• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan fisik terhadap kucing dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengambilan sonogram organ hati dan kantung empedu dengan peralatan USG. Hal ini dilakukan agar kucing yang digunakan pada penelitian ini merupakan kucing yang sehat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, keseluruhan kucing memiliki warna mukosa merah muda, serta suhu tubuh dan frekuensi nadi yang berada pada kisaran normal (Tabel 1). Beberapa kucing memiliki frekuensi napas yang sedikit lebih tinggi di bandingkan yang lain. Kenaikan frekuensi napas tersebut kemungkinan diakibatkan oleh faktor stress. Menurut Widodo et al. (2011), frekuensi bernapas dapat meningkat bila hewan terkejut, takut/stres, setelah banyak bergerak, atau kepanasan.

Tabel 1 Hasil pemeriksaan fisik kucing

Parameter Kucing Widodo et al. (2011) 1 2 3 4 5 rataan Suhu tubuh (˚C) 37.0 38.4 38.4 38.2 38.5 38.1 38.0-39.3

Frekuensi nadi (kali/menit) 114 96 92 100 99 100.2 110-130 Frekuensi nafas (kali/menit) 36 36 40 44 60 43.2 26-48

Warna mukosa Merah

muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Pemeriksaan Laboratoris

Pemeriksaan darah merupakan salah satu pemeriksaan laboratoris yang penting untuk mengetahui status kesehatan setiap individu. Sehingga selain pemeriksaan fisik diperlukan juga pemeriksaan darah untuk menunjang diagnosis bahwa kucing yang digunakan dalam penelitian ini termasuk kucing yang sehat. Pemeriksaan darah yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap yang meliputi pemeriksaan hemoglobin, eritrosit, trombosit, hematokrit, leukosit, dan deferensiasi sel darah putih. Selain itu, untuk mengetahui keadaan fungsi organ hati dilakukan juga pemeriksaan kimia darah yang terdiri dari pemeriksaan Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT).

Berdasarkan pengamatan hasil pemeriksaan darah, hampir semua parameter menunjukkan hasil yang baik (Tabel 2). Pada pemeriksaan sel darah merah, sel darah putih, dan diferensiasi sel darah putih menunjukkan hasil yang masih berada pada kisaran normal. Pada pemeriksaan kimia darah yang terdiri dari pemeriksaan SGOT (AST) dan SGPT (ALT) juga menunjukkan hasil yang baik.

(2)

10

Tabel 2 Hasil pemeriksaan darah lengkap kucing

Parameter Kucing (1993) Jain Thrall al. et

(2005) 1 2 3 4 5 rataan Hemoglobin (g/dL) 11.6 12.4 16.1 12.6 13.3 13.2 8.0-15.0 Eritrosit (juta/µL) 3.9 4.1 5.3 4.1 4.8 4.44 5.0-10.0 Hematokrit (%) 34 37 48 37 39 39 24-45 Trombosit (ribu/µL) 124 117 337 208 251 207.4 200-377 Leukosit (ribu/µL) 9.6 9.4 7.9 9.2 10.0 9.22 5.5-19.0 Hitung Jenis Eosinofil (%) 0 2 0 2 2 1.2 2-12 Batang (%) 0 0 0 0 0 0 0-3 Segmen (%) 30 59 18 40 70 43.4 35-75 Limfosit (%) 69 36 82 58 28 54.6 20-55 Monosit (%) 1 3 0 0 0 0.8 1-4 Basofil (%) 0 0 0 0 0 0 0 SGOT (IU/L) 36 34 27 18 40 29.5 14-38 SGPT (IU/L) 57 57 74 16 70 48.8 30-100

Keterangan: g = gram; dL = desiliter; µL = mikroliter; SGOT = Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase; SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase; IU = International

Unit; L = Liter.

Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) atau disebut juga Aspartate Aminotransferase (AST) merupakan enzim yang tidak hanya terdapat di hati, melainkan juga terdapat di otot jantung, otak, ginjal, otot-otot rangka dan jaringan lain. SGOT tidak terlalu spesifik untuk pemeriksaan kerusakan pada hati, tetapi kadarnya akan meningkat jika jaringan hati mengalami kerusakan. Kadar SGOT dianggap abnormal jika nilai yang didapat 2-3 kali lebih besar dari nilai normalnya. Menurut Thrall et al. (2005) kadar SGOT normal pada kucing sehat adalah antara 14-38 IU/L. Berdasarkan hasil pemeriksaan, semua kucing mempunyai kadar SGOT yang normal karena masih dalam kisaran tersebut.

Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), sering juga disebut dengan istilah Alanin Aminotansferase (ALT). SGPT dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati dibandingkan SGOT. Hal ini dikarenakan enzim ini hanya terdapat pada organ hati. Kadar SGPT menjadi tinggi pada kerusakan hati kronis dan hepatitis. Sama halnya dengan SGOT, nilai SGPT dianggap abnormal jika nilai hasil pemeriksaan 2-3 kali lebih besar dari nilai normal. Menurut Thrall et al. (2005) kadar SGPT normal pada kucing sehat adalah antara 30-100 IU/L. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kucing yang digunakan dalam penelitian mempunyai kadar SGPT yang normal karena masih berada dalam kisaran tersebut (Tabel 2). Berdasarkan keterangan di atas, dapat dikatakan fungsi organ hati dari semua kucing adalah baik. Pemeriksaan sonogram organ hati dan kantung empedu dapat dilakukan dengan menggunakan USG, setelah diketahui kucing dalam kondisi sehat, baik sehat secara klinis maupun laboratoris.

Sonogram Organ Hati dan Empedu

Hati dan kantung empedu merupakan organ yang terletak di dalam rongga abdomen, sehingga untuk mendapatkan gambaran menyeluruh digunakan teknik

(3)

11 pengambilan gambar daerah abdomen. Menurut Noviana et al. (2012), gambaran spesifik hati didapatkan dengan meletakkan transduser di bagian kaudal tulang xiphoid pada daerah ventral-medial. Arah penggunaan transduser yang digunakan yakni sagital dan transversal. Masing-masing dilakukan pada tiga tempat yaitu bagian tengah, kanan, dan kiri. Hati anjing dan kucing dewasa terdiri dari lobus lateral sinistra, lateral dekstra, medial, kuadratus, dan kaudatus (Kealy 2000). Batas-batas lobus hati tersebut sulit dilihat dengan peralatan USG, sehingga pembagian hati pada penelitian ini adalah berdasarkan posisi penempatan transduser, yaitu di sisi kiri linea alba, kanan linea alba dan tepat di tengah linea alba.

Penempatan transduser pada bagian tengah tepat di belakang tulang xiphoid bertujuan untuk melihat organ hati bagian medial serta kantung empedu. Penempatan transduser di bagian kanan bertujuan melihat organ hati bagian kanan dan kantung empedu, sedangkan penempatan transduser pada bagian kiri bertujuan untuk melihat organ hati bagian kiri. Penempatan transduser ke arah kiri tidak terlihat sonogram dari kantung empedu, karena anatomi kantung empedu berada pada lobus kanan dan medial dari hati.

Berdasarkan hasil ultrasonografi, gambaran parenkim hati terlihat bergranul kasar yang homogen dan memiliki echogenitas yang sedang atau hypoechoic (Gambar 4). Menurut Bates (2004), hati dikelilingi oleh kapsul tipis yang sulit untuk dilihat dengan USG. Bagian kranial hati berbatasan dengan diafragma. Diafragma terlihat seperti garis melengkung hyperechoic. Sonogram organ hati dengan arah transduser yang diposisikan secara transversal menghasilkan diafragma yang melengkung landai. Berbeda dengan sonogram hati jika transduser diposisikan secara sagital, diafragma yang tampak akan terlihat melengkung dengan kemiringan yang lebih curam (Gambar 6).

Gambar 4 Sonogram organ hati dengan arah transduser transversal. (A) Sonogram bagian kanan hati; (B) Sonogram bagian medial hati; VP, vena porta; VH, vena hepatika; GB, gallbladder (kantung empedu). Bar = 1 cm.

(4)

12

Sonogram organ hati dengan arah transduser transversal baik pada bagian tengah maupun bagian kanan masing-masing bertujuan untuk melihat organ hati bagian medial dan bagian kanan, serta kantung empedu. Keduanya memberikan gambaran sonogram yang hampir sama, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Pada sonogram ini terlihat adanya parenkim hati yang memiliki echogenitas yang sedang dengan vaskularisasi pembuluh darah vena porta dan vena hepatika. Vena porta terlihat anechoic pada bagian lumen dengan garis hyperechoic di bagian luar, sedangkan vena hepatika terlihat anechoic pada bagian lumen tanpa ada garis hyperechoic di bagian luar.

Pada Gambar 5 sonogram dengan arah transduser transversal yang diposisikan pada bagian kiri menunjukkan gambaran parenkim hati, vaskularisasi pembuluh darah, dan diafragma yang mirip dengan transduser saat diposisikan transversal pada bagian kanan dan bagian tengah. Perbedaannya yaitu pada sonogram ini terlihat adanya lambung yang berbatasan dengan organ hati. Lambung terlihat lebih hyperechoic jika dibandingkan dengan parenkim hati di sekitarnya. Hal ini dikarenakan kucing dalam kondisi puasa sehingga lambung berisi udara. Gas di saluran pencernaan lambung biasanya mengganggu transmisi gelombang ultrasound ke jaringan, karena gelombang suara akan dipantulkan kembali. Akibatnya sonogram lambung akan terlihat hyperechoic atau memperlihatkan echogenitas yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekelilingnya. Sonogram organ hati dengan arah transduser sagital akan membagi organ hati menjadi dua bagian yang tidak sama besar. Diafragma yang tampak akan terlihat melengkung dengan kemiringan yang curam. Transduser yang diletakkan sagital di bagian kanan bertujuan untuk melihat organ hati bagian kanan dalam gambaran secara sagital (Gambar 6A). Pada sonogram ini akan terlihat adanya kantung empedu serta vaskularisasi pembuluh darah vena porta dan vena hepatika pada parenkim hati. Seperti pada bagian kanan, transduser yang diletakkan sagital Gambar 5 Sonogram organ hati bagian kiri dengan arah transduser transversal;

(5)

13 di bagian tengah bertujuan untuk melihat organ hati bagian medial dalam gambaran secara sagital (Gambar 6B). Dari sonogram ini terlihat parenkim hati dengan echogenitas yang sedang dan vaskularisasi pembuluh darah vena porta dan vena hepatika. Diafragma yang tampak akan terlihat melengkung curam, dimana bagian kanan lebih tinggi dibandingkan bagian kiri.

Gambar 6 Sonogram organ hati dengan arah transduser sagital. (A) Sonogram bagian kanan hati; (B) Sonogram bagian medial hati; VP, vena porta; VH, vena hepatika; GB, gallbladder (kantung empedu). Bar = 1 cm.

Gambar 7 Sonogram organ hati bagian kiri hati dengan arah transduser sagital; VP, vena porta; VH, vena hepatika. Bar = 1 cm.

(6)

14

Sonogram organ hati dengan arah transduser sagital yang diletakkan pada bagian kiri bertujuan untuk melihat organ hati bagian kiri (Gambar 7). Pada sonogram ini juga terlihat adanya parenkim hati dengan echogenitas yang sedang beserta vaskularisasi pembuluh darah vena porta dan vena hepatika. Diafragma juga terlihat melengkung curam, dimana bagian kanan lebih tinggi dibandingkan bagian kiri. Sonogram ini dapat dibedakan dengan melihat keberadaan lambung yang berbatasan dengan organ hati. Lambung terlihat lebih hyperechoic jika dibandingkan dengan parenkim hati di sekitarnya.

Sonogram pembuluh darah memperlihatkan pembuluh darah intrahepatik yang dapat diidentifikasi sebagai saluran anechoic (Gambar 8). Pada sonogram dengan arah transduser sagital terhadap pembuluh darah, maka pembuluh darah akan terlihat memanjang atau tubular. Sedangkan pada potongan transversal terhadap pembuluh darah, pembuluh darah tersebut akan terlihat bulat atau oval. Vena porta dan cabang-cabangnya secara normal akan tampak memiliki dinding dengan echogenitas yang kuat. Echogenitas yang kuat ini dikarenakan adanya jaringan fibrosa dan lemak. Sehingga vena porta terlihat anechoic pada bagian lumen dengan garis hyperechoic di bagian luar. Berbeda dengan vena porta, dinding vena hepatika tidak dapat terlihat dengan peralatan USG (Noviana et al. 2012). Akibatnya pembuluh darah ini terlihat anechoic pada bagian lumen tanpa ada garis hyperechoic di bagian luar.

Sonogram dengan tampilan color flow Doppler bertujuan untuk mengetahui vaskularisasi, mengetahui arah aliran darah, dan kecepatan aliran darah di dalam hati (Gambar 9). Tampilan sonogram memperlihatkan pembuluh darah dengan lumen anechoic tanpa ada garis hyperechoic di bagian luar. Hal ini menunjukkan bahwa pembuluh darah tersebut adalah vena hepatika. Pembuluh darah terlihat memanjang atau tubular akibat terpotong secara sagital antara transduser dengan

Gambar 8 Sonogram pembuluh darah pada hati kucing. (A) Arah potongan sagital; (B) Arah potongan transversal; VP, vena porta; VH, vena hepatika. Bar = 1 cm.

(7)

15 pembuluh darah. Warna biru pada vena hepatika, menunjukkan aliran darah yang menjauhi transduser.

Dari Gambar 10 terlihat pembuluh darah dengan lumen anechoic dan garis hyperechoic di bagian luar. Hal ini menunjukkan bahwa pembuluh darah tersebut adalah vena porta. Pada sonogram tersebut, pembuluh darah terlihat bulat atau oval akibat terpotong secara transversal antara transduser dengan pembuluh darah. Warna merah pada vena porta, menunjukkan aliran darah yang mendekati transduser. Sedangkan warna biru disekitar vena porta, menunjukkan aliran darah yang menjauhi transduser.

Gambar 9 Sonogram pembuluh darah vena hepatika pada hati kucing. (A) Tampilan color flow Doppler; (B) Tampilan tanpa color flow Doppler; VH, vena hepatika. Bar = 1 cm.

Gambar 10 Sonogram pembuluh darah vena porta pada hati kucing. (A) Tampilan color flow Doppler; (B) Tampilan tanpa color flow Doppler; VP, vena porta. Bar = 1 cm.

(8)

16

Kantung empedu biasanya telihat pada sisi kanan dari garis tengah, diantara parenkim hati (Mannion 2006). Hasil sonogram empedu memperlihatkan kantung empedu yang berbentuk oval atau bulat, gambarannya halus dengan dinding yang tipis dan anechoic pada bagian lumennya (Gambar 11). Ukuran kantung empedu sangat beragam tergantung dari ukuran hewan dan dapat membesar/terlihat bulat pada hewan yang mengalami anoreksia atau hewan yang dipuasakan. Hal ini dikarenakan cairan empedu yang diproduksi tidak digunakan untuk membantu proses pencernaan makanan. Kantung empedu akan terlihat pipih jika hewan baru saja makan karena cairan empedu akan digunakan untuk proses pencernaan.

Ukuran Sonogram Organ Hati dan Empedu

Perubahan ukuran hati dapat diukur pada jarak maksimal dari ujung kaudal hati pada ventral garis tengah tubuh hingga diafragma pada gambaran transversal maupun sagital (Barr 1992). Pada penelitian ini dilakukan pengukuran ketebalan organ hati yang didasarkan pada prinsip tersebut. Pengukuran dilakukan pada saat hewan ekspirasi maksimal. Pada posisi ini diafragma akan melengkung ke atas atau ke arah kranial tubuh sehingga rongga abdomen akan membesar, sehingga diharapkan akan diperoleh ukuran hati secara maksimal. Selain itu, dilakukan juga pengukuran terhadap ketebalan dinding empedu, diameter vena hepatika, serta diameter dan ketebalan dinding vena porta. Berdasarkan pengamatan melalui pemeriksaan USG terhadap keadaan organ hati dan empedu pada kucing kampung (Felis catus) didapatkan hasil gambaran sonogram yang dapat dilihat pada Tabel 3. Gambar 11 Sonogram kantung empedu. (A) Transduser diarahkan secara

transversal. (B) Transduser diarahkan secara sagital; VP, vena porta; VH, vena hepatika; GB, gallbladder (kantung empedu). Bar = 1 cm.

(9)

17 Tabel 3 Hasil pengukuran sonogram organ hati dan empedu normal pada kucing

kampung (Felis catus)

Parameter Transduser transversal (Jarak terjauh dari diafragma) (cm) Transduser sagital Jarak terjauh dari diafragma (cm) Jarak sedang dari diafragma (cm) Jarak terdekat dari diafragma (cm) Hati Bagian kanan 3.75 ± 0.13 4.28 ± 0.51 4.12 ± 0.59 3.69 ± 0.46 Bagian medial 3.73 ± 0.10 4.25 ± 0.58 4.20 ± 0.45 3.99 ± 0.38 Bagian kiri 3.72 ± 0.11 4.30 ± 0.43 4.12 ± 0.30 3.87 ± 0.29 Kantung empedu Tebal dinding 0.08 ± 0.01 0.08 ± 0.01 Vena hepatika Diameter dalam 0.18 ± 0.01 0.17 ± 0.01 Vena porta Diameter dalam 0.18 ± 0.02 0.17 ± 0.01 Diameter luar 0.31 ± 0.02 0.31 ± 0.01 Tebal dinding 0.07 ± 0.01 0.07 ± 0.01

Penempatan transduser secara transversal pada bagian tengah diposisikan tepat di belakang tulang xiphoid bertujuan untuk melihat organ hati bagian medial dalam tampilan sonogram secara transversal. Pada posisi transduser seperti ini diperoleh ukuran ketebalan lobus medial hati yaitu sebesar 3.73 ± 0.10 cm. Penempatan transduser secara transversal di bagian kanan untuk melihat organ hati bagian kanan. Pada posisi ini diperoleh ukuran ketebalan organ hati bagian kanan sebesar 3.75 ± 0.13 cm. Begitu juga saat transduser diarahkan secara transversal di bagian kiri, yaitu untuk melihat organ hati bagian kiri. Pada posisi ini diperoleh ukuran ketebalan organ hati bagian kiri sebesar 3.72 ± 0.11 cm.

Penempatan transduser secara sagital akan memberikan gambaran sonogram organ hati yang terbagi menjadi dua bagian yang tidak simetris antara bagian sebelah kanan dan kiri. Diafragma yang tampak akan terlihat melengkung dengan kemiringan yang curam. Bagian kanan dan kiri dari sonogram organ hati menunjukkan hasil yang tidak simetris, sehingga ukuran ketebalan hati pada posisi transduser secara sagital dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu bagian yang memiliki jarak terjauh dari diafragma, jarak sedang dari diafragma, dan jarak terdekat dengan diafragma. Transduser yang diletakkan sagital di bagian tengah bertujuan untuk melihat organ hati bagian medial dalam gambaran secara sagital. Dalam posisi ini diperoleh ukuran ketebalan organ hati bagian medial hati sebesar 4.25 ± 0.58 cm pada jarak terjauh dari diafragma, 4.20 ± 0.45 pada jarak sedang dari diafragma, dan 3.99 ± 0.38 cm pada jarak terdekat dari diafragma.

Pada saat transduser diletakkan sagital pada bagian kanan diperoleh ukuran ketebalan lobus kanan hati sebesar 4.28 ± 0.51 cm pada jarak terjauh dari diafragma, 4.12 ± 0.59 cm pada jarak sedang dari diafragma, dan 3.69 ± 0.46 cm pada jarak terdekat dari diafragma. Pada saat transduser diletakkan sagital pada bagian kiri diperoleh ukuran ketebalan lobus kiri hati sebesar 4.30 ± 0.43 cm pada jarak terjauh dari diafragma, 4.12 ± 0.30 cm pada jarak sedang dari diafragma, dan 3.87 ± 0.29 cm pada jarak terdekat dari diafragma.

Adanya tekstur yang tidak homogen disertai dengan echogenitas yang berupa mix hypo-hyperechoic dan pembesaran ukuran hati secara menyeluruh

(10)

18

merupakan tanda dari kasus limfoma atau metastasis tumor. Menurut Mannion (2006), sonogram pada khasus limfoma hati akan menunjukkan peningkatan echogenitas parenkim hati secara menyeluruh disertai dengan perbesaran ukuran hati. Pada kasus policystic liver, akan terlihat adanya kista berupa massa anechoic dengan ukuran diameter yang bervariasi 0.3-3 cm. Beberapa kasus yang mungkin menyebabkan gambaran seperti ini antara lain kista, cystic tumor, abses, dan nekrosis. Selain itu, echogenitas parenkim hati juga terlihat tidak homogen (Noviana et al. 2012).

Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 3 terlihat bahwa vena porta mempunyai hasil yang hampir sama, baik pada saat transduser diposisikan secara transversal maupun diposisikan secara sagital. Vena porta mempunyai ketebalan dinding sebesar 0.07 ± 0.01 cm. Perbedaan hasil terlihat pada diameter dalam (lumen) yaitu sebesar 0.18 ± 0.02 cm saat transduser diposisikan secara transversal dan sebesar 0.18 ± 0.01 saat transduser diposisikan secara sagital. Selain itu, mempunyai diameter luar sebesar 0.31 ± 0.02 cm saat transduser diposisikan secara transversal dan sebesar 0.32 ± 0.01 saat transduser diposisikan secara sagital. Menurut Noviana et al. (2012), penebalan dinding vena porta biasanya ditemukan pada kasus peradangan hati akut, dinding vena porta akan terlihat seperti garis hyperechoic dengan peningkatan echogenitas yang kuat.

Vena hepatika mempunyai ukuran diameter dalam (lumen) sebesar 0.18 ± 0.01 cm pada saat transduser diposisikan secara transversal. Pada saat transduser diposisikan secara sagital vena hepatika mempunyai ukuran diameter dalam (lumen) sebesar 0.17 ± 0.01 cm. Diameter luar dan ketebalan dinding pada vena hepatika tidak dapat diukur. Hal ini dikarenakan dinding vena hepatika tidak dapat terlihat dengan peralatan USG.

Menurut d’Anjou (2008), kongesti pembuluh darah di organ hati ditandai dengan membesarnya ukuran diameter pembuluh darah, meningkatnya echogenitas dinding pembuluh darah, dan disertai pembesaran hati (hepatomegali). Distensi vena porta dapat disebabkan oleh hipertensi akibat efek sekunder dari gangguan hati, obstruksi vena porta, atau fistula pada hepatic arteriovenous (Farrow 2003). Sedangkan distensi vena hepatika dapat disebabkan oleh gagal ginjal kongestif atau obstruksi vena cava kaudal.

Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 3 kantung empedu mempunyai ketebalan dinding sebesar 0.08 ± 0.01 cm baik transduser diposisikan secara sagital maupun secara transversal. Spaulding (1993) dan d’Anjou (2008) menyatakan bahwa dinding kantung empedu normal akan terlihat tipis dan halus dengan ketebalan kurang dari 2-3 mm.

Perbesaran kantung empedu secara klinis dapat terlihat pada kasus cholecystitis. Menurut Shaw & Sherri (2006) sonogram dari kasus cholecystitis akan menunjukkan perbesaran kantung empedu, distensi saluran empedu, penebalan dinding kantung empedu, meningkatnya echogenitas lumen akibat peningkatan jumlah dan konsistensi cairan empedu oleh runtuhan sel.

Adanya suatu bentukan massa hypoechoic di dalam kantung empedu memperlihatkan adanya mucocele. Mucocele merupakan suatu massa hypoechoic yang berasal dari kumpulan endapan cairan empedu yang mengendap pada kantung empedu. Menurut Mesich et al. (2009), mucocele terbentuk dari akumulasi mucus dari kantung empedu yang tidak tersalurkan keluar melalui buluh empedu dalam jangka waktu yang cukup lama. Mucocele dapat dibedakan

(11)

19 dengan endapan cairan empedu/debris meskipun memiliki echogenitas yang hampir sama. Mucocele tidak terpengaruh oleh gravitasi sehingga saat dilakukan pemeriksaan melalui USG tidak akan bergerak sama sekali (Worley et al. 2004), sedangkan debris akan terpengaruh oleh gravitasi sehingga posisi dan bentuknya akan berubah saat hewan direposisi.

Adanya massa hyperechoic yang menggumpal di dalam lumen kantung empedu juga menunjukkan terjadinya kelainan. Kelainan ini biasa disebut dengan cholelithiasis. Thrall (2002) menyatakan, suatu massa atau struktur yang bersifat hyperechoic di dalam kantung empedu dengan atau tanpa acoustic shadowing merupakan cholelith. Cholelith dapat berukuran sangat kecil seperti pasir atau sangat besar dan tunggal. Cholelith dapat berada di bagian kantung empedu maupun di saluran empedu (Nyland et al. 2002). Cholelith atau batu empedu dapat dengan mudah terdeteksi dengan menggunakan ultrasonografi. Pada sonogram akan terlihat suatu struktur hyperechoic dan di bagian posterior terbentuk acoustic shadowing. Batu empedu bersifat menghambat laju suara. Mengakibatkan timbulnya garis hyperechoic yang kuat pada permukaan struktur jaringan, sebaliknya hal ini mengakibatkan tidak ada jaringan apapun yang dapat dideteksi di bawah bagian tersebut. Fenomena ini disebut acoustic shadowing.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada sonogram organ hati terlihat parenkim hati bergranul kasar yang homogen dan hypoechoic. Sonogram vena hepatika terlihat anechoic pada bagian lumen tanpa ada garis hyperechoic di bagian luar, sedangkan sonogram vena porta terlihat anechoic pada bagian lumen dengan garis hyperechoic di bagian luar. Sonogram kantung empedu berbentuk oval atau bulat, gambarannya halus dengan lumen anechoic dan dinding yang tipis hyperechoic. Morfometri organ hati, kantung empedu, dan pembuluh darah hati kucing kampung (Felis catus) dapat diamati dengan baik melalui USG dua dimensi.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lain mengenai sonogram organ hati dan empedu pada kucing ras lainnya.

2. Disarankan kepada dokter hewan praktisi agar memperhatikan sonogram organ hati dan empedu beserta ukurannya untuk membantu menegakkan diagnosis pada kasus gangguan organ hepatobiliari.

DAFTAR PUSTAKA

Arambulo RC, Wrigley R. 2003. Ultrasonography of the Acute Abdomen. Clinical Techniques in Small Animal Practice 18: 20-31.

Gambar

Tabel 1 Hasil pemeriksaan fisik kucing
Tabel 2 Hasil pemeriksaan darah lengkap kucing
Gambar 4 Sonogram organ hati dengan arah transduser transversal. (A) Sonogram bagian kanan hati; (B) Sonogram bagian medial hati; VP, vena porta; VH, vena hepatika; GB, gallbladder (kantung empedu)
Gambar 7 Sonogram organ hati bagian kiri hati dengan arah transduser sagital; VP, vena porta; VH, vena hepatika
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan kawasan pesisir ber- dasarkan karakteristik sumber daya alam dibagi menjadi tiga kegiatan wisata yaitu rekreasi pantai, snorkeling dan selam dapat

Meneliti dengan menggunakan teori uses and gratification sebagai acuan untuk mendukung penelitian, teori tersebut menjelaskan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol karang lunak ( Dendronephtya sp.) Fraksi karang n-heksan memiliki daya hambat sebesar 8 mm terhadap bakteri

51 System reward and punishment yang diberikan perusahaan keoada karvawan meninl!:katkan motivasi keria karvawan 52 Karyawan merasa aman dalam melakukan pekeIjaan di perusahaan

Dokumen Borang Akteditasi Program Studi Sarjana Program Studi Ekonomi PembangunanFISIP UNDANA disampaikan untuk akreditasi oleh BANT-PT berisikan infomasi Pertama, Identitas

Tujuan dari penulisan hukum ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah Upaya apakah yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam menanggulangi Peredaran

Risiko rantai pasok biodiesel dari minyak goreng bekas di Kota Padang teridentifikasi se- banyak enam risiko yaitu bahan baku, mutu, transportasi, pasar, produksi, dan