DAFTAR ISI
Daftar Isi ... 1
Biografi Ir. Soekarno ... 2
Mentalite Soekarno ... 9
Periode Murid sang Profesor ... 17
Periode Sang Padma Sang Arsitek ... 25
Periode Sang Arsitek Soekarno ... 31
Etik dan Estetik Karya Soekarno ... 41
Daftar Pustaka ... 42
ANGGOTA KELOMPOK
ADITA RONARIZKIA 145060501111034
APRILIA P. RISKI 145060501111002
FIKRAN HADINATA 145060507111021
JANITRA ERLANGGA 145060501111041
NADIRA NUSWANTORO 145060500111009
NURRAHMAN 145060500111001
TAHUN AKADEMIK
BIOGRAFI Ir. SOEKARNO
Ir. Soekarno adalah presiden pertama bangsa Indonesia pada periode (1945-1966). Ia memerankan peran penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Salah satunya memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 bersama Mohammad Hatta.
Ir. Soekarno dilahirkan dengan nama Koesno Sosrodiharjo pada 6 juni 1901 di Surabaya, sebagai putra dari Raden Soekemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ibunda Soekarno merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan Ayahnya merupakan keturunan bangsawan dari Jawa yaitu Raden Hardjokromo. Soekarno kecil tinggal bersama kakeknya Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur, kemudian pindah ke Mojokerto bersama ayahnya yang bekerja sebagai guru disana.
karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa". Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo.
Selepas menyelesaikan pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan jurusan teknik sipil, pada tahun 1926 Soekarno mendirikan biro insinyur bersama Ir. Anwari, kemudian banyak merancang bangunan-bangunan. Selanjutnya, bersama Ir. Rooseno juga merancang rumah-rumah tinggal dan berbagai jenis bangunan lainnya. Sampai pada tahun 1938 tepatnya pada tanggal 14 februari, Ir. Soekarno dibuang ke Bengkulu oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ketika dibuang ke Bengkulu, Ir. Soekarno menyempatkan merancang beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di tengah kota.
semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka. Perjalanan tersebut banyak mmenginspirasi Ir. Soekarno dalam mencetuskan ide-ide dalam pembangunan Indonesia.
Dalam “biografi Presiden Soekarno” yang ditulis oleh Cindy Adams, disebutkan jika Soekarno memang sangat fokus untuk membangun citra RI di mata dunia. Hal ini dibuktikan dengan gebrakan Ir.Soekarno dalam “Proyek Mercusuar” pada 1957, masa pemerintahan Soekarno.
Proyek Mercusuar adalah, proyek yang bertujuan mengembangkan identitas penanda serta menjadi kebanggaan bagi masyarakat yang terdapat di dalam suatu negara atau wilayah.
Berikut adalah beberapa bangunan yang termasuk dalam proyek mercusuar :
Gedung CONEFO
besar ini dibangun dalam jangka waktu 17 bulan, pembangunannya juga terhambat oleh karena berlangsungnya peristiwa G30S/PKI.
Gelora Bung Karno
Gelora Bung Karno atau yang dahulu disebut Gelora Senayan ini menjadi tempat dilaksanakannya GANEFO. Jika anda pikir bahwa Gelora Bung Karno ini bangunan yang besar, tentu anda juga pasti berpikir berapa lama waktu dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Pasti benar-benar lama. Tidak pada kenyataanya. Gelora Bung Karno
Hotel Indonesia
Hotel Indonesia dibangun sebagai tempat menginap tamu-tamu negara. Diresmikan oleh Soekarno pada tanggal 5 Agustus 1962 untuk menyambut ajang GANEFO yang akan segera diadakan di Jakarta. Dirancang oleh Abel Sorensen dan Istrinya yang berasal dari Amerika Serikat. Menempati lahan seluas 25.082 meter persegi dan memiliki slogan "A Dramatic Symbol of Free Nations Working Together".
Masjid Istiqlal
Masjid ini juga merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara yang dirancang oleh Arsitek asli Indonesia yaitu Friedrich Silaban.
Patung Selamat Datang
Patung setinggi 7 meter ini berdiri menghadap timur atau arah Bandar Udara Kemayoran yang kini landasan pacunya adalah jalan raya untuk masuk ke Jakarta International Expo (J.I. Expo) tempat diadakannya Jakarta Fair. Tujuan dibangun patung ini adalah untuk menyambut tamu yang datang dari arah Bandar Udara Kemayoran, terutama tamu negara GANEFO.
Proyek ini sempat menimbulkan pro dan kontra sebab proyek besar ini membutuhkan biaya yang juga besar. Bahkan, proyek ini menghasilkan inflasi dalam jumlah yang sangat signifikan, 600%. Meskipun demikian, proyek Ir.Soekarno ini kini menjadi ciri dan kebanggan Indonesia yang bertahan hingga sekarang.
Mentalite Soekarno
Berbagai pengalaman masa muda Soekarno yang telah mengendap (bank data) berpotensi sebagai ‘sumber ilham’ yang mampu mendorongnya melakukan tindakan merancang.
Khasanah mentalite artistik Soekarno dibedakan menjadi lima kelompok yaitu :
1. Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda 2. Pengaruh Budaya Jawa
3. Budaya Multikultural 4. Jiwa Artis dan Perasaan
5. Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya.
1.
Pengalaman dan Kebiasaan di Usia Muda
a. Timangan dari Orang Tua
Orang tua soekarno yang selalu memberi pujian dan harapan agar Soekarno menjadi pahlawan pembuka zaman kegelapan sehingga membentuk Soekarno memiliki sikap mental pemimpin, percaya diri dan berani tampil
menonjol.
Hal ini dirasakan di desain dari beberapa karya soekarno yang bermasa tunggal yang berskala monumental, seperti Tugu Proklamasi Jakarta, Tugu Muda Semarang, Tugu Alun-Alun Bunder Malang, Tugu Pahlawan Surabaya, dan Tugu Monas Jakarta. Makna yang tersirat adalah fungsinya sebagai pusat orientasi yang berperan ‘memimpin massa bangunan lain yang disekitarnya.
b. Kecintaan terhadap Unsur Air
Unsur air merupakan refleksi kenangan masa kanak-kanaknya yang sering bermain di sungai berantas, Surabaya. Di setiap Soekarno membangun bangunan rumah tinggal, beliau akan menentukan lokasi yang berdekatan dengan sungai. Apabila tidak diketemukan di dekat sungai, maka didalam ranvangannya selalu
ditemukan kolam.
Bangunan yang berada disekitar sungai antara lain Hing Puri Bima Sakti, Srihana-Srihani Bogor, Istana Tampak Siring, Masjid Istiqlal, Hotel Indonesia Group. Sedangkan kolam air yang berisi teratai ditemukan di Istana
Yogyakarta, Istana Bogor, Wisma Yaso, Makam Pahlawan Kalibata, Air Mancur Bundaran Hotel Indonesia, dll. c. Menolak Nuansa Kolonialisme
Konsistensi Soekarno terhadap anti kolonialisme dan non-kooperatif juga tercermin pada rancangannya. Soekarno ‘menolak arsitektur bernuansa kolonial’ dengan
‘meniadakan’ desain tiang-tiang Yunani bergaya Ionia, Doria, dan Korintia. Dan juga ‘menolak’ gaya arsitektur
Amsterdam Style.
Wijayakusuma, semula bernama Wilhelmina park, pada tanggal 21 Mei 1961 telah dibongkar karena telah dipilih sebagai lokasi untuk membangun monumen baru, yaitu Masjid Istiqlal.
d. Romantisme terhadap Negara dan Bangsa Indonesia Kecintaan Soekarno terhadap Indonesia cenderung mengharapkan memberikan sesuatu yang lebih baik dengan cara mempermegah eksistensi Sang Merah Putih. Salah satu karya arsitektur yang mengekspresikan
romantisme terhadap bangsa Indonesia pada puncaknya adalah rancangan Tugu Monas. Awalnya rancangan tugu Nasional disayembarakan kepada para arsitek. Akan tetapi tidak diperoleh rancangan yang memuaskan Soekarno. Akhirnya, desain tugu Nasional dirancang sendiri oleh Soekarno dengan bantuan arsitek istana, R.M. Sudarsono. Puncak Tugu dirancang pada ketinggian 132 m sebagai simbol kemerdekaan bangsa Indonesia dan dirancang sebagai ‘tempat terhormat’ untuk menyimpan bendera Sang Saka Merah Putih.
e. Kemegahan Budaya Jawa Kuno
Warisan arsitektur Budaya Jawa berupa candi Budha-Hindu sangat mengesankan Soekarno. Monumen candi
menjadi yang terbesar di Asia Tenggara yang tahan 3000 tahun.
f. Pemuda-Pemudi sebagai Tunas Bangsa
Ketika Soekarno mengunjungi Soviet pada tahun 1956 dan menengok Istana Pionir yang menjadi sarana untuk mengembangkan bakat angkatan muda Soviet di kota Swerdlowsk, Moskow, ia menuliskan dalam Buku Kesan, bahwa ia ingin membangun istana seperti Istana
Swerdlowsk bagi anak-anak Indonesia. Di indonesia
kemudian dibangunnlah Istana Pramuka. Gedung itu ada di Jakarta dan dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, tetapi baru terealisasi ketika Soekarno wafat.
2.
Pengaruh Budaya Jawa
a. Budaya Mistik Jawa
Soekarno sangat terpengaruh pada hal-hal yang berkaitan dengan Mistik Jawa. Budaya Mistik Jawa mempercayai bahwa hidup di Dunia ini terkoordinir dengan kejadian-kejadian kosmis dan manusia hanyalah suatu bidak di tangan kekuatan-kekuatan kosmis itu. Kehidupan di dunia ini tak lain hanyalah bayangan cermin dari apa yang terjadi di alam aduniawi. Untuk memahaminya maka
dipergunakan primbon dan petungan. b. Kebiasaan Samadi
samadi Soekarno ternyata sudah berlangsung sejak Soekarno tinggal di Jl. Pegangsaan timur 56, Jakarta. Fatmawati menceritakan adanya sebuah ruang khusus untuk samadi atau tafakur/sembahyang. Demikian juga yang ditemukan di rumah pribadinya Hing Puri Bima Sakti, di rumah Hartini di Srihana-Srihani Bogor, serta di Wisma Yaso yang menjadi rumah Ratnasari Dewi di Jakarta. Bangunan yang dirancang khusus oleh Soekarno sebagai tempat samadi adalah pesanggrahan Tenjoresmi di Pelabuhan Ratu dan Gedung Bentoel di Istana Cipanas. Kedua tempat tersebut lazimnya dipergunakan samadi untuk menulis pidato menjelang hari kemerdekaan Indonesia.
c. Pengaruh Budaya Keraton
Poligami lazimnya dilakukan oleh para raja di Jawa denga tujuan mempertahankan keturunanya. Sekalipun penuh kontroversi pada masa itu, rupanya poligami juga
mengilhami diri Soekarno. Perkawinannya dengan dengan beberapa wanita sekaligus setelah pernikahannya dengan Oetari, Inggit, dan Fatmawati, lalu dengan Hartini,
Ratnasari Dewi seta Haryati. Kehadiran Isteri yang lebih dari satu orang, mendorong Soekarno merancang rumah tinggal bagi mereka, karena Soekarno sendiri tetap tinggal di Istana Merdeka dengan putera-puterinya. Soekarno berjanji untuk tidak menempatkan isteri-isterinya di Istana Jakarta. Rancangan rumah bagi isteri-isterinya memiliki desain ‘padu-padan’ gaya Soekarno.
3.
Budaya Multikultural
Sifat sportif tercermin dalam rancangan Gedung Pola yang bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat melihat secara langsung kegiatan rancang –bangun dari Program Nasional Semesta Berencana 8 Tahun Tahap I (1961-1969) yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1961. Ketika Soekarno menetapkan rumah di Jl.Pegangsaan Timur No. 56 sebagai lokasi Gedung. Pola dan hal itu membuat kontroversi karena merupakan tindakan pembongkaran terhadap situs sejarah Gedung Proklamasi.
4. Jiwa Artis dan Perasaan
a. Jiwa artis sebagai unsur jiwa arsitek.
Untuk menjadi arsitek, seseorang memerlukan daya cipta. Jiwa perasaan dan jiwa artis merupakan bekal mental untuk menjadi arsitek. Meski disisi lain masyarakat awam belum dapat memahami bahwa jiwa perasaan sangat diperlukan. Soekarno sangat mensyukuri jiwa artis dan jiwa perasaan yang melingkupinya tersebut, sekalipun
masyarakat bahkan mencemoohkan sifat keartisan Soekarno.
b. Kegemaran Padu-Padan Gaya
5.
Bakat dan Ketajaman Visual yang Dimilikinya
a. Inspirasi dari Seni Pewayangan
Kegemaran Soekarno menyaksikan pagelaran wayang kulit berlanjut sejak kanak-kanak hingga Soekarno menjadi Presiden. Rancangan yang terilhami cerita wayang ditemukan di Tugu Pahlawan yang mengambil filosofi senjata Cakra milik Sri Kresna dan Trisula milik Arjuna sebagai konsep perancangan. Ditemukan juga kesesuaian antara rancang atap Temu Gelang yang berupa atap melingkar di kawasan Gelora Bung Karno dengan senjata gelang tokoh Bima yaitu gelang Candrakirana. Nuansa wayang yang lain di kawasan Gelora Bung Karno berupa patung perunggu tokoh Sri Rama.
b. Inspirasi dari Permainan Sirkus
Salah satu kegemaran Soekarno di masa muda yang berkesan di Surabaya adalah menonton sirkus. Sebagai hiburan rakyat sirkus memang sangat menarik. Ketika pembangunan Nasional Semesta Berencan 8 Tahun Tahap Pertama 1961-1969 sedang dipersiapkan blueprint-nya, salah satu rancangan yang diusulkan Soekarno adalah gedung Sirkus Nasional, akan tetapi belum sempat direalisasi.
c. Kegemaran Menonton Film
Film merupakan satu-satunya kegemaran Soekarno sejak usia remaja. Selain sebagai hiburan sekaligus alat revolusi. Melalui film, masyarakat mengetahui
bawah sadarnya selalu mendorong pikiran sadarnya untuk melakukan keputusan tersebut.
1926-1945
Periode Murid Sang Profesor
Bung Karno setelah lulus dari Jurusan Sipil
TH-Bandoeng
yang
dibimbing oleh Prof. CP Wolff Schoemaker, untuk lebih
mengasah keterampilan berarsitekturnya beliau magang di biro
arsitek yang dipimpin sang Profesor dan kakaknya, Richard
Schoemaker. Soekarno juga sempat magang sebagai
draftsman
pada Schoemaker di masa kuliahnya. Selama masa magangnya
tersebut Soekarno pun banyak terpengaruh gaya atau
style
arsitektur dari Schoemaker. Schoemaker sendiri selama bekerja
magang pada Frank Lloyd Wright banyak dipengaruhi oleh gaya
Wright, sehingga secara otomatis hal tersebut memberi
pengaruh pada
mentalite
artistik Soekarno yang mengarah ke
gaya Wright.
Gaya arsitektur karya-
karya Soekarno sendiri yaitu gaya ‘padu
-padan’ bentuk atap gaya Eropa, ornamen inka
-
maya serta ‘tata
azas’ terhadap kaidah trinitas arsitektur
Marcus Vitrovius Pollio
(
firmitas, utiiitas, venustas
).
Gaya ‘Padu
-
Padan’ Bentuk Atap Gaya Eropa
Gaya ‘padu
-
padan’ milik Soekarno ini adalah hasil kreasi
Soekarno terhadap bentukan atap yang dikombinasikan
dari beberapa model atap sekaligus. Jika dilihat dari
Model atap
Mansard
sering dikombinasikan dengan
Dormer Windows
gaya Denmark. Soekarno juga suka
menggunakan ‘hiasan kemuncak atap’ yang ada pada
atap
gaya
Hipped Roof
, yang kemudian menjadi penanda dari
karya Soekarno yang disebut sebagai ‘
gada-gada
’, sebuah
perwujudan dari
lingga-yoni
.
Ornamen Inka-Maya
Pengaruh dari Schoemaker yang membawa gaya ornamen
organik dari gaya Wright berupa motif Inka-Maya, juga
memengaruhi
mentalite
artistik Soekarno. Ornamen
tersebut dapat ditemukan di kepala pilar yang berbentuk
segi empat di karya-
karya hasil ‘padu
-
padan’ Soekarno.
‘Taat Azas’
Soekarno digambarkan sebagai seorang yang sangat taat azas terhadap kaidah-kaidah formal arsitektur.
Selain dari gaya Wright, ciri dari karya Soekarno ada pula yang
berasal dari kebiasaannya, contohnya kebiasaan
samadi
Soekarno. Beliau biasa melakukan aktivitas
samadi
, semacam
kegiatan yang dilakukan untuk
mencari ketenangan batin, di dalam
sebuah ruangan tertutup ataupun
terbuka. Hal ini tercermin pada karya
arsitekturalnya dimana dapat
ditemukan kecenderungan adanya
ruang khusus untuk kegiatan
tersebut pada hampir seluruh
rancangan rumah tinggal pribadinya.
Pada periode 1926-1945 ini
termasuk juga ketika Soekarno
dalam pembuangan di Ende dan
Bengkulu. Di Bengkulu Soekarno
sempat melakukan renovasi Masjid Jamik Bengkulu. Pada kepala
pilar Masjid Jamik Bengkulu terdapat ukiran ornamen yang sama
dengan masjid di Jl. Suniaraja, Bandung. Hal ini menunjukkan
bahwa Soekarno memiliki jati diri seorang perancang yang
memiliki
style
atau gaya tersendiri.
Berikut beberapa karya Soekarno selama periode 1926-1945 :
1.
Rumah di Jl. Gatot Subroto, Bandung
3.
Toko Roti
Red Tulip
di Jl. Gatot Subroto, Bandung
5.
Rumah di Jl. Pungkur
6.
Rumah di Jl. Dewi Sartika
7.
Rumah di Jl. Palasari
8.
Rumah di Jl. Pasir Koja
Jika dilihat dari beberapa karya Soekarno diatas, terdapat benang
merah berupa
style
atau gaya ‘padu
-
padan’ Soekarno. Hal
tersebut ditandai dengan adanya :
1.
Atap
mansard
tunggal atau ganda dengan jendela atap
dormer windows
2.
Hiasan kemuncak atap yang menyerupai
gada-gada
3.
Penggunaan ventilasi alami melalui lubang ventilasi silang
4.
Pilar berbentuk persegi dengan kepala pilar yang dihiasi
ornamen Inka-Maya
5.
Detail kaca patri (
stained glass
) pada jendela, pintu
maupun plafon
STUDI KASUS
Toko Roti
Red Tulip
Bangunan ini terletak di Jl. Gatot Subroto, Bandung. Bangunan ini
berfungsi sebagai sebuah toko roti. Bangunan ini merncerminkan
gaya arsitektur Ssoekarno. Dilihat dari bentuk atapnya yang
berupa hasil ‘padu
-
padan’ atap bersusun dengan hiasan
kemuncak atap yang biasa ada di atap gaya
Hipped Roof
.
1945 - 1959,
Periode Sang Padma Sang Arsitek
Pada tahun 1949, Soekarno merancang karya arsitektur
pertamanya sebagai Presiden yaitu berupa tiang bendera beton
dengan ornamen
padma
untuk istana merdeka. Pengakuan
tersebut diungkapkan pada tahun 1966.
Saya itu dulu waktu ke Jakarta akhir tahun 1949,
the first
thing I did
, permulaan awal 1950, saya suruh apa ? Bikin tiang
bendera dari beton di muka Istana Merdeka. Ya, saudara lihat itu
tiang bendera di muka Istana Merdeka itu.
That was the first thing
I did
. Nah, tiap hari tulisan di surat kabar pedoman dari PSI, lihat
Bung Karno, lihat Presiden kita ini, belum apa-apa sudah
kemegahan tiang bendera.
Periode 1945-1959, metalite artistik Soekarno ditandai
oleh kegandrungan pada eksplorasi budaya negeri sendiri.
Pencarian bentuk-bentuk khas Indonesia diungkapkan ke dalam
karya arsitektur secara mengenasankan. Meskipun masih
Proses artistik Soekarno diperoleh melalui perenungan
intensif yang diilhami oleh kebesaran Monumen Borobudur,
Monumen Prambanan, dan semangat kepahlawanan Pangeran
Diponegoro. Ditemukan sejumlah elemen arsitektur berbentuk
padma yang biasa ada terpahat pada relief Candi Prambanan
ataupun padmasana Boddisatva yang diadopsi sebagai bagian dari
desain arsitektur maupun interior. Padma terdapat sebagai
ornamen pada kepala pilar, kolam teratai, ornamen tiang bendera,
aksen furnitur, lukisan serta relief atau pahatan dinding. Artefak
padma menjadi elemen yang dominan pada periode 1945-1959
ini.
Dalam pemilihan material bangunan, Soekarno memilih
material khas Indonesia seperti kayu jati, rotan, pualam mulai
banyak digunakan.
Ornamen Organik Padma pada Rancangan Interior Furnitur.
Pada sekitar tahun 1950, Soekarno merenovasi Istana
Jakarta dan Bogor secara bertahap. Disanalah ditemukan
rancangan interior furnitur karya Soekarno yang ditemukan
berupa seperangkat perabot interior dengan aksen padma.
Furnitur rancangan Soekarno yang ditemukan bergaya
artdeco
Arsitektur ‘Padu
-
Padan’ Atap Limasan dan Ornamen Padma.
Pada bagian ‘kepala’ atau atap, dipilih atap
limasan
, yaitu
atap tradisional Jawa yang menyerupai bentuk atap
hipped
roof
atau bentuk atap khas Eropa yang sering dirujuk
Soekarno pada periode 1926-1945. Akan tetapi terdapat
perubahan, Soekarno memilih penutup atap dari kayu
sirap
.
