• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKS (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKS (2)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 1

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJERIAL

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN FUNGSI

( METODE TRADISIONAL )

AKUNTANSI MANAJEMEN

Diajukan sebagai prasyarat untuk memenuhi tugas UTS Akuntansi Manajemen

Oleh :

Triska Dewi Pramitasari ( 140820101022 )

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

(2)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 2

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI

BERDASARKAN FUNGSI (METODE TRADISIONAL)

Triska Dewi Pramitasari (140820101022)

Universitas Jember

Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Kotak Pos 159

Telp. (0331)-330224, Fax. (0331)-339029 Jember (68121)

Abstrak

Tugas ini bertujuan untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi produk PT. kertasjaya

dengan menggunakan metode Tradisional (berdasarkan fungsi). Dalam memperhitungkan harga

pokok produksinya PT. kertasjaya hanya menghitung berdasarkan biaya bahan. Perhitungan

harga pokok produksi sangat penting bagi perusahaan karena akan berdampak pada penentuan

harga jual. Jenis data yang dipakai adalah data primer dan sekunder. Data primer ini meliputi

proses produksi, dan data sekunder meliputi biaya-biaya pembentuk perhitungan harga pokok.

Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah observasi, dan studi pustaka. Data yang

diperoleh adalah data biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, data jam

kerja langsung, dan data pemakaian jam mesin. Hasil perhitungan harga pokok per unit

menunjukkan bahwa harga pokok produksi dengan menggunakan metode berdasarkan fungsi

menghasilkan harga/unit yang kurang akurat, karena jika dilihat dari tarif keseluruhan pabrik

porsi harga/unit untuk 2 produk besarnya sama yaitu Rp. 10,4, sedangkan jika dilihat dari tarif

departemen harga/unit untuk produk kertas putih Rp. 8,390 dan kertas biru Rp. 10,802.

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Metode Tradisional.

Pendahuluan

Lingkungan bisnis dari beberapa tahun terakhir ini banyak mengalami perubahan yang menyebabkan adanya modifikasi yang signifkan dalam praktik

manajemen suatu perusahaan. Perusahaan

memilih untuk melakukan perubahan disebabkan adanya suatu tekanan persaingan yang ketat dari kompetitornya. Perubahan secara revolusioner baik itu dalam peningkatkan kompetisi global, kecanggihan teknologi informasi, dan reorganisasi manajeman kadang ditempuh oleh perusahaan demi terwujudnya stabilitas posisi perusahaan. Secara garis besar tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini bisa terwujud jika manajemen perusahaan dapat mengefisiensikan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam perusahaan secara maksimal, serta harus di dukung pula oleh strategi pengambilan keputusan yang tepat. Berhasil tidaknya keputusan yang diambil oleh perusahaan bisnis ditandai dengan kecenderungan perolehan tingkat keuntungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Manajemen khususnya bagian akuntansi harus secara tepat mengelola data keuangan yang ada

agar bisa diperoleh informasi yang akurat mengenai besarnya laba sesungguhnya. Sebelum menghitung besar kecilnya perolehan keuntungan,

maka terlebih dahulu perusahaan harus

mengetahui harga pokok produksinya.

Perhitungan harga pokok produksi ini di pandang penting karena akan di jadikan pedoman dalam menentukan harga jual.

Sehubungan dengan pentingnya penentuan harga pokok produksi agar diperoleh data yang akurat dan tidak terjadi kesalahan, maka diperlukan alat yang tepat dalam menentukan harga pokok produksi. Alat tersebut adalah akuntansi biaya. Akuntansi biaya memberikan informasi penting

bagi para manajer untuk merencanakan,

mengendalikan, dan juga menentukan biaya atas produk yang dihasilkan.

(3)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 3 Activity Based Costing kemudian

membandingkan hasil perhitungan dengan

menggunakan kedua metode tersebut.

Kajian Pustaka

1. Pengertian Biaya

Pengertian biaya menurut Mulyadi (2005:23) adalah “dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Pendapat tersebut diperjelas kembali oleh Carter dan Usry (2009:30) yang menyatakan bahwa “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, dan pengorbanan untuk memperoleh manfaat”. Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya adalah objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan oleh akuntansi biaya dan terdapat 4 unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu:

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

b. Pengorbanan yang dilakukan adalah untuk memperoleh pendapatan atau barang dan jasa.

c. Diukur dalam satuan uang.

d. Manfaatnya adalah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, serta untuk tujuan tertentu.

2. Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya mempunyai beberapa pengertian, diantaranya menurut Bustami, Bastian, dan Nurlela (2007:2) yang mengemukakan bahwa “akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan melaporkan tentang informasi biaya yang digunakan”. Menurut Horngren, Foster, dan Datar (2006:3) “akuntansi biaya mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan

untuk akuntansi keuangan maupun

manajemen dalam mengukur dan melaporkan setiap informasi yang terkait dengan biaya perolehan atau pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi. Akuntansi biaya

tidak hanya menyajikan perhitungan biaya persediaan dan harga pokok penjualan dalam penyajian laporan laba rugi, tetapi merupakan pelengkap dalam manajemen.

3. Perhitungan Harga Pokok Produk

Berdasarkan Fungsi

Perhitungan biaya produk berdasarkan fungsi, biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan pada produk dengan penelusuran langsung, sedangkan overhead dibebankan dengan penelusuran penggerak atau alokasi. Dalam

sisitem biaya produk berdasarkan

fungsi/tradisional hanya penggerak aktivitas unit yang digunakan untuk membebankan biaya produk. Penggerak aktivitas unit adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Diasumsikan biaya overhead yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit produksi. Penggerak unit yang biasa digunakan antara lain : unit yang diproduksi, jam TKL, biaya TKL, jam mesin, biaya bahan baku langsung. Setelah memilih penggerak unit selanjutnya menentukan kapasitas aktivitas yang diukur dengan penggerak.

Setelah memilih penggerak tingkat unit, selanjutnya menentukan kapasitas aktivitas yang diukur dengan penggerak tersebut. Empat kapasitas yang umum digunakan adalah kapasitas yang diharapkan, normal, teoritis, dan praktis. Kapasitas yang diharapka adalah kapasitas yang diharapkan perusahaan dapat tercapai pada periode mendatang. Kapasitas normal adalah output aktivitas rata-rata yang dialami perusahaan dalam jangka panjang. Kapasitas teoritis yaitu keluaran aktivitas maksimum yang dpat dicapai dengan asumsi operasi berjalan sempurna. Kapasitas praktis yaitu keluaran maksimum yang dapat dicapai dengan asumsi operasi berjalan efisien.

Biaya per Unit

(4)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 4

Sistem Pengukuran Biaya

1. Perhitungan biaya actual, membebankan biaya actual bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pada produk. Jarang digunakan karena tidak dapat menyediakan informasi biaya per unit yang akurat secara tepat waktu.

2. Perhitungan biaya normal,

membebankan biaya actual bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada

produk, tetapi biaya overhead

dibebankan ke produk dengan

menggunakan tarif tertentu yang

ditentukan terlebih dahulu.

Tarif Perkiraan Overhead = Overhead yang Dianggarkan / Penggunaan aktivitas yang dianggarkan

Tarif Keseluruhan Pabrik

Melalui dua tahap, pertama biaya overhead yang dianggarkan akan diakumulasi menjadi satu kelompok untuk keseluruhan pabrik. Biaya overhead dibebankan secara langsung pada kelompok biaya tersebut dengan menambahkan seluruh biaya yang mungkin muncul dalam setahun. Tarif keseluruhan

pabrik dihitung dengan menggunakan

penggerak tingkat unit. Terakhir biaya overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif dengan jumlah biaya

dengan penggerak unit actual yang

digunakan oleh produk.

Tarif Departemen

Melalui dua tahap, pertama biaya overhead pabrik dibagi dan dan dibebankan pada setiap

departemen produksi dan membentuk

kelompok biaya overhead departemen. Selanjutnya overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah penggerak unit yang digunakan departemen terkait.

4. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya

Berdasarkan Fungsi

Tarif keseluruhan pabrik dan tarif departemen tidak dapat berfungsi dengan baik untuk beberapa situasi. Sehingga dapat menyebabkan distorsi biaya produksi dan akan sangat merugikan terutama bagi,

ketidak mampuan dalam menjelaskan

penawaran, harga pesaing tampak tidak wajar rendahnya, produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi, manajer

operasional ingin menghentikan produk yang kelihatannya menguntungkan, margin laba sulit dijelaskan, beberapa departemen memiliki sistem akuntansi biayanya sendiri, perusahaan memiliki ceruk pasar yang menghasilkan keuntungan tinggi, pelanggan tidak mengeluhkan kenaikan harga, biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan. Keterbatasan tersebut menandakan sistema akuntansi biaya yang ketinggalan zaman dan disebabkan dua faktor, yaitu biaya overhead yang tidak

berkaitan dengan unit dan tingkat

keanearagaman produk. Penggunaan

penggerak unit akan mengakibatkan distorsi biaya yang esar terutama dalam pembebanan overhead yang tidak berkaitan dengan unit yang diproduksi. Selain itu, masing-masing produk juga menggunakan aktivitas overhead dalam proporsi berbeda.

