PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN KONFLIK BERSENJATA
ABSTRAK
William Wijaya * Chairul Bariah **
Arif ***
Maraknya konflik bersenjata yang terjadi di berbagai belahan dunia memicu krisis yang menimbulkan perekrutan anak-anak secara masif, baik dengan paksaan ataupun sukarela, untuk dijadikan sebagai tentara anak-anak. Hal ini memicu sebuah kontroversi yang menjadi perhatian global, dimana telah diatur perlindungan dan perlakuan khusus terhadap anak-anak dalam keadaan konflik. Dalam beberapa konflik bersenjata internasional, anak-anak tidak hanya dijadikan tentara, bahkan mereka dijadikan sebagai budak dan sasaran kekerasan fisik dan verbal oleh para pimpinan kelompok bersenjata.
Dalam banyak kasus, penyimpangan terhadap anak ini menimbulkan pertanyaan dari publik internasional tentang bagaimanakah seharusnya hak anak menurut Hukum Internasional. Pengaturan terhadap konflik bersenjata yang layak dan perlindungan hukum terhadap anak pada konflik bersenjata turut menjadi perhatian global.
Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui perlindungan Hukum Internasional terhadap anak-anak di daerah yang mengalami konflik bersenjata dengan cara mengumpulkan data-data sekunder dengan studi pustaka dan kemudian membandingkannya dengan perjanjian-perjanjian internasional yang ada.
Berdasarkan penelitian terhadap konflik yang terjadi di Kolombia, Uganda, dan Sierra Leone, dapat disimpulkan bahwa keterlibatan anak dalam konflik bersenjata telah diatur dalam Hukum Internasional. PBB juga telah mengerahkan UNICEF untuk menangani kekerasan pada anak-anak yang menjadi korban di daerah konflik. Namun secara umum, perlindungan hukum yang diberikan kepada anak-anak tersebut masih jauh dari kata layak. Untuk itu diharapkan ada upaya intervensi dari Dewan Keamanan PBB, sehingga dengan intervensi tersebut konflik yang terjadi dapat lebih konfusif dan terkawal dengan baik agar hak-hak anak tidak terabaikan.
Kata kunci : Anak, Konflik Bersenjata, Kolombia, Uganda, Sierra Leone, Perlindungan Hukum