• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. perdagangan barang dan jasa. pelanggan (Kotler and Amstrong,2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. perdagangan barang dan jasa. pelanggan (Kotler and Amstrong,2012)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa.

Kotler & Keller (2012): “marketing is about identifying and meeting human and social needs” pemasaran adalah tentang bagaimana mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Oleh karena itu, pemasaran didefinisikan sebagai proses dimana perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat dimana untuk menangkap nilai dari pelanggan (Kotler and Amstrong,2012)

2. Gaya Hidup

Menurut Hawkins (2010) berpendapat gaya hidup pada dasarnya adalah bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup individu tersebut (Hawkins 2000). Sebagai suatu kekuatan lingkungan makro, golongan sosial sangat mempengaruhi gaya hidup konsumen. Dalam penelitian yang

(2)

dilakukan Ardy, dian Ayu P (2013) menyebutkan bahwa gaya hidup masyarakat Indonesia sekarang terutama para pengguna internet sangat bergantung pada smartphone yang mampu menunjang aktivitas sehari-hari dan gaya hidup mereka dikarenakan mereka ingin dihormati orang lain, konsumen merasa percaya diri saat menggunakan dan merasa bangga menggunakan produk smartphone tertentu. Empat generalisasi dapat dibuat mengenai pengaruh golongan sosial terhadap gaya hidup konsumen:

1. Berpengaruh pada gaya hidup. 2. Merupakan prediktor sumber daya.

3. Orang mebeli produk dan jasa untuk menunjukkan keanggotaan mereka dalam golongan sosial tertentu.

4. Orang juga membeli barang dan jasa untuk membantu meningkatkan kedudukan sosial mereka.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatannya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.

a. Alat Ukur Gaya Hidup

Gaya hidup memiliki beberapa dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur gaya hidup konsumen, atau disebut juga dengan psikografis hasibun (2010). Psikografis memberikan

(3)

pengukuran kuantitatif dengan menggunakan sampel sebagai alat penelitiannya. Dimensi-dimensi adalah sebagai berikut:

1) Aktifitas (Activities)

Dimensi aktifitas meliputi apa yang dilakukan konsumen, apa yang dibeli dan bagaimana konsumen menghabiskan waktunya. Dikatakan oleh Hughes, Ginnet & Curpy (dalam Fazriach, 2011) dimensi ini berkaitan dengan values yang dianut oleh seseorang seperti motives, values and preferences inventory. 2) Minat (Interest)

Dimensi minat meliputi bagaimana konsumen memilih sesuatu yang dianggap penting (preferensi dan prioritas) baginya dan hal ini berkaitan dengan motivasi.

3) Opini (Opinion)

Dimensi opini merupakan pandangan dan perasaan konsumen terhadap dirinya atau orang lain serta terhadap dunia sekitarnya yang dapat dihubungkan dengan persepsi (Fazriach, 2011). Persepsi disini meliputi proses dari individu mengatur dan menginterpresikan kesan-kesan yang ditangkap oleh sensor mereka yang memunculkan dampak pada nilai, pengalaman, pendidikan dan lainnya.

4) Nilai (Value)

Dimensi nilai secara luas meliputi keyakinan tentang apa yang diterima dan diinginkan. Mereka yang menganut dimensi ini

(4)

menganggap bahwa jika menggunakan produk tertentu akan mencerminkan siapa diri mereka.

5) Demografis (Demographics)

Dimensi demografis meliputi usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, latar belakang budaya, struktur dalam keluarga, serta lokasi geografis dari konsumen.

Menurut salomo (2013), penelitian tentang gaya hidup dapat menggunakan dua dari tiga dimensi peratama dari psikografis diatas yang sering disebut AIO (Activities, Interests, Opinions) yang digunakan untuk mengukur gaya hidup konsumen pada kelompok individu. Pengukuran ini dapat dilakukan secara makro (merefleksikan bagaimana individu hidup secara umum) maupun secara mikro (menjelaskan sikap dan perilaku individu terhadap suatu produk atau aktifitas tertentu).

Menurut Stiadi (2010) gaya hidup secara luas sebagai cara hidup yang didentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan) apa dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat).

Dikatakan bahwa gaya hidup modern dapat menjadi “Livelihoods”, gaya hidup sebagai “Life-satisfaction”, gaya hidup sebagai “Social Conversation”. Begitu pula gaya hidup juga dapat

(5)

dikelompokkan menjadi sektor gaya hidup dan segmentasi gaya hidup Jakson (2005).

3. Kualitas Produk

Salah satu keunggulan dalam persaingan ini terutama adalah kualitas produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Bila tidak sesuai dengan spesifikasi maka produk akan ditolak. Sekalipun produk tersebut masih dalam batas toleransi yang telah ditentukan maka produk tersebut sebaiknya perlu menjadi catatan untuk menghidari terjadinya kesalahan yang lebih besar diwaktu yang akan datang.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) bahwa semakin baik kualitas produk yang dihasilkan maka akan memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan keputusan pembelian. Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa “kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan, operasi dan perbaikan serta atribut lainnya”. Bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi –fungsinya dapat dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik.

Menurut kotler dan Amstrong (2009) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam

(6)

pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.Kotler dan Amstrong(2012)

Dari definisi diatas menyatakan bahwa perusahaan telah memberikan kualitas jika produk atau layanan memenuhi atau melebihi kebutuhan, pesyaratan, dan harapan para pelanggan.

Dan ada dua dimensi yang mempengaruhi kualitas produk yaitu tingkat dan konsistensi. Apabila dalam pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus memilih tingkat kualitas produk yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Sebaiknya perusahaan memilih tingkat kualitas produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran dan tingkat kualitas pesaing. Dengan demikian baik tidaknya kualitas produk dapat mempengaruhi konsumen agar tetap setia atau loyal terhadap produk yang digunakan.

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa konsumen adalah satu-satunya yang dapat menilai baik tidaknya kualitas produk yaitu dengan bagaimana suatu produk melaksanakan fungsinya dengan baik dan sesuai dengan harapan konsumen.

a. Dalam mengukur kualitas produk, Griffin (2005) menggunakan dimensi sebagai berikut :.

1) Performance

Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barrang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.

(7)

2) Featureas

Yaitu aspek performasi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

3) Reliability

Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsi-fungsi setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

4) Serviceability

Yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.

5) Conformance

Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.

6) Durability

Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.

(8)

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Produk

Dalam hal mutu suatu produk yang dihasilkan oleh suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusaha kadang bisa mengalami keragaman. Hal ini disebabkan mutu suatu produk itu dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana faktor ini akan dapat menentukan bahwa suatu produk dapat memenuhi standar yang telah ditentukan atau tidak.Faktor-Faktor Tersebut Antara Lain: 1) Manusia

Peranan manusia atau karyawan yang bertugas dalam perusahaan akan sangat mempengaruhi secara langsung terhadap baik buruknya mutu dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Maka aspek manusia perlu mendapat perhatian yang cukup. Perhatian tersebut dengan mengadakan latihhan-latihan, pemberian motivasi, pemberian jamsostek, kesejahteraan dan lain-lain.

2) Manajemen

Tanggung jawab atas mutu produksi dalam perusahaan dibebankan kepada beberapa kelompok yang biasa disebut dengan function group. Dalam hal ini pemimpin harus melakukan koordinasi yang baik antara function group dengan bagian-bagian lainnya dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya koordinasi tersebut maka dapat tercapai suasana kerja yang baik dan karmonis, serta menghindarkan adanya

(9)

kekacauan dalam pekerjaan. Keadaan ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan mutu serta meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan

3) Uang

Perusahaan harus menyediakan uang yang cukup untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu produknya. Misalnya Untuk perawatan dan perbaikan produk yang rusak, dan lain-lain.

4) Bahan baku

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan akan mempengaruhi terhadap mutu produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Untuk itu pengendalian mutu bahan baku menjadi hal yang sangat penting dalam hal bahan baku.

5) Mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi akan mempengaruhi terhadap mutu produk yang dihasilkan perusahaan. Peralatan yang kurang lengkap serta mesin yang sudah kuno dan tak ekonomis akan menyebabkan rendahnya mutu produk serta biaya produksi menjadi tinggi.

c. Pengendalian Kualitas

Kualitas merupakan salah satu faktor yang penting bagi setiap perusahaan industry, dengan adanya pengendalian kualitas

(10)

merupakan suatu jaminan bagi perrusahaan untuk mendapatkan mutu barang dengan hasil yang baik dan memuaskan. Apabila didalam perusahaan tidak melaksanakan pengendalian kualitas dengan baik, maka mutu barang yang dihasilkan tidak memuaskan.

Pengendalian kualitas adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal kualitas dapat tercermin dalam hasil akhir. Pengendalian kualitas merupakan suatu aktivitas (managemen perusahaan) untuk menjaga dan megarahkan agar kualitas produk atau jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncankan.

Dapat dikatakan pula bahwa pengendalian kualitas adalah suatu proses pengaturan bahan baku sampai menjadi produk akhir dengan memeriksa atau mengecek dan membandingkan dengan standar yang telah diharapkan, apabila terdapat penyimpangan dari standar, dicatat dalam analisa untuk menentukan dimana penyimpangan terjadi, serta faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan tersebut.

4. Citra merek

Citra tentang merek timbul dari kesan yang diperoleh dari konsumen sumber maupun juga tentang produsen tertentu dalam pikiran konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung terdapat kekonsistenan citra tersebut. Menurut Schifman

(11)

dan Kanuk (2010), citra merek adalah persepsi yang bertahan lama, dibentuk melalui pengalaman, dan bersifat relative konsisten.

Menurut Kotler (2012) citra merek adalah penglihatan dan kepercayaan yang terpendam dibenak konsumen, sebagai cermin asosiasi yang tertahan di ingatan konsumen.

a. Faktor-faktor Pendukung terbentuknya Citra Merek

Menurut Keller (dalam Ferrinadewi, 2009), Faktor-faktor pendukung terbentuknya citra merek dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Keunggulan asosiasi merek

Keunggulan asosiasi merek (favor-ability of brand association). Hal ini dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang di berikan oleh suatu merek dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap yang positif terhadap merek tersebut.

2) Kekuatan asosiasi merek

Kekuatan asosiasi merek (strength of brand association). Hal ini bergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagai mana informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian citra merek. Ketika konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada

(12)

suatu produk atau jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan konsumen.

3) Keunikan asosiasi merek

Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association). Sebuah merek haruslah unik dan menarik sehingga produk tersebut memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru para pesaing. Keunikan suatu produk akan memberikan kesan yang cukup membekas terhadap ingatan pelanggan akan keunikan merek. Sebuah merek yang memiliki ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan pelanggan untuk mengetahui lebih jauh dimensi merek yang terkandung di dalamnya.

Bedasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang timbul dibenak konsumen karena bersifat unik dan memiliki komunikasi pemasaran yang intensif.

b. Dalam mengukur Citra Merek, Low dan Lamb (dalam Farida & Dini, 2009) menggunakan dimensi sebagai berikut :

1) Friendly / unfriendly :kemudian dikenali oleh konsumen. 2) Modern / outdated : memiliki model yang up to date / tidak

ketinggalan jaman.

3) Useful / not : dapat digunakan dengan baik / bermanfaat. 4) Popular / unpopular : akrab dibenak konsumen.

(13)

6) Artificial / natural : keaslian komponen pendukung atau bentuk.

5. Keputusan Pembelian

Terori AIDA Tjetjep Djatnika (2007) mendalikan bahwa pengembilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali denga tahap menaruh perhatian (attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ketahap ketertarikan (interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannyan kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasive dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akanmengambil keputusan membeli (action to buy) barang atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010) keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan yang ada, artinya bahwa syarat seseorang dapat membuat keputusan haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan.

Para pemasar harus melihat lebih jauh bermacam-macam faktor yang mempengaruhi para pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai cara konsumen melakukan keputusan

(14)

pembelian. Terdapat lima proses dalam melakukan keputusan ( Kotler : 2012), yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.1

Tahap-Tahap keputusan Pembelian (Kotler : 2012)

1) Pengenalan masalah

Merupakan tahap pertama dalam suatu pembelian, konsumen mulai mengenal adanya suatu masalah atau kebutuhan. Sejauh mana suatu produk dapat memenuhi harapan konsumen selama konsumen dapat pula mempengaruhi pengenalan kebutuhan dan juga kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Pada saat suatu produk dapat memenuhi kebutuhan keadaan yang diinginkan dan hal ini akan mencetuskan pengenalan kebutuhan, ketika pembeli ulang dilakukan oleh konsumen. 2) Pencarian informasi

Seseorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin juga akan mencari informasi tentang produk yang akan memenuhi kebutuhan dan menyelesaikannya masalah. Konsumen dapat memperoleh informasi dari banyak sumber seperti : sumber pribadi ( keluarga, teman), sumber komersil (periklanan, tenaga penjual), sumber publik (media elektronik, media cetak). Pengaruh relatif dari sumber informasi ini

Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku setelah Pembelian

(15)

beraneka ragam menurut kategori produk dan karakteristik pembelian.

3) Evaluasi alternatif

Konsumen sebelum melakukan tahap pembelian akan suatu produk juga melihat alternatif lainnya yang dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Konsumen akan memilih pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari.

4) Keputusan pembelian

Konsumen akan menentukan pilihan serta bentuk niat pembelian setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, konsumen biasanya akan membeli produk yang paling dapat memenuhi kebutuhannya. Konsumen juga dapat menunda atau menghindari keputusan pembelian jika resiko yang dihadapi besar bila membeli produk tersebut.

5) Perilaku pasca pembelian

Konsumen akan mengafaluasi produk yang dibelinya apakah memuaskan atau tidak, jika memuaskan dan sesuai dengan harapan konsumen maka ada kemungkinan ia akan kembali membeli produk tersebut.

Keputusan pembelian merupakan hal yang lazim dipertimbangkan konsumen dalam proses pemenuhan kebutuhan akan barang maupun jasa. Menurut Kotler (2012), dalam keputusan

(16)

pembelian, umumnya ada lima peranan yang dilakukan seseorang. Kelima peran tersebut meliputi:

 Pemrakarsa (initiator)

Orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.

 Pembawa pengaruh (influncer)

Orang yang memberi pandangan, nasihat, atau pendapat sehingga dapat membantu keputusan pembelian

 Pengambil keputusan (decider)

Orang yang menentukan keputusan pembelian, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimanan cara mebeli, atau dimana membelinya.

 Pembeli (buyer)

Orang yang melakukan pembelian secara katual

 Pemakai (user)

orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang dan jasa yang telah dibeli,

a. Faktor ‒ Faktor Keputusan Pembelian

Dalam Buchari (2007), dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor-faktor-faktor tersebut ialah:

(17)

1) Faktor sosial, yaitu berupa grup-grup yang turut mempengaruhi, dimana seseorang masuk sebagai anggota, misalnya kelompok keluarga, teman, tetangga, teman sekerja, klub olahraga, klub seni, dan lain-lain.

2) Faktor budaya, yaitu faktor budaya yang begitu banyak kelompoknya. Mulai dari kelompok Negara, sampai kelompok etnis/suku yang memiliki budaya dan kebiasaan adat sendiri. Di Negara kita ada suku Sunda Jawa, Minang, Batak, dsb. Masing-massing memiliki pola konsumsi dan barang kesenangan masing-masing.

3) Faktor personal, yaitu menyangkut masalah usia, pekerja, jabatan, keadaan ekonomi pribadi, gaya hidup, kepribadian. 4) Faktor psikologis, yaitu menyangkut motivasi seseorang untuk

membeli apakah mengikuti teori motivasi Maslow atau karena dorongan lainnya. Juga menyangkut masalah persepsi seseorang terhadap sesuatu.

b. Dalam mengukur Keputusan Pembelian, Menurut Hawkins et al (dalam Long-Yin Lin: Hsing-Yu Shih: Shen- Wei Lin, 2012), menggunakan dimensi sebagai berikut :

1) Product Selection : pemelihan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2) Brand Selection : preferensi konsumen tentang sebuah merek selama proses konsumsi.

(18)

3) Store Selection : pemilihan took-toko tertentu yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk.

6. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang kerangka pemikiran teoritis pada skripsi ini, terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaji tentang hubungan antara persepsi gaya hidup, kualitas produk, dan cintra merek terhadap keputusan pembelian, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Nama penelitian Variabel Uraian 1 Dienni Ruhjatini S,

Bambang Irwan, dan M Dimyati (2014) X1 : Gaya Hidup Y : keputusan Pembelian Bedasarakan hasil penelitian dapa disimpulkan bahwa variabel gaya hidup memiliki pengaruh positif terhadap variabel

Keputusan pembelian 2 Luffi Sidrotul Muntaha,

Handoyo Djoko W, Reni Shinta Dewi(2014)

X1 : Kualitas Produk X2 : Iklan X3 : Citra merek Y: Keputusan Pembelian

Kualitas Produk, dan cintra merekberpengaruh positif terhadapa

keputusan pembelian, Iklan tidak berpengaruh positif terhadap

keputusan pembelia, 3 Ujang Setiawan,

Patricia Dhiana, Adi Tri Haryono (2015) X1 : Citra Merek X2 : Harga X3: Kualita produk X4 : Gaya Hidup Y :Keputusan Pembelian Hasil penelitian menunjukan Citra merek, Harga, Kualitas produk, Gaya hidup berpengaruh Positif terhadap keputusan pembelian

4 Rinda Romdonah, Azis Fathoni SE MM, Andi Tri Haryono SE MM (2015) X1 : Inovasi Produk X2 : Harga X3 : Citra Merek Y : Keputusan Pembelian Hasil penelitian menunjukan Inovasi Produk, Harga, dan Citra Merek berpengaruh Positif terhadap Keputusan Pembelian

(19)

5 Ihda la Aleiyya, Handoyo Djoko

Waluyo, dan Widayanto (2014) X1: Inovasi Produk Baru X2 : Cira Merek X3 : Harga Y : keputusan Pembelian

Hasil Penelitian Inovasi Produk baru, Citra merek, dan harga Berpengaruh Positif terhadap keputusan pembelian

B. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian

Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. Terutama bagaiman dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image dimata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Gaya hidup berimbas pada perilaku konsumsi, dimana ketika sesorang mengkonsumsi atau mebeli sesuatu bukan sekedar karena ingin membeli fungsi dari produk tersebut, tetapi juga berkeinginan untuk membeli fungsi sosialnya (Afrida dkk,2009). Bedasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

H1 : Gaya Hidup berpengaruh positif terhadap keputusan

(20)

2. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2005) “Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/tersirat. kualitas suatu produk sudah menjadi kepentingan yang harus dipenuhi oleh perusahaan, jika tidak ingin konsumen yang telah dimilikinya beralih kepada produk-produk pesaing lain yang dianggap memiliki kualitas produk-produk yang lebih baik. Konsumen menginginkan produk yang dibelinya sesuai dengan keinginannya atau produk tersebut berkualitas.

Semakin tinggi kualitas suatu produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Hal ini dapat dibuktikan oleh penelitian sebelumnya yang meneliti hubungan antara kualitas produk dengan keputusan pembelian .hasil penelitian wahyudi (2005) menyatakan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian. Bedasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

H2 : kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

3. Pengaruh Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian

Produk yang memiliki citra merek yang baik cenderung akan lebih mudah diterima oleh konsumen. Citra terhadap produk berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu produk. Semakin baik citra suatu merek, semakin tinggi

(21)

keputusan konsumen untuk melakukan pembelian. Kaitan antara citra merek dengan keputusan pembelian sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu yoestini dan rahma (2007). Pada penelitian Yoestini dan Rahma (2007) citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Bedasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut :

H3 : Citra Merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

Dari kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis diatas, maka dapat digambarkan model penelitian pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Kerangka pemikiran

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2  Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

In measuring phase the sequences (i.e. patterns) of HO and LAU zones can be determined and stored in database on each road. There are operating solutions and IPRs based

Perbandingan Debt To Equity menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kinerja perusahaan yang diukur dengan Debt To Equity antara periode sebelum

Serat kayu dengan nilai Muhlstep yang tinggi berarti serat tersebut memiliki dinding yang tebal dan lumen yang sempit sehingga luas area kontak antar serat menjadi kecil [5]..

Sebelum melakukan suatu investasi dalam suatu sekuritas, para investor perlu mengetahui prospek dari sebuah perusahaan.Untuk menilai prospek dari sebuah perusahaan, cara yang

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Hasil tersebut menunjukan jika kredibilitas kepemimpinan yang terdiri dari aspek kepercayaan (X.1), kewibawaan (X.2), kejujuran (X.3) dan keahlian (X.4) secara

Aplikasi manajemen rantai pasok dengan fitur peramalan dengan metode simple moving average pada PT Sun Motor Solo yang dibuat telah mampu memberikan informasi

Usaha yang harus dilakukan manajemen untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dapat dilakukan dengan cara mengelola dan meningkatkan kekayaan intelektual yang