TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Bayu Yudianta
101134146
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Bayu Yudianta
101134146
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Peneliti mempersembahkan skripsi ini untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kenikmatan hingga saat ini. 2. Bapak, ibu, dan kakak peneliti (Sumarno, Rumiyati, dan Ery Susiana) yang telah
mengorbankan banyak hal untuk peneliti. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan.
3. Keluarga besar peneliti yang ada di Klaten. Terimakasih atas dukungan yang telah diberikan.
4. Dosen pembimbing, Bu Catur Rismiati dan Bu Andri Anugrahana. Terimakasih atas pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan untuk membimbing peneliti.
5. Para Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelajaran dan ilmu yang sangat berguna.
6. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengalaman belajar dan berdinamika yang sangat berharga selama 8 semester.
7. Teman-teman kelompok studi sensus (Koko, Okta, Afi, Meli, Tina, Maya, dan Wina) yang telah memberikan kritik, saran, dukungan, dan bantuan dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman PGSD yang telah memberikan semangat dan masukan bagi peneliti.
v
MOTTO
“….
At the end of the storm is a golden sky
…. ”
viii
ABSTRAK
TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI
Bayu Yudianta Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Penggunaan alat peraga diharapkan mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Siswa dan guru diharapkan memiliki kepuasan tinggi terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Hal ini karena alat peraga matematika berbasis metode Montessori memiliki karakteristik menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode sensus. Subjek penelitian ini adalah 52 siswa dan 2 guru kelas IV SDN Keceme 1 tahun pelajaran 2013/2014.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner kinerja dan kepentingan. Data penelitian dianalisis menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe II dan
Importance and Performance Analysis (IPA). Hasil analisis menggunakan PAN II menunjukkan bahwa: (1) tingkat kepuasan siswa adalah cukup (rata-rata skor total 120,87), (2) tingkat kepuasan guru adalah cukup (rata-rata total skor 158,5). Hasil analisis menggunakan IPA menunjukkan (1) atribut kepuasan siswa adalah memudahkan mengerti matematika, membantu mengerjakan soal, memudahkan dalam mengerjakan soal, memiliki ukuran kecil ke besar, menemukan kesalahan yang dibuat, sesuai dengan materi, digunakan berulang kali, mudah diperbaiki, dicat rapi, menemukan kesalahan dan kuat ketika jarang digunakan, (2) atribut kepuasan guru adalah membantu mengerjakan soal, mudah mengerjakan soal, bentuk menarik, warna menarik, bermacam warna, memperbaiki kesalahan, menemukan jawaban benar, menemukan kesalahan yang dibuat, bahan yang diketahui, sesuai dengan materi, digunakan berulang kali, kuat ketika jarang digunakan, tidak mudah rusak, mudah diperbaiki, permukaan halus, dilem dengan kuat, tidak melukai, dicat rapi, dan ukuran kecil ke besar.
ix
ABSTRACT
THE LEVEL OF STUDENTS AND TEACHERS SATISFACTION TOWARD THE USE OF MATHEMATIC TEACHING AID
BASED MONTESSORI METHOD
Bayu Yudianta Sanata Dharma University
2014
This research was based on the use of teaching aid equipped during the teaching and learning process of Mathematic. The use of teaching aid was expected to be able to improve the quality of teaching and learning. The students and the teachers were expected to have high satisfaction toward the mathematic teaching aid based Montessori method. It was because the mathematic teaching aid based Montessori method has interesting characteristic, gradation, auto-education, and auto-correction. This research aimed to identifying the students and the teachers satisfaction level toward the mathematic teaching aid based Montessori method. The type of this research was descriptive quantitative using census method. The subjects of the research were 52 students and 2 teachers of grade II of SDN Keceme 1 in the academic year 2013/ 2014.
The data collection technique used was the questionnaires of performance and importance. The data were analised using Penilaian Acuan Norma (PAN) type II and the Importance and Performance Analysis (IPA). The result of the data analysis using PAN type II showed that: (1) the students satisfaction level was moderate (the average score was 120.87), (2) the teachers satisfaction level was moderate (the average score was 158.5). The result of the data analysis using IPA showed that (1)
the attributes of the students’ satisfaction were being easy in understanding mathematic, helping in doing exercises, having different sizes from small to big, finding the mistakes made, being appropriate with the materials, being used repeatedly, being easy to repair, being tidily painted, finding mistakes, and being strong in infrequent use, (2) the attributes of the teachers satisfaction were helping in doing exercises, being easy in doing exercises, interesting in shape, interesting in colors, having various colors, revising mistakes, finding the correct answers, finding mistakes made, using known materials, being appropriate with the materials, being repeatedly used, being strong in infrequent use, not being easy to be broken, being easy to repair, having smooth surface, being strongly stuck, not hurting, being tidily painted, and having different sizes from small to big.
Keywords: satisfaction level, mathematicc teaching aid, Montessori method,
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori”.
Penyusunan skripsi ini berjalan lancar dan tepat waktu karena bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST.,M.A, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing I yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan bantuan yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.
5. Walidi, S.Pd., selaku Kepala SDN Keceme 1 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Siswa dan guru kelas IV SDN Keceme 1 yang telah membantu kelancaran selama penelitian.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
4. Alat Peraga Blok Pecahan Montessori ... 18
xiii
H. Prosedur Analisis Data ... 79
I. Teknik Analisis Data ... 80
J. Jadwal Penelitian ... 84
BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 86
B. Hasil Penelitian ... 87
C. Pembahasan ... 156
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A.Kesimpulan ... 169
B.Keterbatasan Penelitian ... 171
C.Saran ... 172
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan ... 29 Tabel 2.2 Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga
Matematika Berbasis Metode Montessori ... 30 Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk
Siswa dan Guru ... 43 Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk
Siswa dan Guru ... 44 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru
untuk Expert Judgement ... 45 Tabel 3.4 Penjabaran Indikator Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa
dan Guru untuk Expert Judgement ... 45 Tabel 3.5 Skor Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk
Siswa dan Guru ... 47 Tabel 3.6 Rangkuman Komentar Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 48 Tabel 3.7 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan
Guru Sebelum dan Sesudah Expert Judgement ... 51 Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa ... 53 Tabel 3.9 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa
Sebelum dan Sesudah Face Validity Siswa ... 56 Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Guru ... 58 Tabel 3.11 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru
Sebelum dan Sesudah Face Validity Guru ... 60 Tabel 3.12 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan untuk Guru ... 63 Tabel 3.13 Perbandingan Validitas Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk
Siswa ... 70 Tabel 3.14 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 72 Tabel 3.15 Perbandingan Reliabilitas Total Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa ... 76 Tabel 3.16 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 76 Tabel 3.17 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa ... 78 Tabel 3.18 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru berdasarkan PAN
Tipe II ... 81 Tabel 3.19 Jadwal Penelitian ... 84 Tabel 4.1 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa berdasarkan PAN Tipe II ... 88 Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat
xv
Tabel 4.3 Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga
Matematika Berbasis Metode Montessori ... 89
Tabel 4.4 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto-education ... 92
Tabel 4.5 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto-education .... 92
Tabel 4.6 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 93
Tabel 4.7 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 94
Tabel 4.8 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 94
Tabel 4.9 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 95
Tabel 4.10 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto-correction ... 95
Tabel 4.11 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto-correction ... 96
Tabel 4.12 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 97
Tabel 4.13 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 97
Tabel 4.14 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Life ... 98
Tabel 4.15 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Life ... 98
Tabel 4.16 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Workmanship ... 99
Tabel 4.17 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 100
Tabel 4.18 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Siswa ... 100
Tabel 4.19 Persebaran Pernyataan Kuesioner Siswa pada Diagram Kartesius untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 110
Tabel 4.20 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa pada Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan ... 114
Tabel 4.21 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa ... 117
Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru berdasarkan PAN Tipe II... 122
Tabel 4.23 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 123
Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 124
Tabel 4.25 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto-education ... 124
Tabel 4.26 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto-education ... 125
Tabel 4.27 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Menarik... 126
Tabel 4.28 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 126
Tabel 4.29 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 127
Tabel 4.30 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 128
Tabel 4.31 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto-correction... 128
Tabel 4.32 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto-correction ... 129
Tabel 4.33 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 129
Tabel 4.34 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 130
Tabel 4.35 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Life ... 131
Tabel 4.36 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Life ... 131
xvi
Tabel 4.38 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 132 Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan
Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Guru ... 133 Tabel 4.40 Persebaran Pernyataan Kuesioner Guru pada Diagram Kartesius
untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 143 Tabel 4.41 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Guru pada
Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat
Kepuasan ... 147 Tabel 4.42 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner
xvii
Gambar 4.1 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 103
Gambar 4.2 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 104
Gambar 4.3 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 105
Gambar 4.4 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 106
Gambar 4.5 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 107
Gambar 4.6 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 108
Gambar 4.7 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 109
Gambar 4.8 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 113
Gambar 4.9 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 136
Gambar 4.10 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 137
xviii
Gambar 4.12 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
Metode Montessori ... 139 Gambar 4.13 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan
Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
Metode Montessori ... 140 Gambar 4.14 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Guru
terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
Montessori ... 142 Gambar 4.15 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan
Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
Metode Montessori ... 142 Gambar 4.16 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan
Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 176
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 177
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 178
Lampiran 4 Hasil Expert Judgement ... 179
Lampiran 5 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Siswa ... 185
Lampiran 6 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Guru ... 189
Lampiran 7 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 193
Lampiran 8 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 196
Lampiran 9 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 199
Lampiran 10 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 203
Lampiran 11 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 206
Lampiran 12 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 213
Lampiran 13 Output Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 220
Lampiran 14 Output Reliabilitas Total Kuesioner Kepentingan ... 224
Lampiran 15 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kinerja ... 228
Lampiran 16 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kepentingan ... 231
Lampiran 17 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kinerja ... 234
Lampiran 18 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kepentingan ... 237
Lampiran 19 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Siswa .... 240
Lampiran 20 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Siswa ... 242
Lampiran 21 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 244
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana, dan berlangsung secara terus-menerus (Susanto, 2013: 85). Salah satu tingkatan pendidikan di Indonesia adalah pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang mendasari pendidikan pada tingkat selanjutnya. Hal ini seperti yang tertera dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2001) Pasal 17 yang mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. (2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti
“belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001:7 dalam Susanto, 2013: 184).
Pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Depdiknas mempunyai beberapa tujuan, yaitu memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika. Tujuan tersebut bermaksud untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir logis. Ruseffendi (1993) juga mengungkapkan pentingnya matematika dalam kehidupan, sebagai berikut:
“… dapat berhitung, dapat menghitung luas, isi dan berat; dapat
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data; dapat menyelesaikan persoalan bidang studi lain; dapat menggunakan kalkulator dan komputer; dapat berdagang dan berbelanja; berkomunikasi melalui tulisan/gambar seperti membaca grafik dan presentase, dapat membuat catatan dengan angka-angka: dan lain-lain.”
mengajar (Nurkolis, 2003: 45). Pengelolaan proses belajar mengajar diperlukan untuk menciptakan kegiatan belajar yang efektif.
Prestasi belajar matematika yang rendah merupakan salah satu indikasi rendahnya kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Nurkolis (2003: 78) menyatakan bahwa kualitas pendidikan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan ukuran prestasi akademik. Prestasi belajar matematika yang meningkat maka akan meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia. Prestasi akademik atau prestasi belajar dapat meningkat dengan didukung menajemen pendidikan yang baik. Salah satu manajemen pendidikan yang terdapat di Indonesia adalah manajemen sarana dan prasarana (Mulyasa, 2007: 39-52).
