• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 80b6defb89 BAB III3 Arahan Strategis Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 80b6defb89 BAB III3 Arahan Strategis Nasional"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

BIDANG CIPTA KARYA

KABUPATEN WAY KANAN

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilaya provinsi, serta keserasian antarsektor,

(2)

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)Kriteria:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)Kriteria:

a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)Kriteria:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:  Pertahanan dan keamanan,

(3)

b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c. merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

 Pertumbuhan ekonomi,

a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, memiliki potensi ekspor,

c. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, d. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

e. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

g. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.  Sosial dan budaya

a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b. merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.  Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a. adiperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c. memiliki sumber daya alam strategis nasional

d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.  Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

(4)

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d. dmemberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g. rawan bencana alam nasional

h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional.

3.2 RTRW KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

- Ekonomi

- Lingkungan Hidup - Sosial Budaya

- Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi - Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1. Arahan pengembangan pola ruang:

- Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

- Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

(5)

Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda sesuai Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.

3.3

ARAHAN RENCANA TATA RUANG (RTR) PULAU

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapa dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Kabupaten Way Kanan termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera karena sesuai Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera. Yang termasuk dalam RTRW Pulau meliputi Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Pulau Jawa-Bali.

3.4

ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI

LAMPUNG

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1. Arahan pengembangan pola ruang:

- Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

(6)

2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kabupaten Way Kanan dalam wilayah administratif Provinsi Lampung berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung merupakan pusat kegiatan wilayah promosi (PKWp) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c ditujukan sebagai pusat kegiatan lokal yang di promosikan atau di rekomendasikan oleh provinsi dalam 5 (lima) tahun kedepan akan menjadi PKW. Penetapan PKWp di lokasi Blambangan Umpu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditujukan untuk kegiatan utama sebagai berikut :

- pusat pemerintahan kabupaten; - pusat perdagangan;

- pertanian.

3.5

ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN

WAY KANAN

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

- Pertahanan keamanan - Ekonomi

- Lingkungan hidup

- Sosial budaya

- Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup :

- Arahan pengembangan pola ruang:

1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

(7)

- Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan.

c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3.5.1 ARAHAN PENGEMBANGAN STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN WAY

KANAN

Sesuai dengan konsep pengembangan tata ruang wilayah Kabupaten Way Kanan, maka strategi pengembangan adalah pemerataan pelayanan dan penjalaran fungsi-fungsi pusat-pusat pelayanan. Oleh karena itu perlu pembentukan pusat-pusat yang mampu memberikan pelayanan secara optimal ke seluruh wilyah. Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan (Pusat Kegiatan) di wilayah Kabupaten Way Kanan diarahkan untuk meningkatkan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut pemenuhan kebutuhan masyarakat termasuk dalam penyediaan sarana dan prasarana utama penunjang yang pengadaannya dikelola secara terpadu. Penerapan kebijaksanaan setiap sistem kegiatan pembangunan berbeda-beda tergantung dari kebutuhan tiap-tiap wilayah.

Arahan pengembangan pusat kegiatan dilakukan melalui pengembangan pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk melayani kegiatan ekonomi, pelayanan pemerintahan dan pelayanan jasa, bagi kawasan permukiman maupun daerah sekitarnya. Pusat-pusat kegiatan ditujukan untuk melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam wilayahnya dan wilayah sekitarnya.

Hirarki fungsional Wilayah Kabupaten Way Kanan adalah:

1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), yaitu pusat kegiatan lokal yang di promosikan atau direkomendasikan oleh provinsi dalam lima tahun kedepan akan menjadi PKW, mengingat secara fungsi dan perannya kota tersebut telah memiliki karakteristik pusat kegiatan wilayah 2. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yang berada di wilayah kabupaten, merupakan PPK

yang akan dipromosikan menjadi PKL dalam 5 tahun mendatang

(8)

4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Sistem pusat kegiatan di dalam wilayah kabupaten harus mengadopsi kebijakan pengembangan sistem kegiatan nasional yang dituangkan dalam RTRWN maupun RTRW Pulau serta kebijakan penataan ruang provinsi yang dituangkan dalam RTRW Provinsi Lampung.

Berdasarkan arahan PP No.26/2008 tentang RTRW Nasional tidak ada pusat kegiatan di Kabupaten Way Kanan, sementara itu berdasarkan Perda No1 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Lampung disebutkan Blambangan Umpu merupakan PKWp Provinsi Lampung yang ada di Kabupaten Way Kanan.

Identifikasi kegiatan lokal di Kabupaten Way Kanan yang dapat dijadikan acuan pengembangan PKLp, PPK, dan PPL dapat pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1.Deskripsi Kegiatan Lokal di Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2030

Kegiatan Deskripsi

Kawasan Sawah Irigasi • Irigasi teknis hanya terdapat di Kecamatan Banjit, Baradatu, Kasui, Way Tuba, Bahuga, Buay Bahuga, dan Bumi Agung

Industri skala kabupaten dan beberapa kecamatan

• Industri pengolahan tebu, dan pabrik gula di Kec. Pakuan Ratu

• Industri pengolahan Kelapa Sawit di Kec. Bumi Agung

• Industri Pengalengan Buah Nanas di Kec. Pakuan Ratu

• Industri Batu Belah di Kec. Gunung Labuhan Pusat pengelolaan air bersih • IKK Kasui.

• IKK Baradatu.

• IKK Banjit.

• IKK Blambangan Umpu.

