• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Bahasa Indonesia Kalimat.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Bahasa Indonesia Kalimat.docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TENTANG KALIMAT

Disusun Oleh: GUSYOLDI

Dosen Pembimbing: RINI WIRASTY. B, SS

FAKULTAS HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kalimat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan banyak terima kasih.

Solok, Januari 2018

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat ... 2

B. Unsur-Unsur Kalimat ... 2

C. Pola Kalimat ... 4

D. Jenis-jenis Kalimat ... 6

E. Kalimat Efektif ... 14

F. Kesalahan dalam Kalimat ... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 17

B. Saran ... 17

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, kita telah mengenal yang namanya “kalimat”. Kalimat sering kita nyatakan dengan tulisan maupun tulisan. Kalimat juga sering disampaikan dalam berbagai Bahasa.

Dalam kegiatan sehari-hari, kita sering menjumpai kalimat, seperti kalimat dalam berita pagi, kalimat dalam buku yang kita baca, kalimat dari buku harian kita, dan sebagainya. Kalimat yang kita jumpai ini tersusun oleh kata dan frasa atau kelompok kata.

Pada kesempatan kali ini, Kami akan menyusun sebuah makalah Bahasa Indonesia mengenai “Kalimat”.

B. Tujuan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat

Ada beberapa pengertian, yaitu sebagai berikut:

1. Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.

2. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.

3. Kalimat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah:

a. Kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan b. Perkataan

c. Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. B. Unsur-unsur Kalimat

1. Subjek

Subjek adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Subjek dapat berbentuk kata benda, frasa kata benda, atau kata kerja. Contoh:

a. Rafi sedang membaca. (kata benda) b. Pacar Rafi cantik. (frasa kata benda) c. Memancing hobi Rafi. (kata kerja) 2. Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Predikat biasanya berbentuk kata kerja, frasa kata kerja, frasa numeral (bilangan), kata benda, frasa kata benda, frasa preposisi (kata depan), kata sifat, atau frasa kata sifat. Contoh: a. Opick makan. (kata kerja)

b. Opick sedang makan. (frasa kata kerja) c. Adik Opick tiga orang. (frasa numeral) d. Opick pengusaha. (kata benda)

e. Opick pengusaha properti. (frasa kata benda) f. Opick ke kantor. (frasa preposisi)

g. Opick tampan (kata sifat)

(7)

Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi kata kerja. Objek dapat berbentuk kata benda atau frasa kata benda. Bagian kalimat ini terletak setelah predikat berkata kerja aktif transitif (-kan, -i, me-). Contoh: a. Opick mencintai Maya. (kata benda)

b. Opick telah memasukkan laptop barunya ke dalam tas itu. (frasa kata benda)

c. Opick memerankan Sang Kodok. (frasa kata benda) 4. Pelengkap

Pelengkap atau komplemen sering disamakan dengan objek. Padahal, pelengkap beda dengan objek karena tidak dapat menjadi subjek jika kalimat dipasifkan. Pelengkap mengikuti predikat yang berimbuhan ber-, ter-, ber-an, ber-kan, dan kata-kata khusus (merupakan, berdasarkan, dan menjadi). Contoh:

a. Opick bertubuh kekar. b. Opick tersandung batu. c. Opick bercucuran keringat.

d. Kamar Opick berhiaskan lampu warna-warni. e. Opick merupakan warga negara Korea. f. Keputusan Opick berdasarkan hukum. g. Opick menjadi manajer.

5. Keterangan

Keterangan adalah bagian kalimat yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat. Contoh:

a. Opick tinggal di Jakarta.

b. Setiap hari Sabtu Opick berwisata kuliner.

Ada dua ciri keterangan. Pertama, posisinya dapat dipindahkan ke awal, tengah, atau akhir kalimat. Contoh:

a. Opick menonton berita politik dengan serius. b. Opick dengan serius menonton berita politik. c. Dengan serius Opick menonton berita politik.

Kedua, keterangan dapat berupa keterangan tambahan, keterangan pewatas, atau keterangan aposisi. Contoh:

a. Opick, yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea. (konstruksi yang sebagai keterangan tambahan) b. Opick yang menjabat Direktur Keuangan PT Morat-Marit adalah

(8)

c. Opick, Direktur Keuangan PT Morat-Marit, adalah warga negara Korea. (Direktur Keuangan PT Morat-Marit sebagai keterangan aposisi)

C. Pola Kalimat

1. Kalimat Dasar Berpola S P

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

a. Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja) b. Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda) c. Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)

d. Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan) 2. Kalimat Dasar Berpola S P O

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O 3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel. 4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel. 5. Kalimat Dasar Berpola S P K

(9)

Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K 6. Kalimat Dasar Berpola S P O K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K 7. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K

Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya

Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K 8. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K D. Jenis-jenis Kalimat

1. Berdasarkan Pengucapan a. Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.

Contoh:

1) Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”

2) “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”. b. Kalimat Tak Langsung

(10)

ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.

Contoh:

1) Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian. 2) Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan. 2. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

1) KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja) Contoh: Victoria bernyanyi

S P

2) KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat) Contoh: Ika sangat rajin

S P

3) KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan) Contoh: Masalahnya seribu satu.

S P

Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.

Contoh: Saya siswa kelas VI.

2) Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh: Adik bernyanyi.

b. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik koordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

(11)

Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:

a) KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau serta. Contoh:

(1) Kami mencari bahan dan mereka meramunya.

(2) Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah. b) KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan

oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh:

(1) Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan Jepang termasuk negara yang sudah maju.

(2) Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak. c) KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang

dihubungkan oleh kata atau. Contoh:

(1) Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan. (2) Aku atau dia yang akan kamu pilih.

d) KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan. Contoh:

(1) Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati. (2) Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia

disiksa dengan sadis.

e) KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh:

Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP. 2) Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)

Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kalimat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).

(12)

b) Sebab: karena, Oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu c) Akibat: hingga, sehingga, maka

d) Syarat: jika, asalkan, apabila e) Perlawanan: meskipun, walaupun f) Pengandaian: andaikata, seandainya g) Tujuan: agar, supaya, untuk biar

h) Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah i) Pembatasan: kecuali, selain

j) Alat: dengan+ kata benda: dengan tongkat k) Kesertaan: dengan+ orang

Contoh:

Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.

Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.

3) Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya. Contoh: Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

3. Berdasarkan Isi atau Fungsinya a. Kalimat Perintah

Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Macam-macam kalimat perintah:

1) Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah. Contoh: Gantilah bajumu !

2) Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan. Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !

3) Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan. Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah !

b. Kalimat Berita

(13)

dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Macam-macam kalimat berita:

1) Kalimat berita kepastian

Contoh: Nenek akan datang dari Bandung besok pagi. 2) Kalimat berita pengingkaran

Contoh: Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu. 3) Kalimat berita kesangsian

Contoh: Bapak mungkin akan tiba besok pagi. 4) Kalimat berita bentuk lainnya

Contoh: Kami tidak tahu mengapa dia datang terlambat. c. Kalimat Tanya

Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh: 1) Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya? 2) Kapan Taufiq Abdullah kembali ke Inggris?

d. Kalimat Seruan

Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. Contoh:

1) Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa. 2) Bukan main, eloknya.

4. Berdasarkan Unsur Kalimat a. Kalimat Lengkap

Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh:

Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas. S P K

(14)

Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh:

1) Selamat sore 2) Silakan Masuk! 5. Berdasarkan Susunan S-P

a. Kalimat Inversi

Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Contoh:

Ambilkan koran di atas kursi itu! P S

b. Kalimat Versi

Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh:

Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu. S P O K

6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya) a. Kalimat yang Melepas

Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap. Contoh;

(15)

Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan. Contoh:

Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya. c. Kalimat yang Berimbang

Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh:

Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

7. Berdasarkan Subjeknya a. Kalimat Aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me– saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum). Contoh:

- Mereka akan berangkat besok pagi. Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Kalimat Aktif Transitif

Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan me- dan selalu dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Eni mencuci piring.

(16)

Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh:

Mereka berangkat minggu depan. S P K 3) Kalimat Semi Transitif

Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek. Contoh:

Dian kehilangan pensil. S P Pel. b. Kalimat Pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Kalimat Pasif Biasa

Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:

Piring dicuci Eni. S P O 2) Kalimat Pasif Zero

Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:

Ku pukul adik. O2 P S

(17)

1) Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif. 2) Awalan me- diganti dengan di-.

3) Tambahkan kata oleh di belakang predikat.

4) jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.

E. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/ penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/ pembaca secara tepat pula. Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif memiliki diksi (pilihan kata)yang tepat, tidak mengalami kontaminasi frasa, sesuai ketentuan EYD, baik penulisan tanda baca dan penulisan kata.Selain itu kalimat efektif juga memiliki enam syarat keefektifan,yaitu adanya (1) kesatuan, (2) kepaduan (3) kepararelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan

1. Kesatuan

Kesatuan dalam kalimat efektif adalah dengan adanya ide pokok (S dan P) sebagai kalimat yang jelas.

2. Kepaduan

Kepaduan terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, tanda baca, dan fungsi sintaksis S-O-O-Pel-Ket. Kepaduan juga menyangkut pemakaian kata tugas yang tepat.

3. Keparalelan

Keparalelan adalah pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk bagian-bagian kalimat tertentu. Umpamanya alam sebuah perincian,jika unsur pertama menggunakan verba (kata kerja) dan seterusnya juga harus verba.Jika unsur pertamanya nomina (kata benda), bentuk berikutnya juga harus nomina.

4. Ketepatan

Ketepatan adalah kesesuaian/ kecocokan pemakaian unsur- unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.

(18)

Kehematan yaitu hemat pemakaian kata atau kelompok kata. Dengan kata lain tidak mengalami gejala bahasa pleonasme. Dengan hemat kata, diharapkan kalimat menjadi padat berisi.