Pembahasan

Penentuan harga pokok secara konvensional untuk produk tunggal

ketepatan pembebanan biaya overhead

berdasarkan unit menjadi masalah hanya jika berbagai jenis produk diproduksi dengan menggunakan 1 fasilitas. Jika hanya 1 produk yang diproduksi, seluruh biaya overhead yang terjadi disebabkan karena produk tersebut dapat dilacak pada produk itu sendiri.

Tabel 1. Perhitungan biaya satuan : produk

Sumber : data perusahaan

Pembebanan produk ganda dengan cost drivers berdasar unit

Masalah yang timbul: bagaimana

mengidentifikasi jumlah overhead yang

(5)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 5 Masalah ini dapat diselesaikan dengan mencari

cost drivers atau driver biaya. Cost driver adalah factor-faktor penyebab yang menjelaskan

konsumsi overhead dalam penentuan HP

konvensional, diasumsikan konsumsi overhead berhubungan erat dengan jumlah unit yang diproduksi yang diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin atau jumlah harga bahan. Pemakaian

cost driver berdasarkan unit ini mempunyai keterbatasan karena mengakibatkan informasi biaya terdistorsi.

Contoh :

PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk 1. kertas pembungkus warna putih 2. kertas pembungkus warna biru

Tabel 2. Data penentuan harga pokok produk

Kertas Pembungkus

Putih Biru Total

Produksi / tahun 20.000 100.000 120.000

Biaya utama Rp 100.000 Rp 500.000 Rp 600.000

Jam kerja langsung 20.000 100.000 120.000

Jam mesin 10.000 50.000 60.000

Produksi berjalan 20 30 50

Jam inspeksi 800 1.200 2.000

Data Departemen

Dept 1 Dept 2 Total

Jam kerja langsung

Putih 4.000 16.000 20.000

Biru 76.000 24.000 100.000

Total 80.000 40.000 120.000

Jam mesin

Putih 4.000 6.000 10.000

biru 16.000 34.000 50.000

20.000 40.000 60.000

BOP

Biaya penyetelan 88.000 88.000 176.000

Biaya inspeksi 74.000 74.000 148.000

Biaya listrik 28.000 140.000 168.000

Biaya kesejahteraan 104.000 52.000 156.000

294.000 354.000 648.000

Sumber : data perusahaan Tarif overhead tunggal untuk satu pabrik Jika cost driver tunggal yang dipilih adalah jam mesin, maka tariff overhead pabrik untuk tiap jam mesin adalah total BOP dibagi dengan jam mesin.

(6)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 6

Tabel 3. Perhitungan biaya per unit : tariff tunggal satu pabrik (tarif keseluruhan pabrik)

Kertas Pembungkus Putih

Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit

Biaya utama Rp 100.000 20.000 Rp 5

BOP

Rp 10.8 x10.000 jam Rp 108.000 20.000 Rp 5.4

Jumlah Rp 208.000 Rp 10,4

Kertas Pembungkus Biru

Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit

Biaya utama Rp 500.000 100.000 Rp 5

BOP

Rp 10.8 x10.000 jm Rp 540.000 100.000 Rp 5.4

Jumlah Rp 1.040.000 Rp 10,4

Sumber : data olahan

Tarif overhead setiap departemen

Dengan menggunakan tariff departemen setiap departemen dapat dibebankan biaya produksi yang lebih akurat. Sesuai sifat departemen tersebut departemen 1 lebih baik jika menggunakan jam kerja langsung ( JKL) dan departemen 2 menggunakan jam mesin ( JM )

Perhitungan tariff tiap departemen:

Tariff departemen 1 :

