• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM DAN MORAL Perspektif Hukum Islam d (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM DAN MORAL Perspektif Hukum Islam d (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM DAN MORAL

(Perspektif Hukum Islam dan Hukum Barat)

Gunawan

A. Pendahuluan

Kodrat kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari hukum, sebab hukum

merupakan kebutuhan manusia karena hukum dapat berfungsi mengatur hidup

masyarakat, agar menjadi tertib, aman dan antar individu tidak saling mengganggu

satu sama lain. Hukum merupakan sandaran dan ukuran tingkah laku atau sikap yang

harus di taati setiap masyarakat, juga hukum dapat menjadi suatu sarana rekayasa

yang dapat mengubah masyarakat kearah yang lebih baik.

Pada umumnya di masa sekarang ini, setiap lingkungan masyarakat dilanda krisis

moral. Saat ini anggota masyarakat cenderung untuk tidak saling menghargai, tidak

ada kerja sama, bahkan tidak memiliki etika bermasyarakat. Memang untuk

mengerjakan kewajiban-kewajiban agama secara ikhlas tidak ada susahnya, akan

tetapi masyarakat yang beragama tersebut justru sangat sulit menuai hasil atau

pengaruh positif dari ritual keagamaan yang mereka jalankan sehari-hari.

Sehingga antara ritual dengan nilai atau target yang dituju tidak sepadan, baik

yang berkaitan dengan pembinaan diri secara personal, maupun dalam interaksi

sosialnya. Jadi, fenomena social seperti inilah yang akan menjadi ukuran untuk

menguji hakikat keIslaman seseorang bagaimana ia menghargai nilai-nilai dan

norma-norma agama, memiliki keyakinan dan kepuasan terhadap aturan yang

(2)

dengan prakteknya serta mampu mewujudkannya. Atas unsure inilah kredibiltas

keberagamaan seseorang akan di akui.

Tidak dapat dipungkiri betapa banyak keluhan yang timbul dari masyarakat yang

dikenal sebagai masyarakat religius, karena mereka tidak mampu menjalankan

norma-norma yang digariskan agama sebagai pedoman hidup mereka juga tidak bias

merealisasikan nilai dan etika tersebut dalam interaksi social dan dalam kehidupan

sehari-hari.

Mereka berpikir seolah-olah beragama itu hanya beribadah, sedangkan masalah

etika dan moral mereka cenderung merendahkannya. Akibatnya mereka menetapkan

hukum halal dan haram sesuai dengan kepentingan mereka dan bukan atas dasar

ijtihat hukum yang benar.1

Dalam keterkaitan dua masalah ini, maka tulisan ini akan menitik beratkan pada

kajian keterkaitan antara hukum pengendali prilaku masyarakat dengan moral sebagai

cermin tingkah laku manusia atau dengan kata lain hubungan antara hukum dengan

moral dalam wacana Hukum Islam dan Pemikiran Hukum Barat.

B. Defenisi Hukum dan Moral 1. Hukum

Berkaitan dengan definisi hukum, penulis merasa kewalahan dalam

melakukan kesepatan para ahli dalam memaknakan hukum. Para ahli hukum

membuat defenisi hukum berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing.2 namun

11 Wahbah Al-Zuhaili, Akhlakul Muslim Alaqatuhu Bi Al Muijtama; (Damaskus: Dar al-Fikri,

2003), hal 4-5

22 Diantara Jhon Austin (1790-1859) mendefenisikan hukum sebagau sebuah aturan yang

(3)

setidaknya ada empat ciri Hukum yang membedakan dengan kaedah yang lainnya3

yaitu :

a. Hukum merupakan keputusan-keputusan penguasa yang tujuannya untuk

mengatasi berbagai persoalan masyarakat

b. Keputusan-keputusan hukum memiliki daya jangka yang panjang untuk

masa yang akan dating

c. Keputusan-keputusan penguasa tersebut harus berisikan

kewajiban-kewajiban pihak pertama kepada pihak yang lain juga sebaliknya.

d. Keputusan-keputusan penguasa harus di dukung oleh sanksi, baik berupa

jasmani dan rohani.

2. Moral

Moral adalah suatu hal yang tidak bias terlepas dari problematika hukum.

Untuk melihat dengan jelas hubungan antara hukum dan moral ini, maka terlebih

dahulu akan dikemukakan istilah yang berkaitan dengan istilah hukum dan moral.

