V - 1
K
E T E R P A D U A N
S
T R A T E G I
P
E N G E M B A N G A N
K
A B U P A T E N
B A N G G A I L A U T
5.1 Arahan Rencana Tata Ruang Kabupaten Banggai Laut
Kabupaten Sumbawa Barat adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah,
Indonesia. Kabupaten Banggai Laut terletak di bagian timur Pulau Sulawesi,
berbatasan dengan Laut Maluku, Selat Kalumbatan dan Selat Bangkurung di utara,
Laut Maluku di timur, berbatasan dengan Laut Banda di selatan serta Teluk Tolo di
barat. Banggai Laut merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Banggai
Kepulauan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2013 tentang
pembentukan Kabupaten Banggai Laut di Provinsi Sulawesi Tengah.
Berdasarkan gambaran umum mengenai Kabupaten Banggai Laut di atas, maka pada
subbab ini akan membahas RTRW Kabupaten Banggai Laut yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pada dasarnya RTRW Kabupaten/Kota menghasilkan suatu rencana
pengembangan wilayah yang berbetuk rencana struktur dan rencana pola yang akan
diimplementasikan di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Berikut dapat dilihat
paparan rencana struktur dan rencana Pola yang harus diimplementasikan di
Kabupaten Banggai Laut.
5.1.1. Arahan Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki satu
sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama
jaringan transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi
masyarakat di wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas:
V - 2 2. PKL yang berada di wilayah kabupaten.
3. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya
ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala pelayanan kegiatan
skala kecamatan atau beberapa desa.
b) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi,
energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana
struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang
memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
disekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten.
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang menunjang
keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam
wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruangwilayah kabupaten;kebutuhan
pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung
kegiatan sosial ekonomi.
2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten.
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
a. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional,rencana struktur ruang wilayah
provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota
yang berbatasan.
b. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan
pada wilayah kabupaten bersangkutan.
c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten
V - 3 • Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan
(PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di
wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi.
• Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan
lingkungan (PPL).
• Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta
saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
d. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada angka
3 huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
• Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan
sebagai PKL promosi (dengan notasi PKLp).
• Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya pusat
pelayanan kawasan (PPK).
• Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan
sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program
pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar
pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL.
e. Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi
sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan
prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk dapat mempercepat pertumbuhan wilayah Kabupaten Banggai Laut, maka
salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah menetapkan beberapa pusat
pelayanan, sehingga roda perekonomian masyarakat dapat bergerak lebih cepat dan
lancar serta dapat memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.Dari
hasil analisis mengenai kepadatan penduduk dan kelengkapan fasilitas, selanjutnya
dianalisis lebih lanjut mengenai tingkat kekotaannya, maka dapat ditentukan rencana
sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Banggai Laut dengan menentukan
sistem perkotaan dan peranan dalam konteks wilayah Kabupaten.
Untuk mencapai tujuan pembentukan struktur ruang, setiap pusat pertumbuhan perlu
memenuhi beberapa kriteria sebagaimana yang telah ditetapkan. Adapun kriteria
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
V - 4 industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan.
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
c. PKL diusulkan oleh pemerintah kabupaten dan ditetapkan oleh pemerintah
provinsi.
2. Pembentukan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), ditetapkan dengan kriteria :
a. Kawasanperkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
perdagangan dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa.
b. Kawasanperkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kecamatan atau beberapa kecamatan.
c. PPK ditetapkan oleh pemerintah kabupaten.
3. Pembentukan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasanpermukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
yang melayani kegiatan skala antar desa.
b. Kawasan permukiman yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani kegiatan skala antar desa.
c. PPL ditetapkan oleh pemerintah kabupaten.
Untuk mendorong pembentukan setiap pusat pertumbuhan pada struktur ruang,
maka perlu dibangun beberapa infrastruktur penunjang yang memenuhi standar
infrastruktur minimal yang harus dimiliki oleh setiap pusat kegiatan sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Adapun standar infrastruktur minimal dan fasilitas yang
harus dipenuhi oleh setiap pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan fungsinya
masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Standar infrastruktur minimal dan fasilitas yang harus dipenuhi oleh Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), meliputi:
Perhubungan : Pelabuhan Lokal/Pengumpan Sekunder dan/atau
Terminal Penumpang Tipe C.
Ekonomi : Pasar Induk Lokal, Perbankan Lokal dan/atau
Regional.
Kesehatan : Rumah Sakit Umum Tipe C dan/atau Puskesmas
V - 5 2. Standar Infrastruktur Minimal dan Fasilitas yang harus dipenuhi oleh Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi :
Perhubungan : Terminal Penumpang Perkotaan.
Ekonomi : Pasar Kecamatan.
Kesehatan : Pusat Kesehatan Masyarakat.
Pendidikan : Sekolah Dasar 9 tahun /(SMP)
3. Standar Infrastruktur Minimal dan Fasilitas yang harus dipenuhi oleh Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL), meliputi :
Perhubungan : Terhubung dengan pusat kecamatan.
Ekonomi : Pasar Desa
Kesehatan : Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu
Pendidikan : Sekolah Dasar 9 tahun /(SMP)
Dengan kebutuhan standar infrastruktur minimal dan fasilitas yang harus dipenuhi
oleh setiap pusat kegiatan maka untuk mewujudkan struktur ruang, Kabupaten
Banggai Lautperlu membangun atau meningkatkan fasilitas yang sudah ada.Tabel
berikut memperlihatkan rencana pembangunan serta peningkatan infrastruktur dan
fasilitas pada setiap pusat kegiatan dalam rangka mewujudkan struktur ruang
Kabupaten Banggai Laut.
RTRW Provinsi Sulawesi Tengah menetapkan Banggai dalam hal ini ibukota atau
tempat kedudukan dari Pusat Pemerintahan Kabupaten di Kecamatan Banggai
menjadi pusat kegiatan utama di Kabupaten Banggai Laut dan ditetapkan menjadi
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam rencana struktur ruang provinsi. Adapun rencana
struktur ruang Kabupaten Banggai Laut sampai dengan Tahun 2034 terdiri atas:
1. Sistem pusat-pusat kegiatan, yang terdiri atas:
a) Pusat kegiatan lokal (PKL).
b) Pusat pelayanan kawasan (PPK).
c) Pusat pelayanan lingkungan (PPL).
2. Sistem jaringan prasarana utama, yang terdiri atas:
a) Sistemjaringan transportasi darat.
b) Sistemjaringan transportasi laut.
c) Rencana Sistemjaringan transportasi udara.
V - 6 b) Sistem jaringan telekomunikasi.
c) Sistem jaringan sumber daya air.
d) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
e) Sistem prasarana lainnya.
Tabel berikut menguraikan tentang rencana struktur ruang wilayah Kabupaten
V - 7 Tabel 5.1
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banggai Laut
No. Pusat Kegiatan Kota/Pusat Permukiman Fungsi Pelayanan Wilayah Pelayanan
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Banggai, Kecamatan Banggai Pusat Pemerintahan Kabupaten dan Kecamatan
Pusat pelayanan sosial
Perdagangan dan jasa
Simpul pelayanan jaringan transportasi wilayah / perhubungan dan komunikasi;
Pusat pelayanan kegiatan Pariwisata
Seluruh wilayah Kabupaten (regional)
2. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
a. Lokotoy, Kecamatan Banggai Utara; b. Adean,Kecamatan Banggai Tengah; c. Lantibung, Kecamatan Bangkurung; d. Mansalean, Kecamatan Labobo; dan e. Bungin, Kecamatan Bokan Kepulauan
Pusat Pemerintahan Lokal;
Pusat pelayanan sosial tingkat kecamatan
Perdagangan dan jasa tingkat kecamatan
Simpul pelayanan jaringan transportasi wilayah/perhubungan dan komunikasi;
Pendukung PKL.
Wilayah Kecamatan masing-masing.
3. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
a. Dodung, Kecamatan Banggai; b. Popisi, Kecamatan Banggai Utara; c. Paisumosoni, Kecamatan Banggai Utara: d. Timbong Mominit, Kecamatan Banggai
Selatan;
e. Matanga, Kecamatan Banggai Selatan; f. Sasabobok, Kecamatan Labobo; g. Kalupapi, Kecamatan Labobo; h. Lalong, Kecamatan Labobo; i. Paisulamo, Keca
j. matan Labobo; dan
k. Ndindibung, Kecamatan Bokan Kepulauan.
