• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sosial Budaya Terhadap Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Sosial Budaya Terhadap Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2016"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sosial Budaya

Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir,tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut Soekanto (1993) istilah sosial berkaitan dengan prilaku interpersonal,atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial. Sosial adalah social structure yang mencakup social relation dan social interaction (Sudarno, 2002). Social sructure adalah suatu tatanan hirarki dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga kelompok dan kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta rasa dan karsa. Menurut Soemarjan dan Soemardi dalam Setiadi, dkk (2008) kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan. Menurut EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk ((2010) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat istiadat. Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.

(2)

seperti mencari dan melaksanakan perawatan medis dirumah sakit atau pranata keprametraan tertentu, atau dirumah tangga sendiri, kaitan-kaitannya dapat dinyatakan sebagai gejala-gejala sosial budaya. Gagasan-gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan-hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala biologis dan biomedis. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.

Menurut Koentajaraningrat (1990) wujud dari budaya dapat dikelompokan dalam 3 hal, yaitu; (a) wujud sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan, (b) wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (c) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

2.2.Keyakinan atau Kepercayaan

Kepercayaan atau keyakinan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang yang lebih dapat ia percaya daripada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).

(3)

termasuk kesehatan dan penyakit. Ketika tubuh sakit dan emosi berada diluar kontrol, spritualitas, dan keyakinan seseorang mungkin menjadi satu-satunya dukungan yang tersedia.

Menurut Ba dan Pavlou (2002) kepercayaan atau keyakinan sebagai penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan terjadi ketika seseorang yakin dengan realibitas dan itegritas dari orang yang dipercaya. Kepercayaan menurut McKnight, Kacmar, dan Choudry (dalam Zainuddin, 2013), menyatakan bahwa kepercayaan dibangun sebelum pihak-pihak tertentu saling mengenal satu sama lain melalui transaksi atau interaksi.

Ibu-ibu yang percaya dan menyakini bahwa ASI yang terbentuk dalam tubuh ibu yang melahirkan seorang bayi dalam suatu proses yang secara logika ilmiah hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang maha kuasa, merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap ibu untuk dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya. Akumulasi dari aspek pengetahuan, nilai atau norma, serta keyakinan atau kepercayaan tentang ASI akan berkontribusi membentuk prilaku dalam bentuk tindakan atau praktek pemberian ASI kepada bayi (Hasan, 2009).

2.2.1. Dimensi Kepercayaan

(4)

pengakuan atau keyakinan tentang kebenaran. Dapat dikatakan bahwa kepercayaan adalah suatu tindakan seseorang berdasarkan sugesti dari orang itu sendiri untuk memberikan rasa percaya kepada siapa saja mulai dari diri sendiri, kepada orang lain, kepada pemerintah, dan tentunya kepercayaan kepada tuhan. Dengan menumbuhkan rasa kepercayaan maka setiap orang akan dapat melakukan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, dan yang lebih penting adalah kepercayaan kepada Tuhannya.

(5)

Kepercayaan juga sering didefenisikan sebagai kepercayaan pihak lain dalam melakukan hubungan sosial, yang didalamnya tercakup resiko yang berasosiasi dengan harapan itu. Artinya bila seseorang mempercayai orang lain maka ketika hal itu tidak terbukti ia akan menerima konsekwensi seperti merasa dikhianati (Lewicki dan Bunker dalam Zainuddin,2013).

2.2.2. Aspek-aspek Kepercayaan

Kepercayaan dibentuk melalui 4 aspek pokok kepercayaan, yaitu kompetensi, keterbukaan, kepedulian dan realibilitas (Mishra,1996).

a. Keterbukaan

Aspek keterbukaan sering disejajarkan dengan kejujuran (honesty) meskipun keduanya secara konseptual berbeda. Keduanya memang berkaitan erat satu dengan yang lainnya. Keterbukaan dan kejujuran sering digunakan oleh individu sebagai daya tarik atau untuk menunjukan bahwa dirinya dapat dipercaya.

b. Kompetensi

Kompetensi merupakan daya tarik untuk membangun kepercayaan dalam pola hubungan bisnis, keterbukaan merupakan daya tarik yang mengandung nilai-nilai moral utuk membangun hubungan sosial. Aspek kepedulan sebagai bagian dari kepercayaan inilah yang sebenarnya berkaitan langsung dengan keadilan sosial.

c. Kepedulian

(6)

menyeimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain. d. Realibilitas

Dalam psikologi sosial primaci efek terbukti besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini termasuk dalam membangun kepercayaan. Kepercayaan yang kuat terbentuk dari proses hubungan sosial yang terjalin lama dan terus menerus dalam kondisi yang sangat memungkinkan adanya tes terhadap pihak-pihak yang dipercayai. Dengan mengetahui reabilitas pihak kedua maka resiko yang harus ditanggung pihak pertama, dengan jalan mempercayai pihak kedua, juga dinilai lebih kecil.

2.2.3. Proses Terbentuknya Kepercayaan terhadap Orang Lain

Sarason (1993) menyatakan bahwa kepercayaan terbentuk dan berkembang melalui proses belajar secara individual maupun sosial. Ada tiga mekanisme dasar terbentuknya kepercayaan yaitu;

a. Characteristic-based trust, merupakan ide dasar mengaitkan antara

kepercayaan dengan latar belakang individu dan dengan stereotipe yang menyertainya. Proses terjadinya kepercayaan yang berdasarkan karakteristik ini merupakan proses yang berlangsung lama.

b. Process-based trust, dalam proses ini kepercayaan tumbuh melalui

(7)

waktu keterjaminan dan stabilitas akan hubungan yang resiprokal yang merupakan perekat yang menguatkan tinggi rendahnya kepercayaan.

c. Institutional-based trust, atau dapat dikatakan sebagai kepercayaan fonannal. Kepercayaan tersebut terbentuk berdasarkan atribut resmi seperti ijasali, sertifikat, surat pernyataan dan seterusnya. Perubahan kepercayaan terhadap pihak lain tergantung pada dua hal, yaitu kesamaan karakteristik dan pengalaman melakukan hubungan resiprok. Secara sederhana komponen kepercayaan dalam hubungan dua pihak adalah mempercayai dan dipercayai yang masihng-masih melekat pada pemberi kepercayaan dan penerima kepercayaan (Kipnis, dalam Faturchman, 2000). Namun dalam kehidupan sosial, kepercayaan tidak hanya melibatkan dua pihak, trustor dan trustee. Kadang-kadang pihak itu membutuhkan pihak ketiga yang sering disebut sebagai penghubung (intermediary). Kepercayaan merupakan aspek dalam kepribadian yag terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungan, maka hal tersebut merupakan penilaian awal terhadap dirinya dan penilaian terhadap orang lain. Adanya keyakinan atau kepercayaan dalam diri individu terhadap lingkungan yang menimbulkan suatu sikap pada individu untuk dapat berprilaku prososial sebagai perwujudan nyata dari intensi. Untuk dapat melakukan suatu prilaku prososial harus ada prilaku yang didasari oleh kepercayaan dan hasil evaluasi pada individu itu sendiri (Zainuddin, 2013).

Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah;

(8)

2. Kepercayaan bahwa ASI tidak boleh dibuang sembarangan. Makna dari kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI diberikan kepada bayi bukan untuk dibuang (Arisman, 2007).

Sosial budaya yang tidak mendukung dalam pemberian ASI

1. Berbagai tahayul untuk berpantang makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi dan lain-lain, dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya.

2. Kepercayaan memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu cara dalam agama.

3. Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan payudara.

4. Keyakinan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil (Arisman,2007).

(9)

makanan yang diyakini dapat menyebabkan gatal contohnya sayur terong, ikan tongkol, cumi-cumi, Sedangkan makanan yang dianjurkan adalah makanan yang dianggap baik dan harus dikosumsi (Mutiaf, 1998).

Keyakinan atau kercayaan dari ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Kurniawan,2013). Kepercayaan atau keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap prilaku tertentu, norma-norma subjektif dan kontrol prilaku (Robbins, 1996). Berbagai faktor sosial melatar budaya yang melatar belakangi prilaku pemberian ASI eksklusif adalah berkaitan dengan kebiasaan masyarakat dalam memberikan makanan pada bayi yang baru lahir. Menurut sebagian besar masyarakat kebiasaan memberikan madu, pada mulut bayi yang baru lahir supaya mulut bayi bersih. Kebiasaan tersebut dilakukan secara turun temurun, dan masih dijalani oleh masyarakat bahwa madu yang dioleskan kemulut bayi akan menyebabkan mulut bayi menjadi bersih. Penelitian yang dilakukan oleh Rayuni, (2010) mengungkapkan budaya yang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah keterikatan keluarga dan sosial sebagai pemberi dukungan untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan budaya yang tidak mendukung adalah adanya pantangan dan mitos pada pemberian ASI eksklusif.

(10)

2.3.Nilai dan Norma

Nilai adalah sebuah kepercayan yang didasarkan pada sebuah kode etik di dalam masyarakat. Nilai yang dianut seseorang ditentukan oleh semua prilakunya karena nilai tersebut menghasilkan norma-norma dan mengajarkan bahwa norma- norma tersebut adalah benar (Suhardjo, 2000).

Nilai mempengaruhi individu berprilaku atau mengambil keputusan sesuai dengan nilai tersebut. Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan mengevaluasi tingkah laku dan kejadian- kejadian. Nilai berfungsi sebagai pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam penelitian ini, nilai dan norma yang terkait dengan pemberian ASI secara umum terkait dengan pemahaman tentang sejauh makna makna ASI, serta memahami bahwa ASI merupakan sesuatu yang amat penting bagi kehidupan seorang bayi sehingga diharapkan hal ini akan membuka wacana, dan motivasi kepada ibu- ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya.

Nilai menunjukan tentang apa yang benar dan yang salah, baik dan buruk, juga menunjukan tentang bagaimana pengalaman hidup dimasa lalu. Nilai merupakan unsur yang penting dalam budaya karena dapat menentukan seseorang boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu.

(11)

ibu yang akan menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun, ia menilai ASInya sangat berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya, baginya akan merasa bersalah bila tidak melakukan hal tersebut, terutama bila dikemudian hari terjadi sesuatu yang dapat merugikan anaknya, dan sebaliknya ada ibu yang menghentikan pemberian ASI kepada bayinya karna ia menyakini ketika ASI yang ia berikan membuat masalah bagi kehidupan bayinya maka ia akan segera menghentikan pemberian itu, ia menilai begitu berharganya bayi bagi dirinya.

Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya saling berkaitan. Secara umum norma merupakan nilai yang mengandung sanksi yang relatif tegas terhadap pelanggarnya. Oleh karna itu norma merupakan faktor pendorong bagi individu/masyarakat untuk mematuhinya.

Norma terbagi beberapa tingkatan,yakni :

a. Usage (cara berbuat). Pada tingkat norma yang disebut cara, bila terjadi pelanggaran,hukumannya sangat lemah. Misalnya, makan sambil berdiri, atau berdecak, pada tingkat ini lebih banyak dinilai tingkat pelanggaran antar individu saja, tidak terkait dengan orang lain.

b. Folkways (kebiasaan atau perbuatan yang berulang dalam bentuk yang sama)

karna banyak orang setuju, perbuatan yang dianggap baik dapat menjadi kebiasaan. Misalnya, berkata sopan santun kepada semua orang

dan mengucapkan salam setiap bertemu orang.

(12)

memaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sehingga sanksinya adalah dikucilkan masyarakat dari pergaulan atau pengusiran dari lingkungannya. Ini biasanya terjadi didaerah-daerah yang masih kental hukum adatnya, seperti Bali, Sumatera Barat, dan Aceh.

d. Custom (adat istiadat) adalah tata-kelakuan berupa aturan-aturan yang mempunyai sanksi/hukuman yang lebih keras lagi, baik formal maupun non- formal. Misalnya, kasus pemerkosaan, selain mendapat hukuman dari penegak hukum (formal) sesai dengan undang-undang tertulisnya, pemerkosaan juga mendapat hukuman dari masyarakat (non-formal ) bahkan lebih berat, misalnya dipukuli atau diadili secara massal dan dikucilkan.

