PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TABEL DAN DIAGRAM DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF
METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS VII C SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2012/2013
SMP BUDYA WACANA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Gabriella Amerentiana Nurhayati 091224023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TABEL DAN DIAGRAM DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF
METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS VII C SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2012/2013
SMP BUDYA WACANA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Gabriella Amerentiana Nurhayati 091224023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Jangan melihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan,
Tapi
Lihatlah sekitar Anda dengan penuh kesadaran (James Thurber)
Skripsi ini saya persembahan kepada:
Tuhan Yesus Kristus,
Ibu saya (Anastasia Sutirah) yang selalu
mendoakan dan bekerja keras agar saya dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Saudara-saudara saya yang tidak pernah lelah memberikan semangat agar saya dapat
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi yang telah disusun berjudul Peningkatan Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram dengan Pendekatan Kooperatif Metode Student Teams Achievement Divisions pada Siswa Kelas VII C semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta.
Penulis menyadari tanpa dukungan, nasihat, kerja sama, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada.
1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Kaprodi PBSID Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan motivasi, kritik, dan saran selama skripsi ini dikerjakan. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah memberikan motivasi, kritik, dan saran selama skripsi ini dikerjakan. 4. Para dosen PBSID yang telah membagikan ilmu selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat PBSID atas pelayanannya selama ini.
6. Ibu penulis, Anastasia Sutirah, S.Pd. yang telah mendoakan dan berjuang keras agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
ABSTRAK
Nurhayati, Gabriella Amerentiana. 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram dengan Pendekatan Kooperatif Metode Student Teams Achievement Divisions pada Siswa Kelas VII C semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta. Skripsi SI. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas VII C semester II tahun ajaran 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta dalam pembelajaran membaca tabel dan diagram dengan menggunakan pendekatan kooperatif metode student teams achievement divisions. Hal ini dilatarbelakangi adanya permasalahan bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam membaca tabel dan diagram.
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini siswa kelas VII C semester 2 tahun ajaran 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta yang berjumlah 21 orang. Data diperoleh dari hasil tes dan nontes. Analisis aspek kemampuan siswa berpedoman pada indikator penilaian sebagai berikut: (1) kelengkapan informasi, (2) ketepatan pertanyaan, dan (3) ketajaman kesimpulan.
ABSTRACT
Nurhayati, Gabriella Amerentiana. 2013. The Improvement of Students’ Ability to Read Tables and Diagrams Using the Method of Student Teams Achievement Divisions Cooperative Approach Applied at Grade VII C Semester 2 Academic Year 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta. S1 Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
This thesis was aimed to improve the ability of the students Class VII C Semester II SMP Budya Wacana Yogyakarta Academic Year 2012/2013 to learn to read tables and diagrams using the method of Student Team Achievement Divisions Cooperative Approach. It was because of a problem faced by the students to read tables and diagrams.
It was a class action research done in two cycles. Each cycle consisted of four steps. They were planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research were the 21 students of class VII C semester 2 Academic Year 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta. The data were collected by tests and non-tests. The analysis on the students’ ability aspect was based on the following indicators: (1) information completeness, (2) question accuracy, and (3) precise conclusions.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR SKEMA ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Istilah ... 7
F. Sistematika Penyajian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Penelitian yang Relevan ... 9
B. Kajian Pustaka ... 12
1. Kemampuan Membaca ... 12
2. Tujuan Membaca ... 14
4. Membaca Intensif ... 16
5. Aspek Membaca ... 17
6. Tabel dan Diagram ... 18
7. Pendekatan Kooperatif ... 21
8. Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 31
C. Kerangka Pikir ... 38
D. Hipotesis Tindakan ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
A. Jenis Penelitian ... 42
B.Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ... 42
C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
D.Prosedur Penelitian ... 43
E.Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Instrumen Penelitian ... 57
G.Teknik Analisis Data ... 60
H.Indikator Keberhasilan ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian ... 62
1. Siklus I ... 62
2. Siklus II ... 70
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
1. Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Nilai Rata-Rata ... 79
2. Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Ketuntasan Belajar ... 81
3. Uji Hipotesis ... 83
BAB V PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tabel Perhitungan Poin Kemajuan Siswa ... 35
Tabel 2 Tabel Penentuan Prestasi Tim ... 36
Tabel 3 Tabel Lembar Skor Kuis ... 36
Tabel 4 Tabel Lembar Rangkuman Tim ... 37
Tabel 5 Tabel Pedoman Penilaian Hasil Tes Tertulis ... 50
Tabel 6 Tabel Penghitungan Poin Kemajuan Siswa ... 55
Tabel 7 Tabel Penentuan Prestasi Tim ... 56
Tabel 8 Tabel Lembar Skor Kuis ... 56
Tabel 9 Tabel Lembar Rangkuman Tim ... 57
Tabel 10 Tabel Observasi untuk Guru ... 58
Tabel 11 Tabel Observasi untuk Siswa ... 59
Tabel 12 Tabel Indikator Keberhasilan ... 61
Tabel 13 Tabel Hasil Kerja Individu Siklus I ... 64
Tabel 14 Tabel Penghitungan Poin Kemajuan Siswa ... 65
Tabel 15 Tabel Poin Kemajuan Siswa Siklus I ... 65
Tabel 16 Tabel Nilai Kelompok I ... 66
Tabel 17 Tabel Nilai Kelompok 2 ... 66
Tabel 18 Tabel Nilai Kelompok 3 ... 67
Tabel 19 Tabel Nilai Kelompok 4 ... 67
Tabel 20 Tabel Hasil Observasi Siswa oleh Guru Bidang Studi ... 68
Tabel 21 Tabel Hasil Observasi Siswa oleh Peneliti ... 69
Tabel 22 Tabel Hasil Kerja Individu Siklus II ... 73
Tabel 23 Tabel Perhitungan Poin Kemajuan Siswa ... 74
Tabel 24 Tabel Poin Kemajuan Siswa Siklus II ... 74
Tabel 25 Tabel Nilai Kelompok 1 ... 75
Tabel 26 Tabel Nilai Kelompok 2 ... 75
Tabel 27 Tabel Nilai Kelompok 3 ... 76
Tabel 29 Tabel Hasil Observasi Siswa oleh Guru Bidang Studi ... 78
Tabel 30 Tabel Hasil Observasi Siswa Oleh Peneliti ... 78
Tabel 31 Tabel Data Jumlah Siswa yang Tuntas dan Tidak Tuntas ... 81
Tabel 32 Tabel Hasil Uji Normalitas Kondisi Awal dan Siklus I ... 84
Tabel 33 Tabel Hasil Uji Normalitas Siklus I dan Siklus II ... 85
Tabel 34 Tabel Perbandingan Skor pada Kondisi Awal dan Siklus I ... 87
Tabel 35 Tabel Hasil Uji T Kondisi Awal dan Siklus I ... 89
Tabel 36 Tabel Perbandingan Skor pada Siklus I dan Siklus II ... 90
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR DIAGRAM
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran ... 98
Silabus Pembelajaran SMP Kelas VII ... 99
RPP Siklus I ... 101
RPP Siklus II ... 112
Soal Siklus I ... 122
Soal Siklus II ... 129
Kunci Jawaban Siklus I ... 135
Kunci Jawaban Siklus II ... 139
Nilai Siswa ... 141
Foto ... 146 Surat Permohonan Ijin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi topik 1) latar belakang penelitian; 2) rumusan masalah; 3)
tujuan penelitian; 4) manfaat penelitian; 5) batasan istilah; dan 6) sistematika
penyajian. Berikut penjabaran dari tiap-tiap topik tersebut.
A.
Latar Belakang Penelitian
Dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, selain harus menguasai
keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis, siswa juga dituntut untuk menguasai
keterampilan membaca. Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema
pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan keterampilan
membaca. Keempat keterampilan berbahasa itu berhubungan erat satu dengan
lainnya. Keterampilan berbahasa tersebut bukan merupakan satuan yang
terpisah-pisah. Misalnya saja, untuk dapat menguasai keterampilan berbicara salah satunya
melalui keterampilan menyimak. Keterampilan berbahasa menyimak akan menambah
wawasan untuk dapat berbicara dengan baik. Berbicara dan menyimak merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung dan merupakan komunikasi tatap muka.
akan diperluas sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan itu dalam keterampilan
menulis. Dengan membaca, siswa akan mendapat pengetahuan yang lebih luas
terutama kosakata. Kosakata sangat diperlukan dalam kegiatan menulis. Jika
memiliki pengetahuan kosakata yang luas, tentu keterampilan menulis akan terasa
mudah. Keterampilan berbahasa tidak hanya saling berhubungan erat satu sama lain,
tetapi dalam pemerolehannya memiliki hubungan urutan yang teratur. Mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak atau mendengar bahasa, kemudian berbicara,
sesudah itu kita belajar membaca dan menulis (Tarigan, 2008:1).
Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan banyak latihan.
Keterampilan membaca, khususnya membaca intensif, merupakan salah satu
Standar Kompetensi (SK) yang harus diajarkan guru Bahasa Indonesia pada siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII. Adapun Kompetensi Dasar (KD) yang
harus diajarkan adalah menemukan informasi secara cepat dari tabel/diagram yang
dibaca.Membaca intensif menuntut siswa lebih aktif dalam berpikir. Sebenarnya,
membaca tingkat tinggi bukan hanya memahami lambang-lambang tertulis saja,
melainkan dapat memaknai lambang-lambang tulisan tersebut.
peka terhadap informasi apapun. Oleh karena itu, dengan banyak membaca dapat
memperluas wawasan.
Berkaitan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dicapai oleh siswa, proses pembelajaran membaca perlu diperhatikan lebih
mendalam. Selain itu, minat siswa untuk membudayakan membaca juga sangat
kurang. Hal ini menjadi tanggung jawab guru untuk meningkatkan budaya baca pada
siswa. Membaca adalah hal yang penting dan harus menjadi suatu kebiasaan positif
siswa. Dengan membaca, siswa akan mudah mengembangkan diri karena melalui
membaca siswa mendapat berbagai macam informasi yang mereka butuhkan.
kemampuan membaca tabel dan diagram dengan pendekataan kooperatif metode
Student Teams Achievement Divisions
(STAD) pada siswa SMP Kelas VII.
Penulis memilih pendekatan kooperatif metode
Student Teams Achievement
Divisions
(STAD) yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan siswa belum mencapai KKM yang
ditentukan, metode ini diharapkan dapat membantu menguasai membaca tabel dan
diagram. Melalui metode STAD, siswa akan bekerja sama untuk memahami cara
membaca tabel dan diagram. Siswa yang memiliki kemampuan lebih akan membantu
siswa yang belum dapat membaca diagram dan tabel. Pembelajaran dengan
pendekatan kooperatif metode
Student Teams Achievement Divisions
(STAD),
mengarahkan siswa dalam persaingan yang sehat antarteman satu kelas. Dalam
pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar untuk bekerjasama dan belajar cara
mengerti sesama. Pemilihan pendekatan kooperatif dengan metode
Student Teams
Achievement Divisions
(STAD), selain untuk meningkatkan kemampuan membaca
tabel dan diagram, juga untuk mengembangkan kepribadian siswa. Siswa akan
memiliki kemampuan intelektual yang bagus dan memiliki kepribadian yang baik.
yang menyenangkan dengan metode yang sesuai dapat membantu siswa memahami
suatu pesan dan dapat merangsang kemampuan berbahasa siswa.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada bagian latar belakang di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan siswa kelas VII C
semester 2 tahun ajaran 2012/2013 SMP Budya Wacana Yogyakarta dalam membaca
tabel dan diagram dengan pendekatan kooperatif metode
Student Teams Achievement
Divisions (STAD)
?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan membaca tabel
dan diagram pada siswa kelas VII C semester 2 tahun ajaran 2012/2013 SMP Budya
Wacana Yogyakarta dengan pendekatan kooperatif metode
Student Teams
Achievement Divisions
(STAD).
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat
praktis, yang secara singkat diuraikan sebagai berikut.
1)
Manfaat Teoretis
Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dibagi
menjadi empat, yaitu: bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti.
a.
Manfaat penelitian bagi siswa adalah sebagai berikut.
1.
Siswa mampu mengembangkan kemampuan membaca, terutama
membaca tabel dan diagram dengan pendekatan kooperatif metode
Student Teams Achievement Divisions
(STAD).
2.
Siswa dapat belajar cara bekerja sama dengan baik antarteman satu
kelompoknya.
3.
Siswa dapat belajar bertanggung jawab untuk keberhasilan diri sendiri
dan teman satu kelompok.
b.
Manfaat bagi guru adalah sebagai berikut.
1.
Guru dapat memilih pendekatan dan metode yang tepat untuk diterapkan
dalam pembelajaran membaca, sehingga pembelajaran membaca
menjadi lebih menarik.
2.
Guru dapat menilai hasil pembelajaran dengan objektif mengenai
kemampuan siswa dalam penguasaan materi. Apakah siswa sudah atau
belum mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
c.
Manfaat bagi sekolah adalah dapat menjadikan pendekataan kooperatif
metode
Student Teams Achievement Divisions
sebagai bahan pertimbangan
untuk meningkatkan prestasi siswa.
1.
Peneliti mendapatkan informasi dalam pemilihan pendekatan dan
metode yang sesuai untuk kegiatan pembelajaran di sekolah.
2.
Peneliti menyumbangkan pemikiran kepada guru atau peneliti
selanjutnya dalam melakukan penelitian tindakan kelas.
E.
Batasan Istilah
Ada beberapa istilah dalam penelitian ini yang perlu diberi batasan.
Istilah-istilah yang dimaksud yaitu, kemampuan membaca, tabel, diagram, pendekatan
kooperatif,
Student Teams Achievement Divisions
(STAD).
1)
KemampuanMembaca
Kemampuan membaca adalah kecakapan seseorang untuk melakukan
kegiatan membaca.
2)
Tabel
Tabel adalah daftar yang berisi data biasanya berupa huruf atau angka yang
tersaji dalam kolom-kolom.
3)
Diagram
Diagram adalah gambaran untuk menerangkan suatu objek.
4)
Pendekatan Kooperatif
5)
Metode
Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Metode
Student Teams Achievement Divisions
merupakan salah satu bentuk
pembelajaran kooperatif yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang
baru menggunakan pendekatan kooperatif dan dapat digunakan pada semua
tingkatan kelas.
F.
Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian penelitian ini terbagi menjadi lima bab. Bab I
menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II menguraikan penelitian
yang relevan, kajian pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis tindakan. Bab III
menguraikan jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
analisis data, dan indikator keberhasilan. Bab IV mendeskripsikan data dan hasil serta
pembahasannya. Bab V menguraikan kesimpulan penelitian dan saran peneliti bagi
pihak-pihak terkait sebagai upaya menyumbangkan pemikiran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi topik 1) penelitian yang relevan; 2) kajian pustaka; 3) kerangka
pikir; dan 4) hipotesis tindakan. Berikut penjabaran tiap-tiap topik tersebut.
A.
Penelitian yang Relevan
Kemampuan membaca merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang
harus dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, membaca sering diteliti dengan berbagai
sudut pandang masalah dan tujuan yang berbeda-beda. Berikut ini dipaparkan hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
ketuntasan individual yang ditentukan adalah 65.00 dan ketuntasan kelas sebesar 70%. Agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan, perlu diadakan perbaikan pembelajaran, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil penelitian Listyawati menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV B SDN Bandungrejosari 1 dengan Kompetensi Dasar menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll) dengan indikator menulis karangan menggunakan huruf kapital sesuai EYD dan menulis karangan menggunakan tanda baca sesuai EYD dapat dilaksanakan dengan efektif. Keaktifan siswa meningkat dari 72,4% pada awal siklus I dan menjadi 79,6% pada akhir siklus II. Kemampuan siswa menggunakan ejaan juga meningkat dari rata-rata 42 dan ketuntasan kelas 20,5% sebelum tindakan, menjadi rata-rata 83 dan ketuntasan kelas mencapai 86,4% pada akhir siklus II.
sisanya, 20 siswa atau 25% mendapat nilai di bawah 60. Pada saat siswa mengerjakan, banyak siswa yang belum bisa membaca tabel. Ada 34 siswa atau 83% dari 41 siswa yang nilainya kurang dari 75. Berarti yang mendapat nilai minimal 75 hanya 7 siswa atau 17% siswa yang mengikuti pembelajaran membaca tabel dengan strategi pemodelan dan kuis.Setelah mengerjakan soal kedua barulah hasilnya tampak. Ternyata kuis yang berupa pertanyaan-pertanyaan dari guru, kuis dalam bentuk pertanyaan yang mengarah kepada bimbingan pemahaman membaca tabel ternyata berhasil meningkatkan pemahaman siswa dalam membaca tabel. Siswa yang memperoleh nilai minimal 75 ada 36 siswa atau 88% dari 41 siswa. Siswa yang mendapat nilai di bawah 75 ada 5 orang atau 12% dari 41 siswa.
pada rata-rata minat siswa terhadap pelajaran membaca. Sebelum tindakan dilakukan rata-rata minat siswa adalah 33.35 sedangkan setelah tindakan menjadi 61.1.
Relevansi ketiga penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sama-sama melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kooperatif metode yang sama yaitu Student Teams Achievement Divisions. Penelitian yang dilakukan oleh Budi Harsono memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu penelitian tersebut meneliti tentang pembelajaran membaca tabel, namun pendekatan dan metode yang digunakan berbeda. Dari penelitian tersebut peneliti mendapatkan inspirasi untuk mencoba penelitian serupa di SMP. Peneliti mencoba memakai pendekatan kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions untuk diterapkan pada pembelajaran membaca tabel dan diagram.
B. Kajian Pustaka 1) Kemampuan Membaca
adalah proses mendapatkan makna dari simbol-simbol kata (Ahuja, 2004:31). Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses berfikir yang melibatkan penglihatan, gerak mata, ingatan, dan pengetahuan mengenai kata.
2) Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Menurut Tarigan (2008:7), ada beberapa tujuan lain dari membaca, yaitu:
a) membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh. Ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta,
b) membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik. Ini disebut membaca untuk memperoleh ide utama,
c) membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan cerita,
d) membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan,
e) membaca untuk menemukan serta mengetahui apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh. Ini disebut membaca untuk mengklasifikasikan,
f) membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Ini disebut membaca menilai, dan
Ahuja (2004:15) menyatakan bahwa membaca memiliki tujuan yang berbeda-beda dan pada waktu yang berbeda pula. Ada sembilan alasan mengapa seseorang membaca. Kesembilan alasan tersebut adalah:
a) untuk tertawa,
b) untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman umum sehari-hari, c) untuk melarikan diri dari kehidupan nyata,
d) untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain,
e) untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu dengan cara mereka,
f) untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri, g) untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati,
h) untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum pernah kita lihat, dan
i) untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak, memecahkan sebuah teka-teki dari pengarang.
variasi tujuan yang luas. Kedua, tujuan membaca dalam satu bidang kurikulum, dalam beberapa hal, bervariasi dengan tujuan dalam bidang kurikulum lainnya. Ketiga, tujuan membaca bervariasi dari satu tingkat atau level perkembangan akademik dengan tingkat atau level lainnya.
3) Macam-macam Keterampilan Membaca
Menurut Tarigan (2008:12), keterampilan membaca dibagi menjadi dua yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca nyaring adalah membaca bersuara (reading aloud; oral reading). Membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif. Membaca ekstensif mencakup membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal, sedangkan membaca intensif dibedakan menjadi dua, yaitu membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi yang mencakup: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa asing dan membaca sastra.
4)Membaca Intensif
5) Aspek Membaca
Menurut Tarigan (2008:12-13), ada dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
(1) keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup:
a) pengenalan bentuk huruf,
b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain),
c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”),
d) kecepatan membaca ke taraf lambat.
(2) keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), b) memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang,
relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca), c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk),
6)Tabel dan Diagram
Tabel dan diagram merupakan salah satu media grafis. Tabel adalah alat bantu yang menarik dan efektif dengan berbagai keperluan untuk mempermudah dan memperjelas yang diterangkan dalam tulisan. Tabel menyajikan data yang diklasifikasikan secara sistematis dalam jumlah menurut kesatuan tertentu. Menurut KBBI (2007:1116), tabel adalah daftar yang berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasa berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dari lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Tabel juga dapat menjadi alat bantu untuk merangkum gagasan tertentu dan sekaligus untuk dijadikan alat komunikasi antarpeneliti dan pembaca. Tabel berisikan informasi angka-angka atau data (Arsyad, 2011:138). Tabel merupakan media yang sangat baik untuk menunjukkan informasi waktu yang ditampilkan dalam bentuk kolom-kolom, misalnya jadwal penerbangan, data persentase, jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan etnis pada suatu perusahaan atau instansi. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tabel adalah daftar yang berisi data biasanya berupa huruf atau angka yang ditampilkan dalam bentuk kolom-kolom.
banyak atau sebaliknya (www.siputro.com diunduh tanggal 23 Februari 2013). Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa diagram adalah gambaran untuk menerangkan suatu objek.
Menurut KBBI (2007:261), ada empat macam diagram, yaitu:
(1) diagram balok adalah diagram yang dinyatakan dalam tiga dimensi lebar, tinggi, dan dalam,
(2) diagram gambar adalah diagram yang menyatakan suatu peristiwa dengan bantuan kenyataan yang disederhanakan atau diperkecil,
(3) diagram garis adalah diagram yang menyatakan suatu peristiwa dalam bentuk kurva, dan
(4) diagram lingkaran adalah diagram yang menyatakan suatu peristiwa dalam bentuk lingkaran.
Berikut ini cara untuk membaca tabel (Cara membaca tabel
http://wordpress.com. diakses tanggal 29 November 2012).
(1) Bacalah judulnya.
Membaca judul merupakan kegiatan penting untuk memahami isi pesannya. Resapilah isi judul tabel yang Anda hadapi, karena judul memberikan ringkasan yang padat tentang informasi yang akan disampaikan.
(2) Bacalah keterangan yang ada di atas, di bawah atau di sisinya.
(3) Ajukan pertanyaan tentang tujuan tabel itu.
Caranya mudah. Kalian cukup mengubah judulnya menjadi pertanyaan, misalnya di mana, seberapa banyak, berapa perkembangannya, dan seterusnya. Jawaban pertanyaan tersebut diharapkan ada dalam tabel yang Anda hadapi.
(4) Bacalah tabel dengan selalu mengingat tujuan Anda, informasi apa yang Anda perlukan.
Menurut Suharma (2006), ada empat langkah membaca tabel yaitu: (1) baca judulnya,
(2) baca informasi yang ada di kolom atas, samping, dan bawah, (3) ajukan pertanyaan tentang tabel itu, dan
(4) dapatkan jawaban pada tabel tersebut.
Berikut ini cara membaca diagram (Cara membaca diagram www.siputro.com. diakses tanggal 23 Februari 2013).
(1) Baca judul.
(2) Membaca informasi data yang disajikan dengan memperhatikan baris dan kolom yang ada.
(3) Mengajukan pertanyaan.
(4) Menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan data yang ada.
Dari beberapa pendapat mengenai cara membaca tabel dan diagram, dapat disimpulkan bahwa cara membaca tabel dan diagram yang baik adalah:
(1) baca judul tabel dan diagram,
(3) membuat pertanyaan yang sesuai dengan informasi yang terdapat pada tabel dan diagram, dan
(4) mencari jawaban pada tabel dan diagram berdasarkan pertanyaan tersebut.
Tabel dan diagram berfungsi untuk memberikan informasi data secara ringkas berupa angka-angka dan kata-kata. Dengan demikian, siswa pada umumnya tidak asing dengan diagram. Diagram yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah diagram batang dan diagram lingkaran. Diagram batang sederhana, mudah dibuat, dan mudah dibaca. Oleh karena itu, diagram batang sering digunakan dalam pembelajaran siswa menengah pertama. Setiap batang dalam diagram tersebut dapat diberi warna yang berbeda, supaya lebih mudah dipahami siswa. Pemilihan diagram lingkaran karena diagram tersebut lebih mudah diinterpretasikan. Setiap segmen-segmen dalam diagram lingkaran mewakili satu bagian persentase.
7) Pendekatan Kooperatif
Pendekatan adalah proses, cara, perbuatan mendekati. Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian (KBBI, 2007:246). Pendekatan kooperatif adalah metode yang digunakna untuk memecahkan masalah penelitian.
efektif. Pendekatan ini dapat dilakukan untuk mengajar semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas. Belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih sering menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar yang individual, dan dorongan yang individual. Belajar kooperatif menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dengan baik, saling membantu, dan peduli dengan orang lain.
Ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Alasan pertama adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa dan akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri (Slavin, 2005:4-5). Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan dan mengaplikasikan kemampuan serta pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka (Slavin, 2005:5).
Bukan berarti persaingan di dalam kelas itu salah, tetapi persaingan tersebut harus terarah. Banyak persaingan yang tidak sehat di dalam kelas. Misalnya, persaingan kekayaan yang dimiliki, persaingan fisik, dan masih banyak lagi. Persaingan yang baik akan menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya untuk memotivasi siswa melakukan yang terbaik. Dalam pembelajaran kooperatif, tim yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Teknik penghargaan ini didasari oleh teori behaviorisme atau stimulus-respon. Lie (2010:24) mengatakan persaingan yang terjadi di dalam kelas akan menimbulkan rasa cemas. Sedikit rasa cemas memang mempunyai korelasi dengan motivasi belajar. Namun, rasa cemas yang berlebihan justru bisa merusak motivasi.
Pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan guru dalam pembelajaran. Para guru sudah menggunakannya selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya (Slavin, 2005:9). Penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematik dan praktis yang ditujukan untuk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas, pengaruh penerapan metode-metode ini juga telah didokumentasikan, dan telah diaplikasikan pada kurikulum pengajaran yang lebih luas (Slavin, 2005:9).
kelompok dalam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif terdiri dari anggota yang heterogen. Menurut Scott Gordon dalam Lie (2010: 41), pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun, pengelompokkan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini bisa menghilangkan kesempatan anggota kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri. Dalam kelompok homogen, tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang. Kelompok heterogen bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi, teknik, dan kemampuan akademis. Kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang.
Secara umum, kelompok heterogen ini disukai oleh para guru. Ada beberapa alasan guru menyukai kelompok heterogen ini. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antarras, agama, etnik, dan gender. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang (Lie, 2010:43).
mengunakan pendekatan kooperatif, siswa juga bisa belajar dari teman satu kelas. Guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja ruang kelas perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang kegiatan pembelajaran. Penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Menurut (Lie, 2010:52), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu:
(1) ukuran ruang kelas, (2) jumlah siswa,
(3) tingkat kedewasaan siswa,
(4) toleransi guru dan kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa, (5) toleransi masing-maisng siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalang siswa
lain,
(6) pengalaman guru dalam pelaksanaan metode pembelajaran cooperative learning, dan
(7) pengalaman siswa dalam melaksanakan metode pembelajaran cooperative learning.
Menurut Lie (2010:52), ada beberapa kemungkinan model penataan bangku yang bisa dipakai, yaitu:
(1) meja tapal kuda: siswa berkelompok di ujung meja, (2) meja panjang: siswa berkelompok di ujung meja,
(3) penataan tapal kuda: siswa dalam kelompok ditempatkan berderetan,
(4) meja laboratorium: tugas individu dan tugas kelompok untuk membalikkan kursi,
(6) klasikal: siswa dalam kelompok ditempatkan berdekatan, (7) meja berbaris: dua kelompok duduk berbagi satu meja, (8) bangku individu dengan meja tulisnya: penataan terbaik.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap cooperative learning, untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Berikut penjabaran kelima unsur model pembelajaran gotong royong.
(1) Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Semua anggota kelompok bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Beberapa cara untuk menumbuhkan saling ketergantungan positif (Suprijono, 2009:59), yaitu:
b)Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
c) Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya mereka belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan pemerolehan tugas mereka menjadi satu.
d)Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung, dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
(2) Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran dengan pendekatan cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Ada beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan, yaitu (Suprijono, 2009:60):
c) memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru dan seluruh peserta didik,
d) mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok,
e) menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya, dan
f) menugasi peserta didik mengajar temannya. (3) Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. (4) Komunikasi Antaranggota
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. De Vito dalam Suprijono (2009:62) mengatakan komunikasi antarpribadi mengandung lima ciri sebagai berikut. (1) keterbukaan atau openness, (2) empati, (3) dukungan, (4) perasaan positif, dan (5) kesamaan. Selain itu, Evert Rogers dalam Suprijono (2009:63) menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi yaitu (1) arus pesan cenderung dua arah, (2) konteks komunikasi adalah tatap muka, (3) tingkat umpan balik yang tinggi, (4) kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas sangat tinggi, (5) efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.
(5) Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
belajar dan membantu kelompok menentukan transisi yang efisien. Fase keempat, membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya. Fase kelima, menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase keenam, mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
Suprijono (2009:66) mengatakan bahwa lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaran kooperatif harus memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi, meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik dan mengubah norma-norma yang berkait dengan prestasi, mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil, memberi peluang terjadinya proses partisipasi aktif peserta didik dalam belajar dan terjadinya dialog interaktif, menciptakan iklim sosio emosional yang positif, memfasilitasi terjadinya learning to live together, menumbuhkan produktivitas dalam kelompok, mengubah peran guru dari center stage performance menjadi koreografer kegiatan kelompok, dan menumbuhkan kesadaran pada peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya.
lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa memiliki tanggung jawab untuk keberhasilan diri sendiri dan orang lain. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. 8) Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2007: 740). Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang paling tua dan paling banyak diteliti. Metode ini paling banyak diaplikasikan, telah digunakan mulai dari kelas dua sampai kelas sebelas, dalam mata pelajaran Matematika, Seni Bahasa, Ilmu Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Alam. STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Berikut penjabaran lima komponen utama dalam STAD (Slavin, 2005:143-146).
(1) Presentasi Kelas
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. (2) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.
(3) Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode, guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
(4) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
(5) Rekognisi Tim
siswa dapat juga digunakan untuk menentukan 20 % dari peringkat mereka.
penghitungan poin kemajuan dan skor tim. Berikut ini tabel penghitungan poin kemajuan siswa dan tabel penentuan prestasi tim.
Tabel 1
Tabel Penghitungan Poin Kemajuan Siswa
Skor kuis Poin kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor
awal)
30
Keterangan:
1. Jika skor siswa tidak mengalami peningkatan, dan penurunan skor tersebut lebih dari 10 poin dari skor awal, maka skor kemajuan siswa tersebut 5.
2. Jika skor siswa tidak mengalami peningkatan, dan penurunan siswa berkhisar antara 1-10 poin di bawah skor awal, maka skor kemajuan siswa tersebut 10.
3. Jika skor siswa mengalami peningkatan 10 poin di atas skor awal, maka skor kemajuan siswa 20.
Tabel 2
Tabel Penentuan Prestasi Tim Kriteria
(rata-rata tim)
Penghargaan
15 TIM BAIK
16 TIM SANGAT BAIK
17 TIM SUPER
Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi Tim Sangat Baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor di atas skor awal mereka, dan untuk menjadi Tim Super sebagian besar anggota harus memiliki skor setidaknya sepuluh poin di atas skor awal mereka.Berikut lembar skor kuis dengan metode STAD dan lembar rangkuman tim dalam metode STAD.
Tabel 3
Tabel Lembar Skor Kuis
Nama Siswa
Tgl : Kuis:
Skor awal Skor kuis Skor kemajuan Heribertus Jonny
Tabel 4
Tabel Lembar Rangkuman Tim
Nama Anggota 1 2 3 4 5
Yuli Purwati 30
Novalia Sandra 30
Heribertus 20
Alfonsus T. 20
Total skor tim 100
Rata-rata tim 25
Penghargaan tim ST
Menurut Suprijono (2009: 133-134), langkah-langkah pembelajaran Student Teams Achievement Divisions adalah sebagai berikut.
(1) Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
(2) Guru menyajikan pelajaran.
(3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. (4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa.
(5) Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. (6) Memberi evaluasi.
(7) Kesimpulan.
C. Kerangka Pikir
Atas dasar permasalahan yang dihadapi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, kemampuan membaca tabel dan diagram siswa kelas VII C semester II SMP Budya Wacana Yogyakarta masih belum memadai. Sebagai pemecahan masalah dalam membaca tabel dan diagram, peneliti akan menerapkan pendekatan kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions. berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang akan dilakukan berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram dengan Pendekatan Kooperatif Metode Student Teams Achievement Divisioins pada Siswa Kelas VII C Semester II SMP Budya Wacana Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.
Peningkatan kemampuan siswa dalam membaca tabel dan diagram ditingkatkan dengan pendekatan kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions. Pendekatan kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions menuntut siswa untuk aktif dalam kegiaan pembelajaran. Siswa dituntut untuk dapat bekerja sama dengan baik antaramggota kelompok. Siswa belajar peduli terhadap orang lain. Dalam pembelajaran siswa juga dituntut untuk menerima kekurangan dan kelebihan teman satu kelompok. Setiap siswa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan diri sendiri dan teman satu kelompok.
Skema 1
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TABEL DAN DIAGRAM DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF METODE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS VII C SEMESTER II SMP BUDYA WACANA
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013.
1. Guru belum menggunakan pendekatan kooperatif metode STAD
2. Siswa tidak terbiasa belajar dalam kelompok heterogen.
3. Hanya 29% siswa yang mendapat nilai tuntas
Penggunaan pendekatan kooperatif metode STAD
1. Membantu siswa aktif dalam pembelajaran 2. Membantu siswa
untuk bekerja sama dengan baik 3. Membantu siswa
bertanggung jawab
Diduga penggunaan pendekatan kooperatif metode STAD dapat meningkatkan
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas adalah hipotesis tindakan. Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan oleh peneliti, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan pendekatan kooperatif metode Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan kemampuan membaca diagram dan tabel siswa kelas VII Semester 2, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi topik 1) jenis penelitian; 2) subjek penelitian dan objek
penelitian; 3) lokasi dan waktu penelitian; 4) prosedur penelitian; 5) teknik
pengumpulan data; 6) instrumen penelitian; 7) teknik analisis data; dan 8) indikator
keberhasilan.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam
dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2010:17). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca diagram dan tabel
dengan pendekatan kooperatif metode
Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
.
B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C semester 2 SMP Budya
Wacana Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Siswa laki-laki berjumlah 12 orang, dan siswa perempuan sembilan
orang. Objek penelitiannya adalah kemampuan membaca diagram dan tabel dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII C semester 2 SMP Budya Wacana
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih SMP Budya Wacana Yogyakarta
sebagai tempat penelitian. Adapun alamatnya yaitu Jl. Bung Tardjo (Gayam)
No.11 Yogyakarta. Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada bulan Maret – April 2013.
D. Prosedur Penelitian
Dalam menyusun program pembelajaran kemampuan membaca tabel dan
diagram dengan pendekatan kooperatif metode Student Teams Achievement
Divisions (STAD) perlu dirancang proses pembelajaran yang sesuai dengan metode STAD. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, sehingga
terdapat dua siklus dalam pembelajaran. Masing-masing siklus terdiri dari empat
langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Peneliti
menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas model Spiral Kemmis dan
Taggrat (Wiriaatmadja, 2007: 66) berikut ini.
Skema 2
Model Spiral Kemmis dan Taggrat
Rencana
Refleksi
Tindakan
Observasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Obesrvasi
Berikut ini dipaparkan uraian masing-masing langkah pada setiap siklus.
a. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
1. Mengembangkan silabus.
2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Menentukan materi pokok sesuai dengan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
4. Menyusun lembar kerja siswa.
5. Menyusun instrumen tes.
2) Pelaksanaan
Setelah melakukan persiapan pembelajaran, peneliti
melaksanaan rencana pembelajaran itu di dalam kelas. Berikut uraian
pelaksanaan siklus I.
1. Kegiatan Awal
1. Kelas dibagi menjadi lima kelompok heterogen,
masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
2. Peneliti membagi lembar kerja pada setiap kelompok.
2. Kegiatan Inti
1. Informasi awal tentang materi dan kegiatan belajar.
2. Menyampaikan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan
Indikator.
3. Tanya jawab tentang tabel dan diagram yang diketahui siswa.
4. Pembahasan materi.
5. Pembentukan kelompok yang bersifat heterogen, pembagian
tugas kelompok dan penjelasan langkah-langkah pengerjakan
tugas
6. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas
7. Pembahasan hasil kerja kelompok.
8. Masing-masing siswa mengerjakan kuis secara individu.
9. Penentuan nilai tertinggi.
10. Pemberian penghargaan pada kelompok yang memiliki nilai
tertinggi.
11. Tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari
12. Peneguhan jawaban siswa.
3. Kegiatan Akhir
3) Pengamatan
Setelah peneliti membuat perencanaan dan melaksanakan
dalam pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa.
Hal yang diamati yaitu, (1) mengamati hal-hal yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran, (2) menilai hasil kerja siswa dengan format
penilaian.
4) Refleksi
Kegiatan yang dilakukan dalam refleksi adalah:
1. Melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah
berlangsung.
2. Memperbaiki pelaksanaan pembelajaran untuk dilakuan pada siklus
II.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran. Peneliti bersama dengan guru mempersiapkan 1. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang kegiatan
belajar yang telah berlangsung.
2. Guru memberikan penjelasan mengenai manfaat
pembelajaran yang telah berlangsung.
pelaksanaan pembelajaran berdasarkan evaluasi pada siklus I, supaya
pembelajaran pada siklus II dapat tercapai.
2) Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan sebagai berikut.
1. Kegiatan Awal
1. Kelas dibagi menjadi lima kelompok heterogen,
masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
2. Peneliti membagi lembar kerja pada setiap kelompok.
3. Peneliti menjelaskan kegiatan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
1. Informasi awal tentang materi dan kegiatan belajar.
2. Menyampaikan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
dan Indikator.
3. Tanya jawab tentang diagram dan tabel yang diketahui
siswa.
4. Pembahasan materi.
5. Pembentukan kelompok yang bersifat heterogen, pembagian
tugas kelompok dan penjelasan langkah-langkah
pengerjakan tugas
6. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas
7. Pembahasan hasil kerja kelompok.
8. Masing-masing siswa mengerjakan kuis secara individu.
10. Pemberian penghargaan pada kelompok yang memiliki nilai
tertinggi.
11. Tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari
12. Peneguhan jawaban siswa.
13. Memberikan rangkuman tentang materi.
3. Kegiatan Akhir
3) Pengamatan
Setelah peneliti membuat perencanaan dan melaksanakan
dalam pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa.
Hal yang diamati yaitu, (1) mengamati hal-hal yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran, (2) menilai hasil kerja siswa dengan
format penilaian.
4) Refleksi
Refleksi dilakukan setelah peneliti melakukan pengamatan.
Hal yang direfleksi adalah mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran
pada siklus II. Tujuan refleksi untuk mengetahui hal-hal yang terjadi
selama pelaksanaan pembelajaran.
1. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang
kegiatan belajar yang telah berlangsung.
2. Guru memberikan penjelasan mengenai manfaat
pembelajaran yang telah berlangsung.
E. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik,
yaitu teknik tes dan teknik nontes.
1) Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
membaca diagram dan tabel. Data yang dikumpulkan adalah hasil kerja
siswa dalam setiap akhir siklus. Aspek-aspek penilaian tes adalah sebagai
berikut.
1. Kemampuan siswa menemukan informasi yang terdapat dalam tabel dan
diagram.
2. Kemampuan siswa membuat pertanyaan sesuai dengan informasi yang
tedapat dalam tabel dan diagram.
3. Kemampuan siswa membuat kesimpulan mengenai informasi dari tabel
dan diagram.
Tabel 5
Pedoman Penilaian Hasil Tes Tertulis Membaca Tabel dan Diagram Siswa Kelas VII C Semester 2 SMP Budya Wacana Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013 No. Komponen
Penilaian
Bobot Skor Kriteria Penilaian 1. Kelengkapan
informasi
5 5
4
3
Mampu menyebutkan informasi yang terdapat dalam tabel dan diagram secara tepat dan jelas (minimal empat informasi)
Mampu menyebutkan informasi yang terdapat dalam tabel dan diagram secara tepat dan jelas (minimal tiga informasi)
2
1
diagram secara tepat (minimal dua informasi)
Mampu menyebutkan informasi yang terdapat dalam tabel dan diagram secara tepat (minimal satu informasi)
Mampu menyebutkan informasi tetapi kurang sesuai dengan isi tabel dan diagram.
Mampu membuat pertanyaan yang sesuai dengan isi diagram dan tabel (minimal empat pertanyaan), struktur kalimat tanya tepat (kata tanya berada di awal kalimat), tanda baca tepat.
Mampu membuat pertanyaan yang sesuai dengan isi diagram dan tabel (minimal tiga pertanyaan), struktur kalimat tanya tepat (kata tanya berada di awal kalimat), tanda baca tepat.
Mampu membuat pertanyaan yang sesuai dengan isi diagram dan tabel (minimal dua pertanyaan), struktur kalimat tanya tepat (kata tanya berada di awal kalimat), tanda baca tepat.
Mampu membuat pertanyaan yang sesuai dengan isi diagram dan tabel (minimal satu pertanyaan), struktur kalimat tanya tepat (kata tanya berada di awal kalimat), tanda baca tepat.
Pertanyaan tidak sesuai dengan isi tabel dan diagram, kalimat tanya dan tanda baca tidak tepat.
3. Ketajaman kesimpulan
2 5 Mampu membuat kesimpulan
4
3
2
1
informasi yang terdapat pada tabel dan diagram), akurat, dan asli, satu paragraf minimal tiga kalimat, antarkalimat dalam paragraf koheren, ejaan tepat.
Mampu membuat kesimpulan dengan tepat (sesuai dengan informasi yang terdapat pada tabel dan diagram),akurat, konsisten, asli, satu paragraf minimal tiga kalimat, antarkalimat dalam paragraf koheren, ejaan kurang tepat.
Mampu membuat kesimpulan tetapi kurang tepat dengan informasi yang terdapat pada tabel dan diagram, kurang akurat, konsisten, asli, satu paragraf minimal tiga kalimat, antarkalimat dalam paragraf koheren, ejaan kurang tepat.
Mampu membuat kesimpulan tetapi kurang tepat dengan informasi yang terdapat pada tabel dan diagram, kurang akurat, konsisten, dan asli, satu paragraf minimal tiga kalimat, antarkalimat dalam paragraf kurang koheren, ejaan kurang tepat.
Skor yang diperoleh siswa adalah jumlah skor tiap komponen yang akan
dikalikan dengan bobot yang ditentukan untuk masing-masing komponen. Pada
kolom rubrik penilaian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu,
a. Kelengkapan informasi
Komponen kelengkapan informasi merupakan komponen dengan
bobot tertinggi, karena dengan komponen ini peneliti akan mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa tentang membaca tabel dan diagram.
Kriteria penilaian pada komponen ini adalah mampu menyebutkan
informasi yang terdapat dalam tabel dan diagram secara tepat dan jelas,
artinya informasi tersebut sesuai dengan data pada tabel dan diagram, dan
kalimat jelas tidak membingungkan.
b. Ketepatan pertanyaan
1. Mampu membuat pertanyaan sesuai dengan isi diagram dan tabel.
2. Struktur kalimat tanya tepat, yaitu kata tanya berada di awal kalimat.
3. Tanda baca tepat, yaitu menggunakan tanda baca tanda tanya (?).
c. Ketajaman kesimpulan
1. Mampu membuat kesimpulan dengan tepat, artinya sesuai dengan
informasi yang terdapat pada tabel dan diagram.
2. Satu paragraf minimal terdiri dari tiga kalimat.
3. Antar kalimat dalam paragraf koheren.
4. Ejaan tepat, artinya siswa menguasai aturan penggunaan tanda baca,
ejaan yang disempurnakan, dan mengetahui aturan penulisan huruf
kapital.
Dalam menggunakan metode STAD, ada beberapa tahap persiapan yang
harus dilakukan. Berikut penjabaran mengenai persiapan-persiapan yang harus
dilakukan. Yang pertama adalah materi. STAD dapat digunakan bersama
materi-materi kurikulum yang dirancang khusus untuk Pembelajaran Tim Siswa yang
disebarluaskan oleh John Hopkins Team Learning Project atau dapat juga
digunakan bersama materi-materi yang diadaptasi dari buku teks atau
sumber-sumber terbitan lainnya atau bisa juga dengan materi yang dibuat oleh guru
(Slavin, 2005:147). Namun, akan lebih mudah membuat materi sendiri. Ada
beberapa langkah-langkah jika materi tersebut dibuat sendiri yaitu, membuat
sebuah lembar kegiatan, sebuah lembar jawaban, dan sebuah kuis untuk setiap
unit yang direncanakan untuk diajarkan. Kedua, membagi para siswa ke dalam
tim. Anggota tim harus heterogen, terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan,
prestasi yang berbeda dari yang pandai, sedang, dan kurang, serta ras dan etnik
yang berbeda. Ketiga, menentukan skor awal. Skor awal akan digunakan untuk
melihat kemajuan belajar siswa. Keempat, membangun tim. Sebelum memulai
program pembelajaran kooperatif, akan sangat baik jika memulai dengan satu atau
lebih latihan pembentukan tim sekedar untuk memberi kesempatan kepada
anggota tim untuk melakukan sesuatu yang mengasyikan dan untuk saling
mengenal satu sama lain (Slavin, 2005:151). Misalnya, tim boleh saja diberikan
penghitungan poin kemajuan dan skor tim. Berikut ini tabel penghitungan poin
kemajuan siswa dan tabel penentuan prestasi tim.
Tabel 6
Tabel Penghitungan Poin Kemajuan Siswa
Skor kuis Poin kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5
10-1 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
30
Keterangan:
1. Jika skor siswa tidak mengalami peningkatan, dan penurunan skor
tersebut lebih dari 10 poin dari skor awal, maka skor kemajuan siswa
tersebut 5.
2. Jika skor siswa tidak mengalami peningkatan, dan penurunan siswa
berkhisar antara 1-10 poin di bawah skor awal, maka skor kemajuan
siswa tersebut 10.
3. Jika skor siswa mengalami peningkatan 10 poin di atas skor awal, maka
skor kemajuan siswa 20.
4. Jika skor siswa mengalami peningkatan lebih dari 10 poin di atas skor
Tabel 7
Tabel Penentuan Prestasi Tim Kriteria
(rata-rata tim)
Penghargaan
15 TIM BAIK
16 TIM SANGAT BAIK
17 TIM SUPER
Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi Tim
Sangat Baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor di atas skor awal
mereka, dan untuk menjadi Tim Super sebagian besar anggota harus memiliki
skor setidaknya sepuluh poin di atas skor awal mereka. Berikut lembar skor kuis
dengan metode STAD dan lembar rangkuman tim dalam metode STAD.
Tabel 8
Tabel Lembar Skor Kuis
Nama Siswa
Tgl : Kuis:
Skor awal Skor kuis Skor kemajuan Heribertus Jonny
Tabel 9
Tabel Lembar Rangkuman Tim
Nama Anggota 1 2 3 4 5
Yuli Purwati 30
Novalia Sandra 30
Heribertus 20
Alfonsus T. 20
Total skor tim 100
Rata-rata tim 25
Penghargaan tim ST
1) Teknik Nontes
Data yang dikumpulkan dengan teknik nontes adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi dilaksanakan sebelum peneliti melaksanakan pembelajaran.
Hal ini untuk mengetahui media, metode dan teknik yang sudah
digunakan guru.
2. Wawancara
Wawancara dengan guru. Hal ini untuk mengetahui pandangan guru
terhadap teknik, metode, media yang digunakan.
3. Foto
Foto digunakan untuk alat dokumentasi, supaya semua kegiatan
pembelajaran dapat didokumentasikan.
F. Instrumen Penelitian 1) Instrumen Observasi
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui fokus pembelajaran,