Pusat Pemerintahan Lokal;
Pusat pelayanan sosial lingkungan
Perdagangan dan jasa lingkungan
Simpul pelayanan jaringan transportasi antar desa;
Pendukung PPK
Wilayah Kecamatan dan antar desa (Lokal)
V - 9
A. Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Perencanaan arah pengembangan jaringan harus dilakukan dengan baik.Yang
dimaksud dengan pengembangan jaringan disini adalah pengembangan jaringan
infrastruktur maupun pelayanan transportasi.Untuk itu perencanaan arah pengembangan
harus dilakukan dengan sistematis. Untuk mencapai hal itu, dibawah ini disampaikan
beberapa hal yang harus menjadi acuan bagi Pengembangan Jaringan Transportasi : dasar
pengembangan, pokok-pokok pengembangan, tahap pengembangan.
Dasar Pengembangan
• Mendukung perkembangan dan pengembangan wilayah. • Menstimulasi kawasan terbelakang.
• Integrasi antar sub wilayah dengan seluruh wilayah Banggai Laut secara Sistemik. • Integrasi Banggai Laut dengan kawasan Nasional.
• Konsep pengembangan harus memperhatikan komplemen antar moda dan permintaan. • Aspek efesiensi dan efektifitas jarak pelayanan (untuk jarak pendek lebih efesiensi
dengan angkutan jalan atau angkutan Laut dari pada dengan angkutan udara).
Pokok-Pokok Pengembangan
• Pembukaan Jalan Pada Bokan Kepulauan, Pulau Labobo dan Pulau Bangkurung. • Pembangunan dan Peningkatan Jalan Lingkar Pulau Banggai.
• Pembangunan dan Peningkatan Pelabuhan Banggai, Mansalean, Lantibung dan
Bungin.
• Peningkatan Jaringan Pelabuhan Laut yang terdapat pada pulau-pulau kecil wilayah
Banggai Laut.
• Peningkatan Perangkat Pengontrol Lalu-Lintas pada jaringan jalan maupun jaringan laut.
• Koneksi Inter moda antar moda : Jalan, Penyebrangan, Laut.
• Penetapan pengembangan dermaga/tambatan dan pembangunan
Pelabuhan/tambatan baru yang terdapat diseluruh wilayah Banggai Laut harus
benar-benar dikaji secara mendalam baik dari aspek teknis maupun ekonomis melalui
keunggulan komparatif, fungsi dan hirarki sesuai Tatanan Kepelabuhan Nasional. • Rencana pembangunan bandara udara harus memiliki keunggulan komparatif, fungsi
V - 10 dan efesiensi terkait dengan jarak antar bandara dan penyambung moda lain seperti
kapal cepat.
Pengembangan Jaringan Pelayanan
Pokok-pokok pengembangan jaringan pelayanan angkutan penumpang untuk
tiap-tiap moda dirangkum dalam Tabel Pokok-pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan
Angkutan penumpang dibawah ini.
Tabel 5.2
Pokok-pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan penumpang
Moda Pelayanan
Jalan Bis antar Kota Kecamatan sesuai dengan permintaan
Laut
Pengembangan Pelabuanan Banggai dan pelabuhan lainnya yang terdapat pada pulau bokan, Labobo dan Pulau Bangkurung
Udara Reguler : Luwuk-Palu, Gorontalo, Banggai-Manado,Banggai-Ambon, Banggai-Ternate
Sumber: Tatralok Banggai, 2012.
Sedangkan pokok-pokok pengembangan jaringan pelayanan angkutan barang untuk
tiap-tiap moda dirangkum dalam Tabel Pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan
Barang di bawah ini.
Tabel 5.3
Pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan Barang
Moda Pelayanan
Jalan
Peningkatan jaringan lintas Pulau Banggai, sesuai dengan permintaan, dibukanya Lintas Pulau Labobo, Bangkurung dan Bokan Kepulauan.
Penyeberangan Pembangunan/Peningkatan Dermaga Banggai
Laut Pembangunan Pelabuanan Peti Kemas Banggai
Udara Pembangunan bandara
V - 11 Pengembangan Moda Unggulan
Dasar penentuan moda unggulan harus mempertimbangkan skenario
pengembangan koridor.Pokok-pokok pengembangan moda unggulan dapat dilihat dalam
Tabel dibawah ini - Pokok Pengembangan Moda Unggulan dibawah ini.
Tabel 5.4
Pokok Pengembangan Moda Unggulan
Kategori Cakupan Moda
Penumpang
Nasional Udara, Kapal Laut
Antar Kabupaten Udara, Kapal Laut, Kapal Cepat, Feri
Dalam Kabupaten Jalan, Feri, Kapal cepat
Barang
Nasional Udara, Kapal Laut
Antar Kabupaten Udara, Kapal Laut, Feri
Dalam Kabupaten Jalan, Feri, Kapal cepat
Sumber: Tatralok Banggai, 2012.
Dalam 20 tahun kedepan moda yang perannya harus ditingkatkan adalah
moda-moda seperti disampaikan pada Tabel dibawah ini – Peningkatan Peran Moda berikut ini.
Tabel 5.5
Peningkatan Peran Moda
Moda Peningkatan Peran
Angkutan Kota Angkutan dalam Kota Banggai, dalam Kota-kota Kecamatan Lainnya.
Truk Angkutan barang antar Kota Kecamatan pada jalan
lingkar pulau Banggai.
Penyebrangan Angkutan antar pulau antar kabupaten.
Kapal Laut Angkutan antar pulau antar Kabupaten antar Propinsi.
Sumber: Tatralok Banggai, 2012.
Pengembangan Jaringan Prasarana
Pokok-pokok pengembangan jaringan prasarana untuk tiap-tiap moda dirangkum
V - 12 Tabel 5.6
Pokok pengembangan Jaringan Prasarana
Moda Prasarana Pengembangan
Jalan Kabupaten
Jaringan Lingkar Pulau Banggai, Pulau Lobobo, Pulau Bangkurung, Bokan Kepulauan.
Penyeberangan Pelabuhan Banggai.
Laut Pelabuhan Perluasan Pelabuhan Banggai.
Udara Bandara Banggai
Sumber: Tatralok Banggai, 2012.
A. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Banggai Lautterdiri atas jaringan
lalu-lintas dan angkutan jalan, serta jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan
yang diuraikan sebagai berikut:
A. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi:
1) Jaringan jalan, berupa:
a. Jaringan jalan lokal primer, terdiri atas:
1. Ruas jalan dalam Kota Banggai.
2. Ruas jalan Banggai – Lampa.
3. Ruas jalan Banggai - Peling Solit.
4. Ruas jalan Banggai - Potil Pololoba.
5. Ruas jalan Lampa – Gonggong.
6. Ruas jalan Lelang - Peling Solit.
7. Ruas jalan Lampa – Adean.
8. Ruas jalan Adean – Bentean.
9. Ruas jalan Bentean – Matanga.
10. Ruas jalan Matanga – Malino.
11. Ruas jalan Matanga – Peling Solit.
12. Ruas jalan Lokotoy – Potil Pololoba.
13. Ruas jalan Peling Solit – Lokotoy.
14. Ruas jalan Mansalean – Lalong.
V - 13 16. Ruas jalan Lalong – Lipulalongo.
17. Ruas jalan Alasan – Lipulalongo.
18. Ruas jalan Alasan – Padingkian.
19. Ruas jalan Alasan – Bontosi.
20. Ruas jalan Bontosi – Talas.
21. Ruas jalan Talas – Lipulalongo.
22. Ruas jalan Lantibung – Lalong.
23. Ruas jalan Lalong – Sundeng.
24. Ruas jalan Sundeng – Dungkean.
25. Ruas jalan Dungkean – Bone Bone.
26. Ruas jalan Bungin – Kaukes.
27. Ruas jalan Bungin – Bolokut.
28. Ruas jalan Bolokut – Mandel.
29. Ruas jalan Panapat – Mandel.
30. Ruas jalan Limua – Kaukes.
b. Jaringan jalan lokal sekunder, terdiri atas:
1. Ruas jalan Lampa – Padang (Paisu Uki).
2. Ruas jalan Lampa – Tinakin Laut.
3. Ruas jalan Boneaka – Banggai Lalongo.
4. Ruas jalan Tinakin Darat – Mato.
5. Ruas jalan Mampaliasan – Potil Pololoba.
6. Ruas jalan dalam Kota Adean.
7. Ruas jalan Gonggong – Adean.
8. Ruas jalan Monsongan – Kokungan.
9. Ruas jalan Tintingo – Baulalongo.
10. Ruas jalan Adean – Banglamayu.
11. Ruas jalan dalam Kota Matanga.
12. Ruas jalan Malino – Adean.
13. Ruas jalan dalam Kota Lokotoy.
14. Ruas jalan dalam Kota Mansalean.
15. Ruas jalan Lalong – Kansim.
16. Ruas jalan dalam Kota Lantibung.
17. Ruas jalan dalam Kota Bungin.
18. Ruas jalan Bolokut – Kaukes.
V - 14 20. Ruas jalan Limua – Kawalu.
21. Ruas jalan Adean – Pososlalongo.
22. Ruas jalan Gonggong – Pososlalongo.
c. Rencana pengembangan jaringan jalan lokal primer menjadi kolektor sekunder
terdiri atas:
1. Ruas jalan dalam Kota Banggai.
2. Ruas jalan Banggai – Lampa.
3. Ruas jalan Banggai - Peling Solit.
4. Ruas jalan Banggai - Potil Pololoba.
5. Ruas jalan Lampa – Adean.
6. Ruas jalan Adean – Bentean.
7. Ruas jalan Bentean – Matanga.
8. Ruas jalan Matanga – Peling Solit.
9. Ruas jalan Lokotoy – Potil Pololoba.
10. Ruas jalan Peling Solit – Lokotoy.
2) Jaringan prasarana lalu-lintas, berupa rencana peningkatan terminal penumpang
tipe C di Kecamatan Banggai yang akan melayani route angkutan dalam kota dan
antar perdesaan.
3) Jaringan layanan lalu-lintas.
B. Jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan, meliputi:
1) Lintas penyeberangan, yaitu berupa lintas penyeberangan antar kabupaten/kota,
yaitu: Luwuk – Banggai.
2) Rencana pengembangan lintas penyeberangan, meliputi :
a. Rencana lintas penyeberangan antar kabupaten/kota, yaitu Banggai – Bobong
di Kabupaten Pulau Taliabu Provinsi Maluku Utara.
b. Rencana lintas penyeberangan antar pulau terdepan/pulau kecil, yaitu:
1. Banggai – Lantibung.
2. Banggai – Mansalean.
3. Banggai – Bungin.
3) Pelabuhan penyeberangan yaitu Pelabuhan Penyeberangan Lintas
Kabupaten/Kota, yaitu: Pelabuhan Boniton Banggai di Kecamatan Banggai.
4) Rencana pengembangan Pelabuhan Penyeberangan, meliputi rencana pelabuhan
penyeberangan antar pulau terdepan / pulau-pulau kecil yaitu:
V - 15 b. Pelabuhan Penyeberangan Sasabobok di Kecamatan Bangkurung;
c. Pelabuhan Penyeberangan Mansalean di Kecamatan Labobo;
d. Pelabuhan Penyeberangan Bontosi di Kecamatan Labobo;
e. Pelabuhan Penyeberangan Bungin di Kecamatan Bokan Kepulauan;
f. Pelabuhan Penyeberangan Toropot di Kecamatan Bokan Kepulauan;
g. Pelabuhan Penyeberangan Sonit di Kecamatan Bokan Kepulauan;
h. Pelabuhan Penyeberangan Timpaus di Kecamatan Bokan Kepulauan;
i. Pelabuhan Penyeberangan Paisubebek di Kecamatan Bokan Kepulauan;
j. Pelabuhan Penyeberangan Kokudang di Kecamatan Bokan Kepulauan;
k. Pelabuhan Penyeberangan Matanga di Kecamatan Banggai Selatan;
l. Pelabuhan Penyeberangan Tolokibit di Kecamatan Banggai Selatan; dan
m. Pelabuhan Penyeberangan Lokotoy di Kecamatan Banggai Utara.
C. Rencana Kelas Jalan dan Pelabuhan Penyebrangan
Klafisikasi Klas Jalan didasarkan pada Klas Jalan, Fungsi Jalan dan Pengelolaan
Jalan.Klasifikasi prasarana jalan di Banggai Laut dapat dilihat pada Tabel Rencana
Klasifiaksi Jalan dibawah ini.
Tabel 5.7
Rencana Klasifiaksi Jalan
No Ruas Status Fungsi Rnec. Klas
1 Lingkar Pulau Banggai Propinsi KP IIC
2 Lingkar Pulau Labobo Kabupaten KP III
3 Lingkar Pulau Bangkurung Kabupaten KP III
4 Lingkar Pulau Bokan Kabupaten KP III
Sumber: Tatralok Banggai, 2012.
Klafisikasi Pelabuhan Penyeberangan didasarkan atas Kapasitas Layanan,
Frekuwensi Layanan, Ukuran Dermaga, Waktu Operasi dan ketersediaan Fasilitas
Pokok.Prediksi Klasifikasi Pelabuhan Penyeberangan di Banggai Laut diperlihatkan pada
V - 16 Tabel 5.8
Rencana Klasifikasi Pelabuhan Penyebrangan
No Pelabuhan
Penyebrangan
Rencana Klas
Fungsi
1 Banggai II Lintas Propinsi
V - 18 2) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut
Sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Banggai Laut terdiri atasTatanan
Kepelabuhanan dan Alur Pelayaran yang diuraikan sebagai berikut:
A. Tatanan Kepelabuhan
Tatanan Kepelabuhan menurut Undang Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran,
adalah suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis, hierarki
pelabuhan, rencana induk pelabuhan nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan
intra dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. Dalam struktur ruang
wilayah Kabupaten Banggai Laut, Tatanan Kepelabuhan yang ada diuraikan sebagai
berikut:
1) Pelabuhan Pengumpul, yaitu Pelabuhan Banggai yang berada di Kecamatan
Banggai.
2) Rencana pembangunan tambatan perahu dan kapal rakyat di seluruh desa di
Kecamatan Bangkurung, Kecamatan Labobo dan Kecamatan Bokan Kepulauan.
3) Terminal Khusus yaitu pelabuhan dengan fungsi pelayanan khusus, meliputi :
a. Pengembangan pelabuhan / depot BBM.
b. Pembangunan pelabuhan / terminal peti kemas sebagai pengembangan
kapasitas Pelabuhan.
B. Alur Pelayaran dalam Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Laut, meliputi:
1) Alur pelayaran regional, meliputi:
a. Bitung – Banggai.
b. Bobong – Banggai.
c. Bau Bau – Banggai.
2) Alur pelayaran lokal, meliputi:
a. Banggai – Salakan.
b. Banggai – Luwuk.
C. Rencana Klas Pelabuhan Laut
Pelabuhan Laut Diklasifikasikan berdasarkan Pengelolaan, Status, Peran dan
Fungsi. Prediksi Klasifikasi Pelabuhan Laut di Banggai Laut diperlihatkan pada Tabel 3.10
V - 19 Tabel 5.9
Klasifikasi Pelabuhan Laut
No Pelabuhan Pengelolahan Status Peran dan Fugsi
1 Banggai Dephub Diusahakan Nasional
2 Mansalean Pemkab Diusahakan Lokal
3 Lantibung Pemkab Diusahakan Lokal
4 Bungin Pemkab Diusahakan Lokal
Sumber: Tatralok Banggai, 2012.
3) Sistem Jaringan Transportasi Udara
Sistem jaringan transportasi udara dalam struktur ruang wilayah di Kabupaten
Banggai Laut adalah berupa perencanaan pembangunan Bandar Udara pengumpan, yang
direncanakan dibangun di Kecamatan Banggai Utara.Hal-hal yang meliputi sistem jaringan
transportasi udara di Kabupaten Banggai Laut adalah berupa.
A. Tatanan Kebandarudaraan
Tatanan Kebandarudaraan menurut Undang Undang No. 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan adalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan
perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi,
keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan
antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.Dalam struktur
ruang wilayah Kabupaten Banggai Laut, Tatanan Kebandarudaraan yang ada berupa
rencana pembangunan Bandar Udara pengumpan di Kecamatan Banggai Utara.
