• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian CSR dan Dasar Hukum

Terminologi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bukanlah hal yang relative baru dalam dunia usaha, evolusi konsepnya sendiri sudah berlangsung pada beberapa dekade. Pada sisi lain istilah CSR sendiri juga mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan dunia usaha, politis dan pembangunan sosial serta hak asasi manusia (HAM).

Selain itu terminologi CSR juga dipengaruhi oleh dampak globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, dan semua itu akan mencerminkan pemahaman terhadap pengertian CSR dalam kontek local.

Corporate Social Responsibility dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

tanggungjawab sosial perusahaan sedangkan di Amerika, konsep ini seringkali disamakan dengan corporate citizenship. Pada intinya, keduanya dimaksudkan sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan dalam kegiatan usaha dan juga pada cara perusahaan berinteraksi dengan stakeholder yang dilakukan secara sukarela. Selain itu, tanggungjawab sosial perusahaan diartikan pula sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan dan masyarakat setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

(2)

definisi-definisi dari CSR yang antara lain: The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), yang merupakan lembaga internasional

yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 180 perusahaan multinasional yang berasal dari 35 negara memberikan definisi CSR sebagai "continuing commitment by business to behave ethically and contribute to

economic development while improving the quality of life of the workforce and

their families as well as of the local community and society at large".

Apabila diterjemahkan secara bebas kurang lebih berarti komitmen dunia usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan.

Definisi lain mengenai CSR juga dilontarkan oleh World Bank yang memandang CSR sebagai "the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with amployees and their

representatives the local community and society at large to improve quality of life,

in ways that are both good for business and good for development".

(3)

2.1.2. Etika Bisnis

Untuk mendapatkan yang lebih baik mengenai makna Corporate Social Responsibility (CSR) sebaiknya dikaji terlebih dahulu persoalan etika bisnis, karena pada dasarnya CSR diderivasi dari etika bisnis (Khairandy, 2008)

Etika bermaksud untuk membantu manusia secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Keraf (1998) mengungkapkan bahwa etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (la etha) berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Ini berarti etika berkaitan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang sebagai suatu kebiasaan.

Dalam konteks yang umum, hubungan bisnis sebenarnya adalah hubungan antar manusia. Bisnis adalah suatu interaksi yang terjadi akibat adanya kebutuhan yang tidak dapat diperoleh sendiri oleh individu. Ini menunjukkan bahwa meskipun manusia dikaruniai banyak kelebihan (akal, perasaan dan naluri), dalam kenyataannya banyak memiliki kekurangan. Kekurangan itu makin dirasakan justru ketika akal, perasaan, dan naluri menuntut peningkatan kebutuhan-kebutuhan. Akibatnya, kebutuhan manusia kian berkembang dan kompleks sehingga tak terbatas. Melalui interaksi bisnis inilah manusia saling melengkapi pemenuhan kebutuhan satu sama lain (Panuju dalam Khairandy, 2008).

(4)

berbeda. Etika dalam bisnis terkait dengan etika yang bersinggungan dengan bisnis sedangkan etika bisnis terkait dengan etika pada umumnya. Dalam dunia perbankan misalnya, etika dalam bisnis harus dinilai sesuai dengan perspektif profit maximization sebagai filosofi yang mendasari perbankan tanpa

memperhatikan apakah etika tersebut sesuai dengan etika umum (Khairandy, 2008).

Nilai-nilai dasar yang menjadi tolak ukur etika bisnis adalah tingkah laku para pengusaha dalam menjalankan usahanya. Apakah dalam usahanya mengambil keuntungan dari masyarakat konsumen dilakukan melalui persaingan usaha yang fair (jujur), transparent (terbuka), dan ethic (etis). Perbuatan yang termasuk dalam kategori unethical conduct misalnya memberikan informasi yang tidak benar mengenai bahan mentah, karakteristik/ciri dan mutu suatu produk, menyembunyikan harta kekayaan perusahaan yang sebenarnya untuk menghindari atau mengurangi pajak, membayar upah karyawan di bawah UMR, melakukan persekongkolan tender, dan melakukan persaingan tidak sehat.

(5)

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia pada umumnya. Demikian pula, prinsip-prinsip itu sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat masing-masing. Namun, sebagai etika khusus atau etika terapan, prinsip-prinsip dalam etika bisnis sesungguhnya adalah penerapan dari prinsip etika pada umumnya.

2.1.3. Corporate Social Responsibility

Sampai kini tidak ada definisi tunggal tentang Corporate Social Responsibility (CSR). Berikut ini beberapa definisi CSR yang cukup berpengaruh

dan sering dirujuk di antaranya definisi yang disampaikan oleh World Business Council for Sustainable Development, versi World Bank, dan oleh Uni Eropa.

World Business Council for Sustainable Development (1999) menyebut CSR sebagai: ”Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the

work force and their families as well as of the local community and society at

large.

Sementara versi Uni Eropa mengatakan ”CSR is a concept where by companies integrate social and environmental concerns in their business

operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis”.

(6)

perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.

Dari beberapa pengertian mengenai corporate social responsibility diatas, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap suatu issue terntentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.

2.1.4. Bentuk Program Corporate Social Responsibility

Kotler dan Nancy (2005) menyebutkan beberapa bentuk program CSR yang dapat dipilih:

1. Cause Promotions

Dalam cause promotions ini, perusahaan berusaha untuk meningkatkan awareness masyarakat mengenai suatu issue tertentu, dimana issue ini tidak harus berhubungan atau berkaitan dengan lini bisnis perusahaan, dan kemudian perusahaan mengajak masyarakat untuk menyumbangkan waktu, dana atau benda mereka untuk membantu mengatasi atau mencegah permasalahan tersebut.

2. Cause-Related Marketing

(7)

3. Corporate Social Marketing

Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk

mengubah perilaku masyarakat dalam suatu issue tertentu.

4. Corporate Philantrophy

Corporate philantrophy ini dilakukan oleh perusahaan dengan

memberikan kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana, jasa atau alat kepada pihak yang membutuhkan baik itu lembaga, perorangan ataupun kelompok tertentu.

5. Corporate Volunteering

Dalam corporate voluteering, perusahaan mendorong atau mengajak karyawannya ikut terlibat dalam program CSR yang sedang dijalankan dengan jalan mengkontribusikan waktu dan tenaganya.

6. Socially Responsible Business

Dalam socially responsible business, perusahaan melakukan perubahan terhadap salah satu atau keseluruhan sistem kerjanya agar dapat mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan dan masyarakat

(8)

CSR sejatinya mempunyai tujuan yang sangat penting di dalam menjaga pembangunan perekonomian berkelanjutan. Pada prinsipnya CSR adalah suatu upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Disamping itu penerapan CSR bertujuan agar perusahaan dapat memberi kontribusi untuk kemajuan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Pelaku usaha melalui berbagai badan usaha yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, diharapkan bersama-sama dengan Pemerintah mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu ketentuan tentang CSR ini dituangkan dalam UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, khususnya dalam Pasal 1 butir 3 dan Pasal 74.

2.1.5. Konsep Pembangunan Ekonomi

Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.

(9)

pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan perdagangan akan mewujudkan segala kreatifitas dalam pembangunan ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya perdagangan tercipta kompetisi ekonomi.

Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat dinamis, menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Apapun yang dilakukan, hakikat pembangunan ekonomi itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, bukan merupakan gambaran ekonomi satu saat saja.

Dalam Sukirno (2006), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

(10)

multidimensional yang melibatkan kepada seluruh perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparitas) dan pengangguran (Todaro, 2008).

Arsyad (2010), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Ada empat model pembangunan (Suryana, 2000) yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan dan model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk setiap rumah tangga.

(11)

2.1.6. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dalam melakukan analisa perkembangan ekonomi di suatu wilayah. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam suatu pembangunan ekonomi dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas, baik terhadap wilayahnya maupun terhadap wilayah lain.

Dalam Teori Klasik Adam Smith menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperluas pangsa pasar, dan perluasan pasar akan meningkatkan spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Lebih lanjut, spesialisasi akan meningkatkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan upah dan keuntungan. Dengan demikian, proses pertumbuhan akan terus berlangsung sampai seluruh sumber daya termanfaatkan.

Sementara itu David Ricardo, mengemukakan pandangan yang berbeda dengan Adam Smith. Menurutnya, perkembangan penduduk yang berjalan cepat pada akhirnya akan menurunkan kembali tingkat pertumbuhan ekonomi ke taraf yang rendah. Pola pertumbuhan ekonomi menurut Ricardo berawal dari jumlah penduduk rendah dan sumber daya alam yang relatif melimpah.

(12)

menyatakan untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta pengawasan secara langsung.

Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi dapat didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunaanya telah cukup dikenal.

Menurut Simon dalam Jhingan (2004) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk meyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.

(13)

ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu dengan PDRB tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting (Arsyad, 2010) yaitu:

1) Akumulasi Modal

Akumulasi modal adalah semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumber daya yang telah ada.

2)Pertumbuhan Penduduk

(14)

3)Kemajuan Teknologi

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional.

2.1.7. Sikap Masyarakat

Sikap adalah suatu bangun psikologis, seperti semua wujud psikologis sikap adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya.

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya, pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu obyek sikap tertentu.

Sikap tersebut dapat bersifat negatif dapat pula bersifat posistif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu obyek, sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengaharapkan kehadiran obyek tertentu (Adi, 1994).

(15)

atau negatif, dengan kata lain munculnya sikap positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi masyarakat.

2.2. Penelitian Terdahulu

Menurut Putrawan (2005) yang mengatakan bahwa PT Federal Internasional Finance (FIF) telah melaksanakan CSR sejak tahun 2005 jauh sebelum lahirnya UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT yang menggantikan UU No. 1 Tahun 1995. Hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan PT Astra Internasional sebagai Holding Company dari FIF yang telah merasakan manfaat melaksanakan CSR terutama terhadap eksistensi perusahaan tersebut di mata internasional. Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan CSR adalah kelangsungan bisnis perusahaan bisa lebih terjamin, disamping itu dengan pelaksanaan CSR perhatian pemerintah lebih fokus terhadap kegiatan perusahaan, hal ini terbukti dengan adanya penghargaan Pemerintah terhadap pelaksanaan CSR oleh FIF tersebut.

Menurut Susanto (2005) mengemukakan dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam) manfaat yang dapat diperoleh dari aktifitas CSR, yaitu: (a) Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan, (b) CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan oleh suatu krisis, (c) Keterlibatan dan kebanggaan karyawan, (d) CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholdersnya, (e) Meningkatkan penjualan, dan (f) Insentif-insentif lainnya

(16)

Menurut Wibisono (2005) perusahaan mendapat beberapa keuntungan karena menerapkan CSR yaitu: (a) Untuk mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, (b) Layak mendapatkan izin untuk beroperasi (social license to operate), (c) Mereduksi resiko bisnis perusahaan, (d) Melebarkan akses ke sumber daya, (e) Membentangkan akses menuju market, (f) Memperbaiki hubungan dengan stakehokders, (g) Memperbaiki hubungan dengan regulator, (h) Mereduksi biaya, (i) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan, dan (j) Peluang mendapatkan penghargaan. Banyak reward ditawarkan bagi penggiat CSR. Sehingga kesempatan untuk mendapatkan penghargaan mempunyai peluang yang cukup tinggi.

(17)

2.3. Kerangka Pemikiran

Strategi dan sikap masyarakat terhadap program CSR Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara maka dapat diuraikan pada skema kerangka pemikiran seperti Gambar dibawah ini.

P

Gambar 2,1, Kerangka Pemikiran Program CSR Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara

2,4, Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1) Program CSR Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara memberikan pengaruh yang positif terhadap sosial budaya masyarakat sekitar perusahaan.

2) Sikap atau persepsi masyarakat bersifat positif terhadap program CSR Pelindo I di Provinsi Sumatera Utara.

Program CSR

Strategi Ke depan Pengembangan Program

(18)

3) Pelaksanaan program CSR memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar perusahaan.

Gambar

Gambar dibawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan penelitian Elkington (2006) tersebut, Ntim dan Soobaroyen (2013) menyatakan bahwa keputusan untuk terlibat dalam kegiatan tanggung jawab sosial

Peningkatan nilai toleransi risiko dari = , sampai dengan = , hanya menghasilkan peningkatan nilai perbandingan antara rata-rata tingkat pengembalian portofolio

Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan.. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

[r]

Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan kepada Walikota melalui Kepala OPD yang diberikan kewenangan pengelolaan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak

Kebiasaan Konsumsi Natrium Dan Kalium Sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Wanita Lanjut Usia..

Dalam organisasi dapat juga dijumpai MTK sifatnya mendua atau ambiguitas. Masalah-masalah ini memerlukan banyak intreprestasi atau pandangan yang berkisar pada MTK.