• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Perempuan Dalam Meningkatkan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Perempuan Dalam Meningkatkan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Perempuan merupakan suatu potensi, dimana saat ini dalam persaingan global yang semakin menguat dan ketat, maka partisipasi perempuan menjadi sangat penting dalam menjawab berbagai tantangan sekaligus memanfaatkan peluang dimasa yang akan datang. Posisi perempuan yang selama ini cenderung diletakkan lebih rendah daripada laki-laki, menyebabkan kemampuan perempuan untuk berkontribusi dan mengembangkan potensi tidak maksimal.

Dalam hal inilah keterlibatan dan partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi ini. Perempuan Indonesia pedesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir seluruhnya terlibat dalam kegiatan ekonomi. Mereka berupaya memperbaiki ekonomi keluarga dengan bekerja di desa dan tidak jarang pula meninggalkan desa. Kemampuan perempuan dalam memberikan kontribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga/rumah tangganya, akan meningkatkan status sosial keluarganya dalam masyarakat, namun keterbatasan keterampilan dan kemampuan dalam menguasai teknologi menjadi penghambat dalam mencari pekerjaan.

(2)

namun tidak cukup memenuhi kebutuhan sehingga membuat kaum perempuan yang mulanya harus mengurus rumah tangga, sekarang harus ikut terlibat untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan adanya partisipasi perempuan dalam memenuhi kebutuhan yang awalnya hanya memenuhi kebutuhan subsitensi, ternyata juga dapat menyokong ekonomi daerahnya. Sehingga membuat kemajuan dalam pembangunan ekonomi daerahnya. Inilah yang membuat sosok perempuan perlu berpartisipasi dalam pembangunan daerah, salah satunya dalam pembangunan ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Di Desa Sambirejo Timur ini partisipasi perempuan juga nampak dalam bidang perekonomiannya, dimana para perempuan tidak hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga saja, namun juga bekerja dalam satuan organisasi yang dapat menghasilkan berbagai macam kain panjang dengan motif batik. Hasil produksi inilah yang nantinya dapat dibuat menjadi usaha sehingga menciptakan multi pekerjaan dikalangan perempuan di Sambirejo Timur dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup untuk keluarganya serta meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakatnya di Desa tersebut. Selain itu juga kegiatan jahit bordir, dimana kegiatan ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat dan memanjukan sumber daya manusia di Desa sambirejo tersebut.

(3)

sebuah keluarga yang mapan dan tidak kekurangan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.

Keadaan peran dan status perempuan dewasa ini lebih dipengaruhi oleh masa lampau, kultur, ideologi, dan praktek hidup sehari-hari. Inilah yang menjadi kunci mengapa partisipasi perempuan dalam kehidupan ekonomi masyarakat mengalami kelemahan. Rendahnya keterwakilan perempuan secara kuantitatif dibidang ekonomi dalam kehidupan masyarakat inilah yang kemudian mendorong dan melatarbelakangi lahirnya berbagai macam tuntutan agar perempuan lebih diberi ruang dalam partisipasi dan meningkatkan perannya di dalam pembangunannya.

Peran serta perempuan dalam proses pembangunan ekonomi masyarakat desa bukanlah berarti hanya sebagai suatu tindakan yang dipandang dari sisi humanisme belaka, namun peran yang dilakukan oleh perempuan tersebut dalam kesertaannya dibidang ekonomi merupakan tindakan yang dapat mengangkat harkat dan kualitas dari diri perempuan itu sendiri. Sehingga pembangunan ekonomi yang utuh dan menyeluruh dari suatu negara dalam bermasyarakat menuntut peranan penuh dari kaum perempuan dalam segala bidang, salah satunya dalam bidang ekonomi, yang mampu meningkatkan kesejahteraan di dalam kehidupan bermasyarakat itu sendiri.

(4)

ketimpangan hak perempuan dalam akses pendidikan dan masih kuatnya budaya patriarki. Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pembangunan ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Partisipasi

Perempuan dalam Meningkatkan Usaha Ekonomi Masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?” 1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran ilmu penegetahuan itu sendiri.

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis partisipasi perempuan dalam meningkatkan usaha ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara subjektif

(5)

memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna berdasarkan kajian teori dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi tambahan mengenai partisipasi perempuan dalam peningkatan usaha ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, serta untuk memperbaiki, melaksanakan dan meningkatkan dorongan serta motivasi sehingga partisipasi dari perempuan tersebut dapat terlaksana dan berjalan dengan baik, juga mampu membantu dalam meningkatkan usaha ekonomi masyarakat yang ada di Desa Sambirejo Timur tersebut.

3. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah kemampuan berfikir secara ilmiah dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara. 1.5Kerangka Teori

Kerngka teoritis adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar pemikiran dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Kerangka teoritis adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Sugiyono, 2010: 57).

(6)

hampir sama dengan judul penelitian yaitu “Partisipasi perempuan dalam

pembangunan ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

Dari penelitian yang dilakukan maka dapat diperoleh beberapa teori yang mengandung konsep Partisipasi Perempuan, Pembangunan Ekonomi dan Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat. Teori-teori tersebut didapat dari hasil pemahaman pembacaan buku-buku yang relevan bagi penelitian atau kajian pustaka dari beberapa hasil tulisan.

1.5.1 Partisipasi Perempuan 1.5.1.1Pengertian Partisipasi

Banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang partisipasi. Namun secara harfiah, partisipasi berarti “turut berperan serta dalam suatu kegiatan”, “keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegiatan”, “peran

serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat

didefinisikan secara luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya (interinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan.

(7)

1. Partisipasi berarti apa yang kita jalakan adalah bagian dari usaha bersama yang dijalankan bahu-membahu dengan saudara kita sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama.

2. Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan bersama diantara semua warga negara yang mempunyai latar belakang kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara pancasila kita, atau dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita.

3. Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam pelaksanaan-pelaksanaan, perencanaan pembangunan. Partisipasi berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai keadilan sosial tetap dijunjung tinggi.

4. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong kearah pembangunan yang serasi dengan martabat manusia. Keadilan sosial dan keadilan Nasional dan yang memelihara alam sebagai lingkungan hidup manusia juga untuk generasi yang akan datang.

Hetifah (dalam Handayani 2006: 39) berpendapat bahwa partisipasi sebagai keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah kepentingan eksternal.

(8)

menjadi kata kunci dalam setiap program dalam setiap program masyarakat, seolah-olah menjadi “model baru” yang harus melekat pada setiap rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam pengembangannya sering kali diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan atau proses bersama saling memahami, merencanakan, menganalisis dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Selain itu menurut Davis (dalam Tangkilisan 2005: 321) memberikan pengertian partisipasi sebagai berikut: “Participation is defined as an individual as mental and emotional involvement in a group

situasiton that encourages him to contribute to group goals and to share

responsibility for them.” Dari pengertian tersebut, maka pendapat Davis ini mengandung 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

1. Adanya keterlibatan mental dan emosi individu dalam melakukan aktivitas kelompok;

2. adanya motivasi individu untuk memberikan kontribusi tergerak yang dapat berwujud barang, jasa, buah pikiran, tenaga dan keterampilan;

3. Timbulnya rasa tanggung jawab dalam diri individu terhadap aktivitas kelompok dalam usaha pencapaian tujuan.

(9)

Pertama yang paling penting dalam partisipasi yaitu keterlibatan mental dan emosional daripada hanya berupa aktivitas fisik. Dari inisiatif orang itu sendiri yang terlibat bukan hanya keterampilannya. Keterlibatan ini bersifat psikologi daripada fisik. Seseorang berpartisipasi berarti terlibat egonya daripada hanya terlibat tugas.

Kedua yang penting dalam partisipasi adalah memotivasi orang-orang yang memberikan kontribusi. Mereka diberi kesempatan untuk menyalurkan sumber inisiatif dan kreativitasnya untuk mencapai tujuan kelompok, dengan demikian partisipasi berbeda dengan “kesepakatan”.

Partisipasi lebih dari sekedar upaya untuk memperoleh kesepakatan atas sesuatu yang telah diputuskan. Partisipasi sangat bernilai karena dapat meningkatkan motivasi dan membantu masyarakat untuk memahami dan menjelaskan mereka mencapai tujuan.

Ketiga adalah partisipasi mendorong orang-orang untuk menerima tanggung jawab dalam aktivitas kelompok. Ini juga proses sosial yang melaluinya orang-orang menjadi terlibat sendiri dalam pembangunan dan mau mewujudkan keberhasilannya.

Menurut Wazir (1999: 29) pertisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

(10)

dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Partisipasi menurut Anhsari (dalam Sjafari dan Sumaryono 2007: 144), meresumekan pengertian atau makna partisipasi atas enam point: 1. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan;

2. Keterlibatan dalam pengawasan;

3. Keterlibatan dimana masyarakat mendapatkan manfaat dan penghargaan; 4. Partisipasi sebagai proses pemberdayaan (empoverment);

5. Partisipasi bermakna kerja kemitraan (partnership);

6. Partisipasi sebagai akibat dari pengaruh stakeholder menyangkut pengambilan keputusan, pengawasan dan penggunaan resource yang bermanfaat bagi mereka.

Sedangkan partisipasi menurut Suparjan dan Hempri Suyatno (2003: 57), partisipasi sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk ikut serta menyumbangkan kemampuan dalam mencapai tujuan kelompok dan ikut bertanggung jawab atas tujuan kelompok tersebut. Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan perempuan dalam meningkatkan usaha pembangunan ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 1.5.1.2Bentuk-bentuk Partisipasi

(11)

Setiap penyelenggaraan, terutama dalam kehidupan bersama masyarakat pasti melewati tahap penentuan kebijaksanaan. Semakin besar kemampuan untuk menentukan nasib sendiri, semakin besar partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Pengambilan keputusan program pembangunan harus dilaksanakan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan sangat penting oleh Korten (dalam Supriatna, 2000: 61) bahwa walaupun dalam tahap pertama usaha pembangunan denagn titik berat pada pengerahan dana dan daya orang kebanyakan bersedian menerima pengambilan keputusan yang terpusat pada satu titik ia menghendaki diikusertakan dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi perikehidupannya dan perikehidupan anggota keluarga setempat.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan

Partisipasi ini merupakan tindak lanjut dari tahap pertama. Partisipasi dalam pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud tenaga, uang, barang, material, ataupun informasi yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.

3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil

(12)

ada. Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi yaitu dari aspek manfaatmaterialnya, manfaat sosialnya dan manfaat pribadi.

4. Partisipasi dalam evaluasi

Secara umum diketahui bahwa setiap penyelenggaraan apapun dalam kehidupan bersama, hanya dapat dilihat berhasil apabila dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mengetahui hal ini sudah sepantasnya masyarakat diberi kesempatan menilai hasil yang telah dicapai.

1.5.1.3Tujuan Partisipasi

Menurut Schiller dan Antlov (dalam Hetifah, 2003: 152) tujuan partisipasi adalah :

1. Menciptakan visi bersama

Merumuskan visi dan mandate serta nilai-nilai yang dianut atau menjadi dasar suatu organisasi serta visi itu kedepan. Tujuannya adalah menyajikan kebenaran yang dfinit, tapi lebih untuk menstimulasikan debat dan bagaimana mempengaruhi ke masa depan.

2. Membangun rencana

Setelah melakukan perumusan visi bersama dalam rangka menentukan tujuan spesifik yang ingin dicapai. Maka dengan bekal itu dapat segera dibuat suatu proses lanjutan untuk membangun rencana.

(13)

Dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis, dengan maksud mengumpulkansebanyak mungkin gagasan dari semua orang yang mejadi peserta proses partisipasi.

4. Menentukan prioritas/membuat pilihan

Bertujuan untuk mengorganisir berbagai ide yang muncul dalam proses partisipasi dengan memanfaatkan kualitatif.

5. Menjaring aspirasi/masukan

Bertujuan untuk pertukaran informasi, gagasan dan kepedulian tetang suatu isu atau rencana antara pemerintah, perencana dengan masyarakat. Melalui proses ini masyarakat memperoleh kesempatan untuk mempengaruhi prumusan kebijakan , memberikan alternatif desain, pilihan investasi beserta pengelolaannya.

6. Mengumpulakan informasi/analisis situasi

Bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan peluang serta bagaimana mengoptimalkannya, selain mengidentifikasi kelemahan dan ancaman untuk mempermudah merumuskan langkah-langkah untuk mengatasinya.

Pada hakekatnya tujuan partisipasi sesungguhnya adalah untuk memberdayakan masyarakat truama pada kaum perempuan daerah setempat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengevaluasian serta turut serta menikmati hasil dari pembangunan tersebut.

(14)

Menurut Pariatra Westra (dalam Astuti, 2008: 14) manfaat partisipasi adalah :

1. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar. 2. Dapat digunakan kemapuan berfikir kreatif dari para anggotanya.

3. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama.

4. Lebih mendorong orang untuk bertanggunga jawab. 5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan

Pendapat lain dikemukakan oleh Burt. K Schalan dan Roger (dalam Astuti, 2008: 14) bahwa manfaat partisipasi adalah :

1. Lebih banyak komunikasi dua arah.

2. Lebih banyak bawahan mempegaruhi keputusan. 3. Manajer dan partisipasi kurang ersikap agresif.

4. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat lebih tinggi.

Dari pendapat-pendapat diatas tentang manfaat partisipasi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan organisasi yaitu :

1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan yang berarti dan positif.

2. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengaju pemikiran.

3. Mendorong kemampuan berfikir kreatif demi kepentingan bersama.

(15)

5. Memungkinkan untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi. 1.5.1.5Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi seseorang yang tercermin dalam perilaku dan aktivitasnya dalam suatu kegiatan. Faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi antara lain pendidikan, penghasilan dan pekerjaan anggota masyarakat.

Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang positif terhadap partisipasinya dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Menurut Soemanto R. B .dkk (dalam Khikmawati, 1997: 28) mengatakan bahwa mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partispasinya dalam pembangunan, hal mana karena dibawa oleh semakin kesadarannya terhadap pembangunan. Hal ini berarti semakin tinggi derajat partisipasi terhadap pembangunan ekonomi masyarakat desa.

Faktor pendidikan juga berpengaruh pada perilaku seseorang dalam menerima dan menolak suatu perubahan yang dirasakan baru. Masyarakat yang berpendidikan ada kecenderungan lebih mudah menerima inovasi jika ditinjau dari segi kemudahan (eccesbility) atau dalam mendapatkan informasi yang mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang mempunyai derajat pendidikan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menjangkau sumber informasi.

(16)

Faktor penghasilan merupakan indikator status ekonomi seseorang, faktor ini mempunyai kecenderungan bahwa seseorang dengan status ekonomi tinggi pada umumnya status sosialnya tinggi pula. Dengan kondisi semacam ini mempunyai peranan besar yang dimainkan dalam masyarakat dan ada kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan terutama gejala ini dominan di masyarakat pedesaan. Pengaruh ekonomi jika diukur dalam besarnya kontribusi dalam kegiatan pembangunan ada kecenderungan lebih besar kontribusi berupa tenaga.

Faktor lain yang disampaikan oleh Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat terutama kaum perempuan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.

1. Usia

Faktor ini merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

(17)

peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan terseut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapt mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap ligkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dari partisipasinya yang besar dari setiap kegiatan lingkungan tersebut.

(18)

Dalam Fitria (2008: 34) perbedaan makna kata wanita dan perempuan dalam konteks kebahasaan sehari-hari memang belum jelas, apalagi bagi kaum awam. Untuk mendudukan posisi tiap kata, kapan orang seharusnya menggunakan kata wanita dan kapan seharusnya orang menggunakan kata perempuan, perlu penelaahan secara mendalam.

Dalam pandangan masyarakat Indonesia, kata perempuan mengalami degradasi semantik, atau peyorasi, yakni penurunan nilai makna kata, dimana makna kata sekarang lebih rendah daripada makna kata yang dahulu.

Pengertian khusus tentang perempuan identik dengan pembedaan jenis kelamin secara biologis. Nugroho (2008: 2) menyatakan bahwa: “Perempuan merupakan manusia yang memiliki alat reproduksi, seperti

rahim, dan saluran untuk melahirkan, mempunyai sel telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui, yang semuanya secara permanen tidak berubah dan mempunyai ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai kodrat (ketentuan Tuhan).”

(19)

1. Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti tuan, orang yang mahir/berkuasa, atau pun kepala, hulu, atau yang paling besar. 2. Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu sokong, memerintah,

penyangga, penjaga keselamatan, bahkan wali; kata mengampu artinya menahan agar tidak jatuh atau menyokong agar tidak runtuh; kata mengampukan berarti memerintah (negeri); ada lagi pengampu yakni penahan, penyangga, penyelamat.

3. Kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan; kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya sapaan hormat pada perempuan, sebagai pasangan kata tuan yang merupakan sapaan pada lelaki.

Dari pemaparan teori-teori di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kata perempuan dapat diartikan sebagai sosok yang tangguh, mandiri, aktif, berperan dan berdaya, sehingga peneliti menilai kata perempuan pantas disandingkan dengan kata pembangunan yang juga perlu peran aktif dari seluruh masyarakat.

Tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia R. A. Kartini dalam buku yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” secara umum

menghendaki peningkatan harkat dan martabat perempuan dengan menuntut hak-hak perempuan yang memang menjadi haknya. Sebenarnya perempuan bisa berbuat apa saja seperti apa yang bisa dilakukan oleh laki-laki, tetapi harus disesuaikan dengan kodrat, harkat dan martabat perempuan itu sendiri.

M. Amin Rais (2003: 103) mengatakan “Kiprah perempuan dalam

(20)

perempuan nyaris selalu dalam posisi terpinggirkan. Sebagian besar korban kekerasan domestik adalah perempuan. Berbagai persoalan yang diakibatkan ketimpangan dan kemiskinan di daerah perkotaan lebih banyak memakan korban kaum buruh migran perempuan sampai banyaknya insiden pelecehan seksual kepada kaum perempuan. Bahkan ketimpangan sosial pada umumnya menempatkan perempuan sebagai pihak yang lemah dan terpinggirkan”.

1.5.1.7Partisipasi Perempuan

Partisipasi perempuan merupakan hak asasi manusia dijamin dalam UUD 1945 pasal 28d ayat (3) yang berbunyi : “Setiap warga

negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan”,

dan pasal 28i ayat (2) yang berbunyi : “setiap orang bebas dari perlakuan

yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan partisipasi perempuan adalah suatu bentuk keterlibatan perempuan secara mental dan emosional dalam suatu kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan baik dalam bentuk tenaga, fikiran maupun materiil guna tercapainya suatu tujuan tertentu yang akan dicapai.

1.5.1.8Partisipasi Perempuan di Desa

(21)

dan manusia pembangunan. Dalam perkembangannya sekarang ternyata tugas atau peranan perempuan dalam kehidupan keluarga semakin berkembang lebih luas lagi. Perempuan saat ini tidak saja berkegiatan di dalam lingkup keluarga, tetapi banyak di antara bidang-bidang kehidupan di masyarakat membutuhkan sentuhan kehadiran perempuan dalam penanganannya.

Partisipasi perempuan dalam peningkatan sosial ekonomi keluarga tidak kalah penting dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan mampu melakukan banyak hal baik bersifat reproduksi yang tidak menghasilkan materi maupun bekerja mencari nafkah yang langsung menghasilkan (income earning work) guna kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan

rumah tangga. Perempuan atau isteri terlibat dalam pekerjaan adalah didorong oleh pendapatan suami yang rendah, sehingga mereka bekerja sebagai petani, pedagang kecil, pembantu rumah tangga, buruh, karyawan dan lain sebagainya. Dari uraian tersebut tersirat bahwa kondisi ekonomi suami yang rendah mendorong isteri untuk berpartisipasi mencari penghasilan dengan merubah perannya dari sektor domestik (dalam rumah tangga) ke sektor publik (diluar rumah tangga) (Munandar, 1985: 47).

(22)

dapat dianggap remeh, mulai dari produksi hingga pasca panen, serta pengelolaan konsumsi pangan keluarga. Memang tenaga lelaki lebih banyak tercurah pada kegiatan pertanian, tetapi sebenarnya curahan waktu perempuanlah yang menyita banyak waktu, ditambah dengan kerja domestik rumah tangga. Perempuan dari segi peranan dan curahan waktu kerja lebih banyak dibandingkan laki-laki dalam bidang usaha pertanian dan pengelolaan konsumsi pangan keluarga, tapi saat pengambilan keputusan usaha produksi, pengelolaan modal ekonomi dan konsumsi pangan keluarga ternyata lebih banyak diambil pihak laki-laki.

Pada masyarakat semakin banyak perempuan yang bekerja atau berperan aktif di bidang ekonomi, berarti partisipasi orang di bidang ekonomi juga meningkat. Dengan demikian diharapkan hasil yang akan diperoleh semakin meningkat.

Beberapa tingkat jenis kerja yang harus dilakukan oleh seorang perempuan dipedesaan yaitu :

1. Perempuan bekerja hanya menyelesaikan urusan rumah tangga, memasak, mencuci, mencari air, membenahi papan, mengasuh anak, kepasar menjual hasil kebun/pekarangan dan berbelanja. Biasanya dari keluarga petani yang cukup mempunyai persediaan.

(23)

mencari kayu bakar dan kadang-kadang harus menangani kerja besar yang biasanya dikerjakan pria.

3. Perempuan bekerja dilingkungan rumah tangga, ditambah pekerjaan membantu mengurus bidang pertanian disebabkan tenaga pria di bidang pertanian kurang, ataupun tenaga prianya meninggalkan desa atau mencari penghasilan yang lebih baik.

4. Perempuan bekerja dilingkungan rumah tangganya, serta bekerja di luar pertanian, di kota, bertanggung jawab atas bidang pertanian, karena mampu membayar tenaga tambahan, dapat berusaha di bidang perdagangan, termasuk kerajinan.

5. Perempuan bekerja di luar rumah tangga, menjadi buruh diluar desanya, dalam arti jam kerja lebih panjang (berangkat pagi pulang sore), biasanya dikerjakan gadis-gadis yang masih belum kawin, janda atau perempuan berumah tangga yang terpaksa menitipkan anaknya kepada tetangga atau nenek.

1.5.1.9Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Perempuan

Faktor-faktor yang diteliti berkenan dengan partisipasi perempuan dalam meningkatkan usaha ekonomi masyarakat di Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yaitu motivasi, pengalaman dan pendidikan, lebih jelasnya di uraikan sebagai berikut: 1. Motivasi

(24)

dalam hal ini lebih ditekankan pada hubungan yang terjadi pada proses produksi.