6. Kelogisan

Kelogisan di sini adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/ masuk akal. Supaya efektif, kata-kata dalam sebuah kalimat tidak boleh menimbulkan makna ambigu (ganda) atau tidak boleh mengandung dua pengertian.

F. Kesalahan dalam Kalimat

Beberapa kesalahan yang terjadi dalam kalimat, diantaranya: (1) kalimat kontaminasi, (2) ketidakjelasan unsur S dan P dalam kalimat, (3) gejala pleonasme dalam kalimat,dan (4) penggunaan kata yang salah dalam kalimat.

1. Kalimat Kontaminasi

Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya, namun kekacauan susunan kata dalam kalimat itu sifatnya khas. Dikatakan khas karena adanya pembentukan satu kalimat yang kurang tepat dari dua kalimat yang benar sehingga gagasan kalimatnya menjadi kabur atau tidak jelas.

2. Ketidakjelasan Unsur Subjek dan Predikat dalam Kalimat.

Pada sebagian kalimat yang tidak jelas unsur S dan tidak memiliki unsur P akan membuat ketidakefektifan dan hanya memiliki unsur lain seperti O, Ket dan Pel.

3. Gejala Pleonasme dalam Kalimat

Yang dimaksud dengan gejala pleonasme dalam kalimat adalah penggunaan unsur kata atau bahasa yang berlebihan.

4. Penggunaan Kata yang Salah dalam Kalimat

Beberapa penggunaan kata yang salah dalam kalimat diantara (a) penggunaan kata ”kalau” yang salah,(b) penggunaan kata “di” yang salah, (c) penggunaan kata ”daripada” salah, dan (d) pengulangan kata.

a. Penggunaan Kata “Kalau” yang Salah

(19)

depan klausa yang bersifat kondisional (=syarat).Isinya menyatakan sesuatu yang mungkin,namun dapat juga sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan atau mungkin tercapai. Dalam hal seperti yang disebutkan terakhir itu, kata sambungkalau dapat diganti dengan kata lain yang menyatakan ketidakmungkinan itu, yaitu kata umpamanya, seandainya, andai kata dan sekiranya.

b. Penggunaan Kata Depan “Di” yang Salah

Penggunaan kata depan “di” yang salah, di antaranya: 1) Pakaian itu disimpannya di dalam lemari. (salah)

2) Pakaian itu disimpannya dalam lemari.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

3) Perkara itu di atas tanggungan sayalah. (salah)

4) Perkara itu atas tanggungan sayalah.(benar karena kata depan “di” dihilangkan)

c. Penggunaan Kata “Daripada” yang Salah

Penggunaan kata “daripada” yang salah, di antaranya: 1) Pukulan smash daripada Icuk menghujam tajam. (salah) 2) Pukulan smash Icuk menghujam tajam.(benar)

3) Hati kita sedih melihat daripada penderitaan korban bencana itu. (salah)

4) Hati kita sedih melihat penderitaan korban bencana itu. (benar) d. Pengulangan Kata

Pengulangan kata yang terjadi dalam kalimat, misalnya:

1) Setahunnya hanya menghasilkan sekitar 200 film setahun.(salah) 2) Setahun hanya menghasilkan 200 film. (benar)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(20)

B. Saran

Saran dari kami, setiap dosen atau guru yang mengajarkan mata kuliah atau mata pelajaran Bahasa Indonesia, jangan lupa untuk mengajarkan pula bagaimana cara pengungkapan dan penulisan dengan tepat, agar para siswa dan mahasiswa tidak keliru dalam penulisan serta pengungkapan kalimat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. (2002) Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya

Iswara, P.D. (2000) Variasi Pola Kalimat dan Keterbacaannya. Tesis pada Program

Pascasarjana UPI Bandung.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

No part of this thesis may be reproduced by any means without the permission of at least one of the copyright owners or the English Department, Faculty of Language and Literature,

The purpose of the data analysis in this research is meant to measure the significant correlation between the students’ mastery of past tense and their ability in writing

Berdasarkan Hasil Evaluasi Administrasi, Evaluasi Teknis, Evaluasi Harga dan Pembuktian Kualifikasi, maka Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pekerjaan Interior Ruang

bahwa dalam rangka kegiatan penilaian warisan budaya dan cagar budaya di Kabupaten Bantul sebagai pelestarian budaya milik Kabupaten Bantul serta sebagai pelaksanaan

sebagai pemakalah seminar nasional membangun nilai nilai kehidupan (karakter) dalam pendidikan (Living Values Education). 28/6/2009

[r]

In fact, many smart consumers contend that buying used cars is just the same as buying new ones if the buyer knows how to buy used cars.. So, to help those who wish to buy a car

4.11 Jumlah Siswa yang Memiliki Sikap Positif dan Negatif Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Indikator Sikap Terhadap Kelas Science 4.12 Analisis Perolehan