• KecamatanBumi Agung

• IKK Gunung Labuan. Pasar skala kawasan • Banjit, Baradatu, dan Kasui Simpul transportasi skala kabupaten dan

beberapa kecamatan:

1. Bandar Udara • Bandara militer Gatot Subroto di Kec. Way Tuba 2. Terminal • Rencana pengembangan terminal di Kec. Pakuan Ratu,

dan Way Tuba

Kawasan Wisata • wisata agro perkebunan karet, kopi, kakao, coklat, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Blambangan Umpu, Kasui, Banjit, Baradatu, Bahuga, dan Pakuan Ratu.

(9)

Tabel 3.2. PKWp, PKLp, PPK, dan PPL di Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2030

No Nama Kota Hierarki Fungsi Utama 1 Blambangan Umpu di Kec.

2 Tiuh Balak Pasar di Kec. Baradatu PKLp  Pusat pemerintahan kecamatan

 Pertanian

 Perdagangan

 Pusat koleksi dan distribusi 3 Pasar Banjit di Kec.Banjit PPK  Pusat Pemerintahan kecamatan

 Pertanian

 Perdagangan

 Pusat koleksi dan distribusi 4 Jaya Tinggi di Kec. Kasui PPK  Pusat Pemerintahan kecamatan

 Pertanian

 Perdagangan

 Pusat koleksi dan distribusi 5 Way Tuba di Kec. Way Tuba PPL  Pusat Pemerintahan kecamatan

 Industri agro

6 Pakuan Ratu di Kec. Pakuan Ratu PPL  Pusat Pemerintahan kecamatan

 wisata

7 Bumi Agung di Kec. Bumi Agung PPL Pusat Pemerintahan kecamatan

 Industri agro

3.5.1.1 Sistem Jaringan Air Baku Air Minum

Air baku air minum yang dimaksud di sini adalah air baku untuk kebutuhan hidup manusia sehari-hari yang memenuhi syarat baku sehat untuk diminum. Proyeksi kebutuhan air baku air minum berdasarkan jumlah penduduk yang mengkonsumsi air minum dari PDAM sampai tahun 2030. Konsumsi air minum berbeda ditinjau dari jenis pelayanan. Secara garis besar pelayanan dapat dibagi atas pelayanan Domestik dan Non Domestik. Jenis pelayanan domestik adalah pelayanan untuk rumah tangga baik berupa sambungan langsung maupun kran umum, sedangkan yang non domestik adalah pelayanan untuk instansi pemerintah, kantor dan niaga.

Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air baku air minum

Domestik:

Sambungan langsung = 60liter/orang/hari Kranumum = 30 liter/orang/hari

(10)

Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Baku Air Minum di Kabupaten Way Kanan

Kecamatan Jumlah

Penduduk

Air Baku Air Minum

Domestik

Non Domestik

(liter/hari) Sambungan

langsung

(liter/hari)

Kran Umum

(liter/hari)

Banjit 50.884 3.053.069 1.526.535 305.307

Baradatu 47.558 2.853.475 1.426.737 285.347

Gunung Labuhan 24.857 1.491.424 745.712 149.142

Kasui 37.969 2.278.124 1.139.062 227.812

Rebang Tangkas 33.857 2.031.436 1.015.718 203.144

Blambangan Umpu 54.800 3.288.003 1.644.002 328.800

Way Tuba 23.879 1.432.729 716.365 143.273

Negeri Agung 24.856 1.491.348 745.674 149.135

Bahuga 12.575 754.490 377.245 75.449

Buay Bahuga 23.081 1.384.872 692.436 138.487

Bumi Agung 32.256 1.935.341 967.670 193.534

Pakuan Ratu 31.901 1.914.045 957.023 191.405

Negara Batin 39.927 2.395.591 1.197.795 239.559

Negeri Besar 25.639 1.538.365 769.183 153.837

Jumlah 464.039 27.842.313 13.921.156 2.784.231

Sumber: Hasil Rencana, 2010

Berikut rencana pengembangan jaringan air baku air minum untuk pemenuhan kebutuhan air baku air minum di Kabupaten Way Kanan:

• Mengoptimalkan sarana dan prasarana air bersih yang ada (Kasui, Banjit, Bumi Agung, Baradatu, Blambangan Umpu, Gunung Labuhan) untuk memberikan pelayanan air minum, secara bertahap dengan peningkatan 20% per tahun, sehingga di akhir tahun 2015 seluruh unit pengolahan air bersih eksisting sudah dapat termanfaatkan

• Menambah unit pengolahan air bersih baru di tiap kecamatan

(11)

3.5.1.2 Rencana Sistem Penanganan Sampah

Sampah adalah material padat yang tidak terpakai sebagai akibat kegiatan manusia. Material padat dapat berupa benda yang bisa terbakar maupun tidak, bisa berupa benda yang bisa terurai atau tidak sehingga volumenya dapat direduksi dengan pertolongan jasad renik yang ada disekitar benda benda tersebut, dengan kecepatan penguraian yang sangat bervariasi dari mulai hitungan hari (daun-daunan, dan sampah organik) hingga ratusan tahun (sampah plastik, dan sebagian) atau benda-benda yang bisa terurai dan tidak bisa terurai sama sekali.

Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kota, serta dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan kebutuhan bagi wilayah kabupaten.

