itu membuat kontroversi karena merupakan tindakan pembongkaran terhadap situs sejarah Gedung Proklamasi.

4. Jiwa Artis dan Perasaan

a. Jiwa artis sebagai unsur jiwa arsitek.

Untuk menjadi arsitek, seseorang memerlukan daya cipta. Jiwa perasaan dan jiwa artis merupakan bekal mental untuk menjadi arsitek. Meski disisi lain masyarakat awam belum dapat memahami bahwa jiwa perasaan sangat diperlukan. Soekarno sangat mensyukuri jiwa artis dan jiwa perasaan yang melingkupinya tersebut, sekalipun

masyarakat bahkan mencemoohkan sifat keartisan Soekarno.

b. Kegemaran Padu-Padan Gaya

(16)

5.

Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya

a. Inspirasi dari Seni Pewayangan

Kegemaran Soekarno menyaksikan pagelaran wayang kulit berlanjut sejak kanak-kanak hingga Soekarno menjadi Presiden. Rancangan yang terilhami cerita wayang ditemukan di Tugu Pahlawan yang mengambil filosofi senjata Cakra milik Sri Kresna dan Trisula milik Arjuna sebagai konsep perancangan. Ditemukan juga kesesuaian antara rancang atap Temu Gelang yang berupa atap melingkar di kawasan Gelora Bung Karno dengan senjata gelang tokoh Bima yaitu gelang Candrakirana. Nuansa wayang yang lain di kawasan Gelora Bung Karno berupa patung perunggu tokoh Sri Rama.

b. Inspirasi dari Permainan Sirkus

Salah satu kegemaran Soekarno di masa muda yang berkesan di Surabaya adalah menonton sirkus. Sebagai hiburan rakyat sirkus memang sangat menarik. Ketika pembangunan Nasional Semesta Berencan 8 Tahun Tahap Pertama 1961-1969 sedang dipersiapkan blueprint-nya, salah satu rancangan yang diusulkan Soekarno adalah gedung Sirkus Nasional, akan tetapi belum sempat direalisasi.

c. Kegemaran Menonton Film

Film merupakan satu-satunya kegemaran Soekarno sejak usia remaja. Selain sebagai hiburan sekaligus alat revolusi. Melalui film, masyarakat mengetahui

(17)

bawah sadarnya selalu mendorong pikiran sadarnya untuk melakukan keputusan tersebut.

(18)

1926-1945

Periode Murid Sang Profesor

Bung Karno setelah lulus dari Jurusan Sipil

TH-Bandoeng

yang

dibimbing oleh Prof. CP Wolff Schoemaker, untuk lebih

mengasah keterampilan berarsitekturnya beliau magang di biro

arsitek yang dipimpin sang Profesor dan kakaknya, Richard

Schoemaker. Soekarno juga sempat magang sebagai

draftsman

pada Schoemaker di masa kuliahnya. Selama masa magangnya

tersebut Soekarno pun banyak terpengaruh gaya atau

style

arsitektur dari Schoemaker. Schoemaker sendiri selama bekerja

magang pada Frank Lloyd Wright banyak dipengaruhi oleh gaya

Wright, sehingga secara otomatis hal tersebut memberi

pengaruh pada

mentalite

artistik Soekarno yang mengarah ke

gaya Wright.

Gaya arsitektur karya-

karya Soekarno sendiri yaitu gaya ‘padu

-padan’ bentuk atap gaya Eropa, ornamen inka

-

maya serta ‘tata

azas’ terhadap kaidah trinitas arsitektur

Marcus Vitrovius Pollio

(

firmitas, utiiitas, venustas

).

Gaya ‘Padu

-

Padan’ Bentuk Atap Gaya Eropa

Gaya ‘padu

-

padan’ milik Soekarno ini adalah hasil kreasi

Soekarno terhadap bentukan atap yang dikombinasikan

dari beberapa model atap sekaligus. Jika dilihat dari

(19)

Model atap

Mansard

sering dikombinasikan dengan

Dormer Windows

gaya Denmark. Soekarno juga suka

menggunakan ‘hiasan kemuncak atap’ yang ada pada

atap

gaya

Hipped Roof

, yang kemudian menjadi penanda dari

karya Soekarno yang disebut sebagai ‘

gada-gada

’, sebuah

perwujudan dari

lingga-yoni

.

