• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Preferensi Makanan Asrama dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Mahasiswa i di Politeknik Kesehatan Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Preferensi Makanan Asrama dan Konsumsi Pangan dengan Status Gizi Mahasiswa i di Politeknik Kesehatan Medan Tahun 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.6. Latar Belakang

Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama

atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan

pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi kualitas

hidup sumberdaya manusia. Dalam laporan United Nations Development Programme

(UNDP) tahun 2011 menunjukan bahwa pada tahun 2011 Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) Indonesia yaitu sebesar 0,617 dan menduduki peringkat 124 dari 187

negara.

Sumber daya manusia yang membutuhkan perhatian adalah Remaja. Remaja

merupakan salah satu yang membutuhkan konsumsi makanan yang cukup karena

kebiasaan makan yang diperoleh masa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam

fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Pada abad - 21 terjadi

transisi demografi yang mengakibatkan perubahan pada struktur penduduk usia

remaja (15-19 tahun) di Indonesia sebesar 19.769.921 jiwa (BPS, 2005). Oleh karena

itu, diusia remaja perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan status gizi dan

kesehatan, mengingat remaja merupakan generasi penerus dan sebagai sumber daya

pembangunan yang potensial.

Sampai sekarang ini masih cukup rendah kesehatan remaja di Indonesia.

(2)

remaja di ukur dengan katagori IMT yakni BB per TB² ditemukan remaja yang sangat

kurus sebesar 24,3%, remaja kurus 16,5%, sedangkan remaja yang overweight

sebesar 4,4% dan remaja obesitas sebesar 1,3%. Remaja yang sangat kurus banyak

pada remaja usia muda, laki-laki dan tinggal di perkotaan dengan status ekonomi

rendah dan remaja yang overwight banyak pada perempuan dengan usia 20-24 tahun

tinggal di perkotaan dengan status sosial ekonomi tinggi. (SUSENAS, 2012).

Hasil penelitian Karjadi (1974) dalam Purboyo (2001) dari kita yang orang

orang dewasa, anemia zat gizi besi akan menurunkan tingkat produktifitas kerja

antara 10-15%. Sehingga jika permasalahan dan kondisi tersebut terjadi pada

mahasiswa dibiarkan akan berdampak penurunan kualitas sumber daya manusia.

Sebagai ilustrasi kekurangan energi protein yang diakibatkan kekurangan makanan

bergizi dan infeksi berdampak pada kehilangan 5-10 IQ point menurut UNICEF

(1997) dalam (Depkes, 2002). Diperkirakan Indonesia kehilangan 330 juta point

akibat kekurangan gizi. Dampak lain dari gizi kurang adalah menurunya

produktifitas, yang diperkirakan antara 20-30% (Depkes, 2002).

Menurut Paramita (2011) yang melakukan penelitian di SD Masdurini yang

penyelenggaraan makanan tidak menggunakan katering menyatakan bahwa daya

terima siswa terhadap menu makanan yang disediaakan sekolah cendrung baik walau

presentasi rata-rata preferensi makanan siswa terhadap warna, rasa, aroma, tekstur,

porsi dan variasi makanan belum mencapai 50%. Penelitian yang dilakukan oleh

Febrianti (2009) di asrama atlet SMA Ragunan Jakarta menyatakan bahwa sebesar

(3)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fatimah (2008) di Asrama Politeknik Ilmu

Pelayaran Semarang yang penyelenggaraan makanan menggunakan pihak lain/jasa

katering menyatakan bahwa 72,2% siswa menyatakan rasa makanan kurang enak,

69,7% siswa menyatakan aroma makanan kurang sedap, porsi hidangan tidak sesuai

pada lauk hewani 48,5% dan cita rasa tidak memuaskan sebesar 45,8%. sedangkan

pada penelitian yang dilakukan oleh Asrina (2012) di Asrama SMA Negeri 2

Tinggimoncong Kabupaten Gowa Responden pada umumnya menyatakan puas

terhadap warna makanan, bentuk makanan, tekstur nasi, tekstur lauk nabati dan

tekstur sayuran pada makan pagi dan siang. Namun untuk makan malam responden

menyatakan kurang puas. Penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2010) di

Yayasan Pondok Pesanten Hidayatullah Makasar pada umumnya responden suka

terhadap warna makanan, porsi makanan, tekstur makanan cukup empuk. Tingkat

kepuasaan lebih dari 70% responden menyatakan cukup puas terhadap penampilan

makanan utamanya, untuk warna makanan dan tekstur makanan, juga terhadap rasa

makanan, Namun masih cukup tinggi ketidak puasaan pada porsi dan suhu makanan.

