• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsitusi Dedak Dengan Pod Kakao Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Terhadap Performans Broiler Umur 6 Minggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Subsitusi Dedak Dengan Pod Kakao Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Terhadap Performans Broiler Umur 6 Minggu"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Pod Kakao

Pod kakao yaitu hasil samping dari pengolahan biji coklat dan merupakan salah satu limbah dari hasil panen yang sangat potensial untuk dijadikan salah satu pakan ternak. Pod kakao dapat menggantikan sumber-sumber energi dalam ransum tanpa mempengaruhi kondisi ternak (Smith dan Adegbola, 1982).

Pod kakao mengandung lignin dan teobromin tinggi (Aregheore, 2000), selain juga mengandung serat kasar yang tinggi (40,03%) dan protein yang rendah (9,71%) (Laconi, 1998). kulit kakao mengandung selulosa 36,23%, hemiselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95%. Lignin yang berikatan dengan selulosa menyebabkan selulosa tidak bisa dimanfaatkan oleh ternak. Untuk meningkatkan kualitas ransum yang rendah dapat dilakukan dengan menfermentasi pod kakao dengan Aspergillus niger.Dengan adanya fermentasi maka kualitas dan nilai gizi ransum akan meningkat ( Amirroenas ,1990).

Dari buah segar akan dihasilkan limbah kulit buah Kakao sebesar 75% (Siregar, 1996). Kulit buah Kakao terdiri dari 10 alur (5 dalam dan 5 dangkal) berselang seling. Permukaan buah ada yang halus dan ada yang kasar, warna buah beragam ada yang merah hijau, merah muda dan merah tua (Poedjiwidodo, 1996).

(2)

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kakao Tanaman Perkebunan Rakyat. Sumber/Source : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara/Plantation Office of Sumatera

Utara Province

Keterangan/Note: -) Data tidak tersedia/Data not available

*)

(3)

Perbandingan kandungan nutrisi pod kakao tanpa fermentasi dan kulit kakao yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan nutrisi kulit kakao tanpa fermentasi dan kulit kakao yang difermentasi dengan Aspergillus niger.

Nutrien Pod kakao Pod kakao fermentasi

Sumber : 1. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak FP USU (2010) : 2. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2011) : 3. Siregar (2009)

Fermentasi

Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses dalam fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberap jenis bakteri tertentu (Friaz, 1992).

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu (Saono, 1976).

Fermentasi makanan adalah kondisi perlakuan dan penyimpanan produk dalam lingkungan dimana beberapa tipe organisme dapat berkembangbiak. Proses fermentasi mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat nutrien atau mineral bagi

(4)

kultur media padat atau semi padat dan media cair, sedangkan kultur terendam dilakukan dengan menggunakan media cair dalam bio-reaktor atau fermentator.

Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya seluosa dan hemiselulsa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983).

Aspergillus niger

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, family Moniliaceae, ordo monoliales, dan kelas fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, diantaranya digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan beberapa enzim seperti amylase, pektinase, amiloglukosidase dan sellulase. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35oC – 37oC (optimum), 6oC - 8oC (minimum), 45oC - 47oC (maksimum) dan

memerlukan oksigen yang cukup (aerob) (Media Komunikasi Permi Malang, 2007).

Aspergillus niger termasuk ke dalam kelas Ascomycetes. Di dalam industri

(5)

Aspergillus niger antara lain: a) warna konidia hitam kelam atau hitam kecoklatan dan berbentuk bulat, b) bersifat termofilik, tidak terganggu pertumbuhannya karena adanya peningkatan suhu, c) dapat hidup dalam kelembaban nisbi, d) dapat menguraikan benzoat dengan hidroksilasi menggunakan enzim benzoat-4 hidroksilase menjadi 4-hidroksibenzoat, e) memiliki enzim 4-hidroksibenzoat hidroksilase yang dapat menghidrolisa 4-hidroksibenzoat menjadi 3,4-dihudroksi benzoat, f) natrium dan formalin dapat menghambat pertumbuhan Aspergilus niger, g) dapat hidup dalam spons (spons Hyrtios Proteus), h) dapat merusak bahan pangan yang dikeringkan atau bahan makanan yang memiliki kadar garam tinggi, i) dapat mengakumulasi asam sitrat ( Gandjar, 2006).

Manfaat fermentasi dengan teknologi ini antara lain: a) meningkatkan kandungan protein, b) menurunkan kandungan serat kasar, c) menurunkan kandungan tanin (zat penghambat pencernaan).

Broiler

(6)

Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5 sampai 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Ciri – ciri Day Old Chick (DOC) Kualitas Baik

Beberapa ciri Day Old Chick yang berkualitas yang baik berdasarkan penampilannya secara umum dari luar (general appearance) sebagai berikut: a) bebas dari penyakit (free diseases) terutama penyakit pullorum, omphalitis dan jamur, b) berasal dari induk yang matang umur dan dari pembibit yang berpengalaman, c) day old chick terlihat aktif, mata cerah dan lincah, d) day old chick memiliki kekebalan dari induk yang tinggi, e) kaki besar dan basah seperti minyak, f) bulu cerah, tidak kusam dan penuh, g) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih, h) keadaan tubuh ayam normal, i) berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g (Fadilah, 2000).

Kebutuhan Nutrisi Broiler

Kartadisastra (1994), menyatakan jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan produksi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara. Ayam membutuhkan sejumlah unsur nutrisi untuk keperluan hidup dan produksi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 1997).

(7)

kebutuhan nutrien yang lain disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisien maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi ransum harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat energi dan protein sehingga penggunaan ransum menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).

Perbedaan ransum yang diberikan tergantung pada kebutuhan broiler pada fase pertumbuhannya. Kebutuhan zat makanan broiler pada fase yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Broiler Fase Starter dan Finisher.

Zat Nutrisi Starter Finisher

Protein kasar (%) 22 20

Apabila energi dalam ransum berlebihan maka konsumsi ransum akan sangat sedikit. Hal ini mengakibatkan defisiensi yang sangat hebat dari asam amino, mineral dan vitamin. Oleh karena itu untuk menyusun ransum diperlukan kandungan energi dan protein yang seimbang (Sudaryani dan Santosa, 1995).

(8)

yang energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila energi ransum rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya (Murtidjo, 1992). Menurut Parakkasi (1990) ransum ternak dapat dikatakan baik bila dikonsumsi secara normal dan dapat mensuplai nutrisi dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi biologis dan tubuh berjalan normal. Tujuan utama pemberian makanan adalah untuk menjamin pertambahan bobot badan yang paling ekonomis selama periode pertumbuhan dan perkembangan (Anggorodi, 1985).

Dedak Padi

Dedak padi (bekatul) merupakan hasil dari proses penggilingan padi yang digiling, jumlahnya sekitar 10% dari total berat padi. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak mempunyai kandungan karbohidrat atau sumber energi yang cukup tinggi dan protein lebih kurang 13%. (Parakkasi, 1995).

Kandungan nilai gizi dari dedak padi dapat kita lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Nutrisi Dedak Padi

Nutrisi Kandungan

(9)

Kandungan nutrisi pada jagung dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Nutrisi Jagung

Nutrisi Kandungan

Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas, karena bahan tersebut mengandung semua asam-asam amino yang dibutuhkan dalam jumlah cukup dan teristimewa merupakan sumber lisin dan methionin yang baik. Penggunann tepung ikan dalam ransum unggas sering kali harus dibatasi untuk mencegah bau ikan yang meresap kedalam daging atau telur (Anggorodi, 1985).

Kandungan nutrisi pada tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Tepung Ikan

Nutrisi Kandungan

Bungkul kedelai merupakan sumber protein terbesar pada pakan ternak. Bungkil kedelai murupakan limbah dari hasil pertanian yang bisa dimamfaatkan sebagai pakan ternak (Anggarodi, 1985).

(10)

Tabel 7. Komposisi Bungkil Kedelai

Sumber energi paling banyak digunakan dalam ransum unggas adalah lemak dan minyak yang diperoleh dari industri pengolahan daging, hasil ikutan pembuatan sabun, pemirnian minyak tumbuhan atau minyak tumbuhan itu sendiri. Minyak tumbuhan memiliki nilai energi metabolis yang lebih tinggi dibandingkan dengan lemak hewan dan lebih mudah dicerna (Anggorodi, 1985).

Peformans Broiler

Konsumsi ransum

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam ransum tersebut. Secara biologis ayam mengkonsumsi pakan untuk proses hidupnya. Kebutuhan energi untuk fungsi - fungsi tubuh dan memperlancar reaksi - reaksi asam amino dari tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa ternak ayam dalam mengkonsumsi makanannya digunakan untuk kebutuhan ternak tersebut (Wahyu, 1985).

(11)

Tingkat protein dan energi metabolisme yang berbeda berpengaruh terhadap konsumsi pakan, selisih kandungan energi metabolisme pada setiap pakan perlakuan tidak jauh berbeda, sehingga ayam pada tiap perlakuan cenderung mengkonsumsi pakan yang sama ( Wahyu (1988).

Pertumbuhan dan pertambahan bobot badan broiler

Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi ransum dan energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Variasi energi yang disuplai pada ternak akan digambarkan pada laju pertumbuhan (Donald et al., 1995).

Menurut Anggorodi (1990), pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari suatu sel telur yang dibuahi dan berlanjut sampai hewan mencapai dewasannya. Pertambahan bobot badan dan bobot dari jaringan seperti berat daging, tulang, jantung, otak dan jaringan lainnya, diartikan sebagai pertumbuhan.

Pertambahan berat badan kerap kali digunakan sebagai pegangan berproduksi bagi peternak dan para ahli. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa ada bibit ayam yang memang pertambahan berat badannya hebat, tetapi hebat pula makanannya. Padahal biaya untuk ransum adalah yang terbesar bagi suatu peternakan ayam. Oleh karena itu, pertambahan berat badan haruslah pula dikaitkan dengan konsumsi ransumnya (Rasyaf, 1993).

(12)

pertumbuhan terjadi pada saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Anggorodi, 1990).

Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh ransum, bangsa dan lingkungan. Pertumbuhan berlangsung pada waktu tertentu dan berjalan cepat sampai ternak mencapai tingkat dewasa kelamin, setelah ini pertumbuhan berangsur - angsur turun dan sampai periode tertentu akan berhenti. Pertumbuhan ini adalah juga pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan - jaringan tubuh seperi urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan lainnya (Anggorodi, 1995).

Kartadisastra (1994), menyatakan bahwa bobot badan ayam (tergantung strainnya) akan menentukan jumlah konsumsi ransumnya. Semakin besar bobot badan ayam, semakin banyak jumlah konsumsi ransumnya. Disamping strain, jenis dan tipe ayam juga menentukan.

Siregar dan Sabrani (1970) menyatakan bahwa serat kasar yang berlebihan dapat mengurangi efisiensi penggunaan nutrien lain, sebaliknya apabila serat kasar ransum terlalu rendah, mengakibatkan ransum tidak dapat dicerna dengan baik. Wahju, (1992) yang menyatakan bahwa Serat kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama ekskreta.

Konversi Ransum

Menurut Rasyaf (1993), konversi ransum adalah ransum yang habis dikonsumsi ayam dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan bobot badan (pada waktu tertentu) semakin baik mutu ransum semakin kecil konversinya.

(13)

ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya mutu ransum, temperatur, lingkungan dan tujuan pemeliharaannya serta genetik (Tillman et al., 1986).

Semakin baik mutu ransum semakin kecil pula konversi ransumnya. Baik tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbang tidaknya zat – zat gizi dalam ransum itu diperlukan oleh tubuh ayam. ransum yang kekurangan salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ayam akan memakan ransumnya secara berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan tubuhnya (Sarwono, 1996).

Gambar

Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kakao Tanaman Perkebunan Rakyat.
Tabel 2. Kandungan nutrisi kulit kakao tanpa fermentasi dan kulit kakao yang difermentasi dengan Aspergillus niger
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Broiler Fase Starter dan  Finisher.
Tabel 4. Komposisi Nutrisi Dedak Padi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah

Setelah melakukan analisis persimpangan dengan beberapa alternatif oleh perangkat lunak VISSIM tersebut, maka kedua simpang dibuat menjadi simpang

Hudiono (2006: 1) menyatakan bahwa, pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran matematika, sasaran utamanya adalah mengharapkan munculnya kemampuan siswa dalam pemecahan

tanggung jawab pengembangan karier merupakan tanggung jawab individu sehingga setiap individu harus melakukan manajemen karier diri sendiri. Setiap pekerja selalu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan karir mempunyai pengaruh yang positif terhadap prestasi kerja, artinya apabila dengan adanya program pembinaan kariryang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penga- ruh penambahan kulit pisang kepok ( Musa paradisiaca L.) terhadap pengolahan sampel air sumur dalam menurunkan

Perkembangan era informasi telah meletakan sebuah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha budidaya di bidang perikanan. Aplikasi ini

Keaktifan siswa pada siklus 1 sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan pada kondisi awal hal ini ditunjukkan persentase keaktifan siswa 56,94 % dengan kriteria