Hiasan kemuncak atap yang telah menjadi style rancangan
Soekarno yang semula menyerupai gada-gada dan
merupakan gada-gada dan merupakan ciri khas karyanya
di Bandung dan Bengkulu, digantikan oleh bentuk-bentuk
yang menyerupai tajug sebagai modifikasi dari bentuk
meru. Secara fungsional bentuk tersebut berfungsi sebagai
dudukan penangkal petir, akan tetapi lebih jauh lagi,
hiasan kemuncak atap itu memiliki makna tertentu.
Pada bagian ‘badan’ bangunan berupa pilar, dirancang
kepala pilar diberi ornamen organik Inka-Maya maka pada
periode ini digantikan oleh ornamen organik padma.
Pada wujud ‘kaki’ dirancang berupa penurunan lantai
Ciri khas yang menandai periode bernafaskan nasionalisme ini
ditandai antara lain dengan hal-hal berikut ini :
a.
Penggunaan ornamen organik berupa padma pada kepala
pilar dan furnitur
b.
Selalu terdapat ruang samadi/tafakur dan ruang film
c.
Terdapat kolam teratai dan tanaman monumental sebagai
lanskap
d.
Atap limasan menggantikan atap mansand
e.
Hiasan kemuncak atap menyerupai tajuk/ meru
f.
Ventilasi silang dan alami
g.
Pilar polos segi empat, terdiri dengan bagian
kaki-badan-kepala
h.
Relief dan ukir banyak digunakan
i.
Material yang alami
Tata Ruang Kota
Masih dalam periode ini, banyak ditemukan tugu monumental
sebagai bagian dari tata ruang kota yaitu :
1.
Tugu Proklamasi di Jakarta
2.
Tugu Muda di Semarang
3.
Tugu Alun-alun Bunder di Malang
4.
Tugu Pahlawan di Surabaya
5.
Tugu Monas di Jakarta.
6.
Desain-desain tugu monumental yang dirancang Soekarno
memiliki kekhasan, yaitu menyerupai bentuk
phallus
atau obelisk,
ada yang menyerupai lilin, obor atau paku dudur. Ide bentuk
phallus tersebut merupakan eksplorasi desain Soekarno berupa
phallus
untuk monumen merupakan eksplorasi dari budaya Hindu
yang di Candi Sukuh berupa bentuk
lingga-yoni
, yaitu lambang alat
reproduksi laki-laki dan perempuan, terwujud dalam rancangan
Tugu Monas. Dalam ranah desain, eksplorasi terhadap budaya
silam tersebut disebut eksplorasi misteri budaya tak tersentuh.
PERIODE 1959-1965 PERIODE SANG
ARSITEK MAESTRO
Mentalite artistik Soekarno mencapai puncak kematangan setelah berhasil digelarnya Pemilu pertama pada bulan September 1955. Sebulan sebelumnya, kematangan rohaniah juga diperoleh Soekarno dengan berhajike Tanah Suci pada bulan Juli 1955.
Menurut saksi sejarah, Ketika Soekarno menunaikan ibadah haji, Soekarno tidak pernah melewatkan perhatiannya terhadap konsidi Masjid Al-Haram di Mekkah. Sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak untuk memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Sehingga Pemerintah Arab Saudi kemudian merenovasi Masjid Al-Haram secara besar-besaran yang dilakanakan pada tahun 1966.
Ketika menjabat sebagai Presiden Indonesia, Soekarno melakukan kunjungan kenegaraan ke Mancanegara yang sangat panjang terhitung dari taggal 4 Mei 1956 hingga 7 Juli 1956. Kunjungan ini dimulai dari Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss.
yang sangat mengesankan tersebut mempengaruhi proses artistik kreatif pada diri Soekarno.
Seiring berjalannya waktu dengan kepergiannya ke luar negeri, di Indonesia telah terjadi ketegangan-ketegangan politik. Pergolakan politik di tanah air yang dikhawatirkan dapat memicu retaknya persatuan nasional, akhirnya menyebabkan Soekarno justru mengambil sikap politik yang tegas yaitu mencanangkan proyek nation and character building melalui berbagai bidang.
Proses kreatif yang berkecamuk dalam mentalite Soekarno ketika itu dapat dipahami. Di satu sisi terdorong untuk menata negara secara holistik, di sisi yang lain, kebutuhan untuk dapat diperhitungkan sebagai negara yang baru merdeka namun mampu tampil di dunia internasional melalui karya arsitektur merupakan sesuatu yang tidak mudah.
Momentum yang memberi peluang kepada Soekarno untuk dapat merealisasikan karya arsitektur yang megah dan menjadi national pride terjadi ketika Indonesia disetujui sebagai tuan rumah penyelenggaraan Asian Game ke IV. Meskipun sebagai konsekuensinya Indonesia harus menyiapkan sport venues bertaraf international sebagai yang disyaratkan oleh Komite Asian Games. Justru inilah yang sangat ditunggu oleh Soekarno, untuk dapat menata ‘Wajah Muka Indonesia’, begitu istilah Soekarno untuk memetaforakan kota Jakarta sebagai representasi wajah Indonesia.
1. Gedung Gelora Bung Karno, Jakarta 2. Hotel Indonesia Group
a. Hotel Indonesia, Jakarta b. Hotel Samudra Beach
c. Hotel Ambarukmo, Yogyakarta d. Hotel Bali Beach, Denpasar 3. Wisma Nusantara, Jakarta
4. Gedung Toserba Sarinah, Jakarta 5. Gedung Conefo, Jakarta
6. Masjid Istiqlal
7. Gedung Graha Purna Yudha
8. Rumah Sakit di Rawamangun, Jakarta 9. Gedung PMI, Jakarta
10. Gedung Planetarium 11. Gedung Herbarium, Bogor
Kota Jakarta Sebagai Muara Artistik
Rancangan tata kota Metropolitan Jakarta pada tahun 1962 menyerupai kota tempat mermuaranya artefak artistik kota. Bangunan unik, indah, megah berpadu dengan patung skala kota sebagai tengaran kota.
1. Patung Selamat Datang
2. Patung Pahlawan Diponegoro 3. Patung Tani
5. Patung Dirgantara
Patung skala kota yang dirancang pada periode 1959-1965 ini, dapat dikatakan rancang patung aliran ‘realis’ dengan artian yaitu patung yang ‘berwujud manusia’ sebagai sosok tiga dimensional dengan karakter yang disesuaikan dengan misi tertentu.
Patung-patung tersebut verhasil divisualisasikan oleh seniman atau pematung yang bernama Edhie Soenarso dan pematung dari Uni Soviet, Menizer dan puteranya seorang arsitek yang bernama Roshin, yang juga mempersiapkan patung Pahlawan di Menteng Prapatan Jakarta.
a. Pengaruh arsitektur International Style
b. Visi arsitektur kota dunia
c. Membangun landmark kota berupa patung skala kota gaya realis d. Selalu terdapat desain ruang film disetiap bangunan
e. Terdapat atap bangunan yang selalu unik dengan teknologi mutakhir pada zamannya (seperti konstruksi kubah, lipat, temu gelang, sebagai point of interest)
f. Atap limasan, hiasan kemuncak atap dan ventilasi silang dipertahankan untuk bangunan rendah
g. Beragam ornamen interior bernuansa Indonesia
h. Penggunaan material alami yang awet 1000 tahun (seperti beton dan marmer)
Kajian estetis arsitektural pada periode Sang Arsitek Maestro dapat dipresentasikan mentalite Soekarno yang sangat padat dengan berbagai gagasan. Konsep ‘padu-padan’ gaya masih merupakan main frame arsitekturalnya, namun periode ini seakan-akan semua gaya arsitektural ingin deterapkan dalam satu bangunan.
Contoh dari arsitektur yang mewakili pengertian architecture as art an craft, mencitrakan bangunan modern bergaya International Style
sebagai suatu muara artefak artistik. Hal ini deikarenakan bangunan tersebut menjadi tempat bertemunya semua obyek seni. Terdapat beragam motif, media/material, beragam gaya, beragam kultur sserta beragam warna, seperti layaknya sebuah taman sari, bunga beraneka rupa yang dapat ditemukan.
1. Bentuknya skluptural yang berarti bentuk yang seperti pahatan.
2. Monumental yang dibentuk dengan suatu bentuk massa yang padat dan berat. Para arsitek pada masa itu menunjukkan monumentalisnya bangunan dengan menggunakan ekspresi dari bentuk beton, atau dengan mengkontraskan beton tertutup dengan tampilan baja dan kaca pada penyelesaian eksterior.
Perbedaan dari periode ini dengan periode sebelum-sebelumnya yaitu pada periode ini terjadi eksplorasi besar-besaran terhadap kekayaan budaya yang ditampilkan, namun sulit untuk dikatakan terciptanya citra harmoni dari keberagaman artefak tersebut. Karya –karya Soekarno pada masa itu :
a. Hotel Indonesia
Hotel Indonesia pertama kali dirancang bermula dari kunjungan Soekarno ke Gedung Pusat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Kala itu perancangan Hotel Indonesia juga dibantu oleh Abel Sorenson, arsitek yang merancang Gedung Pusat PBB.
Hotel Indonesia adalah hotel berbintang lima pertama di Asia Tenggara yang menjadi saksi adanya perkembangan bangsa Indonesia dan gerakan politik presiden Soekarno.
Pada Hotel Indonesia juga kita dapat menjumpai sebuah arca Wisnu dengan Garuda-nya dari batu candi berwarna hitam pada bagian lobby hotel. Lokasi dari Hotel Indonesia itu sendiri beralamatkan di di Jalan MH. Thamrin No. 1, Jakarta Massing bangunan yang memperlihatkan penggunaan bentukan balok yang kaku dan kokoh.
Sebagai bangunan Tropis, bangunan ini memperlihatkan system sunshading yang cukup dominan dan membentuk fasade dan memunculkan dominasi garis horizontal pada sisi bagian persegi yang memanjang secara horizontal.
Kini Hotel Indonesia telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemda DKI dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 tanggal 29 Maret 1993.
b. Hotel Samudera Beach
Hotel Samudra Beach terdapat di tepi pantai Laut Selatan Pulau Jawa.
Pada Hotel Samudra Beach, terdapat relief dari batu paras
berwarna putih yang bertema kehidupan masyarakat Indonesia sebagai penutup dinding yang tepat berada diatas kolam.
Hotel Samudra Beach juga memiliki gaya interior yang sama. Pada bagian dinning area, terlihat karya seni mozaik
multicolour bertema kehidupan masyarakat Indonesia pada sepanjang dinding ruangan. Kemuadian pada bagian coffee shop, terdapat ukiran kayu jati yang menutup seluruh dinding.
c. Gelora Bung Karno (Gelora Senayan)
Proyek ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah Negara yang mandiri dan bangunan ini dibangun untuk penyelenggaraan Asian Games IV pada tahun 1962. Soekarno membuat gebrakan dengan membangun stadion ini dengan megah, dan monumental. Pada saat itu stadion ini merupakan stadion terbesar di asia dan satu-satunya yang mempunyai atap unik yaitu atap temu gelang.
Bangunan ini menampilkan system struktur yang mengekspos kolom dan balok yang memilikinya. Bila struktur di tonjolkan, berarti bangunan tersebut menampilkan garis struktur tegak dan datar sehinggal kesan bangunan menjadi kokoh.
Etik dan Estetik Karya Soekarno
Konsep Etik Arsitek: Pro Bono Publico
Berdasarkan pengamatan selama periode 1926--1965, diketahui bahwa rancangan Soekarno didominasi tipologi bangunan fasilitas umum yang menekankan pada tingkat kreativitas perancangan yang tinggi.
Soekarno memiliki mentalite open mind terhadap keunggulan teknisi dan arsitek mancanegara, sehingga didapatkan etos kerja dan persaingan yang sehat antara arsitek-arsitek lokal dan mancanegara dalam proyek arsitektur.
Soekarno bersikap sangat kritis dalam menentukan rancangan, mengharuskan unik dan megah namun tetap sesuai dengan dengan kebangsaan karena Ia meyakini bahwa ruang dan wadah merupakan unsur penting dalam membangun rasa kebangsaan. Dalam dunia arsitektur, keberpihakan Soekarno kepada
kepentingan publik terangkum dalam rancangannya selama periode 1926--1965 berupa masjid, taman, monumen dan sebagainya.
Konsep Estetik Memberi Warna Jiwa Zaman
Mentalite artistik Soekarno mendorong terciptanya karya-karya arsitektur yang penuh dengan filosofi yang berasal dari eksplorasi kekayaan budaya negeri sendiri yang bertujuan untuk kebanggaan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiati, Yuke. Bung Karno Sang Arsitek. Depok: Komunitas Bambu. 2005
https://ariesaksono.wordpress.com/2008/.../patung-pembebasan-irian-barat
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2331/Pembebasan-Irian-Jaya-Monumen
http://pembuat-patung.blogspot.co.id/2014/09/data-sejarah-pembuatan-patung.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Nasional
http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Indonesiaku/Teropong-Daerah/Jawa-Timur/Tokoh/Soekarno-Sang-Presiden-dan-Insinyur http://economy.okezone.com/read/2013/08/17/471/850962/soekarno -di-balik-pembangunan-hotel-indonesia
https://arsitekturbicara.wordpress.com/2012/06/02/hotel-indonesia-dan-gedung-dprmpr-ri-pergolakan-politik-era-60-an-di-jakarta/ http://blackfiles.mywapblog.com/mengenang-conefo-project-gedung-yang-seh.xhtml