Namun sebelumnya, dalam pembicaraan mengenai moral ada beberapa hal yang

harus di bedakan yaitu antara hukum, etika, positif morality dan etiket atau

aturan-aturan sosail yang dianggap sebagai etika.

Etika merujuk kepada sebuah system dan norma-norma yang bersifat teoris

yang dapat mengarahkan prilaku manusia. Sedangkan moral lebih kepada etiket sikap

dan perilaku yang muncul dalam satu masyarakat atau suatu kelas social.

Wahyudi (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991), h 46.

(4)

Etika adalah studi mengenai nilai-nilai yang tinggi atau ideal-idealnya.

Sedangkan hukum menetakan apa yang layak dalam suatu tempat maupun waktu.

Etika lebih konsentrasi kepada hal-hal yang besifat individu. Sedangkan hukum lebih

berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat hubungan social antara manusia. Etika

sangat mempertimbangkan moral atau motif, sedangkan hukum konsentrasinya

semata-mata kepada pencapaian perilaku dengan standar tertentu dan sangat jarang

memperhatikan motif si pelaku.

Sedangkan istilah moral disadur dari kata “Moral” (Inggris) dan maural

(Belanda) yang secara bahasa maksudnya adalah budi pekerti, kesusilaan dan adat

kebiasaan. Moral memiliki makna berhubungan dengan prinsip-prinsip benar dan

salah, baik dan buruk, kemampuan untuk mengetahui perbedaan antar benar dan

salah, dan ajaran atau gambaran mengenai tingkah laku manusia yang baik.4

Moral juga dapat diartikan dengan suatu yang berhubungan dengan kebaikan

dan keburukan karakter dan watak manusia atau sesuatu yang berhubungan dengan

perbedaan antara baik dan buruk.5

Untuk memahami lebih jelajah konsep moral ini, berikut akan dikemukakan

pendapat Imanuel Khat (1724-1804). Kant berpendapat bahwa manusia memiliki

perasaan moral yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa

dia memiliki kejiwaan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan menjalankan

perbuatan-perbuatan baik, perbuatan baik itu menjadi buruk dikarenakan akibat buruk

yang di timbulkannya dan bukan karena larangan agama. Perasaan manusia bahwa ia

44 As Homby. Oxford Adventcwd Learnes Dictionayi of Current English, (London : Oxford

University Press1974) h. 548

55 JB. Sykes (ed), The Concise Oxford Dictionayi of Current English, (London : Oxford

(5)

berkewajiban dan diperintah untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Tidak

diperoleh dari pengalaman dunia ini akan tetapi dibawanya sejak lahir, artinya

manusia lahir dengan perasaan ini.6

Dalam agama Islam itilah moral sangat identik dengan akhlaq. Kata akhlaq

menurut bahasa merupakan bentuk jamak dari khuluq yang bermakna budi pekerti,

perangai, tingkah laku dan tabiat.7

Akhlaq secara istilah sebagaimana yang dinyatakan al Ghazali bahwa akhlak

adalah perilaku jiwa yang dapat dengan mudah melahirkan perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Apabila perilaku-perilaku tersebut

mengeluarkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji baik secara akal dan syariat maka

perilaku tersebut dinamakan akhlak yang baik, namun jika perbuatan yang

dikeluarkan itu jelek maka perilaku tersebut dinamakan akhlah yang jelek.8

Secara sepintas istilah moral dan akhlak memiliki makna yang identik yaitu

sama-sama berhubungan dengan prilaku manusia yang baik dan yang buruk. Akan

tetapi kedua istilah ini memiliki perbedaan yang mendasar dari sisi parameter baik

buruknya tingkah laku manusia. Konsep moral terutama yang dikembangkan pemikir

barat pada masa pencerahan, mengukur baik dan buruknya perilaku manusia hanya

berdasarkan akal dan perasaan saha. Moral tersebut dari konsep baik dan buruk

berdasarkan agama.9

66 Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta : Bulan Bintang. 1979), h 68.