Manajemen sarana dan prasarana terkait dengan fasilitas yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar. Sarana adalah peralatan atau perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa, 2007: 49). Fasilitas yang termasuk sarana pendidikan adalah alat atau media pengajaran. Alat atau media pengajaran bisa digunakan untuk mengatasi penyebab rendahnya prestasi belajar matematika yang disebabkan penerapan metode dan model pembelajaran konvensional seperti yang diungkapkan Susanto (2013: 191-192).
3) mengungkapkan bahwa alat peraga dapat memotivasi siswa untuk menyukai pelajaran matematika.
Salah satu alat peraga yang bisa digunakan dalam proses belajar matematika adalah alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang diciptakan oleh Maria Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan Montessori (2002), yaitu menarik, bergradasi,
auto-correction, dan auto-education.
Sudjana (2000) menyatakan bahwa alat peraga dapat mempertinggi mutu belajar mengajar. Tingginya mutu belajar mengajar ataupun kualitas pendidikan merupakan harapan dari siswa dan guru terkait penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Karakteristik yang dimiliki alat peraga matematika berbasis metode Montessori membuat harapan siswa dan guru terhadap kinerja alat peraga tersebut menjadi lebih besar. Harapan siswa dan guru yang sesuai kenyataan maka akan tercipta kepuasan. Kotler dan Keller (dalam Ratnasari dan Aksa, 2011) mengungkapkan bahwa kepuasan dinyatakan sebagai tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan.
Kepuasan dapat diukur dengan empat metode, yaitu sistem keluhan dan saran,
atau jasa, dan memastikan perubahan yang dilakukan mengarah pada perbaikan (Supranto, 2006). Manfaat tersebut dijadikan alasan oleh peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru Terhadap Penggunaan
Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori”.
B. Identifikasi Masalah
Alat peraga matematika berbasis metode Montessori digunakan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu belajar mengajar. Tujuan digunakannya alat peraga tersebut diharapkan oleh siswa dan guru dapat tercapai. Harapan yang sesuai dengan kenyataan disebut kepuasan. Kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori tergantung pada kinerja yang ditunjukkan. Kinerja yang tinggi dari alat peraga matematika berbasis metode Montessori akan membuat tingkat kepuasan siswa dan guru tinggi.
C. Batasan Masalah
tujuh indikator, yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual, life, dan workmanship.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori?
2. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
2. Mengetahui bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. 1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
Guru mampu menggunakan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan dalam memilih dan melakukan variasi penggunaan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran serta memberikan masukan kepada guru dalam memilih strategi pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami materi ajar.
3. Bagi Sekolah
Sekolah mampu menggunakan hasil penelitian ini untuk mengembangkan rencana pendidikan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk menambah atau meningkatkan pengadaan alat peraga dalam pembelajaran.
4. Bagi peneliti
Peneliti memperoleh pembuktian dari teori yang selama ini telah dipelajari. Sehingga peneliti tidak hanya mengetahui teori tetapi juga mengetahui bagaimana teori tersebut diaplikasikan secara nyata serta memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang berguna untuk mengembangkan kemampuan mengajar.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepuasan adalah tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan.
3. Kinerja adalah perasaan siswa dan guru terhadap hasil kerja alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
4. Penilaian Acuan Norma adalah teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara umum.
5. Importance and Performance Analysis (IPA) adalah teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kepentingan dan kinerja melalui atribut-atribut tertentu.
6. Alat peraga adalah alat bantu yang menjadi sarana interaksi guru dengan siswa agar mampu menyampaikan konsep yang dipelajari secara efektif.
7. Matematika adalah ilmu pasti dan bersifat deduktif tentang struktur yang terorganisasikan yang dipelajari untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir. 8. Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang disusun guru untuk
mengembangkan kreativitas dan keaktifan.
9. Metode Montessori adalah metode yang dikembangkan oleh Maria Montessori dan menggunakan tiga pendidikan utama, yaitu pendidikan motorik, pendidikan sensorik, dan pendidikan bahasa.
10.Alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat peraga matematika yang diciptakan oleh Montessori dan mempunyai karakteristik auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, dan kontekstual.
12.Siswa adalah anak kelas IV SDN Keceme I Sleman Yogyakarta yang menggunakan alat peraga Blok Pecahan Montessori.
10 BAB II
KAJIAN TEORI
Kajian teori membahas tentang kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka membahas tentang Montessori, matematika, alat peraga, alat peraga Blok Pecahan Montessori, dan tingkat kepuasan.
1. Montessori
Subbab ini membahas tentang riwayat Montessori, metode Montessori, dan karakteristik alat peraga Montessori.
a. Riwayat Montessori
Pada tahun 1896, Montessori menjadi wanita pertama yang lulus dari universitas kedokteran. Ia termasuk dalam peringkat teratas di kelas kedokteran tersebut. Montessori mendirikan “Casa dei Bambini” yang artinya Rumah Anak pada tahun 1907. Casa dei Bambini didirikan untuk memberikan pengasuhan bagi anak-anak yang orang tuanya bekerja dan tidak dapat mengasuh anak-anak-anak-anaknya (Magini, 2013: 47).
b. Metode Montessori
Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952) dengan menggunakan konsep belajar sambil bermain untuk anak-anak (Holt, 2008: xi). Lillard (2005) menyebutkan delapan prinsip yang digunakan dalam metode Montessori, yaitu pentingnya keleluasaan anak dalam beraktivitas, kemerdekaan anak dalam memilih sendiri apa yang mau dipelajari, pentingnya minat, pentingnya motivasi intrinsik dengan menghapus hadiah dan hukuman, pentingnya kolaborasi dengan teman sebaya, pentingnya konteks dalam pembelajaran, pentingnya gaya interaksi autoritatif dari orang dewasa, dan pentingnya keteraturan dan kerapian lingkungan belajar. Delapan prinsip yang digunakan tersebut menekankan pada kemandirian pada diri anak.
dilatihkan berasal dari gerakan sehari-hari seperti berjalan, duduk, memakai sepatu, mengancingkan baju, dan memegang benda.
Pendidikan sensorik dilakukan untuk melatih perkembangan sensorik anak. Anak melatih kemampuan sensoriknya dengan menggunakan silinder yang berbeda bentuk dan ukuran. Perbedaan bentuk dan ukuran yang dimiliki silinder dapat merangsang kepekaan sensorik anak. Kemampuan sensorik anak juga bisa dilatih dengan menggunakan papan yang memiliki permukaan halus hingga permukaan yang kasar. Anak akan berlatih kepekaan sensoriknya dengan membedakan yang halus dan kasar.
Kemampuan bahasa yang dilatihkan pada anak adalah kemampuan mendengar, berbicara, menulis, dan membaca. Mendengar, berbicara, menulis, dan membaca merupakan empat keterampilan pokok dalam Bahasa. Kemampuan ini dilatihkan pada agar anak dapat berinteraksi dengan baik. Peneliti menyimpulkan bahwa metode Montessori adalah metode yang dikembangkan oleh Maria Montessori dan menggunakan tiga pendidikan utama, yaitu pendidikan motorik, pendidikan sensorik, dan pendidikan bahasa.
c. Karakteristik Alat Peraga Montessori
Karakteristik yang kedua adalah bergradasi. Alat peraga memiliki gradasi terkait warna, bentuk, dan usia anak. Gradasi warna misalnya adalah gradasi warna merah, yaitu dibuat dari warna merah tua hingga merah muda. Gradasi bentuk misalnya dengan menggunakan kubus dengan 10 ukuran yang berbeda. Gradasi usia adalah alat peraga Montessori bisa digunakan untuk semua kelompok usia.
Karakteristik yang ketiga adalah auto-correction. Auto-correction artinya adalah alat peraga memiliki pengendali kesalahan sendiri. Siswa dapat mengetahui apakah yang dia lakukan sudah benar atau masih salah tanpa bantuan orang lain. Karakteristik yang keempat adalah auto-education. Alat peraga yang diciptakan dapat melatih kemandirian dan dapat mengembangkan diri siswa. Siswa bisa menggunakan media tanpa harus dibantu oleh guru atau orang dewasa.
Peneliti menambahkan satu karakteristik yaitu kontekstual. Pengembangan alat peraga Montessori pada awalnya disesuaikan dengan kondisi di Roma. Penambahan karakteristik kontekstual dimaksudkan agar alat peraga yang diciptakan disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan sekitar.
2. Matematika
Subbab matematika membahas pengertian matematika, pembelajaran matematika di sekolah dasar, dan manfaat alat peraga matematika.
a. Pengertian Matematika
wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Departemen Pendidikan Nasional, 2001: 7 dalam Susanto, 2013: 184). Susanto (2013) mengungkapkan bahwa matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam menyelesaikan dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika disebut ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya (Ruseffendi, 1993: 45). Ruseffendi (1993: 45) menambahkan bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan, sebab berkembang dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke postulat/aksioma, dan ke dalil/teori. Peneliti menyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pasti dan bersifat deduktif tentang struktur yang terorganisasikan yang dipelajari untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir.
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
baik terhadap materi”. Peneliti menyimpulkan pembelajaran matematika sebagai
pembelajaran yang disusun guru untuk mengembangkan kreativitas dan keaktifan. Depdiknas (dalam Susanto, 2013: 189) mengungkapkan ada enam tujuan umum pembelajaran matematika. Tujuan umum yang pertama adalah siswa mampu melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan. Tujuan umum yang kedua adalah siswa mampu menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume. Tujuan umum yang ketiga adalah siswa mampu menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. Tujuan umum yang keempat adalah siwa mampu menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran pengukuran. Tujuan umum yang kelima adalah siswa mampu menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikan. Tujuan umum yang keenam adalah siswa mampu memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika.
ketiga adalah siswa mampu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Tujuan khusus yang keempat adalah siswa mampu mengomunikasikan data yang diperoleh dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. Tujuan khusus yang kelima adalah siswa mampu memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
c. Manfaat Alat Peraga Matematika
3. Alat Peraga
Subbab alat peraga membahas pengertian alat peraga dan manfaat alat peraga.
a. Pengertian Alat Peraga
Estiningsih (dalam Suharjana, 2009: 3) mengungkapkan pengertian alat peraga sebagai media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa alat peraga merupakan representasi konsep atau materi yang dipelajari. Sudjana (2000: 10) mengartikan alat peraga sebagai alat bantu yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar agar proses belajar lebih efektif. Alat bantu yang digunakan dapat membuat pembelajaran lebih efektif karena mampu membuat konsep yang abstrak menjadi lebih nyata. Arsyad (dalam Widiyatmoko, 2012 : 53) mengungkapkan bahwa alat peraga menjadi sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Peneliti menyimpulkan alat peraga adalah alat bantu yang menjadi sarana interaksi guru dengan siswa agar mampu menyampaikan konsep yang dipelajari secara efektif.
b. Manfaat Alat Peraga
adalah alat peraga memudahkan mencapai tujuan dan isi pelajaran. Manfaat yang keempat adalah alat peraga mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Manfaat yang kelima adalah alat peraga dapat mempertinggi mutu belajar mengajar. Peneliti menyimpulkan manfaat alat peraga adalah mempermudah memahami konsep yang abstrak, membantu siswa lebih cepat memahami materi, mengefektifkan kegiatan pembelajaran, dan memudahkan mencapai tujuan serta isi pelajaran.
4. Alat Peraga Blok Pecahan Montessori
Alat peraga Blok Pecahan merupakan replikasi dari alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang bernama The Cut-Out Labeled Fraction Circles. “The Cut-Out Labeled Fraction Circles are used by the child as an extension of his
Gambar 2.1 Blok Pecahan
Gambar 2.1 menunjukkan blok pecahan sebanyak 20 buah. Alat peraga Blok Pecahan terbuat dari mika berwarna merah. Terdapat dua puluh pecahan yang berbeda, yaitu mulai dari 1 sampai 1/20. Blok pecahan tersebut mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Blok pecahan 1 mempunyai bentuk satu lingkaran penuh. Blok pecahan ½ mempunyai bentuk setengah lingkaran hingga blok pecahan 1/20 yang mempunyai bentuk atau ukuran paling kecil.
Gambar 2.2 menunjukkan alat peraga Blok Pecahan serta kotak tempat penyimpannya. Kedua puluh blok pecahan ditempatkan pada sebuah kotak besar yang terbuat dari karton. Kotak tersebut dilem dengan cukup kuat dan diberi warna coklat. Kotak besar tersebut mempunyai 20 sekat di dalamnya untuk meletakkan blok pecahan. Masing-masing pecahan memiliki tempat yang berbeda-beda. Penempatan pecahan secara terpisah agar memudahkan siswa untuk mengambil pecahan yang diinginkan.
5. Tingkat Kepuasan
Subbab tingkat kepuasan membahas pengertian tingkat kepuasan, faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat kepuasan, manfaat pengukuran tingkat kepuasan, karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan, dan indikator tingkat kepuasan terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori “Blok Pecahan”.
a. Pengertian Tingkat Kepuasan
dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan.
Kotler mengungkapkan tingkat kepuasan yaitu kecewa, puas, dan sangat puas. Rasa kecewa terjadi jika kinerja produk yang digunakan di bawah harapan pengguna. Rasa puas terjadi jika kinerja produk yang digunakan sesuai dengan harapan pengguna. Rasa sangat puas terjadi jika kinerja produk yang digunakan melebihi harapan pengguna. Kepuasan pelanggan tercipta ketika harapannya sesuai dengan kenyataan. Pengaruh harapan terhadap kepuasan digambarkan oleh Midie (dalam Sopiatin, 2010) pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan
Gambar 2.3 menunjukkan pengaruh harapan terhadap kepuasan. Harapan yang semakin dekat dengan kenyataan minimal yang diterima, maka semakin besar kemungkinan tercapainya kepuasan. Siswa dan guru akan merasa puas ketika mereka mendapatkan produk yang sesuai dengan harapan mereka. Peneliti menyimpulkan
Minimal yang didapat Yang selayaknya
Ideal
bahwa tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk/jasa yang diterima dan yang diharapkan.
b. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Irawan (2004) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kepuasan, yaitu kualitas produk, harga, service quality, emotional factor, biaya, dan kemudahan. Faktor pertama yang mempengaruhi kepuasan adalah kualitas produk. Suatu produk jika mempunyai kualitas yang baik maka akan mengakibatkan tingkat kepuasan tinggi. Produk yang mempunyai kualitas yang kurang baik akan mengakibatkan tingkat kepuasan rendah. Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat kepuasan adalah harga. Harga juga bisa mempengaruhi tingkat kepuasan. Pelanggan akan puas jika harga suatu produk sesuai dengan harapannya. Faktor yang ketiga adalah service quality. Pelanggan akan merasa puas jika mendapat pelayanan yang baik. Pelayanan yang tidak baik akan mengakibatkan pelanggan merasa tidak puas. Faktor yang keempat adalah emotional factor. Pelanggan akan merasa puas (bangga) karena adanya emosi atau rasa senang yang diberikan oleh sebuah produk. Faktor yang kelima adalah biaya dan kemudahan. Seseorang akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk atau jasa.
bagus akan membuat tingkat kepuasan rendah. Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat kepuasan menurut Ratnasari dan Aksa (2011: 116) adalah kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang baik akan membuat tingkat kepuasan tinggi. Kualitas pelayanan yang kurang baik akan membuat tingkat kepuasan rendah. Faktor ketiga yang mempengaruhi tingkat kepuasan menurut Ratnasari dan Aksa (2011: 116) adalah emosional. Emosional ini berkaitan dengan perasaan yang ada pada diri pengguna produk. Faktor keempat dan kelima yang mempengaruhi tingkat kepuasan menurut Ratnasari dan Aksa (2011: 116) adalah harga dan biaya. Faktor tersebut berkaitan dengan banyaknya uang yang harus dikeluarkan oleh pengguna. Pengguna akan merasa puas jika harga dan biaya yang dikeluarkan sebanding dengan kinerja dari produk. Peneliti menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan adalah kualitas produk, harga, kualitas pelayanan (service quality), emosional (emotional factor), biaya, dan kemudahan.
c. Manfaat Tingkat Kepuasan
Ratnasari dan Aksa (2011: 119) mengungkapkan bahwa kepuasan akan membuat pelanggan atau pengguna kembali menggunakan suatu produk. Pelanggan atau pengguna yang puas terhadap suatu produk akan menyebarkan kebaikan produk tersebut kepada orang lain. Hal tersebut akan membuat kebaikan suatu produk semakin meluas dan diketahui banyak orang.
loyalitas pelanggan, (3) membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan. Kepuasan yang tercipta akan membuat hubungan atau relasi yang baik antara pelanggan atau pengguna dengan produsen pembuat produk. Hubungan yang baik ini akan membuat pelanggan atau pengguna setia pada produk tersebut. Hal tersebut membuat pelanggan atau pengguna merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain. Peneliti menyimpulkan bahwa manfaat tingkat kepuasan adalah menciptakan hubungan yang baik, menciptakan loyalitas pelanggan atau pengguna, dan membuat hal positif dari suatu produk tersebarluas.
d. Pengukuran Tingkat Kepuasan
Kotler (dalam Tjiptono, 2004) mengungkapkan empat metode yang bisa digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna barang dan jasa yaitu, sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan pelanggan. Sistem keluhan dan saran adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat kepuasan. Sistem keluhan dan saran didapat dari pelanggan atau pengguna produk. Metode ini hanya bisa digunakan untuk produk yang sudah lama beredar atau sudah dipasarkan secara luas. Metode yang kedua adalah ghost shoping. Ghost shoping
ketidakpuasan pelanggan. Setelah itu penyedia produk atau jasa akan mencari cara untuk memperbaikinya. Metode yang keempat adalah survei kepuasan pelanggan. Metode ini dilakukan dengan cara melakukan survei kepada pengguna produk atau jasa. Survei dilakukan dengan cara memberikan kuesioner atau wawancara. Survei dilakukan untuk mengetahui pendapat pelanggan terhadap suatu produk atau jasa.
Tjiptono (2004: 148-150) mengungkapkan bahwa pengukuran menggunakan metode survei dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu directly reported satisfiction,
derived dissatisfaction, problem analysis, dan importance-performance analysis.
Directly reported satisfiction dilakukan dengan menanyakan tingkat kepuasan menggunakan pertanyaan yang spesifik. Derived dissatisfaction berkaitan dengan besarnya harapan pengguna terhadap atribut dan kinerja yang dimiliki suatu produk.
Problem analysis dilakukan dengan meminta pelanggan atau pengguna menuliskan masalah yang berkaitan dengan produk. Importance-performance analysis dilakukan dengan membuat urutan (rangking) berbagai atribut berdasarkan tingkat kepentingan setiap atribut dan seberapa baik kinerja suatu produk.
e. Importance and Performance Analysis (IPA)
Imprtance and performance analysis pertama kali digunakan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 untuk mengukur kepuasan pelanggan industri otomotif (Chan, 2005: 21). Simpeh (2013: 13) mengungkapkan bahwa “IPA is one of the tools used for analysing the relationship between the importance and performance
(satisfaction) of parameters or attributes”. IPA adalah salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepentingan dan kinerja (kepuasan) dari parameter-parameter atau atribut-atribut. Peneliti menyimpulkan IPA adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara kepentingan dan kinerja melalui atribut-atribut tertentu.
Chan (2005: 22-23) mengungkapkan bahwa terdapat empat tahap dalam mengukur kepuasan dengan IPA. Tahap pertama adalah mengumpulkan atribut untuk item yang sedang dievaluasi. Tahap kedua adalah pengembangan dan menghubungkan kuesioner untuk mengukur atribut. Kuesioner yang dikembangkan adalah untuk mengukur kepentingan dan kinerja. Tahap ketiga adalah menghitung data yang diperoleh. Data yang diperoleh dihitung rata-rata untuk setiap atribut yang ada pada kuesioner kepentingan dan kinerja. Tahap keempat adalah meletakkan hasil perhitungan pada diagram.
f. Manfaat Pengukuran Tingkat Kepuasan
kinerja suatu produk. Mengetahui bagaimana kinerja suatu produk dapat berguna untuk menentukan perubahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja produk tersebut. Manfaat yang kedua adalah untuk mengetahui dimana harus melakukan perubahan agar dapat memperbaiki kekurangan. Perubahan ini dilakukan pada hal-hal yang dianggap penting oleh pelanggan atau pengguna. Perubahan tersebut bertujuan untuk melakukan perbaikan agar dapat memuaskan pelanggan atau pengguna produk. Manfaat yang ketiga adalah untuk memastikan bahwa perubahan yang dilakukan mengarah pada perbaikan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menanggulangi terjadinya penurunan kualitas suatu produk. Perubahan yang telah dilakukan mengarah pada penurunan kualitas, maka perubahan yang dilakukan tidak berjalan sesuai harapan.
g. Karakteristk Produk yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Garvin, Juran, dan Gryna (dalam Sethi, 2000) mengemukakan empat aspek dari kualitas suatu produk baru, yaitu aesthetics, performance, life, dan workmanship.
Aesthetics atau keindahan berkaitan dengan kemampuan suatu produk dalam menarik perhatian dari segi penampilan. Performance menunjuk pada bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Life adalah seberapa lama suatu produk dapat digunakan. Life ini berkaitan dengan daya tahan suatu produk. Workmanship
Garvin (dalam Laksana, 2008: 89-90) mengemukakan dimensi-dimensi kualitas produk, yaitu performansi (performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (reliability), daya tahan (durability), konformansi (conformance), estetika (aesthetics), kemampuan pelayanan (service ability) dan kualitas yang dirasakan (perceiced quality). Performansi (performance) berkaitan dengan aspek fungsional dari suatu produk (Garvin dalam Laksana, 2008: 89). Keistimewaan tambahan (feature) merupakan aspek tambahan terhadap fungsi utama suatu produk. Kehandalan (realibility) merupakan tingkat probabilitas atau kemungkinan suatu produk menjalankan fungsi dengan semestinya. Daya tahan (durability) berkaitan dengan seberapa lama daya tahan suatu produk. Garvin (dalam Laksana, 2008: 90) mengungkapkan bahwa konformansi (conformance) berkaitan dengan tingkat kesusuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pelanggan. Estetika (aesthetics) berkaitan dengan penilaian subyektif pelanggan terhadap suatu produk. Garvin (dalam Laksana, 2008: 90) menyatakan kemampuan pelayanan (service ability) berkaitan dengan kecepatan, keramahan, kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam melakukan perbaikan. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subyektif. Setiap pelanggan mempunyai tanggapan yang berbeda-beda dalam menggunakan suatu produk.
h. Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori
Montessori, faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk baru, dan dimensi kualitas suatu produk. Karakteristik alat peraga Montessori yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, dan kontekstual. Faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk baru, yaitu aesthetics, performance, life, workmanship, dan
safety. Dimensi kualitas suatu produk yaitu aesthetics, performance, life,
workmanship, safety, keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (realibility), daya tahan (durability), konformansi (conformance), kemampuan pelayanan (service ability), dan kualitas yang dirasakan (perceiced quality).
Karakteristik dan faktor tersebut kemudian digabungkan dan diperoleh tujuh indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Penggabungan didasarkan pada kemiripan pengertian karakteristik dan faktor. Penggabungan indikator yang menghasilkan tujuh indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan
Karakteristik Alat
Peraga Montessori Dimensi Kualitas Produk
Karakteristik Produk Baru
Auto-education1 Performansi (performance) 1 Estetika (aesthetics) 2
Menarik 2 Keistimewaan tambahan (feature) 3 Performansi (performance) 1
Bergradasi 3 Kehandalan (realibility) 1 Keawetan (life) 6
Auto-correction4 Daya tahan (durability) 6 Kualitas pengerjaan (workmanship) 7
Kontekstual 5 Konformasi (conformance)* Keamanan (safety) 7
Estetika (aesthetics) 2
Kemampuan pelayanan (serviceability) 7 Kualitas yang dirasakan (perceiced quality) 7
Montessori, dimensi kualitas produk, dan karakteristik produk baru. Penggabungan didasarkan pada persamaan yang dimiliki masing-masing indikator.
Auto-education, performansi, dan kehandalan digabung menjadi auto-education. Penggabungan ini karena ketiganya memiliki persamaan pengertian yaitu kehandalan dalam menjalankan fungsi utama. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk membantu dalam belajar dan memahami konsep. Indikator menarik dan estetika digabung menjadi menarik. Indikator menarik dan estetika memiliki arti yang sama yaitu berkaitan dengan daya tarik atau penampilan alat peraga. Indikator bergradasi dan keistimewaan tambahan digabung menjadi bergradasi. Indikator auto-correction dan kontekstual berdiri sendiri karena tidak ada indikator lain yang memiliki kesamaan arti dengan kedua indikator tersebut. Daya tahan dan keawetan (life) digabung menjadi life. Indikator tersebut berkaitan dengan seberapa lama alat peraga tetap dapat digunakan dengan baik. Indikator kemampuan pelayanan (service ability), kualitas yang dirasakan (perceiced quality), kualitas pengerjaan (workmanship) dan keamanan (safety) digabung menjadi workmanship.
Penggabungan ini berkaitan dengan kesamaan arti yaitu kualitas pengerjaan dan keamanan.
Tabel 2.2
Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori
No Indikator Tingkat Kepuasan Alat Peraga Montessori
1 Auto-education
No Indikator Tingkat Kepuasan Alat Peraga Montessori
5 Kontekstual 6 Life
7 Workmanship
Tabel 2.2 menunjukkan indikator tingkat kepuasan alat peraga Montessori. Terdapat tujuh indikator hasil penggabungan karakteristik alat peraga Montessori, dimensi kualitas produk, dan karakteristik produk baru. Tujuh indikator tersebut adalah auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual, life dan
workmanship.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Wijayanti (2013) melakukan penelitian pengembangan dengan mengembangkan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah yang digunakan dalam penelitian ini ada 4, yaitu (1) kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) analisis kebutuhan dan pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan, dan (4) validasi dan revisi produk, sehingga dihasilkan prototipe produk alat peraga Montessori. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan sangat baik dan memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual.
menarik melalui tanya jawab interaktif, pelibatan siswa dalam demonstrasi, pengaktifan siswa dalam tanya jawab, pengaktifan siswa dalam latihan pengerjaan soal, dan pemanfaatan alat peraga yang memadai.
Warsini, Suniasih & Wiarta (2013) melakukan penelitian mengenai penggunaan alat peraga sederhana pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan alat peraga sederhana. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian sebanyak 10 siswa kelas V SDN 5 Batuan, Bali. Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pra siklus rendah yaitu 64% dengan ketuntasan klasikal 40%. Pada siklus I hasil belajar matematika sedang yaitu 76,3% dengan ketuntasan belajar klasikal mencapai 60%. Pada siklus II persentase hasil belajar matematika tinggi yaitu mencapai 81% dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 90%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan alat peraga sederhana pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.
Aripin dan Sudiana (2013) melakukan penelitian mengenai kepuasan guru sekolah dasar. Tujuan penelitian adalah untuk mencari determinasi sikap profesional, kualitas dalam pengelolaan pembelajaran, pola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. Penelitian ini menggunakan rancangan ex-post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah 320 guru di kecamatan Aikmel. Sampel penelitian sebantak 65 guru ditentukan dengan teknik proportional random sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara sikap professional, kualitas pengelolaan pembelajaran, dan pola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian adalah terdapat kontribusi yang signifikan antara sikap professional, kualitas pengelolaan pembelajaran, dan pola kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SDN se-Kecamatan Aikmel baik secara terpisah maupun secara simultan.
sekolah dan asrama yang dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Analisis deskripsi dilakukan dengan membandingkan antara tingkat kepentingan dengan kenyataan terhadap kriteria seleksi, sekolah, dan asrama, kemudian dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kepuasan. Peneliti menyarankan adanya perbaikan untuk meningkatkan mutu layanan program.
Simpeh (2013) melakukan penelitian untuk mengungkap strategi perawatan gedung Universitas Teknologi Cape Peninsula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perbaikan, prioritas, dan strategi untuk mempertahankan kinerja atribut dari gedung kuliah untuk memastikan tingkat kinerja sesuai dengan kepuasan siswa. Data dikumpulkan dengan melakukan observasi, wawancara, dan kuesioner. Sebanyak 430 kuesioner diberikan kepada responden, namun hanya 283 yang berhasil dikumpulkan kembali. Teknik analisis data yang digunakan adalah
memastikan kepuasan mereka. Literature map dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.2 menunjukkan delapan penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Delapan penelitian tersebut berkaitan dengan tingkat kepuasan, alat peraga matematika, dan metode Montessori. Tingkat kepuasan yang diteliti adalah kepuasan guru sekolah dasar negeri, kepuasan siswa SMART Ekselensia Indonesia, dan kepuasan terhadap strategi perawatan gedung Universitas Teknologi Cape Peninsula. Penelitian yang berkaitan dengan alat peraga matematika adalah peningkatan proses dan hasil belajar matematika dengan memanfaatkan media dan alat peraga meteri operasi hitung dan penggunaan alat peraga sederhana pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Penelitian yang berkaitan dengan metode Montessori adalah pengembangan alat peraga penjumlahan dan pengurangan ala Montessori, membandingkan penggunaan model pendidikan Montessori dengan model pembelajaran konvesional dalam belajar matematika, dan perbandingan antara sekolah Montessori dengan sekolah tradisional. Delapan penelitian yang telah disebutkan di atas belum ada yang membahas tentang tingkat kepuasan terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori.
C. Kerangka Berpikir
konvensional. Pembelajaran matematika disampaikan dengan cara ceramah. Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi tidak aktif dan kurang mandiri.
Prestasi belajar matematika bisa ditingkatkan dengan melakukan manajemen pendidikan yang baik. Salah satu manajemen pendidikan tersebut adalah manajemen sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar. Salah satu bagian dari sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah alat peraga. Alat peraga dapat digunakan untuk mengurangi model pembelajaran yang konvensional. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar membuat siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar matematika. Alat peraga yang digunakan dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Salah satu alat peraga yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar matematika adalah alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori memiliki empat karakteristik, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Karakteristik tersebut merupakan kelebihan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Siswa dan guru memiliki harapan terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Harapan yang sebanding dengan kenyataan disebut kepuasan.
memastikan perubahan yang dilakukan mengarah pada perbaikan. Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe II dan Importance and Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menganalisis data. PAN tipe II digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara umum dari masing-masing responden. IPA digunakan untuk mengetahui atribut-atribut yang mempengaruhi tingkat kepuasan.
Peneliti menduga bahwa kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah tinggi. Dugaan peneliti berdasarkan pada karakteristik alat peraga matematika berbasis metode Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Karakteristik tersebut merupakan kelebihan yang belum tentu bisa dimiliki alat peraga lain.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian berdasarkan kajian pustaka adalah:
1. Tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah tinggi.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III menjelaskan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode sensus. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data untuk dijelaskan sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Data dalam penelitian ini berupa angka dan diperoleh dengan metode sensus. Carmines dan Zeller (dalam Sangadji dan Sopiah, 2010: 26) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka.
Effendi dan Tukiran (2012: 3) mengungkapkan bahwa sensus adalah penelitian yang datanya dikumpulkan dari seluruh populasi. Purwanto (2010: 221) mengungkapkan bahwa sebuah penelitian disebut sensus apabila data penelitian dikumpulkan dari seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan metode sensus karena data penelitian diambil dari seluruh populasi yang ada.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Bagian ini menjelaskan waktu dan tempat penelitian. Waktu penelitian menguraikan alur waktu pengambilan data. Tempat penelitian menjelaskan lokasi pengambilan data.
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai dengan bulan Juni 2014. Pengumpulan data untuk siswa dilaksanakan pada tanggal 10-11 Maret 2014. Pengumpulan data untuk guru dilaksanakan tanggal 2 Mei 2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Keceme 1 yang beralamat di Dusun Keceme, Desa Caturharjo, Sleman, Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
Keceme 1 tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 52 siswa dan 2 guru kelas IV di SDN Keceme 1 tahun pelajaran 2013/2014. Siswa terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas IV A dengan 27 siswa dan kelas IV B dengan 25 siswa. Siswa kelas IV A terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Siswa kelas IV B terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Guru kelas adalah guru kelas IV A dan guru kelas IV B. Populasi tersebut sekaligus menjadi sampel penelitian. Hal ini karena penelitian dengan metode sensus menggunakan seluruh anggota populasi dalam pengambilan data.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 64). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan.
E. Teknik Pengumpulan Data
berstruktur. Kuesioner berstruktur berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban (Margono, 2010: 168).
Kuesioner dalam penelitian ini disusun berdasarkan skala Likert. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 136). Skala Likert
mempunyai tingkatan alternatif jawaban. Alternatif jawaban tersebut misalnya adalah “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), ”Kurang Setuju” (KS), ”Tidak Setuju” (TS), dan ”Sangat Tidak Setuju” (STS).
Penelitian ini menggunakan kuesioner kinerja dan kuesioner kepentingan. Kedua kuesioner tersebut mempunyai pernyataan dan jumlah pernyataan yang sama. Perbedaan kuesioner kinerja dan kuesioner kepentingan terletak pada alternatif jawabannya. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh tabel 3.1 dan tabel 3.2 di halaman 44.
Tabel 3.1
Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk Siswa dan Guru
Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tabel 3.1 menunjukkan alternatif jawaban dan skor untuk kuesioner kinerja. Alternatif jawaban untuk kuesioner kinerja yaitu ”Sangat Setuju” (SS), ”Setuju” (S), ”Kurang Setuju” (KS), ”Tidak Setuju” (TS), dan ”Sangat Tidak
Tabel 3.2
Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk Siswa dan Guru
Alternatif Jawaban Skor
Sangat Penting (SP) 5
Penting (P) 4
Kurang Penting (KP) 3
Tidak Penting (TP) 2
Sangat Tidak Penting (STP) 1
Tabel 3.2 adalah tabel yang menunjukkan alternatif jawaban dan skor untuk kuesioner kepentingan. Kuesioner kepentingan memiliki lima alternatif jawaban, yaitu ”Sangat Penting” (SP), ”Penting” (P), ”Kurang Penting” (KP), ”Tidak Penting” (TP), dan ”Sangat Tidak Penting” (STP). Skor untuk
masing-masing alternatif jawaban berturut-turut adalah 5, 4, 3, 2, dan 1.
F. Instrumen Pengumpulan Data