• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA AUDIO TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA AUDIO TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TALKING STICK

BERBANTUAN MEDIA AUDIO TERHADAP

HASIL BELAJAR IPS SISWA

Kadek Rai Puspitawangi

1

, I Made Citra Wibawa

2

, Ketut Pudjawan

3 1,2

Jurusan PGSD,

3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected], dekwi_ [email protected]2, [email protected]3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio, (2) mendeskripsikan hasil belajar IPS yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dan (3) mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

berbantuan media audio dan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan non equivalent post test only control group design.Sampel sebanyak 2 kelas, yang terdiri atas 52 orang. Kelas eksperimen dan kontrol ditentukan dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan tes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial, dengan uji-t. Berdasarkan analisis data dengan uji-t, diperoleh nilai thitung sebesar 23,72 lebih besar

dari nilai ttabel sebesar 1,67 dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan

tiga hal, (1) Hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio tergolong sangat tinggi, (2) Hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional tergolong tinggi dan (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan antara yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

berbantuan media audio dan model pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Sawan Tahun Ajaran 2015/2016.

Kata kunci: Hasil belajar IPS, media audio, talking stick.

Abstract

The aims of this study are: (1) to describe student’s learning outcomes on IPS through cooperative learning model talking stick type assisted audio media, (2) to describe student’s learning outcomes on IPS through conventional learning model, and (3) to know the differences of the student’s learning outcomes on IPS between the students who were taught by using cooperative learning model talking stick type assisted audio media and the students who were taught using conventional learning model. This research was a quasi-experimental design with non-equivalent post-test only control group design. The Samples were two classes which consisted of 54 students. The Experimental class and control class were determined by random sampling technique. The data were collected using the methods of observation and tests. The data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics through t-test. Based on the analysis of data with t-test, obtained tarithmetic 23,72 and ttabel =1,67 at significant

level is 5%. The results show that: (1) learning outcomes on IPS of students who were taught through cooperative learning model talking stick assisted audio media was categorized very high; (2) learning outcomes on IPS of students who were taught conventional learning was categorized high; (3) there are signifficance difference

(2)

toward the learning outcomes on IPS between students who were taught by using cooperative learning model talking stick type assisted audio media and conventional learning model. This result shows that cooperative learning model talking stick type assisted audio media affects learning outcomes on IPS significantly of the fourth grade students in Cluster VIII District of Sawan School Year 2015/2016.

Keywords: audio media, learning outcomes on IPS, talking stick.

PENDAHULUAN

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat sekolah dasar. Susanto (2015) berasumsi bahwa IPS adalah ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang disajikan secara ilmiah untuk memberi wawasan dan pemahaman kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar. Perlu diketahui bahwa pembelajaran IPS yang berisi permasalahan sosial memerlukan pemecahan dengan melibatkan peran siswa secara aktif melalui pelaksanaan interaksi dalam kelompok, baik keaktifan fisik maupun keaktifan pemikiran. Materi pelajaran yang perlu diberikan kepada siswa secara teratur telah ditentukan dalam kurikulum masing-masing lembaga pendidikan.

Bertitik tolak dari tujuan mata pelajaran IPS tersebut, IPS berperan penting dalam peningkatan kualitas SDM dalam menghadapi tantangan kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami revolusi. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia. IPS akan digunakan siswa dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam menghadapi tantangan global serta segala permasalahan sosial.

Rancangan mata pelajaran IPS tentu sudah sangat baik namun dalam pelaksanaannya, fenomena yang terjadi di lapangan khususnya di gugus VIII, Kecamatan Sawan pembelajaran IPS di SD masih didominasi oleh guru (teacher centered) dan siswa yang kemampuan akademiknya di atas rata-rata kelas atau

dengan kata lain siswa yang tergolong pintar atau dengan kata lain siswa tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi kelompok. Dalam pembelajaran, siswa masih pasif dan menunggu informasi, catatan maupun pertanyaan-pertanyaan dari guru.