Rp 294.000/80.000 jkl = Rp 3,675/ jkl Tariff departemen 2

Rp 354.000/40.000 jm = Rp 8,85/jm

Tabel 4. Perhitungan biaya per unit : tariff departemen Kertas Pembungkus Putih

Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit

Biaya utama 100.000 20.000 5

Dept 1

Rp 3675 x4.000 14.700 20.000 0.735

Dept 2

Rp 8.85 x 6.000 53.100 20.000 2.655

Jumlah 167.800 Rp. 8,390

Kertas Pembungkus biru

Elemen biaya Biaya total Jumlah Biaya/unit

Biaya utama 500.000 100.000 5

Dept 1

Rp 3.675 x 76.000 279.300 100.000 2.793

Dept 2

Rp 8.85 x 3.400 300.900 100.000 3.009

Jumlah 1.080.200 Rp. 10,802

Sumber : data olahan

Pengujian data dalam peraga 5.3 menyarankan bahwa bagian biaya overhead yang signifikan tidak dipengaruhi oleh banyaknya unit.

Contoh :

 Biaya penyetelan (setup) : berhubungan dengan jumlah produksi berjalan

 Biaya inspeksi berhubungan dengan

banyaknya jumlah jam yang dipakai dalam inspeksi

 Perlu diketahui :

 kertas warna biru : 30/20 = 1,5 kali produksi berjalan dibandingkan yang putih.

 Kertas warna biru : 1,5 kali ( 1200/800) jam inspeksi

Dengan tariff tiap departemen :

(7)

ARTIKEL AKUNTANSI MANAJEMEN 7

Tabel 5. Perbandingan Biaya Produk Berdasarkan Fungsi (keseluruhan pabrik dan departemen)

Putih Biru

Tarif keseluruhan pabrik Rp. 10,4 Rp. 10,4

Tarif departemen Rp. 8,390 Rp. 10,802

Sumber : data olahan Kegagalan cost driver berdasarkan unit Ada 2 faktor utama menyebabkan cost driver berdasarkan unit tidak mampu membebankan BOP secara tepat.

1. proposi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit terhadap total biaya overhead

2. tingkat diversitas produk

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah :

a. Sistem akuntansi biaya tradisional tersebut apabila diterapkan akan mengakibatkan distorsi biaya dalam penetapan harga pokok produksi. Dampak dari distorsi biaya adalah terjadinya pembebanan biaya yang terlalu tinggi (overcosting) untuk kesemua produk yaitu, rokok djagung istimewa, rokok djagung premium, dan rokok djagung hijau.

b. Informasi yang diperoleh berdasarkan system akuntansi biaya tradisional yang biasa digunakan oleh perusahaan tidak lagi akurat dalam penetapan

biaya overhead pabrik.

Ketidakakuratan ini dapat

menyebabkan kesalahan bagi

managemen perusahaan dalam

mengambil keputusan yang

dampaknya dapat mempengaruhi

harga jual produk.

2. Saran

Adapun saran-saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan perlu mengambil tindakan

untuk menghindari terjadinya

kesalahan dalam pengambilan

keputusan

b. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini digunakan perusahaan

dalam menetapkan harga pokok

produksi sebaiknya diganti dengan sistem akuntansi yang baru, yaitu Activity Based Costing System (ABC system).

Daftar Pustaka

Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan biaya satuan : produk tunggal
Tabel 2. Data penentuan harga pokok produk
Tabel  3.  Perhitungan biaya per unit : tariff tunggal satu pabrik (tarif keseluruhan pabrik)

Referensi

Dokumen terkait

Ekskresi derivat purin dari kambing yang diberi pakan ampas tempe yang difermentasi menunjukkan hasil yang cukup banyak, sehingga besarnya serapan purin dan pasokan N-mikroba

1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif. 2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan. 3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas. 4)

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Muhibbin Syah 2006, h. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi

Masih sering ditemukan wifi di perkantoran dan bahkan ISP (yang biasanya digunakan oleh warnet-warnet) yang hanya menggunakan proteksi MAC Filtering. Dengan

Penelitian dilakukan dengan menganalisis peran dari APIP dan Aparatur Desa terkait dalam pengelolaan keuangan desa.Selanjutnya,tujuannya untuk menuju tata kelola

Pada saat user memilih menu pemesanan maka akan muncul login user seperti gambar 4.15 yang merupakan prosedur yang menjelaskan bahwa user tersebut benar akan melakukan

Kajian tentang harmonisa pada motor induksi tiga fasa khususnya tipe rotor sangkar tupai yang dititik beratkan pada sisi beban (motor induksi) dapat dilakukan dengan cara

Penggunaannya telah meluas diberbagai wilayah bidang usaha, perusahaan besar, perusahaan menengah, maupun perusahaan kecil sudah menggunakan kompuer dalam menunjang