ACEH BARATTAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN
ACEH BARAT TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH:
ANITA
NIM : 06C10104260
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
PEUREUMEU KECAMATAN KAWAY XVI
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
RUHAMAH
NIM : 06C1010229
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU
DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS
PEUREUMEU KECAMATAN KAWAY XVI
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
RUHAMAH
NIM : 06C1010229
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umur Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memiliki anak yang sehat dan cerdas merupakan dambaan dan
kebanggaan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja sebagai orang tua
khususnya ibu harus selalu memperhatikan, mengawasi dan merawatnya dengan
seksama. Terutama dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan nya
karena salah satu fungsi dari keluarga adalah pemeliharaan dan perawatan agar
kesehatan anak selalu terpelihara secara fisik, mental, sosial dan spiritual pada
masa pertumbuhan pembentukan fisik, psikososial dan intelegensinya
(Notoatmodjo, 2003).
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan akan kekurangan gizi
sehingga banyak para ibu khawatir pada balitanya. Status gizi balita merupakan
hal yang penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian
lebih dalam tumbuh kembang diusia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi
yang terjadi pada masa emas ini bersifat irreversible (tidak dapat dipulihkan), dan
akan mengakibatkan balita dengan gizi kurang atau buruk akan memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih rendah, nantinya mereka tidak mampu bersaing, sedangkan
dampak jangka pendek gizi buruk adalah anak menjadi apatis, mengalami
gangguan bicara dan perkembangan (Anita, 2007).
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia
pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang
otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak
berlangsung mulai dari usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.
Selain tingkat pengetahuan ibu penyebab utama dari kurangnya gizi pada
balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu. Penyebab lain
adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua karena kurangnya pendidikan
sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu makanan dimana makanan
bergizi ditabukan dan tidak boleh dikonsumsi oleh anak balita (Nita, 2008).
Masalah kurang gizi pada anak dapat ditunjukkan dari prevalensi yang
berkaitan dengan kurang energi dan protein (gizi makro) dan gizi mikro
(terutama kurang vitamin A, anemia, kurang yodium). Sampai dengan tahun
2000, keadaan gizi masyarakat menunjukan kemajuan yang cukup berarti,
terlihat dari menurunnya secara prevalensi penderita masalah gizi utama
(protein, karbohidrat) pada berbagai kelompok umur. Prevalensi anak balita
kurang gizi pada tahun 1989-2000 menurun dari 37,5 persen menjadi 24,6
persen. Akan tetapi sejak tahun 2000 sampai dengan 2005 prevelensi kurang
gizi anak pada balita meningkat kembali menjadi 28 persen yang sekitar 8,8
persen diantarannya menderita gizi buruk (Parenting Islami, 2008)..
Dari berbagai keadaan tersebut, maka usaha perbaikan gizi harus
ditingkatkan terutama pada balita, ibu-ibu hamil dan ibu-ibu menyusui. Usaha
perbaikan gizi ditujukan kepada keluarga, karena dalam kehidupan sehari-hari
makanan keluarga ditentukan dan menjadi tanggung jawab keluarga itu
sendiri, sejak belanja bahan makanan, menyusun menu, pengolahan, penyajian
dan pembagiannya. Partisipasi dari keluarga atau individu dalam usaha
3
dilaksanakan. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam bentuk kesadaran akan
masalah gizi diantara mereka, sehingga mereka terangsang untuk mengatasi
dan menanggulangi ( Roedjito, 2007).
Penyuluhan gizi merupakan salah satu upaya pendekatan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan
perubahan perilaku yang baik. Dengan adanya penyuluhan gizi diharapkan Ibu
balita mengerti dan memahami serta mau dan mampu melaksanakan apa yang
dinasehatkan sehingga mampu mengasuh dan merawat balita gizi kurang
menjadi lebih baik (Depkes, 2007).
Dengan adanya pendidikan gizi (penyuluhan gizi) diharapkan dapat
memperbaiki sikap orang dalam memenuhi gizi keluarga. Dalam hal ini peran
ibu sangat menentukan. Dengan adanya penyuluhan gizi, diharapkan akan
dapat merubah perilaku ibu rumah tangga dalam pemenuhan gizi balita sehingga
terjadi peningkatan gizi balita.