77 Luis Ma’luf, Kamus Al Munjid, ( Berut: Almaktabah Al-Kulliyah, tt) h 68

88 Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Jilid III, (Kairo Maktabah Tawfikiyah, tt), h.76

99 Kosep Barat Modern yang terkenal menyebutkan bahwa moral dan agama adalah suatu

fenomena yang berbeda. Konsep ini mungkin bermula pada masa pencerahan. Pada waktu itu sejumlah pemikir berusaha mengkolaborasikan teori-teori etika yang berdasarkan kepada akal dan perasaan manusia. Mereka membuat asumsi bahwa norma norma yang mengatur tingkah laku, moral dan etika adalah berbeda denngan urusan-urusan keyakinan atau kepercayaan keagamaan. Lihat ; Mircea Aliade,

(6)

Berbeda halnya dengan moral, akhlak mengukur baik dan buruknya prilaku

manusia di samping berdasarkan akal yang sehat juga berdasarkan agama.

C. Hukum dan Moral Menurut Islam

Manhaj Allah adalah satu-satunya manhad yang dapat dijadikan hidup sepanjang

masa. Sebab yang menciptakan kita adalah Allah Yang Maha Kuasa. Dia-lah yang

membuat Undang-Undang yang dapat menjaga dan memberi maslahat kepada

sekalian mahkluk. Jika kita menyalahi Manhaj ini, maka kita akan menjadikan diri

kita terperosok ke dalam keadaan atau situasi sulit tidak teratur dan

membingungkan.10

Hukum Islam dalam artian syari’ah merupakan ketetapan-ketetapan allah yang

berhubungan dengan perbuatan manusia. Melalui alQuran dan Sunnah, Islam

menjelaskan mana perbuatan yang baik dan yang buruk, salah dan benar serta

bermoral baik dan buruk. Antara hukum dan moral sangat berhubungan dan tidak

terpisahkan. Hukum Islam secara ketat diikat oleh etika agama.

Hukum Islam yang merupakan aturan hidup yang diciptakan Allah Swt tidak

bertentangan dengan nilai-nilai moral manusia, karena standar baik dan buruk secara

moral juga harus berdasarkan akal sehat dan syari’ah.

Dalam masyarakat Islam hukum merupakan factor utama dan juga factor pokok

memberikan bentuk masyarakat Islam, secara ideal harus sesuai dengan kitab hukum.

Sehingga tidak ada perubahan social yang mengacaukan atau menimbulkan karakter

yang tidak bermoral dalam masyarakat. Hukum Islam harus berjalan sesuai dengan

1010 Mutawali Sya’rawi. Sirah Nabawiyah, Terjemah,. Muhammad Zuhirsyan, (Selangor:

(7)

prinsip moralitas seperti yang dinyatakan Islam. Syari’at Islam adalah kode hukum

dan kode moral sekaligus. Ia merupakan pola yang luas tentang tingkah laku manusia

yang berasal dari otoritas kehendak Allah yang tinggi sehingga garis pemisah antara

hukum dan moralitas sama sekali tidak dapat di tarik secara jelas seperti dalam

masyarakat Barat pada umumnya.11

Pandangan di atas sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh Suparman Usman

bahwa hukum sebenarnya adalah moral yang telah diangkat kepada tingkat legalitas

bagi masyarakat sehingga hukum itu menjadi sebuah standart of morality. Moral

harus tetap menjadi jiwa dan menjadi pendorong dilaksanakannya hukum, agar

hukum ditaati atas dasar kesadaran yang tumbuh dari dalam bukan karena takut

hukuman atau dikarenakan adanya pengawasan orang lain.12

Jika dilihat dari segi tujuan hukum Islam, pada hakikatnya adalah untuk

mewujudkan kemaslahatan manusia yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan

(moralitas) secara individu. Seperti hukuman potong tangan pada pencuri, hukuman

cambuk bagi penzina yang belum berkeluarga dan hukuman razam bagi pelaku zina

yang telah menikah.

Secara sepintas hukuman ini terlihat sangat kejam, akan tetapi hikmah dari

hukuam tersebut terkandung di dalamnya secara mendalam yaitu mencegah

timbulnya perzinahan dan pencurian sebab perbuatan itu dapat menimbulkan

perselisihan dan bahaya kerugian bagi semua manusia secara keseluruhan.

D. Hukum Dan Moral Menurut Barat

1111 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta : Wacana Ilmu, 1997) h, 154

(8)

Pemikiran hukum barat dipengaruhi oleh pemikiran filsafat yang berkembang.