Untuk mendapatkan makanan yang baik kualitas dan kuantitasnya

diperlukanya adanya penyelenggaraan makanan yang baik bagi semua orang

termasuk bagi mereka yang berada di luar lingkungan keluarga, para peserta didik

yang berada lingkungan asrama, pondok pesantren, panti werdha (Moehyi,1992).

Selain kualitas dan kuantitasnya makanan, konsumsi makanan juga mempengaruhi

(4)

mencukupi zat gizi yang diperlukan tubuh, apabila konsumsi makanan tidak baik

maka akan mempengaruhi zat gizi yang masuk kedalam tubuh.

Keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan di Institusi di tentukan oleh

makanan yang disajikan dan penerimaan terhadap makanan tersebut. Pada penelitian

Refnita (2001) menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan

makan, penampilan makanan dan rasa makanan dengan tingkat daya terima makan

siang siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian Iskandar (2003) yang menunjukan

adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi makan, penampilan makanan dan

cita rasa makanan dengan tingkat preferensi makan pada pekerja.

Menurut RISKESDAS tahun 2010 untuk wilayah provinsi Sumatera utara

status gizi anak usia diatas 18 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada

laki-laki terdapat kurus 8,5%, normal 71,3% dan obesitas 7,8%. Untuk anak

perempuan terdapat status gizi, kurus 8,9 % , normal 60,8 % dan obesitas 17,4 %.

Prevalensi remaja kependekan pada laki-laki sebesar 36,3% di bandingkan remaja

kependekan pada perempuan sebesar 25,9%, dan prevalensi kegemukan (obesitas)

remaja perempuan lebih besar dibandingkan remaja laki-laki.

Menurut Sanjur (1982) pada penelitian Fitriana dan Nurlaely (2011) juga

menyebutkan bahwa kebiasaan makan terbentuk dari empat komponen, yaitu (1)

konsumsi pangan (pola makan) meliputi jumlah, jenis, frekuensi dan proporsi makan

yang dikonsumsi atau komposisi makanan; (2) preferensi terhadap makanan,

mencakup sikap terhadap makanan (suka atau tidak suka dan pangan yang belum

(5)

kepercayaan dan tabu terhadap makanan; (4) sosial budaya makan meliputi umur,

asal, pendidikan dan kebiasaan membaca, besar keluarga, susunan keluarga, mata

pencaharian, luas pemilikan lahan, dan ketersediaan makanan.

Konsumsi pangan seseorang yang meliputi jenis, waktu, tempat dan cara dan

jumlah pangan yang dikonsumsi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor meliputi sosial

ekonomi, politik, dan proses budaya. Kesukaan seseorang terhadap suatu jenis

pangan akan berpengaruh terhadap intake zat gizi yang diperoleh. Konsumsi yang

terbentuk dari waktu kecil dan dimulai pertama kali di rumah akan menjadi dasar

untuk konsumsi pangan selanjutnya. Oleh karena itu konsumsi pangan seseorang

merupakan suatu proses yang saling terkait dan terbentuk dalam jangka waktu yang

relatif lama (Sanjur,1982).

Habis tidaknya makanan yang disajikan banyak dipengaruhi oleh cita rasa

makanan, makanan dari luar asrama dan cara penyajian. Terjadinya sisa makanan

disesabkan makanan yang disajikan tidak habis. Faktor utama yang mempengaruhi

sisa makanan adalah cita rasa makanan. Secara umum yang dimaksud sisa makanan

bukan hanya makanan yang disajikan tidak habis dikonsumsi, tetapi juga terjadi

kehilangan bahan makanan pada proses penyimpanan dan pengolahan bahan

makanan. Jadi yang dimaksud dengan sisa makanan adalah sisa makanan secara luas

bahan makanan atau makanan yang tidak habis (Moehyi,1992).

