• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Mahasiswa Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Opini Mahasiswa Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU (Studi Deskriptif Mengenai Opini Mahasiswa FISIP USU Terhadap Keberadaan Bus Lintas USU )"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kerangka Teori

Dalam melaksanakan penelitian ini, teori digunakan untuk menyelesaikan

masalah, didukung oleh pernyataan Kerlinger (1971) dalam buku

(Rakhmat,1991:6), teori adalah himpunan konstruksi (konsep), defenisi dan

proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala

tersebut.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah :

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi menurut rogers bersama D. Lawrence Kincard dalam

(Cangara, 2007:20) Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang

pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang dalam. Dari defenisi ini dapat

dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses pertukaran pesan antar

komunikan dan komunikator dimana menciptakan satu kesepahaman bersama.

Secara etimologi, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu

communis yang berarti sama (Lubis, 2011: 6). Maksudnya ialah dimana membuat

kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico,

yang berarti berbagi (Vardiansyah, 2004: 3). Disini berbagi yang dimaksud ialah

adanya pemahaman melalui pertukaran pesan yang dilakukan bersama. Jika

sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris communicate, komunikasi berarti

(2)

sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan kata benda (noun) yaitu

communica tion memiliki arti sebagai proses pertukaran pesan-pesan yang sama

melalui sistem simbol-simbol di antara individu-individu atau sebagai seni dalam

pengekspresian gagasan atau pendapat.

Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau

kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama

hingga interaksi berjalan dengan baik. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya

adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan

komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau

ide dari satu pihak kepihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan

pandangan atas ide yang dipertukarkan (Fajar, 2008:30) .

Harold lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of

communica tion in society dalam buku (Effendy, 2003:10) . Lasswell mengatakan

bahwa cara yang baik dalam menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan

sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Element-element yang terdapat dalam komunikasi adalah:

• Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan (communicator, source,

sender)

• Pesan : Ide atau informasi yang disampaikan (Message) • Media : Sarana komunikasi (channel, media)

• Komunikan : Audiance, pihak yang menerima pesan (communicant,

communica tee, receiver, recipient)

• Umpan balik : Respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya

(3)

Jadi, berdasarkan paradigma lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.

Komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni

bergaul. Agar kita dapat berkomunikasi efektif, kita dituntut tidak hanya

memahami prosesnya , tapi juga mampu menerapkan pengetahuan secara kreatif.

Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya

dapat kita lakukan setelah kita mempelajari proses komunikasi dan kesadaran

akan apa yang kita dan orang lain lakukan ketika kita sedang berkomunikasi.

Mempelajari komunikasi yang efektif pada dasarnya adalah berusaha memahami

apa yang menyebabkan orang lain berperilaku sebagaimana yang iya lakukan

(Tubbs dan Sylvia, 2006:viii) .

Bagaimana caranya agar kita sebagai makhluk individu dan makhluk

sosial dapat berhubungan satu sama lain dalam kehidupan, karena kita saling

membutuhkan dalam hal apapun, yaitu dengan diperlukan adanya komunikasi.

Dari semua kegiatan atau aktivitas manusia, tentunya kita menggunakan

komunikasi sebagai penyambung dari setiap hal yang kita lakukan, baik secara

disengaja atau tidak disengaja. Mulai dari seorang Ibu yang ingin menidurkan

bayinya dengan menggendong sambil menyanyikan senandung kecil, sekelompok

remaja dengan kegiatan diskusi belajar bersama, menelepon sang kekasih,

beribadah, seorang anak bermain dengan kucing peliharaannya, melakukan tawar

menawar antara penjual dan pembeli di pasar tradisional dan sebagainya.

Seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, Everett M. Rogers

(4)

mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Setelah itu definisi komunikasi

tersebut dikembangkan lagi bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga

menghasilkan definisi yang baru, bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana

dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan

satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang

mendalam (Cangara, 2007: 20).

Sementara Frank Dance, beliau mengklasifikasikan komunikasi dengan

mengeluarkan tiga dimensi konseptual (Morissan dan Wardhani, 2009: 5) yang

berisi:

(1) Dimensi Level Observasi (Level of Observation)

Dalam dimensi atau tingkatan observasi ini bersifat umum dan khusus.

Sifat umumnya, komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian

yang terputus satu sama lain dalam kehidupan. Sedangkan sifat khususnya,

komunikasi sebagai alat untuk pengiriman pesan dalam kemiliteran, perintah dan

sebagainya melalui media dan tenaga, seperti telepon, telegraf, radio, kurir, dan

lain-lain.

(2) Dimensi Kesengajaan (Intentionality)

Dalam dimensi ini terdapat pernyataan yang mensyaratkan kesengajaan

atau maksud tertentu, bahwa komunikasi merupakan situasi atau kondisi di mana

komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan dengan sengaja untuk

mempengaruhi perilaku komunikan. Sedangkan yang mengabaikan kesengajaan,

komunikasi sebagai proses yang membuat seseorang atau beberapa orang paham

(5)

(3) Dimensi Penilaian Normatif (Normative Judgement)

Dalam dimensi ini terdapat pernyataan keberhasilan dan tidak diterimanya

pesan, sehingga memberikan maksud dari komunikasi adalah proses pertukaran

verbal dari pemikiran agar saling pengertian. Sedangkan yang tidak menilai hasil

komunikasi tersebut akan berhasil atau tidak, maka komunikasi di sini sebagai

pengiriman informasi yang tidak selalu dapat diterima dan dipahami.

Dari berbagai definisi komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian komunikasi pada umumnya adalah suatu proses pertukaran informasi

yang disampaikan oleh komunikator dengan menggunakan media (dapat berupa

alat penginderaan, media massa dan sebagainya) kepada komunikan yang pada

akhirnya memiliki efek atau umpan balik. Dalam komunikasi, pemahaman makna

pesan dari komunikator merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, jika

pesan yang disampaikan diterima begitu saja tanpa diketahui apa yang sebenarnya

telah dimasukkan ke dalam pikiran kita, hal itu akan menjadi sia-sia karena kita

sulit untuk mencerna makna apa yang dimaksud. Jelas, yang menjadi penentu

dalam berkomunikasi ialah adanya pemrosesan pesan.

Gambar 1.1

Proses Terjadinya Komunikasi

Sumber : (Cangara, 2007: 24)

Sumber merupakan pengirim informasi yang paling berinisiatif dalam

berkomunikasi atau biasa yang kita sebut dengan komunikator. Jumlahnya bisa Lingkungan

Sumber Pesan Media Penerima Efek

(6)

satu orang, bahkan juga dalam bentuk kelompok seperti organisasi, partai dan

lain-lain. Apabila lebih dari satu orang, relatif saling kenal dan memiliki rasa

emosional yang kuat dalam kelompoknya maka dapat disebut sebagai kelompok

kecil. Sedangkan lebih dari satu orang atau banyak orang, relatif tidak saling kenal

dan rasa emosional yang kurang kuat, maka disebut sebagai kelompok besar atau

publik.

Selanjutnya sumber mengirimkan pesan, baik secara tatap muka ataupun

melalui media komunikasi. Pesan itu beragam sehingga pesan bersifat abstrak,

misalnya informasi, hiburan, propaganda, pujian atau yang lainnya. Dengan

menggunakan lambang komunikasi, pesan dapat berwujud menjadi konkret,

sehingga pesan dapat dibedakan menjadi pesan verbal (bahasa lisan dan bahasa

tulisan) dan pesan nonverbal (isyarat, suara, sentuhan, raut wajah).

Untuk sampai kepada penerima adalah melalui media atau saluran demi

tercapainya komunikasi. Media merupakan alat penghubung dalam

menghantarkan pesan dari komunikator kepada komunikan, dalam hal ini media

yang dimaksud ialah media komunikasi. Media komunikasi bisa bersifat pribadi

atau umum (mencakup face-to-face, telepon, surat, majalah, internet dan lainnya).

Penerima atau yang biasa kita sebut dengan komunikan merupakan orang

menerima pesan komunikasi, seperti individu (perorangan), kelompok, partai atau

yang lainnya. Jika dalam konteks komunikasi massa, penerima dapat berupa

sasaran, khalayak, pemirsa dan lain-lain. Komunikan merupakan elemen penting

dalam proses komunikasi, sebab komunikan sangat menentukan keberhasilan dari

(7)

Efek merupakan pengaruh yang ditimbulkan dari pesan komunikator

kepada komunikan. Hal ini dapat terjadi pada pengetahuan, sikap, serta tindakan

seseorang sebagai akibat dari proses penerimaan pesan. Maka dari itu terdapat tiga

pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu mengenai

sesuatu), afektif (sikap seseorang menyatakan setuju atau tidak setuju) dan konatif

(tingkah laku dalam bertindak melakukan sesuatu).

Umpan balik (feedback) sebagai jawaban atau tanggapan dari komunikan

atas pesan dari komunikator. Pada dasarnya, umpan balik merupakan pesan juga,

sebab berlangsungnya pesan dari komunikator ke komunikan, akan berlanjut lagi

kepada komunikator sebagai berhasilnya komunikasi yang terpelihara. Proses

berlangsungnya komunikasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti

lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi

waktu. Komunikasi sulit terjadi jika tidak didukung oleh situasi yang tepat, waktu

serta fasilitas yang memadai.

2.1.1.1 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan,

sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum, tujuan

komunikasi (Effendy, 2005: 8) ialah:

1) Mengubah sikap (to change the attitude)

2) Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to cha nge the opinion)

3) Mengubah perilaku (to change the behaviour )

4) Mengubah masyarakat (to change the society)

Dengan adanya komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta

(8)

memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki sikap

tidak patuh dan suka melawan kepada kedua orang tuanya, namun bisa saja anak

terseb,m,mut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya, karena hasil belajar

dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang menyebabkan si anak memiliki

perubahan dalam sikapnya.

Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah masyarakat.

Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap kegiatan yang

dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga melalui komunikasi

mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta mengubah perilaku mereka

menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak mudah untuk mengubah

masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih dekat dan menyeluruh seperti

komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga Berencana (KB) dalam sebuah desa,

agar informasi-informasi mengenai hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh

masyarakat bahwa pentingnya untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga

dengan kegiatan bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya

hubungan yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih

nan indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan

bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan fungsi

sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.

Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy, 2003:

27) yaitu:

1) Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal maupun

eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang

(9)

2) Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungannya

3) Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik dalam

kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan warisan sosial

pada keturunan selanjutnya.

Lebih singkanya, fungsi komunikasi itu (Effendy, 2005: 8) ialah:

1) Menginformasikan (to inform)

2) Mendidik (to educate)

3) Menghibur (to entertain)

4) Mempengaruhi (to influence)

Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya

memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga kita

bisa mengetahuinya. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru

menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam proses

belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang diterangkan

oleh gurunya. Dan secara langsung, guru telah mendidik sehingga memengaruhi

para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di sekolah. Acara

komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut dan pesulap dalam

sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua dilakukan untuk penyegaran

(10)

2.1.1.2. Gangguan dalam Komunikasi

Dalam berlangsungnya komunikasi, tidak semua pesan dari komunikator

pasti diterima oleh komunikan. Hal ini sering kali dialami karena sejumlah

gangguan (noise) sehingga pesan tidak bisa dimaknai sebagaimana yang

dimaksudkan. Gangguan komunikasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan di

mana proses komunikasi berlangsung tidak sebagaimana seharusnya.

Pada umumnya, terdapat dua gangguan utama komunikasi, yaitu gangguan

teknis dan gangguan semantik (Vardiansyah, 2004: 97). Gangguan teknis ialah

gangguan yang terjadi selama proses penyampaian pesan dari komunikator ke

komunikan, yakni mulai proses pengiriman pesan hingga pada proses penerimaan

(receive). Dari sinilah gangguan terjadi pada saluran atau media komunikasi.

Misalnya, pada saat kita melakukan webcam-an di skype, terjadi gangguan pada

jaringan internet sehingga menghasilkan suara yang kurang jelas dan gambar di

skype menjadi agak kabur.

Sedangkan gangguan semantik ialah gangguan yang terjadi akibat

kesalahan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi, seperti kata-kata yang

digunakan terlalu banyak, memakai kata asing serta latar belakang budaya

sehingga menyebabkan sulit dipahami oleh khalayak tertentu. Misalnya seorang

yuuanak yang merantau dari Medan berkuliah di Universitas Indonesia (UI),

Jakarta. Dia ingin mengajak teman-temannya untuk berkeliling kota Jakarta

dengan menggunakan kereta. Di daerah Medan, kereta diartikan sebagai sepeda

motor. Namun teman-temannya bingung, kenapa berkeliling kota harus

menggunakan kereta? Padahal kereta di Jakarta diartikan sebagai kereta api.

(11)

menunggu di basecamp, tempat biasa mereka berkumpul dengan kereta Mio-nya,

sedangkan teman-temannya menunggu distasiun kereta api.

Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa terjadi gangguan komunikasi

dalam penggunaan kata-kata di dua (2) kota yang berbeda arti, sehingga

menimbulkan persepsi yang keliru dan salah pengertian.

2.1.2 Opini

Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada

komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan

(Effendy, 1990:80).

Faktor-faktor yang dapat membentuk opini menurut D.W. Rajeki, dalam

buku a ttitude, Themes a nd Adva nce,1982., yaitu mempunyai tiga komponen, yang

dikenal dengan istilah ABCs of attitude, sebagai berikut:

Komponen A: Affect (perasaan atau emosi)

Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci,

sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu, sebagai akibat

setelah merasakan .

Komponen B: Behaviour (tingkah laku)

Komponen ini lebih mementingkan tingkah laku atau perilaku seseorang,

misalnya bereaksi untuk memukul,menghancurkan, menerima, menolak,

mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi merupakan komponen untuk

(12)

Komponen C: Cognition (pengertian atau nalar)

Komponen ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu

informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendirinya.

Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dari seseorang berdasarkan

dari rasio atau kemampuan penalarannya. Artinya dapat kita lihat bahwa kognitif

tersebut merupakan kemampuan intelektualitas seseorang yang berhubungan

dengan ilmu pengetahuan. (Ruslan, 1999:55).

Menurut Cutlip & Center opini (opinion) adalah suatu ekspresi tentang

sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial dan menurut William

Albig (Sunarjo, 1984 : 31) opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang

bersifat bertentangan.

2.1.3. Opini publik

Opini publik merupakan sikap pribadi seseorang ataupun sikap kelompok,

dimana sebagian dari sikapnya ditentukan oleh pengalamannya, yaitu pengalaman

diri dan pengalaman kelompoknya juga (Susanto, 1985:80).

Opini publik salah satu kekuatan sosial yang secara langsung maupun

tidak langsung, dapat menentukan kehidupan sehari-hari suatu bangsa. Opini

publik juga merupakan “penghubung” antara kehidupan sosial dan politik

manusia, juga antara kehidupan sebagai makhluk sosial dan sebagai individu

warga negara, opini publik juga banyak digunakan oleh media massa maupun

kaum politisi dan pemerintah untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap

program kerjanya. Opini publik sangat penting dalam proses pembentukan

undang-undang dan juga untuk menanamkan tertib hukum dan kesadaran hukum

(13)

Manusia hidup sebagai makhluk sosial. Manusia hidup dalam masyarakat

yang mempunyai bermacam-macam kebutuhan. Kebutuhan masyarakat

menyebabkan terjadinya komunikasi. Manusia memerlukan komunikasi sebagai

alat pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan mental. Kebutuhan mental tersebut

mendorong manusia mengeluarkan opininya (Olii dan Erlita, 2012: 3). Menurut

oli H dalam bukunya yg brjudul Opini publik terdapat teori yang membahas

tentang opini publik :

1. Coherence Theory

Teori ini menyatakan bahwa opini-opini yang dimiliki seseorang harus

saling bersesuaian. Berbagai opini itu merupakan satu kesatuan bulat. Teori ini

merupakan landasan berkembangnya ideologi-ideologi pada abad ke-19. Teori ini

seakan-akan hanya membenarkan opini sendiri dan menyalahkan opini yang lain.

Psikologi sosial menyalahkan coherence theory. Kenyataannya, dalam diri

manusia terdapat banyak opini dan norma yang bertentangan satu sama lain yang

membuat munculnya opini tak dapat diramal(Olii dan Erlita, 2012: 3).

2. Correspondence Theory

Teori ini menyatakan bahwa pernyataan manusia harus sesuai kenyataan.

Teori ini merupakan landasan filsafat bahwa opini yang menang adalah opini

yang benar pada kenyataannya, psikologi sosial banyak digunakan memenangkan

opini tertentu. Karena itu, kebenaran teori ini disangsikan.

3. Pragmatisme

Aliran ini tumbuh pada akhir abadke-19 dan disebarkan oleh Wiliams

James yang merupakan hasil penelitian dari Jhon Dewey AS. Setelah PD II, aliran

(14)

dicari, karena orang mudah keliru menentukan nama yang benar. Pragmatisme

sangat hati-hati menyatakan sesuatu itu benar. Dengan kata lain, teori ini

menyatakan semua opini adalah relatif.

Pragmatisme menggunakan pertukaran pikiran untuk mencapai:

• Manusia bertanggung jawab,

• Manusia yang hidup dengan sadar dan

• Manusia yang setiap kali mengadakan verifikasi dan intropeksi.

Dari pola pikir tersebut tampak bahwa pragmatisme adalah sangat rasional.

Opini individu adalah hasil pengalamannya. Karena itu pragmatisme

sangat menitikberatkan kepada pendidikan dalam mencari kebenaran, harus dapat

dibuktikan sebagian benar pada masa lampau, sekarang dan masa depan. Dalam

hal ini, pragmatisme menjelaskan pengaruh norma-norma pada manusia yang

akan menentukan masa depannya, khusus pikiran individunya. Namun, bukan

berarti manusia hanyalah hasil dari masa lampaunya, manusia mempunyai

cita-cita yang mendorong dia untuk maju. Semua pikiran dan tindakan manusia

diarahkan pada perwujudan cita-cita, dan tergantung pada kemampuan individu

itu seberapa cepat atau lambat dia mencapainya. (Olii dan Erlita, 2011: 4)

Untuk memahami Opini seseorang atau publik tersebut, menurut

R.P.Abelson bukanlah hal yang mudah karena mempunyai kaitan yang erat

dengan:

• Kepercayaan mengenai sesuatu (belief)

• Apa yang sebenarnya dirasakan atau yang menjadi sikapnya (attitude), ada 3

(15)

a. Kognitif

Merupakan komponen yang berhubungan dengan kepercayaan, pemahaman

dan pengetahuan

b. Afektif

Merupakan komponen pembentukan respon dan perubahan sikap pada

khalayak setelah mengenal aspek kognitif, pada komponen ini menyangkut

kehidupan emosional khalayak seperti ketertarikan, minat, motivasi, rasa

senang, dan tidak senang yang diamati langsung.

c. Konatif

Merupakan kecenderungan bertingkah laku yang dapat diamati langsung serta

berhubungan dengan kebiasaan.

• Persepsi (perseption), yaitu suatu proses memberikan makna,yang berakar dari

berbagai faktor, yakni:

a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang

atau masyarakat

b. Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas

pendapat atau pandangannya.

c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut berlaku

dimasyarakat).

d. Berita dan pendapat yang berkembang kemudian mempunyai pengaruh

terhadap pandangan seseorang atau dapat diartikan berita-berita yang

dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat.

Dari proses inilah melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan

pada akhirnya akan terbentuknya suatu opini publik, apakah nantinya bersifat

(16)

2.1.3.1. Proses Pembentukan Opini Publik

Menurut Bernard Henessy (Muhtadi, 1999 : 55-56) terdapat lima faktor

penting yang menyebabkan terbentuknya opini publik sebagai berikut :

1. Adanya isu

Opini dapat diilustrasikan sebagai konsensus yang terbentuk dalam suatu

arus perbincangan tentang suatu isu. Sedangkan isu dalam konteks ini adalah

suatu persoalan kekinian yang sedang diperbincangkan dalam situasi

ketidaksepakatan. Karena itu dalam suatu isu terdapat elemen-elemen yang

mendorong munculnya kontroversi pendapat.

2. Adanya publik

Adanya kelompok yang jelas dan tertarik dengan adanya isu tersebut.

Dalam satu sistem sosial terdapat banyak publik yang masing-masing terdiri dari

individu-individu yang secara bersama-sama dipengaruhi oleh suatu aksi dan

gagasan.

3. Adanya kompleksitas pilihan-pilihan dalam publik

Kompleksitas pilihan-pilihan ini merujuk pada totalitas opini berkaitan

dengan isu yang menjadi perhatian seluruh anggota suatu publik. Pada setiap isu,

perhatian publik akan dibagi menjadi dua atau lebih pandangan yang berbeda.

4. Pernyataan opini

Pandangan yang dapat membentuk opini publik adalah pandangan yang

dinyatakan secara terbuka. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk

menyatakan opini salah satunya adalah melalui media massa sebagai alat yang

(17)

5. Banyaknya individu yang terlibat

Besarnya publik tidak selalu ditentukan oleh jumlah mayoritas yang

terlibat dalam perbincangan tentang isu. Publik yang terlibat tidak harus mereka

yang memiliki gagasan awal ataupun mereka yang melahirkan isu dan signifikansi

public terutama ditentukan oleh efektvitas komunikasi yang berlangsung dalam

proses pembentukan opini sampai pada pertimbangan dalam penepatan bahwa

(18)

2.2 Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengespresikan sebuah ide abstrak yang

dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau fakta-fakta yang diperoleh dari

pengamatan. Konsep juga merupakan generalisasi dari kelompok fenomena

tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang

sama(Bungin, 2001:71). Jadi dapat ditarik bahwa Kerangka Konsep adalah hasil

pemikiran rasional yang bersifat kritis dan pemikiran kemungkinan hasil

penelitian yang akan dicapai. Adapun komponen yang digunakan dalam penelitan

ini adalah:

1. Opini mahasiswa FISIP USU

2. Keberadaan Bus Lintas USU Medan.

2.3. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan

permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya.

Komponen-komponen yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi

model teoritis sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Teoritis Penelitian

(19)

2.4. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan

diatas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk mempermudah proses

penelitian, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Variabel teoritis Variabel Operasional

Opini Mahasiswa

Bus Lintas USU

Karakteristik Responden

1. Kepercayaan

2. Pemahaman

3. Ketertarikan

4. Motivasi

5. Persepsi

1. Supir dan kernet bus lintas USU

2. Fasilitas bus lintas USU

3. Jumlah bus lintas USU

4. Rute bus lintas USU

5. Ketertiban Bus Lintas USU

6. Waktu dan kecepatan operasional Bus

Lintas USU

7. Kebersihan bus lintas USU

1. Jenis kelamin

2. Departemen

3. Angkatan

(20)

2.5. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan suatu penjabaran yang lebih lanjut

mengenai konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep.

Untuk memudahkan penelitian dalam meletakkan konsep-konsep dalam suatu

operasional maka dibuat beberapa defenisi operasional sebagai berikut :

Opini Mahasiswa terdiri dari:

1. Kepercayaan adalah nilai kepercayaan terhadap jawaban responden

2. Pemahaman adalah Kerangka berfikir mahasiswa terhadap fungsi

keberadaan Bus lintas USU

3. Ketertarikan adalah rasa tertarik yang muncul dalam diri khalayak setelah

melihat Bus Lintas USU

4. Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri khalayak untuk mengambil

keputusan menggunakan Bus Lintas USU.

5. Persepsi adalah tanggapan mahasiswa terhadap keberadaan Bus Lintas

USU

Bus Lintas USU terdiri dari:

1. Supir dan kernet Bus Lintas USU, dalam hal ini dapat dilihat dari cara

pengemudi mengendarai Bus lintas tersebut

2. Fasilitas Bus Lintas USU adalah konteks ini ditinjau mengenai apakah

perangkat dalam Bus sudah memadai dan membuat nyaman penumpang

Bus lintas

3. Jumlah Bus Lintas USU adalah dalam hal ini akan ditinjau mengenai

(21)

4. Rute Bus Lintas USU adalah jalan atau alur tujuan Bus lintas USU , dalam

hal ini apakah rute pada bus sudah melintasi seluruh USU

5. Ketertiban Bus Lintas USU adalah peraturan-peraturan yang diberlakukan

didalam Bus Lintas USU.

6. Waktu Operasional dan Kecepatan Bus Lintas USU adalah dalam hal ini

akan ditinjau mengenai jadwal kerja dan kecepatan bus dinilai tepat atau

tidak

7. Kebersihan Bus Lintas USU, dalam hal ini dilihat dari ada atau tidaknya

sampah

Karakteristik Responden terdiri dari :

1. Jenis kelamin dari mahasiswa FISIP USU, yaitu perempuan atau laki-laki.

2. Departemen Program Reguler S1 yang ada di FISIP USU,yakni

Administrasi Negara, Antropologi, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik,

Kesejahteraan Sosial, Sosiologi dan Administrasi Niaga/Bisnis.

3. Angkatan, yaitu mahasiswa FISIP USU angkatan 2012 dan 2013.

4. Frekuensi pengguna, yaitu frekuensi mahasiswa FISIP USU yang pernah

Gambar

Gambar 1.1 Proses Terjadinya Komunikasi
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Penilaian Harga Pokok Persediaan Kain Batik Dengan Metode Harga Rata-rata Menggunakan Php dan Mysql Pada Toko Batik

Peserta Pelelangan yang keberatan atas prosedur pelelangan yang dilakukan oleh panitia. dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dan diajukan kepada Kuasa

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Perbedaan Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi yang berjudul “Upaya M eningkatkan M otivasi Belajar Siswa Pada

Budaya Lokal yang relevan dengan efektifitas kepemimpinan Tantangan budaya bagi Kepempinan yang efektif Tantangan budaya bagi Kepempinan yang efektif Peran Budaya lokal sebagai

rational strategies for change that are informed by shared values and serve the organization’s vision and purpose. • Strategies are ways of pursuing the vision

Organisational change should be conceptualised in terms of both content and process:. • Process – how change occurs (speed, sequence of activities, decision making and

organizational changes effectively or to contribute to the effective management of change initiatives and programmes in an organization... What managing sustainable