Nilai merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap benilai, berharga, dan penting dalam hidup, berfungsi sebagai pedoman kehidupan warganya (Koentjaraningrat, 1990).

Nilai mempunyai fungsi memberi petunjuk penting agar dapat memuaskan keinginan manusia dan memberi arah demi tercapainya tujuan sosial kemasyarakatan. Prilaku seseorang sangat dipegaruhi oleh nilai- nilai yang dimilikinya. Bila nilai itu baik, masyarakat/individu dapat mempunyai nilai yang berbeda, demikian pula antara ras/suku bangsa atau kelompok masyarakat. Norma merupakan hasil interaksi dan sosialisasi dalam masyarakat, kemudian menjadi suatu aturan dalam bermasyarakat yang disepakati bersama baik secara lisan maupun tulisan, dan mempunyai sanksi yang jelas bagi pelanggarnya.

(13)

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan informasi atau ide yang sudah diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan dikelompokan kedalam ranah koqnitip, apektif dan psikomotor. Pengetahuan ditempatkan sebagai urutan yang pertama karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk pembentukan tingkatan- tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis), dan penilaian (evaluation), sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek, sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan indera pendengar (telinga). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelahorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogerss dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

(14)

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang kehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.4.1. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Bloom (dalamNotoatmodjo, 2010) pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitip mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :

a. Tingkat tahu (know), bila seseorang hanya mampu menjelaskan secaragaris besar apa yang telah diketahui.

b. Memahami (comprenhension). Memahami suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menguraikan materi tersebut secara benar.

c. Tingkat penerapan (application), bila telah ada kemampuan untuk menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi kesituasi lain.

d. Tingkat analysis (analysis),bila kemampuan lebih meningkat,ia telah mampu untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnnya.

(15)

bentuk semula maupun kebentuk lain.

f. Tingkat evaluasi (avaluation),merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajari.

Dengan kata lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Mempunyai objek kajian

b. Mempunyai metode pendekatan

c. Bersifat universal “mendapat pengakuan secara umum” (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan masyarakat juga dapat mengubah perilaku masyarakat dari yang negative menjadi positif, selain itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pegalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

a. Tingkat Pendidikan

(16)

pengetahuan yang lebih luas daripada yang berpendidikan lebih rendah. c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan positif maupun keyakinan yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat memperoleh pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Sosial Budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu

Penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI, penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif (Team, 2010).

2.5.Pengertian Pendidikan

(17)

didik melalui pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Menurut Mj. Langeveld (dalam Notoatmodjo, 2010) Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. (Notoatmojdo, 2010). Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah laku.

Bloom, dkk (dalam Mudyaharjo, 2001) menjelaskan tujuan pendidikan yaitu :

1. Kognitif adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan.

2. Afektif adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan menghayati nilai-nilai untuk mengenal kegunaannya bagi hidup terhadap apa yang telah dipelajari secara langsung.

3. Psikomotor/keterampilan adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan melakukan perbuatan secara tepat, sehingga menghasilkan kinerja yang standar.

Berdasarkan undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional merupakan bimbingan, pengajaran, latihan dan panduan diantaranya. Di lihat dari jenjang pendidikan sekolah disusun tiga tingkatan yaitu :

(18)

SLTP

2. Sekolah yang meyelenggarakan pendidikan yang menengah yaitu : SMU, SMK, MA.

3. Sekolah menyelenggarakan pendidikan tinggi yaitu : S3, S2, S1, D4, D3, D2, dan D1.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan dalam hal tentang ASI Eksklusif. Diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun orang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pendidikan juga berperan untuk menentukan kehidupan manusia untuk menjadi lebih baik. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah dalam kesehatan, diantaranya adalah pemberian ASI Eksklusif, ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari pada ibu yang memiliki pendidikan lebih rendah (Nursalam, 2010).

(19)

tingkat pendidikan semakin besar persentasi pemberian ASI secara eksklusif (Siregar, 2004). Menurut Soetjaningsih bahwa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif salah satunya adalah pengetahuan ibu tentang pemberian ASI ekslusif. Terkait dengan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI, tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang.

2.6.Pekerjaan

Menurut Soetijiningsih (2004), pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh penghasilan (imbalan) berupa uang dan barang guna memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan menurut Nursalam (2005), bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental.

Bekerja merupakan proses fisik dan mental manusia dalam mencapai tujuannya. Pekerjaan merupakan pekerjaan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman dan pendidikan sekarang dan sejak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, bahwa kesesuaian antara pekerjaan diri seseorang memberikan kesan sendiri. Ini berarti makin sesuai bakat dan minat seseorang dengan pekerjaan, maka makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan beserta status sosial ekonomi yang dicapai. Pembagian tingkat pekerjaan antara lain pegawai negeri, petani dan pedagang (Nursalam, 2003).

(20)

yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seseorang ibu memiliki hubungan mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang baik.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan hal ini diantaranya yang dilakukan di Kabupaten Kebumen ditemukan hasil ada hubungan antara faktor pekerjaan yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif (Utami, 2011). Penelitian lain yang dilakukan (Susilawaty, 2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara ibu yang tidak bekerja degan pemberian ASI eksklusif (OR adjusted = 3,566, tingkat kepercayaan 95%, CI: 1,922 – 6,616; nilai p = 0,000).

2.7.Pendapatan

(21)

imbalan atas hasil kerja yang melampaui rata-rata.

Pembayaran pendapatan langsung dapat dibayar berdasarkan waktu seperti seseorang menerima upah harian dalam jumlah yang tetap. Diluar gaji atau upah yaitu mendapatkan tambahan yang dihasilkan berdasarkan pada unjuk kerja seperti komisi dan bonus. Tujuan utama pemberian komisi salah satu diantaranya memotipasi kinerja dan mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan seseorang dalam upaya meningkatkan kompetensi secara keseluruhan.

Penghasilan/pendapatan sangat penting bagi setiap individu, karena besarnya pendapatan merupakan pencerminan atau ukuran nilai kinerja seseorang, sehingga besar kecilnya pendapatan dapat mempengaruhi prestasi kerja. Salah satu tujuan dari system pendapatan adalah mempengaruhi prestasi kerja. Dengan pemberian pendapatan yang memadai merupakan suatu penghargaan terhadap prestasi kerja. Pendapatan yang diberikan ditempat kerja akan dapat menarik dan mempertahankan serta memberikan motivasi kerja apabila diberikan secara tepat dan sesuai dengan jasa yang diberikan.

Menurut Effendy (2007), gaji dan upah dimaknakan sama, balas jasa dalam bentuk uang yang diterima sebagai konsenkuensi dan kedudukan sebagai seseorang yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan dari pekerjaan. Gaji dan upah sudah barang tentu merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk bekerja. Penghasilan merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan produktifitas kerja.

(22)

Pemberian pendapatan/penghasilan atas pekerjaan yang dilakukan seseorang adalah keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, ini menimbulkan dua pengaruh positif. Pertama, seseorang yang berkemampauan tinggi atau yang telah menambah kebiasaannya dengan keterampilan baru, dapat menerima tambahan imbalan walaupun pangkatnya tidak dinaikkan. Kedua, keterkaitan tingkat pendapatan pada keterampilan dan kemampuan karena terkait oleh tempat kerja daripada nilai pekerjaan yang dilakukannya. Sekarang ini banyak keterkaitan antara imbalan dengan kinerja. Ini dapat diartikan untuk memancing motivasi kerja. Imbalan yang sesuai akan mendorong kinerja meningkat.

Menurut Malayu (2005), jika kompensasi yang diterima seseorang semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi statusnya semakin baik, dan pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan demikian, kepuasan kerjanya juga semakin baik. Disinilah letak pentingnya kompensasi bagi seseorang sebagai seorang penjualan tenaga (fisik dan pikiran).

Berdasarkan Peraturan Mentri tenaga kerja no. 05/Men/1989 tanggal 29 mei 1989 tentang upah minimum, Gubernur Aceh menetapkan upah minimum propinsi (UMP) No. 65 tahun 2012 dari Rp 1,400,000-.tahun 2012 menjadi Rp. 1.550.000,- tahun 2013. Upah minimum ini wajib dipatuhi oleh perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara dan instansi pemerintah. Bila Tidak dipatuhi oleh pengelola usaha dan instansi dapat dikenakan sanksi.

(23)

MP-ASI pada bayi diwilayah kerja puskesmas Siantan Tengah (Khairunnisa, Dkk. 2013). Penelitianyang terkait yang dilakukan di Kabupaten Kudus menyatakan ibu pekerja buruh dimungkinkan kesulitan dalam mengatur pemberian ASI eksklusif, faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI adalah dukungan keluarga, pendidikan, pengetahuan, sikap dan pendapatan perkapita, sedangkan hubungan faktor dengan lamanya pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan, pengetahuan, pendapat perkapita.

2.8. Sikap

Sikap adalah kesiapan mental untuk merespon sesuatu, baik yang negatif maupun yang positif. Sikap didampangi oleh sesuatu yang terjadi sebelumnya dan hasil yang diperoleh. Sikap juga merupakan perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan ibu terhadap suatu objek (Wahyuningsih, 2009).

2.8.1. Fungsi Sikap

Menurut Notoadmodjo (2010), sikap mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Sikap sebagai instrument atau alat untuk mencapai tujuan.

(24)

untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika objek tersebut mendukung dalam mencapai tujuan maka akan memiliki sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian sebaiknya fungsi itu sering disebut sebagai fungsi penyesuaian karena dengan mengambil sikap tentang seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.

c. Sikap pertahanan ego

Kadang-kadang orang mengambil sikap terhadap sesuatu karena untuk mempertahankan ego. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya.

d. Sikap sebagai ekspresi nilai

Bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nilai-nilai pada orang tua, sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan system nilai yang ada pada diri orang tersebut.

e. Sikap sebagai fungsi pengetahuan

Bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek yang akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut, apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka itu berpengaruh pada sikap orang tersebut.

2.8.2. Ciri-ciri Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melaikan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan objeknya.

(25)

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.

c. Sikap itu berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.8.3. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari tingkatan yaitu : a. Menerima (receiving)

Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan terlepas jawaban pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain mengajak atau mendiskusikan terhadap suatu masalah. d. Bertanggung Jawab (responsible)

(26)

tingkat sikap yang paling penting.

Hasil penelitian yang berhubungan dengan sikap dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif (Team, 2010). Penelitian lain menyatakan sikap ibu secara bermakna meningkatkan prilaku pemberian ASI eksklusif (Yuliarti, 2008).

2.9.Air Susu Ibu (ASI)

2.9.1. Pengertian ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana mneyusui yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulandan ketika diberikan amakanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 2007).

(27)

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011).

2.9.2. Pengertian ASI Eksklusif

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004, ASI Eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi mulai ia lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2005).

Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak – anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient).

2.9.3. Komposisi ASI

Menurut Kristiyanasari (2011) komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

1. Kolostrum

(28)

kuning dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat kolostrum sebagai berikut :

a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.

2. ASI masa transisi

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. 3. ASI mature

ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

2.9.4. Kandungan ASI

Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI. Kandungan yang terdapat di dalam ASI antara lain :

(29)

2. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahan-bahan lain. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi tidak membutuhkan banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa (Yuliarti, 2010).

2.9.5. Manfaat ASI

Menurut Yuliarti (2010) ASI memberikan manfaat tak terhingga pada anak antara lain :

a. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan

b. Bayi mendapat zat-zat imun, serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunnya.

c. Meningkatkan sensitivitas ibu dan kebutuhan bayinya

d. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein dan zat lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang terbuang.

e. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.

f. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas pada anak.

(30)

2.9.6. Keuntungan Menyusui

Menurut Ramaiah (2006) keuntungan menyusui yaitu : 1. Bagi Bayi

a. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, karena ASI mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi.

b. ASI mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat.

c. ASI selalu berada pada suhu yang paling cocok bagi bayi, karena tidak membutuhkan persiapan apapun.

d. Bayi bisa mencerna dan menggunakan nutrien dalam ASI secara lebih efisien daripada yang terdapat dalam jenis susu lainnya.

e. ASI itu steril, artinya artinya tidak terkontaminasi oleh bakteri atau kuman penyakit lainnya.

f. Menyusui mencegah terjadinya anemia pada bayi, karena zat besi yang terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik daripada sumber zat besi lainnya.

g. Kekurangan nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui karena ASI memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan yang pertama

(31)

i. Kolostrum juga mengandung pertumbuhan seperti faktor pematang epidermal. Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernafasan dan mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernafasan

j. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, eksem dan lain-lain.

k. Kolostrum kaya akan vitamin A, yang mencegah infeksi dan vitamin K, yang mencegah perdarahan pada bayi baru lahir.

l. ASI mengandung faktor pematang usus yang melapisi bagian dalam saluran pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke dalam tubuh.

m. ASI mendorong pertumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan mencegah diare. n. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin, yang dikombinasikan dengan

zat besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit. 2. Bagi Ibu

a. Menyusui menolong rahim mengerut lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam waktu singkat, mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu mencegah anemia.

b. Menyusui mengurangi risiko kehamilan sampai enam bulan setelah persalinan

(32)

d. Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama kehamilan, dan menurunkan risiko obesitas.

3. Bagi Keluarga

Menurut (Wulandari & Handayani, 2011) manfaat ASI bagi keluarga di tinjau dari :

a. Aspek Ekonomi

ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

b. Aspek Psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik, dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. c. Aspek Kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja, kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus diberikan serta minta pertolongan orang lain.

4. Bagi Negara

a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

(33)

infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

b. Menghemat devisa negara

ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.

c. Mengurangi subsidi rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta menggurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang di rawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.

d. Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.9.7. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral

a. Karbohidrat

(34)

formula. Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula.

b. Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI juga mengandung asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

d. Karnitin

Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

e. Vitamin

(35)

vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. (3) Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan

f. Mineral

Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yan terdapat di dalam susu formula (IDAI, 2008).

2.9.8. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningkat pada hari 10-14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa enam bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun (Prasetyono, 2009)

2.9.9. Lama dan Frekuensi Menyusui

(36)

selama 10 menit, setelah produksi ASI cukup. Bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan sampai lebih dari 20 menit).

Menyusukan selama 15 menit bisa dilakukan jika prosuksi ASI cukup dan ASI keluarnya lancar. Jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 64 ml dan 5 menit terakhir kurang lebih 16 ml (Soetjiningaih, 1997).

2.9.10 Masalah-Masalah dalam Menyusui Menurut PERINASIA (2003)

a. Masa Antenatal

Pada masa antenatal masalah yang sering timbul adalah kurang atau salah informasi dan puting susu datar atau terbenam.

1) Kurang atau Salah Informasi

(37)

minuman selama beberapa hari. (c) Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau tidak.

2) Puting Susu Datar atau Terbenam

Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hisapan langsung bayi yang kuat

b. Masa Pasca Persalinan Dini

Pada masa ini kelainan yang sering terjadi adalah: Puting susu datar atau terbenam, puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses.

1) Puting Susu Lecet

Pada keadaan ini sering kali ibu menghentikan menyusui karena puting susu sakit. Yang perlu dilakukan adalah: (a) Olesi puting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali memberikan obat lain seperti krim, salep dan lain-lain. (b) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam. (c) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan alat pompa karena nyeri. (d) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun

2) Payudara Bengkak

(38)

Untuk mencegah hal itu terjadi maka diperlukan (a) Menyusui dini. (b) Perlekatan yang baik. (c) Menyusui bayi harus lebih sering

3) Mastitis atau Abses Payudara

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak yang diikuti nyeri dan panas serta suhu tubuh meningkat. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap atau dikeluarkan atau penghisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju atau BH.

c. Masa Pasca Persalinan Lanjut

Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang dan ibu bekerja.

1) Sindrom ASI Kurang

Ibu merasa ASI-nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya saja ibu yang kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup.

2) Ibu Bekerja

(39)

kembali bekerja. (f) Minum dan makan makanan yang bergizi selam bekerja dan menyusui

2.9.11 Alasan Pemberian ASI Eksklusif

Bayi normal sudah dapat disusui segera sesudah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua menit pada setiap ibu yang melahirkan karena : (a) Air yang pertama atau kolostrum mengandung beberapa benda penangkis yang dapat mencegah infeksi pada bayi. (b) Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis . (c) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran pencernaan. ASI tidak menyebabkan bayi menjadi gemuk berlebihan. (d) ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik dari pada susu buatan manapun oleh karena mengandung benda penangkis, suci hama, segar, dan tersedia setiap waktu (Wiknjosastro, 2005)

ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan, diantaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga. Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh ASI Eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat di dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa serta 0,2 % zat gizi lainnya yang berupa DHA, DAA dan shypnogelin (Prasetyono,2009).

2.10.Landasan Teori

(40)

dan pendorong. Faktor presdisposisi mencakup antara lain pengetahuan individu, sikap, kepercayaan/keyakinan, nilai, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu. Faktor pendukung yaitu faktor ketersediaan sumberdaya kesehatan dan keterjangkauannya, komitmen masyarakat dan pemerintah serta keterampilan terkait dengan kesehatan. Faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan, serta dukungan dari orang-orang yang berpengaruh terhadap individu seperti guru, teman dan keluarga. Faktor predisposisi dan faktor penguat merupakan sasaran utama dari pendidikan kesehatan yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang (Green dan Lewis, 1986).

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus sedini mungkin yaitu semenjak bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pada awal masa kehidupan anak yaitu usia 0-6 bulan, dimana seharusnya ASI diberikan tanpa memberikan makanan lain.

(41)

Gambar 2.1. Kontributor Perilaku Kesehatan (Green dan Lewis, 1986)

Perilaku Pemberian ASI Eksklusif

Faktor Predisposisi

Sosial Budaya 1. Pengetahuan 2. Nilai/ Norma

3. Kepercayaan/ Keyakinan 4. Sikap

5. Unsur-unsur yang terdapat dalam diri individu (Variabel Demografi)

Faktor Pendukung

1. Ketersediaan sumber daya kesehatan 2. Keterjangkauan sumber daya kesehatan 3. Komitmen masyarakat/ pemerintah 4. Keterampilan berkaitan kesehatan

Faktor Penguat

(42)

2.11.Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini merupakan penyederhanaan dari kerangka teori yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Medan Amplas. Faktor sosial budaya yang diteliti pengetahuan, nilai, kepercayaan/keyakinan, sikap, pekerjaan dan pendapatan. Adapun kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi

(Sosial Budaya)

1. Pengetahuan 2. Nilai

3. Kepercayaan 4. Sikap

5. Pekerjaan 6. Pendapatan

Gambar

Gambar 2.1. Kontributor Perilaku Kesehatan (Green dan Lewis, 1986)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Rawa Pening merupakan danau alami yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini menjadi lahan usaha warga yang bekerja serta menjadi tempat wisata

Mobil Ambulance dapat digunakan oleh seluruh warga Padang selama mobil siap pakai di dalam garasi (tidak sedang digunakan untuk kepentingan yang sama oleh pengguna lain atau

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa

Sehubungan dengan itu, aktiviti kumpulan dalam konteks kurikulum tersirat ini dapat mengeratkan hubungan murid yang pelbagai kaum dan budaya serta memupuk nilai dan kesedaran

Pertanyaan mendasarnya adalah, akankah atau tidak akankan kelompok gender dan pemuda yang selama ini tidak masuk dalam nomenklatur kepemimpinan tradisional di Minangkabau, juga