BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (American Diabetes Association, 2010; WHO, 1999). Di sepanjang perjalanannya, angka frekuensi kejadian penyakit ini terus meningkat di masyarakat. Pada tahun 2000 WHO menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus pada semua kelompok umur di seluruh dunia adalah 2,8% dan diperkirakan menjadi 4,4% pada 2030. Pada tahun 2003 WHO juga memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia berusia 20-79 tahun menderita diabetes melitus dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Pada tahun 2004 terdapat 1,1 juta (1,9%) dari kematian global disebabkan oleh diabetes melitus dan jumlah penderita sebanyak 220,5 juta. Selanjutnya, pada tahun 2011 terjadi peningkatan penderita diabetes melitus menjadi 346 juta dan lebih dari 80% terdapat di negara berkembang. Selaras dengan WHO, International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa pada tahun 2007 terdapat 246 juta penduduk dunia menderita diabetes melitus dan diperkirakan akan meningkat mencapai 380 juta pada tahun 2025. Selanjutnya pada tahun 2010 terdapat 285 juta atau 6,4% pada penduduk usia 20-79 tahun menderita diabetes melitus. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 438 juta atau 7,7% pada penduduk usia 20-79 tahun pada tahun 2030. Di Indonesia sendiri, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, Diabetes Melitus menjadi penyebab kematian nomor enam di Indonesia dengan proporsi kematian 5,7% setelah Stroke, TB Paru, Hipertensi, Cedera, dan Perinatal.
glukosa (American Diabetes Association dalam Standards of Medical Care in Diabetes, 2009; Bastaki, 2005). Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO dan telah dipakai di seluruh dunia. Klasifikasi tersebut adalah: diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional (diabetes kehamilan), dan diabetes melitus tipe khusus lain. Secara umum, dikenal dua jenis utama diabetes melitus, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes melitus yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 90-95% pasien diabetes melitus. Keadaan ini ditandai dengan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. Pasien yang mengidap diabetes melitus tipe 2 tetap menghasilkan insulin, tetapi sering terjadi keterlambatan awal dalam sekresi dan penurunan jumlah total insulin yang dilepaskan. Hal ini cenderung semakin parah seiring pertambahan usia pasien (Riaz, 2009).
Komplikasi mikrovaskular dapat dikelompokkan menjadi retinopati diabetik, nefropati diabetik, dan neuropati diabetik. Pada retinopati diabetik terjadi kerusakan retina karena tidak mendapat oksigen. Retinopati diabetik dinilai bertanggung jawab atas 4,8% dari 37 juta kasus kebutaan di seluruh dunia (WHO, 2002). Di Indonesia, retinopati dialami oleh sekitar 10% penderita diabetes melitus. Nefropati diabetik merupakan istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada DM. Di Indonesia tercatat 7,1% penderita diabetes mellitus mengalami nefropati.
Di dunia kira-kira lima belas persen pasien dengan diabetes melitus mempunyai tanda dan gejala neuropati. Hampir 50% juga mempunyai gejala nyeri neuropati dan gangguan hantaran saraf. Neuropati paling sering dijumpai pada penderita diabetes yang berumur lebih dari 50 tahun, jarang dijumpai pada usia dibawah 30 tahun dan sangat jarang pada anak-anak (Adams dan Victor, 2005). Di Indonesia neuropati diabetik menjadi komplikasi diabetes melitus mikrovaskular terbesar. Tercatat 60% penderita diabetes melitus di Indonesia mengalami neuropati (Tjokroprawiro, 2006 dalam mushari, 2011).
Berdasarkan tingginya angka prevalensi diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi neuropati diabetik inilah Penulis tertarik untuk meneliti karakteristik neuropati pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik rawat jalan dan ruang rawat inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui karakteristik neuropati diabetik pada penderita diabetes melitus tipe 2, khususnya di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
di poliklinik rawat jalan dan ruang rawat inap Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik neuropati pada penderita diabetes melitus tipe 2 di rawat jalan dan inap Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui besarnya jumlah kejadian diabetes melitus tipe 2 di Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012. 2. Mengetahui kejadian neuropati diabetik sebagai komplikasi
diabetes melitus tipe 2 berdasarkan usia, jenis kelamin, status pekerjaan, lokasi neuropati, gejala yang sering dikeluhkan, dan komplikasi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi RSUP Haji Adam Malik Medan
2. Sebagai dasar ilmiah dalam memusatkan perhatian secara khusus pada pasien diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat dilakukan penanganan adekuat agar terhindar dari komplikasi neuropati diabetik.
1.4.2 Bagi Masyarakat
1. Sebagai dasar informasi kesehatan untuk memotivasi masyarakat melakukan pencegahan terhadap diabetes melitus tipe 2 dari segala faktor pencetusnya.
2. Sebagai bahan informasi kepada pasien yang telah terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan pengobatan yang adekuat demi mencegah komplikasi neuropati diabetik.
1.4.3 Bagi Peneliti
1. Sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dalam bentuk penelitian ilmiah secara mandiri.