Cita rasa makanan berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan seseorang.

Oleh karena itu diperlukan cita rasa yang dapat memuaskan konsumen baik dari segi

(6)

indra manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran

(Drummond KE & Brefere LM, 2010).

Penampilan makanan dan rasa makanan merupakan bagian dari cita rasa.

Penampilan makanan adalah penampakan yang ditimbulkan oleh makanan yang

disajikan. Penampilan ini meliputi warna, bentuk makanan, besar porsi. Sedangkan

rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan. Rasa sendiri merukan hasil

kerja pengecap rasa yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, dan mulut yang

merupakan bagian dari cita rasa. Rasa ini meliputi aroma makanan, bumbu, tingkat

kematangan, suhu dan tekstur makanan (Drummond KE & Brefere LM, 2010).

Penilaian terhadap berbagai kualitas hidangan makanan erat kaitanya dengan

tingkat preferensi seseorang yang akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk

mengkonsumsinya. Perbedaan dalam konsumsi makan akan mempengaruhi tingkat

keadaan gizi seseorang, tingkat kesehatan serta tingkat sumbangan terhadap

kecukupan gizi yang diperlukan untuk hidup sehat (Nasoetion,1988).

Pembuatan siklus menu dan priode penggunaan siklus menu belum dilakukan

sepenuhnya dalam penyelenggaraan makanan di Asrama Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Medan. Akibatnya, sering terjadi pengulangan menu dalam

waktu yang terlalu dekat serta terjadi pengulangan bahan makanan dalam setiap

menu. Itu Salah satu penyebab kebosanan mahasiswa/i terhadap menu yang disajikan,

dan berasal dari faktor ini sehingga sering terjadi sisa makanan yang cukup banyak

(7)

Pembuatan standar porsi, standar resep dan standar bumbu juga belum

ditetapkan dalam tahap perencanaan menu, sehingga dalam proses pengolahan

makanan beresiko kehilangan zat gizi, dan pengolahan bahan makanan menjadi

kurang diperhatikan sehingga dapat menurunkan cita rasa masakan dan dapat menjadi

salah satu penyebab banyak mahasiswa/i tidak menyantap masakan yang disajikan.

Biaya makan mahasiswa yang dipungut oleh pengelola pendidikan tiap

bulanya adalah sebesar Rp.350.000/bulan hal ini berarti untuk satu hari mahasiswa

mengeluarkan biaya untuk makan sebesar Rp.11.000/hari dengan rincian setiap kali

makan sebesar Rp.4000. Dengan kecilnya biaya makan diasrama otomatis akan

mempengaruhi kualitas dan kwantitas bahan makanan yang disediakan oleh pengelola

makanan diasrama sehinga makanan yang disajikan juga kurang bervariasi dan

kurang memenuhi cita rasa, dan waktu dilakukan observasi makan pagi dan makan

malam terhadap 50 mahasiswa ditemukan sisa makanan sebesar 30% dari bahan

makanan yang masih bisa dimakan, hal ini dikarenakan menu yang disajikan kurang

bervariasi dan menimbulkan rasa bosan.

Berdasarkan uraian di atas, akar masalah utama yang menyebabkan sisa

makanan masih cukup banyak adalah pengelola penyelenggaraan makanan yang tidak

berpendidikan non gizi juga menyebabkan penghitungan bahan makanan dan

spesifikasi bahan makanan belum ditentukan secara tepat, sehingga kualitas bahan

makanan menjadi kurang diperhatikan. Bahan makanan yang tidak baik dapat

menurunkan cita rasa masakan yang dapat menjadi salah satu penyebab sisa makan

(8)

baik jika makanan yang disajikan mempunyai daya terima yang baik dan preferensi

makanan yang baik pula sehingga tingkat kepuasan terhadap makanan juga terpenuhi

dan asupan zat gizi dapat terpenuhi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang yang telah dilakukan kepada 50