Sebagaimana hasil pengukuran dan pemeriksaan klinik diantara anak-anak
balita di Negara sedang berkembang didapatkan 10 juta anak menderita gizi
kurang tingkat berat, 80 juta gizi kurang tingkat sedang, 120 juta gizi kurang
tingkat ringan. Di samping itu separuh dari anak-anak negara berkembang,
makanannya tidak seimbang. Menurut WHO jumlah anak menderita gizi kurang
serius: 10 juta di Amerika Latin, 16 juta di Afrika dan 64 juta di Asia yang
menderita gizi kurang tingkat sedang (Suharjo, 2005).
Menurut data Depkes RI (2008) Jumlah gizi kurang dan buruk adalah
5.119.935 dan jumlah balita gizi buruk adalah 1.528.676. Pada tahun 2005 turun
tahun 2007 menjadi 4,1 juta. Jika ditotal secara keseluruhan dalam empat tahun
terjadi penurunan sebesar 20 persen (Depkes, 2008).
Adapun data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat
yaitu jumlah balita yang ada di Kabupaten Aceh Barat 1,618, jumlah balita yang
ditimbang 1,508 (93,2%), berat badan balita yang naik berjumlah 1,480 (98,1%),
dan yang mengalami gizi buruk yaitu berjumlah 7 balita (0,5%) (Dinkes Aceh
Barat, 2012)
Dari laporan yang peneliti dapatkan di Wilayah Puskesmas Peureumeu
Kabupaten Aceh Barat tahun 2010 diperoleh data 25 balita (13%) dengan status
gizi kurang, 7 (6%) dengan status gizi buruk, dan 5 balita dengan status gizi lebih
dari jumlah keseluruhan balita 246 balita (100%). (Puskesmas Peureumeu, 2010).
Menurut, Soewito (2007) Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita akan
sangat mempengaruhi status gizi balita, sehingga akan berdampak pada tumbuh
kembang balita karena untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang balita
secara optimal dibutuhkan gizi yang cukup. Sehingga apabila pengetahuan ibu
tentang gizi balita buruk maka tumbuh kembang balita akan terganggu yang
mengakibatkan pertumbuhan fisik, mental dan intelegensinya terhambat, begitu
juga dengan tindakan ibu sangat mempengaruhi status gizi pada balita.
Oleh karena itu yang ingin diteliti adalah hubungan pengetahuan dan
tindakan ibu terhadap status gizi balita.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian ini
adalah Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Ibu dengan Status
5
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
tindakan ibu terhadap gizi dengan status gizi balita di Puskesmas Peureumeu
Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status
gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kabupaten Aceh Barat.
2. Untuk mengetahui hubungan tindakan ibu tentang gizi dengan status gizi
balita di Puskesmas Peureumeu Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Praktis
1. Bagi petugas kesehatan untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dibidang kesehatan agar dapat memberikan informasi dan penyuluhan
tentang pentingnya gizi bagi balita.
2. Bagi Puskesmas agar dapat meningkatkan pelayanan kususnya tentang gizi
pada balita.
3. Bagi Dinas Kesehatan agar dapat mempromosikan kepada masyarakat
tentang pentingnya gizi pada balita .
4. Bagi masyarakat dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan
1.4.2. Manfaat Akademik
Bagi institusi pendidikan agar dapat berguna sebagai bahan bacaan dan
referensi untuk mahasiswa (i)
1.4.3. Manfaat Peneliti
Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian, serta dapat menjadi bekal dalam melakukan
penelitian di masa yang akan datang dan dapat meaplikasikan ilmu yang
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 : 57).
Pengetahuan merupakan peng indraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hindung, telinga dan lain sebagainya) (Taufik, 2007).
2.1.1. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang
bersifatgivenatau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. Faktor Eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
sering merupakan faktor yang domain yang mewarnai perilaku seseorang.Menurut
Lukman ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1. Umur
Singgih (1998) megemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka
umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya
dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk
berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga dia
mampu menguasai lingkungan (Khyan, 1997). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh
pula terhadap tingkat pengetahuan.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,
dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal
yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan
seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara
9
4. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan.
5. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut
Wied (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.
6. Informasi
Menurut Wied (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media
misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan mengikatkan
pengetahuan seseorang.
7. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997).
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom (1908) dalam buku Notoatmodjo (2003) mendefinisikan
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Sehingga pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
11
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penulisan, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebaiknya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
2.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan memungkinkan seseorang memecahkan masalah yang
dihadapinya. Menurut Notoatmodjo (2003), cara yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan cara tradisional dan cara
modren (ilmiah). Cara tradisional dapat diperoleh melalui cara coba salah (trial and error) dimana cara ini telah banyak dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban, cara kekuasaan atau
otoritas yaitu cara memperoleh pengetahuan dari kehidupan sehari-hari cara
memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman masa lalu untuk memecahkan
suatu masalah, dan cara memperoleh pengetahuan melalui jalan pikiran dimana
cara ini sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Sedangkan cara modern yaitu cara baru dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut metode
penulisan atau lebih popular disebut metodologi penulisan (Notoatmodjo, 2003).
2.1.4.Cara Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penulis atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui yaitu pengetahuan
13
2.2. Tindakan
Menurut Notoatmodjo (1990) tindakan adalah melaksanakan atau
mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Fishbein et al
(1980), mengemukakan teori tentang tindakan beralasan (teori of reasoned action) yaitu : bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang
masuk akal, bahwa manusia mempertimbangkan implikasi tindakan mereka.
2.3. Gizi
Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan (Supariasa, dkk, 2002).
Menurut Depkes RI (1994) dalam buku Pedoman Makanan Sehat Untuk
Warung Sekolah mengartikan gizi sebagai makanan yang dapat memenuhi
kesehatan. Zat gizi adalah unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat
mempengaruhi kesehatan.
2.3.1. Fungsi Makan
Makan merupakan salah satu naluri yang diperoleh manusia sejak lahir.
Tidak ada orang yang mengajari untuk makan. Dalam memilih makanan orang
mempunyai selera masing-masing dimana ini di peroleh dari pergaulan serta
kebiasaan sehari-hari.
Secara khusus makanan mempunyai fungsi ”biologis” makan yang terdiri
berbagai unsur (protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral dan air) didalam
a. Sebagai zat pembagun
b. Sebagai sumber tenaga
c. Sebagai zat pengatur.
Ketiga fungsi makan tersebut harus ada dalam tubuh. Karena itu kita harus
mengkonsumsikan zat gizi (Protein, Lemak, Hidrat Arang, Vitamin, Mineral dan
Air) setiap hari (Depkes RI, 2006).
2.3.2. Zat Gizi Dan Peranannya
Menurut Depkes RI (1994) dalam buku Pedoman Makanan Sehat Untuk
Warung Sekolah, makanan terdapat 6 (enam) kelompok zat gizi yaitu:
1. Hidrat Arang
Banyak terdapat didalam makanan pokok dna gula, didalam tubuh dapat
menghasilkan tenaga/energi. Ukuran yang menghasilkan 4 kalori, jika kita
mengkonsumsikan 100 gram (1 ons) hidrasi arang mengahasilkan 400 kalori.
Kelebihan hidrat akan ditimbun dalam tubuh berbentuk jaringan lemak, hal ini
dapat mengakibatkan berat badan akan melebihi dari yang seharusnya. Demikian
juga sebaliknya jika kekurangan hidrat arang maka jaringan lemak tersebut akan
digunakan tubuh sebagai pengeluaran tenaga yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh dan kesangupan belajar menurun.
2. Protein Dan Lemak
a. Banyak terdapat dalam lauk-pauk dan minyak.
b. Masa usia sekolah fungsi protein sangat berguna untuk pertumbuhan,
15
c. Lemak merupakan sumber energi yang dapat disimpan didalam tubuh
yang dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas)
3. Vitamin, Mineral dan Air
Secara umum vitamin-vitamin mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Mengatur berbagai proses metabolisme dalam tubuh
b. Mempertahankan fungsi berbagai jarigan
c. Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru
d. Membantu pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.
2.3.3. Manfaat Nutrisi 1. Nutrisi untuk pertumbuhan
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan terpelihara. Semua
organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti, kulit
dan rambut terus berganti, sel-sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak
dengan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk
pekerjaan tubuh.
2. Nutrisi sebagai pertumbuhan jaringan
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan terpelihara. Semua
organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti, kulit
dan rambut terus berganti, sel-sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak
dengan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk
pekerjaan tubuh.
Untuk itu, setelah sakit kita perlu banyak makanan bergizi. Begitu juga
3. Nutrisi sebagai penunjang aktifitas
Makanan juga dibutuhkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti
mandi, menyapu, juga berkebun. Dalam keadaan tidurpun tubuh tetap
membutuhkan tenaga untuk bernafas, degup jantung, serta tenaga memasak zat
makanan dan memakainya. Namun, makanan perlu diatur agar sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Jumlah harus memadai, dan mutunya sesuai dengan kebutuhan
sehari-hari (Nadesul, 1995).
2.3.4. Status Gizi (Nutrion Status)
Ekspresi dari keadaan keseimbangan atau kelebihan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa, dkk, 2001).
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara intake zat gizi dengan kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari
variabel-variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi / panjang badan, lingkar
kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 1990).
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara kebutuhan dengan nutrient. Penelitian status gizi
merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia
dan riwayat makan (Beck, 2000).
Status gizi buruk balita ditetapkan bersarkan atas salah satu hal berikut:
a. Anak yang dalam tiga kali penimbangan berturut-turut berat badan nya
17
b. Balita yang dalam pemeriksaan ditemukan mendarita xeroptalmia
(kekurangan vitamin A)
c. Balita yang mempunyai pembesaran kelenjar thyroid akibat dari
kekurangan unsur yodium yang diperlukan untuk produksi hormon thyroid
d. Balita yang menderita anemia dimana keadaan akibat kadar Hb kurang,
akibat kekurangan salah satu zat pembentuk (zat besi, asam folat, vitamin
B12) (Depkes RI, 1990).
2.3.5. Penilaian Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutrisi seorang
individu dalam satu variabel (Hadi,2005). Penilaian status gizi dibagi menjadi
empat penilaian yaitu, antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun
penilaian dari masing-masing sebagai berikut (Supariasa, 2001).
1. Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada
3. Biokomia
Biokimia adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboraturis
yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain
seperti hati dan otot.
4. Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan, dan melihat
perubahan struktur jaringan.
Berat badan dan tinggi badan adalah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi.
Penggunaan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status
gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh
(M. Khumaidi, 1994). Penggunaan berat badan dan tinggi badan akakn lebih jelas
dan sensitif/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan
dengan penggunaan BB/U. Dinyatak dalam BB/TB menurut standar WHO bila
prevalensi kurus/ wasting < 2 SD diats 10% menunjukkan suatu daerah tersebut
mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsungdengan
angka kesakitan.
Adapun penilaian (pengukuran) status gizi balita sebagai berikut :
Indeks Status Gizi Ambang Batas Skala
19
2.4. Landasan Teoritis
Adapun kerangka teoritis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah teori Benjamin Bloom (1908) dalam buku Notoatmodjo (2003), yang
menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk sikap dan tindakan seseorang (over beheviour )
sehingga pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif 6 tingkatan di antaranya
tahu untuk tingkat pertama dan memehami untuk tingkat kedua.
2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Independen Dependen
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian Status Gizi
Balita
Pengetahuan
Tindakan Pengetahuan
Tindakan
Sikap
2.6. Variabel Penelitian 2.6.1. Variabel Independen
Variabel independen (variabel bebas) adalah : Komunikasi dan Tindakan
2.6.2. Veriabel Dependen
Variabel dependen (variabel terikat) adalah Status Gizi Balita
2.7. Hipotesis Penelitian.
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita di
Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI.
2. Ada hubungan antara tindakan ibu dengan status gizi balita di Puskesmas
21 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini bersifat analitik yaitu bertujuan menganilisa antara
variabel yang akan diteliti, berdasarkan metode yang di pakai termasuk penelitian
survei karena penelitian ini dilakukan pengamatan atau pengumpulan data lansung
berdasarkan waktunya (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan dan tindakan ibu
tentang gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan selama 1 minggu berturut dimulai pada
tanggal 17 sampai dengan 21 Juni 2013
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang mempunyai balita di
Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat selama
3.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik simple Accidental sampling. Yaitu sampel yang diambil secara kebetulan bertemu, selama 1 minggu berturut, berjumlah 57 responden Ibu-ibu yang memiliki balita.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah pengetahuan dan
tindakan ibu tentang status gizi balita dengan menggunakan kuesioner.
3.4.2. Data Sekunder
1. Data Jumlah Balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI
2. Data status gizi balita yang ada di Puskesmas Peureumeu Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat di peroleh data status gizi balita.
3. Data dari Dinas Kesehatan Aceh Barat
4. Serta literatur-literatur yang berhubungan dengan judul penelitian
3.5. Definisi Operasional Tabel 3.1. Variabel Penelitian
No Variabel Dependent
1. Variabel : Status Gizi Balita Definisi
23
b. Cukup : Jika responden menjawab benar dengan skor 17-20 dari
pertanyaan yang diajukan.
c. Kurang : Jika responden menjawab benar dengan skor 13-16 dari
pertanyaan yang diajukan.
3. Status Gizi Balita
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel (Dependen)
Indeks Status Gizi Ambang Batas Skala
Berat badan menurut umur
Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui
beberapa tahap (Hidayat, 2007) yaitu :
1. Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian keusioner yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan oleh responden.
2. Coding yaitu memberikan kode berupa angka-angka untuk setiap hasil jawaban pada kuesioner.
3. Transfering yaitu menyusun total nilai dari variabel-variabel penelitian yang diberikan.
4. Tabulating yaitu mengelompokkan nilai responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap variabel dan selanjutnya dimasukkan kedalam
25
3.8. Analisis data 1. Analisis Univariat
Analisis yang digunakan untuk menjabarkan dengan menghitung persentase
dari tiap-tiap variabel bebas maupun variabel terikat.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square
untuk memperoleh apakah dua variabel saling berhubungan atau sebaliknya
dengan menggunakan rumus :
X2=∑(O-E0)2
E
Dimana : O = FrekuensiObserval
E = FrekuensiExpected
df =degree of fredom( derajat kebebasan) k =kolom
b = baris
Adapun persyaratan yang dipakai dalam statistik ini adalah sebagai
berikut :
a. Ho ditolak jika nilai P < 0,05 artinya ada hubungan antara
variebel-variebel yang diteliti
b. Ho diterima jika nilai p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara
variebel-variabel yang diteliti.
25
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Peuremeue Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
statusnya merupakan Puskesmas Perawatan diwilayah kerja mencakup 44
gampong, selain Puskesmas Peureumeue ( Puskesmas Induk) juga memiliki 8 (
delapan ) Puskesmas Pembantu, 5 (lima ) Polindes dan 2 ( dua ) Poskesdes dan 4 (
empat ) Posyandu Plus.
Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas peureumeue adalah wilayah
daratan yang terletak diantara wilayah kerja puskesmas- puskesmas lain, dengan
batas- batas sbb :
1. Utara : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pante Ceuremen dan
Meutulang
2. Selatan : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Meureubo dan Johan
Pahlawan.
3. Timur : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Pante Ceureumen dan
Kabupaten Nagan Raya.
4. Barat : berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Sama Tiga dan Kuta
Padang Layung.
Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
26
Saat ini Puskesmas Peureumeue memiliki fasilitas ruang pelayanan
kesehatan antara lain: UGD, Ruang Kartu, Ruang Poli Umum, Ruang KIA/KB,
Ruang Apotik, Anamneses, Poli Anak, Psikolog Gizi, Poli Gigi, Ruang Pimpinan,
Ruang Farmasi, Ruang Imunisasi, Ruang Laboratorium, Ruang Kafetaria, Ruang
Tata Usaha, Ruang Rawat Inap, Ruang Perpustakaan, Ruang Persalinan, Ruang
Latihan Laboratorium Kebidanan dan Dapur.
Puskesmas Peureumeue yang terletak di Kecamatan Kaway XVI
mempunyai 44 desa di wilayah kerja: Marek, Pasie Jambu, Alue Tampak
Meunasah Buloh, Padang Mancang ,Simpang, Peunia, Mesjid, Keude Aron,
Beureugang,Meunasah Rayeuk, Meunasah Ara, Tompok Ladang, Pasi Teungoh,
Tanjung Bunga, Putim, Meunasah Rambot, Pasi Jeumpa, Muko, Palimbungan,
Blang Geunang, Alue On, Pu’uk, Meunasah Gantung, Pungki, Meunuang,
Tanjong, Pungki, Meunuang Tanjong, Pasi Meugat, Babah Meulaboh, Tanjung
Meulaboh, Alue Peudeng, Teladan, Pucok Pungki,Pucok Pungki, Pasi Ara,Drien
Cale, Teupin Panah, Blang Dalam, Alue Lhee, Keude Tanjong, Pasie Kumbang,
Sawang Teubee,Padang Sikabu,Batu Jaya,Keuramat.
Program Kesehatan UPTD Puskesmas peureumeue :
1. Program / Upaya Pokok sbb: Upaya KIA/ KB, Upaya Perbaikan Giz, Upaya
Pemberantasan Penyakit, Upaya Kesehatan Lingkungan , Upaya Promosi
Kesehatan , Upaya Imunisasi.
