• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. Efek emaskulasi dan pemberian berbagai pupuk popro terhadap pertumbuhan dan produksi baby corn (zea mays L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "7. Efek emaskulasi dan pemberian berbagai pupuk popro terhadap pertumbuhan dan produksi baby corn (zea mays L)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK EMASKULASI DAN PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK

POPRO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

BABY CORN

EFFECT OF EMASCULATION AND APPLICATION OF VARIOUS

POPRO FERTILIZER ON THE GROWTH AND YIELD

OF THE BABY CORN

Arman Wahab dan Dahlan

Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi baby corn pada berbagai waktu emaskulasi dan pemberian berbagai dosis pupuk Popro. Dilaksanakan di Desa BorongloE, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Berlangsung dari Agustus sampai oktober 2005. Penelitian ini berbentuk percobaan Faktorial dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah emaskulasi terdiri dari tiga macam : tanpa emaskulasi, saat malai bunga jantan muncul dan saat malai bunga jantan jantan merekah. Faktor kedua adalah dosis pupuk Popro terdiri dari tiga taraf 1,5 g per tanaman, 2,5 g per tanaman dan 3,5 g per tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa emaskulasi saat malai bunga jantan merekah memberikan panjang tongkol terpanjang dan berat tongkol per petak yang tertinggi. Pemberian pupuk popro dengan dosis 2,5 g per tanaman cenderung memberikan tinggi tanaman, diameter tongkol dan berat tongkol per tanaman tertinggi. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua komponen pengamatan, namun kombinasi perlakuan antara emaskulasi saat malai bunga jantan merekah dengan pupuk popro pada dosis 2,5 g per tanaman memberikan panjang dan berat tongkol per tanaman tertinggi yaitu masing-masing 11,25 cm dan 18,44 g.

Kata kunci: emaskulasi, pupuk, pupuk popro, baby corn

ABSTRACT

This research aim is to know the growth and yield of baby corn under different time of emasculation and application of various dosage popro fertilizer. It was executed in Borongloe, district of Bontomarannu, Gowa regency, from August until Oktober 2005. This research was arranged in randomized block design in factorial expriment. The first factor is emasculation consisted of: without emasculation, emasculation at flowering stage and when the male flower mature. The second factor was dosage of popro fertilizer consisted by three level 1,5 g per crop, 2,5 g per crop and 3,5 g per crop. Result of research indicated that emasculation of male flower give the longest cob and cob weight. Application of popro with the dosage 2,5 g of per crop tend to give highest crop, diameter of cob and cob weight of per highest crop. Interaction of the two factors have no significant effect on all parameters, but treatment combination of between emasculation of male flower with the manure popro at dosage 2,5 g per crop give highest the length (11,25 cm) and cob weight (18,44 g).

(2)

PENDAHULUAN

Komoditas hortikultura, terutama sayuran memegang peranan penting dalam meningkatkan gizi masyarakat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan gizi masyarakat, kebutuhan akan sayuran terus meningkat dan jenis sayuran pun semakin bervariasi. Gizi yang banyak terkandung dalam sayuran yaitu vitamin, mineral dan karbohidrat.

Beberapa jenis tanaman sayur dapat dipanen lebih awal yang dikenal dengan sebutan semi. Usaha untuk mendapatkan hasil sayuran dalam waktu yang cepat, namun mempunyai kandungan gizi yang tinggi dapat dilakukan dengan memanen tanaman sayuran lebih awal. Salah satu jenis sayuran yang dapat dipanen lebih awal dan bernilai gizi tinggi adalah jagung sayur atau lebih dikenal dengan sebutan baby corn. Berbeda dengan jenis jagung pada umumnya yang sering digunakan sebagai bahan pangan pokok atau sebagai bahan tepung, baby corn khusus digunakan sebagai sayuran. Baby corn adalah nama lain dari tongkol jagung yang dipanen pada waktu masih sangat muda yang khusus digunakan sebagai sayuran (Wijaya, 1991). Baby corn ini merupakan tongkol muda tanaman jagung yang be3lum sempurna pertumbuhannya, tetapi telah memiliki kandungan gizi yang tinggi, karena sebagai calon buah jagung, baby corn telah mengandung hampir semua zat-zat yang terdapat pada jagung (Goenawan, 1988).

Baby corn dikenal masyarakat Indonesia dalam berbagai masakan sehari-hari, baik sebagai masakan sederhana sampai campuran masakan-masakan mewah di restoran dan hotel-hotel berbintang (Anonim, 1993). Menurut The Philippines Agriculturist (Bautista et. al., 1983), kandungan gizi baby corn dalam 100 g terdapat 89,10 g air; 0,20 g lemak; 1,90 g protein; 8,20 g karbohidrat; 0,60 g abu; 28 mg kalsium; 86 mg fosfor; 0,10

mg besi; 64,00 IU vitamin A; 0,05 mg thiamin; 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3 mg niasin. Baby corn, selain rasanya yang lezat dan kandungan protein yang cukup tinggi, juga diduga dapat berfungsi sebagai obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi, menyebabkan permintaan sayuran ini terus meningkat khususnya dipasaran Internasional. Karena itu negara-negara maju, terutama yang masyarakatnya sangat menghargai kesehatan, baby corn menjadi makanan kegemaran (Palungkun dan Budiarti, 1991).

Permintaan baby corn olahan pada tahun 1994 sebesar 4.150 ton meningkat menjadi 6.200 ton pada tahun 1995 untuk pasar Internasional Amerika, Jerman, Perancis, Jepang, Singapura, Australia, Inggris, Afrika dan Belanda. Akan tetapi permintaan ini belum mampu dipenuhi oleh perusahaan eksportir di Indonesia. Hal ini terutama disebabkan oleh keterbatasan produksi bahan baku sesuai standar mutu dan rutinitas pengirimannya (Rukmana, 1997).

Permintaan baby corn akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk dunia dan usaha-usaha yang bergerak dalam bidang olahan pangan, bukan saja di luar negeri namun juga di negara Indonesia sendiri. Tidak menutup kemungkinan bahwa baby corn akan menjadi sayuran yang sangat digemari dan menjadi menu favorit pada saat diberrlakukannya era pasar bebas tahun 2003 yang lalu. Untuk itu peningkatan produksi dan mutu baby corn perlu mendapat perhatian khusus. Upaya peningkatan produksi baby corn dapat dicapai melalui intensifikasi dan perbaikan teknik budidaya antara lain dengan melakukan pembuangan bunga jantan atau emaskulasi dan penambahan unsur hara ke dalam tanah melalui pemupukan.

(3)

jantan, dimaksudkan untuk mempercepat perkembangan tongkol agar dapat dipanen serempak, meningkatkan produksi dan kualitas serta mengarahkan fotosintat terpusat pada perkembangan tongkol (Rukmana, 1997). Emaskulasi menyebabkan penyerbukan tidak terjadi sehingga energi yang akan dipakai untuk mekarnya bunga jantan dan penyerbukan dialihkan untuk memperbanyak pembentukan tongkol baru dan pengisian klobot tongkol yang dihasilkan (Goenawan, 1988).

Pemupukan merupakan salah satu teknik budidaya yang mutlak dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berlipat ganda atau hasil yang seoptimal mungkin dan turut memperbaiki mutu hasil sesuai yang diinginkan oleh konsumen. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkatkan hasil jika menggunakan jenis, dosis, cara dan waktu yang tepat. Karena umur panen tanaman jagung yang dipanen sebagai baby corn relatif lebih cepat dibandingkan jagung biasa, sehingga unsur hara yang dibutuhkan juga lebih sedikit (Anonim, 1993).

Penambahan unsur hara dilakukan dengan pemupukan yang menggunakan pupuk popro, karena pupuk ini praktis digunakan di lapang. Menurut Anonim (1995), pupuk merupakan pupuk lengkap mengandung unsur hara makro dan mikro yaitu N (0,23%); P2O5 (0,27%); K2O

(0,02%); Mg (5,97%); dan Ca (20,19%) sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat langsung tersedia. Pupuk popro dapat mempercepat pembungaan, sehingga pembentukan tongkol jagung juga akan cepat terbentuk yang berarti dapat mempersingkat waktu panen.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai efek emaskulasi dan pemberian berbagai dosis pupuk popro terhadap pertumbuhan dan produksi baby corn. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui emaskulasi dan pemberian berbagai dosis pupuk

popro terhadap pertumbuhan dan produksi baby corn.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang berlangsung sejak Agustus hingga Oktober 2005 pada jenis tanah mediteran merah kuning dengan ketinggian 15 mdpl.

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih baby corn varietas CPI-I, pupuk popro, furadan 3G, sevin, ridomil pupuk kandang ayam dan tabel. Alat-alat yang digunakan adalah meter, cangkul, pisau, gunting, hand sprayer, timbangan analitik, mistar geser, ember plastik, alat tulis menulis dan lain-lain.

Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan faktorial dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama adalah emaskulasi, terdiri dari tiga macam yaitu : tanpa emaskulasi (e0), emaskulasi saat malai bunga jantan muncul (e1) dan emaskulasi saat malai bunga jantan merekah (e2).

Faktor kedua adalah pemberian berbagai dosis pupuk popro, yang terdiri dari tiga taraf yaitu : 1,5 g per tanaman (p1), 2,5 g per tanaman (p2) dan 3,5 g (p3) per tanaman. Masing-masing kombinasi diulang sebanyak tiga kali, sehingga seluruhnya terdapat 27 petak.

Pelaksanaan Penelitian

Pengolahan tanah

(4)

tanah, sehingga diperoleh tanah yang gembur dan terhindar dari kepadatan tanah yang dapat mengganggu infiltrasi. Pengolahan tanah kira-kira sedalam 15 cm yaitu pada bagian top soil tanah. Hal ini dimaksudkan agar kesuburan tanah pada bagian top soil tetap terjaga.

Setelah tanah diolah dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran 150 cm x 75 cm. Diantara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan dengan lebar 40 cm. Setelah bedengan dibuat, dilakukan pula pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang ayam yang dicampur merata di atas permukaan bedengan sebanyak 562,5 g petak. Permukaan bedengan yang telah diberi pupuk dasar lalu disiram air dan dibiarkan selama 5 hari hingga tanah menjadi jenuh, sebelum penanaman dilakukan.

Penanaman

Benih yang akan ditanam terlebih dahulu direndam dalam air yang telah dicampur Ridomil sebanyak 5 g / 7,5 ml air untuk 1 kg benih agar terhindar dari penyakit bulai pada tanaman muda.

Penanaman dilakukan secara tugal, dengan jarak tanam 50 cm x 15 cm dan kedalaman lubang tanam 5 cm. Masing-masing lubang tanam diisi 1 butir benih disertai dengan pemberian furadan 3G sebanyak 1 g/lubang agar benih terhindar dari serangan mikroorganisme perusak, setelah itu lubang tanam yang telah berisi benih ditutup tanah dan dilakukan penyiraman untuk mempercepat perkecambahan benih.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan sesaat setelah penanaman. Selama minggu pertama setelah penanaman dilakukan penyiraman satu kali sehari, namun bila hujan turun tidak perlu dilakukan penyiraman. Bila kondisi penanam agak kering, dilakukan

penyiraman rutin memasuki minggu keempat, saat bunga muncul dan pembentukan tongkol.

Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman. Pembumbuinan dilakukan dengan menimbun tanah disekeliling tanaman dengan tanah yang diambil di antara dua barisan tanaman, bersamaan pada saat penyiangan pertama.

Pemupukan

Pemupukan pada lahan yang telah diolah dan bedengan yang telah disiapkan, diberikan pupuk kandang ayam sebagai pupuk dasar dan pupuk anorganik yang digunakan sebagai perlakuan adalah pupuk popro dengan dosis anjuran 2,5 g per tanaman. Pemupukan diberikan pada saat tanaman berumur 10 hari setelah tanam dengan jarak 10 cm dari tanaman yang diberikan secara tugal.

Pembuangan bunga jantan

Cara pembuangan bunga jantan yaitu dengan menggunakan gunting yang tajam untuk memotong tangkai bila bunga sudah muncul dan merekah. Untuk memudahkan pengguntingan, maka batang batang sebelah atas digoyang perlahan-lahan agar pelepah daun agak melebar sehingga daun bendera tidak ikut terpotong.

Panen

(5)

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mengetahui bahwa baby corn sudah siap panen yaitu panjang rambut sekitar 3 cm. Warna rambut putih hingga kemerahan, kelobot pada tongkol

berwarna hijau. Waktu pemetikan

dilaksanakan pada pagi dan sore hari. Ada tiga tahap pemanenan pada baby corn yaitu panen kontrol, panen raya dan panen pembersihan.

Pemanenan baby corn dilakukan dengan cara memetik atau memotong pangkal tongkol. Pemetikan ini harus dilakukan cepat tetapi hati-hati ahar batang tidak ikut terrpotong karena dapat menyebabkan tanaman mati sehingga tongkol berikutnya tidak berkembang dengan baik. Pada bekas petikan tongkol dapat tumbuh tongkol baru tapi bentuknya sudah tidak sempurna.

Pengamatan

Komponen tumbuh yang diamati dan diukur selama penelitian adalah sebagai berikut :

1. Jumlah tongkol per tanaman (buah), dihitung semua jumlah tongkol yang terbentuk per tanaman sampel.

2. Diameter tongkol (cm), diukur dari bagian yang terlebar pada tongkol. 3. Panjang tongkol (cm), diukur dari

pangkal hingga ujung tongkol.

4. Berat tongkol per petak (g), ditimbang berat semua tongkol per petak setelah panen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jumlah tongkol per tanaman (buah)

Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat bunga jantan muncul dengan dosis popro 1,5 g (e1p1) memberikan jumlah tongkol per tanaman

yang cenderung lebih banyak dibanding perlakuan lainnya. Sedangkan yang cenderung lebih rendah adalah perlakuan emaskulasi saat bunga jantan merekah dengan dosis popro 2,5 g (e2p2).

Gambar 1. Produksi jumlah tongkol pada setiap perlakuan

Diameter tongkol (cm)

Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat bunga jantan merekah dengan dosis popro 2,5 g (e2p2) memberikan diameter tongkol yang cenderung lebih besar dibanding perlakuan lainnya. Sedangkan yang cenderung lebih kecil adalah perlakuan emaskulasi saat bunga jantan muncul dengan dosis popro 3,5 g (e1p3).

Gambar 2. Hasil pengamatan diameter tongkol pada setiap perlakuan

E0P1 E0P2 E0P3 E1P1 E1P2 E1P3 E2P1 E2P2 E2P3

Perlakuan

E0P1 E0P2 E0P3 E1P1 E1P2 E1P3 E2P1 E2P2 E2P3

(6)

Panjang tongkol (cm)

Hasil uji BNT pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan emaskualsi saat malai bunga jantan merekah (e2) memberikan panjang

tongkol terpanjang dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan pupuk popro dengan dosis 2,5 g per tanaman (p2) memberikan panjang tongkol yang cenderung lebih panjang dibanding dengan perlakuan lainnya.

Tabel 1. Panjang Tongkol Tanaman (cm) pada Perlakuan Emaskualsi dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Popro.

Pupuk popro Emaskulasi

p1 p2 p3 Rata-rata

NP BNT 0,05

e0 10.04 10.29 10.22 10.18b 0.22

e1 10.26 10.36 10.04 10.22b

e2 10.88 11.36 11.02 11.09a

Rata-rata 10.39 10.67 10.43

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda Nyata pada taraf uji α = 0,05.

Panjang tongkol (cm)

Hasil uji pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat malai bunga jantan merekah (e2) memberikan panjang tongkol terpanjang dan berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan pupuk popro dengan dosis 2,5 g per tanaman (p2) memberikan panjang tongkol yang cenderung lebih panjang dibanding dengan perlakuan lainnya.

Tabel 1. Panjang Tongkol Tanaman (cm) pada perlakuan Emaskulasi dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Popro

Pupuk Popro Emaskulasi

p1 p2 p3 Rata-rata

NP BNT 0.05

e0 10.04 10.29 10.22 10.18b 0.22

e1 10.26 10.36 10.04 10.22b

e2 10.38 11.36 11.02 11.09b

Rata-rata 10.39 10.37 10.43

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji α = 0.05.

Berat tongkol per petak (g)

Hasil uji BNT pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat malai bunga jantan muncul (e1) dan saat malai bunga jantan merekah (e2) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa emaskulasi (e0).

(7)

tongkol per petak yang cenderung lebih berat dibanding dengan perlakuan dosis

popro 2,5 g (p2) dan 3,5 g (p3).

Tabel 2. Berat Tongkol Per Petak (g) pada PerlakuanEmaskulasi dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Popro

Pupuk Popro Emaskulasi

p1 p2 p3 Rata-rata

NP BNT 0.05

e0 312.12 326.62 320.72 319.82b 16.49

e1 438.50 393.98 330.31 387.60a

E2 447.07 343.79 394.83 395.23a

Rata-rata 399.23 354.80 348.62

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji α = 0,05.

Pembahasan

Emaskulasi

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol dan berat tongkol per petak. Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan emaskulasi pada saat malai bunga jantan merekah memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan emaskulasi lainnya. Membuang malai bunga jantan yang belum sempat mekar pada tanaman jagung menyebabkan tidak terjadinya proses penyerbukan yang tidak dikehendaki pada tanaman jagung yang dipanen sebagai sayur. Menurut Suseno (1981), bahwa pemangkasan dalam hal ini terjadi perlakuan menyebabkan meningkatnya laju respirasi atau perombakan hasil-hasil asimilat untuk menghasilkan energi lebih banyak dibandingkan dengan tanpa pemangkasan.

Adanya hasil yang menunjukkan bahwa pembuangan malai saat bunga merekah (e2) memberikan hasil yang lebih tinggi terhadap diameter tongkol, panjang tongkol, berat tongkol per tanaman dan berat tongkol per petak dibanding dengan pembuangan malai saat bunga jantan muncul (e1), dimana-mana seharusnya diperoleh hasil yang lebih baik

(8)

Perlakuan tanpa emaskulasi memberikan hasil yang terendah. Hal ini disebabkan karena energi hasil fotosintesis seluruhnya digunakan untuk pembentukan bunga juga untuk proses mekarnya bunga, sehingga energi untuk pembentukan tongkol menjadi berkurang yang akan menyebabkan perkembangan tongkol menjadi tidak optimal. Menurut Tohari dan Soedharoedjian (1996), suatu pengurangan hasil sering kali disebabkan oleh persaingan dalam tanaman, sehingga bagian yang berguna akan kehilangan hasil asimilat.

Pupuk Popro

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pemupukan tanaman baby corn dengan menggunakan pupuk popro berpengaruh tidak nyata terhadap semua komponen pengamatan, tetapi pemberian dosis popro 2,5 g per tanaman memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dibandingkan dengan perlakuan pupuk popro lainnya. Hal ini diduga karena pemberian pupuk popro dalam jumlah yang cukup pada areal pertanaman baby corn akan membantu menyediakan unsur hara yang seimbang untuk kebutuhan tanaman selama pertumbuhannya.

Menurut Rinsema (1993), kekurangan hara akan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman, demikian pula sebaliknya bila unsur hara diberikan dalam jumlah yang banyak akan berakibat sebagai racun bagi tanaman kalau berada dalam jumlah yang berlebih. Dalam melakukan pemupukan, sangatlah penting untuk memupuk dengan cara yang seimbang. Pupuk popro yang diberikan melalui tanah mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Lebih lanjut dikemukakan oleh Rinsema (1993), bahwa pemberian unsur hara membantu tanaman memperoleh hara

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksinya.

Perlakuan pupuk popro berpengaruh tidak nyata terhadap semua komponen pengamatan. Hal ini diduga bahwa kandungan unsur hara makronya, terutama N, P dan K dalam pupuk popro komposisinya tergolong rendah. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dimana terlihat pula kandungan unsur hara dalam areal pertanaman sesuai hasil analisa tanah tergolong relatif rendah (Tabel Lampiran 8). Keadaan unsur hara yang relatif rendah baik pada kandungan pupuk popro khususnya nitrogen maupun kandungan unsur hara tanah akan menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tanaman baby corn menjadi tidak efisien sehingga pengaruhnya tidak nyata terhadap fase pertumbuhan vegetatif tanaman dan selanjutnya akan mempengaruhi fase generatifnya. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Mulyani dan Kartasapoetra (1986), bahwa nitrogen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar. Pendapat lain dikemukakan oleh Lingga (1994) bahwa peranan utama nitrogen bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis.

Terhambatnya pertumbuhan bagian-bagian vegetatif oleh karena kandungan unsur hara yang rendah atau terbatas dihubungkan dengan laju fotosintesis maka apabila unsur hara atau nutrisi ini dalam persediaan terbatas, maka nutrisi ini akan ditranslokasikan dari daun tua ke daun yang lebih muda yang menyebabkan

makin cepatnya proses penuaan pada daun-daun sebelah bawah.

(9)

yang dapat mengurangi laju fotosintesis pada daun-daun muda. Oleh Gardner, Pearce dan Mitche (1991), menyatakan bahwa umur daun mempengaruhi fotosintesis, proses penuaan menyebabkan kelambanan proses fotosintesis sehingga asimilat yang dihasilkan oleh daun juga kurang. Kandungan nutrisi yang kurang akan mempengaruhi fotosintesis, terutama dengan cara mempengaruhi peralatan fotosintesis misalnya klorofil yang mengandung nitrogen dan magnesium. Bila persediaan terbatas klorofil mungkin tidak terbentuk. Molekul pelopor untuk sintesis klorofil juga meliputi besi dan bila besi tidak ada maka klorofil tidak dapat disintesis. Melihat keadaan pertanaman dengan jarak yang sangat rapat menyebabkan tajuk-tajuk tanaman atau daun sebelah bawah kurang mendapat cahaya ditambah lagi dengan proses penuaan yang cepat akibat unsur hara yang terbatas, menyebabkan laju fotosintesis menjadi berkurang pada area pertanaman. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Fitter dan Hay (1992), yang menyatakan bahwa peranan yang mendasar dari fotosisntesis di dalam metabolisme tanaman adalah cahaya yang merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting. Seara fisiologis, cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya secara langsung melalui fotosistesis dan secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan berkembang tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolisme yang langsung.

Interaksi

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa interaksi antara emaskulasi dan pupuk popro memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua komponen pengamatan. Hal ini diduga karena kandungan unsur hara dalam pupuk dan kandungan hara dalam tanah

sesuai hasil analisis tanah adalah relatif rendah, sedangkan tanaman jagung membutuhkan zat hara khususnya nitrogen yang tinggi. Hal ini menyebabkan penyerapan unsur hara menjadi tidak efisien sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman, dalam hal ini cadangan makanan sangat kurang dihasilkan oleh daun. Kurangnya asimilat menyebabkan organ-organ yang membutuhkan energi mengadakan kompetisi yang sama dalam tubuh tanaman, sehingga walaupun malai bunga jantan dibuang atau dipotong yang dimaksudkan untuk memindahkan energi yang akan digunakan untuk pembentukan bunga, proses mekarnya bunga dan proses penyerbukan, itu tidak memberikan arti yang besar terhadap organ-organ lainnya misalnya jumlah tongkol dan berat tongkol karena energi yang dihasilkan lebih banyak ditujukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.

KESIMPULAN

1. Interaksi antara emaskulasi dengan pupuk popro berpengaruh tidak nyata terhadap semua komponen pengamatan

2. Perlakuan emaskulasi saat malai

bunga jantan merekah memberikan hasil yang lebih baik terhadap panjang tongkol dan berat tongkol per petak. 3. Pemberian pupuk popro 2,5 g per

tanaman memberikan diameter tongkol yang cenderung lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, A.I., 1994. Sayuran Dataran Tinggi, Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar swadaya, Jakarta.

Anonim, 1983. Gema Penyuluhan

(10)

……….., 1993. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta

……….., 1995. Beberapa Kegunaan

Pupuk Popro. Amanda Prakarsa, Ujung Pandang.

Bautista, K., Ofelia, and C.Y. Petch, 1983. Yong cob corn: Suitable, nutritive value and a optimum stage of

maturity. The Philippines

Agriculturist Vol 66 no 9: 232 – 244.

Bewlew, J.D, and M. Black, 1985. Seeds Physiology, Development and Germination. Plenum Press, New York.

Fitter, A. H. dan Hay, R. K. M, Ekologi Lingkungan Tanaman (Terjemahan : Sri Andani dan Purbayanti). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gardner, F.R, R.B. Pearce, R.L. Miitchell, 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan : Herawati Susilo). Universitas Indonesia, Jakarta.

Goenawan, W., 1988. Pengaruh Populasi Tanaman dan Pembungaan Bunga Jantan (Detassel) Terhadap Produksi Jagung Semai (Baby Corn) Pada Jagung Manis (Zea mays saccharata). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Suseno, H., 1981. Fisiologi Tumbuhan dan Beberapa Aspeknya Departemen Botani Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mulyani, M. dan A.G. Kartasapoetra,

1986. Pupuk dan Cara

Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta

Palungkun, R, dan A. Budianti, 1991. Sweet Corn Baby Corn, Peluang Bisnis, Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen, Penebar Swadaya, Jakarta.

Lingga, P., 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R., 1997. Budidaya Baby

Corn. Kanisius, Yogyajarta.

Rinsema, 1993. Pupuk dan Cara

Pemupukan. Bharata, Jakarta.

Tohari dan Soedharoedjian, 1996. Jagung Tropik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wijaya, I., 1991. Peluang Pasar Produk Olahan Baby Corn PT. NAI di Pasar Internasional. Makalah seminar yang diajukan pada seminar Budidaya baby Corn. Trubus – PT. NAI (Bogor, 26 Mei 1991).

Gambar

Gambar 1.  Produksi jumlah tongkol pada setiap perlakuan
Tabel 1. Panjang Tongkol Tanaman (cm) pada Perlakuan Emaskualsi dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Popro
Tabel 2. Berat Tongkol Per Petak (g) pada PerlakuanEmaskulasi dan Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Popro

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, diameter tongkol, bobot 100 biji, laju pengisian biji, dan berat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, diameter tongkol, bobot 100 biji, laju pengisian biji, dan berat

Perlakuan berbagai varietas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, panjang tongkol, berat bersih tongkol per tanaman,

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Mimbar (1990), yang menyatakan bahwa pemupukan N mengakibatkan meningkatnya panjang tongkol dan diameter tongkol

Perlakuan pupuk Agrobost memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, berat tongkol per plot, dan

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun diatas tongkol, umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga betina, umur panen, laju pengisian biji,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur panen, diameter tongkol, bobot 100 biji, laju pengisian biji, dan berat

Hasil penelitian bahwa pemberian bokashi kotoran ayam menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam, berat