mahasiswa/i diketahui bahwa 30% mahasiwa memiliki berat badan kurang (kurus)

setelah melakukan pengukuran BB/TB² Indeks massa tubuh mahasiswa yang

dibawah 18,5 sebesar 30%. Kebutuhan zat gizi para peserta didik dapat terpenuhi

apabila makanan yang disajikan semua baik nasi, lauk pauk, sayuran dan buah dapat

dikonsumsi semuanya. Apabila makanan yang disajikan tidak disukai oleh peserta

didik maka hal ini dapat menyebabkan makanan yang disajikan mengalami sisa yang

banyak sehingga dampaknya para peserta didik mengalami kekurangan energi dan

protein dan zat gizi lainya. Dan jika hal ini berlangsung secara terus-menerus maka

dapat menyebabkan terjadinya status gizi kurang, penurunan prestasi belajar dan

kekurangan zat gizi mikro seperti zat besi. Dengan adanya penurunan berat badan

terhadap mahasiswa/i dengan status gizi kurang sebesar 30% berdasarkan IMT, maka

peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan preferensi makanan asrama dan

konsumsi pangan dengan status gizi mahasiswa/i Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Medan tahun 2014.

Mahasiswa asrama di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan

merupakan pasar yang potensial dalam mengkonsumsi makanan yang ada di dalam

asrama dan diluar asrama. Karakteristik mahasiswa yang berbe-beda serta tingkat

(9)

penelitian mengenai preferensi makanan asrama dan konsumsi pangan dengan status

gizi mahasiswa/i.

1.7. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah bagaimana hubungan preferensi makanan asrama dan konsumsi pangan

dengan status gizi mahasiswa di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan

tahun 2014.

1.8. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan

Preferensi makanan Asrama dan konsumsi pangan dengan status gizi mahasiswa di

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehtan Medan tahun 2014.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui tingkat preferensi makanan di asrama, tingkat kecukupan energi dan

status gizi mahasiswa/i.

2. Mengetahui hubungan preferensi makanan di asrama dan konsumsi pangan

dengan status gizi mahasiswa/i.

3. Menganalisis jalur hubungan antara preferensi makanan asrama dan konsumsi

(10)

1.9. Hipotesis

Ada hubungan tingkat preferensi makanan Asrama dan konsumsi pangan

dengan status gizi mahasiswa/i.

1.10. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan sebagai evaluasi terhadap program

penyelenggaraan makanan dan sebagai indikator dalam menetapkan kebijakan

konsumsi pangan untuk mahasiswa/i sehingga dapat meningkatkan status gizi

Referensi

Dokumen terkait

The effect of total radiation during Phase IV ( X 11 ) remained negative after dropping the interaction be- tween radiation and trial type ( X 13 ). Therefore, X 11 was excluded

Using a helicopter-mounted portable spectroradiometer and continuous eddy covariance data we were able to evaluate the photochemical reflectance index (PRI) as an indicator of

Bertindak untuk dan atas nama SD Negeri 1 Asemrudung UPTD Pendidikan Kecamatan Geyer Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan dengan ini menyatakan bahwa saya

Jika sekolah yang bersangkutan sudah tidak ada dapat meminta legalisir pada dinas pendidikan setempat atau Kopertis untuk Perguruan Tinggi Swasta.. Pembuatan SKCK sesuai dengan

[r]

Penetapan hasil kualifikasi untuk Paket Pekerjaan Studi Kelayakan Pembangunan Simpul Antar Moda Stasiun Dan Terminal di Mangkang Tahun Anggaran 2014 Nomor

6. Penetapan Pemenang Pengadaan Barang dan Jasa Konsultasi Pekerjaan Perencanan Desain Pemeliharaan Berkala Perlintasan Sebidang di Jawa Tengah Tahun Anggaran 2014 Nomor

Telah melaksanakan pembukaan terhadap dokumen/file penawaran yang disampaikan secara elektronik melalui aplikasi SPSE pada hari Jumat tanggal 13 Maret 2015 dengan hasil sebagai