• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN MANGGA (Mangifera Indica l.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN MANGGA (Mangifera Indica l.)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN

MANGGA (

Mangifera Indica

l.)

OLEH :

AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR S.Si, M.Sc, Ph.D (NIP. 197305272005012002) DEVI NURMUHARANI (140301257)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

PENDAHULUAN LatarBelakang ... 1

TujuanPenulisan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Iklim ... 4

Tanah ... 4

Hama Tanaman Mangga ... 5

Penyakit Tanaman Mangga ... 7

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Mangga ... 7

Pengendalian Hama ... 11

Fisik ... 11

Biologi ... 12

Kimia ... 12

Pengendalian Penyakit ... 12

Fisik ... 12

Biologi ... 13

Kimia ... 13

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 14

Saran ... 14

(3)

1

HAMA DAN PENYAKIT DOMINAN TANAMAN MANGGA

(

Mangifera indica

L.)

Ameilia Zuliyanti Siregar dan Devi Nurmuharai NIP. 19730527005012002

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu tanaman penghasil buah yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Sentra produksi mangga di Indonesia terutama berada di wilayah beriklim kering, seperti Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Produksi mangga Jawa Timur saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun ekspor (BPTP Jawa Timur, 2006)

Buah mangga merupakan salah satu jenis buah-buahan yang produksinya cukup tinggi dan banyak disukai oleh masyarakat. Produktivitas komoditas mangga berfluktuasi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan adanya fluktuasi luas panen, tanaman belum berproduksi optimal, gangguan iklim serta adanya serangan berbagai hama dan penyakit yang merupakan faktor penghambat pertumbuhan dan produksi mangga di Indonesia (Pratomo dkk., 2005).

Ada beberapa hipotesis yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya wabah tersebut yaitu (a) adanya perubahan ekstrinsik atau faktor

lingkungan seperti iklim (cuaca, suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan); (b) adanya perubahan intrinsik serangga seperti genetik serangga, sejarah

kehidupan serangga hama; (c) adanya perubahan level trofik di alam serta (d) peranan musuh alami (Supartha, 2011). Salah satu komponen penting yang mengganggu produktivitas tanaman mangga adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang dapat dikategorikan dalam 2 bentuk,yaitu hama primer dan hama sekunder.

(4)

2

wereng mangga (Idiocerusniveosparsus), penggerek buah (Sternochetus frigidus), dan lalat buah (Bractocera dorsalis) (Pracaya, 2008 ; Irwanto, 2008).

Hama sekunder dapat menimbulkan kerusakan serius pada area dan waktu tertentu akibat campur tangan manusia, seperti perubahan teknik budi daya dan varietas yang ditanam serta penggunaan insektisida yang kurang bijaksana (Pena et al.,1998).

Tujuan Penulisan

(5)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Mangga merupakan tanaman buah tahunan (parennial plants) berupa pohon berbatang keras yang tergolong kedalam famili Anarcadiaceae. Mangga diperkirakan berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Kata mangga sendiri berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau mankay. Dalam botani, mangga disebut Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari India (Rohmaningtyas, 2010). Menurut Safitri (2012), dalam taksonomi tanaman mangga diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Diviso: Spermatophyta; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Sapindales; Famili:Anacardiaceae; Genus: Mangifera ; Spesies : Mangifera indica L.

Tanaman mangga terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Batang tanaman mangga yang masih muda terbentuk dari kulit yang amat tipis disebut kulit ari atua epidermis, kemudian kulit ini dirubah menjadi lapisan gabus. Bila pohon bertambah tua, lapisan ini tidak tumbuh lagi, melainkan pecah-pecah. Karena dibagian sebelah dalam kulit timbul lapisan gabus baru. Di dalam lapisan kayu ini terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa zat makanan dari akar keatas. Di dalam lapisan kulit terdapat pembuluh lapisan yang membawa zat makanan dari daun ke tempat lain (Nilasari dkk., 2013).

Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri. Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga mangga terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga, tetapi menghasilkan ranting daun biasa (Rohmaningtyas, 2010).

(6)

4

atau stomata . Panjang daun keseluruhan antara 8,47–23,82 cm, Lebar daun antara 3,22–6,04 cm luas daun antara 30,20–101,10 cm2 (Nilasari dkk., 2013).

Buah mangga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kulit, daging dan biji.Komposisi buah mangga terdiri dari kulit buah dengan bobot berkisar antara 11-18%, biji 14-22% serta daging buah yang berkisar antara 60-75% dari berat buah .Komponen utama buah mangga terdiri dari air, karbohidrat (dalam bentuk gula) dan vitamin. Komponen lain terdiri dari berbagai macam asam, protein, mineral, zat warna, tannin dan zat-zat volatile (ester) yang memberikan bau harum (khas).Vitamin C pada buah mangga berkisar antara 13 mg sampai 80 mg/100 g tergantung varietas (Safitri, 2012).

Syarat Tumbuh

Iklim

Pertumbuhan dan produksi mangga yang optimal membutuhkan jenis tanah berpasir, lempeng atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman mangga adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, draisenya baik, dan pH optimum antara 5,5-6,0. Jenis tanah Aluvial mempunyai pengaruh baik terhadap kualitas buah (Rukmana, 1997).

Tanaman mangga dapat tumbuh sampai pada ketinggian tempat lebih kurang1.300 m dari permukaan laut. Jika kita ingin mengusahakan tanaman mangga dengan produksi optimal, sebaiknya mangga ditanampada suatu areal yang memiliki ketinggian maksimal 500 m di atas permukaan laut (Rohmaningtyas, 2010).

Temperatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga 24–27. Pada suhu tersebut memungkinkan pertumbuhan vegetatif dengan hasil yang baik. Temperatur yang rendah akan menyebabkan kerusakan bagi tanaman tanaman mangga muda (BPP Teknologi, 2010)

Suhu udara yang ideal adalah antara 27-34 C dan tidak ada angin kencang atau angin panas. Di samping itu, untuk mendapatkan produksi yang optimal, tanaman mangga membutuhkan penyinaranantara 50%-80% (Rukmana, 1997). Tanah

(7)

5

banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi manggayang tinggi membutuhkan temperatur, curah hujan, keadaan awan danangin yang sesuai untuk syarat pertumbuhan tanaman mangga (Rohmaningtyas, 2010).

Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5,5-7,5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit (BPP Teknologi, 2010).

Pertumbuhan dan produksi mangga yang optimal membutuhkan jenis tanah berpasir, lempeng atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk tanaman mangga adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, draisenya baik, dan pH optimum antara 5,5-6,0. Jenis tanah Aluvial mempunyai pengaruh baik terhadap kualitas buah (Rukmana, 1997).

Hama Tanaman Mangga (Magifera indica L.)

Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat merugikan pada tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangannya (Kalshoven, 1981). Pada populasi yang tinggi, intensitas serangannya mencapai 100%. Oleh karena itu, hama ini telah menarik perhatian seluruh dunia untuk dilakukan upaya pengendalian (Kuswandi, 2001).

Lalat buah hama dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat Kualitatif (berpengaruh pada mutu hasil panen) maupun kuantitatif (berpengaruh pada jumlah panen). Buah yang diserang sindat lalat buah akan membusuk, kemudian jatuh ke tanah (rontok). Di negara-negara tropik seperti di Indonesia, lalat buah memperoleh lingkungan yang pas, terutama karena tersedia pakan yang melimpah dan didukung oleh iklim yang ideal (Putra, 2010).

Ada 3 jenis penggerek buah pada manga yaitu Sternochetus frigidus/

Cryptorrhynchus gravis (Coleoptera : Curculionidae) Philotroctis entrophera

(Lepidoptera : Pyralidae) dan Noorda albizonalis (Lepidoptera : Pyralidae) Gejalanya ada lubang di samping buah yang biasanya mengeluarkan geta. Bila

buah dibelah akan dijumpai liang gerekan dan larvanya/ulat

(8)

6

Hama wereng Mangga (Idiocerus niveosparsus) ini menghisap cairan pada daun mangga, pucuk-pucuk muda dan buah muda, sehingga mudah rontok. Hama ini muncul pada saat peralihan musim kemarau ke musim hujan dan umumnya

menyerang pertanaman mangga yang sudah berproduksi

(Borror dan Jhonson 1996).

Menurut Wikardi (1996) dan Siswanto dkk (2003), Sanurus indecora

merupakan serangga hama yang bersifat polifag. Selain menyerang jambu mete juga menyerang jambu air (Eguena aquea), mangga (Mangifera indica L.), dan jeruk (Citrus sp.).

Berdasarkan hasil penelitian ini diduga inang yang disukai S. indecora adalah tanaman mangga karena lebih tinggi tingkat populasi nimfa yang menyerang dan jumlah telur yang diletakkan lebih banyak dibandingkan dengan tanaman mete (Siswanto dkk, 2003).

Hama penggerek batang menyerang melalui pucuk yang telah berlubang akibat tusukan hama lain (biasanya penggerek pucuk) dengan jalan memasukkan telurnya ke dalam jaringan yang luka tersebut. Kemudian larvanya makan dan merusak jaringan pucuk sampai batang utama yang menyebabkan kematian pada batang mangga tersebut. Karena mekanisme serangannya, hama ini menyebabkan kerusakan yang sangat berat hingga dapat menghancurkan kebun mangga. Kurang dari periode dua tahun hama ini telah menghancurkan ribuan batang mangga di Sumatera Barat (Agresma, 2012).

Menurut Suputa (2011) fase larva dari L. marginata bersifat fitophagous dan sangat rakus. Tanaman-tanaman yang diserang akan mengalami penurunan jumlah daun bahkan tanaman akan mati.Selain itu, L. marginata memiliki semacam duri (spine) di luar tubuhnya, serta memiliki semacam racun dalam kelenjarnya. Hal tersebut yangmenyebabkan gatal-gatal apabila ulat bulu tersebut sampai menyentuh kulit manusia. Selain itu, bulubulunya yang beterbangan apabila terhirupmanusia akan mengganggu saluran pernapasan.

(9)

7

Penyakit Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)

Penyebab Antraknose (Colletotrichum Gloeosporiodes) adalah cendawan atau jamur. Penyakit ini dapat menyerang pada ranting, daun, bunga dan buah. Biasanya menyerang pada saat pembungaan dan pembuahan. Gejala serangan terlihat adanya becak-becak berwarna coklat tua pada bagian tanaman yang terserang, daun dan bunga yang terserang menjadi kering dan gugur. Apabila menyerang buah mengakibatkan becak-becak coklat dan pada serangan berat buah dapat gugur sebelum di panen (BPTP Karangploso, 1997).

Penyebab Diplodia (Botryodiplodia theobromae) adalah cendawan atau jamur yang menyerang pada batang dan ranting. Umumnya diawali adanya luka yang disebabkan benda tajam. Sehingga di musim kemarau luka mengeluarkan blendok dan dimusim hujan luka berkembang sampai ke jaringan kayu. Gejala pada batang yang terserang adalah kulit luarnya tampak seperti pecah-pecah, mengeluarkan cairan coklat kehitaman, makin lama luka melebar dan kulit mengelupas, bagian tanaman diatasnya menjadi kering dan mati (BPTP Karangploso, 1997).

Penyakit Jamur Upas (Corticium Salmonicolor) disebabkan oleh jamur yang berwarna putih sampai merah jambu mengkilat. Berkembang di musim hujan dan di musim kemarau masih terlihat. Gejala serangan ditunjukkan oleh terbungkusnya ranting atau cabang dengan jamur upas, bagian atas ranting yang terserang nampak pertumbuhannya tidak sehat (BPTP Karangploso, 1997).

Penyakit Embun tepung Mangga disebabkan cendawan Erysiphe cichoracearum. Cendawan ini merupakan salah satu penyakit yang penting pada tanaman mangga dan dapat mengurangi hasil 5-20 persen. Cendawan ini juga menyerang semangka, tanaman yang termasuk keluarga Cucurbitaceae, dan tembakau (BPTP Karangploso, 1997).

(10)

8

buah tidak meninggalkan residu pada buah dan mudah diaplikasikan pada lahan yang luas. Karena bersifat mudah menguap, daya jangkau atau radiusnya cukup jauh, mencapai ratusan bahkan ribuan meter, bergantung pada arah angin. Daya tangkap atraktan bervariasi, bergantung pada lokasi, cuaca, komoditas, dan keadaan buah di lapangan. Beberapa penelitian menunjukkan, penggunaan atraktan metil eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada mangga sebesar 39-59% (Sarwono 2003; Priyono 2004)

Penggunaan atraktan metil eugenol merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan dan terbukti efektif (Metcalf an Flint 1951). Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah dalam tiga cara, yaitu: (1) mendeteksi atau memantau populasi lalat buah; (2) menarik lalat buah untuk kemudian diperangkap; dan (3) mengacaukan lalat buah dalam perkawinan,berkumpul, dan cara makan (Metcalf dan Luckmann, 1982).

Penggunaan pestisida hendaknya menjadi pilihan terakhir. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, kematian serangga bukan sasaran, penyederhanaan rantai makanan alami dan keanekaragaman hayati (Djoyosumarto 2000; Norris et al., 2003)

Di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus biosteres dan opius (famili Branconidae). Biosteres sp dapat ditemukan pada lalat uah yang menyerang mangga, belimbing dan jambu biji dengan parasitasi 5,17– 10,31%, sedangkan Ophius sp. Banyak ditemukan pada lalat buah yang menyerang mangga dengan tingkat parasitasi 0-6,8% (Putra,1997)

Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati. (Asri, 2003)

Memotong bagian bunga yang terserang, kemudian dimusnahkan. Menyuntik pohon mangga dengan insektisida sistemik sebanyak 10 -20 cc per pohon. Hal ini dilakukan pada tanaman mangga yang sudah berumur lebih dari 30 tahun. Menyemprotkan insektisida (BPTP Karangploso, 1997).

(11)

9

kebun mangga dari kehancuran sehingga kerugian dapat dihindari (Budi dkk, 2004).

B. bassiana juga efektif sebagai ovisida, seperti yang diungkapkan oleh

Shi dan Feng (2005) bahwa perlakuan B. bassiana strain SG8702 pada telur

T. cinnabarinus mengakibatkan sebagian besar telur tidak menetas. Kemampuan

B. bassiana mengendalikan seluruh stadia perkembangan tungau menunjukkan bahwa jamur ini mempunyai prospek cukup baik sebagai pengendali hama tungau. Pada pengendalian P. latus yang menyerang tanaman cabe dengan tiga spesies jamur sekaligus, yaitu: B. bassiana, M. anisopliae, dan P. fumosoroseus

menunjukkan bahwa kombinasi B. bassiana dan P. fumosoroseus menekan secara nyata populasi tungau ini sehingga sekitar 93,3% cabang tanaman dapat diselamatkan untuk berproduksi (Ihsan and Ibrahim, 2007).

Jamur upas pada tanaman mangga (Mangifera indica L) dengan mengupas/mengerok bagian cabang dan ranting yang terserang.Memotong dan memusnahkan cabang serta ranting yang terserang.Sebelum tampak gejala serangan, tanaman disemprot dengan fungisida satu minggu sekali (BPTP Karangploso, 1997).

Pengendalian penyakit kulit (Botryodiplodia theobromae Pat) dilakukan dengan cara, antara lain: menghindari pemangkasan tanaman yang terlalu berat (menyebabkan luka sebagai jalan masuknya serangan jamur), sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum, pengapuran pangkal batang, menutup bagian tanaman yang luka pada waktu pemangkasan dengan klorox, pengelupasan kulit bagian tanaman yang terserang selanjutnya diaplikasikan fungisida yang efektif (BBPPMBTH, 2014).

Hama utama pada mangga adalah wereng dan lalat buah. Pengendalian wereng dengan insektisida monocrotophos atau dimehipo, diaplikasikan menjelang pembungaan (Setyono, 2001). Pada tanaman yang pendek dengan penyemprotan, konsentrasi 0,15% (1,5 cc/l air) dan dosis yang diperlukan 10 l larutan/pohon (Rosmahani & Budiono, 2002)

(12)

10

selasih yang berbahan aktif metil eugenol efektif untuk pengendalian lalat buah dan tidak meninggalkan residu pada buah (Balitro 2004 and Sutjipto, 2008).

Petunjuk teknis pengendalian ulat bulu (Badan Litbang Pertanian 2011) adalah sebagai berikut. Pengendalian ulat bulu dibedakan menjadi pengendalian jangka pendek dan jangka panjang. Pengendalian jangka pendek, khususnya untuk daerah endemis, dapat dilakukan dengan cara mekanis/fisik, yaitu mengumpulkan dan memusnahkan ulat, dan cara hayati dengan menggunakan NPV, B. bassiana, dan Metarhizium sp. Aplikasi patogen serangga sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 16.00–17.00). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memasang pembatas (barrier) plastik yang diolesi lem perekat pada batang tanaman mangga. Pengendalian dengan pestisida nabatiekstrak daun/biji mimba dan insektisida kimia berlabel hijau dapat dilakukan dengan disemprotkan pada bagian batang pohon mangga (0–2 m di atas permukaan tanah) pada pukul 10.00–11.00.

Pengendalian jangka panjang dilakukan melalui pemantauan populasi ulat bulu dan musuh alami hama dengan memasang lampu perangkap pada malam hari untuk menangkap ngengat generasi 1. Cara ini secara tidak langsung dapat mengendalikan populasi ngengat ulat bulu. Cara lainnya yaitu dengan melepas secara berkala musuh alami, khususnya predator generalis termasuk parasitoid, seperti Brachymeria sp., Xanthopimpla sp., Trichogrammatoidea sp.,

(13)

11 Pengendalian Hama

Fisik

Pemusnahan populasi memerlukan dua tahapan pendekatan. Pertama, menurunkan populasi lalat buah jantan di alam untuk mengurangi pesaing jantan mandul yang akan dilepas. Kedua, jantan mandul yang dihasilkan dengan radiasi sinar gama cobalt-60 dipelihara di laboratorium (Nasroh, 2004).

Petunjuk teknis pengendalian ulat bulu (Badan Litbang Pertanian, 2011) adalah sebagai berikut. Pengendalian ulat bulu dibedakan menjadi pengendalian jangka pendek dan jangka panjang. Pengendalian jangka pendek, khususnya untuk daerah endemis, dapat dilakukan dengan cara mekanis/fisik, yaitu mengumpulkan dan memusnahkan ulat, dan cara hayati dengan menggunakan NPV, B. bassiana, dan Metarhizium sp. Aplikasi patogen serangga sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 16.00–17.00). Pengendalian juga dapat dilakukan dengan memasang pembatas (barrier) plastik yang diolesi lem perekat pada batang tanaman mangga. Pengendalian dengan pestisida nabatiekstrak daun/biji mimba dan insektisida kimia berlabel hijau dapat dilakukan dengan disemprotkan pada bagian batang pohon mangga (0–2 m di atas permukaan tanah) pada pukul 10.00–11.00.

Pengendalian jangka panjang dilakukan melalui pemantauan populasi ulat bulu dan musuh alami hama dengan memasang lampu perangkap pada malam hari untuk menangkap ngengat generasi 1. Cara ini secara tidak langsung dapat mengendalikan populasi ngengat ulat bulu. Cara lainnya yaitu dengan melepas secara berkala musuh alami, khususnya predator generalis termasuk parasitoid, seperti Brachymeria sp., Xanthopimpla sp., Trichogrammatoidea sp., Telenomus

(14)

12

mangga, mempertahankan tanaman pagar, dan mengganti tanaman mangga yang sudah tua karena rentan terhadap serangan ulat bulu juga merupakan alternatif pengendalian jangka panjang, selain pemupukan berimbang dan menyiapkan pestisida nabati/hayati juga (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Biologi

Suatu cara pengendalian hama yang ramah lingkungan, yaitu teknik serangga mandul (TSM) telah dikembangkan di Puslitbang Teknik Isotop dan Radiasi (P3TIR) -BATAN. Dalam teknik ini sejumlah besar lalat mandul dilepas agar bersaing kawin dengan lalat di kebun. Karena efektifitas TSM ditentukan oleh besamya perbandingana ntara jumlah lalat yang dilepas denganl lalat kebun maka sebelum pelaksanaan TSM diperlukan inforrnasi tentang besamya jumlah serangga yang terdapat dikebun. Dan efektifitas pengendalia TSM dapat ditingkatkan dengan mengurangi jumlah lalat kebun sebelum pelaksanaan TSM (Kuswandi, 2000)

Kimia

Di Hawaii, pengendalian lalat buah memadukan beberapa teknik pengendalian, antara lain dengan atraktan dalam perangkap, yang dapat menekan penggunaan pestisida kimia sintetis hingga 75-95% (Vargas, 2007).

Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah dalam tiga cara, yaitu: (1) mendeteksi atau memantau populasi lalat buah; (2) menarik lalat buah untuk kemudian diperangkap; dan (3) me- ngacaukan lalat buah dalam perkawinan, berkumpul, dan cara makan (Metcalf dan Luckmann, 1982).

Beberapa teknik pengendalian telah banyak dikembangkan, seperti penggunaan gibberellic acid (GA), yaitu membuat penampilan buah-buahan tidak matang sehingga lalat buah enggan meletakkan telur pada buah (Jessica, 2007). Pengendalian Penyakit

Fisik

Pengendalian penyakit busuk akar dengan cara mekanis Dikendalikan dengan cara di bongkar dan di bakar atau di potong bagian yang terinfeksi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016).

(15)

13

agar terlindung dari kemungkinan adanya serangan, pembungkusan dilaksanakan pada saat buah sebesar bola ping pong (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016). Biologi

Organisme antagonis dapat diaplikasikan secara langsung pada buah-buahan, dan satu jenis sistem aplikasi seperti pencucian, penyemprotan ataupun pencelupan telah secara nyata mengurangi pembusukan pada beberapa jenis buah. Umumnya mikroba antagonis ini diisolasi dari permukaan tanaman, yang mana keberadaan mikroba antagonis yang secara alami ini akan membuat mereka lebih berhasil karena kemampuan mereka mengkloni dan beradaptasi terhadap lingkungan (Mari dan Guizardi, 1998) Fase pasca panen merupakan fase yang cocok untuk menerapkan metode pengendalian secara biologis. Pada lingkungan yang terbatas ini, dimana parameter seperti temperatur dan kelembapan relatif dapat diubah.

Kimia

Pengendalian penyakit busuk akar dilakukan inpus pada batang tanaman dengan menggunakan fungisida sistemik dan bagian akar yang dipotong diolesi fungsida propamocarb hidroklorida (Previkur N) dengan dosis 2 g/liter (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2016).

(16)

14

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tanaman Mangga mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat tumbuh pada suhu 27°- 32°C.

2. Hama utama tanaman mangga adalah penggerek pucuk (Clumetia transversa), penggerek biji (Noorda abizonalis), wereng mangga (Idiocerusniveosparsus), penggerek buah (Sternochetus frigidus), dan lalat buah (Bractocera dorsalis). 3. Penyakit utama pada tanaman mangga yaitu Antraknose (Colletotrichum

gloeosporiodes), Diplodia (Botryodiplodia theobromae), Penyakit Jamur Upas (Corticium salmonicolor), dan Penyakit Embun tepung Mangga.

4. Penegndalian Hama dan penyakit pada tanaman mangga

(Mangifera indica) dengan pestisida, musuh alami, dan lain-lain.

Saran

(17)

15

DAFTAR PUSTAKA

Agresma, D. 2012. Identifikasi Parasitoid Pada Lalat Buah Bactrocera cucurbitae Dalam Buah Pare Momordiae chantaria. UPI Bandung

Asri, A. 2003. Membuat Alat Perangkap Lalat Buah. BPTP Sulawesi Tenggara. [online].Tersedia:http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/9/pdf/Mem uat%20Alat%20Perangkap%20Lalat%20Buah.pdf [ 29 Mei 2017] .

Badan Litbang Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Pengendalian Ulat Bulu. http://www.litbang.deptan.go.id [5 Juni 2017].

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. 1997. Mengendalikan Hama Dan Penyakit Mangga. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo.

Balitro 2004. Leaflet : Perangkap Lalat Buah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jakarta.

Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Horkultura (BBPPMBTPH). 2014. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tabulampot Mangga (Mangifera indica). Kementrian Pertanian, Jakarta.

BPTP Jawa Timur. 2006. Seminar Nasional Agribisnis Mangga. http://www.litbang.deptan.go.id: BPTP, Jawa Timur [28 Mei 2017].

Borror, D.J, Triplehorn, C.A & Jhonson, N.F. (1996). Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Bahasa Indonesia. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Budijono, Sarwono, Handoko, B. Siswanto. 1997. Mengendalikan Hama Dan Penyakit Mangga. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Wonocolo . Ipptp Wonocolo.

Budi, M., Endang, H. dan Laba U., 2004, Plasma Nutfah Insektisida Nabati, J.Perkembangan Teknologi TRO 1 (13).

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2016. Standar Operasional Prosedur (SOP) Mangga Gedong Gincu Off Season. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Bandung.

(18)

16

Irwanto, B. 2008. Inventarisasi Hama-Hama Penting Dan Parasitoid Pada Buah Mangga (Mangifera spp.) Di Laboratorium. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 51 hlm.

.

Ihsan, N and Y.B. Ibrahim. 2007. Efficacy of laboratory prepared wettable powder formulatons of entomopathogenous fungi Beauveria bassiana,

Metarhizium anisopliae and Paecilomyces fumosoroseus against the

Polyphagotarsonemus latus (Bank) (Acari: Tarsonemidae) (Broad Mite) on Capsicum annum (Chilli). Journal of Biosciences 18 (1): 1-11.

Indratmi, D. 2006. Kajian Pengendalian Hayati Penyakit Antraknosa pada Buah Mangga dan Apel dengan Khamir Debaromyces sp. Dan Schizosaccaromyces sp. Universitas Muhammadyah Malang. Jawa Tengah

Jessica, S. 2007. Tougher Peel Repells Fruit Flies.

http://www.encyclopedia.com/doc/IGI.13418916.htm.

Kuswandi. 2001. Panduan Lalat buah. diunduh dari http://deptan.go.id. [28 Mei 2017].

Kuswandi R. 2000. Kajian Faktor Eksploitasi Berdasarkan Jenis Pohon: Studi Kasus Pada HPH PT Mamberamo Alasmandiri. Jakarta.

Mari, M and M Guizzardi. 1988. The Postharvest Phase: Emerging Technologies for The Control of Fungal Diseases. Phytoparasitica 26(1): 59-66.

Metcalf, R.L. and W.H. Luckmann. 1982. Introduction to Insect Pest Management. 2nd Ed. A Wiley-Interscience Publ., New York. p. 279-314.

Nasroh, A. 2004. Teknik Iradiasi Untuk Pengendalian Hama Lalat Buah Pascapanen Melalui Perlakuan Keselamatan Tumbuhan. 7 hlm. Prosiding Lokakarya Masalah Kritis Pengendalian Layu Pisang, Nematoda Sista Kuning pad Kentang dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.

Nilasari, A., J.B.S. Heddy dan T. Wardiyati. 2013. Identifikasi keragaman morfologi daun Mangga (Mangifera indica L.) pada tanaman hasil persilangan antara Varietas Arumanis143 dengan Podang Urang umur 2 tahun.Jurnal Produksi Tanaman 1(1): 61-69

Nugroho, S.P.1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal 44.

Pracaya . 1998. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.

(19)

17

Penulis BPP Teknologi. 2010. Mangga. http://www.ristek.go.id. [28 Mei 2017].

Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta. 44 p.

Pena, J.E., A.I. Mohyuddin, and M. Wysoki. 1998. A Review Of The Pest Management Situation In Mango Agroecosystems. Phytoparasitica 26:

129−148.

Rohmaningtyas, D. 2010. Perbanyakan Tanaman Mangga Dengan Teknik Okulasi Di Kebun Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tejomantri Wonorejo Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rukmana, R. 1997. Mangga: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.

Rosmahani, L & Budiono, AL 2002, ‘Pengendalian Organisme Pengganggu

Tanaman Mangga’. Jakarta.

Safitri, A.A. 2012. Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sarwono. 2003. PHT pada lalat buah. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. hal. 142-149.

Siswanto, E.A. Wikardi., Wiratno, dan E.Karmawati. 2003. Identifikasi Wereng Pucuk Jambu Mete, Sanurus Indecora Dan Beberapa Aspek Biologinya.

Jurnal Penelitian Tanaman Industri 9(4): 157-161.

Supartha, I.W. 2011. Fenomena Wabah Ulat Bulu di Bali. Makalah disampaikan Dalam Seminar Ulat Bulu. Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Sutjipto, P, Sigit & Wildan, J. 2008. Pengendali Lalat Buah Bactrocera Dorsalis

Hend Pada Tanaman Cabai Merah Dengan Ekstrak Daun Selasih (Ocimum sanctumL.)’, Naskah bahan Rakitek BPTP Jawa Timur. 6 hal.

Sunarjono, H. 1990, Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru, Bandung. hlm. 209.

Swastika, I, W. 2014. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama Pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) Dan Pengendaliannya di Kota Denpasar. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kota Denpasar.

(20)

18

Nematoda Sista Kuning, dan Lalat Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 11 hlm.

Vargas, R.2007. Local Research, But Everyone Watching. Agriculture Research Service – Hawaii Area Wide Fruit Fly Control Program, 4 pp. http://www.findarticles.com/p/articles/mi.m3741/is. 2.52/ai.113457520 [8 Juni 2017].

Wikardi, E.A. Wiratno dan Siswanto 1996. Beberapa Hama Utama Tanaman Jambu

Referensi

Dokumen terkait

oleh semua pemeran dunia pendidikan. Untuk mencapai tujuan ini banyak faktor yang mempengaruhi yang terdapat selama pelaksanaan proses pembelajaran, di antaranya adalah

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi keputusan atas keberatan, keberatan yang diajukan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil sidik ragam regresi ternyata bahwa kerapatan vegetasi atas berpengaruh nyata secara negatif terhadap degradasi tanah pada

TADARUS: Jurnal Pendidikan Islam/Vol 9, No 1 (2020) 29 Hal ini telah terjadi di kalangan orang-orang musyrikin Arab, di mana mereka tidak mengingkari dakwah yang

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa perawat yang memiliki didapatkan bahwa perawat yang memiliki usia

Indikator dari pertumbuhan jumlah wajib pajak badan adalah persentase perbandingan selisih jumlah wajib pajak bulan ini (t) dan jumlah wajib pajak bulan lalu (t-1) dengan

sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan turun, sehingga. grafik fungsipermintaan mempunyai

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari seluruh data, yaitu 317 data, terhadap naskah pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia tahun 2006 terdapat 2 data atau 0,63 %