Sebagaimana diketahui bahwqa pemikiran filsafat Barat dapat dibedakan dalam

bermacam aliran yang ada . Demikian juga halnya dengan pemikiran hukum pada

tingkat filsafatnya. Berikut ini akan dicoba melihat pemikiran filsafat hukum dari

beberapa aliran dan mengaitkannya dengan moral.

1. Aliran Hukum Positif

Aliran Hukum ini dipengaruhi oleh Filsafat fositifisme yang berkembang oleh

Agus Comte (1778-1857) pada pertengahan abad ke-19 diantara pokok-pokok

pemikiran aliran positifisme pada hukum sebagaimana yang dinyatakan H.L.A.Reat

adalah, sebagai berikut:13

a. Anggapan bahwa hukum adalah perintah dari manusia (command of human

being).

b. Pengertian bahwa tidak ada hubungan antara hukum dan moral, atau hukum

sebagaimana yang berlaku dan hukum yang seharusnya.

c. Pengertian bahwa analisa konsepsi hukum adalah:

1) Memiliki arti penting.

2) Harus dibedakan dari penelitian-penelitian histories mengenai sebab-sebab

atau asal-ususl dari undang-undang, dari penelitian sosiologis mengenai

hubungan hukum dsengan gejala social lainnya dan kritik atau

penghargaan hukum apakah dalam arti moral, tuntutan-tuntutan social dan

fungsi hukum.

1313 Friedman, Teori dan Filsafat Hukum, Terjemah Muhammad Arifin, (Jakarta: Raja

(9)

Aliran ini mendefinisikan hukum sebagai suatu aturan yang ditentukan untuk

membimbing makhluk berakal atas hal-hal yang dimiliki kekuatan mengalahkannya.

Hukum merupakan perintah dari penguasa dalam arti bahwa pemerintah dari mereka

yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi atau yang memegang kedaulatan.

Austin menganggap Hukum sebagai suatu sistenm logis, tetap dan bersikap

tertutup. Hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan dan tidak didasarkan pada

nilai-nilai yang baik atau buruk.14

Dengan demikisn aliran positif hukum ini secara tegas memisahkan antara hukum

dengan moral. Artinya konsep baik dan buruk secara moral tidak memiliki hubungan

dengan produk hukum. Hukum merupakan suatu system tertutup, dalam arti

didedukasikan secara logis dari undang-undang yang berlaku tanpa membutuhkan

bantuan norma social politik dan agama.

2. Aliran Utilitarianisme

Aliran ini dipelopori oleh Jeremi Betham (1748-1823), Jhon Stuart Mill

(1806-1837), dan Rudholf Von Jhering (1818-1899). Aliran ini beranjak dari prinsip

manusia akan melakukan tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan sebesar-besarnya

dan mengurangi penderitaan.Atas dasar ini Betham mencoba menerapkan di bidangh

hukum. Baik buruknya suatu perbuatan itu diukur dengan apakah perbuatan itu

mendatangkan kebahagiaan atau tidak. Demikian pula dengan undang-undang,baik

buruknya ditentukan pola ukuran tersebut.15

1414 Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam, h.28

(10)

Pandangan hukum seperti ini akan melahirkan suatu yang bersifat pragmatis.

Hukum seperti ini akan m elahirkan suatu yang bersifat pragmatis dan praktis.

Hukum digunakan hanya untuk melegitimasi kesenangan-kesenangan nisbi yang

terkadang berbenturan dengan moral, sehingga integritas moral tergeser dari hukum.

3. Pragmatic Legal Realism

Friedman memasukkan aliran ini kedalam sub aliran positifisme hukum.

Sebab pangkal pemikiran dari aliran ini masih bertitik tolak pada pentiungnya rasio

atau akal sebagai sumber hukum. Tokoh aliran ini antara lain adalah Jhon Chipman

Gray, Oliver Wendell Holmes dan Karl Liewellyn. Jhon Chipman menyatakan bahwa

dalam pembentukan undang-undang terdapat unsur-unsur yang lain juga sangat

berpengaruh seperti unsure-unsur prasangka, ekonomi dan politis. Di Amerika

Serikat, individu seorang hakim dapat memberi pengaruh besar terhadap jutaan orang

dalam masa ratusan tahun.16

Apabila dikaitkan dengan moral, pandangan hukum seperti ini kurang

memberikan tempat bagi moral sebagai nilai-nilai yang berkembang dalam

masyarakat. Masuknya kepentingan ekonomis politis, prasangka dan kebijaksanaan

hakim ke dalam undang-undang ataupun hukum, akan melahirkan hukum yang

diskrimatif dan tidak adil. Kelompok-kelompok dominant dalam sisi politik, ekonomi