Guru sangat jarang mengajak siswa belajar sambil bermain atau tidak terdapat unsur permainan dalam belajar sehingga aktivitas fisik siswa dalam belajar tergolong kurang. Siswa hanya datang dan duduk di kelas, sehingga tidak

jarang siswa mengantuk saat

pembelajaran berlangsung. Siswa yang seperti ini saat pembelajaran kurang mendapat perhatian dari guru. Pembelajaran yang membuat siswa tidak aktif secara fisik dalam waktu yang lama akan menyebabkan kelumpuhan otak sehingga belajar menjadi lambat. Selain itu hal tersebut membuat pembelajaran membosankan. Guru juga jarang memberikan peluang kepada siswa untuk berdiskusi dalam kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu guru di gugus VIII, guru menyampaikan bahwa sulit untuk mencari cara untuk mengajarkan pelajaran IPS baik dari segi model pembelajaran maupun media pembelajaran, berbeda halnya dengan pembelajaran IPA yang dirasa lebih mudah dalam pemilihan model pembelajaran maupun media pembelajaran. Guru juga beranggapan bahwa model pembelajaran konvensional lebih mudah diterapkan. Pengetahuan guru masih tergolong minim tentang model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS. Guru belum mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe talking stick. Suwatra, dkk

(3)

(2007) menganggap bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk membantu siswa bekerja dalam diskusi kelompok dan siswa mempunyai kesempatan yang sama serta untuk memastikan semua anggota telah belajar. Berdasarkan hal tersebut seharusnya model pembelajaran kooperatif cocok digunakan dalam pembelajaran IPS yang menyarankan adanya interaksi dalam kelompok.

Guru yang masih terpaku pada istilah teacher centered ini tentunya tidak sejalan dengan tujuan pendidikan IPS yang salah satunya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi, menginginkan terjadinya interaksi dalam kelompok karena jika sebuah pembelajaran hanya didominasi oleh guru dan siswa yang pintar maka akan mengurangi intensitas proses penyampaian pendapat oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tergolong rendah. Hal ini tentunya membuat tujuan pembelajaran IPS tidak terealisasi pada semua siswa. Dampaknya akan terjadi monopoli kelas oleh siswa-siswa yang pintar atau siswa tidak mempunyai kesempatan belajar yang sama. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPS siswa cenderung rendah.

model pembelajaran yang lebih mengeksplor keterlibatan anak dalam belajar baik secara fisik maupun pshikis yang mendorong anak memperoleh hasil belajar IPS yang baik. Model tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio.

Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick menuntut siswa untuk berani

berbicara dan mengemukakan

pendapatnya yang bertujuan

membiasakan siswa serta memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran yang telah diberikan. Model ini juga menuntut siswa bekerja dalam kelompok dan memastikan semua anggota telah belajar. Dalam model pembelajaran talking stick siswa dituntut untuk siap menjawab

pertanyaan atau mengemukakan

pendapat tanpa terlebih dahulu mengajukan diri, namun berdasarkan pemberhentian tongkat yang bergulir pada setiap siswa maupun pemberian tongkat oleh guru secara acak.

Model pembelajaran kooperatif talking stick meminimalkan terjadinya monopoli kelas oleh siswa-siswa yang pintar, sehingga siswa-siswa yang kurang pintar juga dapat untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Kurniasih & Berlin (2015) yang

menganggap kelebihan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah dapat menguji kesiapan siswa dalam hal penguasaan materi, melatih pemahaman materi secara cepat, siswa lebih giat belajar/termotivasi untuk belajar karena siswa tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya. Hal ini menjadikan siswa terbiasa menjawab

pertanyaan dan mengemukakan

pendapatnya, sehingga timbul motivasi belajar siswa untuk belajar secara merata, tidak hanya berlaku kepada siswa yang pintar dan memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran yang telah diberikan. Tentunya hal ini akan memberikan hasil belajar optimal.

