• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Ukur Kuantitas Fisis Bersuara Bagi Siswa Penyandang Tuna Netra dan Tuna Rungu di Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancang Bangun Alat Ukur Kuantitas Fisis Bersuara Bagi Siswa Penyandang Tuna Netra dan Tuna Rungu di Sekolah Inklusi dan Sekolah Luar Biasa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Rancang Bangun Alat Ukur Kuantitas Fisis

Bersuara Bagi Siswa Penyandang Tuna Netra

dan Tuna Rungu di Sekolah Inklusi

dan Sekolah Luar Biasa

Sumarna

1

, Jans Hendry

2

, Risanuri Hidayat

3

1

Dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY

2Mahasiswa Magister Jurusan Teknik Elektro FT UGM 3Dosen Pasca Sarjana Jurusan Teknik Elektro FT UGM

1marnaelins@yahoo.co.id

2janshendry_s209@te.ugm.ac.id

3risanuri@te.ugm.ac.id

Intisari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat model (prototype) alat praktikum (khususnya alat ukur besaran fisis) bagi siswa penyandang cacat tuna netra dan tuna rungu. Untuk tuna netra alat tersebut harus bersuara, sedangkan untuk tuna rungu alat yang sama harus dilengkapi dengan tampilan yang bersifat visual.

Penelitian ini diawali dengan survei ke institusi yang menyelenggarakan pembelajaran bagi siswa penyandang cacat untuk memeperoleh informasi mengenai permasalahan yang dihadapi. Proses pembuatan model (prototype) melalui tahap-tahap desain, perakitan komponen, uji-coba dan kalibrasi, perbaikan, dan implementasi. Tahap implementasi ini meliputi pembuatan manual penggunaan alat, pelatihan penggunaan alat bagi guru, dan uji-coba penggunaan alat bagi siswa tuna netra.

Telah dihasilkan model (prototype) alat ukur besaran fisis (khususnya suhu) yang nilai hasil ukurnya

dapat ditampilkan dalam bentuk tulisan dan suara. Alat tersebut terkalibrasi pada interval 4oC hingga 98oC

dengan resolusi 1Co. Bagian-bagian pokok dari alat tersebut adalah Catu Daya, Mikrokontroler

ATMEGA-8535, Voice Recorder ISD-25120, Penguat Suara beserta Load Speaker, Sensor Suhu (LM-35) beserta

pengkondisi sinyal, dan LCD. Alat ini kemudian disebut Voice Thermometer.

(2)

A. PENDAHULUAN

Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Pemerintah Indonesia melalui institusi pendidikan berkewajiban menyediakan fasilitas pendidikan bagi setiap warga negaranya. Khusus bagi warga negara yang berkebutuhan khusus (penyandang cacat) diberikan kesempatan untuk dapat belajar di institusi pendidikan khusus seperti sekolah luar biasa ataupun di sekolah umum. Institusi pendidikan yang menerima siswa normal dan juga dapat menerima siswa penyandang cacat sering disebut sebagai sekolah inklusi.

Sekolah inklusi dirancang untuk memberikan kesempatan dan pelayanan belajar yang sama bagi siswa normal maupun siswa penyandang cacat. Bagi siswa normal dapat menjalani proses belajar tanpa mengalami hambatan indera. Lain halnya para penyandang cacat (tuna netra, tuna rungu), mereka akan mengalami hambatan belajar sepanjang hidupnya. Meskipun mengalami hambatan permanen, dalam hal-hal tertentu mereka juga ingin berbuat dan berprestasi seperti siswa biasa (normal). Untuk membantu mereka para menyandang cacat biasanya diciptakan metode pembelajaran dan alat-alat khusus untuk mengurangi hambatan belajarnya. Dalam kenyataannya, kesiapan sistem pembelajaran yang dapat diakomodasi para penyandang cacat belum memadai, terutama ketika mereka hendak mengikuti kegiatan untuk mendapatkan pengalaman belajar

yang bersifat realistik misalnya dalam kegiatan praktikum.

Berdasarkan hasil survei di Sekolah Luar Biasa Negeri 3 (SLBN 3) Yogyakarta, pada bagian

Resource Centre, mereka sangat membutuhkan alat-alat ukur (deteksi) yang dapat digunakan oleh para penyandang cacat, khususnya tuna netra. Alat-alat yang mereka perlukan meliputi alat ukur panjang (pemuaian, jarak), alat ukur tekanan, alat ukur suhu, alat ukur berat (massa), alat ukur jarak fokus, alat ukur elektrik (tegangan, arus, hambatan, kapasitansi, induktansi), alat ukur waktu, alat ukur frekuensi, dan alat ukur volume.

Hingga saat ini belum ada model alat praktikum yang dirancang khusus untuk melayani kebutuhan belajar bagi siswa penyandang cacat (tuna netra, tuna rungu). Sedangkan dari sisi teknologi sangat memungkinkan untuk dapat menciptakan alat-alat yang dapat membantu para penyandang cacat. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model (prototype) alat praktikum (khususnya alat ukur besaran fisis) bagi siswa penyandang cacat, khususnya tuna netra dan tuna rungu. Untuk tuna netra alat tersebut harus bersuara, sedangkan untuk tuna rungu alat yang sama harus dilengkapi dengan tampilan yang bersifat visual (misal dengan monitor LCD). Tampilan (display) kuantitas hasil pengukuran harus dapat diindera oleh siswa tuna netra dan tuna rungu, yakni bersuara dan dapat dilihat (visual).

B. METODOLOGI (CARA PEMECAHAN MASALAH)

Langkah awal pelaksanakan penelitian ini adalah mengadakan survei ke institusi yang menyelenggarakan pembelajaran bagi siswa penyandang cacat untuk memeperoleh informasi mengenai permasalahan yang dihadapi. Kemudian menganalisis reliabilitas (ke-realistis-an) pemecahan masalahan berdasarkan ketersediaan sumber daya manusia (SDM), teknologi, waktu, manfaat, dan dana/biaya. Karena berbagai syarat batas yang harus dipenuhi maka perlu dipilih alat ukur yang paling banyak digunakan dan dibuat modelnya (prototype).

Proses pembuatan model (prototype) melalui tahap-tahap desain, perakitan komponen, uji-coba dan kalibrasi, perbaikan, dan implementasi. Tahap implementasi ini meliputi pembuatan manual penggunaan alat, pelatihan penggunaan alat bagi guru, dan uji-coba penggunaan alat bagi siswa tuna netra. Setelah mengalami berbaikan dan pembenahan yang perlu dan cukup, akhirnya diperoleh model (prototype) alat ukur besaran fisis bersuara dan visual yang telah siap digunakan.

C. DESAIN MODEL (PROTOTYPE) ALAT UKUR

Berdasarkan analisis kebutuhan, manfaat, teknologi, waktu dan biaya maka dipilih model alat ukur suhu yang bersuara (voice thermometer). SLBN 3 Yogyakarta sangat membutuhkan alat ukur suhu (termometer) karena alat tersebut bermafaat untuk banyak percobaan (mengukur suhu badan, suhu air mendidih, suhu pada gejala pemuaian, percobaan

azas Black atau kalorimetri). Dari segi waktu dan biaya yang sangat terbatas, hanya alat tersebut yang memungkinkan untuk direalisasikan. Meskipun hanya terbatas untuk termometer, tetapi model desain ini dapat dikembangkan untuk membuat alat ukur yang lain. Perbedaannya hanya terletak pada bagian sensor dan pengkondisi sinyal serta sedikit

(3)

penyesuaian program. Bahkan satu desain ini dapat dikembangkan untuk 8 (delapan) alat ukur sekaligus (terdapat 8 saluran ADC di dalam satu

mikrokontroler). Adapun bagian-bagian pokok dari

voice thermometer ini adalah sebagai berikut :

a. Catu daya (power supplay)

Rangkaian ini diperlukan oleh semua bagian sebagai sember energi. Untuk keperluan praktis dan mudah namun memadai, rangkaian catu daya (power supplay) ini menggunakan desain yang dikeluarkan oleh Ronica yaitu Power Supply Big-Power model

SC-255K yang mudah diperoleh di pasaran dan

dimodifikasi sesuai dengan keperluan. Desain tersebut sering peneliti gunakan untuk keperluan lain, sehingga secara tidak langsung telah diuji-coba. Adapun desain rangkaian selengkapnya tampak pada Gambar 1.

b. Mikrokontroler

Berdasarkan beberapa pertimbangan fitur yang dibutuhkan, maka dipilih mikrokontroler ATMEGA 8535. Mikrokontroler tersebut memiliki 4 (empat)

port yang semuanya digunakan, memiliki rangkaian ADC 10 bit yang cukup memadai untuk menangani data dalam durasi milidetik, disertai flash memory

yang cukup untuk meletakkan program pengendali yang mudah dalam pemrogramannya, dan dapat

diperoleh di pasaran dengan harga yang murah. Mikrokontroler ATMEGA 8535 memiliki 8 saluran masukan ADC sehingga memungkinkan untuk mengumpankan 8 besaran fisis yang berbeda ke dalam satu mikrokontroler tersebut melalui masing-masing saluran, tentu saja setelah dikonversi ke tegangan maksimum 5 volt oleh suatu rangkaian pengkondisi sinyal.

c. Perekam Suara (Voice Recorder)

Alat ini berupa IC-ISD25120 yang digunakan untuk meletakkan hasil rekaman suara angka dan satuan. Suara yang direkam adalah angka-angka “Nol”, “Satu”, “Dua”, “Tiga”, “Empat”, “Lima”,

“Enam”, “Tujuh”, “Delapan”, “Sembilan”, “Se”, “Puluh”, “Belas”, “Ratus”, “Ribu”, dan suara satuan “Derajad Celcius”. Suara yang akan keluar disesuaikan dengan angka yang tampil pada LCD.

d. Penguat suara mini (Amplifier)

Suara yang dikeluarkan oleh ISD-25120 masih sangat lemah dan belum dapat didengarkan dengan leluasa, maka diperlukan suatu rangkaian penguat audio (mini) untuk memperkuat suara yang masih lemah tersebut. Untuk keperluan praktis akan digunakan rangkaian penguat yang didesain oleh

Ronica yaitu Mini Amplifier With IC TBA-820 model

SC-046. Desain tersebut juga sering peneliti gunakan untuk keperluan lain, sehingga secara tidak langsung telah diuji-coba. Adapun desain rangkaian selengkapnya tampak pada Gambar 2.

e. Display (LCD dan Load speaker)

Bagian ini digunakan untuk menampilkan nilai

hasil pengukuran. LCD digunakan untuk

menampilkan angka dan satuan yang dapat dilihat, sedangkan load speaker untuk menampilkan angka dan satuan dalam bentuk suara yang dapat didengar.

LCD yang digunakan adalah bertipe 16 x 2 dengan warna latar biru. Sedangkan load speker-nya adalah 2 inc, 8 Ω, 2½ W. Angka yang tampil pada LCD ini yang akan dikeluarkan dalam bentuk suara.

+ D1 D2 CT 15 V 15 V 220 V 110 V 0 V 3 A C3 C1 C2 IC C4 T

(4)

f. Sensor dan Pengkondisi Sinyal

Untuk menangkap besaran (fisis) suhu diguakan sensor LM-35. Karena tegangan maksimum yang boleh diumpankan ke saluran masukan ADC pada mikrokontroler adalah 5 volt, maka diperlukan rangkaian pengkondisi sinyal. Sensor tersebut dipilih karena berbagai fitur yang dimiliki yaitu linier pada

interval suhu -10oC hingga 120oC dengan resolusi 1Co, dan mudah didapatkan. Termometer ini akan digunakan pada kisaran suhu tersebut. Adapun rangkaian sensor dan pengkondisi sinyal yang dimaksud tampak pada Gambar 3.

g. Diagram Blok Voice Thermometer

Diagram blok dari keenam bagian pokok tersebut jika digabung menjadi satu sebagai alat ukur suhu (termometer) bersuara tampak pada Gambar 4.

Sensor Suhu (LM-35) dan Pengkondisi Sinyal Mikrokontroler dan ADC (ATMEGA-8535) Perekam Suara (ISD 25120)

Penguat Suara Mini

LCD Load speaker

Catu Daya

Gambar 4 : Diagram blok voice thermometer

LM-35 + 5 volt out 1 μF/16 V 1 μF/16 V 15 Ω

Gambar 3 : Rangkaian sensor suhu dan pengkondisi sinyal IC

+

Gambar 2 : Rangkaian Mini Amplifier SC-046 Ronica C12 C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 C11 VR3 LS VR2 VR1 R7 R1 R2 R3 R4 R5 R6

in

(5)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di

Resource Centre SLBN 3 Yogyakarta, telah diperoleh banyak masukan mengenai alat-alat pembelajaran bagi siswa yang berkebutuhan khusus (penyandang cacat). Mereka mengelompokkan alat-alat pembelajaran menjadi 4 jenis, yaitu duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi. Jenis modifikasi atau substitusi yang memungkinkan untuk direalisasikan melalui penelitian ini. Alat modifikasi dapat digunakan oleh siswa normal maupun siswa penyandang cacat. Sebelum dimodifikasi, hanya siswa normal yang dapat menggunakannya. Sedangkan alat substitusi dirancang khusus hanya untuk para penyandang cacat. Misalnya neraca pegas yang tulisan pada skalanya menggunakan huruf brille

hanya untuk tuna netra.

Dalam kenyataannya, alat-alat pembelajaran yang dapat diakomodasi para penyandang cacat belum memadai, terutama ketika mereka hendak mengikuti kegiatan untuk mendapatkan pengalaman belajar melalui praktikum. Sebagaimana siswa normal, siswa penyandang cacat juga memerlukan alat-alat praktikum. Sebagian alat praktikum adalah alat ukur. Alat-alat ukur yang mereka pelukan adalah alat-alat ukur panjang (pemuaian, jarak), tekanan, suhu, berat (massa), jarak fokus, tegangan, kuat arus, hambatan, kapasitansi, induktansi, waktu, frekuensi, ataupun volume. Berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya hampir tidak mungkin untuk membuat semua alat ukur (yang dikhususkan bagi siswa tuna netra), sehingga hanya dibuat satu model (prototype) alat ukur, yaitu alat ukur suhu (voice thermometer).

Proses perancangan dan realisasi model voice thermometer tersebut berjalan lancar karena rangkaiannya tidak rumit dan komponennya mudah didapat. Satu kesulitan dalam realisasinya adalah penentuan letak (alamat) suara angka di dalam ISD 25120.

Selanjutnya proses kalibrasi didasarkan pada termometer alkohol (sebagai standar). Gumpalan es (padat) dipanasi sampai mendidih yang kemudian dibiarkan mendingin hingga suhu kamar. Termometer alkohol dan sensor voice thermometer

dicelupkan bersama. Pencatatan suhu selama proses tersebut dilakukan setiap perubahan 1Co. Nilai pada skala termometer alkohol dibandingkan dengan nilai

yang ditampilkan pada LCD voice thermometer. Hasil pembandingan inilah yang digunakan sebagai dasar untuk mengkalibrasi voice thermometer. Voice thermometer yang telah dikalibrasi (melaui program) diuji-coba kembali bersama termometer alkohol dan hasilnya sangat sesuai. Ada beberapa nilai yang berbeda tetapi perbedaanya hanya 1Co. Hal tersebut disebabkan karena tampilan pada LDC voice thermometer belum dapat menampilkan nilai pecahan dan terjadilah goyangan nilai pada satuannya. Kalibrasi hanya dapat dilakukan hingga suhu 98oC karena angka tersebut merupakan nilai tertinggi yang dapat dicapai pada proses kalibrasi tersebut.

Dalam uji-coba bagi guru dan siswa tidak ada hambatan yang berarti karena cara penggunaan voice thermometer sangat mudah. Ketika tombol power

di-ON-kan dan sensor voice thermometer disentuhkan (atau dicelupkan) pada objek yang akan diukur suhunya, maka beberapa saat kemudian voice thermometer itu mengeluarkan angka pada LCD dan sekaligus suara angka tersebut. Persoalannya adalah ketika alat tersebut digunakan oleh siswa tuna netra mereka belum dapat menggunakannya secara mandiri, tetapi masih perlu bimbingan dari mereka yang awas. Hal tersebut dikarenakan belum ada tombol-tombol yang baku bagi tuna netra.

Akhirnya, sesuai dengan tujuannya, penelitian ini telah menghasilkan model (prototype) alat ukur besaran fisis (khususnya suhu) yang nilai hasil ukurnya dapat ditampilkan dalam bentuk tulisan dan suara. Alat ini kemudian secara khusus disebut voice thermometer. Keterbatasan dari model (prototype) ini adalah :

a. Interval suhu yang terkalibrasi adalah dari 4oC hingga 98oC.

b. Dapat mendeteksi suhu di bawah nol tetapi tampilannya tidak menunjukkan nilai negatif. c. Dapat mengukur suhu di atas 98oC (suhu mata

solder) tetapi belum terkalibrasi.

d. Rekaman suara angka pada ISD mudah terhapus / rusak.

e. Resolusi 1Co, sehingga belum bisa menampilkan nilai pecahannya.

f. Dalam penggunaannya (bagi siswa tuna netra) masih perlu bimbingan dari yang awas.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Telah dihasilkan model (prototype) alat ukur besaran fisis (khususnya suhu) yang nilai hasil ukurnya dapat ditampilkan dalam bentuk tulisan dan suara. Alat tersebut terkalibrasi pada interval 4oC hingga 98oC dengan resolusi 1Co. Bagian-bagian

pokok dari alat tersebut adalah Catu Daya, Mikrokontroler ATMEGA-8535, Voice Recorder

ISD-25120, Penguat Suara beserta Load Speaker, Sensor Suhu (LM-35) beserta pengkondisi sinyal, dan LCD. Alat ini kemudian disebut Voice Thermometer.

(6)

Disarankan bahwa perbaikan pada keterbatasan model (prototype) ini akan dihasilkan

voice thermometer yang lebih memadai. Model ini juga dapat dikembangkan untuk alat ukur besaran fisis lain dengan memanfaatkan saluran masukan

ADC yang belum digunakan, tentu saja masing-masing dengan pengkondisi sinyal yang sesuai. Diseyogyakan pula ada konvensi untuk menetapkan standar tombol (tanda) bagi tuna netra.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penghargaan yang tinggi dan terima kasih yang tulus disampaikan kepada Pengelola dan Staf Pasca Sarjana Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada atas kesempatan dan dorongannya, kepada

teman-teman mahasiswa S-2 reguler angkatan 2009 atas masukannya, dan kepada Kepala Resource Centre, Bapak/Ibu Guru, dan para Siswa SLBN 3 Yogyakarta atas ijin, kesempatan, dan masukan-masukannya yang sangat berharga.

REFERENSI

[1] Cennamo, K. and Kalk, D., 2005, Real World

Instructional Design, From Thomson Learning.

Available at UT-Coop and www.Amazon.com.

[2] Foremen Phil, 1996, Educating Children With Special Needs, Prentice Hall, New York.

[3] Iswanto, 2008, Design dan Implementasi Sistem Embedded Mikrokontroller ATMega8535 dengan

Bahasa Basic, Gava Media, Yogyakarta, ISBN

978-979-1078-55-9.

[4] Lingga Wardhana, 2006, Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 : Simulasi,

Hardware, dan Aplikasinya, Andi Offset,

Yogyakarta, ISBN 979-763-199-0.

[5] Sunardi, 1997, Kerangka Konseptual Mutu

Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan

Profesional Guru SLB, Cardimas Metropole,

Gambar

Gambar 1 : Rangkaian Power Supply Big Power SC-255K Ronica
Diagram  blok  dari  keenam  bagian  pokok  tersebut  jika  digabung  menjadi  satu  sebagai  alat  ukur  suhu  (termometer) bersuara tampak pada Gambar 4

Referensi

Dokumen terkait

Dikaji dari perangkat lunak yang digunakan, sistem akuisisi data dan pemantauan jarak jauh membutuhkan aplikasi untuk pemrograman perangkat keras, basis data, web server

To avoid having to comment about trivial exceptions to general statements we assume that G can not be written as the direct sum of two independent Gaussian vectors G ′ and G ′′. This

Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Ibu dalam Pemijatan Bayi di Puskesmas Pamulang.

Namun jika diamati pada piramida penduduk, kelompok us ia 0-4 tahun terlihat membes ar, fenomena ini merupakan indikas i bahwa pe nang anan kes ehatan oleh

4.34 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Fasilitas Informasi Taman Tematik ...98 4.35 Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Ketersediaan Tempat Parkir

Kurva disolusi tablet floating aspirin pada medium HCl 0,1 N, SGF dengan dan tanpa sinker mengikuti kinetika orde I dan mekanisme disolusi menurut model

Herein most of the authors from the early centuries of Islam belonged to non-Muslim societies, cultures, or religions. The primary intent of many early works was to inform

Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP.Berdasarkan