Kebutuhan penanganan sampah di Kabupaten Way Kanan dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

• timbulan sampah domestik: 3 liter/orang/hari • jumlah kebutuhan dump truck: 1 dump trcuk/8 m3

• jumlah kebutuhan trasfer depo: 50-70 dump truck /transfer depo • 1 TPS per kecamatan

Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Penanganan Sampah diKabupaten Way Kanan

Kecamatan Jumlah Baradatu 47.558 142.674 142,67 18 1 Gunung

Labuhan 24.857 74.571 74,57 9 1

Kasui 37.969 113.906 113,91 14

1 1

Rebang Tangkas 33.857 101.572 101,57 13 1 Blambangan

Umpu 54.800 164.400 164,40 21

2

1

Way Tuba 23.879 71.636 71,64 9 1

Negeri Agung 24.856 74.567 74,57 9 1 Bahuga 12.575 37.724 37,72 5

1

(12)

Kecamatan Jumlah Penduduk

Timbulan sampah (liter/hari)

Timbulan sampah

(m3)

Dump Truck Transfer

Depo TPS

Negara Batin 39.927 119.780 119,78 15 1 Negeri Besar 25.639 76.918 76,92 10 1

Jumlah 464.039 1.392.116 1.392 174 8 14

Sumber: Hasil Rencana, 2010

Berikut rencana penanganan sampah di Kabupaten Way Kanan: • Pengolahan sampah sistem 3 R (Reduce, Reuse, dan Recycle) • Penyiapan Tempat Pengumpulan Sampah (TPS) di setiap kecamatan

Penyiapan Tempat Pengolahan Sampah Akhir (TPA)dengan konsep waste to energy di Kec. Negara Batin

3.5.1.3

Rencana Sistem Penanganan Limbah

Maksud dan tujuan mengolah limbah cair sendiri adalah memberikan pelayanan pengolahan limbah cair sehingga aman untuk dibuang ke badan air penerima dan juga untuk memperbaiki kwalitas hidup dan lingkungan sejalan dengan pertumbuhan dan pemgembangan kota baik prasarana maupun sarananya. Pengertian limbah cair disini mencakup limbah domestik dan non domestik.

Pada dasarnya limbah cair domestik ada dua macam yaitu:

• Limbah cair rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur, Cuci pakaian dll yang mungkin mengandung mikro organisme pathogen (Grey Water);

• Limbah cair yang berasal dari WC, yang terdiri dari Tinja, Air kemih yang terdiri dari 99,9% air dan.0,1 % zat padat yang terdiri dari 70 % zat organik (Protein Karbohidrat dan lemak), 30% an Organik terutama Pasir, garam-garam dan logam (Black Water).

Berikut beberapa asumsi dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung timbulan kebutuhan pengelolaan limbah cair:

• Limbah Cair Domestik

Black Water:0,83 L/orang/hari  Grey Water: 100 L/orang/hari

(13)

Tabel 3.5 Proyeksi Kebutuhan Pengelolaan Limbah Cair di Kabupaten Way Kanan

Kecamatan Jumlah

Penduduk

Limbah Cair Domestik

Limbah Cair Non Domestik Black Water

(liter/hari)

Grey Water (liter/hari)

Banjit 50.884 42.234 5.088.449 1.282.671

Baradatu 47.558 39.473 4.755.792 1.198.816

Gunung Labuhan 24.857 20.631 2.485.707 626.585

Kasui 37.969 31.514 3.796.873 957.097

Rebang Tangkas 33.857 28.102 3.385.727 853.457

Blambangan Umpu 54.800 45.484 5.480.005 1.381.372

Way Tuba 23.879 19.819 2.387.882 601.925

Negeri Agung 24.856 20.630 2.485.580 626.553

Bahuga 12.575 10.437 1.257.483 316.980

Buay Bahuga 23.081 19.157 2.308.120 581.819

Bumi Agung 32.256 26.772 3.225.568 813.085

Pakuan Ratu 31.901 26.478 3.190.076 804.138

Negara Batin 39.927 33.139 3.992.651 1.006.448

Negeri Besar 25.639 21.281 2.563.942 646.306

Jumlah 464.039 385.152 46.403.855 11.697.252

Sumber: Hasil Rencana, 2010

Berikut rencana penanganan limbah di Kabupaten Way Kanan:

• Sistem pembuangan limbah manusia dikelola secara individual dan komunal (SANIMAS). Untuk pengelolaan limbah manusia secara individual setiap rumah harus dilengkapi dengan tangki septik bidang resapan. Sedangkan bila dilakukan secara komunal atau bersama adalah dengan membuat tangki septik penyaluran air limbah dengan pelayanan untuk 5 rumah tangga atau 20 jiwa di setiap pusat-pusat kegiatan (PKWp, PKLp, PPK, PPL)

• Sistem pembuangan limbah rumah tangga diarahkan terpisah dengan saluran drainase. Dengan demikian perlu dibuat jaringan pipa air limbah untuk menyalurkan air limbah yang berasal dari berbagai sumber, seperti domestik, komersil, dan non komersil.

(14)

• Penyediaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di tiap kecamatan

• Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Gunung Labuhan, Blambangan Umpu, Pakuan Ratu, Way Tuba, Bumi Agung, dan Negeri Agung.

3.5.2 ARAHAN PENGEMBANGAN POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN WAY KANAN

3.5.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

A. Kawasan Hutan Lindung

Berdasarkan Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas Hutan Lindung di Kabupaten Way Kanan adalah: 22.289,10 Ha yang sebagian besar berada di sebelah Selatan Kabupaten Way Kanan.

Tabel 3.6 Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Way Kanan

Hutan Lindung Register Luas Keterangan

Bukit Punggur 24 20.831,00 sudah ditata batas

Saka 41 1.116,80 sudah ditata batas

Giham Tahmi - 341,30 HL eks HPK

Luas 22.289,10

Sumber: Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000

Berdasarkan kajian penggunaan lahan terhadap peta penggunaan lahan eksisting diketahui penggunaan lahan untuk hutan telah mengalami perubahan fungsi dari kawasan hutan lindung menjadi perkebunan dan pertanian lahan basah.Walaupun statusnya sebagai kawasan hutan lindung, namun penggunaan lahan register 24 Bukit Punggur telah berubah menjadi kawasan perkebunan kopi dan pertanian lahan basah lebih dari 75 %. Berdasarkan hasil konsultasi publik, disepakati bahwa usaha perkebunan dan pertanian lahan basah yang berada di Kawasan Hutan Lindung harus dihentikan, dan dikembalikan fungsinya sesuai peruntukan yaitu sebagai Hutan Lindung.

B. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya

(15)

C. Kawasan Perlindungan Setempat

Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN bahwa lebar sempadan adalah sebagai berikut :

1. Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria :

a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat

b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

2. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :

a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar

b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai

c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

3. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria :

a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi;

b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.

Setidaknya terdapat sekitar 6 sungai besar dengan anak sungainya yang harus diberikan sempadan, yaitu:

1. Sungai Way Kanan, Luas DAS Sungai Way Kanan dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 1.198 Km2. Panjang alur Sungai Way Kanan secara keseluruhan adalah 51 Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 100 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Negeri Besar, Negara Batin dan Pakuan Ratu

2. Sungai Way Umpu, Luas DAS Sungai Way Umpu dengan anak–anak sungainya secara keseluruhan ± 1.179 Km2. Panjang alur Sungai 100 Km dengan lebar rata – rata sungai Way Umpu secara keseluruhan adalah yang ada di wilayah studi sekitar 90 - 110 m. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, dan Blambangan Umpu. 3. Sungai Way Pisah, Luas DAS Sungai Way Pisang dengan anak-anak sungainya secara

(16)

Pisang secara keseluruhan adalah ada di wilayah studi sekitar 15 - 20 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Way Tuba

4. Sungai Way Besai, Luas DAS Sungai Way Besai dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 870 Km2. Panjang alur Sungai 113 Km dengan lebar rata-rata sungai yang Way Besai secara keseluruhan adalah ada di wilayah studi sekitar 60 - 70 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Pakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan Umpu, Baradatu, Gunung Labuhan dan Banjit.

5. Sungai Way Tahmi, Luas DAS Sungai Way Tahmi dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 448 Km2. 60 Km dengan lebar Panjang alur Sungai Way Tahmi secara keseluruhan adalah rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15 - 20 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Rebang Tangkas.

6. Sungai Way Giham, Luas DAS Sungai Way Giham dengan anak-anak sungainya secara keseluruhan ± 506 Km2. 80 Km dengan lebar Panjang alur Sungai Way Giham secara keseluruhan adalah rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15 - 20 meter. Areal pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Way Tuba

Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan sempadan di Kabupaten Way Kanan adalah 12.197,65 Ha atau sekitar 3,11% dari luas wilayah

D. Kawasan Rawan Bencana

Setidaknya terdapat dua kerawanan bencana di Kabupaten Way Kanan, yaitu kerawanan banjir dan longsor/gerakan tanah.

1. Kawasan Rawan Banjir:

(17)

Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk kedalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengalirandan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Way Kanan adalah 13.578,77 Ha atau sekitar 3, 46% dari luas wilayah.

2. Kawasan Rawan Bencana Longsor/Gerakan Tanah

Tanah longsor/Gerakan Tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidak stabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.

Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan bencana longsor/gerakan tanah di Kabupaten Way Kanan adalah 1.811,38 Ha atau sekitar 0,46% dari luas wilayah.

3.5.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

A. Kawasan Hutan Produksi

Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terbagi menjadi dua, yaitu hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas. Adapun kriteria dari masing-masing hutan produksi tersebut adalah:

1. Hutan Produksi Terbatas (HPT)

Kawasan Hutan dengan faktor-faktor kelas lereng lapangan, kelas tanah dan kelas intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai total nilai (skor) 125-174.

2. Hutan Produksi Tetap (HP)

(18)

Berdasarkan Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas Hutan Produksi di Kabupaten Way Kanan adalah 66.997,32 Ha, yang berupa Hutan Produksi Tetap.

Dalam memanfaatkan hutan produksi yang ada, maka Dinas Kehutanan Kabupaten Way Kanan mengembangkan program Hutan Tanaman Industri, dengan prioritas utama pada lokasi register 42, 44, dan 46. Adapun komoditas hasil hutan di Hutan Tanaman Industri tersebut adalah kayu rimba campuran, kayu jati, sengon, akasia.

B. Kawasan Pertanian

B.1. Pertanian Lahan Basah

Pertanian lahan basah adalah sistem usaha tani dengan menggunakan irigasi ataupun sistem tadah hujan. Adapun sistem irigasi yang digunakan bisa berupa irigasi teknis, irigasi setengah teknis, dan irigasi sederhana. Irigasi di Kabupaten Way Kanan masih mengandalkan pengairan dari Sungai Way Umpu.

Pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada pertanian lahan basah dengan irigasi teknis.Di tahun 2030 Kawasan Pertanian Lahan Basah diarahkan mencapai luas 20.871,22 Ha atau atau sekitar 5,32% dari luas wilayah.

Adapun lokasi pengembangan pertanian lahan basah adalah di sebagian Kecamatan Baradatu, Way Tuba, Bahuga, Buay Bahuga, Bumi Agung, Negeri Agung.

B.2. Pertanian Lahan Kering

Dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal dengan pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, seperti tanaman palawija, kacang-kacangan,jagung dan lain-lain (Tejoyuwono, 1989). Secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di Kabupaten Way Kanan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacan hijau, dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Pakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan Umpu, Way Tuba, Bahuga, Negara Batin, dan Negeri Besar dengan luas 129.282,66 Haatau sekitar 32,97% dari luas wilayah.

B.3. Pertanian Hortikultura

(19)

1. Sayur-sayuran: cabe, kacang panjang, terong, dan ketimun 2. Buah-buahan: mangga, pisang, pepaya dan nanas

Pengembangan pertanian hortikultura diarahkan di Kecamatan Negeri Besar, Rebang Tangkas, Kasui, Banjit, Baradatu, dan Negeri Besar. Luas rencana peruntukan kawasan pertanian hortikultura adalah 27.940,66 Ha. atau sekitar 7,12% dari luas wilayah.

C. Kawasan Perkebunan

Sektor perkebunan selama ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Way Kanan. Sub-sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan hingga tahun 2030 adalah35489.20 Ha atau sekitar 9,05% dari luas wilayah.

Beberapa tanaman yang perkebunan yang bersifat kerakyatan yaitu perkebunan kopi, lada, kakao dan kelapa dalam, sementara perkebunan skala besar diarahkan untuk tanaman tebu, karet, dan kelapa sawit yang produktivitasnya cukup tinggi. Secara signifikan pengembangan komoditas perkebunan ini diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri yang pada akhirnya bermuara pada kebijakan ekonomi kerakyatan.

1. Komoditas kopi, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, hasil terbesar komoditas kopi terdapat pada Kecamatan Banjit sebesar 4.356,14 ton, Kecamatan Kasui sebesar 2.238,54 dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar1 .119,78 ton. Ketiga kecamatan ini diarahkan menjadi sentra kopi di Kabupaten Way Kanan.

2. Komoditas lada, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Kasui sebesar 790 ton, Kecamatan Gunung Labuhan 553 ton dan Kecamatan Baradatu serta Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 165 ton. Keempat kecamatan ini diarahkan menjadi sentra kopi di Kabupaten Way Kanan.

3. Komoditas kakao, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Bumi Agung sebesar 372 ton, Kecamatan Kasui sebesar 185 ton, dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 167 ton. 4. Kelapa Dalam, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008,

(20)

5. Tebu, Karet, dan Kelapa Sawit, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2008, jumlah produksi perkebunan besar untuk komoditas tebu adalah 4.750 ton, karet sebesar 18.370 ton, dan kelapa sawit sebesar 15.440 ton.

D. Kawasan Peternakan

Kawasan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Way Kanan adalah kawasan budidaya ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), dan sentra peternakan unggas.

1. Pengembangan sentra peternakan ternak besar berada di Kec. Negeri Batin, Blambangan Umpu, Banjit, Bahuga, dan Buay Bahuga.

2. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil berada di Kec. Blambangan Umpu, Rebang Tangkas, Negeri Batin, Baradatu, dan Gunung Labuhan

3. Pengembangan sentra peternakan unggas berada di Kec. Negari Batin, Baradatu, Way Tuba, Gunung Labuhan, Blambangan Umpu, Kasui, dan Bumi Agung.

E. Kawasan Perikanan

Kawasan Perikanan yang dikembangkan di Kabupaten Way Kanan adalah kawasan budidaya perikanan, khususnya untuk budidaya tambak dan air tawar. Luas rencana peruntukan kawasan perikanan adalah 6.662,57 Ha atau sekitar 1,70% dari luas wilayah.

Adapun untuk menetapkan kawasan perikanan, digunakan pendekatan kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya air tawar, yaitu:

1. Kelerengan lahan < 8 % 2. Persediaan air cukup

3. Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri. 4. Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

(21)

Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya perikanan kolam, pendekatan minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi).

F. Kawasan Pertambangan

Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan didasarkan pada potensi bahan tambang dan lokasi usaha tambang yang ada di Kabupaten Way Kanan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua hal tersebut, maka luas rencana peruntukan kawasan pertambangan di Kabupaten Way Kanan adalah 44.903,96 Ha atau sekitar 11,45% dari luas wilayah.

Berdasarkan informasi dari geologi binaan, di Kabupaten Way Kanan terdapat beberapa bahan galian antara lain emas dan perak berada nada cetakan biji emas di dalam batuan atau urat-urat yang mengandung kwarsa (SiO2) yang sudah mengalami pelapukan. Juga sebagai hasil pelapukan dari endapan vertikal emas yang dialirkan oleh sungai-sungai sekitar. Terdapat dibeberapa kecamatan yaitu Blambangan Umpu, Baradatu dan Banjit.

Data tentang endapan mineral di Kabupaten Way Kanan belum banyak ditemukan sehingga besarnya potensi edapan bahan belum banyak diketahui dengan pasti. Tetapi berdasarkan literatur dan peta geologi dapat diinventarisir bahwa potensi bahan tambang utama yang ada di Kabupaten Way Kanan, yaitu:

1. Andesit. Potensi bahan galian Andesit diperkirakan sebesar 176,9 juta m3, yang terdapat beberapa kecamatan, seperti: Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Way Tuba (Kampung Bukit Gemuruh), Kecamatan Banjit (Kampung Jukuh Batu), Kecamatan Kasui dan Kecamatan Baradatu (Kampung Banjar Baru).

