i
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN INPUT SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DENGAN ADANYA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU
Studi Kasus : Siswa Kelas X SMA Putra Nirmala Cirebon
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Febrina Elia Nababan NIM: 091324014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Ibu Teresia Sukarmi dan Bapak Elpidio Leonard Nababan
Bernadeta Tumpuk Pawirorejo (Alm) dan Opung
Edward Kristian, Fransiskus Cahyo Hendri Atmoko, Veronika Dyah Wiyati dan Thobias Owen Abimanyu
v
MOTTO
Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang
(Evelyn Underhill)
Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa
bekerja keras
(William J. Siegel)
Keberhasilan untuk sesuatu yang mulia tidak datang lewat apa yang
rendah, keberhasilan untuk sesuatu yang mulia datang dari perkara yang
mulia pula
(Samyutta-Nikaya 2:29)
Dan Pada Ahkirnya
Saya Datang
Saya Bimbingan
Saya Ujian
dan
viii
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN INPUT SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DENGAN ADANYA PERSEPSI SISWA TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU
Studi Kasus : Siswa Kelas X SMA Putra Nirmala Cirebon
Febrina Elia Nababan Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar dan input siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi sosial guru.
Penelitian ini adalah penelitian eksplanatif yang dilaksanakan di SMA Putra Nirmala Cirebon pada bulan Mei 2013. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X yang berjumlah 62 orang. Sampel diambil dengan teknik sampel jenuh. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabelitas hanya digunakan pada variabel motivasi belajar, persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi sosial guru. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis jalur.
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF LEARNING MOTIVATION AND STUDENT INPUT ON LEARNING ACHIEVEMENT ON ECONOMICS BASED ON STUDENT PERCEPTIONS OF PRINCIPAL LEARDERSHIP AND
SOCIAL COMPETENCE OF THE TEACHER
A Case Study: The Tenth Grade Students of Putra Nirmala Senior High School Cirebon perception of school leadeship and social competence of teachers.
The research is an explanative research conducted at Putra Nirmala Senior High School Cirebon in May 2013. The population of this study were 62 students of the tenth grade students. Samples were taken by a saturated sample technique. Data were collected by using questionnaires. A test instrument validity and reliabelitas were only used on the variabel motivation, students perceptions of school leadership and social competence of teachers. The date were analyzed by multiple linear regression analysis and path analysis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 6
xiv
a. Deskripsi Motivasi Belajar ... 52
b. Deskripsi Input Siswa ... 55
c. Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah... 59
d. Deskripsi Kompetensi Sosial Guru ... 63
e. Deskripsi Prestasi Belajar ... 67
2. Uji Hipotesis ... 69
1. Deskripsi Data tentang Motivasi Belajar ... 91
2. Deskripsi Data tentang Input Siswa ... 93
3. Deskripsi Data tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 95
4. Deskripsi Data tentang Kompetensi Sosial ... 97
5. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar ... 100
xv
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 157
A. Kesimpulan ... 157
B. Keterbatasan ... 158
C. Saran ... 159
DAFTAR PUSTAKA ... 160
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Hasil Uji Variabel Motivasi Belajar ... 44
Tabel III.2 Hasil Uji Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah... 44
Tabel III.3 Hasil Uji Variabel Kompetensi Sosial ... 46
Tabel III.4 Hasil Uji Reliabelitas ... 49
Tabel III.5 Mean dan Standar Deviasi Variabel Motivasi Belajar ... 52
Tabel III.6 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Motivasi Belajar ... 52
Tabel III.7 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Motivasi Belajar ... 53
Tabel III.8 Mean dan Standar Deviasi Variabel Input Siswa ... 55
Tabel III.9 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Input Siswa ... 56
Tabel III.10 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Input Siswa... 56
Tabel III.11 Mean dan Standar Deviasi Kepemimpinan Kepala Sekolah .... 59
Tabel III.12 Interval Rata-Rata Penilaian RespondenVariabel Kepemimpian Kepala Sekolah ... 59
Tabel III.13 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 59
Tabel III.14 Mean dan Standar Deviasi Kompetensi Sosial ... 62
Tabel III.15 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Variabel Kompetensi Sosial ... 63
Tabel III.16 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Kompetensi Sosial .. 63
Tabel III.17 Mean dan Standar Deviasi Variabel Prestasi Belajar ... 66
Tabel III.18 Interval Rata-Rata Penilaian Responden Prestasi Belajar ... 67
Tabel III.19 Kriteria Penilaian Responden Terhadap Prestasi Belajar ... 67
