Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG MASALAH
Berdirinya yayasan sudah dimulai sejak zaman pra kemerdekaan. Ketika
itu tujuan pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial
dalam masyarakat di suatu daerah. Sektor di tempat yayasan terlibat umumnya
adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Sektor-sektor lain yang menurut
pengusaha komersial tidak menguntungkan dan bagi pemerintah belum menjadi
prioritas juga menjadi lahan garapan bagi banyak yayasan.
Yayasan secara mudah dapat dikatan sebagai suatu lembaga yang
didirikan bukan untuk mencari laba semata (nirlaba). Walaupun dalam
perjalanannya ia membutuhkan dana yang diperoleh dari kegiatan bisnis, hal ini
tetap berarti bahwa kegiatan bisnis hanya untuk perolehan dana saja bukan
kegiatan utama yayasan.
Salah satu pengkategorian lembaga nirlaba menurut Rosembaum (Pahala
Nainggolan, 2007:1) adalah bedasarkan sumber dana (sources of funding). Untuk
itu, setiap bentuk lembaga akan terbagi sebagai berikut:
a. Lembaga komersial, yaitu lembaga yang dibiayai oleh laba atau keuntungan
dari kegiatannya.
b. Lembaga pemerintahan, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat
pajak dan retribusi.
c. Lembaga nirlaba, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat donasi
atau sumbangan.
Di Indonesia sendiri lembaga nirlaba terdiri dari lembaga yang melakukan
advokasi dan menjalankan program. Advokasi berarti lembaga bertindak sebagai
pendamping atau fasilitator bagi masyarakat dalam menyelesaikan isu-isu atau
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyelesai masalah (problem solver) dengan cara mendesain dan melakukan suatu
program termasuk mangajak masyarakat untuk ikut serta dalam pelaksanaannya
termasuk kategori nirlaba program.
Pengkategorian lain menurut Priyono (J.Salusu, 1996:30-32) tentang
lembaga nirlaba di Indonesia membaginya menjadi empat golongan besar sebagai
berikut.
a. Lembaga keagamaan, termasuk disini lembaga yang bergerak di bidang
keagamaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan lain sebagainya.
b. Organisai kesejahteraan sosial: termasuk di sini yang berskala nasional seperti
BKKKN (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Nasional) hingga Dewan
Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS).
c. Organisasi kemasyarakatan: termasuk dalam golongan ini adalah organisasi
sosial berdasarkan profesi seperti LP3ES, organisasi kemasyarakatan biasa
seperti Organisasi Keluarga Berencana Indonesia dan lain sebagainya.
d. Lembaga swadaya masyarakat: bentuk ini mencakup yayasan-yayasan amal
dan filantrofis, asosiasi kepentingan khusus, koperasi, dan lain sebagainya.
Kini lembaga nirlaba berbentuk yayasan bergerak dalam berbagai variasi
bentuk kegiatan. Beberapa fokus ke kegiatan advokasi dan pendampingan
masyarakat, sedangkan yang lainnya terjun ke implementasi program untuk secara
langsung menyelesaikan suatu isu yang berkembang. Di saming lembaga nirlaba
baru yang berbentuk sesudah reformasi, bentuk-bentuk pelayanan kepada
masyarakat yang disajikan oleh lembaga nirlaba yang tradisional masih tetap
eksis. Pada beberapa sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan peningkatan
ekonomi masyarakat sekitarnya, lembaga nirlaba justru memberikan kontribusi
positif dan nyata kepada masyarakat sekitarnya. Demikian juga, area atau cakupan
kegiatan yang dilakukan. Berangkat dari lembaga nirlaba yang mengurusi
kebutuhan dasar seperti peningkatan pendapatan masyarakat, kini sudah
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain area pelayanan yang makin meluas, ukuran dari lembaga tadi juga
pada beberapa kasus bahkan sudah dapat dikategorikan sebagai raksasa dalam
dalam dunia bisnis. Beberapa yayasan yang bergerak di bidang pendidikan
maupun sosial keagamaan ternyata memiliki aset bernilai miliaran rupiah.
Demikian juga, area yang dulunya hanya diisi oleh pemerintah dan masyarakat
seperti sektor kesehatan, kini sudah dilirik oleh banyak sektor bisnis untuk terjun
ke sana sehubungan dengan potensi besarnya jumlah uang yang beredar disektor
tersebut.
Sejalan dengan perkembangan masayarakat yang semakin kritis, kini
terjadi seleksialam atas keberadaan organisasi nirlaba yang ada. Masyarakat
menuntut diterapkannya good govermanceatau tata kelola organisasi yang baik
pada ogranisasi nirlaba. Pada pelaksanaannya prinsip-prinsip transparansi dan
akuntabilitas harus dapat dilaksanakan dan dibuktikan.
Transparansi dan akuntabilitas lembaga memerlukan infrastruktur
pengadministrasian dan pelaporan yang memadai. Disamping itu, stakeholder
yayasan atau organisasi nirlaba termasuk para donor/donatur, apalagi jika
pendapatan yayasan dari publik, jelas memerlukan segala informasi tentang
pengelolaan yayasan. Dengan demikian, pentingnya sistem keuangan yayasan
terkait oleh kebutuhan stakeholders-nya.
Sistem keuangan maupun akuntansi sebagai salah satu alat untuk
menghasilkan informasi yang berkaitan dengan keuangan lembaga dapat
mendorong keterbukaan lembaga. Dengan sistem dan prosedur keuangan yang
terstruktur, lembaga dapat dengan mudah memenuhi tuntutan transparansi kepada
stakeholders-nya. Pelaporan yang tepat waktu dan diikuti dengan kualitas
informasi yang tinggi pada satu sisi dapat mendorong keterbukaan, pada sisi yang
lain justru menjadi umpan balik kepada internal lembaga. Manajemen lembaga
dapat memperoleh masukan dalam menjalankan roda lembaga ke depan. Kondisi
lembaga saat ini dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan dan
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterbukaan yang ditunjukan oleh lembaga justru dapat menarik dana-dana atau
rekan kerja yang dapat memperbesar cakupan layanan lembaga. Disamping hal
itu, keterbukaan pengelolaan keuangan bisa menjadi salah satu pengukuran
kinerja lembaga.
Pengukuran kinerja keuangan dalam sebuah organisasi merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk dilakukan karena semua organisasi perlu
mengevaluasi dan merencanakan kinerjanya sehingga terjadi proses peningkatan
kinerja. Selama ini implementasi sistem pengukuran kinerja keuangan lebih
banyak dilakukan pada organisasi profit seperti perusahaan swasta dan BUMN
dibanding dengan organisasi non profit. Implementasi sistem pengukuran kinerja
keuangan pada organisasi non profit di Indonesia masih relatif sedikit dilakukan.
Proses pengendalian manajemen formal meliputi kegiatan-kegiatan: (1)
Perencanaan Strategi, (2) Persiapan Anggaran, (3) Pelaksanaan, (4) Evaluasi
Kinerja (Anthony, 2005: 19). Anggaran merupakan salah satu alat pengendalian
manajemen dalam mencapai tujuan organisai. Penyusunan anggaran menempati
urutan kedua dalam proses pengendalian manajemen formal. Dalam perencanaan
strategis dibuat keputusan mengenai program-program yang akan dilaksanakan
oleh organisasi dan taksiran jumlah sumber-sumber yang akan dialokasikan untuk
setiap progran tersebut. Perencaan strategis bermanfaat sebagai kerangka untuk
mengembangkan anggaran tahunan.
Pengendalian anggaran adalah proses pengendalian kegiatan dengan
menggunakan anggaran (Supriyono, 2000: 40). Anggaran dapat berfungsi sebagai
alat pengendalian yang efektif jika dihubungkan dengan perencanaan dan
pengendalian. Perencanaan yang baik tanpa pengendalian yang efektif berakibat
pemborosan dana dan waktu. Supriyono, (2000:43) mengemukakan bahwa
pengendalian pada dasarnya adalah membandingkan antara rencana dengan
pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan (deviasi) yang timbul
unit-Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
unitnya.Penyimpangan tersebut digunakan sebagai alat evaluasi atau penilaian
prestasi dan umpan balik untuk perbaikan masa yang akan datang.
Dalam berita http://finance.detik.comDirektorat Jenderal Pajak telah
menetapkan 20 Badan/Lembaga sebagai penerima zakat atau sumbangan
Keagamaan yang sifatnya wajib. Nantinya, zakat atau sumbangan keagamaan ini
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Hal tersebut diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011 yang berlaku sejak tanggal 11
November 2011.
Badan/Lembaga yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan
meliputi satu Badan Amil Zakat Nasional, 15 Lembaga Amil Zakat (LAZ), 3
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shaaqah (LAZIS) dan 1 Lembaga Sumbangan
Agama Kristen Indonesia.
Ke-20 Badan/Lembaga penerima zakat atau sumbangan itu adalah Badan
Amil Zakat Nasional, LAZ Dompet Dhuafa Republika, LAZ Yayasan Amanah
Takaful, LAZ Pos Keadilan Peduli Umat, LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat,
LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah, LAZ Baitul Maal Hidayatullah, LAZ
Persatuan Islam, LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT Bank Negara
Indonesia, LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, LAZ Dewan Da’wah
Islamiyah Indonesia, LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, LAZ
Yayasan Baitul Maal wat Tamwil, LAZ Baituzzakah Pertamina, LAZ Dompet
Peduli Umat Daarut Tauhiid (DPUDT), LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia,
LAZIS Muhammadiyah, LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU), LAZIS Ikatan
Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI),dan Lembaga Sumbangan Agama
Kristen Indonesia (LEMSAKTI).
Dompet Dhuafa adalah sebuah lembaga nirlaba milik masyarakat yang
berkhidmat mengangkat harkat, sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana
zakat, infak, sedekah dan dana sosial lainnya. Sejak kelahiran Dompet Dhuafa
(DD) Republika pada tahun 1993 yang terlahir dari empati kolektif komunitas
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekaligus dengan kaum kaya, maka dana-dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS)
tidak lagi sebatas pada penyaluran yang bersifat konsumtif. Sejak saat itu,
mulailah digagas manajemen pengelolaan zakat dalam bentuk program-program
pemberdayaan.
Kontribusi Dompet Dhuafa Jawa Barat dalam bidang sosial, pendidikan,
ekonomi, dan dakwah ini bertujuan agar tetap mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat khususnya donatur (muzaki, munfik, muwa kif) dan pemerintah. Untuk
tetap mendapatkan kepercayaan tersebut Dompet Dhuafa Jawa Barat dituntut
untuk mengoperasikan kegiatan-kegiatan secara efektif dan efisien. Agar dapat
efektif dan efisien, Dompet Dhuafa Jawa Barat harus mempunyai sistem
penganggaran yang jelas.
Dalam sebuah lembaga, anggaran merupakan salah satu alat pengendalian
yang memegang peranan penting dalam pencapaian tujuannya. Anggaran Dompet
Dhuafa Jawa Barat yang sebagian besarnya bersumber dari donasi
masyarakat/donatur dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang fluktuatif.
Untuk itu maka Dompet Dhuafa Jawa Barat mempunyai komitmen untuk
mengelola secara profesional dalam pegelolaan keuangannya.
Dalam menyusun anggarannya, Dompet Dhuafa Jawa Barat menggunakan
metode pengusunan anggaran bottom up dan top down. Anggaran diusulkan
terlebih dahulu oleh para pelaksana program di divisi masing-masing kepada
manajemen. Usulan itu kemudian menjadi dasar manajemen untuk mengambil
keputusan dalam rapat Rencana Anggaran Kegiatan Tahunan (RAKT) dalam
setahun kedepan. Adapun pelaporan dan evaluasinya dilakukan setiap enam bulan
sekali.
Untuk mengukur kinerja keuangan dapat dilihat dari laporan keuangan dan
laporan lain yang secara rutin disampaikan oleh lembaga atau yayasan dan
dianalisis oleh masing-masing pembacanya. Analisis yang dilakukan tergantung
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
laporan tersebut adalah manajemen lembaga. Dengan demikian, bagi manajemen,
pengukuran kenerja keuangan organisasi nirlaba dapat dilihat untuk:
1. Pengukuran efisiensi lembaga. Pencapaian tujuan dari suatu lembaga harus
dilakukan dengan menggunakan sumber daya yang efisien. Meskipun
demikian, efisiensi bukanlah hal yang mudah untuk diukur. Umumnya
dilakukan upaya pembandingan (benchmarking) dengan lembaga sejenis.
2. Evaluasi atas Sumber Dana. Laporan keuangan lembaga dapat dinilai dengan
perangkat rasio-rasio keuangan yang umum untuk mengetahui tingkat
likuiditas dan kecukupan aset. Termasuk juga dalam evaluasi ini adalah
proyeksi arus kas masuk dan keluar. Dengan data yang ada, dapat diketahui
kekuatan yayasan dalam menggalang dana dan sekaligis menentukan
kemandirian lembaga.
3. Tren atau kecenderungan. Dari laporan keuangan beberapa tahun atau
perbandingan dengan periode sebelumnya manajemen lembaga harus dapat
menangkap tren atau kecenderungan yang muncul. Beberapa komponen harus
dicermati kecenderungannya terutama bila lembaga memasuki periode dengan
anggaran yang ketat. Kecenderungan kenaikan biaya administratif yang lebih
tinggi dibandingan dengan kanaikan biaya untuk pelaksanaan program dari
tahun ke tahun dapat memberikan sinyal bahwa lembaga atau yayasan menjadi
semakin gemuk dan birokratis namun pada sisi lain program tidak
berkembang secara birokrasinya.
Dalam pengelolaannya Dompet Dhuafa Jawa Barat sebagai Lembaga Amil
Zakat mengelola dana-dana yang bersumber dari masyarakat yaitu dana zakat,
dana infak, dan dana sosial kemanusiaan lainnya. Berikut data perkembangan
perolehan Dompet Dhuafa Jawa Barat.
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Laporan Tahunan Dompet Dhuafa Jawa Barat
Jumlah Perkemb. (%) Jumlah Perkemb. (%) Jumlah Perkemb. (%) Jumlah Perkemb. (%)
2003 775.712.702 336.205.339 34.800.000 1.146.718.041
2004 979.133.338 26.22% 260.875.376 -22.41% 77.000.000 121.26% 1.317.008.714 14.85% 2005 1.307.065.928 33.49% 390.020.571 49.50% 402.200.000 422.34% 2.099.286.499 59.40%
2006 2.094.155.058 60.22% 537.126.856 37.72% 646.510.483 60.74% 3.277.792.397 56.14% 2007 2.377.467.475 13.53% 697.401.136 29.84% 770.385.035 19.16% 3.845.253.646 17.31% 2008 2.867.028.671 20.59% 1.011.149.357 44.99% 154.785.516 -79.91% 4.032.963.544 4.88%
2009 4.131.040.557 44.09% 1.243.154.030 22.94% 1.718.615.148 1010.32% 7.092.809.735 75.87% 2010 5.758.624.607 39.40% 986.378.615 -20.66% 887.343.824 -48.37% 7.632.347.046 7.61% 2011 8.624.721.785 49.77% 1.268.725.721 28.62% 1.060.348.013 19.50% 10.953.795.519 43.52%
2012 6.119.728.707 -29.04% 1.526.610.515 20.33% 1.595.437.560 50.46% 9.241.776.782 -15.63%
Total 35.034.678.829 8.257.647.516 7.347.425.579 50.639.751.924
Rata-Rata 2.919.556.569 23.48% 688.137.293 17.35% 612.285.465 143.23% 4.219.979.327 24.00%
Zakat Infak Wakaf Total Zakat, infak, Wakaf
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.1 Perkembangan Perolehan Dompet Dhuafa Jawa Barat Tahun 2003-2012.
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba/keuntungan.
Salah satu alat ukur untuk menilai kinerja keuangan organisasi nirlaba adalah
Pertumbuhan perolehan dana dari tahun sebelumnya (primary revenue ratio).
Pertumbuhan perolahan dana Dompet Dhuafa Jawa Barat dalam lima tahun
terakhir mengalami perkembangan yang fluktuatif.Berdasarkan grafik di atas jelas
bahwa perkembangan tingkat perolehan atau penghimpunan dana Ziswaf (zakat,
infak, wakaf) terjadi perkembangan fluktuatif. Bahkan di tahun 2012 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini jelas merupakan seuatu permasalahan
yang memang menarik untuk dianalisis dan diteliti.
Menurut Jerold L. Zimmerman (1997:36), sistem akuntansi yang ada pada
suatu organisasi mempunyai dua tujuan pokok, yaitu: (1) memberikan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan; (2)
membantu memotivasi dan memonitor orang yang ada pada suatu organisasi.
Selain itu juga, menurut Anthony dan Govidarajan (2000:9), departemen
akuntansi dapat menjamin keberhasilan suatu perusahaan untuk
mengimplementasikan sistem pengendalian manajemen untuk pencapaian tujuan
perusahaan.
Sistem pengendalian manajemen pada departemen akuntansi yang baik
akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
organisasi. Hal ini disebabkan departemen akuntansi menyediakan informasi yang
multi level, cross functional, tepat pada waktunya, akurat dan relevan untuk
semua manager didalam subsistem-subsistem dalam organisasi. Selain itu juga
fungsi departemen akuntansi yaitu: (1) mendesain, mengembangkan, dan
memelihara sistem pengendalian manajemen; (2) menyusun laporan keuangan
untuk pihak eksternal; (3) menganalisis lapora kinerja manajer; (4)
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(5) memberikan masukan kepada manajemen mengenai implikasi-implikasi
keuangan dan non-keuangan atas keputusan-keputusan yang dipertimbangkan; (6)
mengembangkan sumber daya manusia di departemen akuntansi (Anthony &
Govindarajan, 2000:9).
Permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah mengenai kinerja
keuangan pada lembaga/organisasi nirlaba. Masalah ini menarik untuk diteliti
karena organisasi nirlaba tidak berarti dapat mengabaikan masalah kinerja
keuangannya. Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dapat
berfungsi dengan baik apabila anggaran ditempatkan dan dijalankan sesuai
kegunaannya dan penuh tanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Fungsi Anggaran
Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan
Pegelolaan Dana (Studi pada Pengelolaan Dana di Dompet Dhuafa Jawa Barat)”
1.2RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan
pengendalian terhadap kinerja keuangan pengelolaan dana Zakat di
Dompet Dhuafa Jawa Barat?
1.3TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh fungsi anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian terhadap kinerja keuangan pengelolaan
dana Zakat di Dompet Dhuafa Jawa Barat.
Yaya Sunjaya, 2013
Analisis Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Terhadap Kinerja Keuangan Pengelolaan Dana
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Sebagai tambahan wawasan mengenai sistem penganggaran sebagai alat
perencanaan dan pegendalian manajemen.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Dompet Dhuafa