Motivasi dapat timbul karena dua faktor, yaitu dorongan yang berasal dari dalam manusia (faktor individu atau internal) dan dorongan yang berasal dari luar individu (faktor eksternal). Faktor individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu :

a. Minat

Seseorang akan merasa terdorong untuk melakukan suatu kegiatan kalau kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sesuai dengan minatnya.

b. Sikap positif

Seseorang yang mempunyai sifat positif terhadap suatu kegiatan dengan rela ikut kegiatan tersebut, dan akan berusaha sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan dengan sebaik-baiknya.

c. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan tetentu dan akan berusaha melakukan kegiatan apapun asal kegiatan tersebut bisa memenuhi kebutuhannya.

Jenis-jenis motivasi dapat dikategorikan : 1. Motivasi sebagai dorongan internal

(25)

sebagai dorongan internal atau dorongan alamiah (naluri) seperti makan, minum, tidur, berprestasi, berinteraksi dengan orang lain, mencari kesenangan berkuasa dan lain-lain yang cenderung bersifat internal yang berarti kebutuhan ini muncul dengan menggerakkan prilaku semata-mata karena tuntunan fisik dan psikologis yag muncul melalui mekanisme sistem biologis manusia.

2. Motivasi sebagai dorongan eksternal

Kebutuhan juga dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi individu dengan lingkungannya, misalnya kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi sebagai dorongan biologis dapat merubah ketika dia berinteraksi dengan lingkungan kerja dimana disana terdapat suatu norma kelompok yang tidak menghendaki prestasi individual.

Faktor yang mempengaruhi perempuan bekerja di luar rumah tangga meliputi (Munandar, 1983: 47) : 1). Untuk menambah penghasilan keluarga; 2). Untuk ekonomi, tidak tergantung kepada suami; 3). Untuk menghindari rasa kebosanan dan mengisi waktu kosong.; 4). Karena mempunyai minat dan keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan; 5). Untuk memperoleh status dan 6). Untuk mengembangkan diri. 2. Pengalaman

(26)

mereka berpengalaman, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan tersebut (Ross, 1967: 130).

Semakin lama pengalaman seseorang maka keterampilan yang dimiliki akan lebih tinggi dan berkualitas. Pengalaman merupakan faktor yang penting bagi seseorang dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan.

Pengalaman kerja adalah senioritas atau masa kerja merupakan lamanya seorang menyumbangkan tenaganya. Pengalaman Kerja adalah masa kerja seorang pekerja bilamana diterapkan pada hubungan kerja maka senioritas adalah masa kerja seorang pekerja pada perusahaan tertentu.

Menurut Ahmad 1994 (dalam Pajar 2008), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis tugas, penerapan, dan hasil. Dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Waktu

Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

b. Frekuensi

(27)

Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakan oleh seseorang maka umumnya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak.

d. Penerapan

Semakin banyak penerapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman kerja orang tersebut.

e. Hasil

Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat (Ross, 1967: 130).

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Terutama bagi para perempuan, semakin tinggi pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar dengan kata lain tingkat partisipasi kerja semakin besar.

(28)

tinggi (Simanjuntak, 1985: 37). Kemudian Boserup dalam Bukit (1985: 58) menyatakan bahwa pendidikan akan memperbaiki kemampuan dan keahlian seorang perempuan. Ini tentunya menambah kemampuan bersaing dan meningkatkan permintaan terhadap jasa mereka di pasar kerja.

1.5.2 Pembangunaan Ekonomi

1.5.2.1Pengertian Pembangunan

Pembangunaan adalah suatu rangkaian gerak perubahan menuju arah kemajuan, perubahan tersebut direncanakan berdasarkan norma-norma tertentu. Pembangunan juga diartikan sebagai rangkaian usaha dan kegiatan yang dimaksudkan untuk mencapai keadaan lepas landas, atau mungkin keadaan yang penuh dengan dorongan kearah kematangan. (Sadono Sukirno: 2006; 53)

Pembangunan merupakan usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu Bangsa, Negara dan Pemerintah menuju modernitas dalam pembinaan bangsa.

Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Beberapa pengertian pokok mengenai pembangunan, yaitu :

a. Pembangunan merupakan proses atau perubahan yang berkesinambungan atau dengan istilah dengan tahapan.

b. Dalan rangka pencapaian tujuan-tujuan pembangunan maka awalnya dimulai pengembangan sektor ekonomi tanpa melalui sektor lain.

(29)

d. Untuk pelaksanaan sebaiknya instansi-instansi kemasyarakatan seperti gotong royong, permufakatan, permusyawaratan dan lain-lain perlu diperiksa dengan seksama, akhirnya nilai-nilai positif dari hal-hal tersebut dapat dikembangkan untuk pembangunan

Pengertian pembangunan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan adalah suatu usaha perubahan yang berencana yang tanpa akhir dengan melalui tahapan-tahapan dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan juga dilakukan dengan mengikutsertakan seluruh masyarakat dalam suatu Negara. Hingga saat ini pemahaman tentang definisi pembangunan ekonomi belum ada satupun defenisi pembangunan ekonomi yang sama sekali tepat dan memuaskan, meskipun definisi yang sudah ada masih dapat difahami dan diterima secara umum. Akan tetapi bukan berarti teori-teori yang telah di kemukakan oleh para ahli ekonomi itu tidak bermanfaat, melainkan teori-teori tersebut masih berguna dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan suatu Negara pada masa-masa yang akan datang.

(30)

mereka anut kepada Negara lain, sehingga menjadi rekan yang baik dalam mencegah masuknya pengaruh dari Negara lain. Sedangkan bersifat kebudayaan adalah berusaha menyebarkan kebudayaan mereka terhadap Negara lain.

1.5.2.2 Pembangunan Ekonomi

Pemahaman pembangunan ekonomi bagi negara yang tergolong miskin, pembangunan ekonomi itu adalah bagaimana memacu pendapatan nasional untuk meningkatkan taraf hidup mereka agar dapat hidup layak dan bebas dari ketergantungan Negara lain. (Firdaus, 1987: 2) Pembangunan ekonomi meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan juga meliputi usaha pembangunan sosial, politik, dan budaya. H.F. Williamson menyatakan bahwa pembangunan ekonomi sebagai suatu proses, dimana suatu Negara dapat menggunakan sumber daya produksi sedemikian rupa, sehingga dapat memperbesar produk per kapita negara tersebut. Pembangunan ekonomi juga dapat di defenisikan sebagai suatu usaha untuk memperbesar pendapatan per kapita dan meningkatnya keahlian. Karena suatu kemajuan tidak hanya diukur dengan pendapatan per kapita melainkan juga produktivitasnya.

(31)

a. Suatu proses, yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus.

b. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang

Dalam analisa, pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses agar saling berkaitan dan hubungan saling mempengarui antar faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan ekonomi dapat dilihat. Cara analisis ini dapat diketahui deret peristiwa yang timbul sehingga akan mewujudkan peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ketahap berikutnya.

Salanjutnya pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita, karena kenaikan ini merupakan suatu pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat.

(32)

bermotif batik ini, Desa menjadi dapat dikenal oleh masyarakat lain dan desa-desa lainnya pula.

Tak kalah juga dengan perempuan yang memanfaatkan lahan pertaniannya. Dengan mengelola lahan pertanian tersebut, hasil yang diperoleh sangat mampu meningkatkan pembangunan ekonomi rumah tangga dari keluarga maupun pembangunan ekonomi desa itu sendiri. 1.5.3 Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat

Ukuran partisipasi perempuan dalam pembangunan dapat dilihat dari:

a. Pelaku/ pelaksana

Perempuan tidak lagi sebagai obyek tetapi subyek pembangunan. Misalnya perempuan merupakan pelaku/pelaksana pembangunan. b. Pengendali

Perempuan terlibat langsung terhadap pengendalian dari pelaksanaan kegiatan pembangunan

c. Pengambil keputusan

Dalam proses pembangunan, partisipasi perempuan langsung terlibat dalam pengambilan keputusan suatu kegiatan pembangunan. Misalnya : sebagai ketua pelaksana kegiatan pembangunan

d. Penasehat

(33)

e. Penerima manfaat pembangunan

Hasil pembangunan juga harus bisa dinikmati oleh perempuan, hal ini memberi indikasi bahwa pembangunan yang direncanakan sudah mempertimbangkan perempuan sebagai penerima manfaat pembangunan.

Dalam usaha memahami peran perempuan dalam proses pembangunan dan mencari jalan keluar serta menghilangkan diskriminasi yang sering terjadi, misalnya pengucilan perempuan pada bidang-bidang pekerjaan yang dipandang rendah dan tidak terampil atau pengucilan perempuan di luar bidang-bidang tertentu, maka dibutuhkan pemahaman yang lebih luas dari pada sekedar pemahaman tentang pengambilan keputusan ditingkat individu atau rumah tangga.

Adanya proses marjinalisasi tidak bisa dihilangkan begitu saja tetapi harus melalui pemahaman yang lebih dalam karena setiap usaha dalam perumusan kebijakan apalagi penerapannya, selalu akan menghadapi berbagai kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Perkembangan peran perempuan dan posisi kaum perempuan sejak masa lampau hingga saat ini telah menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar dengan kaum pria. Perempuan memiliki kesempatan dan mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi majunya pembangunan.

(34)

perempuan yang telah dibedakan yaitu istilah perempuan dalam pembangunan

(women in development) atau perempuan dan pembangunan (women and

development) (Saptari, 1998: 152). Meskipun sering kali digunakan secara campur

aduk namun yang dimaksudkan adalah seluruh usaha praktis mencoba mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan, sedangkan yang lain mempunyai pengertian yang lebih luas yang mengandung ulasan kritis terhadap peranan perempuan dalam pembangunan serta pengaruh kebijakan dan proyek-proyek pembangunan terhadap pembangunan.

Perkembangan peran perempuan dan posisi kaum perempuan sejak masa lampau hingga saat ini telah menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar dengan kaum pria. Perempuan memiliki kesempatan dan mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi majunya pembangunan. Penelaan kerja perempuan tidak terlepas dari sosialisasi peran perempuan yang sangat kompleks. Di samping berperan sebagai isteri, sebagai ibu, sebagai pengatur rumah tangga, sebagai tenaga kerja perempuan, juga berperan sebagai anggota masyarakat dan manusia pembangunan.

Salah satu peran perempuan dalam pembangunan ekonomi adalah dengan ikut berperan dalam menciptakan program-program yang mengarah kepada pemberdayaan perempuan. Dengan melihat peran tersebut para perempuan memiliki kemandirian yang kuat, sesuai pernyataan (Nasir, 2007: 2), bahwa ciri-ciri perempuan yang mandiri memiliki:

(35)

d. Komitmen

e. Adanya kendali diri.

Jadi, dengan kualitas pribadi yang baik maka perempuan akan lebih menyadari dan memahami dirinya, mampu mengarahkan dirinya, tanpa kehilangan kodratnya dalam perannya terhadap pembangunan.

Kemudian di dalam GBHN menekankan bahwa pembinaan peran perempuan sebagai mitra sejajar pria tetap harus memperhatikan kodrat, harkat serta martabat perempuan itu sendiri. Perempuan harus berjuang dan berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya. Adapun sosok perempuan yang diharapkan saat ini adalah yang mampu membuat dan menciptkan keluarga progresif dan militant dalam arti penuh daya juang melalui:

a. Memperkokoh kehidupan beragama dan beriman terutama lewat pendidikan. b. Meningkatkan profesionalisme dengan jalan terus menerus belajar, menambah

pengatahun, pengalaman, dan kemahiran teknis dan manajamen sosial.

c. Menyusun strategi organisasional modern dengan jalan membentuk organisasi perempuan yang kokoh, solid, terintegrasi untuk memperjuangkan hak-hak wanita dalam persamaan untuk berkembang dan maju dalam segala bidang.

Ada banyak hal yang bisa diupayakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia atau perempuan sehingga berperan secara aktif dalam pembangunan antara lain:

(36)

c. Pemberdayaan perempuan antar pemerintah dan swasta, serta masyarakat itu sendiri agar mewujudkan kesetaraan jender di segala bidang

d. Meningkatkan akses informasi yang dapat diterima oleh kaum perempuan di segala hal, khususnya informasi pembangunan serta melibatkan dalam pengambilan keputusan. (Hayunieta, 2007 : 2)

Namun, dalam berbagai pandangan salah seorang tokoh sosiologi yang bernama Ester Bosteruf pada tahun 1970 mengemukakan bahwa seringkali perempuan dilupakan dalam pembangunan, sejak awal tahun 1950-an proyek-proyek pembangunan telah memberikan perhatian pada perempuan dengan pendekatan kesejahteraan. Dan selama dua dasawarsa terakhir, perhatian ini mengikuti perubahan perubahan dalam paradigma pembangunan internasional, tetapi isu-isu tertentu yang diangkat selama dasawarsa PBB untuk perempuan juga dimasukkan secara parsial. Namun melalaui pendekatan WID (Women In Development) maka akan diuraikan beberapa pendekatan pendekatan tentang bagaimana peran perempuan dalam pembangunan.

Beberapa Pendekatan Perempuan dalam Pembangunan :

1. Pendekatan Kesejahteraan (Welfare Approach)

Pendekatan ini didasarkan atas tiga asumsi yaitu:

a. Perempuan sebagai penerima pasif pembangunan

b. peran keibuan yang merupakan peranan yang paling penting bagi perempuan dalam masyarakat, dan

(37)

Pendekatan tersebut seluruhnya dititikberatkan pada peran reproduktif perempuan dan menempatkan perempuan di arena pribadi, sementara laki-laki dipandang sebagai kelompok masyarakat yang aktif dalam arena publik. Oleh karena itu, proyek-proyek untuk kesejahteraan ini menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan fisik keluarga melalui penyediaan perumahan, sandang, pangan, dan melalui proyek-proyek latihan mengenai tata laksana rumah tangga, tentang makanan bergizi serta cara menyiapkan sebagai upaya pencegahan kekurangan gizi dan lain-lain.

Namun, kalau dilihat secara normatif kedudukan perempuan dengan pria adalah sejajar, akan tetapi dalam kehidupan nyata seringkali terendah dengan apa yang lazim disebut dengan istilah gender stratification yang menempatkan status perempuan dalam tatanan hirarkis pada posisi subordinal atau tidak persis sejajar dengan posisi kaum pria (Usman, 2004: 114)

Dari pernyataan diatas ternyata dalam beberapa hal wanita dan pria dalam kegiatan ekonomi mempunyai persamaan terutama dalam proses transformasi ekonomi yang mereka bagi tiga kategori periode perkembangan antara lain:

(38)

bahwa status dan peran perempuan lebih kurang sejajar dengan status dan peran yang dimiliki oleh pria.

b. The family-wage economy, ditandai dengan transformasi kegiatan ekonomi

dari pertanian keperdagangan, sejajar dengan perkembangan kapitalisme, sehingga dalam periode ini tenaga kerja tidak lagi terkonsentrasi pada kegiatan rumah tangga tetapi di luar rumah terutama di pabrik yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan proses industrialisasi dan perkembangan teknologi.

c. The family-consumer economy, dalam perode ini terjadi perubahan

teknologi yang cukup pesat dan peningkatan produktivitas yang dalam perkembangannya membuat anggota rumah tangga lebih banyak melakukan fungsi konsumsi. Dan hal ini terjadi karena wanita mempunyai fungsi ganda .Dalam kondisi demikian produktivitas wanita bahkan dapat lebih tinggi dari pada periode sebelumnya. Itulah sebabnya wanita hanya dianggap sebagai penerima meskipun dalam beberapa kasus juga diketemukan bahwa penghasilan yang mereka peroleh masih sangat diperlukan dalam memberi dukungan pada pemenuhan kebutuhan keluarga.

Dengan memahami uraian diatas memperlihatkan bahwa industrialisasi telah mengubah pola atau pengaturan kesempatan kerja. Perkembangan industri yang melaju dengan pesat disamping menciptakan kelas pekerja (working class) dalam jumlah yang sangat besar, juga banyak menciptkan banyak kelas menengah (middle class) Karl Marx (dalam Usman, 2004: 119 ). Dan ketika produksi dan

(39)

dengan administrasi dengan akuntansi. Meskipun demikian kesempatan kerja bagi wanita untuk bekerja pada bidang semacam ini masih terbatas dibanding dengan kaum pria.

2. Pendekatan kesamaan (Equity Approach)

Pendekatan ini mengakui bahwa perempuan merupakan partisipan aktif dalam proses pembangunan yang mempunyai sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui kerja produktif dan reproduktif mereka, walaupun sumbangan tersebut seringkali tidak diakui.

(40)

3. Pendekatan Anti Kemiskinan (Anti-poverty Approach)

Pendekatan anti kemiskinan ini merupakan bentuk lebih halus dari pendekatan kesamaan karena lembaga-lembaga pembangunan enggan untuk mencampuri ketimpangan hubungan jender. Pendekatan ini lebih menekankan pada upaya menurunkan ketimpangan pendapatan antara perempuan dan pria. Kelompok sasarannya adalah para pekerja yang miskin. Pendekatan ini sejalan dengan strategi pembangunan “pemerataan dengan pertumbuhan” (redistribution

with growth) dan strategi “kebutuhan dasar “ (basic needs).

Pendekatan anti kemiskinan ini untuk perempuan menitikberatkan pada peranan produktif mereka, atas dasar bahwa penghapusan kemiskinan dan peningkatan keseimbangan pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan produktivitas perempuan pada rumah tangga yang berpendapat rendah. Pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa asal mula kemiskinan perempuan dan ketimpangannya dengan lelaki diakibatkan oleh kesenjangan peluang untuk memiliki tanah dan modal serta diskriminasi seksual dalam pasar tenaga kerja. Dan dalam perancangan proyek ini menciptakan penghasilan bagi perempuan diutamakan seolah-olah usaha-usaha skala kecil mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara mandiri.

Melihat kenyataan tersebut di atas tentang berbagai hal yang dapat menimbulkan kemiskinan ada beberapa cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut antara lain:

(41)

b. Melaksanakan delapan jalur pemerataan yang meliputi pemerataan pembagian pendapatan, penyebaran pembangunan di seluruh daerah, kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, berusaha, berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan dan kesempatan memperoleh keadilan.

Semua hal tersebut disepakati kembali bahwa program-program pembangunan yang dilaksanakan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah melainkan juga memenuhi kepuasaan batiniah. Bahkan pada saat itu juga hasil-hasil pembangunan hendaknya merata keseluruh penjuru bukan hanya kepada sebagaian orang (dalam Usman, 2004:130).

4. Pendekatan efisiensi (Efficiency Approach)

Dalam pendekatan ini telah bergeser dari perempuan kepembangunan dengan asumsi bahwa peningkatan partisipasi ekonomi perempuan dengara dunia ketiga secara otomatis berkaitan dengan peningkatan kesamaan. Perubahan ini khususnya terjadi di Amerika Latin dan Afrika, dimana masalah-masalah resesi ekonomi diakibatkan jatuhnya harga barang ekspor, proteksionisme, beban utang. Dan Secara praktis perubahan-perubahan tersebut menyebabkan meningkatnya kerja perempuan yang tidak diupah dan perempuan sendiri yang menciptkan pekerjaan diluar sektor informal. Dan pada waktu yang bersamaan ideologi tentang perempuan sebagai ibu dan ibu rumah tangga makin diperkuat.

5. Pendekatan pemberdayaan (Empowerment Approach )

(42)

dalam pembangunan ada beberapa intervensi yang tidak disertai dengan upaya untuk meningkatkan kekuasaan perempuan dalam melaksanakan negosiasi, tawar menawar dan untuk mengubah sendiri siatuasinya, tidak akan berhasil. Pendekatan ini berpusat pada upaya penghapusan subordinasi perempuan. Pendekatan ini tidak terlalu menyibukkan diri dalam proyek-proyek pembangunan, tetapi menemukan perwujudannya dalam beberapa kegiatan gerakan perempuan di dunia ketiga.

Satu hal yang perlu digarisbawahi ketika kita berbicara mengenai upaya penanggulangan kemiskinan adalah pemberdayaan perempuan, karena mereka memiliki andil yang kuat dalam terciptanya kemiskinan masyarakat. Hal ini terjadi karena peran perempuan dalam keluarga sangat menentukan arah dan tujuan kehidupan keluarga itu sendiri.

Oleh karena itu pendekatan-pendekatan kesejahteraan, kesamaan, antikemiskinan dan efisiensi dikaitkan dengan teori modernisasi dan petumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan. Pendekatan ini mencerminkan perubahan mode di kalangan praktisi pembangunan pada lembaga-lembaga bantuan internasional.

1.6Defenisi Konsep

(43)

hendak diteliti. Maka untuk mendapatkan batasan yang jelas, penulis menggunakan defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian ini, penulis mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan sesuai dengan penjelasan partisipasi menurut Angsari (dalam Sjafari dan Sumaryono 2007: 144), yang meresumekan pengertian atau makna partisipasi atas enam point:

1. Keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan; 2. Keterlibatan perempuan dalam pengawasan;

3. Keterlibatan perempuan untuk mendapatkan manfaat dan penghargaan; 4. Keterlibatan perempuan sebagai proses pemberdayaan (empoverment); 5. Keterlibatan perempuan bermakna kerja kemitraan (partnership);

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Seksi Operasi & Pemeliharaan Balai PSDA Serang Lusi Juana selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;. PEMERINTAH PROVINSI

Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa

Hal ini disebabkan pengaruh jarak antara katup limbah dan katup penghantar, debit pemompaan dan efisiensi tertinggi terdapat pada katup limbah 1,5 inch dan jarak

Masing-masing limbah sayuran ditimbang sesuai kebutuhan dengan perbandingan 1:1:1. Diaduk

Adapun tujuan penelitian adalah: (1) Melakukan analisis penyebab tinggi dan rendahnya partisipasi pemilih pada Pemilu Legislatif 2014 yang lalu; (2) Menggambarkan

Penelitian yang dilakukan masih satu rangkaian kegiatan dengan penelitian terdahulu [3] yaitu dengan mengukur tegangan listrik yang dihasilkan oleh piezoelektrik sistem

Keempat (4) indikator pembentuk konstruk Kemampuan Manajemen (X) adalah valid, dan berdasarkan hasil loading maka dapat dideskripsikan bahwa untuk indikator

dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Manajemen Coca-Cola Amatil Indonesia. 3.5.1 Job description Coca Cola Amatil Indonesia A.. 2) Menjalin hubungan baik