Model ini juga memenuhi syarat yang dapat memunculkan situasi belajar yang menyenangkan bagi siswa karena di dalamnya terdapat unsur permainan sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Mengingat peserta didik yang berada di kelas IV merupakan peralihan dari kelas rendah menuju kelas tinggi. Tentunya di kelas rendah kebiasaan anak yang masih suka bermain dan tidak suka belajar yang terlalu serius membuat model ini menjadi solusi yang baik untuk diuji cobakan. Selain itu model ini dibantu oleh media audio. Media audio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah musik yang diperdengarkan melalui tape recorder. Media ini memiliki kelebihan mampu membuat siswa lebih tenang dalam pembelajaran, melambatkan laju denyut jantung, mengaktifkan gelombang-gelombang otak untuk kegiatan berpikir tingkat tinggi dan menciptakan kondisi mental yang positif, santai, mudah menerima yang ideal untuk belajar. Hal ini juga dikatakan dalam tulisan Campbell (2002) bahwa mendengarkan musik telah terbukti melambatkan laju denyut jantung, mempertajam pikiran, mengaktifkan gelombang-gelombang otak untuk kegiatan berpikir tingkat tinggi dan menciptakan kondisi mental yang positif,

(4)

santai, mudah menerima yang ideal untuk belajar.

Penggunaan model ini hendaknya mengikuti sintak dan langkah-langkah pelaksanaan dari model itu sendiri. Adapun sintak dari model pembelajaran kooperatif tipe talking stick, yaitu 1) penyampaian tujuan/KD, pada tahap ini siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru; 2) pembentukan kelompok, pada tahap ini siswa mencari anggota kelompok yang terdiri dari 4-5 orang; 3) penyampaian materi pokok, pada tahap ini siswa menyiapkan diri dengan mempelajari materi pokok melalui bimbingan guru, siswa diharapkan menyiapkan diri dengan

penguasaan materi sebelum

menggunakan talking stick ; 4) penyampaian tugas, pada tahap ini siswa menutup buku pegangan dan masing-masing kelompok menyimak penjelasan guru tentang tugas yang akan dikerjakan; 5) menjalankan talking stick , pada tahap ini siswa yang mendapatkan talking stick menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan jika tidak bisa dijawab siswa lain

boleh membantu menjawab; 6)

menyimpulkan, pada tahap ini siswa bersama guru membuat kesimpulan; 7) Evaluasi, pada tahap ini siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru; 8) penutup, pada tahap ini siswa melakukan refleksi (Sulistyani,2013).

Langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebagi berikut. (1) Guru menyiapkan sebuah tongkat; (2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi; (3) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya; (4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; (5) Guru memberikan kesimpulan; (6) Evaluasi; (7) Penutup (Hamzah, 2014).

Kurniasih & Berlin (2015) mengasumsikan bahwa kelebihan dari model pembelajaran talking stick yaitu: (1) Model ini dapat menguji kesiapan siswa dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dalam mata pelajaran; (2) Dapat melatih keterampilan membaca dan memahami dengan cepat suatu materi yang sudah dipaparkan; (3) Agar lebih giat belajar karena siswa tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya. Selain itu model ini memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran yang telah diberikan, menyenangkan dengan menyisipkan unsur permainan sehingga pembelajaran tidak monoton dan tidak membosankan.

Selain kelebihan yang sudah dipaparkan Kurniasih & Berlin (2015) juga mengasumsikan bahwa model ini memiliki kelemahan, yaitu jika ada siswa yang tidak memahami pelajaran, siswa akan merasa gelisah, dan khawatir ketika menunggu giliran tongkat sampai berada di tangannya. Berdasarkan pemaparan di atas akan lebih baik pelaksanaan model ini berbantuan dengan media audio berupa musik untuk membuat siswa lebih relaks dan membuat belajar lebih menyenangkan dengan terkesan sebagai suatu permainan yang menyenangkan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

berbantuan media audio, (2)

mendeskripsikan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dan (3) mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio dan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di gugus VIII Kecamatan Sawan tahun ajaran 2015/2016.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah desain eskperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah “Non-equivalen Post Test Only Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas IV di gugus VIII

(5)

Kecamatan Sawan yang terdiri dari 6 SD yakni SD Negeri 1 Sudaji, SD Negeri 2 Sudaji, SD Negeri 3 Sudaji, SD Negeri 4 Sudaji, SD Negeri 5 Sudaji, SD Negeri 6 Sudaji tahun pelajaran 2015/2016.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling dengan teknik undian. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas IV masing-masing sekolah setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan ANAVA Satu jalur.

Berdasarkan uji ANAVA satu jalur diketahui bahwa kelas di gugus VIII merupakan kelas yang setara. Dengan hasil Fhitung < Ftabel. Pada tahap ke dua,

berdasarkan uji kesetaraan, maka sekolah yang lolos uji akan diundi secara acak dari sampel yang sudah lolos uji kesetaraan, untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Dari hasil undian diperoleh pasangan SD N 2 Sudaji dengan SD N 4 Sudaji. Selanjutnya pada tahap ketiga, sekolah yang telah terpilih kembali diundi secara acak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengundian menyatakan SD N 2 Sudaji sebagai kelas eksperimen, sementara SD N 4 Sudaji sebagai kelas kontrol.

Penelitian ini menyelidiki pengaruh satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen). Variabel bebas (independen) adalah model pembelajaran talking stick berbantuan media audio (X), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS (Y).

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif. Hasil belajar ini diukur dengan metode tes dengan instrumen berupa lembar soal esai sebanyak 10 butir soal

.

Penskorannya menggunakan rubrik penilaian. Setiap soal memiliki rentangan skor 0-4. Jadi skor tertinggi tiap soal adalah 40, sedangkan skor terendah tiap soal adalah 0.

Data yang diperoleh dari uji coba

instrumen dianalisis dengan

menggunakan uji validitas butir tes, uji reliabilitas tes, indeks daya beda (IDB), dan indeks kesukaran butir (IKB). Pada penelitian ini, analisis dilakukan dengan

menggunakan bantuan program komputer Microsoft Office Excel 2007 for Windows.

Analisis pertama yaitu Uji Validitas. Adapun jumlah soal yang diuji coba berjumlah 20 butir tes berbentuk esai yang sebelumnya sudah di uji judges dan dianalisis dengan perhitungan Gregory Berdasarkan perhitungan menurut Gregory, tes tersebut berada pada katagori validitas isi sangat tinggi yaitu berada pada rentangan 0,80-1,00 yang artinya 20 butir soal dikatakan relevan. Selanjutnya dilakukan uji coba instrument kepada 40 siswa kelas V SD Negeri 1 Astina yang terdiri dari kelas A dan kelas B. Kemudian hasilnya dianalisis dengan dilakukan uji validitas butir dengan rumus korelasi product moment. Hasil rxyhitung dikonsultasikan dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil analisis, 14 butir soal yang diuji dinyatakan valid.

Analisis kedua yaitu 14 butir soal yang sudah valid diuji reliabilitas dengan

menggunakan Alpha Cronbach.

Berdasarkan pada perhitungan dengan rumus tersebut, 10 soal diperoleh reliabilitas tes hasil belajar IPS=

1,07

dengan

derajat

reliabilitas

tes

tergolong sangat tinggi.

Analisis ketiga adalah indeks daya beda (IDB). Butir yang dianjurkan sebagai tes standar adalah butir yang memiliki IDB > 0,15. Berdasarkan pada perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh IDB sebesar 0,25, sehingga dapat dikatakan analisis 10 butir soal memenuhi persyaratan IDB yang telah ditetapkan.

Analisis terakhir adalah indeks kesukaran butir (IKB). Fernandes (dalam Koyan, 2011) menyatakan tes yang baik adalah tes yang memiliki taraf kesukaran antara 0,25-0,75. Hasil perhitungan dengan rumus IKB menunjukkan bahwa 10 soal diperoleh IKB sebesar 0,61, sehingga berada pada kriteria sedang dan dapat diterima sebagai tes hasil belajar IPS yang digunakan pada post test.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Statistik deskriptif yang dicari adalah mean, median, modus dan standar deviasi. Uji-t digunakan untuk menguji

(6)

hipotesis penelitian. Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians (n1 = n2 dan varians homogen dengan db = n1 + n2 – 2).

Uji prasyarat yang harus dilakasanakan terlebih dahulu sebelum melaksanakan uji prasyarat hipotesis adalah uji normalitas sebaran data dengan chi-kuadrat dan uji homogenitas varians dengan uji-F.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar IPS, data dianalisis dengan analisis deskriptif agar dapat diketahui Mean (M), median (Md), Modus (Mo), dan standar deviasi. Rangkuman hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil belajar IPS Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M) 33,96 26,37 Median (Md) 34,29 25,42 Modus (Mo) 34,50 17,50 Varians 20,65 21,47 Standar Deviasi 4,54 4,63 Skor Minimum 23 21 Skor Maximum 40 38 Rentangan 17 17

Berdasarkan tabel 1, diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar daripada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar IPS dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1.

0 5 10 24 27 30 33 36 39

F

re

k

u

en

si

Titik Tengah

Gambar 1. Poligon Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Eksperimen Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam kurva poligon di atas merupakan kurva juling negatif Mo>Md>M (34,50>30,29>33,96). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata dikonversikan ke dalam Penilaian

Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi.

Distribusi frekuensi data hasil belajar IPS kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2.

0 5 10 22 25 28 31 34 37 F re k u en si Titik Tengah

Gambar 2. Poligon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol

Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik polygon di atas merupakan juling positif Mo<Md<M (17,50<25,42<26,37). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Jika nilai rata-rata dikonversi ke dalam

Mo =17,50 Md= 34,29 Mo= 34,50

M= 33,96

Md =25,42

(7)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori rendah.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebaran data didapatkan harga

χ

2hitung hasil post test kelompok eksperimen sebesar 4,31 dan

tabel

2

dengan derajat kebebasan (dk) = 3

pada taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti

χ

2hitung hasil post test kelompok eksperimen lebih kecil dari

tabel

2

(4,31 < 7,81). Sehingga data hasil post test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan

χ

2hitung hasil post-test kelompok kontrol adalah 5,91 dan

2

χ

tabel hasil post-test kelompok

kontrol dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti

2

χ

hitung hasil post-test

kelompok kontrol lebih kecil dari

2

χ

tabel

(5,91 < 7,81). Sehingga data hasil post test kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan harga Fhitung sebesar 1,04 sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 26, dbpenyebut = 26, pada taraf signifikansi 5% adalah 1,93 Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,04 < 1,93) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan.

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Hasil perhitungn uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelompok N X s2 t hit ttab Hasil belajar IPS Eksperimen 27 33,96 20,65 23,72 1,67 Kontrol 27 26,37 21,47

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, didapatkan thitung sebesar 23,72. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah 1,67. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (23,72 > 1,67) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio dan siswa yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas IV di

gugus VIII Kecamatan Sawan tahun ajaran 2015/2016.

PEMBAHASAN

Dari analisis data tersebut diketahui bahwa terdapat beberapa temuan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut. Pertama, Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio yang diterapkan pada kelompok eksperimen menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari analisis data yaitu analisis deskriptif dan inferensial (uji-t). Secara deskriptif, hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen

(8)

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPS siswa dan kemiringan grafik poligon. Berdasarkan analisis data, diketahui rata-rata (mean) hasil belajar IPS siswa

kelompok eksperimen dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio adalah 33,96. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori sangat tinggi. Skor hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yang digambarkan dalam grafik histogram tampak bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling negatif karena nilai Mo > Md > M yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Hal ini berarti lebih banyak siswa mendapat skor tinggi dibandingkan dengan skor rendah.

Keadaan ini menunjukkan bahwa rata-rata skor hasil belajar IPS siswa mengalami peningkatan dari sebelumnya. Adanya peningkatan ini dikarenakan oleh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar kelas IV yang mengalami peralihan dari kelas rendah ke kelas tinggi. Tentunya di kelas rendah kebiasaan anak yang masih suka bermain dan tidak suka belajar yang terlalu serius membuat model ini menjadi solusi yang baik untuk diujicobakan. Dalam uji coba terlihat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran dan mendapat kesempatan belajar yang sama. Selain itu model ini dibantu oleh media audio. Media audio yang dimaksud dalam penelitian ini adalah musik yang diperdengarkan melalui tape recorder. Media ini memiliki kelebihan mampu membuat siswa lebih tenang dalam pembelajaran, melambatkan laju denyut jantung, mengaktifkan gelombang-gelombang otak untuk kegiatan berpikir tingkat tinggi dan menciptakan kondisi mental yang positif, santai, mudah menerima yang ideal untuk belajar. Peran guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio, hanya sebagai fasilitator dan moderator yang memberikan tanggung jawab kepada

siswa untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

Ke dua, Rata-rata skor hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol berdasarkan analisis data dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 26,37 Yang tergolong kategori tinggi. Grafik poligon menunjukkan bahwa kurve sebaran data merupakan kurve juling positif karena nilai Mo<Md<M yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional. Model pembelajaran konvensional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) didominasi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik adalah penerima secara pasif yang hanya menerima pengetahuan dari pendidik dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai standar; (2) belajar secara individual; (3) pembelajaran sangat abstrak; (4) prilaku dibangun atas kebiasaan; (5) kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final; (6) pendidik adalah penentu jalannya proses pembelajaran; (7) prilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik; (8) teacher centered; (9) pembelajaran bersifat mekanistik (Agung, 2012). Ciri-ciri tersebut tampak dalam pembelajaran di kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru. Guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hal tersebut menyebabkan hanya sebagian siswa yang memerhatikan kegiatan pembelajaran. Meskipun sesekali guru sudah memberikan contoh gambar dan melaksanakan kerja kelompok, namun kerja kelompok hanya sebatas menjawab tidak lebih dari tiga pertanyaan yang dikerjakan secara individu bukan kelompok. Hal tersebut lebih terlihat pada belajar yang bersifat individu.

Guru lebih memerhatikan siswa pintar tanpa memberikan kesempatan pada siswa yang kognitifnya rendah untuk mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut menyebabkan monopoli kelas

(9)

sangat tampak oleh siswa-siswa yang pintar atau siswa tidak mempunyai kesempatan belajar yang sama Guru

masih mendominasi kegiatan

pembelajaran di dalam kelas (teacher centered). Akibatnya aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat terbatas. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru sambil mencatat. Siswa terlihat pasif dalam pembelajaran. Seharusnya, apabila kegiatan pembelajaran dapat disetting lebih menarik sehingga siswa merasa senang dalam belajar dan merasa kurang untuk belajar, maka hasil belajar IPS siswa dapat ditingkatkan lagi. Hal ini tentunya tidak mampu membangkitkan semua potensi yang dimiliki siswa secara optimal.

Temuan ke tiga yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes hasil belajar IPS siswa. Secara deskriptif hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPS siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen adalah 33,96 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan skor hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol adalah 26,37 berada pada kategori tinggi.

Perbedaan cara pembelajaran antara pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick

berbantuan media audio dan

pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar IPS siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio yaitu musik dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk berani berbicara dan mengemukakan

pendapatnya yang bertujuan

membiasakan siswa serta memudahkan siswa untuk mengingat pelajaran yang telah diberikan.

Selain itu model ini memiliki tahapan yang membedakannya dengan model pembelajaran konvensional. Tahap pertama penyampaian tujuan/KD, pada tahap ini siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Penyampaian tujuan dapat mengarahkan fokus belajar siswa, sehingga siswa mengetahui apa yang harus dicapai dalam pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran terlihat

penyampaian tujuan yang dilakukan oleh guru.

Tahap kedua yaitu pembentukan kelompok, pada tahap ini siswa mencari anggota kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Dalam proses pembelajaran tampak guru mengorganisasikan siswa menjadi enam kelompok yang terdiri atas empat kelompok beranggotakan empat orang dan dua kelompok beranggotakan lima orang. Pembentukan kelompok bertujuan untuk mengajarkan siswa berinteraksi dan saling membantu dalam belajar. Sehingga diharapkan siswa bisa bertukar pikiran. Selanjutnya tahap ketiga yaitu penyampaian materi pokok, pada tahap ini siswa menyiapkan diri dengan mempelajari materi pokok melalui bimbingan guru, siswa diharapkan menyiapkan diri dengan penguasaan materi sebelum menggunakan talking stick. Dalam proses pembelajaran siswa mendengarkan penjelasan guru dan membaca materi pokok pada buku paket. Hal ini mengakibatkan siswa secara aktif menggali informasinya tidak hanya mengandalkan penjelasan guru (student centered).

Tahap penyampaian tugas, pada tahap ini siswa menutup buku pegangan dan masing-masing kelompok menyimak penjelasan guru tentang tugas yang akan dikerjakan. Pada proses pembelajaran ini tampak guru melaksanakan tahapan ini dengan memberikan LKS kepada siswa sebagai bahan diskusi dan dilanjutkan dengan proses diskusi kelompok. Model ini juga menuntut siswa bekerja dalam kelompok.

Tahap menjalankan talking stick, pada tahap ini siswa yang mendapatkan talking stick menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan jika tidak bisa dijawab siswa lain boleh membantu

(10)

menjawab. Dalam proses pembelajaran siswa tampak antusias dan bersemangat melaksanakan permainan talking stick. Pembelajaran tampak menyenangkan dengan menyisipkan unsur permainan sehingga pembelajaran tidak monoton dan tidak membosankan. Selain itu siswa lebih giat belajar karena dituntut untuk siap menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat berdasarkan pemberhentian tongkat yang bergulir pada setiap siswa dengan bantuan media audio berupa musik. Model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio meminimalkan terjadinya monopoli kelas oleh siswa-siswa yang pintar sehingga setiap siswa dipastikan telah belajar. Hal ini juga didukung oleh pendapat Kurniasih & Berlin (2015) yang

menganggap kelebihan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick adalah dapat menguji kesiapan siswa dalam hal penguasaan materi, melatih pemahaman materi secara cepat dan daya ingat siswa, siswa lebih giat belajar/termotivasi untuk belajar karena siswa tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya. Tahap menyimpulkan, pada tahap ini siswa bersama guru membuat kesimpulan. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali apa yang telah siswa pelajari. Tahap evaluasi, pada tahap ini siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. Tahap terakhir adalah penutup, pada tahap ini siswa melakukan refleksi,

Berbeda halnya dengan

pembelajaran konvensional yang dibelajarkan di sekolah kontrol cenderung berpusat pada guru. Sanjaya (2005) menganggap bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan siswa hanya berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Hal tersebut tampak dalam proses pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa membaca buku atau mencari informasi lain. Selain itu meskipun siswa duduk secara kelompok namun tugas yang diberikan guru tidak melibatkan anggota kelompok. Siswa mengerjakan soal yang sama secara individu namun duduk dalam kelompok. Kebanyakan siswa terlihat kurang memerhatikan penjelasan guru

dan merasa bosan. Pembelajarannya tidak mengandung unsur permainan. Keadaan tersebut cenderung membuat siswa menjadi pasif sehingga menimbulkan kebosanan, kurang menarik minat siswa dalam belajar, yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajarankooperatif tipe talking stick yaitu I. G. A. Mas Dewi Anggarini (2013) yang melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pebelajaran Kooperatif Talking stick Berbasis Aneka Sumber Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 5 Dalung”. Ni Luh Kd. Dwi Pradnyani (2013) juga melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 2 Sesetan Denpasar”. Sulistyani (2013) dengan judul jurnalnya “Implementasi Model Pembelajaran Talking stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Tinga-Tinga” . Hasil penelitian tersebut menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick dengan pembelajaran konvesional.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari skor kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio lebih banyak yang mendapatkan skor di atas rata-rata (Mo > M = 34,50 > 33,96). Sedangkan pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional lebih banyak yang mendapatkan skor di bawah rata-rata (Mo < M = 17,50 < 26,37).

(11)

Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui nilai thitung = 23,72 dan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5%= 1,67. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, Terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di gugus VIII Kecamatan Sawan tahun ajaran 2015/2016. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa pada siswa kelas IV di gugus VIII Kecamatan Sawan tahun ajaran 2015/2016.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penemuan yang dilakukan ini adalah sebagai berikut. 1) Siswa disarankan meningkatkan hasil belajar dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa. 2) Guru disarankan untuk mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio dalam melakukan pembelajaran IPS di kelas untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Guru tidak hanya menggunakan tes objektif dalam evaluasi pembelajaran karena tes objektif hanya menuntut satu jawaban tanpa menyertakan alasan terhadap jawabannya. 3) Kepala Sekolah disarankan memberikan bimbingan dalam upaya mengembangkan kemampuan guru kelas IV. 4) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan media audio pada pembelajaran IPS maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memerhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA Press.

Anggarini, I.G.A. Mas Dewi dkk. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Berbasis Aneka Sumber terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 5 Dalung”. Jurnal Mimbar PGSD, Volume 1.

Campbell, D. 2002. Efek Mozart. Terjemahan Drs. T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dwi Pradnyani, Ni Luh Kd. 2013.

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking stick Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 2 Sesetan Denpasa”. Jurnal Mimbar PGSD, Volume 1.

Hamzah, H.M. Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Cetakan Ke-1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran: Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Cetakan Ke-1. Jakarta: Kata Pena.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teoridan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sulistyani, I Dw. A.Pt. 2013. “Implementasi Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Tinga-Tinga”. Jurnal Mimbar PGSD, Volume 1.

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Cetakan Ke-1. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Suwatra, I Wayan, dkk. 2007. Modul Belajar dan Pembelajaran.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan yang difikirkan adalah membuka toko bangunan atau toko material (Lihat Gambar 12) dari keuntungan atau usaha dipertanian. Toko bangunan yang beliau jalankan

[r]

regression   weight   dan  squared   multiple correlation   yang  relatif  lebih  baik dibandingkan dengan Model Modifikasi 1. Bukti  lain  yang 

Menurut Nasrudin Razak Iman kepada hari akhirat adalah masalah yang paling berat dari segala macam aqidah dan kepercayaan manusia. Sejak dari zaman purba manusia telah

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Konsep diri perempuan muslim bercadar dalam perspektif komunitas Niqab Squad didasarkan pada aspek religion self-concept, yakni

Dengan demikian keputusan yang diambil adalah Ho ditolak karena memang mempunyai hubungan yang positif antara pendapatan bagi hasil musyarakah dengan bagi

Dari penjelasan diatas bahwa sistem hadiah dan hukuman merupakan alat pendidikan yang tepat dalam menyelesaikan masalah tentang meningkatkan mutu pembelajaran siswa di

[r]