2. Program Upaya Pengembangan sbb: Upaya Kesehatan Jiwa Masyarakat,
Upaya UKS dan UKGS, Upaya PKPR /KESPRO, Upaya Puskesmas
4.1.2. Analisa Univariat
1. Pengukuran Karakteristik Responden yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan
dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
Karakteristik Frekuensi %
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Dari tabel di atas diketahui sebagian responden di Puskesmas Peureumeue
berusia antara 30 – 40 tahun yaitu 28 orang (49,1 %), sementara itu sebagian
besar dari ibu yaitu 27 orang (47,4%) memiliki jenjang pendidikan responden
SMA sederajat dan sebagian besar pekerjaan Responden adalah Ibu Rumah
28
2. Pengetahuan Ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Peureumeu
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat di jelaskan pada tabel 4.2 di
bawah ini :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
Pengetahuan Ibu Frekuensi %
Baik 16 14,0
Cukup 34 80,7
Kurang 7 5,3
Total 57 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari jumlah 57 responden di Puskesmas
Peureumeue terdapat 16 orang (14%) berpengetahuan baik, sedangkan 34 orang
(80,7%) berpengetahuan cukup. Hal menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berpengetahuan cukup tentang status gizi balita.
3. Tindakan Ibu tentang status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat dari hasil penelitian sudah cukup
meningkat sebagaimana di jelaskan pada tabel 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Tindakan Ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013
Tindakan Frekuensi %
Baik 8 14,0
Cukup 46 80,7
Kurang 3 5,3
Total 57 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari jumlah 57 responden di Puskesmas
tindakan cukup. Hal menunjukkan bahwa tindakan responden memiliki tindakan
cukup
4. Status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat dari hasil penelitian yaitu gizi baik sebagaimana di jelaskan pada
tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
Status Gizi Balita Frekuensi %
Gizi Baik 30 52,6
Gizi Kurang 27 47,4
Total 57 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2013)
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari jumlah 57 responden di Puskesmas
Peureumeue terdapat 30 orang (52,6 %) gizi baik, sedangkan 27 orang (47,4 %)
gizi cukup.
4.1.3Analisa Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan ibu dengan status gizi balita dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.5. Hubungan pengetahuan ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
Cukup 17 29,8 17 29,8 34 59,6 0,374
Kurang 3 5,3 4 7,0 7 12,3
Jumlah 31 54,4 26 45,6 57 100
30
Berdasarkan tabel silang diatas menunujukkan dari 57 responden diketahui
responden berpengetahuan baik yang status gizi baik sebanyak 11 orang (19,3),
sedangkan responden yang berpengetahuan kurang yang status gizi kurang
sebanyak 4 orang (7%). Dengan nilai = 0,374.
Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu dengan status gizi balita dengan
menggunakan uji Chi-Square menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan status gizi balita.
2. Hubungan tindakan ibu dengan status gizi balita dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.6. Hubungan tindakan ibu terhadap status gizi balita di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
Cukup 24 42,1 22 38,6 46 80,7 0,027
Kurang 0 0 3 5,3 3 5,3
Jumlah 31 54,4 26 45,6 57 100
(Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2013)
Berdasarkan tabel silang diatas menunujukkan dari 57 responden diketahui
responden bertindakan baik yang status gizi baik sebanyak 7 orang (12,3),
sedangkan responden yang bertindakan cukup yang status gizi kurang sebanyak
22 orang (38,6%). Dengan nilai = 0,027. Hal ini menunjukan bahwa
tindakan ibu terhadap status gizi balita dengan menggunankan uji Chi-Square
4.2. Pembahasan 4.2.1. Analisa Univariat 1. Pengetahuan
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 57 responden, pengetahuan
ibu dengan status gizi balita sebagian besar responden berpengetahuan cukup
tentang status gizi balita 46 (80,7%).
Menurut asumsi peneliti, pengetahuan responden dengan status gizi balita
karena pada umumnya responden tersbut telah banyak memperoleh informasi dan
hal ini juga didukung beberapa faktor penunjang yaitu umur, pendidikan.
Menurut Hurlock (1998) yang dikutip Wawan (2010) semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi (Notoatmodjo,2003).
2. Tindakan
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 57 responden dengan status
gizi balita tindakan responden memiliki tindakan cukup yaitu 46 (80,7%).
Menurut asumsi peneliti tindakan dengan status gizi balita dikarenakan
faktor informasi yang didapat tentang status gizi balita.
Menurut Notoatmodjo (2005) informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,
32
4.2.2. Analisa Bivariat
1. Pengetahuan Ibu terhadap status gizi balita dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan ibu cukup
tentang status gizi balita.
Menurut asumsi peneliti bahwa tidak adanya hubungan antara status
gizi dan pengetahuan ibu.
Pengetahuan merupakan hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007). Sehingga, makin banyak indera
yang digunakan maka semakin jelas yang diperoleh.
Pengetahuan menurut Potter & Perry, (1997) merupakan proses belajar
yang berupa pola tingkah laku lama menjadi pola tingkah laku baru artinya
yang semua orang tersebut tidak tau dengan adanya pendidikan/belajar orang
tersebut menjadi tau dari tidak tau melaksanakan menjadi mau melaksanakan
pencegahan penyakit. Makin tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang maka
makin tinggi kesadaran yang berperan serta dalam upaya pencegahangizi
balita. Begitu juga dalam penelitian ini semakin kurang pengetahuan semakin
besar persentase dalam tidak memberikan gizi balita pada waktu bayi, ibu yang
2. Tindakan Ibu terhadap status gizi balita dengan menggunakan uji chi-square
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara tindakan dengan status gizi
balita.
Menurut asumsi peneliti hal ini menunjukkan bahwa tindakan ibu
sangat mempengaruhi status gizi balita misalnya pada penyediaan makanan
yang bergizi.
Almatsier (2003) memaparkan bahwa semakin baik tindakan ibu, maka
semakin baik status gizi balita . Susanto (2010) mengungkapkan bahwa status
gizi lebih baik, bila perhatian yang diberikan dan mamfaat makan yang
diberikan berguna bagi tubuh dan tubuh menerima makan yang di berikan.
Fishbein et al (1980), mengemukakan teori tentang tindakan beralasan
(teori of reasoned action) yaitu : bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal, bahwa manusia mempertimbangkan
33 BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa :
1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita
dengan menggunankan uji Chi-Square menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara status gizi balita dengan nilai uji statistic Chi-Square
diperoleh nilai = lebih dari 0,005, maka tidak terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik < 0,05 maka hasil signifikan ditolak dan
diterima.
2. Terdapat hubungan antara tindakan dengan status gizi balita dengan
menggunankan uji Chi-Square menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara tindakan dengan status gizi balita dengan nilai uji statisticChi-Square
diperoleh nilai = kurang dari dari 0,005, maka terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik < 0,05 maka hasil signifikan
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan maka dengan ini penulis
memberi saran :
1. Bagi Puskesmas Peureumeue Kecamatan Kaway XVI
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang sudah
baik menjadi lebih baik lagi khususnya dalam pelayanan pada balita.
2. Bagi Responden dan Masyarakat
Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang status gizi
balita.
3. Bagi Intitusi Kesehatan dan Pemerintah Aceh Barat
Diharapkan kepada Instansi kesehatan atau pemerintah setempat agar
meningkatkan penyuluhan dengan memberikan informasi mengenai gizi
balita kepada masyarakat khususnya Ibu-ibu yang mempunyai balita, baik
melalui media-media informasi yang ada sehingga masyarakat memiliki
DAFTAR PUSTAKA
Aan E. 2009. Pengetahuan Ibu tentang Gizi pada Anak Balita. Bumi Aksara. Jakarta.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
________. 2001. Penuntun Diet Edisi Baru. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anita. 2007.Makanan Bergizi dan Status Gizi Balita.Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta.
Arisman. 2009.Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi II. EGC. Jakarta.
Budiarto. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
EGC. Jakarta.
Danim. 2004.Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku.Bumi Aksara. Jakarta. Depkes RI. 2006.Tri Guna Makanan.Depertemen Kesehatan RI. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat .Tahun 2008.Pencatatan dan Pelaporan.
Meulaboh.
Febrianti, dkk. 2008. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat. Program Studi Ilmu. Kesehatan Masyarakat FKIK. Jakarta.
Hartono, A. 2006.Terapi Gizi dan Diet Ed-2. EGC. Jakarta.
Supriasa, dkk. 2002.Penilaiaan Status Gizi. EGC. Jakarta.