B. Ruang udara untuk penerbangan, terdiri dari:
1) Ruang Udara di atas bandar udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan
bandar udara.
2) Ruang Udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk keselamatan
operasi penerbangan, yang akan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan
V - 20 C. Rencana Klas Bandara
Rencana Klasifikasi Bandara di Banggai Laut dapat dilihat pada Tabel 3.11 Rencana
Klasifikasi Bandara 2034 berikut ini.
Tabel 5.10
Rencana Klasifikasi Bandara
NO Bandara Penyelenggara Fungsi Penggunaan Status
1 Banggai Kabupaten BPP Umum Domestik
Keterangan :
BPP : Bukan Pusat Penyebaran
V - 22
c. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya dalam struktur ruang wilayah di Kabupaten
Banggai adalah meliputi:
A. Sistem Jaringan Energi
Sistem jaringan energi dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Banggai Laut, meliputi:
1) Pembangkit tenaga listrik yangada di Kabupaten Banggai Laut terdiri atas:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Banggai di Kecamatan Banggai.
b. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem Hybrid Labobo di Kecamatan
Labobo.
c. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sistem Terpusat di Kecamatan
Bangkurung dan Bokan Kepulauan.
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Solar Home System/SHS tersebar di
pulau-pulau kecil terluar berpenghuni yang berada di Kecamatan Bokan
Kepulauan, Labobo dan Bangkurung.
e. Rencana Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Padanglaya Kecamatan
banggai.
2) Jaringan prasarana energi yang ada di Kabupaten Banggai Laut terdiri atas:
a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi terdiri atas :
1) Depo BBM Banggai di Kecamatan Banggai.
2) Rencanapembangunan sentra pengisian BBM (SPDN) di pulau-pulau kecil
meliputi: Pulau Labobo, Pulau Bangkurung dan Pulau Bokan.
b. Jaringandistribusi listrik terdiri atas:
1) Jaringanlistrik di Pulau Banggai yang melayani permukiman di Kecamatan
Banggai, Kecamatan Banggai Utara, Kecamatan Banggai Tengah dan
Kecamatan Banggai Selatan dari PLTD Banggai.
2) Jaringanlistrik di Pulau Labobo yang melayani permukiman di Kecamatan
Labobo.
3) Jaringanlistrik di Pulau Bangkurung yang melayani permukiman di
Kecamatan Bangkurung.
4) Jaringanlistrik di Bokan Kepulauan yang melayani permukiman di
Kecamatan Bokan Kepulauan.
V - 23 B. Sistem Jaringan Telekomunikasi
Sistem jaringan telekomunikasi dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Banggai Laut,
meliputi:
1) Sistem jaringan kabel dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Banggai Laut adalah
rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan telepon
fixed line atau sistem kabel yang merata hingga ke seluruh ibukota Kecamatan,
meliputi:
a. Stasiun Telepon Otomat (STO) Banggai di Kecamatan Banggai.
b. Stasiun Telepon Otomat (STO) Matanga di Kecamatan Banggai Selatan.
c. Stasiun Telepon Otomat (STO) Adean di Kecamatan Banggai Tengah.
d. Stasiun Telepon Otomat (STO) Lokotoi di Kecamatan Banggai Utara.
2) Sistem jaringan nirkabel dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Banggai Laut,
terdiri atas:
a. pengembangan jaringan seluler yang tersebar di seluruh kabupaten dengan
pengelolaan pemanfaatan menara telekomunikasi atau BTS bersama.
b. pembatasan terhadap pembangunan menara telekomunikasi atau BTS baru.
3) Sistem jaringan satelit dalam struktur ruang wilayah Kabupaten Banggai Laut,
V - 26 5.1.2. Arahan Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Laut meliputi: rencana kawasan
lindung dan rencana kawasan budidaya. Sesuai dengan UU Penataan Ruang No. 26 Tahun
2007, Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun
2010 menjelaskan bahwa: Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan denganfungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yangmencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan, sedangkan Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Adapun kawasan lindung dan
kawasan budidaya yang ditetapkan di Kabupaten Banggai Laut, menurut ketentuan adalah
sebagai berikut. Kawasan lindung terdiri atas:
1. Kawasan hutan lindung
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yaitu
kawasan resapan air.
3. Kawasan perlindungan setempat, meliputi:
a. sempadan pantai
b. sempadan sungai
c. kawasan sekitar danau/rawa
d. kawasan sekitar mata air
e. ruang terbuka hijau (RTH).
4. Kawasansuaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, meliputi:
a. kawasan pantai berhutan bakau, berterumbu karang dan berpadang lamun
b. kawasan taman nasional laut
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasanrawan bencana alam, meliputi:
a. kawasan rawan tanah longsor
b. kawasan rawan banjir.
6. Kawasanlindung geologi, meliputi:
a. kawasan keunikan bentang alam
b. kawasan rawan gempa bumi
c. kawasan rawan tsunami.
Kawasan budidaya terdiri atas:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi
2. Kawasanperuntukan pertanian
V - 27 4. Kawasanperuntukan pertambangan
5. Kawasanperuntukan industri
6. Kawasan peruntukan pariwisata
7. Kawasan peruntukan permukiman
8. Kawasan peruntukan lainnya.
Adapun rencana pola ruang di Kabupaten Banggai Laut dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Rencana Pola Ruang
No. Pola Ruang DARATAN Luas
Ha km2
1 Kawasan
Lindung
Hutan Lindung 10106.96 101.07 Sempadan Pantai 2165.63 21.66 Resapan Air 446.05 4.46 Hutan Mangrove 2656.50 26.56 Taman Nasional (Zona Pemanfaatan) 10192.53 101.93 Taman Nasional (Zona Inti) 16771.60 167.72 Taman Nasional (Zona Perlindungan) 9238.98 92.39
2 Kawasan
Budidaya
Permukiman 7186.47 71.86
Perkotaan 66.07 0.66
Hutan Produksi Terbatas 2219.05 24.08 Pertanian 5267.35 52.67 Hutan Yang Dapat di Konversi 1393.27 11.04 Hutan Produksi Tetap 4956.71 49.57
Total 72566.99 725.67
No. Pola Ruang LAUTAN Luas
Ha km2
1 Kawasan Lindung
Taman Nasional Laut (Zona Perlindungan) 3385.55 33.86 Taman Nasional Laut (Zona Inti) 10017.75 100.18 Taman Nasional Laut (Zona Pemanfaatan) 10610.27 106.10 Kawasan Konversi Laut Daerah 6096.44 60.96 Terumbu Karang 5.29 0.05
2 Kawasan Budidaya Kawasan Penangkapan Ikan 1133229.42 11332.29 Kawasan Budidaya Rumput Laut 52332.96 523.33
Total 1215677.68 12156.78
Total Keseluruhan 1288244.67 12882.45
V - 28
A. Rencana Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam serta sumberdaya buatan
guna pembangunan berkelanjutan, yang juga dapat diartikan bahwa kawasan lindung
apabila dijamah akan berakibat terhadap daerah bawahannya atau daerah sekitarnya.
Berdasarkan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 mengenai Pengelolaan
Kawasan Lindung, maka perlu dilakukan penetapan kawasan lindung. Pada dasarnya,
penetapan kawasan lindung merupakan perwujudan dan pengembangan struktur tata
ruang yang berdasarkan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Keppres No. 32 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Undang-Undang tentang Penataan
Ruang menjelaskan bahwa penentuan kawasan lindung didasarkan atas beberapa kriteria
fisik tanah meliputi ketinggian, kelerengan, daerah resapan air, dan sifat khusus lainnya
sehingga dapat digolongkan ke dalam kawasan yang harus dilindungi.
Pada prinsipnya pengendalian atau pengelolaan Kawasan Lindung, adalah di dalam
Kawasan Lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali yang tidak mengganggu
fungsi lindung. Di dalam Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya dilarang melakukan
kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem yang ada. Flora dan
Fauna yang ada di dalam Kawasan Lindung, perlu dilindungi dan dipertahankan
kelestariannya.
Perlu adanya rehabilitasi hutan atau reboisasi pada unit lahan pada Hutan Lindung
yang saat ini tidak berfungsi sebagai Kawasan Lindung. Kawasan Cagar Alam, Hutan
Lindung atau dalam kawasan hutan yang pada kondisi sekarang sudah berubah fungsi,
maka langkah selanjutnya Pemerintah Daerah dan Intansi terkait harus segera memproses
untuk mengembalikan fungsi kawasan dengan pertimbangan karakteristik wilayah
kepulauan.Sesuai hasil identifikasi dan analisis yang dilakukan, penetapan dan rencana
V - 29 Penetapan Kawasan Lindung dan Rencana Pengelolaan Kawasan Lindungdi Kabupaten Banggai Laut
No. Kawasan Lindung Jenis Kawasan Lindung Rencana Pengelolaan 1. Kawasan Hutan Lindung - Kawasanhutan lindung Pulau Banggai
di Kecamatan Banggai;
- Kawasan hutan lindung Pulau
Bangkurung;
- Kawasan hutan lindung lainnya, yang
penetapannya dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undang yang berlaku.
- Pengendaliankegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan
lindung;
- Pengembalian fungsi hidrologis dengan reboisasi pada kawasan hutan yang telah
mengalami kerusakan;
- Percepatan rehabilitasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung; - Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui tindakan pencegahan
pengrusakan dan upaya pengembalian pada rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada;
- Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu
hutan lindung; dan
- Pengembangan dan pelestarian flora dan fauna terutama yang memiliki nilai endemik yang
tinggi. 2. Kawasan yang memberikan
fungsi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, adalah berupa kawasan resapan air yang berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupan kawasan yang bersangkutan
- Kawasan resapan air - Menata pemanfaatan kawasan resapan agar tidak beralih fungsi menjadi lahanterbangun - Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, antara lain : mempercepat pemulihan kawasan
resapan dengan penghijauan;
- Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air. - Pemantapan kawasan resapan air;
- Mengembangkan hutan rakyat untuk menyediakan kebutuhan domestik akan kayu
bangunan dan melakukan penghijauan dengan menanam jenis-jenis kayu hutan guna mengendalikan erosi, memperbesar infiltrasi tanah dan mencegah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau;
- Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk di dalam kriteria kawasan
lindung dengan melakukan penanaman pohon pelindung/penghijauan yang dapat di gunakan sebagai perlindungan kawasan bawahannya, hasil yang dapat diambil berupa hasil non-kayu;
- Pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi;
- Membuka jalur wisata jelajah / pendakian untuk menanamkan rasa memiliki / mencintai
alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap alam;
- Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan resapan air; dan - Pemantapan kawasan resapan air, bila berada dalam kawasan hutan dikembalikan
fungsinya sebagai hutan lindung untuk menjamin keberadaan kawasan hutan dan fungsi hutan.
3. Kawasan perlindungan setempat
a. Kawasan sempadan pantai, meliputi dataran sepanjang tepian laut yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah
- Melakukan perlindungan pantai buatan, mencakup seluruh garis pantai terutama yang
berpotensi tsunami, abrasi, erosi, badai, banjir, meliputi:
• Daerah pesisir pantai permukiman di Pulau Banggai;
• Daerah pesisir pantai permukiman di Pulau Labobo;
V - 30
darat, kawasan ini meliputi seluruh garis pantai terutama yang berpotensi tsunami, abrasi, erosi, badai, banjir diseluruh wilayah kabupaten
• Daerah pesisir pantai permukiman di Bokan Kepulauan.
• Daerah pesisisr pantai permukiman sebagian wilayah Kecamatan kepulauan.
- Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sempadan pantai sebagai area pengaman dari
kerusakan atau bencana yang ditimbulkan oleh gelombang laut;
- Menetapkan jarak bebas atau batas wilayah pantai 100 meter dari titik pasang tertinggi
yang tidak boleh dimanfaatkan untuk lahan budidaya atau didirikan bangunan kecuali daerah/wilayah pantai yang secara eksisting telah menjadi kawasan permukiman dan kawasan budidaya;
- Pemanfaatan ruang di sempadan pantai diutamakan untuk pengembangan kawasan
budidaya yang telah ada di sisi daratan dan tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian ekosistem pantai, termasuk gangguan terhadap kualitas visual; dan
- Pembangunan pesisir pantai harus mengutamakan jaringan infrastruktur yang ramah
lingkungan dan mempersiapkan jalur evakuasi apabila terjadi bencana gelombang pasang dan tsunami.
- Untuk daerah tertentu yang tidak lagi memungkinkan diterapkan ketentuan minimal seperti
di wilayah permukiman dan / atau permukiman pesisir yang fisiknya sudah terbangun permanen, diatur dengan ketentuan khusus oleh pemerintah daerah.
b. Kawasan sekitar danau/rawa, meliputi dataran sekeliling danau/rawa yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiknya minimal 50 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat, kecuali daerah/wilayah danau/rawa yang secara eksisting telah menjadi kawasan permukiman dan kawasan budidaya yang ditandai dengan batas-batas permanen (talud, turap, dan lain-lain).Kawasan ini meliputi:
- Danau Olu Keudeh di Kecamatan
Banggai Utara
- penanaman pohon pelindung / penghijauan berupa tanaman kayu-kayuan; - pencegahan kegiatan pengurangan tutupan vegetasi
- mencegah pemanfaatan kawasan sekitar danau / rawa menjadi lahan terbangun
- Untuk daerah tertentu yang tidak lagi memungkinkan diterapkan ketentuan minimal (wilayah
V - 31
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
a. Kawasan pantai berhutan bakau, berterumbu karang dan berpadang lamun meliputi:
- Sepanjang pesisir pantai di Pulau
Banggai dengan luas + 415 ha;
- Sepanjang pesisir pantai di Pulau
Labobo, Pulau Bangkurung dan Bokan Kepulauan dengan luas + 566 ha;
- pesisir pantai pulau-pulau kecil
yang memiliki hutan bakau, terumbu karang dan biota laut.
- penetapan Daerah Perlindungan Pantai dan Laut (DPPL) yang mencakup perlindungan dan
pengawasan hutan bakau serta perlindungan terhadap komunitas terumbu karang dan berpadang lamun yang berada di sekitarnya;
- penanaman kembali mangrove pada lokasi-lokasi yang telah mengalami penurunan luas
hutan mangrovenya;
- penetapan kawasan konservasi laut untuk perlindungan terhadap ikan endemik banggai
cardinal fish yang tersebar di perairan kepulauan banggai; dan
- Kawasan Konservasi Laut Daerah yang meliputi perairan Pulau Tolobundo, Pulau Bandang
Besar, Pulau Makaliu, Pulau Lesampuang, Pulau Togong sagu, Pulau Panteh, Pulau Maringkih, Pulau Peposo, Pulau Sonit dan Pulau Banggai
b. Kawasan taman nasional laut, adalah berupa kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Banggai.
c. Kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan yang meliputi:
- Bekas peninggalan ekspedisi
Laksamana Hok berupa Batu Peti di Kecamatan Banggai Utara;
- Bungkoko Babolau bekas
Kerajaan Babolau di Kecamatan Banggai Utara;
- Bekas Istana Tomundo Sabol di
Kecamatan Banggai Utara;
- Prasasti Lingkong di Kecamatan
Banggai Utara;
- Kawasan bersejarah Olu di
Kecamatan Banggai;
- Keraton Kerajaan Banggai di
Kecamatan Banggai;
- Kawasan Bersejarah Banggai
Lalongo di Kecamatan Banggai;
- Kamali (rumah keramat) Boneaka
di Kecamatan Banggai;
- Kamali (rumah keramat) Putal di
Kecamatan Banggai;
- melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya dan kawasan historis dari alih fungsi; - melestarikan dan merevitalisasi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai
arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah; dan
V - 32 - Kawasan Bersejarah Padang
Laya di Kecamatan Banggai;
- Makam Raja-Raja Banggai yang
tersebar di Kecamatan Banggai;
- Gowa Lengi-Lengitan di
Kecamatan Banggai;
- Kawasan Adat Paisu Tobui di
Kecamatan Banggai;
- Situs Rumah Raja Kamali Pende
(Pesanggrahan Raja) di Kecamatan Banggai;
- Situs Masjid Tua Kampung
Ambata di Kecamatan Banggai;
- Situs Benteng Portugis di
Kecamatan Banggai;
- Kawasan sejarah
Samadang/Mapang di Kecamatan Banggai Tengah;
- Bekas peninggalan Basalo
Katapean doi sasaban di Kecamatan Banggai Tengah;
- Kawasan sejarah Bungkuko
Tatandak di Kecamatan Banggai Tengah;
- Situs sejarah Popol di Kecamatan
Banggai Tengah;
- Situs sejarah Bansulusung di
Kecamatan Banggai Tengah;
- Benteng Ulu Mosoni di
Kecamatan Banggai Selatan;
- Situs Sejarah Paisu Taranate di
Kecamatan Banggai Selatan;
- Situs Sejarah Paduno di
Kecamatan Banggai Selatan;
- Situs Sejarah Lapangan
Bakabuan di Kecamatan Banggai Selatan;
- Situs Sejarah Goa Tokubet di
Kecamatan Banggai Selatan;
- Sabua Moinsale di Kecamatan
V - 33 - Prasasti Batu Gajah di Kecamatan
Labobo;
Kecamatan Bangkurung; dan
- Makam Syeh Maulana Saidi di
Kecamatan Bokan Kepulauan.
5. Kawasan rawan bencana alam
adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Banggai Laut, terdiri atas:
a. Kawasan rawan longsor, yaitu kawasan yang berpotensi besar terjadinya longsor karena pengaruh kestabilan/kemiringan lereng, topografi, geomorfologi dan kondisi geologi, kondisi vegetasi maupun tingkat kohesif tanah, meliputi beberapa kawasan yang berada di seluruh wilayak Kabupaten Banggai Laut.
- Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk pembangunan fisik) - Menyiapkan sistem peringatan dini bahaya longsor
- Pada lokasi tertentu beberapa kegiatan terutama non fisik masih dapat dilaksanakan dengan
ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada
- Pelarangan terhadap pembangunan rumah di daerah yang berpotensi terhadap rawan
longsor
- Pengendalian terhadap kegiatan pemanfataan lahan di sekitar kawasan rawan longsor - Membuat tanggul penahan tanah (talud) pada daerah-daerah berlereng curam yang
mengalami pemotongan bagian bawah lereng akibat pembuatan jalan
- Kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta
kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi
- Tutupan vegetasi yang tinggi dari perkebunan kelapa, cengkih dan jenis-jenis bambu serta
tanaman keras lainnya yang ada di kawasan ini harus tetap dipertahankan untuk melindungi tanah terhadap erosi dan longsor
- Mengembangkan kapasitas dan tutupan vegetasi dengan tanaman buah produktif
- Meningkatkan pemahaman masyarakat melalui penyuluhan baik secara langsung maupun
V - 34
b. Kawasan rawan banjir, adalah kawasan perkotaan Banggai dan kawasan lain yang berpotensi di seluruh wilayah kabupaten
- Menegaskan peruntukan ruang sebagai kawasan lindung; - Menyiapkan sistem peringatan dini bahaya banjir;
- Beberapa kegiatan terutama non fisik pada lokasi tertentu masih dapat dilaksanakan dengan
ketentuan khusus dan/atau persyaratan yang pada dasarnya diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;
- Kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta
kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi; dan
- Kegiatan budidaya pertanian / perkebunan, hutan kota, dan hutan rakyat, dapat
dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan drainase lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang;
6. Kawasan lindung geologi a. Kawasan keunikan bentang alam berupa bentang alam goa yang didalamnya terdapat stalagtit dan stalagmit yaitu Goa Lengi Lengiten di Kecamatan Banggai.
- Mengarahkan pengembangan permukiman bukan ke arah kawasan lindung
b. Kawasan rawan gempa bumi, kawasan ini tersebar di seluruh wilayah kabupaten karena terletak disepanjang zona tumbukan antara lempeng mikro kontinen Banggai– Sula dengan jalur ofiolit Sulawesi Timur. Tumbukan antara kedua lempeng tersebut merupakan fenomena tektonik yang dicirikan dengan pergerakan sistem sesar Sorong yang bergerak ke arah barat dan bersifat mendatar.
- Perencanaan pembangunan gedung yang efektif untuk mengurangi resiko gempa bumi; - Memasyarakatkan perencanaan bangunan hunian dengan konstruksi tahan gempa; - Menghindari pembangunan pada jalur patahan/sesar;
- Menyediakan jalur-jalur evakuasi bencana, dan membangun fasilitas evakuasi bencana; - Menyiapkan lokasi evakuasi bencana (pada lokasi dengan jarak tertentu);
- Pengorganisasian dan pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya mengacu pada fungsi
ruang yang fleksibel;
- Mempelajari perilaku bangunan dalam menerima beban gempa; dan - Membangun sistem peringatan dini bahaya gelombang pasang/tsunami
- Mengurangi dampak sapuan gelombang pasang perlu membangun infrastruktur penahan
ombak dan revitalisasi hutan bakau, penanaman pohon pelindung
- Penatagunaan lahan dengan intensitas pemanfaatan lahan, jumlah bangunan,
penggunaannya dan fungsi ruang terbuka pada daerah berpotensi gelombang pasang/tsunami
- Menempatkan permukiman pada suatu ketinggian tertentu yang dalam sejarah wilayah
tersebut tidak pernah terlanda gelombang pasang;
- Meningkatkan pemahaman masyarakat melalui simulasi, latihan peran, serta penyuluhan
V - 35
c. Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami, adalah kawasan yang berada di pesisir seluruh pulau di Kabupaten Banggai Laut.
V - 37
B. Rencana Kawasan Budidaya
Pada dasarnya kawasan di luar fungsi kawasan lindung adalah berupa kawasan
budidaya. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang karena kondisi dan potensi fisik
sumber daya alamnya dapat dimanfaatkan guna kepentingan produksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia. Kawasan budidaya di KabupatenBanggai Laut adalah
meliput:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi.
b. Kawasanperuntukan pertanian.
c. Kawasan peruntukan perikanan.
d. Kawasanperuntukan pertambangan.
e. Kawasan peruntukan industri.
f. Kawasanperuntukan pariwisata.
g. Kawasanperuntukan permukiman.
h. Kawasanperuntukan lainnya.
C. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupaten Banggai Laut merupakan
kawasan hutan yang secara ruang dipergunakan untuk kegiatan budi daya hutan, yang
meliputi : Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap.
a) Kawasan hutan produksi terbatas memiliki luas kurang lebih 3.512,32 Ha, yang tersebar
di beberapa wilayah, diantaranya; Kecamatan Banggai, Kecamatan Labobo,
Kecamatan Bangkurung dan Kecamatan Bokan Kepulauan.
b) Kawasan hutan produksi tetap memiliki luas kurang lebih 4.956, 71 Ha, yang tersebar
di baberepa wilayah, diantaranya Kecamatan Banggai Selatan, Kecamatan Banggai
Tengah, Kecamatan Banggai Utara, Kecamatan Labobo, Kecamatan Bangkurung dan
Kecamatan Bokan Kepulauan.
D. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian merupakan kawasan pertanian dimana keadaan
tanah dan sifat fisiknya sesuai bagi pengembangan tanaman pangan, holtikultura,
perkebunan dan peternakan, dengan sistem pengolahan lahan kering dan lahan
basah.Berdasarkan rencana pola ruang, kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten
V - 38 dititik beratkan pada lahan palawija (ubi banggai, ubi kayu, jagung, ubi jalar, kacang tanah)
dan holtikultura (sayur-sayuran, bawang dan berbagai jenis lainnya) dengan jenis pola
budidaya tanaman jangka pendek.Pada lahan kering diutamakan untuk mengembangkan
tanaman palawija dan holtikultura, sedangkan lahan basah untuk pengembangan padi
sawah.
A) Kawasan peruntukan tanaman pangandi Kabupaten Banggai Laut, terdiri dari:
1. Sentra pengembangan tanamanpadi di Kecamatan Banggai Utara;
2. Sentrapengembangan tanaman jagung tersebar di seluruh kecamatan, kecuali di
Kecamatan Banggai dan Banggai Utara;
3. Sentrapengembangan tanaman ubi Banggai di Kecamatan Banggai Tengah dan
Kecamatan Bangkurung;
4. Sentrapengembangan tanaman ubi jalar di Kecamatan Bangkurung; dan
5. Sentrapengembangan rumput laut di perairan laut Kecamatan Labobo, Banggai,
Bokan Kepulauan, Bangkurung, Banggai Utara, Banggai Selatan.
B) Kawasan peruntukan hortikultura
Kawasan peruntukan hortikultura di Kabupaten Banggai Laut, adalah berupa tanaman
sayuran dataran tinggi, yang terdapat di Kecamatan Banggai Selatan dan Banggai
Tengah.
C) Kawasan perkebunandi Kabupaten Banggai Laut, terdiri dari:
1. Sentra Pengembangan Kelapa di Kecamatan Bangkurung dan di Kecamatan
Banggai
2. Sentra Pengembangan Cengkeh di Kecamatan Bangkurung.
3. Sentra Pengembangan Kakao di Kecamatan Banggai
4. Sentra Pengembangan Tanaman Jambu Mete di Kecamatan Bokan Kepulauan
D) Kawasan peruntukan peternakan.
Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten Banggai Laut meliputi kawasan
peternakan unggas, kawasan peternakan sapi dan kawasan peternakan kambing
tersebar di seluruh wilayah kabupaten.Kawasan peternakan besar seperti sapi
tersebar di Kecamatan Banggai Tengah, Bungin Kecamatan Bokan Kepulauan, dan
Bungin Luwean di kecamatan Bangkurung.Kawasan peternakan kambing Desa
V - 39
E. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Banggai Laut, terdiri atas:kawasan
perikanan tangkap, kawasan perikanan budidaya laut, kawasan pengolahan/industri
perikanandankawasan pemasaran perikanan.
Kawasan perikanan tangkap di Kabupaten Banggai Lautdirencanakanmeliputi
pengembangan infrastruktur pokok dan komponen penunjangyang dikembangkan melalui
kegiatan sentra perikanan tangkap yang meliputi seluruh wilayah kabupaten Banggai Laut.
A) Kawasan peruntukan perikanan tangkap di Kabupaten Banggai Laut, antara lain
meliputi infrastruktur pokok dan komponen penunjang dikembangkan melalui sentra
perikanan tangkap yang meliputi Kecamatan Labobo, Kecamatan Banggai,
Kecamatan Bangkurung dan Kecamatan Bokan Kepulauan.
B) Kawasan peruntukan perikanan budidaya laut di Kabupaten Banggai Laut, antara lain
meliputi infrastruktur pokok dan komponen penunjang meliputi:
1. Kecamatan Banggai dan Kecamatan Banggai Utara untuk perikanan budidaya laut
menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA).
2. Kecamatan Bangkurung untuk budidaya teripang laut.
3. Kecamatan Bokan Kepulauan untuk budidaya mata tujuh “abalone”.
4. Kecamatan Banggai Tengah dan Kecamatan Bokan Kepulauan untuk budidaya
mutiara.
5. Kecamatan Labobo, Kecamatan Banggai, Kecamatan Bokan Kepulauan,
Kecamatan Bangurung, Kecamatan Banggai Utara dan Kecamatan Banggai
Selatan untuk budidaya rumput laut.
C) Kawasan pengolahan/industri perikanan di Kabupaten Banggai Laut, antara lain
meliputi infrastruktur pokok dan komponen penunjang terdapat di Desa Mato
Kecamatan Banggai Tengah.
D) Kawasan pemasaran perikanan di Kabupaten Banggai Laut, antara lain meliputi
infrastruktur pokok dan komponen penunjang terdapat di Kecamatan Banggai Tengah,
Desa Toropot dan Desa Kaukes Kecamatan Bokan Kepulauan, Desa Bontosi
Kecamatan Labobo, Desa Kalopapi, Desa Dungkean dan Desa Sundeng Kecamatan
Bangkurung.
F. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukkan pertambangan di Kabupaten Banggai Laut dalam
V - 40 Kawasan peruntukkan pertambangan adalah bersifat sangat terbatas, selektif, dan tidak
mutlak, yang terdiri atas:kawasan peruntukan pertambangan mineral logam dankawasan
peruntukan pertambangan mineral non logam dan bebatuan.
Kawasan peruntukan pertambangan mineral terdiri atas :
a. kawasan peruntukan potensi pertambangan batu granit di Kecamatan Banggai Utara,
Desa Lambako Kecamatan Banggai.
b. kawasan peruntukan potensi mika di Desa Paisulamo Kecamatan Labobo Bagian
Utara, Desa Adean Kecamatan Banggai Tengah.
c. kawasan peruntukan potensi kuarsa di Desa Lambako dan Desa Umbuli Kecamatan
Banggai
Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam dan bebatuan terdiri atas potensi
bahan galian tambang skala terbatas yang tidak berpotensi merusak lingkungan, serta
dilaksanakan setelahmemenuhi aturan perundang-undangan yang berlaku, seperti : barit,
lempung, batu apung, basalt, andesit,pasir besi, pasir dan batu, bijih besi, pasir vulkanis,
kalsedon, malahit (tembaga), dan rutil (titan).
Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten
Banggai Lautdilakukan sebagai berikut :
a. Pemanfaatankawasan pertambangan harus diperuntukan sebesar-besarnya bagi
upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan
pendapatan yang tercipta akibat penambangan dengan tetap mempertahankan
kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. Pemanfaatankawasan pertambangan yang dikembangkan harus mampu menciptakan
lapangan kerja dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat serta
harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat;
c. Pemanfaatan kawasan bagi peruntukan pertambangan dilakukan secara ketat, terbatas
dan selektif dengan mentatati aturan perundang-undangan yang berlaku / diberlakukan
khususnya bagi pulau-pulau yang diklasifikasikan sebagai pulau kecil,
ketentuan-ketentuan kehutanan, sumber daya air serta ketentuan-ketentuan lingkungan hidup; dan
d. Kawasanperuntukan pertambangan mineral logam, mineral non logam dan bebatuan
V - 41 beroperasi di kawasan tersebut.
G. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Banggai Laut adalah: kawasan yang
diperuntukan bagi pengembangan kegiatan industri kecil dan menengah termasuk industri
kecil dan kerajinan rumah tangga, antara lain:
a) kegiatan industri kecil di Desa Buang-Buang Kecamatan Bokan Kepulauan.
b) kegiatan industri pengolahan ikan di Kecamatan Banggai, Kecamatan Banggai Tengah,
Desa Toropot dan Desa Kaukes Kecamatan Bokan Kepulauan, Desa Bontosi
Kecamatan Labobo, Desa Kalopapi, Desa Tadunu, Desa Dungkean, Desa Sundeng
Kecamatan Bangkurung.
c) kegiatan industri pengolahan pertanian dan perkebunan berupa industri Minyak Kelapa
di Desa Adean Kecamatan Banggai dan industry perkebunan Ubi di Kecamatan
Labobo.
Rencana pengembangan kawasan peruntukan industri adalah sebagai berikut :
a. Pemanfaatan kawasan industri harus diperuntukan sebesar-besarnya bagi upaya
mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah danpeningkatan
pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi,
dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan
meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk jenis industri yang
dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik
lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses
ke pasar;
c. Kawasan peruntukan industri wajib memiliki dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategi
(KLHS) sesuai peraturan/perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat
ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut;
d. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan
peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan yang mengelola kawasan
V - 42 tentang Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) sesuai ketentuan
perundang-undangan.
H. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Banggai Laut terdiri atas:
A) Kawasan peruntukan pariwisata sejarah dan budaya di Kabupaten Banggai Laut
meliputi:
1. Kawasan pelestarian budaya dan purbakala;
2. Kawasan wisata budaya dan sejarah, meliputi:
BangunanKeraton Kerajaan Banggai di Kecamatan Banggai.
Bangunanpeninggalan pusat-pusat kerajaan yang tersebar di berbagai wilayah.
Makamraja-raja dan makam pahlawan yang tersebar di berbagai wilayah.
Kawasanaliran kepercayaan dan kawasan spiritual lainnya yang tersebar di berbagai wilayah.
3. Kawasanpermukiman lingkungan sosial masyarakat adat Paisu Tobui di
Kecamatan Banggai.
4. Kawasanpenggalian dan pelestarian seni budaya nasional di seluruh wilayah
kabupaten, meliputi seni tari (Paupe, Tolunikon, Ridan, Selendang, Baltindak dan
Jepeng); seni musik (Bebende, Ngoling Ngoling, Tilalu, Musik Bambu, Talipa,
Gong, Tawa Tawa, Loloupon dan Tonggoling); seni sastra / syair (Ode, Sadoyong,
Sulat, Lelee dan Kidung); permainan tradisional (Sosuul, Tetengka, Pailolong,
Paibaba, Lamasena, Paibinti dan Sumpit); seremoni / upacara adat (Mabangun
Tunggul, Malabot Tumbe, Sasampe, Bakobusoi, Mampalias, Malabuk Tomundo
dan upacara adat perkawinan).
B) Kawasan peruntukan pariwisata alam terdiri atas:
1. Kawasanwisata pegunungan, air terjun, danau yang meliputi: • Pemandianair terjun Matube Lampa di Kecamatan Banggai. • PemandianKokungo di Kecamatan Banggai Tengah.
• Airterjun Konugo Alasan di Kecamatan Lalobo. • Datarantinggi Padang Laya di Kecamatan Banggai. • DanauOlu Keudeh di Kecamatan Banggai Utara. • Danau Monosan Banggai Utara.
V - 43 daya tarik tertentu dan/atau keunikan panorama pantai yang meliputi:
• pantai pasir putih dan pantai olu di Kecamatan Banggai Utara.
• pantai Togong,pantai pasir putih Desa Oyama, pantai Bone bulusan, pantai kendek di Kecamatan Banggai.
• perairan Tolobundo, perairan Desa Lala Kecamatan Bangkurung. • perairanPulau Bandang Kecamatan Banggai Tengah.
• pulauAsasar Peraian Bone Baru Kecamatan Banggai utara.
3. Kawasanwisata diving, snorkling dan surfing di Desa Buang-Buang Kecamatan
Bokan Kepulauan, Perairan Tolobundo di Kecamatan Bangkurung, Kecamatan
Banggai Utara.
4. Kawasan wisata ilmu pengetahuan berupa Goa Lengi Lengiten di Kecamatan
Banggai.
Kawasan peruntukan pariwisata buatan, yaitu berupa pembangunan taman
bertema atau pengembangan kampung wisata kebaharian / budaya sesuai dengan kearifan
lokal dan di sesuaikan dengan potensi Kabupaten.
Dasar PertimbanganPengembangan Pariwisata
Pengembangan kepariwisataan pada suatu wilayah memiliki implikasi secara
spasial atau keruangan. Implikasi spasial yang dimaksud adalah pembentukan
ruang-ruang pariwisata atau kawasan-kawasan pariwisata yang memiliki batasan wilayah tertentu
dan dikembangkan dengan karakter tema produk tertentu. Pengembangan ruang atau
kawasan pengembangan pariwisata dengan karakter produk tertentu tersebut memiliki
tujuan.
Pertama, untuk membuat delineasi produk atau mengembangkan keragaman
produk dalam suatu wilayah pengembangan, sehingga dapat dikembangkan sejumlah
kawasan pariwisata yang memiliki daya tarik atau karakter produk yang spesifik.
Keragaman atau diversifikasi produk tersebut, dimaksudkan agar wilayah tersebut memiliki
daya tarik yang beragam dan menarik pangsa pasar yang beragam pula. Daya tarik yang
beragam akan memberi peluang pergerakan atau distribusi yang merata pada
kawasan-kawasanpengembangan pariwisata yang dikembangkan.
Kedua, pembentukan kawasan-kawasan pengembangan pariwisata dimaksudkan
untuk mengorganisasikan sejumlah obyek dan daya tarik wisata dalam satu keterkaitan
V - 44
Gambar 5.6.
Konsep pengembangan keruangan pariwisata
(diadopsi dari Gunn, 2000)
pariwisata akan dapat didistribusikan dan memberi nilai manfaat bagi obyek-obyek wisata
di dekatnya.
Ketiga, pembentukan kluster-kluster pengembangan pariwisata yang menghimpun
obyek-obyek wisata yang berdekatan dan memiliki kesamaan akses dalam satu kawasan
pengembangan juga dimaksudkan untuk mengembangkan pola atau sistem layanan yang
terpadu diantara obyek-obyek wisata yang saling dikaitkan tersebut.
Kriteria Pengembangan
Dalam rencana pengembangan pariwisata, kriteria yang digunakan adalah
mengacu pada kriteria yang berorientasi pada jenis dan karakter obyek dan daya tarik
wisata serta fisik geografis.
V - 45 pengembangan pariwisata (kawasan wisata) dengan karakter spesifik.
• Kesamaan arah dan cara pencapaian/persiapan perjalanan kesamaan arah dan cara
pencapaian ke suatu lokasi sebaran beberapa ODTW, akan menguntungkan untuk
dikembangkan apabila dirangkaikan dalam satu keterkaitan membentuk suatu kawasan
pengembangan.
• Jangkauan atau jarak dari pusat-pusat pelayanan, kedekatan dari sarana-prasaran
penunjang wisata merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan dalam
merangkai beberapa obyek dan daya tarik wisata kedalam suatu kesatuan
pengembangan perwilayahan.
• Kedudukan sebaran obyek dan daya tarik wisata secara geografis: sebaran sejumlah
ODTW pada suatu lokasi atau area tertentu yang secara fisik geografis baik secara
topografi ataupun dengan pertimbangan kedekatan, yang nantinya akan berpengaruh
pada waktu tempuh kunjungan wisata, akan sangat efektif dan menguntungkan
pengembangan dan pemasarannya apabila dirangkaikan dalam suatu kawasan
pengembangan.
Rencana Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata Kabupaten Banggai Lautakan dibagi dalam 3 (tiga)
perwilayahan, yang disebut dengan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP). Kawasan
Pengembangan Pariwisata (KPP), merupakan wilayah struktur pengembangan yang
merangkum beberapa obyek ataupun kawasan wisata dalam satu kesatuan kawasan
pengembangan. Batasan dari KPP adalah suatu area yang didalamnya merupakan
himpunan beberapa obyek dan daya tarik wisata, yang dirangkum atas dasar kesamaan
arah dan cara pencapaian, efisiensi waktu pencapaian serta kedudukan ODTW yang
secara geografis dapat dibentuk dalam satu keterkaitan (linkage).
Dari hasil analisis perwilayahan dengan mendasarkan pada kriteria tersebut
diatas, perrwilayahan pariwisata Kabupaten Banggai Laut disusun dalam 3 Kawasan
Pengembangan Pariwisata (KPP), sebagai berikut:
• KPP 1 : Banggai dsktnya • KPP 2 : Bangkurung dsktnya • KPP 3 : Bukan Kepulauan dsktnya
Adapun pembentukan kluster atau perwilayahan tersebut selanjutnya dapat dicermati
V - 46
KPP Cakupan Wilayah ODTW Pusat Pelayanan
KPP 1
BANGGAI
Kec. Banggai 1. Wisata Lambangan Pauno 2. Wisata Pulau Bandang 3. Pantai Pasir Putih 4. Wisata Alam Kokungan 5. Danau Olu
6. Wisata Alam Matube
7. Wisata Alam Banggai Lalongo 8. Wisata Alam Gua Lengi-Lengitan 9. Wisata Alam Gua Padu
10. Wisata Alam Gua Bebang 11. Wisata Alam Padang Laya 12. Keraton Kerajaan Banggai 13. Tempat Pesanggarahan Raja
Banggai
14. Kantor Raja Banggai
15. Lokasi Penyumpahan Raja Banggai (Malabuh Tomundo)
16. Makam Panglima Perang Kerajaan Babolau
17. Makam Penyebar Agama Islam (Hasan Tanduk Alam Syah) 18. Sisa Peninggalan Benteng Portugis 19. Makam Raja Mandapar
20. Makam Raja Abd. Azis 21. Makam Raja Awaluddin 22. Makam Raja Abdurrahman 23. Kamali Boneaka (Babolau) 24. Kamali Kokini
25. Kamali Putal
26. Babangun Tunggul di Banggai Lalongo
27. Babangun Tunggul di di Kamali Boneaka
28. Festival Seni Budaya Banggai 29. Upacara Adat Tumbe
30. Seba Lembaga Adat Banggai
Banggai
KPP 2 Kec. Bangkurung 1. Wisata Taman Laut Tolobundu
2. Wisata Alam Populasi Burung Mas