Tabel III.20 Uji Statistik Durbin-Watson ... 81
Tabel V.1 Distribusi Frekuensi mengenai Motivasi Belajar ... 92
Tabel V.2 Distribusi Frekuensi mengenai Input Siswa ... 94
Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 95
Tabel V.4 Distribusi Frekuensi mengenai Kompetensi Sosial... 98
Tabel V.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 100
Tabel V.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar ... 102
Tabel V.7 Hasiil Pengujian Hipotesis Dengan Moderator 1 ... 103
Tabel V.8 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Moderator 2 ... 106
Tabel V.9 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Moderator 3 ... 108
Tabel V.10 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Moderator 4 ... 111
Tabel V.11 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Moderator 5 ... 113
Tabel V.12 Hasil Pengujian Hipotesis Tanpa Adanya Moderator ... 116
Tabel V.13 Regresi Hipotesis Tanpa Adanya Moderator ... 119
xvii
Tabel V.15 Hasil Pengujian Koefisien Jalur Sub Struktural 2 ... 124
Tabel V.16 Hasil Pengujian Koefisien Jalur Sub Struktural 3 ... 125
Tabel V.17 Rangkuman Dari Koefisien Jalur ... 132
Tabel V.18 Hasil Uji Multikolinearitas ... 139
Tabel V.19 Hasil Uji Heteroskedastis ... 140
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 163
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 180
Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik ... 204
Lampiran 4 Uji Hipotesis dan Analisis Jalur ... 212
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi yang sangat penting. Pemerintah
sadar bahwa pendidikan yang memiliki kualitas yang baik akan menghasilkan
SDM yang berkualitas juga sehingga dapat membantu mempercepat
pembangunan nasional. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah guna
memajukan dunia pendidikan.
Dalam pelaksanaan proses pendidikan banyak masalah yang muncul
terutama mengenai masalah mutu pendidikan, sehingga peningkatan mutu
pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dilaksanakan. Hal ini
bisa dilihat dari pencapaian prestasi belajar siswa yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan sehingga pada akhirnya berpengaruh dengan kualitas lulusan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan extern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar
sedangkan faktor extern adalah faktor yang berasal dari luar individu. (Slameto 2010:54)
Dalam penelitian ini penulis mengambil faktor intern dan extern yaitu motivasi belajar, input siswa, kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi sosial guru. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000). Input adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki oleh siswa yang akan diolah dan akan diberi pengalaman belajar dan transformasi sehingga nanti
diharapkan memiliki kemampuan sesuai dengan target yang telah ditentukan.
Selain faktor motivasi belajar dan input siswa terdapat juga faktor
kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi sosial guru. Saat ini kepala
sekolah dalam kepemimpinannya dituntut harus memiliki keterampilan yang
baik yaitu cerdik, kreatifdan konseptual. Karena jika tidak demikian
bagaimana sekolah itu akan berkembang menjadi lebih baik. Kepala sekolah
sebagai pemimpin memegang peran penting yaitu melaksanakan
pengembanganpendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan
serta menentukan kemajuan sekolah. Sedangkan kepemimpinan kepala
sekolah itu sendiri adalah perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai
pemikiran baru di dalam proses interaksi di lingkungan sekolah dengan
melakukan perubahan atau penyesuaian tujuan, sarana, konfigurasi, prosedur,
input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan
perkembangan (Wahjosumidjo, 2007:2).
Selain kepala sekolah, guru juga memiliki peran yang sangat penting.
Guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
dalam merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran
(Nurdin dan Usman, 2002). Menurut UU RI No 14 tahun 2005, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Namun dalam
penelitian ini peneliti lebih fokus pada kompetensi sosial. Peneliti mengambil
kompetensi sosial karena yang paling mungkin di teliti karena apabila
meneliti kompetensi pedagogik dan profesional, peneliti harus masuk ke
dalam kelas untuk melihat langsung cara guru dalam belajar. sedangkan
kompetensi kepribadian juga sulit diteliti karena harus melibatkan orang dari
psikologi. Kompetensi sosial itu sendiri adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
Tingkat keberhasilan belajarsiswa dapat dilihat dari pencapaian
prestasi belajar. Pengertian prestasi belajar menurut kamus besar bahasa
indonesia adalah penguasaan mata pelajaran yang ditunjukan dengan nilai tes
atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar siswa dapat dijadikan
pedoman siswa, guru dan kepala sekolah dalam melakukan pembenahan agar
dapat mencapai tujuan sekolah yang dicita-citakan.
Untuk menggambarkan kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan
kompetensi sosial guru, peneliti menggunakan persepsi siswa. Persepsi
merupakan proses pemberian makna terhadap suatu objek oleh seseorang
sehingga menjadi suatu keyakinan dalam dirinya mengenai baik/buruknya
objek tersebut. Persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah adalah
penilaian siswa terhadap cara kepala sekolah dalam mempengaruhi,
melaksanakan tugasnya dengan baik untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan sekolah. Sedangkan persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru
merupakan penilaian siswa terhadap kemampuan guru dalam berkomunikasi
dengan siswa. Jadi dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dengan
siswa akan meningkatkan prestasi belajar.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti sebuah sekolah SMA di
Cirebon yaitu SMA Putra Nirmala. SMA Putra Nirmala Cirebon adalah
sekolah swasta yang awalnya milik Yayasan Putra Nirmala, didirikan oleh
gereja untuk kaum menengah kebawah.Dalam perjalanannya sekolah ini
menemui banyak kendala baik dalam hal keuangan maupun kualitas sekolah
yang mulai merosot. Ada banyak faktor yang menyebabkan masalah ini
terjadi diantaranya fasilitas belajar yang kurang memadai, guru yang kurang
kompeten, dan donatur yang berkurang. Pada ahkirnya sekolah ini benar
benar vailid. Kemudian sekolah ini diambil alih oleh Yayasan Salib Suci
Bandung untuk dibenahi dan dikembangkan. Saat ini sekolah Putra Nirmala
Cirebon menunjukkan perkembangan yang lebih baik namun belum
maksimal.
Dari hasil wawancara sebelum melakukan penyebaran questioner
kepada siswa, dikepada siswa diketahui bahwa kondisi motivasi belajar
kurang kuat dan nilai input siswa berada pada posisi sedang. Sedangkan
untuk pendapat siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi
guru cenderung mengatakan netral. artinya siswa memandang bahwa
yaitu mampu membangkitkan semangat seluruh anggota sekolah untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik dan terjalin interaksi baik antara guru
dan siswa. Sehingga kondisi inilah yang membuat prestasi belajar siswa
rata-rata sedang. artinya sebagian siswa mempunyai nilai baik dan ada yang
memiliki nilai yang buruk
Dari uraian tersebut, menarik bagi penulis untuk meneliti seberapa
besar pengaruh motivasi belajar dan input siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang kepemimpinan
kepala sekolah dan kompetensi sosial guru. Kasus : Siswa Kelas X SMA
Putra Nirmala Cirebon.
B. Identifikasi Masalah
Keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat terlepas dari
kepemimpinan kepala sekolah serta kompetensi yang dimiliki oleh guru serta
peran serta dari siswa itu sendiri. Keberhasilan peningkatan kualitas tersebut
dapat dilihat salah satunya dari pencapaian ketuntasan minimal siswa yang
telah ditentukan.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa
1. Apakah ada pengaruh signifikan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang
kepemimpinan kepala sekolah ?
2. Apakah ada pengaruh signifikan motivasi belajar terhadap prestasi
belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang
kompetensi sosial guru ?
3. Apakah ada pengaruh signifikan input siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang
kepemimpinan kepala sekolah ?
4. Apakah ada pengaruh signifikan input siswaterhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang
kompetensi sosial guru ?
5. Apakah ada pengaruh signifikan motivasi belajar dan input siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi
siswa tentang kepala sekolah dan kompetensi sosial guru ?
D. Definisi Operasional
1. Motivasi Belajar
Definisi operasional motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh, yang akan
dapat membentuk cara belajar siswa secara sistematis dan penuh
Indikator:
a. Hasrat dan keinginan berprestasi dalam belajar
b. Harapan dan cita-cita di masa depan
c. Kondisi lingkungan belajar baik dirumah maupun di sekolah
2. Input Siswa
Definisi operasional input siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum memulai proses belajar mengajar yang
akan diolah dan diberi pengalaman belajar sehingga diharapkan individu
memiliki nilai sesuai dengan target.Indikator :Nilai Ujian Sekolah mata
pelajaran IPS
3. Persepsi Siswa Tentang Kepemimpinan kepala sekolah
Definisi persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam
penelitian ini adalah penilaian siswa tentang cara kepala
sekolahmempengaruhi, mengatur, mengkomunikasikan dan meyakinkan
seluruh warga sekolah agar melaksanakan tugasnya dengan baik untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan sekolah.
Indikator:
a. Kemampuan kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung
jawab
b. Kemampuan kepala sekolah berkomunikasi
d. Kemampuan kepala sekolah mengambil keputusan
4. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi sosial guru
Definisi operasional persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru
dalam penelitian ini adalah penilaian siswa tentang kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan peserta didik.
Indikator :
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
5. Prestasi Belajar
Definisi operasional prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan
terhadap mata pelajaran ekonomi, yang di wujudkan dengan nilai hasil
ujian.Indikator :Hasil ulangan mid semester
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan motivasi belajar
terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya
persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru .
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikaninput siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa
tentang kepemimpinan kepala sekolah .
4. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan input siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa dengan adanya persepsi
siswa tentang kompetensi sosial guru .
5. Mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan motivasi belajar dan
input siswa terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi dengan adanya persepsi siswa tentang kepala sekolah dan kompetensi sosial .
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan di atas maka harapan penulis dalam penelitian
ini dapat digunakan secara teoritis dan praktis untuk:
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dipergunakan untuk memberikan
sumbangan pemikiran dan gambaran tentang pengaruh motivasi belajar
dan input siswa, persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kopetensi sosial guru terhadap prestasi belajar mata pelajaran
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi guru untuk lebih
menggembangkan kompetensi yang dimiliki guru khususnya kompetensi
sosial agar pembelajaran yang dilakukan lebih baik sehingga memotivasi
siswa giat belajar dan dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi siswa karena
salah satu faktor penentu keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
adalah siswa itu sendiri. Maka dari itu siswa juga harus bertanggung
jawab terhadap tugasnya sehingga dapat tujuan bersama yang
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
KajianPustaka
1. Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang
melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu
mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep
motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah
perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan
penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki
motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama
(Santrock, 2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki olehsubjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan
a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik
sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian
untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari
hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana
tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung
informasi tentang penguasaan keahlian.
b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya,
murid belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata
pelajaran yang diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat
mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai
dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang
mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk
kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepadasiswa. Terdapat
dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:
1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan
personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa
mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan
karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa
untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran
mereka.
2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal.
Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa
mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas
serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu
sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
Fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2008:83) fungsi
motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan cara perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberakan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan
tujuan tersebut.
Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaituharapan guru, instruksi
langsung, umpanbalik (feedback) yang tepat, penguatan dan hadiah serta
menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar adalah:
a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar
dengan tujuan utama yaitu untuk mencapaiangka/nilai yang baik.
b. Persaingan/kompetisi
c. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan
sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. Memberi
ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat
belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
d. Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
e. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik,
hal ini merupakan bentuk penguatan positif.
2. Input siswa
Menurut Ekosusilo (1993:35) input adalah masukan yang masih
mentah yang akan diolah dalam proses pendidikan, untuk selanjutnya
menjadi keluaran (output) sesuai tujuan yang didinginkan. Daryanto
(1999:7) mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan input adalah bahan
mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Jenis input menurut
1. Raw input : kondisi keberadaan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Yang terkait dengan Raw input adalah kapasitas dasar siswa, bakat khusus ,motivasi, minat, kematangan, dan
kesiapan, sikap dan kebiasaan dan lain sebagainya.
2. Instrumental input : sarana dan prasarana yang trakait dengan proses pembelajaran. Yang tekait dengan instrumental input adalah guru, metode, teknik media, bahan, sumber belajar dan lain-lain.
3. Environmental input : merujuk pada situasi dan keberadaan lingkungan baik fisik, sosial maupun budaya diman kegiatan
pembelajaran (sekolah) dilaksanakan
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa input
adalah calon siswa yang telah memiliki kemampuan tertentu yang akan
diolah dan akan diberi pengalaman belajar dan transformasi sehingga nanti
diharapkan memiliki kemampuan sesuai dengan target yang telah
ditentukann.
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat diartikan sifat-sifat,
pelaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,
hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari satu jabatan
administrative, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh
Dalam mencapai tujuan sekolah, kepemimpinan kepala sekolah
sangatlah penting. Pengertian kepemimpinan kepala sekolahitu sendiri
yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memprakarsai pemikiran baru
di dalam proses interaksi di lingkungan sekolah dengan melakukan
perubahan atau penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi, prosedur,input,
proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. (Wahjosumidjo 2007:7)
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu
mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan
percaya diri pada guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas
masing-masing. Selain itu kepala sekolah juga harus mampu memberikan
bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta
memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan
memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan. Peranan
kepemimpinan kepala sekolah yaitu menciptakan rasa adil, bijaksana,
memberikan sugesti, mendukung tercapainya tujuan, sebagai katalisator,
menciptakan rasa aman, sebagai wakil organisasi, sumber inspirasi, dan
terahkir bersedia menghargai.
Dalam penelitian ini, yang dilihat adalah persepsi siswa terhadap
kepemimpinan kepala sekolah. Maka pengertian persepsi siswa tentang
kepemimpinan kepala sekolah adalah penilaian siswa terhadap cara kepala
meyakinkan seluruh warga sekolah agar melaksanakan tugasnya dengan
baik untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan sekolah
4. Kompetensi Guru
Dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomer 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”.
Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada
performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi
tertentu di dalam pelaksanaan tugas- tugas pendidikan.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang membentuk kompetensi
standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman
terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan
pribadi dan profesionalisme.(Mulyasa 2007:25)
Ada 4 kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
a. Kompetensi Pedagogik
Menurut Undang-undang No 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 3
ayat (4) dikemukakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah
menurut Depdiknas (2004:9) mendefinisikan kompetensi pedagogik
dengan “Kompetensi pengelolaan pembelajaran”. Standar Pendidikan
Nasional, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a bahwa: Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan bakat yang dimiliki peserta
didik.
Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran
menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
dan evalusai (Mulyasa, 2007:75).
1) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan dan kompetensi serta
memperkirakan cara mencapainya. Guru sebagai manajer
pembelajaran harus melakukan berbagai pilihan menuju
tercapainya tujuan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai
untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan
pembelajaran.
2) Pelaksanaan adalah proses yang memberikan kepastian bahwa
proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan
sarana prasarana yang diperlukan sehingga dapart membentuk
kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Evaluasi bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan
rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Guru sebagai manajer
harus mengambil langkah-langkah atau tindakan perbaikan apabila
terdapat perbedaan yang signifikan atau adanya kesenjangan antara
proses pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah
direncanakan.
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan
masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya (Mulyasa
2007:117).
Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang
memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan
bagi kompetensi-kompetensi lainya. Dalam hal ini, guru tidak hanya
dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang paling
penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang
pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
c. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.
Mulyasa (2007:135) mengungkapkan secara umum ruang lingkup
kompetensi profesional guru sebagai berikut:
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, dan sosiologis.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media
dan sumber belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
d. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian
dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
(Mulyasa, 2007:173)
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
5. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Penilaian merupakan bagian terpenting dalam proses belajar
mengajar. Penilaian berguna bagi para pengajar, sebab dapat
membantu menjawab masalah-masalah penting
mahaiswa-mahasiswanyanya. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat tingkat
keberhasilan mahasiswa. Penilaian hasil belajar selalu ada dalam
proses pembelajaran. Yang dinilai dari hasil belajar mahasiswa seperti
ujian sisipan dan ujian akhir semester.
Menurut para penulis psikologi belajar, mereka mendefinisikan
belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang
yang relatif menetap sebagai hasil sebuah pengalaman (Imron,
1996:3). Prestasi belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah penguasaan pengertian yang dikembangkan oleh matapelajaran
lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang di berikan oleh
guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi
dapat digolongkan menjadi fua golongan saja, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor
1) Faktor intern
a) Faktor jasmaniah
(1) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagianya atau bebas dari penyakit. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk jika badanya lemah atau ada
gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang
dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan
badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur,
makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
(2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenal tubuh atau badan (Slameto,
2010:55). Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar
seseorang.
b) Faktor psikologis
(1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto,
2010:56). Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Dalam situasi yang sama, siswa mempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
(2) Perhatian
Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajariya, jika
bahan pelajaran yang tidak menjadi perhatian, maka timbulah
kebosanan, sehingga siswa tersebut tidak suka belajar. Agar
siswa dapat belajar dengan baik, usahakan bahan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2010:57).
Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan
perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu
diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti
dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kesenangan.
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
ada daya tarik baginya.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar (Slameto, 2010:57).
Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat mempengaruhi
belajar seseorang. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa
sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat
lagi dalam belajarnya.
(5) Motif
Motif erat sekali hubunganya dengan tujuan yang akan dicapai.
Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai
daya penggerak atau pendorong.
(6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
(7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respomse atau
bereaksi (Slameto, 2010:59). Kesediaan itu timbul dari dalam
diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya lebih baik.
(8) Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang wlaupun sulit dipisahkan tetapi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani.
2) Faktor-faktor ekstern
a) Faktor keluarga
(1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Orang tua yang kurang atau tidak
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama
sekali akan kepentingan-kepentingan dan
kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu
memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu
bagaimanakah kemajuan belajar anaknya dan lain-lain,dapat
menyebabkan anak kurang atau tida berhasil dalam belajarnya.
Mendidik anak dengan cara memanjakanya adalah cara
mendidik yang tidak baik. Mendidik anak dengan cara
memperlakukanya terlalu keras, memaksa, mengejar-ngejar
anaknya untuk belajar adalah cara mendidik anak yang juga
salah. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang
peranan yang sangat penting. Anak yang mengalami
kesukaran-kesukaran dalam belajar dapat ditolong dengan
memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu
saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi
keberhasilan bimbingan tersebut.
(2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi
orang tua dengan anaknya. Selain relasi anak dengan
saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut
mempengaruhi belajar anak. Sebetulnya relasi antar anggota
erat hubunganya dengan cara orang tua mendidik. Demi
kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan
kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu
hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
(3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau
kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak
berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor
yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja.
Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan memberi
ketenangan pada anak yang belajar. Begitu pula dengan
suasana rumah yang tegang, ribut, sering terjadi cekcok
menyebabkan anak menjadi bosan dirumah, suka keluar
rumah, akibatnya belajarnya kacau. Perlu diciptakan suasana
rumah yang tenang dan tenteram agar anak dapat belajar
dengan baik.
(4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan
dan lain-lain. Selain itu juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis,
uku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi
jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam
akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak
juga akan terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung
kesedihan sehingga anak merasa minder hal ini pasti akan
mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dipungkiri tentang
adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu
menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan
yang seperti itu menjadi cambug baginya untuk belajar lebuh
giat dan akhirnya sukses.
(5) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan da pengertian orang tua. Bila
anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas
rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat,
orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di
sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk
mengetahui perkembanganya.
(6) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarg
amempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
b) Faktor sekolah
(1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui dalam mengajar (Slameto, 2010:65). Metode mengajar
guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu
misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai
bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikanya tidak
jelas atau sikap guru terhadap siswa atau terhadap mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang
terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk
belajar. Guru bisa mengajar dengan berani mencoba
metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan
kegiatan belajar – mengajar siswa, dan meningkatkan motivasi
siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
maka metode mengajar harus diusahakan setepat, efisien, dan
efektif mungkin.
(2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan
kepada siswa (Slameto, 2010:65). Kegiatan itu sebagian besar
adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,
menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah
Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap
belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum
yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa
sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar
mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa.
(3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.
Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
proses sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh
relasinya dengan gurunya. Relasi guru dengan siswa yang baik,
siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata
pelajaran yang diberikanya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya. Hal itu juga terjadi sebaliknya,
jika siswa membenci gurunya. Ia segan mempelajari mata
pelajaran yang diberikanya, akibatnya pelajaranya tidak maju.
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab
menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar dan
siswa segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
(4) Relasi siswa dengan siswa
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu agar
dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar
(5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubunganya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencangkup kedisiplinan guru dalam mengajar dalam
melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan
dalam pekerjaan administrasi, keteraturan kelas, kebersihan
gedung sekolah, dan lain-lain. Kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan
kedisiplinan tim BP dalam pelayananya kepada siswa. Agar
siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
(6) Alat pengajaran
Alat pengajaran erat hubunganya dengan cara belajar siswa,
karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu, alat pengajaran yang lengkap dan tepat akan
memperlanca5r penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Mengusahakan alat pengajaran yang baik dan
lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik
sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta
dapat belajar dengan baik pula.
(7) Waktu sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar
malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.
Sekolah diharpakan mampu memilih waktu sekolah yang tepat
sehingga akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar.
(8) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa
kurang mampu dan takut kepada guru, bila banyak siswa yang
tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajaranya, guru
semacam itu merasa senang. Guru dalam menuntut penguasaan
materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai.
(9) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik
mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini
harus memadai di dalam setiap kelas.
(10)Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam
hal ini perlu pembinaan dari guru. dengan cara belajar yang
tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Belajar secara
teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan istirahat cukup akan
(11) Tugas rumah
Tugas rumah terutama adalah di sekolah, di samping untuk
belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk
kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak
memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak
tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
c) Faktor masyarakat
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil
bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak
misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan
dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya.
(2) Mass media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat
kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semuanya itu
ada dan beredar dimasyarakat. Mass media yang baik memberi
pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap
belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga
berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa
dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
(3) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul
yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu
juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi
yang sifatnya buruk juga.
(4) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari
orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, mempunyai kebiasaan
tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada
disitu. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang
yang terpelajar yang baik-baik, mereka akan terpengaruh oleh
orang-orang dilingkunganya tersebut.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitiian yang dilakukan oleh
penulis adalah milik Nunu Nuchiyah tahun 2007 dengan judul “Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Semester 1 Sekolah Dasar Negeri Tahun
2004-2005 di Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang”.Tujuan penelitian
kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap
prestasi hasil belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan
Pabuaran Kabupaten Serang.Dari penelitian yang dilakukan Nunu
Nuchyah diperoleh hasil kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar dan
kinerja mengajar guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan
Pabuaran Kabupaten Serang. Selain itu, dari penelitian ini juga diperoleh
hasil prestasi belajar siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan
Pabuaran tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut yaitu
kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja mengajar guru, tetapi juga
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
2. Hasil penelitian kedua yang relevan denngan penelitian yang dilakukan
penulis adalah milik Jaelani tahun 2011 dengan judul “Pengaruh
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa kelas IV SDN Waru 05
Kecamatan Parung”. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Jaelani
adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar
terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Waru 05 Kecamatan Parung.
Dan untuk mengetahui besar pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas IV SDN Waru 05 Kecamatan Parung. Dari penelitian
yang dilakukan Jaelani diperoleh hasil secara nyata motivasi belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas IVA dan
IVB SDN Waru 05 Kecamatan Parung, terbukti dengan adanya
kemudian diolah dengan cara simultan.Besarnya pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa kelas IVA sampai IVB SDN Waru 05
sebesar 29,766 sedangkan sisanya sebesar 70,234 dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, faktor-faktor tersebut tidak dapat diteliti oleh peneliti
karena keterbatasan waktu, kemampuan dan dana, sehingga peneliti
memberikan kesempatan kepada peneliti-peneliti lain untuk menelitinya.
3. Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis
adalah milik Ariska Dewi Wulandari tahun 2008 dengan judul “Pengaruh
kualitas input terhadap prestasi belajar siswa kelas X mata pelajaran
ekonomi pada SMA Taruna DRA. Zulaeha Leces Kabupaten
Probolinggo”. Tujuan penelitian yang dilakukan Ariska adalah unutuk
mengetahui besarnya pengaruh Nilai Ujian Nasional (NUN) dan
kecerdasan intelektual (IQ) terhadap prestasi belajar siswa kelas X
semester 1 mata pelajaran Ekonomi pada SMA Taruna Dra. Zulaeha
Leces Kabupaten Probolinggo, baik pengaruh variabel bebas secara
sendiri-sendiri (parsial) atau bersama-sama (simultan) terhadap prestasi
belajar siswa. Hasil dari penelitian ini adalah Nilai Ujian Nasional
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa, kecerdasan
intelektual (IQ) berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar
siswa, dan Nilai Ujian Nasional dan kecerdasan intelektual berpengaruh
C.
Hipotesis
1. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan teoritis dan konsep - konsep dasar penelitian
terdahulu, maka disusun sebuah kerangka pemikiran teoritis yang
merupakan kombinasi dari teori dan hasil penelitian yang berkaitan,
sebagaimana disajikanpada Gambar berikut ini :
Gambar 1.1
Dengan melihat dasar pemikiran diatas dan pengamatan dari penulis
maka penulis mengajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
1. Motivasi belajar memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
dengan adanya persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah.
2. Motivasi belajar memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
dengan adanya persepsi siswa tentang kepemimpinan kompetensi sosial
guru.
3. Input siswa memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dengan adanya persepsi siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah.
4. Input siswa memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dengan adanya persepsi siswa tentang kompetensi sosial guru.
5. Motivasi belajar dan input siswa memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dengan adanya persepsi siswa tentang kepemimpinan
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
Eksplanatif. Metode penelitian eksplanatif adalah penelitian yang menguji
hubungan dan pengaruh anatr variabel yang dihipotesiskan.
B. Tempat dan waktu Penelitian
1. Penelitian dilakukan di SMA Putra Nirmala Cirebon
2. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Mei 2013
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X ( A & B) SMA
Putra Nirmala Cirebon sebanyak 62 terdiri dari 30 laki-laki dan 32
perempuan
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 62 responden.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat ( Dependent)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar (Y).
2. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi belajar (X1)
inputsiswa (X2).
a. Motivasi belajar (X1)
Indikator
a. Hasrat dan keinginan berprestasi dalam belajar
b. Harapan dan cita-cita di masa depan
c. Kondisi lingkungan belajar baik dirumah maupun di sekolah
b. Input Siswa (X2)
Indikator: Nilai Ujian Sekolah SMP mata pelajaran IPS
3. Variabel Moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang
kepala sekolah (X3) dan kompetensi sosial guru (X4)
a. Kepemimpinan kepala sekolah (X3)
Indikator :
1) Kemampuan kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung
jawab
2) Kemampuan kepala sekolah berkomunikasi
3) Kemampuan kepala sekolah memecahkan masaah
4) Kemampuan kepala sekolah mengambil keputusan
b. Kompetensi sosial (X4)
Indikator
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner sehingga diperoleh data secara objektif dan reliablel.
F. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrument (Arikunto, 2002:144). Cara mengukur
validitas dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan
dengan total skor variabel. Jika r hitung > r tabel dan nilai positif,
maka pertanyaan atau indikator dinyatakan valid (Ghozali, 2006 : 45). Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus tersebut adalah:
Keterangan :
N : Jumlah subjek
∑X : Jumlah skor item X
∑Y : Jumlah skor item Y
∑XY : Jumlah perwakilan skor item X dengan skor item Y
∑X2
: Jumlah kuadrat skor item X
∑Y2
: Jumlah kuadrat skor item Y
Dengan taraf signifikan ( ) = 5 % dan jumlah sampel sebesar
62 orang maka r tabel product moment dari penelitian ini yaitu 0,254 Sehingga untuk mengetahui skor masing – masing item pertanyaan valid atau tidak, maka ditetapkan kriteria statistik sebagai berikut:
a. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut
valid.
b. Jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.
c. Jika r hitung > r tabel tetapi bertanda negatif, maka H0 akan tetap
ditolak dan H1 diterima.
Pengujian tingkat validitas koesioner dilakukan dengan
menggunakan teknik Product Moment antar masing-masing item yang mengukur suatu variabel dengan skor total variabel tersebut
= 0,05 sehingga diperoleh nilai r tabel sebesar 0,254 (Tabel
Nilai-nilai r Product Moment, Sugiyono, 2010). Jadi koefisien Corrected Item-Total Correlation harus lebih besar dari 0,254 untuk menyatakan suatu item adalah valid.
Uji validitas hanya dapat digunakan pada variabel motivasi
belajar siswa, persepsi siswa tentang kepala sekolah dan persepsi
siswa tentang kompetensi sosial guru. Hal tersebut disebabkan
variabel lain seperti input siswa dan prestasi belajar memiliki skala
penilaian yang berbeda-beda. Hasil uji validitas sebagai berikut:
Tabel III.1
Hasil Uji Variabel Motivasi Belajar Siswa Butir
Pertanyaan R-hitung R-tabel Kesimpulan
Butir
Pertanyaan R-hitung R-tabel Kesimpulan
18 0.469 0,254 Valid
Sumber: data diolah, 2013
Tabel III.2
Hasil Uji Variabel Persepsi Siswa Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah
Butir
Pertanyaan R-hitung R-tabel Kesimpulan
Butir
Pertanyaan R-hitung R-tabel Kesimpulan
16 0.466 0,254 Valid
Sumber: data diolah, 2013
Tabel III.3
Hasil Uji Variabel Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Sosial Guru
Butir
Pertanyaan R-hitung R-tabel Kesimpulan
Butir
Pertanyaan R-hitung R-tabel Kesimpulan
18 0.715 0,254 Valid
19 0.658 0,254 Valid
20 0,217 0,254 Tidak Valid
Sumber: data diolah, 2013
2. Uji Reliabilitas Instrument
Menurut Ghozali (2006:41) reliabilitas adalah alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas dilakukan dengan
cara one shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran dilakukan sekali dan hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur
korelasi atar jawaban pertanyaan. Menurut Ghozali (2006:41) Suatu
konstruk atau variabel dinyatakn reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60.
Rumus
Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrument
∑σb2
: Jumlah varian butir
∑σt2
: Varian total
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS, yang akan memberikan fasilitas
untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha ( α ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Cronbanch Alpha > 0,60 (Ghozali, 2005). Jadi apabila nilai Cronbanch
Alpha dari masing-masing variabel motivasi belajar siswa, persepsi siswa
tentang kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi sosial guru lebih
dari 0,60 maka masing-masing variabel tersebut dinilai reliabel.
a. Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menentukan apakah instrumen
tersebut reliabel atau tidak. Pedoman yang digunakan sebagai berikut:
jika r hitung lebih besar dari r tabel pada = 0,05 maka instrumen
dikatakan reliabel, dan jika r hitung lebih kecil dari r tabel pada = 0,05
maka instrumen dikatakan tidak reliabel. Uji reliabilitas dilakukan
dengan melihat Cronbach’s Alpha apabila > 0,6 maka butir pertanyaan
dikatakan reliabel.
Uji reliabelitas digunakan pada variabel motivasi belajar, persepsi
siswa tentang kepemimpinan kepala sekolah dan persepsi siswa tentang
penelitian setelah diolah menggunakan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 16.
Tabel III.4
Motivasi Belajar Siswa 0.902 0,600 Reliabel Persepsi Siswa Tentang
Sumber: data diolah, 2013
b. Kesimpulan
1) Berdasarkan hasil dari tabel III.4 maka dapat disimpulkan bahwa
dari 29 butir pertanyaan pada variabel motivasi belajar diperoleh
nilai rhitung sebesar 0,902 Pengambilan kesimpulan dilakukan
dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Dengan jumlah
data (N) sebanyak 62 responden dan derajat keyakinan sebesar
0,05 sehingga dapat dikatakan penelitian ini reliabel. Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai rhitung> rtabel (0,902 > 0,600). Hal ini
berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel motivasi
belajar siswa dapat dikatakan handal.
2) Berdasarkan hasil dari tabel III.4 maka dapat disimpulkan bahwa
dari 16 butir pertanyaan pada variabel persepsi siswa tetang
kepemimpinan kepala sekolah diperoleh nilai rhitung sebesar 0,870
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai