BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif dimana penelitian deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 63). Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan suatu objek yang diteliti melalui pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek yang akan diteliti, menganalisa data-data yang didapat serta menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan data yang ada.
3.2 Lokasi Penelitian
3.3 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:141). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah klien pemasyarakatan yang telah melaksanakan Bimbingan di Balai Pemasyarakatan yang berjumlah 20 orang. Diketahui bahwa populasi adalah kurang dari 100 orang maka keseluruhan populasi diambil datanya.
3.4 Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan
pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun kelokasi penelitian untuk mencari fakta fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:
b. Angket (Kuisioner) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada klien pemasyarakatan yang menjadi responden mengenai pelaksanaan bimbingan kemandirian di Balai Pemasyarakatan Medan.
3.5Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualititatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahapan berikut.
1. Editing, yaitu meneliti dan memperbaiki kualitas data yang diperoleh selama penelitian berlangsung (Sumarsono, 2004 : 97).
2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya.
3. Mengkategorikan seluruh data agar mudah dianalisis, mudah disimpulkan, dan untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beranekaragam dapat dipersingkat sesuai dengan kategorinya masing-masing.
BAB lV
Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian
Balai Pemasyarakatan Medan terletak di Jalan Asrama No 33, Gg. Jayak, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara dengan luas Tanah luas
tanah 1.306 m2 dan luas bangunan 555 m2. Balai Pemasyarakatan Medan terletak di Kecamatan Medan Helvetia yang berbatasan dengan rincian sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab. Deli Serdang.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah.
4.2 Sejarah perkembangan Balai Pemasyarakatan Medan
Pada masa penjajahan Belanda BAPAS di Indonesia dikenal dengan Jawatan Reklasering pada tahun 1927 yang terletak di Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 1930 – 1935 berdasarkan Surat Keputusan No.11 yang mana Jawatan Reklasering dan Pendidikan Paksa dihapuskan, sedangkan tugas-tugasnya dilimpahkan kepada Kepenjaraan yang selanjutnya disebut Inspektorat Reklasering dan Pendidikan Paksa yang mana tugasnya.
Kantor Balai pemasyarakatan Kelas I Medan mulai dirintis pada tahun 1976 dengan mendirikan kantornya yang pertama kali di Jalan Mangkubumi No.2 b dan pada tahun 1979 Kantor Balai Pemasyarakatan Kelas I Medan pindah ke Jalan Asrama Gang Jayak No. 53 Medan hingga sekarang ini.
4.3 Profil Balai Pemasyarakatan Medan
Dalam Pelaksanaan Tugas BAPAS Klas I Medan mempunyai fungsi : 1. Melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan untuk bahan Peradilan dan
Pendampingan Anak Berkonflik dengan Hukum 2. Melaksanakan Registrasi Klien Pemasyarakatan 3. Melaksanakan Bimbingan Klien Pemasyarakatan
4. Melaksanakan Penelitian Kemasyarakatan untuk Sidang TPP ( Tim Pengamat pemasyarakatan )
5. Mengikuti Sidang TPP untuk LAPAS/ Rutan
4.4 Visi dan Misi
Visi BAPAS adalah menjadikan pembimbing kemasyarakatan (PK) yg profesional, handal dan bertanggung jawab untuk mewujudkan pedulinya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan klien pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME.
Misi BAPAS adalah:
1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada klien dan masyarakat.
2. Menegakkan hukum secara professional dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia menuju kepastian hukum dan rasa adil.
3. Melakukan penelitian kemasyarakatan (Litmas) berkualitas dan cepat.
4.5 Tujuan Balai Pemasyarakatan Medan Tujuan Balai Pemasyarakatan Medan yaitu:
1. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di
Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
4.6 Cakupan wilayah kerja Balai Pemasyarakatan Medan
BAPAS Klas I Medan memiliki cakupan wilayah kerja yang meliputi :
- Kota Medan - Kota Binjai
- Kota Tebing Tinggi - Kota Pematang Siantar - Kota Tanjung Balai - Kab. Langkat - Kab. Deli Serdang - Kab. Serdang Bedagai - Kab. Batubara
- Kab. Asahan - Kab. Labuhan Batu - Kab. Labuhan Batu Utara - Kab. Labuhan Batu Selatan - Kab. Tanah Karo
- Kab. Dairi
4.7 Struktur Organisasi Balai Pemasyarakatan Medan
Tabel 4.1: struktur Organisasi
4.8Kondisi Umum Klien Pemasyarakatan
Keadaan klien yang ada di BAPAS sampai dengan saat ini berjumlah 5.615 orang dengan pembagian sebagai berikut:
1. Pembebasan Bersyarat
proses pembinaan Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) masa pidananya minimal 9 (sembilan) bulan. Klien Pembebasan Bersyarat (PB) di BAPAS sebanyak 5112 orang.
2. Asimilasi
proses pembinaan Narapidana yang dilaksanakan dengan membaurkan Narapidanadalam kehidupan masyarakat. Klien yang berstatus Assimilasi Pihak Ke 3 di BAPAS sebanyak 3 orang.
3. Cuti Menjelang Bebas
proses pembinaan Narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani 2/3 (dua pertiga) masa pidana, sekurang-kurangnya 9 (sembilan) bulan. Klien yang berstatus Cuti Menjelang Bebas di BAPAS sebanyak 50 orang.
4. Cuti Bersyarat
5. Pidana Bersyarat
Pidana dengan syarat-syarat tertentu, yang dalam praktik hukum disebut dengan pidana/hukuman percobaan. Pidana bersyarat adalah suatu sistem penjatuhan pidana oleh hakim yang pelaksanaannya bergantung pada syarat-syarat tertentu atau kondisi tertentu. Klien yang berstatus Pidana Bersyarat (PB ) di BAPAS sebanyak 6 orang.
6. Anak dikembalikan kepada orang tua (AKOT)
khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam UU Pengadilan Anak ditentukan berdasarkan perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 (delapan) sampai 12 tahun (dua belas) hanya dapat dikenakan tindakan seperti dikembalikan kepada orang tuanya atau ditempatkan pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada Negara. Klien yang berstatus AKOT di BAPAS sebanyak 25 orang.
7. Yang berakir masa bimbingan sebanyak 325 orang
4.9 Kondisi Umum Petugas Balai Pemasyarakatan Medan
Tabel 4.2: Nama pegawai Balai Pemasyarakatan Medan Nama
NIP Jabatan
Marasutan, SH
19610706 198203 1001 Kepala
Nama NIP Jabatan
M. Arifin Harahap, SH 19630330 198603 1001 Kepala Sub. Bag Tata Usaha Nama
NIP Jabatan
Rahmat M. Saragih, SH,MM. 19621211 198603 1002 Kaur Kepegawaian Nama
NIP Jabatan
Sri Noveni Sirait, SH, MH 19711109 199403 2001 Kaur Keuangan
Nama NIP Jabatan
Sabar Saut M. Sihaloho S.H 198006102 000031 1002 Kaur Umum
Nama NIP Jabatan
Irmayani, SH, Mhum 19700126 199403 2001
Ka. Seksi Bimb. Klien Dewasa Nama
NIP Jabatan
Nama NIP Jabatan
Erni Rotua Rismawati Tampubolon S.H 19690919 199203 2001
Kasubsi Reg. Klien Anak
Nama NIP Jabatan
SERIBULAN SIAGIAN, S.H 19671227 199203 2001
Kasubsi Bimbkemas Klien Anak
Nama NIP Jabatan
Ratna M. Simanulung S.H 19650530 198603 2001 Kasubsi Bimbker Klien Anak Nama
NIP Jabatan
Erwin Dalimunthe, SH 19621010 198203 1001 Kasubsi Reg. Klien Dewasa Nama
NIP Jabatan
Tambok Sinaga, S.SOS 19660128 198710 1001
Kasubsi Bimbkemas Klien Dewasa Nama
NIP Jabatan
Ema Pansi Tarigan AM.d.IP,S.H 19870725 200604 2001
4.10 Sarana dan Prasarana di Balai Pemasyarakatan Medan
Balai Pemasyarakatan Medan memiliki luas bangunan 555 m2
yang terdiri dari :
1. Ruang registrasi anak : 1 unit 2. Ruang registrasi dewasa : 1 unit 3. Ruang bimbingan kerja anak : 1 unit 4. Ruang bimbingan kerja dewasa : 1 unit 5. Ruang bimbingan kemasyarakatan anak : 1 unit 6. Ruang bimbingan kemasyarakatan dewasa : 1 unit
7. Ruang umum : 1 unit
8. Ruang aula : 1 unit
9. Ruang tempat tunggu : 1 unit
10.Kamar Mandi : 4 unit
Fasilitas yang ada di Balai Pemasyarakatan Medan
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan, yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden. Data-data tersebut juga diperoleh dari hasil wawancara dengan responden sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner, penulis akan menganalisis data tersebut mulai dari identitas responden, peran Balai Pemasyarakatan Medan dalam melaksanakan bimbingan kemandirian bagi klien pemasyarakatan. Adapun data-data yang di analisis pada bab ini adalah sebagai berikut:
5.1.1 Identitas Responden
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
NO Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
1
2
Laki – Laki
Perempuan
16
4
80 %
20%
Total 20 100%
Sumber: Kuesioner, 2017
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
NO Umur Frekuensi Presentase (%)
1
2
20 – 30
30 - 40
12
8
60 %
40 %
Total 20 100 %
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama
NO Agama Frekuensi Presentase (%)
1
2
Islam
Kristen
16
4
80 %
20 %
Total 201 100 %
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakir
NO Pendidikan Terakir Frekuensi Presentase (%)
1
Sumber : Kuesioner, 2017
5.1.2 Reaksi Responden dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Kemandirian
Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kemandirian sudah berlangsung dengan baik
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebanyak 15 orang dengan persentase 75% responden menyatakan bahwa bimbingan kemandirian sudah berlangsung dengan baik. Dan 5 orang dengan presentase 15 % menjawab bimbingan kemandirian belum berlangsung dengan baik.
Seperti yang dikemukakan salah seorang responden yang berinisial TF (31 tahun):
“bimbingan kemandirian ini sudah berlangsung dengan baik. Karena dampaknya saya sendiri yang merasakan, ada perubahan jika ditaati
Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kemandirian memberikan manfaat
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Bermanfaat 20 100 %
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang responden dengan persentase 100% menyatakan bahwa bimbingan kemandirian memberikan manfaat bagi mereka. Seperti yang dikemukakan salah seorang responden berinisial A (29tahun):
“menurut saya bimbingan kemandirian ini sangat bermanfaat supaya kami jauh lebih baik dari sebelumnya dan bisa sukses dari
masalah-masalah yang lalu.
Hal serupa juga dikemukakan oleh responden lain berinisial NS (25tahun) :
“aku rasa sih banyak manfaat yang bisa diambil, selain menambah
pengetahuan juga menambah ilmu baru untuk dikehidupan aku biar bisa
jadi lebih baik. Intinya semua kami yang ada disini ingin lebih baik dari
Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kemandirian sudah sesuai dengan kebutuhan
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa sebanyak 15 orang responden dengan persentase 75% menyatakan bahwa bimbingan kemandirian sudah sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan 25 % atau sebanyak 5 orang responden menyatakan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka, salah seorang responden mengatakan bahwa sebenarnya yang dia inginkan adalah keterampilan tangan namun BAPAS belum menyediakan bimbingan kemandirian tersebut berbeda halnya dengan yang dikemukakan salah satu responden yang berinisial NS (25tahun) :
“menurut ku bimbingan kemandirian ini sudah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya lah ini ya, kami diajari nyetir mobil. Keluar pun
saya dari sini ga takut ga kerja. Jadi supir bisa, supir angkot bisa
misalnya. Jadi kalau aku pribadi bimbingan ini sangat efektif karena
Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Penambahan jadwal materi dari kegiatan bimbingan kemandirian
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Tidak Perlu 20 100 %
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang atau seluruh responden menyebutkan tidak perlu adanya penambahan jadwal materi bimbingan Seperti yang dikemukakan salah satu responden berinisial OA ( 26 tahun) :
“menurut saya gausa ditambah jadwal asalkan pelaksanaannya
maksimal kan uda bagus, karena jujur aja datang kesini jauh, butuh
ongkos belum lagi ada kawan kawan yang diluar medan yakan kasian
Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Materi Bimbingan Kemandirian yang diberikan oleh BAPAS
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Puas 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan kerjasama dengan pembina / petugas didalam BAPAS
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Pembina / petugas didalam BAPAS
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Baik 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
5.1.3 Reaksi Responden dalam fasilitas yang tersedia
Tabel 5.14. Distribusi Responden Berdasarkan Penambahan Fasilitas guna menunjang bimbingan kemandirian
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1
2
Perlu
Tidak Perlu
14
6
70
30
Total 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
5.1.4 Reaksi Responden terhadap tujuan dari Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Kemandirian oleh BAPAS MEDAN
Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Perubahan setelah melaksanakan bimbingan kemandirian
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Berubah 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.15 klien merasakan perubahan setelah melaksanakan kemandirian itu dibuktikan dengan jawaban responden dengan presentasi 100% menjawab berubah. Seperti yang dikemukakan salah satu responden berinisial MF ( 32tahun) :
“kemandirian memberikan manfaat dari yang tidak tau jadi tau, saya
Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan yang diterima membantu responden dalam mendapatkan pekerjaan
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Membantu 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.16 klien merasakan Keterampilan yang diterima membantu responden dalam mendapatkan pekerjaan
dibuktikan dengan jawaban responden dengan presentasi 100 % menjawab membantu, Seperti yang dikemukakan salah satu responden yang berinisial NS (25tahun) :
“ dengan adanya bimbingan keterampilan kususnya montir ini , saya
bisa jadi supir atau bisa jadi supir angkot pokoknya bebas dari sini udah
adalah keahlian dari yang gabisa jadi bisa.”
Responden lain berinisial M.H (22tahun):
“ aku ikut bimbingan las , jadi bisalah ikut ikut kerja sama orang ya
Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kreativitas responden meningkat
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Meningkat 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi hidup responden meningkat
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Meningkat 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.18 Motivasi hidup responden meningkat dengan presentasi 100 % menjawab meningkat. Seperti yang dikemukakan salah satu responden berinisial MF (32tahun):
“setelah mendapatkan bimbingan ini motivasi hidup meningkat karena
ada keahlian ini sayang kalo ga dimanfaatkan atau digunain jadi mau
hidup lebih baik aja dengan modal keahlian ini, sayang kalo ga
Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Kesiapan diri untuk hidup mandiri
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Lebih Baik 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Tabel 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan yang diberikan dapat membantu responden lebih percaya diri
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Iya 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
Berdasarkan distribusi jawaban responden pada tabel 5.20 sebanyak 20 orang dengan fresentasi 100 % menjawab bimbingan yang diberikan membantu responden lebih percaya diri dalam bersosialisasi di lingkungan masyarakat seperti yang dikemukakan salah satu responden berinisial BM (23tahun) :
“ karena uda ada keterampilan kan terus langsung diperaktekan karena
mau hidup lebih baik jadi ga malu, orang orang pun jadi ga anggap
remeh karena aku sekarang uda mau berubah kan uda mau kerja jadi
sebenernya aku cuek aja ga peduli orang lain mau liat apa yang penting
Tabel 5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan yang diberikan dapat membantu responden dalam bersosialisasi dilingkungan masyarakat
NO Jawaban Frekuensi Presentase (%)
1 Iya 20 100%
Sumber : Kuesioner, 2017
5.2 Hasil Penelitian
Peran Balai Pemasyarakatan Medan Dalam Melaksanakan bimbingan Kemandirian Bagi Klien Pemasyarkatan
Dalam Pasal 1 ayat 4 UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, menyatakan bahwa Balai Pemasyarakatan adalah suatu pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Balai Pemasyarakatan sendiri mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan sebagian dari tugas pokok Direktoral Jendral Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan pembimbingan klien pemasyarakatan di daerah.
Berdasarkan Pasal 2 UU Pemasyarakatan pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan meliputi program pembinaan dan bimbingan yang berupa kegiatan bimbingan kepribadian dan bimbingan kemandirian, Bimbingan kemandirian diarahkan pada bakat dan keterampilan agar warga binaan pemasyarakatan dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab serta memiliki skill dan kemampuan keterampilan untuk dapat hidup mandiri dan lebih baik.
hidup lebih baik lagi karena di bimbing dan diarahkan dengan baik, bimbingan kemandirian yang dilakukan oleh BAPAS disambut positif oleh klien yang mengikuti kegiatannya.
Bimbingam kemandirian harus dapat terus berkelanjutan, bimbingan kemandirian sebaiknya dilaksanakan dengan langkah yang lebih aktif, artinya adalah pelaksanaan pembimbingan sebaiknya dilaksanakan melalui kegiatan yang rutin setiap tahunnya dan menyebar keseluruh klien pemasyarakatan mengingat manfaatnya yang begitu besar bagi klien pemasyarakatan, walaupun tidak mudah dengan jangkauan BAPAS Medan yang tersebar dibeberapa kota di Sumatera Utara inilah yang menjadi tantangan untuk BAPAS bagaimana mereka menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Undang Undang yang berlaku.
Dalam proses pembimbingan tidak hanya BAPAS yang memiliki kendala, salah seorang klien yang juga mengaku tempat tinggalnya berada diluar kota medan, jarak tempuh yang jauh membuat klien sulit datang untuk menjalankan bimbingan kemandirian. Selain itu klien merasa sudah tidak ada tanggung jawab lagi kepada BAPAS dengan tidak wajib lapor padahal selama seseorang masih dinyatakan klien pemasyarakatan mereka harus wajib lapor kepada BAPAS.
Keadaan sarana dan prasarana BAPAS yang minim membuat kegiatan ini belum berlangsung dengan maksimal, misalnya jika ingin belajar masak atau belajar bengkel BAPAS tidak memiliki alat yang mendukung. Sebelumnya BAPAS memiliki alat untuk doorsmear namun sekarang sudah rusak tidak dapat digunakan kembali, peralatan yang kurang dan anggaran dana yang minim membuat BAPAS hanya melakukan kegiatan ini dengan mengharapkan pihak lain atau pihak ke-3.
pernyataan tersebut di katakan oleh salah seorang pegawai BAPAS (Yustinus) mengatakan :
“Kerja sama dengan pihak ke 3 harus diperluas, koordinasi yang baik
harus terus ditingkatkan , anggaran juga harus ditambah agar BAPAS
bisa menambah sarana dan prasarana agar pelaksanaanya dapat
maksimal, karena manfaatnya besar bagi klien kalau mereka taati
dengan baik jadi harus ditingkatkan pelaksanaanya”
Pihak BAPAS memang tidak membantah kalau Bimbingan kemandirian yang dilaksanakan belum sesuai dengan harapan klien Hanya saja, komitmen mereka untuk terus melaksanakan bimbingan ini tidak berubah dan akan terus dilakukan. Salah seorang Pegawai di Balai Pemasyarakatan (Gusni) mengatakan :
“Bimbingan ini sangat bermanfaat bagi klien, sebagian ada yang sudah
menerapkan dilingkungan masyarakat, namun sebagian lagi masih
belum. Untuk itu BAPAS terus melakukan perbaikan Disinilah BAPAS
berencana nanti jadi kita tidak hanya memberikan pelatihan
keterampilan namun juga memberikan modal supaya nanti uda dapat
keterampilan bisa dia langsung buka usaha dengan modal yang kita
kasih tapi itu masih wacana mungkin tahun depan baru bisa
direalisasikan”
Dari pemaparan diatas, dapat terlihat bahwa peran Balai Pemasyarakatan dalam melaksanakan bimbingan kemandirian bagi klien pemasyarakatan sudah dilaksanakan dengan cukup baik mengingat banyak klien yang merasakan manfaatnya, namun dalam menjalankan perannya Balai Pemasyarakatan banyak memiliki kendala, dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa ada beberapa hal kendala yang dialami BAPAS yaitu :
2. Kendala dalam hal tenaga kerja dengan jumlah pegawai BAPAS Medan yang hanya 53 orang pegawai yang bertugas, sehingga dengan kekurangan tenaga ini juga dapat menjadikan kendala dalam melakukan bimbingan bagi klien dan dengan keterbatasaan tenaga Pembimbing Kemasyarakatan inilah membuat tidak semua klien dapat dikunjungi atau dijangkau secara langsung.
3. Kendala dalam hal sarana dan prasarana, BAPAS Medan tidak memiliki alat alat yang memadai untuk dapat melakukan bimbingan kemandirian sendiri sehingga mengharuskan bekerja sama dengan pihak lain.
5.3Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Kurangnya pemahaman dari responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner serta sikap tidak memiliki kepedulian dan keseriusan dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada. Masalah subjektivitas dari responden dapat mengakibatkan hasil penelitian ini rentan terhadap biasnya jawaban responden.
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dihimpun, maka penulis memberi kesimpulan bahwa:
1. Peran BAPAS dalam melaksanakan bimbimbingan kemandirian di rasa sangat bermanfaat untuk responden dibuktikan dari keseluruhan hasil penelitian yang didapat dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan, kuesioner sebanyak 20 (dua puluh) dan ditambah dengan hasil wawancara, responden mengaku bahwa bimbingan kemandirian ini dapat membantu mereka dalam mendapatkan pekerjaan maupun usaha sendiri dan dapat membantu mereka bersosialisasi di lingkungan masyarakat mereka juga mengaku mendapatkan pengalaman baru dan pengetahuan baru yang membuat mereka merasa ingin hidup lebih baik lagi karena di bimbing dan diarahkan dengan baik, bimbingan kemandirian yang dilakukan oleh BAPAS disambut positif oleh klien yang mengikuti kegiatannya. 2. Kurangnya Penyediaan sarana dan prasarana serta penambahan
menyeluruh ke semua klien pemasyarakatan serta perlunya dukungan dari pemerintah yang begitu besar dalam hal pelaksanaan bimbingan kemandirian khususnya dalam penyediaan dana.
6.2Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran penulis dalam penelitian ini antara lain:
1. Pelaksanaan pembimbingan terhadap klien, sebaiknya dilaksanakan dengan langkah yang lebih aktif, artinya adalah pelaksanaan pembimbingan sebaiknya dilaksanakan melalui kegiatan yang rutin setiap tahunnya, sesuai dengan Pasal 1 ayat 4 UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, bahwa Balai Pemasyarakatan adalah suatu pranata untuk melaksanakan bimbingan klien pemasyarakatan. Hendaknya agar tugas itu dijalankan dengan sebaik baiknya.
2. Klien yang mengikuti bimbingan harusnya dapat lebih banyak melihat jumlah narapidana yang bebas setiap tahunnya banyak, BAPAS harus bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang begitu banyak untuk dapat dikembalikan kemasyarakat dengan sabaik baiknya dan dapat berguna dilingkungan masyarakat.
4. Pihak BAPAS hendaknya melakukan hubungan kerja sama secara rutin kepada pihak ketiga seperti Dinas Sosial Provinsi, Badan Narkotika Nasional, Balai latihan kerja dan pihak pihak yang terkait Agar proses pembimbingan dapat dilakukan secara maksimal.