2. Riodasit.Kandungan bahan galian Riodasit diperkirakan sebesar 3 juta m3, yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu.

3. Marmer.Besarnya kandungan bahan galian marmer diperkirakan sekitar 15,8 juta m3 yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu

4. Zeolit.Bahan galian Zeolit diperkirakan sebesar 16,8 juta m3yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu

5. Phospat. Bahan galian phospat terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, sedangkan besarnya potensi kandungan bahan galian ini belum diketahui.

6. Kaolin.Besarnya kandungan bahan galian Kaolin yang terdapat di Kampung Tanjung Raya Giham, Kecamatan Blambangan Umpu diperkirakan sebesar 7,5 juta m3, sedangkan di tempat lain belum diketahui secara pasti besarnya kandungan bahan galian tersebut seperti di Kecamatan Bahuga.

(22)

8. Tufa. Volume bahangalian Tufa diperkirakan sebesar 123,6 juta m3, yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu (Kampung Sidoarjo) dan di Kecamatan Baradatu.

9. PasirBatu (Sirtu). Potensi bahan galian ini diperkirakan sebesar1 ,3jutam3 , terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Baradatu dan Kecamatan Banjit.

10. Batu Gamping. Bahan galian ini diperkirakan terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, tetapi besarnya kandungan Batu Gamping tersebut belum diketahui secara pasti. 11. Lempung/Tanah Liat. Bahan galian Lempung/Tanah Liat ini diperkirakan memiliki

kandungan sebesar 0,4juta m3, yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu.

12. Basalt.Kandungan bahan galian basalt diperkirakan sebesar 0,4juta m3, yang terdapat di Kecamatan Banjit (Kampung Jukuh Batu).

Tabel 3.7Potensi Bahan Galian Tambang di Kabupaten Way Kanan

No. JenisBahan

Galian Bahan galian Kandungan Lokasi

1 Minyak dan

Batubara

Minyak Bumi 2.500 - 2.800 feet Formasi Baturaja dan Talang Akar

Batubara - Cadangan Hipotetik 131

.250.000 ton - Luas ± 6.250.000 m2

dan tebal 1,5 m

- Kampung Bukit Gemuruh Kec. Way Tuba

- Pakuan Ratu Formasi Muara Enim

2 Mineral dan

Logam

Emas - Cadangan Primer = 6

12.000 ton - Cadangan Sekunder =

258.309 ton

Dusun Ojolali Kampung Gistang -Kecamatan Blambangan Umpu

3 Bahan

Galian Industri

Zeloit ± 17.000.000 m3 Kampung Harapan Nasip Kecamatan Way

(23)

No. JenisBahan

Bukit Gemuruh Kecamatan Way Tuba -Kampung Jukuh Kecamatan Way Tuba Kampung Campur Kecamatan Banjit

-Kecamatan Baradatu

Ridosit ± 4.000.000 m3 Kampung Harapan Nasip Kecamatan Way

Tuba

Marmer ± 350.000.000 M3 Kampung Harapan Nasip Kecamatan Way

Tuba

- Gunung Katun dan Talang Padang Kecamatan Banjit - Menanga Siamang & Jukuh Batu

Kecamatan Banjit

Basalt ± 375.500 M3 Jukuh Batu Kecamatan Banjit

Breksi Vulkanik ± 17.000.000 M3 Banjar Masin Kecamatan Gunung

Labuhan

Batu Mulia ± 45.000 M3 Sungai Beti Beti Kampung Lembasung

Kecamatan Blambangan Umpu

Kayu terkerisikan/

fosil

Belum Diketahui Bukit Gemuruh Kecamatan Way Tuba

(24)

bahan galian Batubara dan emas merupakan bahan tambang yang diperkirakan akan menjadi bahan galian andalan. Kandungan masingmasing bahan galian tersebut, batu bara adalah 131.250.000 ton di Kecamatan Way Tuba dan Kecamatan Pakuan Ratu, sedangkan emas untuk cadangan primer 61 2.000 ton dan untuk cadangan sekunder 258.309 ton keduanya terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu.

Saat ini kedua jenis bahan tambang tesebut belum diekploitasi, namun jika kedepannya dikelola dengan maksimal, efektif, dan efisien diperkirakan bahan tambang ini akan menjadi salah satu komoditas unggulan Kabupaten Way Kanan.

Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah pertambangan(WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambanganrakyat (WPR) dan wilayah pencadangan negara (WPN).

1. Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.

2. Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan. Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah :

a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;

b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal25 (dua puluh lima) meter;

c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;

d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima)hektare; e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau

f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

(25)

diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK). Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri b. Sumber devisa negara

c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi e. Daya dukung lingkungan

f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.

G. Kawasan Industri

Mengingat semakinterbatasnya luas lahan untuk kegiatan usaha pertanian serta perlunya peningkatan SDMmasyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis agro perlu didorong pertumbuhannya.Oleh karena itu industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan perlumendapat prioritas utama dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.Industri Agro dikembangkan pada Kawasan Agropolitan yang melingkupi Kota Terpadu Mandiri (KTM) Way Tuba dengan wilayah hinterlandnya adalah Kecamatan Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Bahuga.

H. Kawasan Pariwisata

Kawasan pariwisata merupakan kawasan dengan peruntukan untuk pengembangan aktifitas pariwisata baik, wisata alam, wisata budaya, maupun wisata buatan. Kawasan wisata yang ada terdiri atas :

1. Jenis wisata di Kabupaten Way Kanan meliputi 13 wisata alam air terjun yang terletak di beberapa tempat, air panas/belerang di Kecamatan Banjit dan Way Tuba, hutan wisata di Kecamatan Bahuga, serta wisata sungai di 5 lokasi.

2. Jenis wisata budaya meliputi wisata adat budaya (Kecamatan Kasui, Banjit, Pakuan Ratu, Negara Batin, Negeri Besar), seni kerajinan, dan situs purbakala (makam raja dan peninggalan barang prasejarah).

3. Jenis wisata buatan meliputi wisata danau (Way mencar, Sidoarjo, dan Way Umpu), wisata off road di Kecamatan Rebang Tangkas, serta wisata agro perkebunan karet, kopi, kakao, coklat, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Blambangan Umpu, Kasui, Banjit, Baradatu, Bahuga, dan Pakuan Ratu.

I. Kawasan Permukiman

(26)

Dalam menentukan kawasan peruntukan permukiman, digunakan pendekatan kesesuaian lahan permukiman, lokasi permukiman eksisting, kebutuhan minimal lahan permukiman, serta alokasi lahan untuk peruntukan lainnya

1. Ditinjau dari kesesuaian lahannya

Luas wilayah yang sesuai untuk kawasan budidaya adalah 299.086,28Ha. 2. Ditinjau dari lokasi sebaran permukiman eksisting

Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang relatif cukup pesat pada pusat-pusat kecamatan, khususnya di Kecamatan Kasui, Banjit dan Baradatu yang terletak di sebelah selatan pusat kota Blambangan Umpu serta Kecamatan Buay Bahuga yang terletak di sebelah utara Blambangan Umpu. Kecenderung masyarakat untuk mendirikan permukiman di sekitar kawasan tersebut diantaranya disebabkan oleh tingkat aksesibilitas pada kawasan tersebut relatif cukup mudah dan tingkat pelayanan fasilitas yang lebih baik dibandingkan kecamatan lainnya.

3. Kebutuhan minimal lahan permukiman

Dengan memperhitungkan proyeksi penduduk hingga tahun 2030 dan klasifikasi lahan perumahan untuk rumah besar (600 m2/persil), sedang (300 m2/persil), dan kecil (100 m2/persil), maka dapat dihitung luas kebutuhan minimal lahan permukiman, yaitu 2.394,24 Ha.

4. Alokasi lahan budidaya non terbangun

Alokasi lahan budidaya non terbangun, yang meliputi hutan produksi, pertanian lahan basah, oertanian lahan kering, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan pertambangan, mencapai 101.723,57Ha

Dengan mempertimbangkan ketiga hal di atas, maka ditetapkan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Way Kanan adalah 26.948,57 Ha atau sekitar 6,87% dari luas wilayah.

Tabel 3.8Perhitungan Kebutuhan Minimal Lahan Permukiman

No Kecamatan Penduduk

Kebutuhan Rumah

Jumlah (unit) Kebutuhan Lahan (Ha) Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil

1 Banjit 55.472 11.094 1.109 3.328 6.657 66,57 99,85 66,57

2 Baradatu 56.796 11.359 1.136 3.408 6.815 68,15 102,23 68,15

3

Gunung

Labuhan 39.678 7.936 794 2.381 4.761 47,61 71,42 47,61

4 Kasui 45.709 9.142 914 2.743 5.485 54,85 82,28 54,85

5

Rebang

Tangkas 29.773 5.955 595 1.786 3.573 35,73 53,59 35,73

6

Blambangan

Umpu 70.017 14.003 1.400 4.201 8.402 84,02 126,03 84,02

7 Way Tuba 29.768 5.954 595 1.786 3.572 35,72 53,58 35,72

(27)

No Kecamatan Penduduk

Kebutuhan Rumah

Jumlah (unit) Kebutuhan Lahan (Ha) Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil

11 Bumi Agung 36.443 7.289 729 2.187 4.373 43,73 65,60 43,73

12 Pakuan Ratu 53.615 10.723 1.072 3.217 6.434 64,34 96,51 64,34

13 Negara Batin 40.750 8.150 815 2.445 4.890 48,90 73,35 48,90

14 Negeri Besar 27.950 5.590 559 1.677 3.354 33,54 50,31 33,54

(28)
(29)

3.5.3 KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN WAY KANAN

Kawasan yang berpotensi strategis dalam skala Kabupaten Way Kanan dan perlu dikembangkan adalah:

1. Aspek Ekonomi

Kawasan Strategis untuk kepentingan ekonomi mencakup:

a. Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Way Kanan, yaitu Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) di Blambangan Umpu

PKWp perlu dimasukkan dalam kawasan strategis provinsi, sebagai upaya untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai prioritas pengembangan ke depan, sehingga kawasan ini dalam 5 (lima) tahun ke depan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah. Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah Provinsi adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis serta RTBL koridor dan sub kawasan dalam PKWp yang bernilai strategis.

b. Kota Terpadu Mandiri dan Industri Terpadu Way Kanan di Kec. Way Tuba KTM Way Kanan dan KIT di Kec. Way Tuba diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi bagi Kabupaten Way Kanan. Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah Kabupaten adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis, penyusunan masterplan utilitas dan sektoral di dalam kawasan

c. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Baradatu

PKLp perlu dimasukkan dalam kawasan strategis kabupaten, sebagai upaya untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai prioritas pengembangan ke depan, sehingga kawasan ini dalam 5 (lima) tahun ke depan menjadi Pusat Kegiatan Lokal. Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah Kabupaten adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis serta RTBL koridor dan sub kawasan dalam PKLp yang bernilai strategis serta penyusunan masterplan perkotaan 2. Aspek Lingkungan Hidup

(30)

3. Aspek Sosial Budaya

Kawasan Strategis untuk kepentingan sosial budaya ini mencakup: a. Kampung Wisata Buay Pemuka Pakuan Ratu

Terletak di 130 km dari ibukota Blambangan Umpu pada pertemuan dua sungai yaitu Way Umpu dan Wau Besai, berfungsi mempertahankan wisata budaya rumah adat yang digunakan untuk kegiatan upacara adat Lampung.

b. Kampung Wisata Budaya Mesir

Terletak di Kampung Mesir Kecamatan Bahuga, berfungsi mempertahankan wisata budaya rumah adat kuno berarsetektur adat Lampung yang telah berusia ratusan tahun dan digunakan untuk kegiatan upacara adat Lampung.

c. Kampung Wisata Lestari Gedung Batin

Terletak di Kampung Gedung Batin Kecamatan Blambangan Umpu, berfungsi mempertahankan wisata budaya rumah adat kuno, dan benda-benda bersejarah.

d. Wisata Sejarah Situs Putra Lima Sakti

Wisata ini terletak di Kampung Tiuh Karangan Kecamatan Blambangan Umpu, berfungsi memperkenalkan, dan memelihara benda-benda prasejarah yang dahulu pernah menjadi peralatan tempur melawan Belanda.

e. Wisata Sejarah Situs Umpu Segara Mider

Wisata ini terletak di Kampung Segara Mider, berfungsi memperkenalkan, dan memelihara benda-benda prasejarah yang dahulu pernah menjadi peralatan dalam mensiarkan agama Islam dan peralatan tempur melawan Belanda

Terkait dengan penetapan kawasan strategis ini, maka kewenangan dari Pemerintah Kabupaten adalah dimulai dari penyusunan Rencana Rinci Kawasan Strategis, penyusunan masterplan prasarana kawasan, penyusunan DED prasarana kawasan, pembiayaan pembangunan serta pengawasannya

3.6

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)

(31)

a. pertahanan dan keamanan b. pertumbuhan ekonomi c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam Kawasan Strategis Nasional dari sudut

kepentingan ekonomi dan Sosial Budaya seperti yang tertuang dalam Perpres No. 86 Tahun

2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.

3.7

PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan 76 PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut: a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara

tetangga

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam pusat kegiatan strategis nasional (PKSN) seperti

yang tertuang dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN.

3.8

PUSAT KEGIATAN NASIONAL (PKN)

(32)

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam penetapan lokasi pusat kegiatan nasional (PKN)

seperti yang tertuang dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN.

3.9

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN

EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut :

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-sentra produksi di masing-masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam Koridor Ekonomi Sumatera yang menjadi

Kawasan Perhatian Investasi berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011

(33)

3.10 KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.

Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;

b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. Mempunyai batas yang jelas.

Kabupaten Way Kanan tidak termasuk dalam KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

(34)

3.11 PRIORITAS KABUPATEN WAY KANAN BIDANG CIPTA KARYA

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut: a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin.

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di perkotaan dan perdesaan.

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

3.11.1 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

(35)

3.11.2 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah Kabupaten/Kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan Kabupaten/Kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang memiliki Perda RTRW. Sampai dengan tahun 2013, diidentifikasi sebanyak 82 (delapan puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B.

3.11.3 Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal (SPM)

Klaster C merupakan Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas penanganan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Cipta Karya, yaitu Kabupaten/Kota di luar Klaster A dan Klaster B. Pemilihan prioritas Kabupaten/Kota dalam pemenuhan SPM ditentukan berdasarkan karakteristik masing-masing daerah, antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau miskin. Selain memenuhi karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dan memiliki program yang responsif.

Dalam hal ini Kabupaten Way Kanan termasuk dalam Klaster C dalam Rangka Pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) berdasarkan karakteristik daerah sektor utama yang

dibutuhkan kumuh dan PLP.

3.11.4 Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)

Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.

3.11.5 Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program dan Inovasi yang Kreatif

Gambar

Tabel 3.1. Deskripsi Kegiatan Lokal di Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2030
Tabel 3.2.PKWp, PKLp, PPK, dan PPL di Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2030
Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Baku Air Minumdi Kabupaten Way Kanan
Tabel 3.4 Proyeksi Kebutuhan Penanganan Sampah  diKabupaten Way Kanan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pe- ngunjung TWA Punti Kayu memperli- hatkan bahwa faktor promosi, harga, pro- duk, dan

Untuk Penghasilan paling tinggi yang di- jumpai dari pedagang di terminal Ciledug adalah mencapai lebih dari Rp 9 juta rupiah per bulannya tetapi hanya sebanyak

7 Tahun 2011 jo Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Sambas Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sambas jo

(3) Biodata Penduduk, KK, KTP, Surat Keterangan Pindah Penduduk Warga Negara Indonesia antar Kabupaten /Kota dalam satu Provinsi dan antar Provinsi dalam wilayah Negara

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam

IoT adalah teknologi yang memungkinkan sebuah perangkat terhubung ke jaringan internet untuk dimonitor atau dikendalikan dari jarak jauh oleh pengguna. Teknologi ini

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan

Dengan demikian, penelitian ini bukan merupakan pengulangan kata dari penelitian sebelumnya dan menjadi alasan untuk diteliti dengan judul “Analisis Hukum Pidana Islam