dan status social lainnya akan lebih berpeluang memperoleh kemenangan dalam

proses penyelesaian masalah-masalah hukum

Dari ketiga aliran hukum barat ini, secara umum dapat dipahami bahwa

hukum identik dengan undang-undang yang di tetapkan penguasa. Hukum tidak

(11)

memiliki hubungan yang mutlak dengan moral, sebab hukum di lahirkan berdasarkan

rasio dan apa yang dibutuhkan masyarakat.

E. Hukum dan Moral di Indonesia

Hukum tidak dapat di\pisahkan dari aspek moral. Bila hukum belum ada

secara konkrit yang mengatur, dan moralitas telah menuntut ditransformasikan maka

moralitas haruslah diutamakan. Kebebasan berekpresi tidak boleh bertentangan

dengan moralitas, karena negara kita berfalsafahkan pancasila yang memuat nilai

religius, yakni moralitas.

Sebagaimana telah ketahui bahwa negara kita adalah negara hukum. Artinya

segala sesuatunya harus tunduk di bawah hukum, tanpa ada diskriminasi. Akan tetapi

hukum bukanlah segala-galanya, hukum bukanlah satu tujuan, hukum itu sendiri di

ciptakan bukanlah semata-mata mengatur, tetapi lebih dari itu untuk mencapai tujuan

yang luhur, yakni keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat.

Tetapi akhir-akhir ini tanpa di sadari maupun di sadari, telah terjadi deglarasi

moral di negeri ini. Sesuatu nilai-nilai yang bertentangan dengan agama sudah

diabaikan dan bahkan dianggap suatu kemajuan. Pemerkosaan terhadap anak oleh

ayah kandungnya sendiri dan kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya begitu

juga pembunuhan dimana-mana hal itu bukanlah kejadian yang baru bagi kita akan

tetapi telah terjadi sejak zaman dahulu kala diberbagai pelosok negeri ini. Begitu juga

dengan sekelompok orang yang ingin mencari keadilan harus mengorbankan sisi

(12)

Jika kita cermati dengan seksama segala kejadian yang terjadi dipelosok negeri ini

yang diberitakan melalui media, baik media televise maupun media cetak. Dibalik itu

tanpa sadar atau disadari ummat Islam sedang dihancurkan secara halus lewat

penghancuran moralitas (akhlak). Padahal akhalk adalah sesuatu yang utama di dalam

diri seorang muslim. Secara tegas dengan tauhid Nabi Muhammad Saw bersabda “

Sesungguhnya AKu diutus untuk menyempurnakan moralitas –akhlak yang mulia

(HR. Malik bin Anas dan Ahmad bin Hambali).

Begitu juga pergolakan yang terjadi belakangan ini di dalam perpolitikan bangsa

kita, yang mana akhir-akhir ini pernah terjadi keributan sehingga mengakibatkan

wafatnya ketua DPRD Sumatera Utara begitu juga dengan kerusuhan yang terjadi di

kantor DPR pusat diakibatkan saling tuding menuding antara pejabat negara.

Dari berbagai kejadian berdasarkan fakta yang ada bias dikatakan bahwa negara

ini telah kehilangan teladan, sehingga pejkabat dan rakyat “ gamang pada kebaikan”.

Standar layak tidaknya suatu perbuatan tergantung pada piblik. Buktinya banyak

pejabat dinegeri ini setelah menduduki jabatan mulai dari jabatan terendah sampai

jabatan tertinggi di negeri ini banyak yang terungkap kasusnya terutama dibidang

korupsi dan penggelapan dana pembanganan negara.

Warga negara Indonesia tidak bias memaksakan kalau semua yang melakukan

korupsi atau kejahatan lainnya harus mengakui perbuatan yang telah dilakukannya,

tetapi rakyat Indonesia dapat menilai bahwa perilaku politik kita sudah lari dariu

nilai-nilai moral.

(13)

Ada perbedaan antara hukum dan moral dalam pandangan filsafat Hukum Barat

dan Islam. Barat memisahkan antara hukum moralitas sementara Islam tidak

memisahkannya. Menurut Islam hukum sangat terkait dengan moral dan demikian

juga dengan sebaliknya.

Islam memandang hukum diikat eratr oleh nilai yang lebih dari hukum barat. Hal

igu sebagaimana yang diungkapkan oleh H.A.R Gibb bahwa hukum Islam

membentuk struktur sosail Islam yang rapid an aman lmelalui fluktuasi

keberuntungan politis. Hukum Islam memiliki norma etika baik dan buruk, kebaikan

dan kejatahan yang masyarakat secara ideal harus menyesuaikan diri dengannya.

Oleh karena itu hukum Islam mempengaruhi semua aspek kehidupan social, ekonomi

dan aspek lainnya.

Namun sebagaimana yang disebutkan dalam pembahasan di atas, pengaplikasian

kaum muslim atas nilai ritual ibadah yang mereka lakukan sangat banyak kurang.

Banyak kaum muslim yang tetap melakukan ibadah, namun nilai dari ritual yang

dilakukannya tidak dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian realita yang terjadi di Indonesia, pengaplikasian itu kurang dapat

diwujudkan dengan baik, dengan banyaknya kasus-kasus yang bermoral minim yang

muncul ke permukaan. Ironisnya lagi banyak tindakan yang seperti ini dilakukan atau

juga dilegalkan oleh para pejabat negeri ini.

Jadi, dapat dipahami bahwa hukum di negeri ini ada yang mengenyampingkan

aspek moral. Banyak pengadilan yang membebaskan para pelaku yang dinilai

bermoral buruk ataupun orang yang menyebarkan tindakan abmoral kepada

(14)

Indonesia Erwin yang divonis bebas oleh pengadilan atas tuduhan-tuduhan yang

dikenakan kepadanya, begitu juga halnya pekerja seks komersial (PSK) yang masih

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Ahmad Potret Hukum dan Moralitas Bangsa Kita, (Jakarta : Media Gaya Pratama, 2007)

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta : Wacana Ilmu, 1997)

Aliade, Mircea, The Enchylopedia of Religion, Vol XX, (Newyork: Macmillan Liberty, tt).

Friedman, Teori dan Filsafat Hukum, Terjemah Muhammad Arifin, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 1996).

Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Jilid III, (Kairo Maktabah Tawfikiyah, tt)

Homby, As, Oxford Adventcwd Learnes Dictionayi of Current English, (London : Oxford University Press1974)

Ma’luf, Luis, Kamus Al Munjid, ( Berut: Almaktabah Al-Kulliyah, tt)

Mushlehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam Dan Pemikiran Orientalis, Terjemahan Yudian Wahyudi (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1991)

Nasution, Harun, Filsafat Agama, (Jakarta : Bulan Bintang. 1979)

Rasyidi, Lili, Dasar-dasar Filsafat Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990) h, 44-45

Filsafat Hukum Islam (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1986)

Sya’rawi, Mutawali. Sirah Nabawiyah, Terjemah,. Muhammad Zuhirsyan, (Selangor: Jasmin Esterprise, 2007

Sykes, JB (ed), The Concise Oxford Dictionayi of Current English, (London : Oxford University Press 1976)

Usman, Suparman Hukum Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang diterima konsumen dapat membentuk sikap positif maupun negatif yang akhirnya akan menentukan niat konsumen untuk membeli kembali prosesor AMD

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ancaman yang terdapat pada sistem informasi akuntansi siklus pengeluaran pada CV Karya Wahana Sentosa, dan dapat

Permasalahan penelitian yang dimaksudkan adalah (1) pembelajaran sains mengalami pergeseran dari cara-cara tradisional ke arah literasi sains yang mengembangkan pola

Hasil penelitian uji two-independent sample test (uji dua sampel independen) dengan menggunakan analisis type Mann-Whitney menunjukkan bahwa masyarakat Kota Yogyakarta

Untuk mendapatkan kualitas perdagangan internasional yang lebih baik, beberapa negara yang berdekatan tidak bergantung pada PBB dan membentuk suatu Integrasi Ekonomi Regional

Sertipikat hak tanggu- ngan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mem- peroleh kekuatan

Guru yang mengajar Al- Qur’an Hadits pada waktu mengajar telah membacakan surat-surat pendek dengan berulang-ulang, kemudian peserta didik di suruh menirukan bacaan

Tindakan terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat pada Anak Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Desa Wawatu Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun