• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTAKERANGKAPENDANAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTAKERANGKAPENDANAAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTAKERANGKAPENDANAAN

Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan di daerah tidak akan terlepas dari kemampuan manajerial dari pemerintah daerah yang didukung sepenuhnya oleh kapasitas sumber daya aparatur, sistem kelembagaan dan tentunya yang tidak kalah penting adalah kemampuan keuangan daerah. Bahkan dalam konteks negara kita, kemandirian daerah yang diamanatkan oleh otonomi daerah seringkali diidentikkan dengan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah. Melihat krusialnya peran keuangan daerah dalam era otonomi daerah, pengelolaan terhadap keuangan daerah dan kebijakan-kebijakan yang melandasinya akan menjadi faktor strategis dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan.

Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap pengelolaan keuangan daerah, perlu dikaji terlebih dahulu kinerja keuangan daerah di masa lalu hingga saat ini, termasuk didalamnya kebijakan-kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang mendasarinya. Berangkat dari evaluasi terhadap kebijakan dan kinerja inilah kemudian disusun kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang akan mendasari penetapan kerangka pendanaan pembangunan daerah.

3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Sebagaimana diketahui bersama bahwa Pemerintah Daerah dalam hal pengelolaan keuangan telah diberikan kerangka, batasandan rambu-rambu yang jelas lewat berbagai peraturan perundang-undangan seperti : (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto Kepmendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 TentangPedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; dan (4) Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

(2)

Berdasarkan ketentuan tersebut, pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Agar kinerja pengelolaan keuangan daerah dapat terpetakan dengan baik, maka dibutuhkan gambaran tentang realisasi APBD serta kondisi neraca daerah sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun ke belakang.

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Kabupaten Lebak

Pembahasan kinerja APBD tentunya akan selalu merujuk pada struktur APBD yang meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah. Pendapatan Daerah termasuk didalamnya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, serta Lain-lain Pendapatan yang Sah. Sedangkan Belanja Daerah akan melingkupi Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL), sementara Pembiayaan Daerah akan terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan.

Dari ketiga kelompok pendapatan daerah dalam struktur APBD Kabupaten Lebak, Dana Perimbangan masih berperan besar dalam pembentukan struktur APBD. Tercatat selama lima tahun terakhir, kontribusi Dana Perimbangan terhadap APBD Kabupaten Lebak rata-rata tiap tahunnya mencapai 78,79%. Hal ini menunjukkan masih tingginya tingkat ketergantungan daerah terhadap pembiayaan dari Pemerintah Pusat. Mengingat otonomi daerah telah mengamanatkan kemandirian daerah, khususnya dalam hal pendanaan sehingga upaya terhadap peningkatan PAD masih menjadi pekerjaan rumah sekaligus agenda utama bagi pemerintah daerah.

(3)

Tabel 3.1

Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Lebak

Tahun 2004-2008

No Uraian (Rp.) 2004 2005 (Rp.) 2006 (Rp.) (Rp.) 2007 (Rp.) 2008 Rata-rata Pertum-buhan (%) 1 PENDAPATAN 337.204.818.886,29 398.813.049.137 595.141.121.259 688.321.895.179 804.357.955.226 25,00

1.1 Pendapatan asli daerah 18.990.272.409,29 21.910.210.611 36.756.673.922 48.937.969.974 51.095.272.123 30,17

a. Pajak daerah 2.883.921.947 4.881.952.050 5.146.506.642 5.965.022.206 7.418.832.719 28,74 b. Retribusi daerah 9.213.898.905 12.167.391.660 17.930.560.504 26.050.298.044 29.630.839.568 34,61 c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 342.405.265 487.065.879 1.290.076.394 1.119.391.930 1.921.883.509 66,39 d. Lain-lain Pendapatan

e. Asli Daerah Yang Sah

6.550.046.292,29 4.373.828.022 12.389.530.382 15.803.257.794 12.123.716.327 38,58

1.2 Dana perimbangan 300.997.527.477 324.601.839.526 523.759204.337 599.540.142.939 662.722.279.645 23,55

a. Dana bagi hasil Pajak/bagi hasil bukan pajak

19.206.182.895 24.488.272.072 35.299.204.373 40.725.142.939 42.438.918.645 22,81 b. Dana alokasi umum 264.401.000.000 288.401.000.000 458.050.000.000 507.639.000.000 554.305.361.000 21,98 c. Dana alokasi khusus 10.910.000.000 11.712.567.454 30.410.000.000 51.176.000.000 65.978.000.000 66,05

1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 17.217.019.000 32.181.000.000 34.625.242.964 39.843.782.266 90.540.403.458 59,20

a. Dana Penyeimbang

dari Pemerintah 0 0 0 0 0 0

b. Dana Darurat 0 0 0 0 0 0

c. Pendapatan Hibah 0 0 0 2.000.000.000 4.000.000.000 0

d. Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi 0 0 14.625.242.964 17.843.782.266 19.038.604.058 3,35

e. Dana Penyesuaian &

Otonomi Khusus 17.217.019.000 12.181.000.000 0 0 47.501.799.400 72,49

f. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

0 20.000.000.000 20.000.000.000 20.000.000.000 20.000.000.000 0

Sejak tahun 2006 hingga tahun 2010, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lebak mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 18,09%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata per tahun realisasi Dana Perimbangan yang hanya 9,67%. Melihat pertumbuhan PAD yang cukup menggembirakan ini tentunya menjadi angin segar tersendiri bagi pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Lebak. Hal ini sekaligus memberi bukti

(4)

bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Lebak dalam menggalang PAD mulai menunjukkan hasil (sebagaimana terlihat pada tabel 3.1).

Berpijak pada laju pertumbuhan realisasi PAD yang cukup menjanjikan, sudah selayaknya Pemerintah Daerah lebih mendorong tingkat kepastian dan rasio efektifitas dari perencanaan anggaran yang tercermin lewat disparitas antara target dan realisasi PAD dalam APBD. Terlepas dari kondisi krisis ekonomi yang melanda pada tahun 2008-2009, kinerja pencapaian PAD terlihat menurun dengan rasio efektifitas 95,09% di tahun 2007 dan 66,41% di tahun 2008. Fakta ini membuktikan bahwa tingkat kepastian perencanaan anggaran dalam APBD tahun tersebut tidak optimal dalam membaca kondisi ekonomi makro dan perkembangan kebijakan di tingkat pusat. Kelemahan ini nyatanya terus berlanjut dalam pelaksanaan APBD, dimana efektifitas pemungutan dan pengelolaan PAD juga menunjukkan kelemahan Pemerintah Daerah dalam upaya intensifikasi PAD. Oleh karena itu ke-dua hal tersebut sudah selayaknya menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kabupaten Lebak sehingga ke depan setiap target PAD yang direncanakan dapat terealisasi atau bahkan terlampaui.

Tabel 3.2

Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lebak

Tahun 2006-2010

Tahun Target Realisasi Efektifitas Rasio

Rp. Pertumbuhan (%) Rp. Pertumbuhan (%) 2004 17.188.251.071 18.990.272.409 110,48 2005 23.917.612.810 39,15 21.910.210.611 15,38 91,61 2006 33.479.668.750 39,98 36.756.673.922 67,76 109,79 2007 51.461.107.636 53,71 48.937.969.974 33,14 95,09 2008 76.942.599.000 49,52 51.095.272.123 4,41 66,41

Rata-rata per tahun 45,59 30,17 94,68

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Sebagai catatan tambahan, bahwa PAD Kabupaten Lebak 60,27% merupakan kontribusi dari Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD dr. Adjidarmo sehingga bila pemberlakuan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pada RSUD dr. Adjidarmo diterapkan pada tahun 2012 mendatang, perlu kiranya Pemerintah

(5)

pendapatan daerah lainnya yang prospektif sebagai upaya ekstensifikasi pendapatan.

Setelah melihat kinerja pendapatan daerah, maka langkah berikutnya dalam pengelolaan keuangan daerah adalah mengalokasikan setiap penerimaan ke dalam belanja dan pengeluaran daerah. Dari sisi belanja daerah, nampak bahwa sejak tahun 2004 hingga 2009 realisasi belanja Pemerintah Kabupaten Lebak mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 12,99%. Meskipun secara keseluruhan belanja daerah mengalami pertumbuhan dalam periode tersebut, fluktuasi tetap terjadi. Pada tahun 2006, laju pertumbuhan realisasi belanja mencapai angka 67,76% dan mulai menurun di tahun berikutnya dengan puncaknya terjadi di tahun 2008 dimana laju pertumbuhan realisasi belanja daerah “terjun bebas” hingga menyentuh angka 4,41% untuk kemudian terkoreksi pada tahun 2010 yang kembali tumbuh sebesar 5,92%. Kondisi ini lagi-lagi membenarkan adanya korelasi positif antara kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerah dengan dinamika ekonomi makro dan kebijakan di tingkat pusat.

Gambar 3.1

Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Bila mencermati gambar di atas, terdapat fenomena menarik yang terjadi pada Belanja Langsung (BL) Pemerintah Kabupaten Lebak dimana trend yang terbentuk cenderung terus menurun dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 0,95%. Sedangkan untuk Belanja Tidak Langsung (BTL) masih memiliki pertumbuhan yang jauh lebih baik dengan rata-rata per tahun 23,35%. Laju pertumbuhan ini ternyata banyak dipengaruhi oleh rasio efektifitas belanja daerah

2006 2007 2008 2009 2010 BTL 253.724.794.811 332.392.571.559 444.448.276.430 468.956.226.741 583.105.119.815 BL 311.045.003.932 430.515.880.989 420.565.946.716 375.365.833.394 311.197.231.063 Belanja 564.769.798.743 762.908.452.548 865.014.223.146 844.322.060.135 894.302.350.878 - 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000 600.000.000.000 700.000.000.000 800.000.000.000 900.000.000.000 1.000.000.000.000

(6)

makin menurun di tahun berikutnya dengan rasio 82,30% (lihat gambar III-2). Hal ini diakibatkan karena banyaknya dana BL yang tidak terserap, meski sebagian besar berupa retensi maupun sisa kontrak pengadaan barang dan jasa. Di masa mendatang kelemahan ini dapat ditutupi dengan perencanaan anggaran belanja yang lebih matang, rasional dan proporsional sehingga dapat mengurangi pengembalian pasal yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak.

Gambar 3.2

Target dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Lebak untuk kurun waktu tahun 2009–

2014 diproyeksikan dengan memperhitungkan tingkat inflasi dengan asumsi rata-rata per tahun sebesar 7-11%. Hasil proyeksi seperti yang tercantum dalam tabel 3.3 di bawah ini.

- 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000 600.000.000.000 700.000.000.000 2006 2007 2008 2009 2010 Target BTL 280.673.448.228 332.392.571.559 444.448.276.430 479.114.000.782 606.236.876.075 Realisasi BTL 253.724.794.811 314.650.955.442 417.945.073.392 468.956.226.741 583.105.119.815 Target BL 369.635.739.734 430.585.880.989 420.565.946.716 405.641.438.550 378.111.564.021 Realisasi BL 311.045.003.932 378.506.268.379 385.972.844.837 375.365.833.394 311.197.231.063

(7)

Tabel 3.3

Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014

No Uraian (Rp.) 2009 (Rp.) 2010 2011 (Rp.) 2012 (Rp.) 2013 (Rp.) 2014 (Rp.) 1 PENDAPATAN 814.408.786.431 944.333.015.629 1.162.706.526.956 1.167.542.918.956 1.209.510.636.723 1.258.760.534.255

1.1 Pendapatan asli daerah 71.557.966.631 68.180.133.214 89.906.414.000 91.250.336.250 103.869.807.818 121.156.788.600

a. Pajak daerah 7.531.500.000 7.856.350.000 10.169.500.000 11.186.750.000 12.081.690.000 20.189.859.000 b. Retribusi daerah 38.579.193.000 47.764.016.000 67.511.000.000 68.643.262.500 77.659.851.600 85.425.836.760 c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 2.290.085.671 2.789.879.254 3.473.225.000 4.378.850.750 4.013.658.810 4.415.024.691 d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

23.157.187.960 9.769.887.960 8.752.689.000 7.041.473.000 10.114.607.408 11.126.068.149

1.2 Dana perimbangan 685.229.878.000 793.203.114.205 852.694.232.226 898.972.860.976 925.697.158.588 955.137.891.823

a. Dana bagi hasil Pajak/bagi hasil

bukan pajak 40.962.688.000 46.422.181.605 44.134.123.506 44.136.093.506 47.240.950.555 38.040.950.555 b. Dana alokasi umum 576.191.190.000 655.633.732.600 737.431.808.720 783.708.467.470 805.194.059.033 841.636.927.798 c. Dana alokasi khusus 68.076.000.000 91.147.200.000 71.128.300.000 71.128.300.000 73.262.149.000 75.460.013.470

1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 57.620.941.800 82.949.768.210 220.105.880.730 177.319.721.730 179.943.670.317 182.465.853.832

a. Dana Penyeimbang

dari Pemerintah 0 0 0 0 0 0

b. Dana Darurat 0 0 0 0 0 0

c. Pendapatan Hibah 0 0 0 0 0 0

d. Bagi Hasil Pajak

dari Provinsi 19.059.125.800 19.004.343.210 28.993.971.730 28.993.971.730 30.443.670.317 31.965.853.832 e. Dana Penyesuaian

& Otonomi Khusus 19.569.529.000 45.645.425.000 164.361.909.000 115.325.750.000 116.500.000.000 117.500.000.000 f. Bantuan Keuangan

dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

15.000.000.000 18.300.000.000 26.750.000.000 33.000.000.000 33.000.000.000 33.000.000.000 g. Alokasi Kurang

Bayar DAK 2007 3.992.287.000

(8)

3.1.2. Neraca Daerah

Sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah yang didalamnya memuat informasi tentang kondisi keuangan daerah, berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan agar pengelolaan sumber daya ekonomi daerah dapat lebih terarah, efektif dan efisien.

Komponen pertama yang terkandung dalam setiap neraca daerah adalah aset daerah yang akan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah yang mempunyai manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah dan masyarakat, serta dapat diukur dalam bentuk uang. Dalam hal pengelolaan aset ini, Pemerintah Kabupaten Lebak masih mengalami kendala, meskipun rata-rata pertumbuhan per tahunnya mencapai 69,61%. Hal ini terlihat dari pertumbuhan aset daerah yang meningkat tajam pada kurun waktu 2006-2008 untuk kemudian kembali menurun di dua tahun berikutnya. Pertumbuhan tertinggi terlihat di tahun 2008 dengan besaran 230,21% seiring dengan dilakukannya revaluasi aset daerah, terutama aset tetap yang digalakkan inventarisasinya.

Pertumbuhan yang positif dicatat oleh aset lancar yang tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun 23,70%, bahkan tahun 2010 kemarin dapat mencapai 97,25%. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa aset Pemerintah Kabupaten Lebak berada dalam kondisi sehat dengan peningkatan yang luar biasa, dari nilai 753,917 Miliar rupiah lebih pada tahun 2006 menjadi 3,842 Triliun rupiah lebih di tahun 2010 atau meningkat lebih dari 4 kali lipat (kondisi aset daerah dapat dilihat pada gambar berikut).

(9)

Gambar 3.3

Perkembangan Nilai Aset Daerah Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Dari komponen kewajiban, dapat diketahui informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Dalam komponen ini akan terlihat secara rinci seluruh kewajiban Pemerintah daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Lebak dalam kurun waktu lima tahun terakhir terbilang cukup besar mengingat pada akhir tahun 2010 masih menyisakan kewajiban sebesar 63,468 Miliar rupiah lebih. Jumlah ini meningkat 75,59% dari tahun sebelumnya. Yang harus diperhatikan adalah besarnya porsi kewajiban jangka pendek yang rata-rata per tahun berkontribusi 66,39% terhadap total kewajiban pemerintah daerah sehingga akan membutuhkan prioritas pendanaan.

2006 2007 2008 2009 2010

Aset Lancar 63.722.119.411 56.883.906.028 52.657.341.155 60.938.081.739 120.201.837.600 Investasi Jangka Panjang 32.788.871.501 29.275.286.829 31.771.454.968 29.144.436.469 31.636.616.956 Aset Tetap 657.406.981.961 905.740.230.851 3.192.462.173.337 3.507.281.971.510 3.684.940.374.080 Aset Lainnya - 548.796.769 260.064.875 4.802.981.125 5.540.981.625 JUMLAH ASET 753.917.972.874 992.448.220.478 3.277.151.034.336 3.602.167.470.844 3.842.319.810.261 - 500.000.000.000 1.000.000.000.000 1.500.000.000.000 2.000.000.000.000 2.500.000.000.000 3.000.000.000.000 3.500.000.000.000 4.000.000.000.000 4.500.000.000.000

(10)

Gambar 3.4

Perkembangan Nilai Kewajiban Daerah Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Dari uraian aset dan kewajiban di atas, dapat diketahui kemampuan keuangan Pemerintah Daerah yang tercermin pada ekuitas dana.Pada dasarnya ekuitas dana merupakan selisih antara aset daerah dengan kewajiban daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan rincian komponen meliputi Dana Lancar, Dana Investasi, dan Dana Cadangan. Secara total pertumbuhan rata-rata tiap tahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir mencapai 69,07%, yang berarti ekuitas dana Pemerintah Kabupaten Lebak cukup tinggi. Namun yang perlu digaris bawahi, bahwa dua tahun terakhir ekuitas dana hanya tumbuh rata-rata 7,48% per tahun dimana kontribusi terbesar masih didominasi oleh dana investasi, yaitu sekitar 96,23% tiap tahunnya. Fakta ini menunjukkan bahwa dalam hal pendanaan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Lebak masih harus meningkatkan kemampuannya terutama pada komponen Dana Lancar.

- 10.000.000.000 20.000.000.000 30.000.000.000 40.000.000.000 50.000.000.000 60.000.000.000 70.000.000.000 2006 2007 2008 2009 2010 Kewajiban Jangka Pendek 61.888.658 37.969.175 5.363.831.297 9.693.960.107 52.534.854.455 Kewajiban Jangka Panjang 52.861.285 17.499.281 - 26.451.967.675 10.933.796.970 JUMLAH KEWAJIBAN 114.749.944 55.468.455 5.363.831.297 36.145.927.782 63.468.651.425

(11)

Gambar 3.5

Perkembangan Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

3.1.3. Kemampuan Keuangan Daerah

Setelah mengetahui kinerja APBD dan laporan keuangan pemerintah daerah (neraca daerah), maka kemampuan keuangan daerah dapat diketahui berdasarkan beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik seperti rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio aktifitas. Rasio likuiditas terdiri atas rasiolancar (current ratio), dan rasio cepat (quick ratio). Sedangkan rasio solvabilitas terdiri dari rasio total kewajiban terhadap total aset, dan rasio kewajiban terhadap modal. Sementara rasio aktifitas akan terdiri dari rata-rata umur piutang, dan rata-rata umur persediaan.

Rasio lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk menilai kesehatan organisasi, dari rasio ini akan diketahui apakah pemerintah daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajibannya. Dari definisi ini dapat terlihat bahwa Pemerintah Kabupaten Lebak terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, meskipun masih dalam kondisi mampu memenuhi semua kewajiban yang jatuh tempo dengan rata-rata rasio lancar per tahun mencapai 509,23%. Kondisi terakhir (tahun 2010) mengindikasikan bahwa aset lancar Pemerintah Kabupaten Lebak hanya tinggal 2,29 kali lipat dari kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo, itupun hanya 85,33% saja yang tersedia dalam bentuk cash.

- 500.000.000.000 1.000.000.000.000 1.500.000.000.000 2.000.000.000.000 2.500.000.000.000 3.000.000.000.000 3.500.000.000.000 4.000.000.000.000 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010

Ekuitas Dana Lancar 63.660.230.753 56.845.936.854 47.293.509.858 51.244.121.632 67.666.983.145 Ekuitas Dana Investasi 690.142.992.177 935.546.815.169 3.224.493.693.181 3.514.777.421.430 3.711.184.175.691

Ekuitas Dana Cadangan - - - - -

(12)

Seperti halnya rasio lancar, rasio cepat (quick ratio) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lebak dalam periode tahun 2006-2010 menunjukkan nilai rata-rata per tahun 435,36% dengan pertumbuhan rata-rata per tahun -42,10%. Sebuah pertanda agar pemerintah daerah lebih mengoptimalkan pengelolaan keuangan daerah sehingga pertumbuhan yang negatif dapat terkoreksi mengingat rasio cepat ini merupakan salah satu ukuran likuiditas terbaik yang akan menggambarkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya dalam waktu dekat.

Tabel 3.4

Rasio Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

1 Rasio Lancar (Current Ratio) 1029%-hari 1498%-hari 9,81%-hari 6,29%-hari 2,29%-hari 509,23%-hari 2 Rasio Cepat (Quick Ratio) 942%-hari 1217%-hari 8,55%-hari 5,47%-hari 2,06%-hari 435,36%-hari 3 Rasio Total Utang terhadap Total Aset 0,0001%-hari 0,00005%-hari 0,001%-hari 0,01%-hari 0,01%-hari 0,005%-hari 4 Rasio Utang terhadap Modal 0,0001%-hari 0,00005%-hari 0,001%-hari 0,01%-hari 0,01%-hari 0,005%-hari

5 Rata-rata Umur Piutang 1 hari 1,5 hari 9 hari 22 hari 12 hari 9 hari

6 Rata-rata Umur Persediaan 544 hari 299 hari 394 hari 455 hari 182 hari 375 hari Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Guna melihat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh kewajibannya, khususnya kewajiban jangka panjang, dapat dilihat dari rasio solvabilitas yang akan membandingkan total aset daerah dengan total utang daerah. Dari tabel di atas nampak bahwa rata-rata rasio solvabilitas yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Lebak per tahunnya masih berkisar di angka 0,005%, jauh di bawah nilai 1 (satu) sebagai ambang batas kemampuan daerah dalam menyelesaikan kewajibannya. Angka tersebut sesungguhnya juga menggambarkan bahwa kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Lebak dapat dikatakan sangat sehat karena nilai total asetdaerah masih bisa menutup seluruh kewajiban meskipun dalam kondisi terburuk sekalipun (aktiva lancar tidak mampu menutup utang daerah).

Bila dari rasio likuiditas dan solvabilitas, Pemerintah Kabupaten Lebak masih dalam kondisi sehat meski dengan laju pertumbuhan yang makin menurun. Tidak halnya dengan rasio aktifitas, mengingat dari nilai rata-rata umur piutang akan terlihat bahwa kinerja pemerintah daerah memang sedang menurun. Bila pada tahun 2006-2007, Pemerintah Kabupaten Lebak masih mampu melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas dalam waktu 1 hari, maka sejak tahun

(13)

2008 diperlukan setidaknya 9 hari, dan pada tahun 2010 kemarin makin menurun lagi menjadi 12 hari.

Sementara dari rata-rata umur persediaan ikut menguatkan alasan perlunya peningkatan kemampuan aparatur di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak dalam pengelolaan keuangan daerah. Terbukti dengan tidak adanya kepastian pada rasio dana dalam bentuk persediaan yang digunakan untuk pelayanan publik. Rata-rata umur persediaan Pemerintah Kabupaten Lebak secara akumulasi pada periode tahun 2006-2010 masih berada di angka 375 hari per tahun, yang artinya dana dalam bentuk persediaan cukup untuk memenuhi kebutuhan (khususnya untuk pelayanan publik) selama kurang lebih 375 hari atau lebih dari satu tahun anggaran sehingga dapat dikatakan masih dalam tingkat aman. Namun angka terakhir yang tercatat pada tahun 2010 kemarin cukup menjadi peringatan akan pentingnya upaya peningkatan kemampuan keuangan daerah karena dana dalam bentuk persediaan hanya mampu memenuhi kebutuhan selama 182 hari atau sekitar 6 bulan saja.

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah disusun dengan

mempertimbangkan kondisi perekonomian daerah, kapasitas fiskal daerah, serta tujuan pembangunan daerah yang dirumuskan oleh pemerintah daerah. Adapun kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Lebak akan meliputi komponen pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Dengan pengelolaan keuangan yang baik diharapkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta ketepatan dalam memanfaaatkan potensi pembiayaan daerah dapat tercapai guna mendukung arah kebijakan pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

Dalam hal pengelolaan pendapatan daerah, perlu diingat bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka kewenangan pengelolaan pajak bagi Kabupaten/Kota meliputi 11 jenis pajak sebagai berikut :

1. Pajak Hotel,

(14)

4. Pajak Reklame,

5. Pajak Penerangan Jalan,

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan,

7. Pajak Parkir,

8. Pajak Air Tanah,

9. Pajak Sarang Burung Walet,

10. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan,

11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Sedangkan untuk Retribusi Daerah, bila mengacu pada peraturan tersebut di atas, jenis retribusi yang telah dilaksanakan saat ini masih tetap berlaku, bahkan memungkinkan untuk diperluas sesuai dengan peraturan dan kewenangan pemerintah daerah. Pemerintah Kabupaten Lebak telah mengenakan retribusi terhadap 20 jenis Retribusi Jasa Umum, 13 jenis Retribusi Jasa Usaha, dan 5 jenis Retribusi Perijinan Tertentu.

3.2.1. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

Secara umum, kebijakanyang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Lebak untuk tahun 2009-2014 mengarah pada peningkatan penerimaan daerah melalui :

1. Peningkatan kemampuan dan SDM Pengelola Pendapatan Daerah;

2. Pemantapan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan

Daerah;

3. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasis

umber-sumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah, dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas dan transparansi;

4. Peningkatan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan

Pemerintah Pusat, dan SKPD Pengelola Pendapatan Daerah;

5. Peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya meningkatkan

kontribusi terhadap Pendapatan Daerah;

6. Peningkatan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan

sistemadministrasi dan efisiensi penggunaan anggaran daerah;

7. Peningkatan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya

(15)

8. Peningkatan pengelolaan aset dan keuangan daerah.

9. Penerapan kebijakan pendapatan daerah yang membuka peluang untuk

pengembangan sumber penerimaan lain, terutama dari potensi investasi daerah serta pelibatan sektor swasta dalam pembangunan daerah melalui skema kerjasama “Public-Private Partnership” maupun Corporate Social Responsibility (CSR) seperti misalnya deregulasi peraturan daerah untuk dapat meningkatkan minat berinvestasidi Kabupaten Lebak.

Untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran, belanja daerah tahun 2009-2014 dirumuskan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya.

Kebijakan belanja daerah tahun 2009-2014 diarahkan untuk mendukung pencapaian target MDG’s dengan fokus pada bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur. Namun mengingat pendanaan yang relatif terbatas, maka akan ditempuh upaya pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efektif dan efisien melalui :

1. Peningkatan program-program yang berorientasi pada masyarakat dan

berupaya melaksanakan realisasi belanja daerah tepat waktu dengan mendorong proses penetapan Perda APBD secara tepat waktu pula.

2. Penerapan pola penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan

pembangunan berkelanjutan yang disertai sistem pelaporan yang akuntabel dan transparan.

3. Pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20% dari total belanja daerah

tahun 2012 dalam rangka pencapaian target indeks pendidikan.

4. Peningkatan alokasi anggaran untuk kesehatan guna meningkatkan kualitas

dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan.

5. Pengalokasian kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu :

a. Pemenuhan belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta

penghasilan lainnya bagi Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(16)

b. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor (biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, dan service mobil);

c. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi, konsultasi, sosialisasi, pengendalian dan evaluasi, serta perencanaan;

d. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung

program-program pembangunan yang menjadi prioritas dan unggulan SKPD, program/kegiatan yang telah menjadi komitmen Pemerintah Kabupaten Lebak (committed budget);

e. Pemenuhan kewajiban-kewajiban Pemerintah Daerah seperti pembayaran

hutang dan belanja bunga pada Bank Jabar-Banten berdasarkan perjanjian pinjaman daerah.

6. Peningkatan alokasi anggaran di bidang ekonomi yang makin diorientasikan

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan aktifitas ekonomi lokal dan penguatan struktur ekonomi perdesaan.

7. Peningkatan alokasi anggaran di bidang lingkungan hidup guna menjaga daya

dukung lingkungan, diarahkan pada kegiatan-kegiatan pengendalian pencemaran lingkungan, mempertahankan fungsi kawasan lindung, mitigasi bencana, pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi sumber daya alam.

8. Penggunaan anggaran belanja yang terukur dan berbasis pada prioritas

pembangunan daerah guna mendukung pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Lebak.

9. Pelaksanaan proper budgeting untuk efisiensi belanja melalui cost benefit

analysis sehingga tingkat efektifitas setiap program dan kegiatan yang mendukung prioritas pembangunan daerah dapat terpetakan.

10. Peningkatan efektivitas belanja bantuan sosial kepada organisasi masyarakat dan kelompok masyarakat, belanja hibah yang diperuntukkan bagi lembaga/organisasi dan kelompok masyarakat, serta belanja bantuan keuangan kepada partai politik yang diarahkan dalam rangka mendukung Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lebak.

11. Peningkatan alokasi belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa yang

(17)

12. Pengalokasian belanja tidak terduga sebagai bentuk antisipasi terhadap kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diprediksi seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial.

Untuk kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaan akan diarahkan untuk meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari sisa lebih perhitungananggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Bila selama ini Pemerintah Kabupaten Lebak terlalu mengandalkan penerimaan pembiayaan dari SiLPA, maka ke depan akan diupayakan untuk mengoptimalkan penggalian sumber penerimaan dari pos lain seperti hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah.

Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, akan mencakup pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjamandaerah. Untuk itu kebijakan pengeluaran pembiayaannya meliputi :

1. Pengeluaran pembiayaan diprioritaskan untuk pembayaran hutang pokok yang

jatuh tempo, dan penyertaan modal BUMD;

2. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman dilakukan manakala terjadi surplus

anggaran;

3. Penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja

BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan, termasuk di dalamnya kajian terhadap kelayakan BUMD.

3.2.2. Proporsi Penggunaan Anggaran

Merujuk pada realisasi belanja daerah Kabupaten Lebak selama tiga tahun terakhir, dapat diketahui bahwa belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terus mengalami kenaikan dengan rata-rata proporsi terhadap total pengeluaran

(18)

meningkat sehingga pada tahun 2010 telah terealisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur sebesar 67,23% dari total pengeluaran, jauh lebih besar dibanding pengeluaran pemerintah daerah untuk belanja publik yang seharusnya akan lebih berdampak terhadap pengembangan ekonomi di masyarakat. Oleh karena itu efisiensi terhadap belanja pemenuhan kebutuhan aparatur bisa menjadi salah satu alternatif dalam pengelolaan keuangan daerah di masa mendatang sehingga kerangka pendanaan dapat lebih di arahkan pada kegiatan pembangunan daerah yang langsung menyentuh kepada kebutuhan masyarakat.

Tabel 3.5

Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Lebak

Tahun 2006-2010

No. Uraian Kebutuhan Aparatur Belanja Pemenuhan Total Pengeluaran (Belanja + Pengeluaran Pembiayaan) Proprsi 1 Tahun Anggaran 2006 295.203.117.136 636.124.065.471 46,41 2 Tahun Anggaran 2007 381.124.068.968 699.554.476.945 51,95 3 Tahun Anggaran 2008 471.977.743.799 806.845.853.353 55,17 4 Tahun Anggaran 2009 507.332.185.679 846.189.983.772 59,95 5 Tahun Anggaran 2010 605.333.890.903 900.349.477.878 67,23

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

3.2.3. Analisis Pembiayaan

Periode tahun 2006-2010 mencatat bahwa kondisi pembiayaan daerah Pemerintah Kabupaten Lebak selalu mengalami defisit, kecuali pada tahun anggaran 2010 kemarin yang menghasilkan surplus 55,184 Miliar rupiah lebih. Secara keseluruhan, pembiayaan daerah terus membaik pada kurun waktu tahun 2006 hingga 2008 yang ditunjukkan oleh berkurangnya defisit riil pembiayaan, dari semula berada di angka 40,982 Miliar rupiah lebih kemudian terus terkoreksi sehingga defisit riil tinggal 2,487 Miliar rupiah lebih di tahun 2008. Sedangkan defisit riil tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan besaran mencapai 48,027 Miliar rupiah lebih sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

(19)

Tabel 3.6

Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010 No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 1 Realisasi Pendapatan Daerah 595.141.121.259 688.321.895.179 804.357.955.226 798.162.336.611 955.533.632.627 Dikurangi realisasi : 2 Belanja Daerah 564.769.798.743 693.157.223.821 803.917.918.229 844.322.060.135 894.302.350.878 3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 71.354.266.728 6.397.253.124 2.927.935.124 1.867.923.637 6.047.127.000 Defisit Riil (40.982.944.212) (11.232.581.766) (2.487.898.127) (48.027.647.161) 55.184.154.749

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Guna menutup defisit riil anggaran tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Lebak masih sangat mengandalkan penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) yang bila merujuk pada ketentuan pasal 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, berasal dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Tercatat bahwa hanya di tahun 2009 saja penerimaan pembiayaan dari SiLPA tidak mampu menutup defisit riil anggaran dan hanya berkontribusi sebesar 86,57%. Beruntung pada saat itu Pemerintah Kabupaten Lebak mendapat penerimaan lain dari Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 28 Miliar rupiah sehingga defisit anggaran dapat teratasi.

Tabel 3.7

Proporsi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

No Uraian Proporsi dari Total Defisit Riil

2006 2007 2008 2009 2010*)

1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun sebelumnya 100 461,07 1672,20 86,57 84,92

2 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 0

3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0 0 0 58,30 0 4 Penerimaan Pinjaman Daerah 0 9,31 25,09 0,42 0,54 5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 0 0 0 0 0 6 Penerimaan Piutang Daerah 0 0 16,08 0,38 0,29

(20)

Dari ke tujuh rincian SiLPA yang ada, terdapat 3 (tiga) komponen yang berkontribusi besar terhadap penerimaan SiLPA selama tahun 2006-2010, yakni dari :

1. Pelampauan Penerimaan Dana Perimbangan, komponen ini memiliki kontribusi

rata-rata per tahun sebesar 12,23% terhadap nilai SiLPA.Pengecualian terjadi pada tahun 2009 karena realisasi dana perimbangan hanya sebesar 99,61%, atau dengan kata lain tidak terjadi pelampauan penerimaan. Bila dicermati lebih lanjut, pelampauan penerimaan Dana Perimbangan berasal dari jenis Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak yang realisasinya selalu berfluktuasi tiap tahunnya mengingat besarannya sangat bergantung pada kontribusi pajak/bukan pajak yang dikelola oleh negara.

2. Penghematan belanja,yang dimaksud dengan efisiensi di sini adalah sisa

anggaran yang tidak terserap, baik karena proses pengadaan barang dan jasa atau akibat lainnya. Besaran efisiensi belanja terhadap SiLPA sendiri ternyata juga berfluktuasi dengan kontribusi terbesar tercatat di tahun 2008 yang menyentuh 89,89% dari total SiLPA. Sedangkan kontribusi terendah terjadi setahun berikutnya dengan kisaran 34,49% dari total SiLPA. Dengan rata-rata kontribusi per tahun sebesar 58% terhadap total SiLPA, menunjukkan bahwa masih ada kelemahan yang harus segera di atasi oleh Pemerintah Kabupaten Lebak terkait dengan perencanaan alokasi anggaran belanja daerah. Ke depan akurasi dan rasionalisasi belanja harus senantiasa ditingkatkan, meskipun efisiensi dari proses pengadaan barang dan jasa akan tetap terjadi.

3.3. Kerangka Pendanaan

Pada bagian ini akan dijelaskan terkait dengan kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Kapasitas riil keuangan daerah merupakan total penerimaan daerah setelah dikurangi dengan berbagai belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Pendanaan terhadap belanja dan pengeluaran pembiayaan tersebut tetap harus memperhatikan kebijakan pengalokasian sumber-sumber penerimaan sebagaimana diatur dalam pedoman pengelolaan keuangan daerah, antara lain :

(21)

1. Penerimaan retribusi pajak diupayakan alokasi belanjanya pada program atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan peningkatan layanan dimana retribusi pajak tersebut dipungut.

2. Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan aset daerah yang dipisahkan

dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan kapasitas dimana dana penyertaan dialokasikan sehingga menghasilkan tingkat pengembalian investasi terbaik bagi kas daerah.

3. Penerimaan dana alokasi umum diprioritaskan bagi belanja umum pegawai dan

operasional rutin pemerintahan daerah.

4. Penerimaan dari dana alokasi khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan

dimana dana tersebut dialokasikan.

5. Penerimaan dana bagi hasil agar dialokasikan secara memadai untuk perbaikan

layanan atau perbaikan lingkungan sesuai jenis dana bagi hasil didapat.

Bila seluruh penerimaan dan belanja daerah telah dijabarkan pada sub-bab kinerja keuangan daerah, maka untuk mengetahui kapasitas riil keuangan daerah akan diperlihatkan pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama bagi pemerintah daerah. Dalam konteks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak Tahun 2009-2014, yang termasuk dalam pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama adalah sebagai berikut :

(22)

Tabel 3.8

Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pemerintah Kabupaten Lebak

Tahun 2006-2010

No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

A Belanja Tidak Langsung

1 Belanja Pegawai 242.724.794.811 280.463.320.132 368.452.981.160 437.114.000.782 558.041.650.685 2 Belanja Bunga 653.419.214 8.852.534 4.934.000 331.600.667 3.960.000.000

3. Belanja Subsidi 0 0 0 0 0

4. Belanja Hibah 0 3.580.000.000 20.419.655.998 16.945.000.000 17.575.000.000 5. Belanja Bantuan Sosial 0 20.356.175.000 16.010.350.000 10.720.500.000 11.294.510.000 6.

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi / Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 10.397.531.542 8.973.801.776 12.000.000.000 13.500.000.000 13.515.000.000 7. Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa 0 0 0 1.107.561.000 8. Belanja Tidak Terduga 56.680.000 1.268.806.000 1.057.152.234 557.466.561 743.154.390 B Belanja Langsung 1. Belanja Pegawai 12.650.890.972 40.535.458.142 38.629.441.041 37.519.602.651 28.934.073.774 2. Belanja Barang dan Jasa 71.047.634.931 84.630.692.947 100.793.692.786 113.176.953.905 120.295.702.812 3. Belanja Modal 227.346.478.029 253.340.117.290 246.549.711.010 254.944.881.994 228.881.787.435

C Pengeluaran

Pembiayaan

1. Pembentukan Dana Cadangan 0 0 0 0 0

2. Pembayaran Pokok Utang 45.824.316 33.036.124 33.036.124 33.040.000 3.000.000.000 JUMLAH 564.923.253.815 693.190.259.945 803.950.954.353 884.788.479.332 987.348.440.096

(23)

Tabel 3.9

Proyeksi Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pemerintah Kabupaten Lebak

Tahun 20011-2014

No. Uraian 2011 2012 2013 2014

A Belanja Tidak Langsung 671.217.745.914 718.800.835.325 809.904.265.353 894.892.484.542

1 Belanja Pegawai 610.643.909.114 668.624.654.823 759.979.265.353 843.576.984.542

2 Belanja Bunga 1.351.504.705 250.000.000 0 0

3. Belanja Subsidi 0 0 0 0

4. Belanja Hibah 23.400.569.000 20.269.469.000 18.540.000.000 19.096.200.000 5. Belanja Bantuan Sosial 14.505.700.000 11.676.320.000 12.360.000.000 12.730.800.000 6. Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi / Kabupaten/Kota

dan Pemerintah Desa 13.500.000.000 15.000.000.000 15.450.000.000 15.913.500.000 7.

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/

Kota dan Pemerintah Desa 1.061.058.000 1.075.000.000 1.075.000.000 1.075.000.000 8. Belanja Tidak Terduga 6.755.005.095 1.905.391.502 2.500.000.000 2.500.000.000

B Belanja Langsung 573.727.024.695 437.408.750.297 397.031.371.369 361.215.799.714

C Pengeluaran Pembiayaan 1. Pembentukan Dana

Cadangan

2. Pembayaran Pokok Utang

JUMLAH 1.244.944.770.609 1.156.209.585.622 1.206.935.636.722 1.256.108.284.256

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 20011-2014

Setelah pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta menjadi prioritas utama ditentukan, maka kerangka pendanaan untuk mendanai pembangunan daerah hingga tahun 2014 mendatang dapat disusun dengan memperhatikan kapasitas riil keuangan daerah sebagai berikut :

Tabel 3.10

Kapasitas Riil Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010 No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 1 Pendapatan Daerah 595.141.121.259 688.321.895.179 804.357.955.226 798.162.336.611 955.533.632.627 2 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 0 3 SiLPA 40.982.944.212 51.789.844.912 41.602.731.146 41.579.692.901 46.865.424.467 Total Penerimaan 636.124.065.471 740.111.740.091 845.960.686.372 839.742.029.512 1.002.399.057.094 Dikurangi: 4 Belanja dan Pengeluaran yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama 564.769.798.743 693.157.223.821 803.917.918.229 844.322.060.135 894.302.350.878 Kapasitas

(24)

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006-2010

Dari tabel di atas dapat diproyeksikan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Lebak untuk 4 tahun ke depan adalah sebagai berikut :

1. Proyeksi tahun 2011 sebesar Rp. 320.528.175.532,00 atau sebesar 31,14%

dari total penerimaan.

2. Proyeksi Tahun 2012 sebesar Rp. 324.171.175.532,00 atau sebesar 31,39%

dari total penerimaan.

3. Proyeksi Tahun 2013 sebesar Rp. 327.814.175.532,00 atau sebesar 31,35%

dari total penerimaan.

4. Proyeksi tahun 2014 sebesar Rp. 330.663.175.532,00 atau sebesar 31,21%

dari total penerimaan.

Jumlah kapasitas riil kemampuan keuangan yang ada tersebut merupakan modal pemerintah daerah dalam membiayai :

a. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I, yakni berkaitan dengan tema atau

program pembangunan unggulan Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam RPJMD sekaligus amanat kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana. Selain itu program prioritas I berhubungan langsung dengan kepentingan publik,bersifat monumental, berskala besar dan memiliki kepentingan dan nilai manfaat yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi dan misi daerah. Prioritas I juga diperuntukkan bagialokasi belanja wajib dan mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, yakni berkaitan dengan program

prioritas ditingkat SKPD yang merupakan penjabaran dari analisis per urusan serta berdampak luas pada segmentasi masyarakat yang dilayani sesuaidengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi terkait dengan layanan dasarserta tugas pokok dan fungsi SKPD, termasuk didalamnya peningkatan kapasitas kelembagaan.

c. Rencana alokasi pengeluaran prioritas III, yakni berkaitan dengan alokasi

belanja tidak langsung seperti tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa serta belanja tidak terduga. Pengalokasian dana

(25)

pada prioritas III baru akan dipenuhi setelah prioritas I dan II terpenuhi lebih dahulu.

Melihat proyeksi kapasitas riil keuangan daerah yang terus mengecil pada tahun 2013 mendatang, sedangkan proyeksi jumlah penerimaan terus meningkat, maka terdapat sejumlah pertimbangan alokasi belanja ke depan, yaitu sebagai berikut :

1. Perlu pengetatan dalam memilah program dan kegiatan sesuai urutan

prioritasnya.

2. Perlunya peningkatan peranserta sektor swasta dalam pendanaan

pembangunan,baik melalui skenario kemitraan pemerintah dan sektor swasta (public privatepartnership) maupun potensi corporate social responsibility (CSR) dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dari pelaku usaha daerah, yang tersebar diberbagai lapangan usaha.

3. Restrukturisasi organisasi pemerintah daerah yang semakin relevan dengan

posisi dan kedudukan pemerintah kabupaten yang lebih difokuskan pada penyelenggaraaan urusan pemerintahan pada skala regional dan lintas kabupaten/kota. Dengan restrukturisasi ini, akan diperlukan besaran organisasi yang lebih efisien serta penugasan yang makin ahli dengan penguatan jabatan fungsional di berbagai lini.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang terdiri dari beban kerja dan stres kerja memberikan kontribusi terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Tanaman

tematik integratif alternatif berbasis sub- subtema dalam meningkatkan kebermaknaan dan hasil belajar siswa sejalan dengan pandangan Mawardi (2014: 107) yang menyatakan

Masjid Nabawi yang dibangun sebagai pusat ibadah dan aktivitas kaum muslimin, telah mampu menghapus seluruh sikap sosial yang lemah pada masyarakat Arab (fanatisme

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum dan

Masuknya air laut kedalam estuari sangat mempengaruhi keadaan komponen bathimetri, arus, temperatur, salinitas, dan kadar sedimen melayang estuari Sungai Belawan sejauh 18 km

Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi peringkas dokumen otomatis sebagai feature reduction tersebut dapat meningkatkan kinerja clustering dokumen sampai

Daging broiler yang berkadar lemak tinggi tentunya akan menurunkan nilai jual daging tersebut, karena konsumen dewasa ini cenderung untuk mengkonsumsi produk ayam berlemak

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang