• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Komitmen Pimpinan Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Sugiyono (2013: 128) menyatakan bahwa kerangka konsep akan

menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu antara

variabel independen dengan variabel dependen. Secara ringkas kerangka

konseptual yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan

barang milik daerah dengan komitmen pimpinan sebagai variabel moderator dapat

dilihat pada gambar 3.1.

variabel independen Variabel moderating variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Kualitas aparatur daerah (X1)

Kepatuhan pada regulasi (X2)

Sistem informasi manajemen (X3)

Komitmen pimpinan (Z)

(2)

Kerangka konseptual (3.1) menggambarkan pengaruh variabel independen

yaitu kualitas aparatur daerah (X1), kepatuhan pada regulasi (X2), sistem

Informasi (X3) dan komunikasi (X4) terhadap variabel dependen yaitu kualitas

pengelolaan barang milik daerah (Y), tanpa dan melalui variabel moderating yaitu

komitmen pimpinan (Z). Hubungan antar variabel diuraikan berikut ini:

1. Kualitas aparatur daerah merupakan kemampuan dan keterampilan dari

pengurus/ penyimpan barang sebagai pelaksana teknis pengelolaan barang

milik daerah yang diukur dari pelatihan, pengalaman, jenjang kepangkatan,

dan keahlian. Seharusnya dengan adanya aparatur yang berkualitas akan

berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah.

2. Kepatuhan pada regulasi yaitu sikap kecenderungan dan keinginan oleh

pelaksana pengelola barang milik daerah untuk melaksanakan regulasi

pengelolaan barang milik daerah. Suatu implementasi kebijakan jika ingin

berhasil secara efektif dan efisien, maka para pelaksana (implementors) harus

mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai regulasi untuk melaksanakan

kebijakan tersebut. Suatu kepatuhan dari regulasi oleh pelaksana seharusnya

berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah.

3. Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA)-BMD diperlukan agar setiap

informasi mengenai barang milik daerah diproses lebih cepat, akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan. Penggunaan SIMDA-BMD seharusnya bisa

meningkatkan kualitas pengelolaan barang milik daerah karena proses

pengelolaan barang daerah meliputi perencanaan, pengadaan, penatausahaan,

penghapusan dan akuntansi barang daerah bisa dilakukan secara komputerisasi

(3)

4. Komunikasi yang baik diperlukan dalam pengelolaan barang milik daerah.

Pengelolaan barang milik daerah terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan yang dilakukan oleh beberapa unit. Proses ini akan berjalan

efektif jika para pelaksana mengetahui apa yang harus dikerjakan, dan untuk

itu diperlukan komunikasi antara pengurus/ penyimpan barang dengan kepala

SKPD, bagian akuntansi dan pengurus/ penyimpan barang dari SKPD lain.

Sehingga komunikasi yang baik antara pihak-pihak tersebut seharusnya

berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah.

5. Komitmen pimpinan merupakan suatu sikap kepala SKPD yang dapat

mengatur dan memberi pengaruh terhadap pengelolaan barang milik daerah

untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan. Komitmen pimpinan

seharusnya bisa menjadi faktor yang memperkuat/ memperlemah hubungan

antara kualitas aparatur, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi

manajemen, dan komunikasi dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah.

3.2. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 132) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka

pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan uraian di atas, diajukan dua

(4)

H1 : Kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi

manajemen, dan komunikasi berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan

barang milik daerah pada SKPD di Pemerintahaan Kota Tebing Tinggi baik

secara simultan dan parsial.

H2 : Komitmen pimpinan dapat memoderasi hubungan antara kualitas aparatur

daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen, dan

komunikasi dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah pada SKPD

(5)

46 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian dari peneliti

sebelumnya. Pendekatan pada penelitian ini berdasarkan pengukuran dan analisis

data merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang datanya berupa

angka-angka dan dapat dianalisis menggunakan teknik statistik (Sugiyono,2013: 35).

Metode penelitian ini adalah metode survei dan berdasarkan tingkat eksplanasinya

merupakan jenis penelitian asosiatif yang bersifat kausal (Causal Research). Penelitian kausal bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antara

variabel dependen dengan variabel independen (Rochaety, dkk, 2007: 27).

4.2. Lokasi, Waktu dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada lingkungan Satuan Kerja Perangkat

Daearh (SKPD) pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi dan dimulai bulan

Desember tahun 2015 sampai dengan selesai.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja

dalam pengelolaan barang milik daerah di Setiap SKPD Pemerintah Kota Tebing

Tinggi. Jumlah SKPD yang ada di Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebanyak 31

SKPD. Pada masing-masing SKPD akan diberikan 3 (tiga) set kuesioner yang

(6)

1. Pengguna Barang selaku kepala SKPD yang memiliki wewenang untuk

melakukan pengelolaan barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

2. Pengurus Barang SKPD yang bertugas mengurus barang milik daerah dalam

pemakaian pada masing-masing pengguna barang.

3. Penyimpan Barang SKPD yang diserahi tugas untuk menerima, menyimpan,

dan mengeluarkan barang

Total responden yang menjadi anggota populasi dan akan diberikan kuesioner

sebanyak 93 responden. Sampel penelitian menggunakan metode sensus yaitu

seluruh anggota populasi dijadikan sampel. Daftar populasi dan sampel dapat dilihat pada lampiran 2.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode

pengumpulan data primer pada penelitian ini adalah mengunakan instrumen

kuesioner yang diisi oleh pengguna barang SKPD, pengurus barang SKPD dan

penyimpan barang SKPD di Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Kuesioner kualitas

pengelolaan barang milik daerah merupakan modifikasi dari kuesioner Oktaviana

(2010) yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Modifikasi

dilakukan karena pada kuesioner Oktaviana (2010) belum ada item pertanyaan

untuk tuntutan ganti rugi yang merupakan bagian dari pelaksanaan pengelolaan

barang milik daerah pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007

(7)

Kuesioner untuk kualitas aparatur daerah dan variabel sistem informasi

manajemen merupakan modifikasi dari kuesioner Azhar (2013). Pada variabel

kualitas aparatur terdapat mondifikasi pada instrumen kuesioner karena ada

perbedaan indikator. Indikator Azhar (2013), pendidikan dan pedoman tidak

digunakan dan diganti dengan indikator kepangkatan dan keahlian agar sesuai

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Variabel sistem informasi manajemen

ada penambahan satu poin untuk indikator prosedur mengenai pemeliharaan

hardware dan software.

Kuesioner untuk variabel independen kepatuhan pada regulasi dan

komunikasi merupakan modifikasi dari kuesioner Inayah (2010) dan dilakukan

penyesuaian dengan objek yang diteliti. Kuesioner komitmen pimpinan sebagai

variabel moderating merupakan modifikasi dari kuesioner Meyer et al. (1993)

dalam Sopiah (2008) yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi yang

terdapat pada Permendagri No. 17 Tahun 2007.

Kuesioner tersebut diantar langsung kepada responden di tempat kerja dan

diberi kesempatan jangka waktu untuk menjawab kuesioner selama dua minggu,

setelah itu kuesioner akan dikumpulkan kembali oleh peneliti. Jika ada yang

belum menyelesaikan akan diberikan tambahan waktu selama satu minggu lagi.

Jika tidak selesai juga setelah tambahan waktu maka responden tidak dijadikan

(8)

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Definisi operasional dari masing-masing varibel merupakan definisi yang

dijadikan sebagai dasar untuk menentukan besarnya nilai dari masing-masing

variabel baik variabel dependen yaitu kualitas pengelolaan barang milik daerah

(Y) dan variabel independen yaitu kualitas aparatur daerah (X1), kepatuhan pada

regulasi (X2), sistem informasi (X3), dan komunikasi (X4) serta Komitmen

Pimpinan sebagai variabel moderating (Z).

4.5.1. Kualitas pengelolaan barang milik daerah (Y)

Kualitas pengelolaan barang milik daerah dalam penelitian ini adalah

terlaksananya proses pengelolaan barang milik daerah sudah sesuai dengan

pedoman teknis pengelolaan barang milik daerah yang diatur dalam peraturan

menteri dalam negeri No. 17 tahun 2007. Indikator untuk mengukur kualitas

pengelolaan barang milik daerah adalah : (1) perencanaan aset tetap sesuai dengan

kebutuhan; (2) proses pengadaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan; (3)

penggunaan aset sesuai dengan peruntukannya; (4) penerimaan, penyimpanan dan

penyaluran; (5) penatausahaan dilakukan dengan program SIMDA-BMD; (6)

pemanfaatan aset dilakukan dalam rangka peningkatan PAD; (7) pengamanan dan

pemeliharaan dilakukan secara berkala; (8) penilaian terhadap perhitungan

depresiasi; (9) penghapusan barang milik daerah; (10) pemindahtanganan; (11)

adanya pengawasan dilakukan oleh kepala SKPD; (12) pembiayaan; (13) tuntutan

ganti rugi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan

metode pembobotan menggunakan skala sikap Likert. Pernyataan sikap responden

(9)

sebagian besar), skor 3 (N= netral), skor 2 (SK=sebagian kecil), dan skor 1 (SSB=

sama sekali belum).

4.5.2. Kualitas aparatur daerah

Kualitas aparatur daerah didefenisikan sebagai semua potensi yang ada

pada petugas pengelola BMD agar sesuai dengan persyaratan yang sudah

ditetapkan peraturan. Indikator pengukuran dari kualitas aparatur daerah adalah:

(1) pelatihan; (2) pengalaman; (3) jenjang kepangkatan; (4) keahlian. Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan metode pembobotan

menggunakan skala sikap likert. Menurut Siregar (2012: 25), Skala Likert

memiliki dua bentuk pernyataan, yaitu: pernyataan positif dan negatif. Pernyataan

sikap responden terhadap sebuah pernyataan yang bersifat positip (favorable)

diberikan skor pengukuran; 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3

(N=netral), skor 2 (KS=kurang setuju), dan skor 1 (TS=tidak setuju). Untuk

Pernyataan sikap responden terhadap sebuah pernyataan yang bersifat negatif

(unfavorable) diberikan skor: 1 (SS=sangat setuju), skor 2 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 4 (KS=kurang setuju), dan skor 5 (TS=tidak setuju).

4.5.3. Kepatuhan pada regulasi

Kepatatuhan pada regulasi didefenisikan sebagai sikap kecenderungan dan

keinginan oleh pelaksana pengelola barang milik daerah untuk melaksanakan

regulasi pengelolaan barang milik daerah. Indikator pengukuran variabel ini

adalah: (1) pemahaman implementor; (2) respon implementor. Skala pengukuran

(10)

skala sikap likert. Pernyataan sikap responden terhadap sebuah pernyataan

diberikan skor pengukuran; 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3

(N=netral), skor 2 (KS=kurang setuju), dan skor 1 (TS=tidak setuju).

4,5.4. Sistem informasi manajemen

Sistem informasi manajemen didefenisikan sebagai penggunaan secara

optimal dari komputer, perangkat lunak (software), database, jaringan dan

pemeliharaan perangkat untuk menghasilkan informasi-informasi yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah. Indikator

pengukuran dalam sistem informasi manajemen adalah: 1) hardware; 2) software;

3) prosedur; 4) jaringan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval,

dengan metode pembobotan menggunakan skala sikap likert. Pernyataan sikap

responden terhadap sebuah pernyataan yang bersifat positip (favorable) diberikan

skor pengukuran; 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor

2 (KS=kurang setuju), dan skor 1 (TS=tidak setuju). Untuk Pernyataan sikap

responden terhadap sebuah pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

diberikan skor : 1 (SS=sangat setuju), skor 2 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 4

(KS=kurang setuju), dan skor 5 (TS=tidak setuju).

4.5.5. Komunikasi

Komunikasi didefenisikan sebagai petunjuk atau penafsiran pesan di

antara pelaksana pengelolaaan barang milik daerah atau pihak yang

berkepentingan dalam pengelolaan barang milik daerah. Indikator pengukuran

dalam komunikasi adalah: (1) transmisi; (2) kejelasan; (3) konsistensi dan (4)

(11)

metode pembobotan menggunakan skala sikap likert.Pernyataan sikap responden

terhadap sebuah pernyataan yang bersifat positip (favorable) diberikan skor

pengukuran; 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 2

(KS=kurang setuju), dan skor 1 (TS=tidak setuju). Untuk Pernyataan sikap

responden terhadap sebuah pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable)

diberikan skor : 1 (SS=sangat setuju), skor 2 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor 4

(KS=kurang setuju), dan skor 5 (TS=tidak setuju).

4.5.6. Komitmen pimpinan

Komitmen pimpinan didefenisikan sebagai keinginan yang kuat kepala

SKPD untuk tetap mempertahankan dirinya dalam organisasi dan bersedia untuk

melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian kualitas pengelolaan barang milik

daerah. Indikator komitmen pimpinan adalah 1) Affective commitment; 2)

Continuance commitment; 3) Normative commitment. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, dengan metode pembobotan menggunakan skala

sikap likert. Pernyataan sikap responden terhadap sebuah pernyataan diberikan

skor pengukuran; 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (N=netral), skor

2 (KS=kurang setuju), dan skor 1 (TS=tidak setuju).

(12)

Tabel 4.1

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Operasional Indikator Skala 1 Kualitas milik daerah yang diatur dalam peraturan menteri dalam negeri No. 17 tahun 2007.

Variabel ini diukur dengan indikator yaitu

1. Perencanaan aset tetap sesuai kebutuhan;

2. Pengadaan; 3. penerimaan,

penyimpanan dan penyaluran;

4. Penggunaan aset sesuai dengan peruntukannya perhitungan aset tetap

9. Penghapusan; 10.Pemindahtanganan; 11.Adanya pengawasan ; 12.Pembiayaan; 13.Tuntutan Ganti Rugi;

Interval

2 Kualitas Aparatur Daerah (X1)

Semua potensi yang ada pada petugas pengelola barang milik daerah.

1. Pemahaman implementor barang milik daerah

1. Hardware 2. Software 3. Prosedur 4. Jaringan

(13)

Lanjutan tabel 4.3 BMD atau pihak yang berkepentingan dalam usaha yang tinggi bagi pencapaian kuaalitas pengelolaan barang milik daerah.

1. Affective commitment 2. Continuance commitment; 3. Normative commitment.

Interval

4.6. Metode Analisis Data

Kuesioner yang telah diisi oleh responden dikuantitatifkan terlebih

dahulu dengan menggunakan skala ukur interval dan menggunakan

metode pembobotan skala sikap likert, sehingga menghasilkan keluaran

berupa angka yang selanjutnya dianalisis melalui program SPSS

(Statistical Package for Sosial Science). Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda

(multiple regression analysis).

4.6.1. Uji kualitas instr umen dan data

4.6.1.1 Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

item-item pertanyaan kuesioner dalam penelitian. Menurut Ghozali (2013:

52) suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Pengujian validitas data dilakukann dengan Uji signifikansi dilakukan dengan

(14)

n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung untuk r tiap butir dapat

dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali,2013 :

53).

4.6.1.2 Uji r eliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari varibel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel atau andal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013: 47). Teknik yang

digunakan untuk mengukur reliabilitas pengamatan adalah dengan menggunakan

uji statistik cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memiliki nilai cronbach alpha > 0,7 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2013: 48).

4.6.2. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriftif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum (Sugiyono, 2013: 239) . Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, puncak distribusi data (kurtosis) dan kemencengan distribusi

(skewness). Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan

(15)

4.6.3 Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan uji asumsi klasik, yaitu

dengan menggunakan : uji normalitas, uji multikolonieritas dan uji

heterokedastisitas. Uji ini dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian

hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan untuk menentukan syarat

persamaan pada model regresi dan dapat diterima secara ekonometrik.

4.6.3.1 Uji normalitas

Pengujian Normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data

dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak

digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Pada

penelitian ini, untuk mengetahui normalitas data dengan menggunakan uji

statistik. Uji Statistik yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunkan uji

Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria:

1. Jika nilai signifikansi atau probabilitasnya > 0,05 maka distribusi data

adalah normal.

2. Jika nilai signifikansi atau probabilitasnya < 0,05 maka distribusi data

adalah tidak normal.

4.6.3.2 Uji multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah model regresi

ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel bebas (independen) (Ghozali:

2013). Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

varibel bebasnya. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah independen yang nilai

(16)

Untuk itu diperlukan uji multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu

dengan :

1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika angka VIF > 10, maka Variabel bebas yang ada memiliki masalah multikolinieritas

2. Melihat nilai tolerance pada output penilian multikolinieritas yang tidak menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 akan memberikan kenyataan

bahwa tidak terjadi masalah multikolinieritas.

4.6.3.3 Uji heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2013: 139), uji heterokedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varaians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan

jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Secara statistik uji

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji glejser, yaitu dengan meregres nilai

absolut residual terhadap variabel independen.

4.6.4 Pengujian Hipotesis Penelitian 4.6.4.1. Pengujian hipoteis pertama (H1)

Pada penelitian ini pendekatan analisis yang dilakukan dengan metode

analisis regresi berganda. Metode analisis regresi berganda bertujuan untuk

mengukur besarnya pengaruh dua atau lebih variabel dependen terhadap satu

variabel independen dan juga menunjukkan arah hubungan antara varibel

(17)

Oleh karena itu model penelitian dengan persamaan regresi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X 2 + β3X3+ β4X4 +e

Dimana:

Y = Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah

X1 = Kualitas Aparatur Daerah

X2 = Kepatuhan Pada Regulasi

X3 = Sistem Informasi Manajemen

X4 = Komunikasi

α = Konstanta

β1.. β4 = Koefisien regresi

e = Error

Berdasarkan model persamaan hipotesis pertama di atas dilaksanakan uji

koefisien , determinasi (Adjusted R2) , Uji signifikansi simultan (Uji statistik F)

dan Uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t)

1. Uji koefisien determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2013:

97). Menurut Ghozali (2013: 97), kelemahan mendasar penggunaan koefisien

determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Sehingga banyak peneliti menganjurkan untuk

(18)

variabel independen ditambahkan ke dalam model. Menurut Ghozali (2013: 177),

Adjusted R2 digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Menurut Ghozali (2013: 177), Nilai Adjusted R2 yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksikan variasi variabel dependen, dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel-variabel independen hampir tidak memberikan

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

2. Uji signifikansi simultan (Uji statistik F)

Menurut Ghozali (2013), uji statistik F pada dasarnya menunjukkan

apakah semua varibel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen/ terikat. .

Hipotesis untuk uji statistik F pada penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

H1 : β ≠ 0, Kualitas Aparatur Daerah, Kepatuhan pada Regulasi, Sistem

Informasi Manajemen, dan Komunikasi secara simultan

berpengaruh terhadap Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F, adalah sebagai berikut:

1. Jika F hitung > F tabel dan signifikansi < α = 5%, maka menerima H1, artinya

Kualitas Aparatur Daerah, Kepatuhan pada Regulasi, Sistem Informasi

Manajemen, dan Komunikasi secara simultan berpengaruh terhadap Kualitas

Pengelolaan Barang Milik Daerah

2. Jika F hitung < F tabel dan signifikansi > α = 5%, maka tidak dapat menerima

(19)

3. Uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel terikat/ dependen (Ghozali, 2013 : 98). Hipotesis untuk uji statistik t

adalah sebagai berikut :

H1 : β ≠ 0, Kualitas Aparatur Daerah, Kepatuhan pada Regulasi, Sistem

Informasi Manajemen, dan Komunikasi secara parsial berpengaruh

terhadap Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kriteria pengambilan keputusan atas hasil uji statistik t sebagai berikut:

1. Jika t hitung > t tabel dan signifikansi < α = 5%, maka menerima H1, artinya

Kualitas Aparatur Daerah, Kepatuhan pada Regulasi, Sistem Informasi

Manajemen, dan Komunikasi secara parsial berpengaruh terhadap Kualitas

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

2. Jika t hitung < t tabel dan signifikansi > α = 5%, maka tidak dapat menerima

H1.

4.6.4.2. Pengujian hipoteis kedua (H2)

Hipotesis kedua menggunakan analisis linear regresi berganda dengan

variabel moderating. Ghozali (2013: 223) menyatakan variabel moderating

adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan

antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Ada tiga cara

menguji regresi dengan variabel moderating yaitu : (1) Uji Interaksi, (2) Uji Nilai

(20)

Pengujian variabel moderating dalam penelitian ini menggunakan uji

residual. Uji residual digunakan agar tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali,

2013: 239, selain itu uji residual dapat menunjukkan apakah suatu variabel dapat

dinyatakan sebagai variabel moderating atau tidak. Jika suatu variabel dilakukan

uji residual dengan hasil nilai koefisien signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 yang

berarti signifikan dan koefisien parameternya bernilai negatif bermakna variabel

tersebut adalah variabel moderating (Ghozali, 2013 : 244). Model hipotesis

kedua yang digunakan yaitu :

Dimana:

Z = Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4,β5 = Koefisien Regresi

X1 = Kualitas aparatur

X2 = Kepatuhan pada Regulasi

X3 = Sistem Informasi Manajemen

X4 = Komunikasi

Z = Komitmen Pimpinan

e = Error

| e | = Nilai residual mutlak

Z = α + β1X1 + β2X 2 + β3X3+ β4X4 +e…………. (1)

(21)

62 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1Deskripsi data penelitian

Responden penelitian ini adalah pelaksana pengelola barang milik daerah

dilingkungan Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Kuesioner disebarkan ke 31 SKPD

dan setiap SKPD diberikan 3 (tiga) kuesioner yaitu kepada pengguna barang,

pengurus Barang dan penyimpan barang. Pembagian kuesioner dilakukan dalam

dua tahap, yaitu dengan cara memberikan sebanyak 93 set kuesioner kepada

responden pada tanggal 04, 05 dan tanggal 06 April 2016. Kemudian responden

diberikan waktu untuk menjawab kuesioner selama dua minggu, setelah itu

kuesioner akan dikumpulkan kembali oleh peneliti. Jika ada yang belum

menyelesaikan akan diberikan tambahan waktu selama satu minggu lagi. Dari 93

set kuesioner penelitian yang dibagikan, kembali sebanyak 87 set dan yang rusak

sebanyak satu (1) set, jadi kuesioner yang bisa digunakan untuk melakukan

analisis data hanya sebanyak 86 Set. Distribusi kuesioner yang menggambarkan

jumlah kuesioner yang disebar kepada responden, kuesioner yang tidak kembali

maupun yang kembali dengan hasil baik atau rusak dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner

(22)

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah) 5.1.1.1 Karakteristik Responden Penelitian

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, diperoleh data

tentang karakteristik responden yang terdiri dari : (1) Jenis kelamin, (2) Usia, (3)

Tingkat pendidikan, (4) Jabatan, (5) Golongan, (6) Lama menjabat, dan (7) Diklat

BMD yang pernah diikuti, sesuai Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian (n = 86 )

Nomor Demografi responden Frekuensi Persentase (%) I Jenis Kelamin

III Tingkat Pendidikan 86

1 S2 15 16%

Diklat BMD Yang Pernah

Diikuti 86

1 Tidak Pernah 28 33%

2 Minim (<3 Kali) 30 35%

(23)

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Dari tabel 5.2 di atas, tampak bahwa sebagian besar responden adalah pria yaitu sebanyak 55 orang atau 64% sedangkan responden wanita sebanyak 31 orang atau 36%. Umur responden umumnya berada di 31-40 tahun atau sebanyak 35% dan latar belakang pendidikan responden yang paling dominan adalah pegawai yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana (S1) yaitu 33 orang atau 40 %. Dari jumlah responden, jabatan sebagai pengurus barang merupakan responden terbanyak yaitu sebesar 31 orang (36%), dan golongan II merupakan responden terbanyak yaitu sebanyak 45% atau berjumlah 39 orang, hal ini sesuai dengan salah satu syarat menjadi penyimpan dan pengurus barang pada SKPD/ unit kerja berdasarkan lampiran

yang terdapat pada Permendagri No. 17 Tahun 2007 yaitu paling rendah menduduki

golongan II sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

Berdasarkan Tabel 5-3 dapat dijelaskan bahwa masa kerja pegawai sebagai pengelola barang milik daerah mayoritas di antara 1 tahun sampai 2 tahun yaitu sebanyak 28 orang (32,6%), hal ini menunjukkan bahwa terjadi pergantian personil pengurus/penyimpan barang dalam 2 tahun terakhir. Jumlah diklat pengelolaan barang milik daerah yang pernah diikuti oleh responden paling banyak kurang dari 3 kali diklat (minim) yaitu sebesar 35% atau 30 responden.

5.1.1.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

variabel-variabel penelitian yang menunjukkan menunjukkan nilai maksimum,

nilai minimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari setiap variabel pada

penelitian ini. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas pengelolaan

(24)

daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen, komunikasi, dan

variabel moderating adalah komitmen pimpinan. Statistik deskriptif yang

diperoleh dari jawaban atas kuesioner yang kembali mengenai variabel penelitian

disajikan dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Statistik Deskriptif

N Min Max Mean

Std.

Deviation Skewness Kurtosis

Kualitas Pengelolaan

Sumber : hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan hasil tabulasi data pada 86 kuesioner yang telah

dikumpulkan, maka dapat diuraikan jawaban responden terhadap pernyataan yang

terdapat pada kuesioner penelitian. Pada variabel kualitas pengelolaan barang

milik daerah, nilai rata-rata (mean) 63.3953 artinya rata-rata jawaban dari

kuesioner atas variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah adalah setuju.

Skor jawaban responden mengenai kualitas pengelolaan barang milik daerah

berkisar antara 44 sampai 75 dengan standard deviasi sebesar 6.43022, artinya

persepsi responden terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah cukup baik.

Nilai skewness -0.656 dan kurtosis 0.605 sama-sama mendekati nol, artinya data

(25)

Pada variabel kualitas aparatur daerah, nilai rata-rata (mean) 30.1744

artinya rata-rata jawaban dari kuesioner atas variabel kualitas aparatur daerah

adalah setuju. Skor jawaban responden mengenai kualitas aparatur daerah berkisar

antara 21 sampai 35 dengan standard deviasi sebesar 2.84167, artinya persepsi

responden terhadap kualitas aparatur daerah adalah cukup baik. . Nilai skewness

-0.556 dan kurtosis -0.011 sama-sama mendekati nol, artinya data terdistribusi

secara normal.

Pada variabel kepatuhan pada regulasi, nilai rata-rata (mean) 37.0116

artinya rata-rata jawaban dari kuesioner atas variabel kepatuhan pada regulasi

adalah setuju. Skor jawaban responden mengenai kepatuhan pada regulasi

berkisar antara 27 sampai 45 dengan standard deviasi sebesar 3.98377, artinya

persepsi responden terhadap kepatuhan pada regulasi adalah cukup baik. Nilai

skewness 0.104 dan kurtosis 0.003 sama-sama mendekati nol, artinya data

terdistribusi secara normal.

Pada variabel sistem informasi manajemen, nilai rata-rata (mean) 31.1279

dan standard deviasi sebesar 3.95206 menunjukkan bahwa responden cenderung

memilih jawaban mendekati nilai 4 dengan kategori setuju, jawaban responden

paling rendah (minimum) 21 dengan kategori tidak setuju dan jawaban paling

tinggi (maximum) 40 mendekati nilai 5 dengan kategori sangat setuju. Nilai

skewness -0.242 dan kurtosis -0.023 sama-sama mendekati nol, artinya data

terdistribusi secara normal.

Pada variabel komunikasi, nilai rata-rata (mean) 33.7791 artinya rata-rata

jawaban dari kuesioner atas variabel komunikasi adalah setuju. Skor jawaban

(26)

deviasi sebesar 3.54600, artinya persepsi responden terhadap komunikasi adalah

cukup baik. Nilai skewness 0.381 dan kurtosis 0.330 sama-sama mendekati nol,

artinya data terdistribusi secara normal.

Pada variabel komitmen pimpinan, nilai rata-rata (mean) 26.7209 artinya

rata-rata jawaban dari kuesioner atas variabel komitmen pimpinan adalah setuju.

Skor jawaban responden mengenai komitmen pimpinan berkisar antara 19 sampai

35 dengan standard deviasi sebesar 3.26353, artinya persepsi responden terhadap

komitmen pimpinan adalah cukup baik. Nilai skewness -0.053 dan kurtosis -0.544

sama-sama mendekati nol, artinya data terdistribusi secara normal.

5.1.2. Uji Kualitas Data

Penelitian ini menggunakan data primer, oleh karena itu harus dilakukan

uji kualitas data sebelum pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Uji

kualitas data dapat dilakukan melalui uji reliabilitas dan validitas.

5.1.2.1. Uji Validitas

Pengujian validitas data dilakukann dengan korelasi bivariate antara

masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Dari tampilan output

SPSS pada tabel 5.4, tabel 5.5, tabel 5.6, tabel 5.7, tabel 5.8, dan tabel 5.9 terlihat

bahwa nilai r hitung untuk r tiap butir dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid. Dengan menggunakan responden yang diteliti

sebanyak 86 orang, nilai r-tabel dapat diperoleh dari df (degree of freedom) = n-2,

n merupakan jumlah responden. Maka df untuk penelitian ini adalah 84, dengan

(27)

Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Item r hitung r tabel Status

Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah Y.1 0.544 0,209 Valid

Y.2 0.664 0,209 Valid

Kualitas Aparatur Daerah X1.1 0.511 0,209 Valid

X1.2 0.379 0,209 Valid

Kepatuhan Pada Regulasi X2.1 0.412 0,209 Valid

X2.2 0.581 0,209 Valid

Sistem Informasi Manajemen X3.1 0.488 0,209 Valid

(28)

Lanjutan Tabel 5.4

Komitmen Pimpinan Z.1 0.605 0,209 Valid

Z.2 0.324 0,209 Valid

Sumber:hasil penelitian, 2016 (data diolah)

5.1.2.2 Uji r eliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan konsisten. Suatu konstruk

atau variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach alpha > 0,7

(Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2013: 48). Hasil uji reliabilitas instrumen

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Cronbach’s Batas Reliabilitas Keterangan

Kualitas Pengelolaan Barang Milik

Daerah 0.835 0.7 Reliabel

Kualitas Aparatur Daerah 0.715 0.7 Reliabel

Kepatuhan Pada Regulasi 0.825 0.7 Reliabel

Sistem Informasi Manajemen 0.758 0.7 Reliabel

Komunikasi 0.748 0.7 Reliabel

Komitmen Pimpinan 0.777 0.7 Reliabel

(29)

Hasil pengujian seperti yang terlihat pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa

nilai cronbach’s alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0,6 maka dapat dinyatakan instrumen tersebut reliabel.

5.1.3. Uji Asumsi Klasik 5.1.3.1 Uji Normalitas

Pada uji normalitas dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji

normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya data yang akan dianalisis

melalui analisis grafik dan analisis statistik..

1. Analisis Grafik

Gambar 5.1 Grafik Histogram

(30)

Pada analisis grafik, pengujian dilakukan dengan melihat grafik histogram

dan grafik normal p-p plot. Grafik histogram di atas menggambarkan pola

distribusi yang seimbang dan normal. Hasil yang sama ditunjukkan pada grafik

normal p-p plot, dimana terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan

penyebarannya mendekati garis diagonal. Kedua grafik pada gambar 5.1 dan 5.2

menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi atau memenuhi asumsi

normalitas.

2. Uji Statistik

Tabel 5.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 86

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 4.41284409

Most Extreme Differences

Absolute .085

Positive .047

Negative -.085

Kolgomorov-Smirnov Z .085

Asymp. Sig. (2-tailed) .178c

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber:hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Pengujian data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dengan melihat tingkat signifikansi sebesar 5%. Dasar pengambilan keputusan

pada uji normalitas yaitu dengan melihat probabilitas asymp.sig (2-tailed) yang lebih besar dari 0,05 maka data dapat dikatakan berdistribusi normal dan jika

(31)

Tampak pada tabel 5.6 hasil pengujian menunjukkan besarnya nilai

Kolmogorov-Smirnov adalah 0.085 dan signifikan. pada 0,178. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa melalui analisis statistic terbukti data resiadual berdistribusi

normal dan konsisten dengan hasil uji atau analisis sebelumnya.

5.1.3.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian terhadap multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan melihat besaran VIF (varians inflation factor) dan nilai tolerance. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa

a. Dependent Variable: Kualitas Pengelolaan Barang Milik Daerah Sumber:hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Dari tabel 5.7 dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas

karena nilai VIF masing-masing variabel tidak lebih besar dari 10, dan nilai

tolerance tidak kurang dari 0,10.

5.1.3.3. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji

glejser yang dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel

(32)

Tabel. 5.8Uji Heteroskedastisitas

Kualitas_Aparatur_Daerah -.028 .136 -.027 -.208 .836

Kepatuhan_Regulasi .001 .109 .002 .013 .990

Sistem_Informasi_Manajemen -.040 .105 -.052 -.377 .707

Komunikasi -.031 .118 -.037 -.265 .792

Sumber:hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 5.8, hasil uji heteroskedastisitas dengan

menggunakan uji Glejser diperoleh nilai signifikansi dari masing-masing variabel

independen lebih besar dari tingkat kepercayaan (α) sebesar 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak ada gejala heteroskedastisitas

artinya varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap

(homoskedastisitas).

5.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian 5.1.4.1. Pengujian hipoteis pertama (H1)

Pengujian hipotesis dilakukan setelah diperoleh kesimpulan dari

pengujian asumsi klasik bahwa model telah dapat digunakan untuk pengujian

hipotesis, dalam hal ini dengan analisa regresi berganda. Adapun hipotesis yang

akan diuji adalah pengaruh kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi,

sistem informasi manajemen, dan komunikasi secara simultan dan parsial

terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah. Hasil pengujian hipotesis

(33)

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Sumber: hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat, maka persamaan regresi untuk penelitian ini

adalah:

Y = 7,263 + 0,750X1 + 0,433X2 + 0,384X3 + 0,163X4

Variabel X1, X2, X3, dan X4, memiliki koefisien regresi yang positif. Hal ini

berarti bahwa kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi

manajemen, dan komunikasi semakin meningkat, maka akan semakin meningkat

pula kualitas pengelolaan barang milik daerah.

Dari persamaan regresi linear di atas dapat dijelaskan bahwa : 1. Konstanta (a)

Nilai konstanta sebesar 7,263 berarti jika variabel independen dianggap nol

(0) maka nilai variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah akan bertambah

sebesar 7,263.

2. Kualitas aparatur daerah (X1) terhadap kualitas pengelolaan barang milik

daerah (Y)

Nilai koefisien kualitas aparatur daerah sebesar positif 0,750 berarti setiap

kenaikan nilai kualitas aparatur daerah sebesar satu satuan maka nilai variabel

Model

Sistem Informasi Manajemen

(X3) .384 .156 .236 2.470 .016

(34)

kualitas pengelolaan barang milik daerah akan bertambah sebesar 0,750 dengan

asumsi variabel independen yang lain dalam model regresi adalah tetap.

3. Kepatuhan pada regulasi (X2) terhadap kualitas pengelolaan barang milik

daerah (Y)

Nilai koefisien kepatuhan pada regulasi sebesar positif 0,433 berarti setiap

kenaikan nilai variabel kepatuhan pada regulasi sebesar satu satuan maka nilai

variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah akan bertambah sebesar 0,433

dengan asumsi variabel independen yang lain dalam model regresi adalah tetap.

4. Sistem informasi manajemen (X3) terhadap kualitas pengelolaan barang

milik daerah (Y)

Nilai koefisien sistem informasi manajemen sebesar positif 0,384 berarti

setiap kenaikan nilai variabel sistem informasi manajemen sebesar satu satuan

maka nilai variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah akan bertambah

sebesar 0,384 dengan asumsi variabel independen yang lain dalam model regresi

adalah tetap.

5. Komunikasi (X4) terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah (Y)

Nilai koefisien komunikasi sebesar positif 0,163 berarti setiap kenaikan nilai

variabel komunikasi sebesar satu satuan maka nilai variabel kualitas pengelolaan

barang milik daerah akan bertambah sebesar 0,163 dengan asumsi variabel

independen yang lain dalam model regresi adalah tetap.

Berdasarkan model persamaan hipotesis pertama di atas dilaksanakan uji

(35)

1. Uji koefisien determinasi (Adjusted R2)

Tabel 5.10 Hasil Analisis Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 0.727a 0.529 0.506 4.52049

a. Predictors: (Constant), Komunikasi, Kualitas_Aparatur_Daerah,

Sistem_Informasi_Manajemen, Kepatuhan_Regulasi Sumber: hasil penelitian, 2016 (data diolah)

Pada tabel 5.10 diketahui nilai R sebesar 0,727 hal ini menunjukkan variabel

yakni kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi

manajemen, dan komunikasi sebagai variabel independen memiliki hubungan

yang kuat sebesar 72,7 % dengan variabel kualitas pengelolaan barang milik

daerah sebagai variabel dependen. Nilai adjusted R2 atau koefisien determinasi

digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas untuk berkontribusi

terhadap variabel tetapnya. Nilai adjusted R2 sebesar 0,506 menunjukkan bahwa variabel independen yakni kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi,

sistem informasi manajemen, dan komunikasi secara bersama-sama mampu

menjelaskan 50,6% variabel kualitas pengelolaan barang milik daerah, sedangkan

sisanya sebesar 49,4% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model penelitian

ini.

2. Uji Statistik F

Hasil pengujian statistik F untuk melihat pengaruh secara simultan kualitas

aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen dan

(36)

Tabel 5.11 Uji Statistik F

a. Dependent Variable: Kualitas Pengelolaan BMD

b. Predictors: (Constant), Komunikasi, Kualitas_Aparatur_Daerah,

Sistem_Informasi_Manajemen, Kepatuhan_Regulasi Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan nilai signifikansi F pada taraf

nyata 5 %. Dari tabel 5.11 diatas, diperoleh nilai F hitung 22,747 lebih besar dari

nilai F tabel 2,483 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α =

0,05 maka menerima H1. Sehingga dapat disimpulkan secara simultan variabel

kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen,

dan komunikasi berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan

barang milik daerah.

3. Uji Statistik t

Tabel 5.12 Uji Statistik t

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)

Kriteria pengambilan keputusan menggunakan nilai signifikasi t pada taraf

nyata 5%. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.17 maka secara parsial

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen

diuraikan sebagai berikut :

Kualitas_Aparatur_Daerah .750 .201 .332 3.727 .000

Kepatuhan_Regulasi .433 .161 .268 2.686 .009

Sistem_Informasi_Manajemen .384 .156 .236 2.470 .016

(37)

1. Variabel kualitas aparatur daerah (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar

0.000 yang lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai t hitung sebesar 3,727 lebih

besar dari t tabel 1,988 dan koefisien regresi bernilai positif maka menerima

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kualitas aparatur daerah

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan barang

milik daerah.

2. Variabel kepatuhan pada regulasi (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar

0.009 yang lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai t hitung sebesar 2,686 lebih

besar dari t tabel 1,988 dan koefisien regresi bernilai positif maka menerima

H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepatuhan pada regulasi

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan barang

milik daerah.

3. Variabel sistem informasi manajemen (X3) memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0.016 yang lebih kecil dari α = 0,05 dan nilai t hitung sebesar 2,470

lebih besar dari t tabel 1,988 dan koefisien regresi bernilai positif maka

menerima H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel sistem informasi

manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas

pengelolaan barang milik daerah.

4. Variabel komunikasi (X4) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.354 yang

lebih besar dari α = 0,05 dan nilai t hitung sebesar 0,933 lebih kecil dari t

tabel 1,988 dan koefisien regresi bernilai positif, maka tidak dapat menerima

H1. Dapat disimpulkan bahwa variabel kominikasi tidak berpengaruh

(38)

5.1.4.2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua ini menggunakan analisis regresi berganda

dengan uji residual. Penggunaan variabel moderating ini dimaksudkan untuk

membuktikan hipotesis bahwa variabel komitmen pimpinan dapat memoderasi

hubungan antara variabel kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi,

sistem informasi manajemen, dan komunikasi dengan variabel kualitas

pengelolaan barang milik daerah. Hasil persamaan residual dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 5.13

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Regresi Hipotesis Kedua Coefficientsa

a. Dependent Variable: Komitmen_Pimpinan

Berdasarkan tabel 5.13 dapat, maka persamaan regresi untuk hipotesis

kedua yang digunakan adalah:

Z = 0,619 + 0,322X1 + 0,242X2 + 0,3X3 - 0,057X4 …………. (1)

Model persamaan hipotesis kedua di atas bertujuan untuk mendapatkan

nilai residual dari variabel moderating. Nilai residual dari model (1) digunakan

sebagai variabel independen pada model (2). Dari hasil uji model (2) akan

diperoleh kesimpulan apakah variabel komitmen pimpinan bisa dikatakan variabel

moderating atau tidak. Sebuah variabel bisa dikatakan sebagai variabel

moderating apabila nilai signifikan lebih kecil dari nilai α = 0,05 dan memiliki

nilai koefisien yang negatif.

Model

Kualitas_Aparatur_Daerah .322 .103 .281 3.119 .003

Kepatuhan_Regulasi .242 .083 .295 2.917 .005

Sistem_Informasi_Manajemen .300 .080 .363 3.758 .000

(39)

Tabel 5.14 Hasil Uji Residual

Kualitas_Pengelolaan_BMD -.053 .026 -.220 -2.062 .042

a. Dependent Variable:ABS_RES2

Hasil uji residual pada tabel 5.14 maka model uji residual dapat

diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

|e| = 5,004 – 0,053 Y ……….. (2)

Berdasarkan hasil uij residual yang dilakukan diketahui bahwa tingkat

signifikansi Kualitas Pengelolaan BMD sebesar 0,042 lebih kecil dari α = 0,05

dan koefisien regresi yang bernilai -0,053 sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel komitmen pimpinan merupakan variabel moderating yang dapat

memoderasi hubungan antara kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi,

sistem informasi manajemen, dan komunikasi dengan variabel kualitas

pengelolaan barang milik daerah.

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

5.2.1 Pengaruh kualitas aparatur daerah terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah

Pengujian pengaruh variabel kualitas aparatur daerah terhadap variabel

kualitas pengelolaan barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil

nilai t hitung sebesar 3,727lebih besar dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi

sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi sebesar positif

(40)

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kualitas pengelolaan barang milik

daerah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kualitas aparatur daerah akan

meningkatkan kualitas pengelolaan barang milik daerah. Hasil penelitian ini

konsisten dengan hasil penelitian lain terkait kualitas pengelolaan barang milik

daerah, seperti hasil penelitian Inayah (2010) menunjukkan bahwa faktor kualitas

staf yang menjadi pelaksana pengelola barang milik daerah akan mempengaruhi

efektivitas implementasi kebijakan pengelolaan aset daerah.

Begitu juga dengan hasil penelitian Darno (2012) dan Haryanto (2013)

menemukan bukti empiris adanya pengaruh kemampuan sumber daya manusia

terhadap kualitas laporan barang kuasa pengguna. Namun penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian Azhar (2013), yang menunjukkan bahwa kualitas

aparatur daerah tidak berpengaruh terhadap manajemen aset

dikarenakan banyak pengurus barang yang belum memenuhi syarat

pendidikan tertentu, kurangnya sosialisasi terhadap pengelola barang,

pengurus barang tidak mengetahui tugas dan fungsinya terkait dengan

pengelolaan barang milik daerah, dan peraturan daerah tentang

pengelolaan barang milik daerah belum disusun secara rinci dan

disesuaikan dengan kondisi daerah dalam mengatur pengelolaan barang

milik daerah di Pemerintah Kota Banda Aceh.

5.2.2. Pengaruh kepatuhan pada regulasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah

Pengujian pengaruh variabel kepatuhan pada regulasi terhadap variabel

(41)

nilai t hitung sebesar 2,686 lebih besar dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,009 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

kepatuhan pada regulasi berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas

pengelolaan barang milik daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Kepatuhan pada regulasi dalam pengelolaan barang milik daerah merupakan

pelaksanaan dari azas kepastian hukum dan agar implementasi suatu kebijakan

pengelolaan barang milik daerah berhasil secara efektif dan efisien, para

pelaksana (implementors) harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu.

Pengaruh kepatuhan pada regulasi secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah dimungkinkan karena

Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah menerbitkan Peraturan Walikota Tebing

Tinggi Nomor 12 tahun 2013 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah yang

memuat pedoman tata tertib administrasi dalam pengelolaan barang milik daerah

di Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Selain itu juga pada Peraturan Walikota

Tebing Tinggi Nomor 23 Tahun 2015 tentang Kebijakan Akuntansi Kota Tebing

Tinggi, memuat kebijakan akuntansi aset tetap yang mengatur perlakuan

akuntansi untuk aset tetap meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta

penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai

tercatat aset tetap batasan jumlah kapitalisasi perolehan awal aset tetap.

Pengaruh kepatuhan pada regulasi secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan penelitian

terdahulu dari Azhar (2013) yang membuktikan adanya pengaruh yang signifikan

(42)

bagi aparatur dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mendukung

pelaksanaan manajemen aset daerah. Menurut Nancy (2015), diperlukan sikap

para impelementor yang konsisten bertanggung jawab dalam mendukung

pencapaian sebuah kebijakan pengelolaan barang milik daerah, karena sikap ini

menjadi sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya sebuah

impelementasi kebijakan.

5.2.3. Pengaruh sistem informasi manajemen terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah

Pengujian pengaruh variabel sistem informasi manajemen terhadap

kualitas pengelolaan barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil

nilai t hitung sebesar 2,47 lebih besar dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi

sebesar 0,016 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

sistem informasi manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap variabel

kualitas pengelolaan barang milik daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing

Tinggi. Hal ini terjadi dikarenakan Kota Tebing Tinggi telah menggunakan

SIMDA-BMD sesuai pasal 30 pada Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 12

tahun 2013 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Aplikasi SIMDA-BMD

digunakan untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan barang

milik daerah secara akurat dan cepat. Program aplikasi ini digunakan untuk

pengelolaan barang daerah meliputi perencanaan, pengadaan, penatausahaan,

penghapusan dan akuntansi barang daerah. Akuntansi barang daerah terdiri dari

(43)

(barang rusak berat), serta rekapitulasi barang per SKPD yang dibutuhkan dalam

penyusunan laporan keuangan daerah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darno

(2012) dan Haryanto (2013) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang

signifikan antara pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas pelaporan

aset daerah. Juga sejalan dengan penelitian Azhar (2013) yang menyatakan

bahwa sistem informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen aset pada

Kota Banda Aceh. Aplikasi SIMDA-BMD merupakan program aplikasi yang

digunakan untuk pengelolaan barang daerah meliputi perencanaan, pengadaan,

penatausahaan, penghapusan dan akuntansi barang daerah. Menurut Yusuf (2010:

189), agar penarikan informasi menjadi lebih cepat,akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan, diperlukan suatu sistem informasi yang dapat

menggantikan pekerjan manual menjadi pekerjaan yang dikerjakan secara

elektronik yaitu dengan Sistem Informasi Manajemen Barang Milik Daerah

(SIMDA-BMD) untuk memudahkan pendaftaran dan pencatatan serta pelaporan

barang milik daerah secara akurat dan cepat.

5.2.4. Pengaruh komunikasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah

Pengujian pengaruh variabel komunikasi terhadap kualitas pengelolaan

barang milik daerah menggunakan uji t dan diperoleh hasil nilai t hitung sebesar

0,933 lebih kecil dari t tabel 1,988 dan tingkat signifikansi variabel komunikasi

sebesar 0,354 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

(44)

milik daerah. Komunikasi formal yang terjadi di antara pelaksana pengelolaaan

barang milik daerah merupakan komunikasi formal yang melalui garis

kewenangan yang telah ditetapkan. Dari kewenangan ini bisa menyediakan

saluran-saluran prosedur kerja, instruksi, dan gagasan dan umpan balik mengenai

pelaksanaan pekerjaan bawahan disampaikan ke bawah dari pimpinan yang lebih

tinggi ke karyawan di bawahnya. Komunikasi formal juga menetapkan saluran

komunikasi ke atas berlangsung, dimana bawahan bisa menyampaikan permasalah

pekerjaannya dengan atasan, ide-ide, sikap dan perasaan mereka sendiri. Sehingga

variabel komunikasi sangat diperlukan dalam pengelolaan barang milik daerah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Inayah (2010) menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara variabel

komunikasi dalam memengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan barang

milik daerah Kota Tanggerang. Namun penelitian Munaim menunjukkan bahwa

salah satu faktor penghambat implementasi kebijakan pengelolaan barang milik

daerah di Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah karena minimnya

koordinasi di internal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) antara penyusun

laporan keuangan dengan pengurus barang selaku pelaksana teknis pengelolaan

barang milik daerah.

Pada Pemerintahan Kota Tebing Tinggi variabel komunikasi tidak

berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah dimungkinkan

karena kurangnya kelancaran aspek transmisi dan koordinasi pada pelaksana

pengelolaan barang milik daerah pada setiap SKPD. Aspek transmisi dan aspek

koordinasi masih terkendala dimungkinkan karena belum maksimalnya proses

(45)

keuangan di setiap SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi serta belum

terdapat jadwal pertemuan atau rapat secara berkala terkait dengan pelaksanaan

pengelolaan barang milik daerah di setiap SKPD untuk membahas secara internal

permasalahan-permasalan yang dihadapi pengurus/ penyimpan barang di setiap

SKPD tersebut.

5.2.5. Pengaruh komitmen pimpinan sebagai variabel moderasi terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah

Pada hasil penelitian ini, komitmen pimpinan merupakan variabel

moderating yang mampu memoderasi hubungan antara kualitas aparatur daerah,

kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen dan komunikasi dengan

kualitas pengelolaan barang milik daerah. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji

residual pada tabel 5.14. Komitmen pimpinan mampu memoderasi hubungan

kualitas aparatur daerah dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah, dan hal

ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yusuf (2010: 47), bahwa pengelolaan

barang milik daerah selain membutuhkan kompetensi sumber daya manusia yang

memadai, juga sangat memerlukan komitmen pimpinan untuk mendorong aparat

di bawahnya agar mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Pimpinan SKPD

wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman

dalam mengisi posisi pengurus/penyimpan barang di lingkungan SKPD dan

pimpinan SKPD wajib memfasilitasi pengurus/ penyimpan barang untuk

mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan.

Komitmen pimpinan memoderasi hubungan kepatuhan pada regulasi dengan

(46)

bertentangan dengan hasil penelitian Munaim (2012), bahwa adanya komitmen

pimpinan dalam pelaksanaan peraturan dan petunjuk teknis pelaksanaan

pengelolaan barang milik daerah merupakan faktor pendukung terlaksananya

kebijakan pengelolaan barang milik daerah di setiap SKPD pada Pemerintah

Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Komitmen pimpinan memoderasi hubungan sistem informasi manajemen

dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah. Menurut Yusuf (2010: 190),

keberhasilan suatu organisasi menggunakan teknologi informasi sangat

bergantung pada sumber daya manusia yang mengoperasikannya, dan komitmen

pimpinan dibutuhkan untuk melaksanakan investasi sumber daya dalam bidang

pelaksanaan penggunaan teknologi informasi agar menyediakan peralatan dari

hardware,software dan jaringan yang memadai untuk kelancaran proses

penatausahaan barang milik daerah.

Komitmen pimpinan dapat memoderasi hubungan komunikasi dengan

kualitas pengelolaan barang milik daerah, hal ini sejalan dengan penelitian

Pasaribu (2008), bahwa komitmen pimpinan yang didukung oleh semua anggota

organisasi secara berkelanjutan, akan memberikan dukungan terhadap perubahan

penerapan kualitas manajemen kearah yang lebih baik. Para pimpinan berperan

penting mengkomunikasikan aktivitas organisasi yang akan dilaksanakan sesama,

demikian juga yang harus diteruskan kepada bawahan. Komunikasi yang terjadi

diantara para pimpinan maupun kepada bawahan, sangat dipengaruhi oleh

persepsi masing-masing pimpinan tersebut tentang informasi mengenai kualitas

(47)

88 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab V, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi

manajemen dan komunikasi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas

pengelolaan barang milik daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing

Tinggi secara simultan. Artinya ketika aparatur daerah berkualitas, kepatuhan regulasi tinggi, sistem informasi manajemen berjalan baik dan komunikasi baik maka secara simultan variabel-variabel tersebut akan mampu meningkatkan kualitas pengelolaan barang milik daerah. Secara parsial variabel kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem infomrasi manajemen

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengelolaan barang milik

daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Sedangkan variabel

komunikasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan

barang milik daerah pada SKPD Pemerintah Kota Tebing Tinggi

dimungkinkan karena kurangnya kelancaran aspek transmisi dan koordinasi

pada komunikasi pengurus/ penyimpan barang dengan pihak-pihak

berkepentingan lainnya terkait pengelolaan barang milik daerah di SKPD

Pemerintah Kota Tebing Tinggi terutama dalam bentuk rekonsiliasi dan

(48)

2. Komitmen Pimpinan mampu memoderasi hubungan antara kualitas aparatur

daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi manajemen dan

komunikasi dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah pada SKPD

Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

6.2. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya membahas beberapa variabel-variabel yang diperkirakan

berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan barang milik daerah, yaitu faktor

kualitas aparatur daerah, kepatuhan pada regulasi, sistem informasi

manajemen dan komunikasi. Sedangkan secara obyektif masih terdapat faktor

lain yang mendukung kualitas pengelolaan barang milik daerah.

2. Penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga kemungkinan ada bias dari

jawaban responden yang kurang cermat, menjawab asal-asalan dan menjawab

setiap pertanyaan tidak terlepas dari persepsi masing-masing responden dan

bersifat subjektif.

6.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian maka disarankan

kepada:

1. Peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang kualitas pengelolaan barang

milik daerah disarankan dapat menambahkan variabel-variabel lainnya yang

berhubungan dengan kualitas pengelolaan barang milik daerah misalnya

(49)

2. Peneliti selanjutnya diharapkan selain menerapkan metode survei melalui

penyebaran angket/kuesioner juga melakukan wawancara untuk mendapatkan

informasi tambahan.

3. Pemerintah Kota Tebing Tinggi, agar komunikasi antara pelaksana teknis

pengelola barang milik daerah dengan pihak-pihak yang terkait sehubungan

dengan pengelolaan barang milik daerah bisa berjalan dengan baik, maka

kepada Pemerintah Kota Tebing Tinggi disarankan untuk mengadakan

pelaksanaan rekonsiliasi secara berkala antara PPK-SKPD dengan pengurus/

penyimpan barang agar diperoleh data barang milik daerah yang akurat dan

akan lebih baik lagi, jika Pemerintah Kota Tebing Tinggi menyusun dan

menerbitkan SOP pelaksanaan rekonsiliasi di setiap SKPD Pemerintah Kota

Tebing Tinggi. Selain itu setiap SKPD hendaknya membuat jadwal

pertemuan atau rapat secara berkala terkait dengan pelaksanaan pengelolaan

barang milik daerah untuk membahas secara internal

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1
Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian (n = 86 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hutan mangrove merupakan salah satu tipehutan hujan tropis yang terdapat di sepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sangat unik.Hutan

Dari data-data di atas dan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, maka kegiatan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe talking

Kawasan Mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang merupakan salah satu sumberdaya pesisir kota medan dengan dimana telah terdapat tindakan pengelolaan dan pemanfaatan yang dilakukan

Berdasarkan fenomena yang ada, peneliti akan rnelakukan penelitian tindakan kelas (action research) dengan tujuan untuk rnengetahui dan mendeskripsikan bahwa dengan

metode untuk menyelesaikan masalah dengan alternatif-alternatif dalam jumlah yang relatif kecil...

Observation as an instrument of data collection for research purpose and observation was not only watching but also joining in the activity, the researcher

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telahmemberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi iniyang merupakan tugas

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang brejudul