Ornamen Inka-Maya

Pengaruh dari Schoemaker yang membawa gaya ornamen

organik dari gaya Wright berupa motif Inka-Maya, juga

memengaruhi

mentalite

artistik Soekarno. Ornamen

tersebut dapat ditemukan di kepala pilar yang berbentuk

segi empat di karya-

karya hasil ‘padu

-

padan’ Soekarno.

‘Taat Azas’

Soekarno digambarkan sebagai seorang yang sangat taat azas terhadap kaidah-kaidah formal arsitektur.

(20)

Selain dari gaya Wright, ciri dari karya Soekarno ada pula yang

berasal dari kebiasaannya, contohnya kebiasaan

samadi

Soekarno. Beliau biasa melakukan aktivitas

samadi

, semacam

kegiatan yang dilakukan untuk

mencari ketenangan batin, di dalam

sebuah ruangan tertutup ataupun

terbuka. Hal ini tercermin pada karya

arsitekturalnya dimana dapat

ditemukan kecenderungan adanya

ruang khusus untuk kegiatan

tersebut pada hampir seluruh

rancangan rumah tinggal pribadinya.

Pada periode 1926-1945 ini

termasuk juga ketika Soekarno

dalam pembuangan di Ende dan

Bengkulu. Di Bengkulu Soekarno

sempat melakukan renovasi Masjid Jamik Bengkulu. Pada kepala

pilar Masjid Jamik Bengkulu terdapat ukiran ornamen yang sama

dengan masjid di Jl. Suniaraja, Bandung. Hal ini menunjukkan

bahwa Soekarno memiliki jati diri seorang perancang yang

memiliki

style

atau gaya tersendiri.

(21)

Berikut beberapa karya Soekarno selama periode 1926-1945 :

1.

Rumah di Jl. Gatot Subroto, Bandung

(22)

3.

Toko Roti

Red Tulip

di Jl. Gatot Subroto, Bandung

(23)

5.

Rumah di Jl. Pungkur

6.

Rumah di Jl. Dewi Sartika

7.

Rumah di Jl. Palasari

8.

Rumah di Jl. Pasir Koja

(24)

Jika dilihat dari beberapa karya Soekarno diatas, terdapat benang

merah berupa

style

atau gaya ‘padu

-

padan’ Soekarno. Hal

tersebut ditandai dengan adanya :

1.

Atap

mansard

tunggal atau ganda dengan jendela atap

dormer windows

2.

Hiasan kemuncak atap yang menyerupai

gada-gada

3.

Penggunaan ventilasi alami melalui lubang ventilasi silang

4.

Pilar berbentuk persegi dengan kepala pilar yang dihiasi

ornamen Inka-Maya

5.

Detail kaca patri (

stained glass

) pada jendela, pintu

maupun plafon

(25)

STUDI KASUS

Toko Roti

Red Tulip

Bangunan ini terletak di Jl. Gatot Subroto, Bandung. Bangunan ini

berfungsi sebagai sebuah toko roti. Bangunan ini merncerminkan

gaya arsitektur Ssoekarno. Dilihat dari bentuk atapnya yang

berupa hasil ‘padu

-

padan’ atap bersusun dengan hiasan

kemuncak atap yang biasa ada di atap gaya

Hipped Roof

.

(26)

1945 - 1959,

Periode Sang Padma Sang Arsitek

Pada tahun 1949, Soekarno merancang karya arsitektur

pertamanya sebagai Presiden yaitu berupa tiang bendera beton

dengan ornamen

padma

untuk istana merdeka. Pengakuan

tersebut diungkapkan pada tahun 1966.

Saya itu dulu waktu ke Jakarta akhir tahun 1949,

the first

thing I did

, permulaan awal 1950, saya suruh apa ? Bikin tiang

bendera dari beton di muka Istana Merdeka. Ya, saudara lihat itu

tiang bendera di muka Istana Merdeka itu.

That was the first thing

I did

. Nah, tiap hari tulisan di surat kabar pedoman dari PSI, lihat

Bung Karno, lihat Presiden kita ini, belum apa-apa sudah

kemegahan tiang bendera.

Periode 1945-1959, metalite artistik Soekarno ditandai

oleh kegandrungan pada eksplorasi budaya negeri sendiri.

