• Tidak ada hasil yang ditemukan

S BIO 1106497 Chapter 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S BIO 1106497 Chapter 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Biologi seringkali dianggap sebagai mata pelajaran hafalan. Dimana

siswa-siswa hanya sekedar menghafal materi-materi biologi. Hal itu membuat

para siswa cenderung merasa berat dalam mempelajari biologi. Dalam proses

pembelajaran, strategi pembelajaran perlu diterapkan untuk memfasilitasi

siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pelajaran biologi dengan

memberikan pengalaman belajar yang inovatif dan bermakna. Namun,

terkadang siswa kesulitan dalam mencerna berbagai macam mata pelajaran

yang diterimanya karena terlalu banyak informasi yang mereka dapatkan dari

setiap pembelajarannya. Dalam hal ini, strategi pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik materi sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran

agar siswa mampu menganalisis informasi yang disampaikan guru hingga

pada akhirnya siswa tidak menggunakan usaha berat lain untuk memperoleh

informasi yang diperlukannya. Strategi pembelajaran yang demikian dapat

menurunkan beban kognitif para siswa karena faktor kerja memori tiap

individu yang terbatas.

Pada dasarnya, kemampuan kerja memori atau kemampuan kognitif setiap

orang berbeda-beda, memori setiap orang memiliki kapasitas penerimaan

informasi yang terbatas. Keterbatasan ini merupakan beban bagi seseorang

ketika menghadapi kerja otak yang berlebih. Sebagaimana dijelaskan de Jong

(2010) dalam artikelnya bahwa kapasitas kognitif dalam memori kerja

terbatas, sehingga jika tugas belajar melebihi kapasitas, pembelajaran akan

terhambat. Cowan, 2001; Miller, 1956 (dalam de Jong, 2010) mengemukakan

bahwa terdapat dua macam memori yaitu memori jangka panjang (long term

memory) dan memori jangka pendek (short term memory). Memori jangka

panjang merupakan bagian dari memori di mana sejumlah besar informasi

(2)

sistem memori di mana hanya sejumlah kecil informasi yang disimpan. Hal

ini perlu diketahui oleh para pendidik untuk memastikan siswanya tidak

mengalami beban kognitif diakibatkan oleh tugas belajar yang melebihi

kapasitas pada proses pembelajarannya.

Beban kognitif yang terbatas itu perlu distabilkan dalam proses kerja

memori dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sains. Terdapat tiga

komponen beban kognitif yang terjadi dalam memori kerja selama belajar,

yaitu (1) Intrinsic Cognitive Load (ICL), (2) Extraneous Cognitive Load

(ECL), (3) Germane Cognitive Load (GCL). Intrinsic Cognitive Load (ICL)

berhubungan dengan karakteristik yang melekat pada isi yang harus dipelajari

dan berhubungan pula dengan kesulitan terhadap permasalahan materi

pelajaran (Cooper, 1998; Sweller dan Chandler, 1994; de Jong, 2010)

Extraneous Cognitive Load (ECL) merupakan beban kognitif yang

ditimbulkan oleh bahan instruksional dan tidak langsung berkontribusi

terhadap pembelajaran (de Jong, 2010). Sedangkan Germane Cognitive Load

(GCL) erat mengacu pada beban yang dikenakan oleh hasil belajar (de Jong,

2010). Beban kognitif yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap

proses belajarnya. Semakin besar beban kognitifnya (overload) maka semakin

terhambat proses belajarnya. Kondisi kognitif seseorang (siswa) seharusnya

dapat mencapai tingkat ICL yang cukup, mampu menurunkan ECL dan

mampu meningkatkan GCL (Meissner & Bogner, 2013). Sesuai dengan

pernyataan De Jong (2010) bahwa ICL (MMI) siswa disesuaikan dengan

sedikit banyaknya pengetahuan tentang materi yang akan dipelajari. Intrinsic

Cognitive Load (ICL) tinggi (MMI rendah) jika pengetahuan siswa sedikit

terhadap materi yang akan diajarkan dan ICL rendah (MMI tinggi) ketika

siswa mampu menguasai materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan

yang mereka miliki. Ketika ICL rendah (MMI tinggi), maka ECLsiswa akan

rendah (UM rendah) karena usaha siswa dalam memahami pelajaran sedikit

begitu pula sebaliknya saat ICL siswa tinggi (MMI rendah), maka ECLsiswa

akan tinggi (UM tinggi) dikarenakan siswa harus berusaha keras untuk

memahami pelajaran yang sedang siswa pelajari. GCL akan sangat

(3)

tinggi dibandingkan dengan UM. Dimana hal itu menunjukkan bahwa

pengetahuan awal siswa sudah mencukupi kapasitas memorinya sehingga

usaha yang dilakukan untuk memahami materi yang sedang dipelajari sangat

kecil, dengan demikian beban kognitif yang dirasakan siswa kecil. Beban

dikatakan rendah apabila MMI lebih tinggi dibandingkan UM, MMI dan HB

berbanding lurus (di dalam grafik meningkat).

Berdasarkan uraian mengenai teori beban kognitif yang telah disebutkan

di atas, kemungkinan besar siswa memiliki beban kognitif dalam proses

belajar di sekolah umum dan kemungkinan besar pula terjadi pada siswa di

lingkungan pesantren. Siswa-siswa yang hidup di lingkungan pesantren

memiliki perbedaan dengan siswa yang bersekolah di sekolah umum.

Menurut Chirzin (1974) penyusunan kurikulum pesantren berdasarkan

pemikiran akan kebutuhan anak didik dan masyarakat.

Kebanyakan pondok pesantren telah memakai sistem madrasi sebagai

basis pendidikannya. Sistem madrasi dalam dunia pendidikan modern disebut

juga sistem klasikal (Qomar, 1996). Sistem pendidikan klasikal adalah sebuah

model pengajaran yang bersifat formalistik. Sistem madrasi disebut juga

dengan pendidikan konvensional dengan strategi pengajaran umumnya

menggunakan ceramah. Orientasi pendidikan dan pengajarannya terumuskan

secara teratur dan prosedural, baik meliputi kurikulum, tingkatan dan

kegiatan-kegiatannya (Tim Ponpes Langitan, 2011). Salah satu contoh

pesantren yang memakai sistem ini adalah Pondok Modern Gontor, Jawa

Timur.

Pesantren dan sekolah umum pada umumnya memiliki jumlah mata

pelajaran umum yang sama. Sekolah berbasis pesantren memiliki kurikulum

yang berbeda yaitu ditambah dengan mata pelajaran bidang keagamaan.

Berdasarkan kurikulum yang disesuaikan pada pondok pesantren, kurikulum

terbagi ke dalam empat kajian utama yang dipelajari siswa, yaitu (1) Kajian

Agama Islam (Dirosah Islamiyah) yang mencakup Al-Qur’an, Al-Hadits,

Aqidah & Akhlak, Al-Fiqih, At-Tauhid, dan Tariikhul Islam (Sejarah

(4)

Inggris dan Bahasa Indonesia. (3) Sains dan Teknologi (bagi siswa yang

mengambil jurusan IPA) yang mencakup Matematika, Teknologi dan Ilmu

Komputer, Kimia, Fisika dan Biologi. (4) Ilmu Pengetahuan Sosial (bagi

siswa yang mengambil jurusan IPS) yang mencakup Ekonomi, Geografi,

Sosiologi, Akuntansi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Sejarah (Tim

Ponpes Al-Basyariyah, 2013).

Menurut paparan di atas, siswa pesantrenmenerima materi pelajaran lebih

banyak berupa mata pelajaran bidang keagamaan dan mata pelajaran umum.

Menurut Soedarso (2010) komposisi materi bidang keagamaan dan mata

pelajaran umum pada sekolah berbasis pesantren dibuat seimbang dengan

materi pendidikan umum yang diperkaya dengan nilai-nilai agama.

Materi-materi tersebut setiap harinya harus dipelajari siswa dan sebagian Materi-materi

bersifat hafalan. Kondisi ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam

mempelajarinya. Keadaan seperti itu didukung kembali oleh strategi

pembelajaran yang lebih menekankan kepada metode ceramah dibanding

metode praktikum. Dilihat dari banyaknya materi yang harus dipelajari serta

strategi pembelajaran yang monoton pada setiap proses pembelajaran

dimungkinkan dapat menimbulkan beban kognitif siswa.

Siswa yang mengenyam pendidikan di lingkungan pesantren diperkirakan

memiliki tingkat beban kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan siswa

yang mengenyam pendidikan di sekolah umum. Beban kognitif yang dialami

siswa dimungkinkan karena adanya keterkaitan dengan strategi belajar yang

digunakan oleh guru untuk mengajar di kelas. Strategi belajar sangat

berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa khususnya pada mata

pelajaran umum yang dimana siswa sudah memiliki beban kognitif yang

sangat berat pada mata pelajaran bidang keagamaan yang hampir

keseluruhannya berupa hafalan. Oleh karena itu, siswa secara tidak langsung

dituntut untuk mampu mengingat semua hal yang dipelajari dengan

kemampuan kerja memori yang terbatas.

Disamping itu, pengaruh media informasi sangat besar terhadap tingkat

(5)

kependidikan yang telah menggunakan program terpadu sesuai dengan

tuntutan era modernisasi zaman ini, pesantren memiliki aturan kedisiplinan

dalam hal penggunaan barang-barang elektronik seperti handphone, laptop,

dan sumber infomasi digital lainnya seperti internet dan media sosial. Hal

tersebut diberlakukan dengan tujuan agar para siswa tidak terpengaruh

dengan kebiasaan dunia luar dan dapat konsentrasi penuh dalam belajar.

Semua informasi mengenai dunia luar dan bahan pelajaran umumnya hanya

diperoleh dari guru, buku-buku perpustakaan dan koran. Khoirunnas (2008)

mengatakan bahwa surat kabar atau biasa disebut koran sangat penting bagi

para santri karena merupakan satu-satunya alat media informasi bagi para

santri di pondok pesantren untuk mengetahui tentang berita teraktual dari

dunia luar pesantren. Khoirunnas (2008) menyatakan hal tersebut

dikarenakan semua alat elektronik dilarang untuk dibawa sebagaimana aturan

dan disiplin pondok pesantren. Keterbatasan-keterbatasan para santri

(siswa-siswa) itulah yang memungkinkan munculnya beban kognitif pada siswa

SMA berbasis pesantren.

Biologi merupakan salah satu kelompok mata pelajaran umum yang wajib

dipelajari siswa di sekolah berbasis pesantren. Mata pelajaran Biologi

termasuk ke dalam kajian Sains dan Teknologi (Tim Ponpes Al-Basyariyah,

2013). Salah satu materi biologi yang dianggap siswa sulit adalah sistem

saraf. Kesulitan materi sistem saraf disebabkan oleh karakteristik materi

yang bersifat abstrak, terdapat konsep-konsep fisiologis serta adanya

mekanisme fisika dan kimiawi yang komplek (Mulyani, 2009). Kesulitan lain

yang mungkin dialami siswa di sekolah berbasis pesantren adalah adanya

penambahan nilai-nilai agama selama proses pembelajaran. Sehingga keadaan

tersebut dimungkinkan dapat mempengaruhi tingkat beban kognitif siswa

SMA berbasis pesantren.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis memandang perlu untuk

melakukan penelitian dengan mengukur beban kognitif siswa-siswa SMA

berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi dan memperbaharui strategi

pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Pada penelitian ini, ICL

(6)

ECL yang diukur merupakan Usaha Mental (UM), dan GCL yang diukur

yaitu Hasil Belajar (HB). Hasil yang akan diukur berdasarkan MMI, UM, dan

HB. Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) nilainya

berbanding terbalik dengan ICL, Usaha Mental (UM) nilainya akan

berbanding lurus dengan ECL, sedangkan Hasil Belajar (HB) nilainya akan

berbanding terbalik dengan GCL dimana besar kecilnya nilai sangat

bergantung pada ICL dan ECL. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah

penelitian berjudul “Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di

SMA Berbasis Pesantren”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana beban kognitif

(cognitive load) siswa di SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran

biologi?”.

Untuk lebih memperjelas permasalahan di atas, rumusan masalah

tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI)

siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi?

2. Bagaimana Usaha Mental (UM) siswa SMA berbasis pesantren dalam

pembelajaran biologi?

3. Bagaimana Hasil Belajar (HB) siswa SMA berbasis pesantren dalam

pembelajaran biologi?

4. Bagaimana korelasi antara MMI, UM, dan HB pada siswa SMA

berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan-batasan tertentu agar lebih mudah

mengarah pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan. Berikut

(7)

1. Pada penelitian ini, beban kognitif siswa diukur pada saat mempelajari

materi tentang sistem saraf di pembelajaran biologi.

2. Siswa pada kelas XI SMA IPA putri berbasis pesantren. Pesantren

yang diambil berupa pesantren di Bandung yang memiliki sistem wajib

tinggal di asrama bagi siswa-siswanya.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil

beban kognitif (cognitive load) pada siswa kelas XI di SMA berbasis

pesantren dalam pembelajaran biologi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Peneliti-peneliti Lain

Melalui penelitian ini, para peneliti mendapatkan informasi

mengenai tingkat beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren

dengan melakukan pengukuran beban kognitif siswa SMA berbasis

pesantren dalam mempelajari materi biologi. Selain itu para peneliti

dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk referensi apabila ingin

melanjutkan penelitian dalam bentuk eksperimen terhadap siswa-siswa

pesantren.

2. Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk dijadikan referensi dalam

memperbaiki strategi pembelajaran khususnya pada sekolah di

SMA-SMA berbasis pesantren.

F. Organisasi Penulisan Skripsi

Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi ini

disajikan dalam organisasi penulisan skripsi berikut dengan

pembahasannya. Adapun sistematika yang digunakan dalam skripsi ini

berdasarkan pedoman karya tulis ilmiah Univesitas Pendidikan Indonesia

(8)

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang menguraikan latar

belakang penelitian ini yang berkaitan dengan teori beban kognitif

(Cognitive Load Theory), strategi pembelajaran dan sekolah berbasis

pesantren. Kemudian diuraikan pula rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi penulisan skripsi.

2. Bab II Teori Beban Kognitif: ICL, ECL, dan GCL Siswa di Sekolah

Berbasis Pesantren pada Pembelajaran Biologi

Bab II berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya Beban Kognitif (Cognitive Load) yang mencakup Intrinsic

Cognitive Load (ICL), Extraneous Cognitive Load (ECL), dan Germane

Cognitive Load (GCL); Sekolah berbasis pesantren; karakteristik materi

sistem saraf; serta penelitian-penelitian yang relevan.

3. Bab III Metodologi Penelitian

Bab III berisi tentang deksripsi mengenai definisi operasional, populasi

dan sampel penelitian, desain penelitian, jenis penelitian, waktu dan lokasi

penelitian, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data,

prosedur pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Temuan dan Pembahasan

Bab IV ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang telah dicapai

berdasarkan temuan yang mengacu pada bab III meliputi hasil penelitian

serta pembahasan yang mengacu pada bab II.

5. Bab V Simpulan dan Rekomendasi

Bab V menyajikan simpulan terhadap hasil analisis temuan dari

penelitian, serta rekomendasi penulis yang didasarkan pada

Referensi

Dokumen terkait

BEBAN KOGNITIF SISWA SMA PADA KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM EKSKRESI MENGGUNAKAN PEDOMAN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI ILUSTRASI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

BEBAN KOGNITIF SISWA SMA PADA KEGIATAN PRAKTIKUM SISTEM EKSKRESI MENGGUNAKAN PEDOMAN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI ILUSTRASI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Beban Kognitif Kemampuan Berfikir Interdisiplin Siswa SMA dalam Pembelajaran Biologi terhubung Berbasis Dimensi Belajar (Jilid 20). Jurnal

MODEL CONCEPTUAL CHANGE PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

MODEL CONCEPTUAL CHANGE PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

keterampilan yang berbeda dalam mengelola usaha, dibandingkan dengan pemilik yang mengenyam pendidikan dengan jenjang yang lebih rendah (dari pendidikan Sekolah Dasar sampai

Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah

Rumah sakit swasta memiliki tingkat turnover yang lebih tinggi dibandingkan rumah sakit pendidikan maupun rumah sakit