2.1 Kerangka Teori
Dalam melaksanakan penelitian ini, teori digunakan untuk menyelesaikan
masalah, didukung oleh pernyataan Kerlinger (1971) dalam buku
(Rakhmat,1991:6), teori adalah himpunan konstruksi (konsep), defenisi dan
proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi menurut rogers bersama D. Lawrence Kincard dalam
(Cangara, 2007:20) Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang
pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang dalam. Dari defenisi ini dapat
dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan antar
komunikan dan komunikator dimana menciptakan satu kesepahaman bersama.
Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu
communis yang berarti sama (Lubis, 2011: 6). Maksudnya ialah dimana membuat
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico,
yang berarti berbagi (Vardiansyah, 2004: 3). Disini berbagi yang dimaksud ialah
adanya pemahaman melalui pertukaran pesan yang dilakukan bersama. Jika
sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris communicate, komunikasi berarti
sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan kata benda (noun) yaitu
communica tion memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan-pesan yang sama
melalui sistem simbol-simbol di antara individu-individu atau sebagai seni dalam
pengekspresian gagasan atau pendapat.
Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau
kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama
hingga interaksi berjalan dengan baik. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya
adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan
komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau
ide dari satu pihak kepihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan
pandangan atas ide yang dipertukarkan (Fajar, 2008:30) .
Harold lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of
communica tion in society dalam buku (Effendy, 2003:10) . Lasswell mengatakan
bahwa cara yang baik dalam menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Element-element yang terdapat dalam komunikasi adalah:
• Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan (communicator, source,
sender)
• Pesan : Ide atau informasi yang disampaikan (Message) • Media : Sarana komunikasi (channel, media)
• Komunikan : Audiance, pihak yang menerima pesan (communicant,
communica tee, receiver, recipient)
• Umpan balik : Respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya
Jadi, berdasarkan paradigma lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni
bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita dituntut tidak hanya
memahami prosesnya , tapi juga mampu menerapkan pengetahuan secara kreatif.
Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya
dapat kita lakukan setelah kita mempelajari proses komunikasi dan kesadaran
akan apa yang kita dan orang lain lakukan ketika kita sedang berkomunikasi.
Mempelajari komunikasi yang efektif pada dasarnya adalah berusaha memahami
apa yang menyebabkan orang lain berperilaku sebagaimana yang iya lakukan
(Tubbs dan Sylvia, 2006:viii) .
Bagaimana caranya agar kita sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan, karena kita saling
membutuhkan dalam hal apapun, yaitu dengan diperlukan adanya komunikasi.
Dari semua kegiatan atau aktivitas manusia, tentunya kita menggunakan
komunikasi sebagai penyambung dari setiap hal yang kita lakukan, baik secara
disengaja atau tidak disengaja. Mulai dari seorang Ibu yang ingin menidurkan
bayinya dengan menggendong sambil menyanyikan senandung kecil, sekelompok
remaja dengan kegiatan diskusi belajar bersama, menelepon sang kekasih,
beribadah, seorang anak bermain dengan kucing peliharaannya, melakukan tawar
menawar antara penjual dan pembeli di pasar tradisional dan sebagainya.
Seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, Everett M. Rogers
mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Setelah itu definisi komunikasi
tersebut dikembangkan lagi bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga
menghasilkan definisi yang baru, bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam (Cangara, 2007: 20).
Sementara Frank Dance, beliau mengklasifikasikan komunikasi dengan
mengeluarkan tiga dimensi konseptual (Morissan dan Wardhani, 2009: 5) yang
berisi:
(1) Dimensi Level Observasi (Level of Observation)
Dalam dimensi atau tingkatan observasi ini bersifat umum dan khusus.
Sifat umumnya, komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian
yang terputus satu sama lain dalam kehidupan. Sedangkan sifat khususnya,
komunikasi sebagai alat untuk pengiriman pesan dalam kemiliteran, perintah dan
sebagainya melalui media dan tenaga, seperti telepon, telegraf, radio, kurir, dan
lain-lain.
(2) Dimensi Kesengajaan (Intentionality)
Dalam dimensi ini terdapat pernyataan yang mensyaratkan kesengajaan
atau maksud tertentu, bahwa komunikasi merupakan situasi atau kondisi di mana
komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan dengan sengaja untuk
mempengaruhi perilaku komunikan. Sedangkan yang mengabaikan kesengajaan,
komunikasi sebagai proses yang membuat seseorang atau beberapa orang paham
(3) Dimensi Penilaian Normatif (Normative Judgement)
Dalam dimensi ini terdapat pernyataan keberhasilan dan tidak diterimanya
pesan, sehingga memberikan maksud dari komunikasi adalah proses pertukaran
verbal dari pemikiran agar saling pengertian. Sedangkan yang tidak menilai hasil
komunikasi tersebut akan berhasil atau tidak, maka komunikasi di sini sebagai
pengiriman informasi yang tidak selalu dapat diterima dan dipahami.
Dari berbagai definisi komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses pertukaran informasi
yang disampaikan oleh komunikator dengan menggunakan media (dapat berupa
alat penginderaan, media massa dan sebagainya) kepada komunikan yang pada
akhirnya memiliki efek atau umpan balik. Dalam komunikasi, pemahaman makna
pesan dari komunikator merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika
pesan yang disampaikan diterima begitu saja tanpa diketahui apa yang sebenarnya
telah dimasukkan ke dalam pikiran kita, hal itu akan menjadi sia-sia karena kita
sulit untuk mencerna makna apa yang dimaksud. Jelas, yang menjadi penentu
dalam berkomunikasi ialah adanya pemrosesan pesan.
Gambar 1.1
Proses Terjadinya Komunikasi
Sumber : (Cangara, 2007: 24)
Sumber merupakan pengirim informasi yang paling berinisiatif dalam
berkomunikasi atau biasa yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa Lingkungan
Sumber Pesan Media Penerima Efek
satu orang, bahkan juga dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan
lain-lain. Apabila lebih dari satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa
emosional yang kuat dalam kelompoknya maka dapat disebut sebagai kelompok
kecil. Sedangkan lebih dari satu orang atau banyak orang, relatif tidak saling kenal
dan rasa emosional yang kurang kuat, maka disebut sebagai kelompok besar atau
publik.
Selanjutnya sumber mengirimkan pesan, baik secara tatap muka ataupun
melalui media komunikasi. Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak,
misalnya informasi, hiburan, propaganda, pujian atau yang lainnya. Dengan
menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat berwujud menjadi konkret,
sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal (bahasa lisan dan bahasa
tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan, raut wajah).
Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi
tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam
menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media
yang dimaksud ialah media komunikasi. Media komunikasi bisa bersifat pribadi
atau umum (mencakup face-to-face, telepon, surat, majalah, internet dan lainnya).
Penerima atau yang biasa kita sebut dengan komunikan merupakan orang
menerima pesan komunikasi, seperti individu (perorangan), kelompok, partai atau
yang lainnya. Jika dalam konteks komunikasi massa, penerima dapat berupa
sasaran, khalayak, pemirsa dan lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting
dalam proses komunikasi, sebab komunikan sangat menentukan keberhasilan dari
Efek merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari pesan komunikator
kepada komunikan. Hal ini dapat terjadi pada pengetahuan, sikap, serta tindakan
seseorang sebagai akibat dari proses penerimaan pesan. Maka dari itu terdapat tiga
pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu mengenai
sesuatu), afektif (sikap seseorang menyatakan setuju atau tidak setuju) dan konatif
(tingkah laku dalam bertindak melakukan sesuatu).
Umpan balik (feedback) sebagai jawaban atau tanggapan dari komunikan
atas pesan dari komunikator. Pada dasarnya, umpan balik merupakan pesan juga,
sebab berlangsungnya pesan dari komunikator ke komunikan, akan berlanjut lagi
kepada komunikator sebagai berhasilnya komunikasi yang terpelihara. Proses
berlangsungnya komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti
lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi
waktu. Komunikasi sulit terjadi jika tidak didukung oleh situasi yang tepat, waktu
serta fasilitas yang memadai.
2.1.1.1 Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan,
sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum, tujuan
komunikasi (Effendy, 2005: 8) ialah:
1) Mengubah sikap (to change the attitude)
2) Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to cha nge the opinion)
3) Mengubah perilaku (to change the behaviour )
4) Mengubah masyarakat (to change the society)
Dengan adanya komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta
memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki sikap
tidak patuh dan suka melawan kepada kedua orang tuanya, namun bisa saja anak
terseb,m,mut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya, karena hasil belajar
dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang menyebabkan si anak memiliki
perubahan dalam sikapnya.
Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah masyarakat.
Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap kegiatan yang
dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga melalui komunikasi
mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta mengubah perilaku mereka
menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak mudah untuk mengubah
masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih dekat dan menyeluruh seperti
komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB) dalam sebuah desa,
agar informasi-informasi mengenai hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh
masyarakat bahwa pentingnya untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga
dengan kegiatan bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya
hubungan yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih
nan indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan fungsi
sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy, 2003:
27) yaitu:
1) Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal maupun
eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang
2) Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungannya
3) Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik dalam
kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan warisan sosial
pada keturunan selanjutnya.
Lebih singkanya, fungsi komunikasi itu (Effendy, 2005: 8) ialah:
1) Menginformasikan (to inform)
2) Mendidik (to educate)
3) Menghibur (to entertain)
4) Mempengaruhi (to influence)
Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya
memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga kita
bisa mengetahuinya. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru
menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam proses
belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang diterangkan
oleh gurunya. Dan secara langsung, guru telah mendidik sehingga memengaruhi
para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di sekolah. Acara
komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut dan pesulap dalam
sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua dilakukan untuk penyegaran
2.1.1.2. Gangguan dalam Komunikasi
Dalam berlangsungnya komunikasi, tidak semua pesan dari komunikator
pasti diterima oleh komunikan. Hal ini sering kali dialami karena sejumlah
gangguan (noise) sehingga pesan tidak bisa dimaknai sebagaimana yang
dimaksudkan. Gangguan komunikasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan di
mana proses komunikasi berlangsung tidak sebagaimana seharusnya.
Pada umumnya, terdapat dua gangguan utama komunikasi, yaitu gangguan
teknis dan gangguan semantik (Vardiansyah, 2004: 97). Gangguan teknis ialah
gangguan yang terjadi selama proses penyampaian pesan dari komunikator ke
komunikan, yakni mulai proses pengiriman pesan hingga pada proses penerimaan
(receive). Dari sinilah gangguan terjadi pada saluran atau media komunikasi.
Misalnya, pada saat kita melakukan webcam-an di skype, terjadi gangguan pada
jaringan internet sehingga menghasilkan suara yang kurang jelas dan gambar di
skype menjadi agak kabur.
Sedangkan gangguan semantik ialah gangguan yang terjadi akibat
kesalahan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, seperti kata-kata yang
digunakan terlalu banyak, memakai kata asing serta latar belakang budaya
sehingga menyebabkan sulit dipahami oleh khalayak tertentu. Misalnya seorang
yuuanak yang merantau dari Medan berkuliah di Universitas Indonesia (UI),
Jakarta. Dia ingin mengajak teman-temannya untuk berkeliling kota Jakarta
dengan menggunakan kereta. Di daerah Medan, kereta diartikan sebagai sepeda
motor. Namun teman-temannya bingung, kenapa berkeliling kota harus
menggunakan kereta? Padahal kereta di Jakarta diartikan sebagai kereta api.
menunggu di basecamp, tempat biasa mereka berkumpul dengan kereta Mio-nya,
sedangkan teman-temannya menunggu distasiun kereta api.
Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa terjadi gangguan komunikasi
dalam penggunaan kata-kata di dua (2) kota yang berbeda arti, sehingga
menimbulkan persepsi yang keliru dan salah pengertian.
2.1.2 Opini
Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada
komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan
(Effendy, 1990:80).
Faktor-faktor yang dapat membentuk opini menurut D.W. Rajeki, dalam
buku a ttitude, Themes a nd Adva nce,1982., yaitu mempunyai tiga komponen, yang
dikenal dengan istilah ABCs of attitude, sebagai berikut:
Komponen A: Affect (perasaan atau emosi)
Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci,
sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu, sebagai akibat
setelah merasakan .
Komponen B: Behaviour (tingkah laku)
Komponen ini lebih mementingkan tingkah laku atau perilaku seseorang,
misalnya bereaksi untuk memukul,menghancurkan, menerima, menolak,
mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi merupakan komponen untuk
Komponen C: Cognition (pengertian atau nalar)
Komponen ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu
informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendirinya.
Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dari seseorang berdasarkan
dari rasio atau kemampuan penalarannya. Artinya dapat kita lihat bahwa kognitif
tersebut merupakan kemampuan intelektualitas seseorang yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan. (Ruslan, 1999:55).
Menurut Cutlip & Center opini (opinion) adalah suatu ekspresi tentang
sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial dan menurut William
Albig (Sunarjo, 1984 : 31) opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang
bersifat bertentangan.
2.1.3. Opini publik
Opini publik merupakan sikap pribadi seseorang ataupun sikap kelompok,
dimana sebagian dari sikapnya ditentukan oleh pengalamannya, yaitu pengalaman
diri dan pengalaman kelompoknya juga (Susanto, 1985:80).
Opini publik salah satu kekuatan sosial yang secara langsung maupun
tidak langsung, dapat menentukan kehidupan sehari-hari suatu bangsa. Opini
publik juga merupakan “penghubung” antara kehidupan sosial dan politik
manusia, juga antara kehidupan sebagai makhluk sosial dan sebagai individu
warga negara, opini publik juga banyak digunakan oleh media massa maupun
kaum politisi dan pemerintah untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap
program kerjanya. Opini publik sangat penting dalam proses pembentukan
undang-undang dan juga untuk menanamkan tertib hukum dan kesadaran hukum
Manusia hidup sebagai makhluk sosial. Manusia hidup dalam masyarakat
yang mempunyai bermacam-macam kebutuhan. Kebutuhan masyarakat
menyebabkan terjadinya komunikasi. Manusia memerlukan komunikasi sebagai
alat pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan mental. Kebutuhan mental tersebut
mendorong manusia mengeluarkan opininya (Olii dan Erlita, 2012: 3). Menurut
oli H dalam bukunya yg brjudul Opini publik terdapat teori yang membahas
tentang opini publik :
1. Coherence Theory
Teori ini menyatakan bahwa opini-opini yang dimiliki seseorang harus
saling bersesuaian. Berbagai opini itu merupakan satu kesatuan bulat. Teori ini
merupakan landasan berkembangnya ideologi-ideologi pada abad ke-19. Teori ini
seakan-akan hanya membenarkan opini sendiri dan menyalahkan opini yang lain.
Psikologi sosial menyalahkan coherence theory. Kenyataannya, dalam diri
manusia terdapat banyak opini dan norma yang bertentangan satu sama lain yang
membuat munculnya opini tak dapat diramal(Olii dan Erlita, 2012: 3).
2. Correspondence Theory
Teori ini menyatakan bahwa pernyataan manusia harus sesuai kenyataan.
Teori ini merupakan landasan filsafat bahwa opini yang menang adalah opini
yang benar pada kenyataannya, psikologi sosial banyak digunakan memenangkan
opini tertentu. Karena itu, kebenaran teori ini disangsikan.
3. Pragmatisme
Aliran ini tumbuh pada akhir abadke-19 dan disebarkan oleh Wiliams
James yang merupakan hasil penelitian dari Jhon Dewey AS. Setelah PD II, aliran
dicari, karena orang mudah keliru menentukan nama yang benar. Pragmatisme
sangat hati-hati menyatakan sesuatu itu benar. Dengan kata lain, teori ini
menyatakan semua opini adalah relatif.
Pragmatisme menggunakan pertukaran pikiran untuk mencapai:
• Manusia bertanggung jawab,
• Manusia yang hidup dengan sadar dan
• Manusia yang setiap kali mengadakan verifikasi dan intropeksi.
Dari pola pikir tersebut tampak bahwa pragmatisme adalah sangat rasional.
Opini individu adalah hasil pengalamannya. Karena itu pragmatisme
sangat menitikberatkan kepada pendidikan dalam mencari kebenaran, harus dapat
dibuktikan sebagian benar pada masa lampau, sekarang dan masa depan. Dalam
hal ini, pragmatisme menjelaskan pengaruh norma-norma pada manusia yang
akan menentukan masa depannya, khusus pikiran individunya. Namun, bukan
berarti manusia hanyalah hasil dari masa lampaunya, manusia mempunyai
cita-cita yang mendorong dia untuk maju. Semua pikiran dan tindakan manusia
diarahkan pada perwujudan cita-cita, dan tergantung pada kemampuan individu
itu seberapa cepat atau lambat dia mencapainya. (Olii dan Erlita, 2011: 4)
Untuk memahami Opini seseorang atau publik tersebut, menurut
R.P.Abelson bukanlah hal yang mudah karena mempunyai kaitan yang erat
dengan:
• Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)
• Apa yang sebenarnya dirasakan atau yang menjadi sikapnya (attitude), ada 3
a. Kognitif
Merupakan komponen yang berhubungan dengan kepercayaan, pemahaman
dan pengetahuan
b. Afektif
Merupakan komponen pembentukan respon dan perubahan sikap pada
khalayak setelah mengenal aspek kognitif, pada komponen ini menyangkut
kehidupan emosional khalayak seperti ketertarikan, minat, motivasi, rasa
senang, dan tidak senang yang diamati langsung.
c. Konatif
Merupakan kecenderungan bertingkah laku yang dapat diamati langsung serta
berhubungan dengan kebiasaan.
• Persepsi (perseption), yaitu suatu proses memberikan makna,yang berakar dari
berbagai faktor, yakni:
a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang
atau masyarakat
b. Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas
pendapat atau pandangannya.
c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut berlaku
dimasyarakat).
d. Berita dan pendapat yang berkembang kemudian mempunyai pengaruh
terhadap pandangan seseorang atau dapat diartikan berita-berita yang
dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.
Dari proses inilah melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan
pada akhirnya akan terbentuknya suatu opini publik, apakah nantinya bersifat
2.1.3.1. Proses Pembentukan Opini Publik
Menurut Bernard Henessy (Muhtadi, 1999 : 55-56) terdapat lima faktor
penting yang menyebabkan terbentuknya opini publik sebagai berikut :
1. Adanya isu
Opini dapat diilustrasikan sebagai konsensus yang terbentuk dalam suatu
arus perbincangan tentang suatu isu. Sedangkan isu dalam konteks ini adalah
suatu persoalan kekinian yang sedang diperbincangkan dalam situasi
ketidaksepakatan. Karena itu dalam suatu isu terdapat elemen-elemen yang
mendorong munculnya kontroversi pendapat.
2. Adanya publik
Adanya kelompok yang jelas dan tertarik dengan adanya isu tersebut.
Dalam satu sistem sosial terdapat banyak publik yang masing-masing terdiri dari
individu-individu yang secara bersama-sama dipengaruhi oleh suatu aksi dan
gagasan.
3. Adanya kompleksitas pilihan-pilihan dalam publik
Kompleksitas pilihan-pilihan ini merujuk pada totalitas opini berkaitan
dengan isu yang menjadi perhatian seluruh anggota suatu publik. Pada setiap isu,
perhatian publik akan dibagi menjadi dua atau lebih pandangan yang berbeda.
4. Pernyataan opini
Pandangan yang dapat membentuk opini publik adalah pandangan yang
dinyatakan secara terbuka. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk
menyatakan opini salah satunya adalah melalui media massa sebagai alat yang
5. Banyaknya individu yang terlibat
Besarnya publik tidak selalu ditentukan oleh jumlah mayoritas yang
terlibat dalam perbincangan tentang isu. Publik yang terlibat tidak harus mereka
yang memiliki gagasan awal ataupun mereka yang melahirkan isu dan signifikansi
public terutama ditentukan oleh efektvitas komunikasi yang berlangsung dalam
proses pembentukan opini sampai pada pertimbangan dalam penepatan bahwa
2.2 Kerangka Konsep
Konsep adalah istilah yang mengespresikan sebuah ide abstrak yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau fakta-fakta yang diperoleh dari
pengamatan. Konsep juga merupakan generalisasi dari kelompok fenomena
tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama(Bungin, 2001:71). Jadi dapat ditarik bahwa Kerangka Konsep adalah hasil
pemikiran rasional yang bersifat kritis dan pemikiran kemungkinan hasil
penelitian yang akan dicapai. Adapun komponen yang digunakan dalam penelitan
ini adalah:
1. Opini mahasiswa FISIP USU
2. Keberadaan Bus Lintas USU Medan.
2.3. Model Teoritis
Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan
permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya.
Komponen-komponen yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi
model teoritis sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Teoritis Penelitian
2.4. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan
diatas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk mempermudah proses
penelitian, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Variabel teoritis Variabel Operasional
Opini Mahasiswa
Bus Lintas USU
Karakteristik Responden
1. Kepercayaan
2. Pemahaman
3. Ketertarikan
4. Motivasi
5. Persepsi
1. Supir dan kernet bus lintas USU
2. Fasilitas bus lintas USU
3. Jumlah bus lintas USU
4. Rute bus lintas USU
5. Ketertiban Bus Lintas USU
6. Waktu dan kecepatan operasional Bus
Lintas USU
7. Kebersihan bus lintas USU
1. Jenis kelamin
2. Departemen
3. Angkatan
2.5. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut
mengenai konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep.
Untuk memudahkan penelitian dalam meletakkan konsep-konsep dalam suatu
operasional maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut :
Opini Mahasiswa terdiri dari:
1. Kepercayaan adalah nilai kepercayaan terhadap jawaban responden
2. Pemahaman adalah Kerangka berfikir mahasiswa terhadap fungsi
keberadaan Bus lintas USU
3. Ketertarikan adalah rasa tertarik yang muncul dalam diri khalayak setelah
melihat Bus Lintas USU
4. Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri khalayak untuk mengambil
keputusan menggunakan Bus Lintas USU.
5. Persepsi adalah tanggapan mahasiswa terhadap keberadaan Bus Lintas
USU
Bus Lintas USU terdiri dari:
1. Supir dan kernet Bus Lintas USU, dalam hal ini dapat dilihat dari cara
pengemudi mengendarai Bus lintas tersebut
2. Fasilitas Bus Lintas USU adalah konteks ini ditinjau mengenai apakah
perangkat dalam Bus sudah memadai dan membuat nyaman penumpang
Bus lintas
3. Jumlah Bus Lintas USU adalah dalam hal ini akan ditinjau mengenai
4. Rute Bus Lintas USU adalah jalan atau alur tujuan Bus lintas USU , dalam
hal ini apakah rute pada bus sudah melintasi seluruh USU
5. Ketertiban Bus Lintas USU adalah peraturan-peraturan yang diberlakukan
didalam Bus Lintas USU.
6. Waktu Operasional dan Kecepatan Bus Lintas USU adalah dalam hal ini
akan ditinjau mengenai jadwal kerja dan kecepatan bus dinilai tepat atau
tidak
7. Kebersihan Bus Lintas USU, dalam hal ini dilihat dari ada atau tidaknya
sampah
Karakteristik Responden terdiri dari :
1. Jenis kelamin dari mahasiswa FISIP USU, yaitu perempuan atau laki-laki.
2. Departemen Program Reguler S1 yang ada di FISIP USU,yakni
Administrasi Negara, Antropologi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik,
Kesejahteraan Sosial, Sosiologi dan Administrasi Niaga/Bisnis.
3. Angkatan, yaitu mahasiswa FISIP USU angkatan 2012 dan 2013.
4. Frekuensi pengguna, yaitu frekuensi mahasiswa FISIP USU yang pernah