Pencarian bentuk-bentuk khas Indonesia diungkapkan ke dalam

karya arsitektur secara mengenasankan. Meskipun masih

(27)

Proses artistik Soekarno diperoleh melalui perenungan

intensif yang diilhami oleh kebesaran Monumen Borobudur,

Monumen Prambanan, dan semangat kepahlawanan Pangeran

Diponegoro. Ditemukan sejumlah elemen arsitektur berbentuk

padma yang biasa ada terpahat pada relief Candi Prambanan

ataupun padmasana Boddisatva yang diadopsi sebagai bagian dari

desain arsitektur maupun interior. Padma terdapat sebagai

ornamen pada kepala pilar, kolam teratai, ornamen tiang bendera,

aksen furnitur, lukisan serta relief atau pahatan dinding. Artefak

padma menjadi elemen yang dominan pada periode 1945-1959

ini.

Dalam pemilihan material bangunan, Soekarno memilih

material khas Indonesia seperti kayu jati, rotan, pualam mulai

banyak digunakan.

Ornamen Organik Padma pada Rancangan Interior Furnitur.

Pada sekitar tahun 1950, Soekarno merenovasi Istana

Jakarta dan Bogor secara bertahap. Disanalah ditemukan

rancangan interior furnitur karya Soekarno yang ditemukan

berupa seperangkat perabot interior dengan aksen padma.

Furnitur rancangan Soekarno yang ditemukan bergaya

artdeco

(28)

Arsitektur ‘Padu

-

Padan’ Atap Limasan dan Ornamen Padma.

Pada bagian ‘kepala’ atau atap, dipilih atap

limasan

, yaitu

atap tradisional Jawa yang menyerupai bentuk atap

hipped

roof

atau bentuk atap khas Eropa yang sering dirujuk

Soekarno pada periode 1926-1945. Akan tetapi terdapat

perubahan, Soekarno memilih penutup atap dari kayu

sirap

.

Hiasan kemuncak atap yang telah menjadi style rancangan

Soekarno yang semula menyerupai gada-gada dan

merupakan gada-gada dan merupakan ciri khas karyanya

di Bandung dan Bengkulu, digantikan oleh bentuk-bentuk

yang menyerupai tajug sebagai modifikasi dari bentuk

meru. Secara fungsional bentuk tersebut berfungsi sebagai

dudukan penangkal petir, akan tetapi lebih jauh lagi,

hiasan kemuncak atap itu memiliki makna tertentu.

Pada bagian ‘badan’ bangunan berupa pilar, dirancang

(29)

kepala pilar diberi ornamen organik Inka-Maya maka pada

periode ini digantikan oleh ornamen organik padma.

Pada wujud ‘kaki’ dirancang berupa penurunan lantai

(30)

Ciri khas yang menandai periode bernafaskan nasionalisme ini

ditandai antara lain dengan hal-hal berikut ini :

a.

Penggunaan ornamen organik berupa padma pada kepala

pilar dan furnitur

b.

Selalu terdapat ruang samadi/tafakur dan ruang film

c.

Terdapat kolam teratai dan tanaman monumental sebagai

lanskap

d.

Atap limasan menggantikan atap mansand

e.

Hiasan kemuncak atap menyerupai tajuk/ meru

f.

Ventilasi silang dan alami

g.

Pilar polos segi empat, terdiri dengan bagian

kaki-badan-kepala

h.

Relief dan ukir banyak digunakan

i.

Material yang alami

Tata Ruang Kota

(31)

Masih dalam periode ini, banyak ditemukan tugu monumental

sebagai bagian dari tata ruang kota yaitu :

1.

Tugu Proklamasi di Jakarta

2.

Tugu Muda di Semarang

3.

Tugu Alun-alun Bunder di Malang

4.

Tugu Pahlawan di Surabaya

5.

Tugu Monas di Jakarta.

6.

Desain-desain tugu monumental yang dirancang Soekarno

memiliki kekhasan, yaitu menyerupai bentuk

phallus

atau obelisk,

ada yang menyerupai lilin, obor atau paku dudur. Ide bentuk

phallus tersebut merupakan eksplorasi desain Soekarno berupa

(32)

phallus

untuk monumen merupakan eksplorasi dari budaya Hindu

yang di Candi Sukuh berupa bentuk

lingga-yoni

, yaitu lambang alat

reproduksi laki-laki dan perempuan, terwujud dalam rancangan

Tugu Monas. Dalam ranah desain, eksplorasi terhadap budaya

silam tersebut disebut eksplorasi misteri budaya tak tersentuh.

PERIODE 1959-1965 PERIODE SANG

ARSITEK MAESTRO

Mentalite artistik Soekarno mencapai puncak kematangan setelah berhasil digelarnya Pemilu pertama pada bulan September 1955. Sebulan sebelumnya, kematangan rohaniah juga diperoleh Soekarno dengan berhajike Tanah Suci pada bulan Juli 1955.

Menurut saksi sejarah, Ketika Soekarno menunaikan ibadah haji, Soekarno tidak pernah melewatkan perhatiannya terhadap konsidi Masjid Al-Haram di Mekkah. Sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak untuk memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Sehingga Pemerintah Arab Saudi kemudian merenovasi Masjid Al-Haram secara besar-besaran yang dilakanakan pada tahun 1966.

Ketika menjabat sebagai Presiden Indonesia, Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Mancanegara yang sangat panjang terhitung dari taggal 4 Mei 1956 hingga 7 Juli 1956. Kunjungan ini dimulai dari Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss.

(33)

yang sangat mengesankan tersebut mempengaruhi proses artistik kreatif pada diri Soekarno.

Seiring berjalannya waktu dengan kepergiannya ke luar negeri, di Indonesia telah terjadi ketegangan-ketegangan politik. Pergolakan politik di tanah air yang dikhawatirkan dapat memicu retaknya persatuan nasional, akhirnya menyebabkan Soekarno justru mengambil sikap politik yang tegas yaitu mencanangkan proyek nation and character building melalui berbagai bidang.

Proses kreatif yang berkecamuk dalam mentalite Soekarno ketika itu dapat dipahami. Di satu sisi terdorong untuk menata negara secara holistik, di sisi yang lain, kebutuhan untuk dapat diperhitungkan sebagai negara yang baru merdeka namun mampu tampil di dunia internasional melalui karya arsitektur merupakan sesuatu yang tidak mudah.

Momentum yang memberi peluang kepada Soekarno untuk dapat merealisasikan karya arsitektur yang megah dan menjadi national pride terjadi ketika Indonesia disetujui sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Game ke IV. Meskipun sebagai konsekuensinya Indonesia harus menyiapkan sport venues bertaraf international sebagai yang disyaratkan oleh Komite Asian Games. Justru inilah yang sangat ditunggu oleh Soekarno, untuk dapat menata ‘Wajah Muka Indonesia’, begitu istilah Soekarno untuk memetaforakan kota Jakarta sebagai representasi wajah Indonesia.

(34)

1. Gedung Gelora Bung Karno, Jakarta 2. Hotel Indonesia Group

a. Hotel Indonesia, Jakarta b. Hotel Samudra Beach

c. Hotel Ambarukmo, Yogyakarta d. Hotel Bali Beach, Denpasar 3. Wisma Nusantara, Jakarta

4. Gedung Toserba Sarinah, Jakarta 5. Gedung Conefo, Jakarta

6. Masjid Istiqlal

7. Gedung Graha Purna Yudha

8. Rumah Sakit di Rawamangun, Jakarta 9. Gedung PMI, Jakarta

10. Gedung Planetarium 11. Gedung Herbarium, Bogor

Kota Jakarta Sebagai Muara Artistik

Rancangan tata kota Metropolitan Jakarta pada tahun 1962 menyerupai kota tempat mermuaranya artefak artistik kota. Bangunan unik, indah, megah berpadu dengan patung skala kota sebagai tengaran kota.

(35)

1. Patung Selamat Datang

2. Patung Pahlawan Diponegoro 3. Patung Tani

(36)

5. Patung Dirgantara

Patung skala kota yang dirancang pada periode 1959-1965 ini, dapat dikatakan rancang patung aliran ‘realis’ dengan artian yaitu patung yang ‘berwujud manusia’ sebagai sosok tiga dimensional dengan karakter yang disesuaikan dengan misi tertentu.

Patung-patung tersebut verhasil divisualisasikan oleh seniman atau pematung yang bernama Edhie Soenarso dan pematung dari Uni Soviet, Menizer dan puteranya seorang arsitek yang bernama Roshin, yang juga mempersiapkan patung Pahlawan di Menteng Prapatan Jakarta.

(37)

a. Pengaruh arsitektur International Style

b. Visi arsitektur kota dunia

c. Membangun landmark kota berupa patung skala kota gaya realis d. Selalu terdapat desain ruang film disetiap bangunan

e. Terdapat atap bangunan yang selalu unik dengan teknologi mutakhir pada zamannya (seperti konstruksi kubah, lipat, temu gelang, sebagai point of interest)

f. Atap limasan, hiasan kemuncak atap dan ventilasi silang dipertahankan untuk bangunan rendah

g. Beragam ornamen interior bernuansa Indonesia

h. Penggunaan material alami yang awet 1000 tahun (seperti beton dan marmer)

Kajian estetis arsitektural pada periode Sang Arsitek Maestro dapat dipresentasikan mentalite Soekarno yang sangat padat dengan berbagai gagasan. Konsep ‘padu-padan’ gaya masih merupakan main frame arsitekturalnya, namun periode ini seakan-akan semua gaya arsitektural ingin deterapkan dalam satu bangunan.

Contoh dari arsitektur yang mewakili pengertian architecture as art an craft, mencitrakan bangunan modern bergaya International Style

sebagai suatu muara artefak artistik. Hal ini deikarenakan bangunan tersebut menjadi tempat bertemunya semua obyek seni. Terdapat beragam motif, media/material, beragam gaya, beragam kultur sserta beragam warna, seperti layaknya sebuah taman sari, bunga beraneka rupa yang dapat ditemukan.

(38)

1. Bentuknya skluptural yang berarti bentuk yang seperti pahatan.

2. Monumental yang dibentuk dengan suatu bentuk massa yang padat dan berat. Para arsitek pada masa itu menunjukkan monumentalisnya bangunan dengan menggunakan ekspresi dari bentuk beton, atau dengan mengkontraskan beton tertutup dengan tampilan baja dan kaca pada penyelesaian eksterior.

Perbedaan dari periode ini dengan periode sebelum-sebelumnya yaitu pada periode ini terjadi eksplorasi besar-besaran terhadap kekayaan budaya yang ditampilkan, namun sulit untuk dikatakan terciptanya citra harmoni dari keberagaman artefak tersebut. Karya –karya Soekarno pada masa itu :

a. Hotel Indonesia

Hotel Indonesia pertama kali dirancang bermula dari kunjungan Soekarno ke Gedung Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Kala itu perancangan Hotel Indonesia juga dibantu oleh Abel Sorenson, arsitek yang merancang Gedung Pusat PBB.

Hotel Indonesia adalah hotel berbintang lima pertama di Asia Tenggara yang menjadi saksi adanya perkembangan bangsa Indonesia dan gerakan politik presiden Soekarno.

(39)

Pada Hotel Indonesia juga kita dapat menjumpai sebuah arca Wisnu dengan Garuda-nya dari batu candi berwarna hitam pada bagian lobby hotel. Lokasi dari Hotel Indonesia itu sendiri beralamatkan di di Jalan MH. Thamrin No. 1, Jakarta Massing bangunan yang memperlihatkan penggunaan bentukan balok yang kaku dan kokoh.

Sebagai bangunan Tropis, bangunan ini memperlihatkan system sunshading yang cukup dominan dan membentuk fasade dan memunculkan dominasi garis horizontal pada sisi bagian persegi yang memanjang secara horizontal.

(40)

Kini Hotel Indonesia telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemda DKI dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tanggal 29 Maret 1993.

b. Hotel Samudera Beach

Hotel Samudra Beach terdapat di tepi pantai Laut Selatan Pulau Jawa.

Pada Hotel Samudra Beach, terdapat relief dari batu paras

berwarna putih yang bertema kehidupan masyarakat Indonesia sebagai penutup dinding yang tepat berada diatas kolam.

Hotel Samudra Beach juga memiliki gaya interior yang sama. Pada bagian dinning area, terlihat karya seni mozaik

multicolour bertema kehidupan masyarakat Indonesia pada sepanjang dinding ruangan. Kemuadian pada bagian coffee shop, terdapat ukiran kayu jati yang menutup seluruh dinding.

c. Gelora Bung Karno (Gelora Senayan)

(41)

Proyek ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah Negara yang mandiri dan bangunan ini dibangun untuk penyelenggaraan Asian Games IV pada tahun 1962. Soekarno membuat gebrakan dengan membangun stadion ini dengan megah, dan monumental. Pada saat itu stadion ini merupakan stadion terbesar di asia dan satu-satunya yang mempunyai atap unik yaitu atap temu gelang.

Bangunan ini menampilkan system struktur yang mengekspos kolom dan balok yang memilikinya. Bila struktur di tonjolkan, berarti bangunan tersebut menampilkan garis struktur tegak dan datar sehinggal kesan bangunan menjadi kokoh.

(42)

Etik dan Estetik Karya Soekarno

Konsep Etik Arsitek: Pro Bono Publico

 Berdasarkan pengamatan selama periode 1926--1965, diketahui bahwa rancangan Soekarno didominasi tipologi bangunan fasilitas umum yang menekankan pada tingkat kreativitas perancangan yang tinggi.

 Soekarno memiliki mentalite open mind terhadap keunggulan teknisi dan arsitek mancanegara, sehingga didapatkan etos kerja dan persaingan yang sehat antara arsitek-arsitek lokal dan mancanegara dalam proyek arsitektur.

 Soekarno bersikap sangat kritis dalam menentukan rancangan, mengharuskan unik dan megah namun tetap sesuai dengan dengan kebangsaan karena Ia meyakini bahwa ruang dan wadah merupakan unsur penting dalam membangun rasa kebangsaan.  Dalam dunia arsitektur, keberpihakan Soekarno kepada

kepentingan publik terangkum dalam rancangannya selama periode 1926--1965 berupa masjid, taman, monumen dan sebagainya.

Konsep Estetik Memberi Warna Jiwa Zaman

 Mentalite artistik Soekarno mendorong terciptanya karya-karya arsitektur yang penuh dengan filosofi yang berasal dari eksplorasi kekayaan budaya negeri sendiri yang bertujuan untuk kebanggaan nasional.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu. 2005

https://ariesaksono.wordpress.com/2008/.../patung-pembebasan-irian-barat

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2331/Pembebasan-Irian-Jaya-Monumen

http://pembuat-patung.blogspot.co.id/2014/09/data-sejarah-pembuatan-patung.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional

http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Jawa-Timur/Tokoh/Soekarno-Sang-Presiden-dan-Insinyur http://economy.okezone.com/read/2013/08/17/471/850962/soekarno -di-balik-pembangunan-hotel-indonesia

https://arsitekturbicara.wordpress.com/2012/06/02/hotel-indonesia-dan-gedung-dprmpr-ri-pergolakan-politik-era-60-an-di-jakarta/ http://blackfiles.mywapblog.com/mengenang-conefo-project-gedung-yang-seh.xhtml

Referensi

Dokumen terkait

menghasilkan suatu karya seni rupa khas jawa khususnya Surakarta. 3) Merencanakan dan merancang sebuah bangunan bergaya khas tradisional. jawa khususnya Surakarta. 4) Merencanakan

Pada umumnya arsitektur masjid di Jawa kebanyakan adalah masjid tipe tradisional dengan atap tumpang dengan bentuk seperti kerucut, mempunyai mihrab, dan beberapa masjid

Tetapi tidak sedikit juga masjid modern yang mengambil bentuk-bentuk masjid pada awalnya (tradisional), yaitu atap susun tumpang dua seperti Masjid Pondok Indah atau

Proyek membutuhkan desain yang sesuai dengan arsitektur tradisional khas daerah Lombok yakni rumah adat Bale Lumbung dan Bale Tani dari suku Sasak.. Dalam menjalankan

Arsitektur terminal Bandar udara Soekarno-Hatta merupakan penggabungan dari elemen-elemen arsitektur lokal dan tropis dimana arsitektur lokalnya dapat terlihat pada desain

Dari bentuk bangunan klenteng dapat terlihat arsitektur bergaya Cina dengan ciri khas bagian atap jenis pelana dan ekor wallet dengan ujung melengkung keatas, demikian pula

Dari bentuk bangunan klenteng dapat terlihat arsitektur bergaya Cina dengan ciri khas bagian atap jenis pelana dan ekor wallet dengan ujung melengkung keatas, demikian pula

Penerapan yang digunakan pada tema Arsitektur Tropis adalah penggunaan atap miring yang dapat dilihat dari bentuk atap bangunan penerima, kantor, restauran, konservatori, dan